Anda di halaman 1dari 26

TANGGAL : 20-10-2020

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR SEMESTER 113

ELASTTISITAS BATANG

Nama : Azzahra Khairunisa

NIM : 1306620052

PRODI : Fisika

DOSEN PENGAMPU : Dr. Firmanul Catur Wibowo, S.Pd., M.Pd.

Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir Nilai Akhir

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2020


ELASTISITAS BATANG

A. TUJUAN

1. Memahami sifat elastik bahan dibawah pengaruh pelenturan.

2. Memahami hubungan antara lenturan dengan beban.

3. Dapat menentukan Modulus Young dari pelenturan.

4. Dapat mengetahui hubungan antara regangan dan tegangan dalam hukum Hooke
untuk elastisitas

5. Dapat mengetahui tiga perubahan bentuk dalam menelaah tentang elastisitas suatu
benda

B. ALAT DAN BAHAN

1. Batang yang akan diteliti

2. Perangkat penopang,

3. Perangkat baca

4. Perangkat beban

5. Beban

6. Mistar

7. Jangka sorong

8. Mikrometer sekrup
C. DASAR TEORI

Gambar 1. Batang Logam diberi Beban

Gambar 1 menunjukan batang logam yang dijepit salah satu ujungnya, dan ujung lain B
diberi gaya W. Unsur-unsur yang berada diatas garis pertengahan (sumbu netral)
mengalami peregangan, sedangkan yang berada dibawah garis itu mengalami perapatan
Dengan mengabaikan berat batang disebelah kanan P, momen pelenturan (MP) di P
dapat dihitung sebagai:

MP = W (L – x) (1)

Jika kelengkungan batang di P adalah 1/R, kita perhatikan sebuah filamen sepanjang dx di P, dengan
tebal dz dan jaraknya dari sumbu normal sebesar z. Lebar batang dititik itu kita misalkan saja b. Dengan
menggunakan dua segitiga sebangun diperoleh :
(2)


=

Jadi,

Strain dalam filamen = ℎ


(3)
=

Karena Stess = Strain x E; dimana E adalah Modulus Young, maka :

Stress = (4)

Jadi tegangan didalam filamen adalah:


Stress x luas penampang = 2
(5)
Dengan demikian, Momen gaya total di P, adalah:
P= .dx = I (di mana I = ⌠ = momen inersia penampang batang itu
2

2

terhadap sumbu netral. Besaran ini juga disebut sebagai momen luar W (L-x). Untuk pelenturan
yang amat kecil,
= , karena = dan dy/dx sangat kecil (6)
1 2
1 2
/ 2

{1+( )

Jadi :
= W (L-x) (7)

Integralkan (8) konstanta integrasi = 0, Karena dy/dx = 0 pada x = 0.


= WLx - 2
(8)
2

Integralkan lagi
Ely = 2
- 3
(9)
2 6

Kontanta integrasi = 0, karena y = 0 pada x =0. Di titik B, dimana x = L , y = S, dengan kata lain
3 3
(10)
= atau =
3 3

Karena batang ditopang oleh dua pisau dan dimuati ditengahnya, maka gaya W yang bekerja pada setengah batang adalah Mg/2, dan
karena E = 3 /48IS. Untuk penampang batang empat persegi panjang I = 3 /12 , dan grafik diatas M/s = OB/AB, Maka
E= . 1
3
(11)
3
4

1
Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar I, (Jakarta : UNJ, 2014), hlm : 0-3
TEORI TAMBAHAN I

1. Elastisitas

Menurut Soedojo (2004:33) yang menyatakan bahwa bahan elastis adalah bahan yang
mudah diregangkan serta cenderung pulih ke keadaan semula, dengan mengenakan gaya
2
reaksi elastisitas atas gaya tegangan yang meregangkan-nya. Pada hakekatnya semua bahan
memiliki sifat elastik meskipun boleh jadi amat sukar diregangkan. Sedangkan menurut
Sarojo (2002: 318), sifat elastik adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk awalnya
3
segera setelah gaya luar yang diberikan benda itu dihilangkan. Elastisitas adalah sifat
benda yang berdeformasi untuk sementara, tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat
untuk melawan deformasi yang terjadi. Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika
setelah gaya penyebab perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk
semula. Sekalipun tidak terdapat benda yang elastik sempurna, tetapi banyak benda yang
hampir elastik sempurna, yaitu sampai deformasi yang terbatas disebut limit elastik. Jika
benda berdeformasi diatas limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan, maka benda
tersebut tidak lagi kembali ke bentuk semula. Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan
plastik, hanyalah terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi.
Blatt (1986:179) menyatakan bahwa suatu deformasi dikatakan elastik jika (i) deformasi
merupakan proposional dengan gaya penyebabnya, (ii) bekerjanya gaya, maka deformasi
4
diabaikan

2. Tegangan (stress)

Semua bahan berubah bentuk karena pengaruh gaya. Ada yang kembali ke bentuk
aslinya bila gaya dihilangkan, ada pula yang tetap berubah bentuk sedikit atau banyak,
5
(Sears, 1944 terjemahan Soedarjana, 1986:236). Jadi,deformasi bahan ditentukan oleh
gaya per satuan luas dan bukan oleh gaya total
6
(Kane and Sternheim, 1976. terjemahan Silaban, 1991:365). Jika sebuah batang tegar
yang dipengaruhi gaya tarik F ke kanan dan gaya yang sama tetapi berlawanan arah ke
kiri, maka gaya-gaya ini akan didistribusi secara uniform ke luas penampang batang.
Perbandingan gaya F terhadap luas penampang A dinamakan tegangan tarik. Karena

2 Peter Soedojo, Fisika Dasar, (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), hlm : 33


3 Ganinjati Aby Sarojo, Fisika Dasar Seri Mekanika, (Jakarta : Salemba Teknika, 2002), hlm: 318
4 Frank J Blatt, Principles of Physics 2nd edition, Allyn and Bacon, Inc.: Boston, 1986), hlm : 179
5 Francis Weston Sears, Fisika untuk universitas 1 : mekanika, panas, dan bunyi, (Bandung : Binacipta ,
1994), hlm: 236

6 J. W.Kane and M.M.Sternheim, Fisika edisi ke tiga, terjemahan P. Silaban, 1991, (Bandung : AIDAB
dan ITB, 1976), hlm : 365
perpotongan dapat dilakukan disembarang titik sepanjang batang maka seluruh batang
dalam keadaan mengalami tegangan (stress) ditulis berikut:

Tegangan ( ) = (1)

Dimana :
= tegangan tarik ( N/ 2)

F = gaya (N)
A = luas permukaan ( 2)

3. Regangan (strain)
Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau kopel dalam kesetimbangan dibandingkan dengan
7
ukuran semula disebut regangan. Regangan juga disebut derajat deformasi, (Sarojo, 2002:321). Kata regangan
berhubungan dengan perubahan relatif dalam dimensi atau bentuk suatu benda yang mendapat tekanan. Gambar 1,
melukiskan suatu batang yang panjang normalnya l0 dan memanjang menjadi

bila pada kedua ujungnya ditarik oleh gaya F. Pertambahan panjang , tentu saja tidak hanya pada ujung-ujung saja; setiap elemen-elemen batang tertarik pada proporsi yang sama seperti
batang seluruhnya. Ada tiga macam regangan, (Kane and Sternheim, 1976. terjemahan Silaban, 1991:366) yakni (a) Regangan tarik, (b) Regangan kompresi, dan (c) Regangan geser. 8

l=l
2 0+

7 Ganinjati Aby Sarojo, Fisika Dasar Seri Mekanika, (Jakarta : Salemba Teknika, 2002), hlm: 321
8 J. W.Kane and M.M.Sternheim, Fisika edisi ke tiga, terjemahan P. Silaban, 1991, (Bandung :
AIDAB dan ITB, 1976), hlm : 366
Regangan tarik pada batang didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan
panjang semula, yang harganya lebih besar dari 0. Regangan tekan suatu batang yang ditekan
didefinisikan dengan cara yang sama sebagai pembanding antara berkurangnya panjang batang
dengan panjang semula, yang harganya lebih kecil9 dari 0. Jadi perubahan pembanding pada panjang
batang / 0 dinamakan 10regangan (Blatt, 1986:183) atau disebut regangan longitudinal (Frauenfelder
and Huber, 1966:219) , seperti ditulis berikut:
Regangan ( ) = = (2)
− 0

0 0

Dimana:

= regangan atau bilangan murni,

= panjang batang (m),


0 = panjang semula (m)

= perubahan panjang (m).

4. Modulus Elastisitas

Gambar 2, menunjukkan grafik tegangan dan regangan untuk batang padat biasa.
Grafik tersebut linier sampai titik A. Hasil bahwa regangan berubah secara linier dengan
tegangan dikenal sebagai hukum Hooke. Titik B adalah batas elastik. Jika batang ditarik
melampaui titik ini batang tidak akan kembali ke panjangnya semula, tetapi berubah
bentuk secara tetap. Jika tegangan yang bahkan lebih besar diberikan, bahan akhirnya
patah. Seperti ditunjukkan oleh titik C.

9 Frank J Blatt, Principles of Physics 2nd edition, Allyn and Bacon, Inc.: Boston, 1986), hlm: 183
10
Frauenfelder P. and P. Huber, Introduction to Physics: Mechanics, Hydodynamics, Thermodynamics,
volume, (Massachusetts : Addison-Wesley Publishing Company, Inc, 1966) hlm: 219
Di dalam daerah linier dari grafik tegangan regangan untuk tarikan atau tekanan
(kompresi), kemiringan menyamai nilai banding tegangan terhadap regangan yang
dinamakan modulus Young, Y dari bahan tersebut, (Kane and Sternheim, 1976.
terjemahan Silaban, 1991:368). 11Perbandingan tegangan terhadap regangan dalam daerah linier
grafik ini disebut juga konstanta karakteristik atau modulus Young suatu bahan, ditulis sebagai:
= /
(3)
= =
/

5. Hubungan Tegangan dan Regangan

Hubungan antara tegangan dan regangan mengikuti hukum Hooke untuk elastisitas,
dalam batas (limit) elastik suatu benda, dan hal ini menunjukkan bahwa tegangan
12
berbanding lurus dengan regangan, (Blatt, 1986:185) yaitu
Modulus, = (4)

dengan disebut modulus elastisitas atau koefisien elastisitas atau konstanta


kesebandingan. Dalam penelitian ini akan ditentukan konstanta proposionalitas atau
modulus elastisitas bahan secara grafik, dan berdasarkan konstanta ini dapat ditentukan
modulus elastisitas Young, modulus geser dan modulus Bulk. Jadi, hubungan antara gaya
tarik pada bahan dengan perubahan panjang mula-mula atau volume mula-mula dapat
memberikan suatu hubungan yang linier. Sesuai dengan persamaan (3), diperlukan gaya

11 J. W.Kane and M.M.Sternheim, Fisika edisi ke tiga, terjemahan P. Silaban, 1991, (Bandung : AIDAB dan
ITB, 1976), hlm: 368
12 Frank J Blatt, Principles of Physics 2nd edition, Allyn and Bacon, Inc.: Boston, 1986), hlm :185
untuk memberikan deformasi elastisitas bahan, dan hubungan ini (Cutnell and Johnson,
1995:284) 13dapat dinyatakan dengan :
= ( ) (5)

6. Angka Banding Poisson

Dalam kenyataannya, setiap pemanjangan dari panjang semula 0 akan menyebabkan penyusutan lebar − , misalnya dari lebar semula 0. Menurut Poisson (Soedojo, 2004:36), persentase
penyusutan lebar akan sebanding dengan persentase pamanjangannya.14 Maka didefinisikanlah apa yang dikenal dengan angka banding Poisson, m selaku tetapan kesebandingan yang menurut

hubungan (Sarojo, 2002:326)


15
berikut:
(6)
, =−

atau ditulis dalam bentuk rumus:


16
− / 0
(7)
=
/

13 Cutnell J. D. and K.W. Johnson, Phisics 3 rd edition. (New York : John Wiley & Sons Inc, 1995) hlm :
284

14 Peter Soedojo, Fisika Dasar, (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), hlm: 36


15 Ganinjati Aby Sarojo, Fisika Dasar Seri Mekanika, (Jakarta : Salemba Teknika, 2002), hlm 326
16 Matheus Souisa (2011), Analisis Modulus Elastisitas dan Angka Poisson Bahan Dengan Uji Tarik, Jurnal
Barekeng, Vol. 5 No. 2 : 10-11
TEORI TAMBAHAN II

Suatu benda jika diberi gaya akan mengalami deformasi, yaitu perubahan ukuran
atau bentuk. Jika benda tersebut dapat kembali ke bentuk semula jika gaya ditiadakan,
maka benda dikatakan bersifat elastis. Ukuran kemampuan bahan untuk menahan
perubahan bentuk atau lentur yang terjadi sampai dengan batas proporsi disebut
Modulus elastisitas (MoE). Modulus elastisitas sering disebut Modulus Young yang
merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan aksial dalam deformasi yang
elastis. Tegangan merupakan distribusi gaya per unit luas, sedangkan regangan adalah
perubahan panjang per unit panjang bahan semula. Semakin tinggi nilai modulus
elastisitas bahan, maka semakin sedikit perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi
gaya. Karena itu semakin besar nilai modulus elastisitas maka semakin kecil regangan
elastis yang terjadi atau semakin kaku. Modulus elastisitas berkaitan dengan regangan,
defleksi dan perubahan bentuk yang terjadi. Besarnya defleksi dipengaruhi oleh besar
dan lokasi pembebanan, panjangnya dan ukuran penampang balok serta modulus
elastisitas bahan. Hubungan antara modulus elastisitas dengan defleksii yaitu apabila
semakin tinggi modulus elastisitas suatu bahan, semakin berkurang defleksinya dan
semakin tahan terhadap perubahan bentuk.

elastisitas atau kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semula. Di alam semesta ini
semua benda yang diberi gaya akan mengalami suatu perubahan. Apabila gaya hilang maka
benda mungkin akan dapat kembali ke bentuk semula. Perubahan benda sangat dipengaruhi
oleh elastisitas benda tersebut. Banyak sekali kejadian di alam yang berkaitan dengan
elastisitas. Kita dapat melihat contoh-contoh elastisitas yang banyak terjadi pada kehidupan
sehari-hari. Dengan adanya sifat elastisitas, maka dapat dijelaskan ada benda-benda yang
tidak mudah patah dan benda yang mudah patah. Ketika diberi gaya, suatu benda akan
mengalami deformasi, yaitu perubahan ukuran atau bentuk. Karena mendapat gaya,
molekul-molekul benda akan bereaksi dan memberikan gaya untuk menghambat deformasi.
Gaya yang diberikan kepada benda dinamakan gaya luar, sedangkan gaya reaksi oleh
molekul-molekul dinamakan gaya dalam. Ketika gaya luar dihilangkan, gaya dalam
cenderung untuk mengembalikan bentuk dan ukuran benda ke keadaan semula. Tegangan
(stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh benda untuk kembali ke bentuk
semula. Atau gaya F yang diberikan pada benda dibagi dengan luas penampang A tempat gaya
tersebut bekerja. Tegangan dirumuskan oleh:
(1)
=

Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m² atau Pascal (Pa). F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang ( 2). Perubahan relatif dalam ukuran
atau bentuk suatu benda karena pemakaian tegangan disebut regangan (strain).
Regangan adalah suatu besaran yang tidak memiliki dimensi karena rumusnya yaitu
meter per meter. Definisi regangan berdasarkan rumusnya adalah perubahan panjang ∆
dibagi dengan panjang awal benda L. Secara matematis dapat ditulis:

(2)
=

= (3)

Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung melalui pemberian beban sebagai tegangan yang
diberikan pada benda tersebut dan mengamati penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya.
Besar pelenturan (f) ditentukan melalui persamaan matematis sebagai berikut :
17
3 (4)
=

4 ℎ3

Keterangan :

MOE (E) : Modulus elastisitas (N/m2 )

F : Gaya (N)

L : Panjang batang antara dua tumpuan (cm)

f : Pelenturan (cm)

b : Lebar batang (cm)

h :Tebal batang (cm)

17 Rambu Ririnsia Harra Hau, dkk (2016), Modulus Elastisitas Bambu Betung Dengan Variable
Panjang, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016, Volume V
TEORI TAMBAHAN III

1. Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan suatu objek untuk kembali ke bentuk awalnya


setelah suatu gaya dari luar yang diberikan sebelumnya berakhir, benda tersebut
dikatakan memiliki sifat elastis. Jika benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula
setelah gaya dihentikan, benda tersebut dikatakan memiliki sifat plastis. Ada tiga
perubahan bentuk yang dikenal dalam menelaah tentang elastisitas suatu benda, yaitu
regangan, mampatan dan geseran.

• Regangan

Regangan Regangan adalah perubahan bentuk yang terjadi jika dua gaya yang
sama besar dan berlawanan arah diberikan pada masing-masing bidang ujung benda
dengan arah menjauhi benda, sehingga benda bertambah panjang.

• Mampatan

Mampatan Mampatan adalah perubahan bentuk yang terjadi jika dua gaya yang
sama besar dan berlawanan arah diberikan pada masing-masing bidang ujung benda
dengan arah menuju titik pusat benda sehingga benda bertambah pendek.
• Geseran

Geseran adalah perubahan bentuk yang terjadi jika dua gaya yang sama besar
dan berlawanan arah diberikan pada masing-masing benda sehingga benda mengalami
pergeseran.

2. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas yaitu tegangan terhadap regangan, atau tegangan per satuan
regangan, disebut juga modulus elastik bahan (jaringan) yang bersangkutan. Semakin
besar modulus elastik, semakin besar pula tegangan yang diperlukan untuk regangan
tertentu. Pada benda yang dikenai gaya ke arah memanjang (ditarik) atau ke arah
memendek (ditekan) maka berlaku persamaan:

= (1)
0

Keterangan :

F = Gaya (N)
A = Luas permukaan ( 2
)

Y = Modulus Young

L = Perubahan panjang (m)


0 = Panjang awal (m)

Satuan modulus Young = kN/m² atau N/m² atau MPa, atau kPa (kiloPaskal). Satuan
stress (tegangan) = satuan modulus Young. Strain (regangan) tidak memiliki satuan
3. Modulus Regangan

Modulus Regangan Didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan


panjang awalnya (L). Pertambahan panjang ini tidak hanya terjadi pada ujungnya saja, tetapi pada setiap
bagian batang yang terentang dengan perbandingan yang sama.
= ℎ
(2)
=

0

Karena merupakan hasil bagi dari dua besaran yang berdimensi sama, maka
regangan tidak memiliki satuan.

4. Modulus Tegangan

Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tarik (F) yang


dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya (A)

(3)

Dalam Satuan Internasional, tegangan memiliki satuan N/m2 atau Pascal Besarnya
gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap benda (jaringan) pada
umumnya berbeda, tergantung pada jenis dan sifat benda. Modulus Elastisitas (Modulus
Young), didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan, dengan regangan
suatubahan selama gaya yang bekerja tidak melampaui batas elastisitasnya.

(4)

(5)
Dalam SI satuan modulus elastisitas (E) sama dengan satuan tegangan. Semakin besar
18
nilai E, berarti semakin sulit untuk merentangkan benda (gaya yang lebih besar).

18 Herlina Uinarni (2015), Pencitraan Elastisitas Jaringan Dengan Ultrasonografi Pada


AnalisaTumor Mammae, Jurnal Radiologi Indonesia, Volume 1 No. 2 : 115-116
TEORI TAMBAHAN IV

Sifat elastis adalah sifat bahan yang cenderung kembali ke bentuk semua setelah gaya
yang bekerja pada benda dihilangkan. Ambil sebuah pegas, lalu regangkan. Tampak bahwa
panjang pegas bertambah. Namun, begitu dilepaskan, pegas kembali ke panjang semula.
Sebaliknya, jika pegas ditekan dari dua ujungnya maka panjang pegas berkurang. Namun,
begitu tekanan dihilangkan, pegas akan kembali ke panjang semula. Sifat pegas yang
kembali ke keadaan semula setelah gaya yang bekerja padanya dihilangkan disebut sifat
elasis. Namun, besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar. Jika
pegas ditarik cukup jauh, bisa terjadi setelah tarikan dihilangkan, panjang akhir pegas lebih
besar daripada panjang semula. Begitu pula jika pegas ditekan cukup jauh, bisajadi panjang
akhir pegas lebih kecil daripada panjang semula. Kondisi ini terjadi karena pegas telah
melampaui batas elastisitasnya. Sifat elastis tidak hanya dimiliki oleh pegas, tetapi juga oleh
bahan lainnya. Hampir semua bahan memperlihatkan sifat elastisitas. Ada bahan yang
sangat elastis seperti karet dan ada yang kurang elastis seperti keramik. Sifat elastis adalah
sifat bahan yang cenderung kembali ke bentuk semula ketika gaya yang bekerja pada benda
dihilangkan. Kawat besi yang ditarik dengan gaya tertentu mengalami pertambahan
panjang, dan jika gaya yang bekerja pada kawat tersebut dilepaskan, maka panjang kawat
besi kembali ke semula. Ada benda yang sangat mudah diubah-ubah panjangnya, dan ada
yang sangat sulit diubah panjangnya. Benda yang bentuknya mudah diubah oleh gaya
dikatakan lebih elastis. Untuk membedakan bahan berdasarkan keelastisannya, maka
didefinsikan besaran yang namanya modulus Young. Benda yang lebih elastis (lebih lunak)
memiliki modulus elastis yang lebih kecil.

1. Modulus Young

Misalkan sebuah benda memiliki panjang L. Jika benda tersebut ditarik dengan
gaya tertentu, maka panjang benda bertambah L. Besar pertambahan panjang tersebut
berbanding lurus dengan panjang semula, atau

L L (1)

Hubungan ini yang menjadi alasan mengapa menambah panjang karet yang lebih
panjang lebih mudah dilakukan daripada menambah panjang karet yang lebih pendek.
Untuk mengganti kesebandingan di atas dengan tanda sama dengan, kita perkenalkan
sebuah konstanta, , sehingga

L= L (2)

Konstanta dikenal dengan regangan atau strain.


Gambar 1 Kawat ditarik dengan gaya tertentu mengalami pertambahan panjang

Ketika suatu gaya F ditekankan atau digunakan untuk meregangkan sebuah benda yang
memiliki luas penampang A, maka gaya tersebut disebar ke seluruh penampang benda.
Makin luas penampang benda yang dikenai gaya, makin kecil gaya per satuan luas yang
dirasakan permukaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan panjang
benda. Yang lebih menentukan perubahan panjang benda bukan besarnya gaya secara
langsung, tetapi gaya per satuan luas penampang. Besar gaya per satuan luas
penampang ini disebut tekanan atau stress,

= (3)

Dari hasil percobaan yang dilakukan orang pada sejumlah besar bahan diamati sifat
yang menarik, yaitu perbandingan tekanan dan regangan untuk suatu benda selalu
konstan. Pernyataan ini dapat diungkapkan dengan persamaan berikut ini
(4)
=

Konstanta Y dikenal dengan modulus Young bahan. Dengan mensubtitusi persamaan (2) dan (3) ke
dalam persamaan (4) kita dapat juga menulis
/
(5)
=
/

Atau
=( )L (6)

Bandingkan persamaan (6) dengan hukum Hooke untuk pegas F = kx . Tampak kemiripan
bukan? Kemiripan ini muncul karena bahan pun menunjukan sifat elastis seperti pegas.
Dari kemiripan tersebut dapat kita simpulkan bahwa untuk bahan, “konstanta pegas”
yang dimilikinya memenuhi persamaan
(7)
=

2. Modulus Geser

Disamping dapat menyebabkan panjang benda berubah (berkurang atau


bertambah), gaya dapat juga menyebabkan bentuk benda berubah. Besarnya perubahan
bentuk benda bergantung pada jenis bahan. Untuk membedakan respons benda terhadap
gaya geser tersebut maka didefinisikan suatu besaran yang namanya modulus geser.
Makin sulit benda berubah bentuk, maka makin besar nilai modulus gesernya.

Gambar 2 Benda berbentuk balok yang dikenai gaya geser


Gambar 3 Besaran-besaran yang mempengaruhi bentuk benda

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sejumlah benda diamati bahwa pergeseran posisi
ujung atas benda saat dikenai gaya geser sebanding dengan tinggi benda (Gambar 3), atau

L L(8)

Untuk mengubah tanda kesebandingan dengan tanda sama dengan, kita perkenalkan konstanta
yang dinamai strain geser, sehingga

L=L (9)

Besarnya perubahan posisi ujung benda tidak bergantung langsung pada besarnya gaya
geser, tetapi bergantung pada gaya geser per satuan luas permukaan yang disentuh gaya.
Maka kita perlu memperkenalkan besaran yang namanya tekanan geser,
= (10)

Tekanan geser agak berbeda dengan tekanan yang mengubah panjang benda. Pada
perhitungan tekananan geser, arah gaya sejajar dengan arah permukaan. Sedangkan pada
saat membahas perubahan panjang benda, arah gaya yang bekerja tegak lurus permukaan.
Berdasarkan eksperimen untuk sejumlah besar bahan diperoleh hubungan yang menarik,
yaitu Perbandingan antara tegangan geser dan regangan geser selalu konstan ,atau
(11)
=
Konstanta G dinamakan modulus geser. Dengan mensubtitusi persamaan (9) dan (10) ke dalam
persamaan (11) kita dapat menulis

/
(12)
=
∆ /

Atau
F=( )∆ (13)

Persamaan (13) juga mengambil bentuk hukum Hooke, dengan “konstanta pegas”
(14)
=

3. Modulus Volum

Jika sebuah benda ditekan dari semua sisi, maka volum benda akan berkurang.
Dari sejumlah eksperimen diamati bahwa pengurangan volum V memenuhi

i) Berbanding lurus dengan volum semula

ii) Sebanding dengan perubahan tekanan yang diberikan

Gambar 4 Benda mengalami penyusutan volum ketika dikenai tekanan dari segala arah
Dari pengamatan tersebut dapat diturunkan hubungan antara perubahan volum, volum
awal benda, dan perubahan tekanan sebagai berikut

V Vo P (15)

Kalau kesebandingan di atas diganti dengan tanda sama dengan, maka kita perkenalkan
suatu konstanta pembanding, B, sehingga
(16)
1
∆ =− ∆

Konstanta B dikenal dengan modulus volum dari benda. Tanda negatif


menginformasikan bahwa, makin besar perubahan tekanan yang diberikan maka makin
19
kecil volum akhir benda atau tekanan menyebabkan pengurangan volum benda.

19 Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar I, (Kampus Ganesha: Institut Teknologi Bandung, 2016), hlm : 690-
698
TEORI TAMBAHAN V

Elastisitas adalah kecenderungan bahan padat untuk kembali ke bentuk aslinya


setelah terdeformasi. Benda padat akan mengalami deformasi ketika gaya diaplikasikan
padanya. Jika bahan tersebut elastis, benda tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran
awalnya ketika gaya dihilangkan. Elastisitas sempurna hanya merupakan perkiraan dari
yang sebenarnya dan beberapa bahan tetap murni elastis bahkan setelah deformasi yang
sangat kecil. Dalam rekayasa, jumlah elastisitas suatu material ditentukan oleh dua jenis
parameter material. Jenis pertama parameter material disebut modulus yang mengukur
jumlah gaya per satuan luas (stress) yang diperlukan untuk mencapai sejumlah
deformasi tertentu. Satuan modulus adalah pascal (Pa) atau pon gaya per inci persegi
(psi, juga lbf/in 2 ). Modulus yang lebih tinggi biasanya menunjukkan bahwa bahan
tersebut sulit untuk mengalami deformasi. Tipe kedua parameter mengukur batas elastis.
Batas dapat menjadi stres luar di mana materi tidak lagi elastis atau deformasi luar di
mana elastisitas hilang. Ketika menggambarkan elastisitas relatif dari dua bahan, baik
modulus dan batas elastis harus diperhitungkan. Karet biasanya memiliki modulus
rendah dan cenderung untuk meregang jauh (yaitu, mereka memiliki batas elastis tinggi)
dan tampak lebih elastis daripada logam (modulus tinggi dan batas elastis rendah) dalam
kehidupan sehari-hari. Dari dua bahan karet dengan batas elastis yang sama, satu dengan
modulus yang lebih rendah akan tampak lebih elastis.

1. Elastisitas Linear

Seperti disebutkan di atas, untuk deformasi kecil, bahan yang paling elastis seperti pegas
menunjukkan elastisitas linier dan dijelaskan oleh hubungan linear antara tegangan dan regangan.
Hubungan ini dikenal sebagai hukum Hooke. Sebuah versi tergantung geometri ide pertama kali
dirumuskan oleh Robert Hooke pada tahun 1675 sebagai anagram Latin, "ceiiinosssttuv". Ia menerbitkan
jawabannya pada tahun 1678: "Ut tensio, sic vis" yang berarti "Sebagai perpanjangan, sehingga
kekuatan, hubungan linear yang biasa disebut sebagai hukum Hooke. Hukum ini dapat dinyatakan
sebagai hubungan antara gaya F dan perpindahan x,
(1)
=− .

di mana k adalah konstanta pegas. Dapat juga dituliskan sebagai hubungan antara
tegangan σ dan regangan

σ=E (2)

dengan E adalah modulus elastisitas atau modulus Young.


2. Tegangan

Tegangan (stress) pada benda, misalnya kawat besi, didefinisikan sebagai gaya
persatuan luas penampang benda tersebut. Tegangan diberi simbol σ (dibaca sigma).
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
= (3)

Keterangan :

F = Gaya (N)
2 2
A = Luas Permukaan ( ) = Tegangan (N/ )

Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya berbeda diberi
gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan yang berbeda. Kawat
dengan penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar dibandingkan kawat
dengan penampang lebih besar. Tegangan benda sangat diperhitungkan dalam
menentukan ukuran dan jenis bahan penyangga atau penopang suatu beban, misalnya
penyangga jembatan gantung dan bangunan bertingkat.

3. Regangan (strain) pada Devinisi Rumus

Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara penambahan panjang


benda ΔX terhadap panjang mula-mula X. Regangan dirumuskan sebagai berikut.
(4)
=

Keterangan:

ε : regangan strain (tanpa satuan)

ΔX : pertambahan panjang (m)

X : panjang mula-mula (m)

Makin besar tegangan pada sebuah benda, makin besar juga regangannya. Artinya, ΔX
juga makin besar. Berdasarkan berbagai percobaan di laboratorium, diperoleh hubungan
antara tegangan dan regangan untuk baja dan aluminium seperti tampak pada gambar
berikut.

8 2
Berdasarkan grafik pada gambar diatas, untuk tegangan yang sama, misalnya 1 × 10 N/ , regangan pada
aluminium sudah mencapai 0,0014, sedangkan pada baja baru berkisar pada 0,00045. Jadi, baja lebih kuat dari
aluminium. Itulah sebabnya baja banyak digunakan sebagai kerangka (otot) bangunan-bangunan besar seperti
jembatan, gedung bertingkat, dan jalan layang

4. Modulus Elastisitas

Selama gaya F yang bekerja pada benda elastis tidak melampaui batas
elastisitasnya, maka perbandingan antara tegangan (ζ) dengan regangan (ε) adalah
konstan. Bilangan (konstanta) tersebut dinamakan modulus elastis atau modulus Young
(E). Jadi, modulus elastis atau modulus Young merupakan perbandingan antara tegangan dengan
regangan yang dialami oleh suatu benda. Secara matematis ditulis seperti berikut
= /
= (5)
=
∆ / ∆

Keterangan :
E = Modulus Young (N/ 2
)20

20 I Ketut Wijaya, Buku Ajar Fisika, (Bukit Jimbaran : Universitas Undayana , 2014), hlm : 6-10
D. CARA KERJA

1. Mengukur lebar dan tebal batang pada beberapa tempat yang berbeda sebanyak
10 kali pengukuran (pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer
sekrup)

2. Mengukur jarak antara dua bilah penopang.

3. Meletakkan batang diatas penopang dengan jarak yang seimbang.

4. Meletakkan perangkat beban pada titik tengah batang dan memasang perangkat
baca pada meja (lihat gambar).

5. Membaca pentunjukan perangkat baca pada saat perangkat beban kosong.

6. Memasang beban berturut-turut dengan beban yang tersedia. Pada saat


menambahkan satu keping beban, menunggulah beberapa saat, kemudian catat
penurunan titik tengah batang pada perangkat baca.

7. setelah semua beban yang tersedia digunakan, mengurangi beban tersebut berturut
– turut. Setiap mengurangi satu keping beban, menunggulah beberapa saat, kemudian
bacalah kenaikan titik tengah batang pada perangkat baca.

8. Mengulangi percobaan dengan mengubah jarak antar bilah penopang

9. Pembacaan kedudukan titik tengah batang dilakukan sebanyak lima kali


pengukuran

10. Mengulangi jarak antar bilah penopang sebanyak 3 kali perubahan

Anda mungkin juga menyukai