Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok

Model Matematika Untuk Mempelajari Pengaruh Dari


Perkembangan Industri Pada Sumber Daya Hutan

Oleh:

NUGRAHAENI SAFITRI H111 13 019

SURYA NINGSIH H111 13 001

ARI RUSLI RIYADI H111 13 007

SAMSUDDIN H111 13 011

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
Model Matematika Untuk Mempelajari Pengaruh Dari Perkembangan
Industri Pada Sumber Daya Hutan

Nugrahhaeni Safitri, Surya Ningsih, Ari Rusli Riyadi, Samsuddin

Abstark. Dalam tulisan ini, kami mengembangkan model untuk mempelajari efek perkembangan industri pada
sumber daya hutan. Disini, kami mengasumsikan bahwa pertumbuhan industri secara langsung bergantung pada
sumber daya hutan serta mengakibatkan penipisan sumber daya hutan, sedangkan laju pertumbuhan sumber
daya hutan bertumbuh secara logistik karena dibatasi oleh daya dukung lingkungan. Model yang diusulkan
dianalisis menggunakan teori stabilitas persamaan diferensial dan simulasi numerik dengan maple. Dari hasil
yang diperoleh, disimpulkan bahwa industri hasil hutan mengakibatkan penipisan SDH secara langsung,
keberadaan industri dan SDH tetap ada, dan proses penipisan SDH akibat perkembangan industri berlangsung
cepat. Oleh karena itu, kegiatan industri perlu memperhatikan kelestarian sumber daya hutan.

Kata Kunci : Industri, Sumber daya hutan, Model matematika, Simulasi, Kestabilan

I. Pendahuluan
Hutan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional.
Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan
bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi secara seimbang dan dinamis. Untuk
itu hutan harus diurus, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Perlu diketahui bahwa potensi sumber daya hutan Indonesian sangatlah besar, yakni luas
daratan kawasan hutan indonesia berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan
Hutan dan Perairan serta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) s/d akhir tahun 2013 seluas 123.763.196,23 Ha
(Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, 2014).

Luas kawasan hutan yang tersebar di seluruh pulau-pulau besar di Indonesia, menjadi salah satu faktor
pendukung perkembangan industri kehutanan di Indonesia. Industri menjadi salah satu sektor perekonomian
yang dapat menjadi modal pendapatan negara. Industri yang mengalami pertumbuhan paling pesat di sektor
kehutanan, yaitu industri kayu dan kertas (Suci, 2014). Pada tahun 2013 terjadi perubahan luas kawasan hutan
seluas 2.395.857,20 Ha. Hal ini menyebabkan perubahan potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm berkurang
sebesar 1.032,85 juta M3, potensi kayu semua jenis diameter ≥ 5 cm berkurang sebesar 1.418,43 juta M 3 dan
potensi non kayu (rotan) berkurang sebesar 235,62 ribu Ton Ha (Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan
Sumber Daya Hutan, 2014). Pada tahun 2013 telah terjadi degradasi seluas 4.612.307,56 Ha dan deforestasi
seluas 1.356.822,8 Ha. Salah satu penyumbang terjadinya degradasi dan deforestasi hutan adalah perkembangan
industri hasil hutan dan perkebunan dikarenakan meningkatnya permintaan kebutuhan hasil hutan oleh
masyarakat. Jika kondisi seperti ini dibiarkan tanpa adanya upaya pelestarian hutan yang cepat maka akan
menyebabkan sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana.

Oleh karena itu, model matematika nonlinear diusulkan dan dianalisis untuk mempelajari perilkau sistem yang
mempertimbangkan efek perkembangan industri pada sumber daya hutan. Adapun tujuan dari proyek ini adalah
1) untuk membentuk model matematika untuk mempelajari pengaruh dari perkembangan industri pada sumber
daya hutan, 2) menganalisis model matematika yang telah diperoleh, 3) melakukan simulasi numerik untuk
memeriksa kelayakan hasil analisis model, dan 4) interpretasi dari hasil analisis model matematika tersebut.

II. Model Matematika


Pertimbangkan sumber daya hutan bertumbuh secara logistik dan sekaligus menurun karena efek dari industri
hasil hutan. Sedangkan pertumbuhan industri hasil hutan secara langsung bergantung pada kepadatan sumber
daya hutan (yang berarti industri hasil hutan akan meningkat apabila terdapat SDH yang memadai) dan
dipengaruhi oleh pertumbuhan sumber industri itu sendiri, dan menurun karena efek dari pengendalian industri
oleh pemerintah. Oleh karena itu, model yang mengatur dinamika sistem yang dipertimbangkan, dirumuskan
dalam bentuk sistem persamaan diferensial nonlinear berikut.

dH  H
 rH 1     HI
dt  K
dI
  HI   I 1
dt
dimana H(0)  0 dan I(0)  0

Dalam model (1), H adalah kepadatan sumber daya hutan (SDH) dan I adalah jumlah industri yang bergantung
pada sumber daya hutan. Koefisien r dan K adalah laju pertumbuhan dari kepadatan SDH dan daya dukung
SDH. α merupakan laju menipinya SDH karena industri, sedangkan βα adalah laju pertumbuhan industri karena
tersedia SDH. γ merupakan koefisien kontrol yang diterapkan oleh pemerintah untuk pengendalian industri.

𝑑𝐻 𝐻 𝑑𝐻 𝐻
= 𝑟𝐻 1 − − αHI ⇒ ≤ 𝑟𝐻 1 − ⇒ lim𝑡→∞ 𝐻 ≤ 𝐾
𝑑𝑡 𝐾 𝑑𝑡 𝐾

Oleh karena itu 0 ≤ H(t) ≤ K, berarti kepadatan SDH terbatas.

𝑑𝐼 𝑑I
= 𝛽αHI − γI ⇒ ≤ βαK − γ I ⇒ lim𝑡→∞ 𝐼 ≤ ∞
𝑑𝑡 𝑑t

Oleh karena itu I(t) ≥ 0. Jika hasil kali laju pertumbuhan industri dengan daya dukung SDH lebih kecil atau
sama dengan koefisien untuk pengendalian industri oleh pemerintah maka suatu saat kegiatan industri akan
berhenti.

Analisis Titik Kesetimbangan


Titik kesetimbangan dari model (1) dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan berikut :
 H 
rH 1     HI  0 (2)
 K 
 HI   I  0 (3)
𝛾
Perhatikan persamaan (3), Subsitusi I = 0 ke persamaan (2), Subsitusi 𝐻 = ke persamaan
𝛽𝛼
 HI   I  0  H  (2),
rH 1  0
  H    I  0  K    
I  0 atau  H    0 H  I  r 1  
rH  0 atau 1   0  K 
 H   K
H 0 H K  K   
 I  r 
H  K 
 Jadi, diperoleh titik (0,0) dan (K,0) r  K   
Diperoleh 𝐼 = 0 dan 𝐻 =
𝛾 I
𝛽𝛼 K 2 
Jadi, diperoleh titik
𝛾 𝑟 𝐾𝛼𝛽 − 𝛾
,
𝛽𝛼 𝐾𝛼 2 𝛽

Oleh karena itu, terdapat tiga titik kesetimbangan yang ada dalam sistem yaitu :

𝛾 𝑟 𝐾𝛼𝛽 − 𝛾
𝐻 = 0, 𝐼 = 0 , 𝐻 = 𝐾, 𝐼 = 0 , 𝐻 = ,𝐼 =
𝛽𝛼 𝐾𝛼 2 𝛽

1. 𝐸1 0,0 yaitu keadaan dimana sumber daya hutan dan industri tidak ada pada sistem.
2. 𝐸2 𝐾, 0 yaitu keadaan dimana sumber daya hutan selalu ada sebanyak daya dukung lingkungannya sebesar
K, tanpa kondisi apapun.
𝛾 𝑟 𝐾𝛼𝛽 −𝛾
3. 𝐸3 , yaitu keadaan dimana sumber daya hutan dan industrialisasi selalu ada pada sistem jika
𝛽𝛼 𝐾𝛼 2 𝛽
kondisi berikut dipenuhi 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾.

Analisis Kestabilan
Kestabilan titik kesetimbangan dapat ditentukan oleh nilai eigen dari matrik jacobian yang sesuai. Secara umum
matrik jacobian (J) untuk model (1) diberikan sebagai berikut :
𝐻 𝑟𝐻
𝑟 1− − − 𝛼𝐼 −𝛼𝐻
𝐽= 𝐾 𝐾
𝛽𝛼𝐼 𝛽𝛼𝐻 − 𝛾

Misalkan Ji adalah matrik jacobian yang di evaluasi pada titik kesetimbangan E i (i = 1,2,3), maka
𝑟 0
𝐽1 =
0 −𝛾

Persamaan karateristik dari J1 sebagai berikut :

𝑟 − 𝜆 −𝛾 − 𝜆 = 0
Sehingga diperoleh
𝜆1 = 𝑟 dan 𝜆2 = −𝛾

Karena 𝜆1 > 0 maka titik kesetimbangan E1 besifat tidak stabil.

−𝑟 −𝐾𝛼
𝐽2 =
0 𝛽𝛼𝐾 − 𝛾

Persamaan karateristik dari J2 sebagai berikut :

−𝑟 − 𝜆 𝛽𝛼𝐾 − 𝛾 − 𝜆 = 0

Sehingga diperoleh
𝜆1 = −𝑟 dan 𝜆2 = 𝛽𝛼𝐾 − 𝛾
Karena 𝜆2 > 0 maka titik kesetimbangan E2 besifat tidak stabil.

𝛾 𝛾𝑟 𝑟 𝐾𝛼𝛽 − 𝛾 𝛾
𝑟 1− − − −
𝛼𝛽𝐾 𝐾𝛼𝛽 𝐾𝛼𝛽 𝛽
𝐽3 =
𝑟 𝐾𝛼𝛽 − 𝛾
0
𝐾𝛼
Persamaan karateristik dari J3 sebagai berikut :

𝐾𝛼𝛽𝜆2 + 𝛾𝑟𝜆 + 𝛾𝑟 𝐾𝛼𝛽 − 𝛾 = 0

Sehingga diperoleh
1 𝛾𝑟 − 𝛾 2 𝑟 2 − 4𝛾𝑟𝐾 2 𝛼 2 𝛽 2 + 4𝐾𝛼𝛽𝛾 2 𝑟
𝜆1 = −
2 𝐾𝛼𝛽

1 𝛾𝑟 + 𝛾 2 𝑟 2 − 4𝛾𝑟𝐾 2 𝛼 2 𝛽 2 + 4𝐾𝛼𝛽𝛾 2 𝑟
𝜆2 = −
2 𝐾𝛼𝛽

Karena 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾 maka 𝜆1 < 0 dan 𝜆2 < 0 sehingga titik kesetimbangan E3 bersifat stabil.

Simulasi numerik

Pada bagian ini kami melakukan simulasi numerik untuk memeriksa kelayakan analisis kami menggunakan
MAPLE dengan mengatur nilai parameter pada model (1) sebagai berikut :

r = 2 , K = 10 , α = 0.5 , β = 1 , γ = 2

berdasarkan nilai parameter tersebut diperoleh titik kesetimbangan 𝐸3 𝐻 ∗ , 𝐼 ∗ sebagai berikut :

𝛾 𝑟 𝐾𝛼𝛽 − 𝛾
𝐻∗ = = 4 dan 𝐼 ∗ = = 2.4
𝛽𝛼 𝐾𝛼 2 𝛽

Nilai eigen dari matrik jacobian J3 adalah – 0.4 + 1.496I dan – 0.4 – 1.496I . Oleh karena itu, titik
kesetimbangan E3 bertipe Spiral Point dan bersifat stabil asimtotik.

Gambar 1. Grafik antara H dan I dengan nilai awal yang berbeda. Garis merah : nilai awalnya H(0) = 10 dan I(0) = 1.Garis
kuning : nilai awalnya H(0) = 1 dan I(0) = 1.
(a) (b) (c)

Gambar 2. (a) grafik antara H dan t dengan H(0) = 10, (b) grafik antara I dan t dengan I(0) = 1, dan (c) grafik antara H,I dan t

(a) (b)

Gambar 3. (a) Grafik 3D antara H, I, dan t, dan (b) grafik antara H dan I

Jika kondisi 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾 tidak terpenuhi maka titik kesetimbangan E2 akan bersifat stabil sehingga di peroleh

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) grafik antara H dan I dengan H(0) = 2 dan I(0) = 6, (b) grafik 3D antara H, I, dan t, dan (c) grafik antara H,I
dan t dalam satu frame

Gambar 4, menunjukkan bahwa suatu saat industri yang bergantung pada sumber daya hutan akan berhenti
beroperasi dan sumber daya hutan terus meningkat sampai daya dukung lingkunganya.
Interpretasi dari Hasil Simulasi Numerik
Berdasarkan hasil dari analisis model dan simulasi numerik dapat diinterprestasikan perilaku dari titik
kesetimbangan yang diperoleh. Ada tiga titik kesetimbangan yang diperoleh yaitu 𝐸1 0,0 yaitu keadaan dimana
sumber daya hutan dan industri tidak ada pada sistem, 𝐸2 𝐾, 0 yaitu keadaan dimana sumber daya hutan selalu
𝛾 𝑟 𝐾𝛼𝛽 −𝛾
ada sebanyak daya dukung lingkungannya sebesar K, tanpa kondisi apapun, dan 𝐸3 , yaitu keadaan
𝛽𝛼 𝐾𝛼 2 𝛽
dimana sumber daya hutan dan industrialisasi selalu ada pada sistem jika kondisi berikut dipenuhi 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾.
Pada saat kondisi 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾 terpenuhi, titik kesetimbangan E3 bersifat stabil asimtotik yang dideskripkan oleh
Gambar 1 – 3. Dimana pada saat kepadatan SDH melimpah dan jumlah industri masih sedikit maka suatu saat
akan memicu terjadinya perkembangan industri yang mengakibatkan penipisan SDH. Namun, karena adanya
pengendalian industri dari pememrintah mengakibatkan SDH dan industri tetap ada atau terkendali. Agar
penipisan SDH tidak terjadi secara berlebihan dan Industri tetap berkembang maka hasil kali daya dukung SDH
dengan laju pertumbuhan industri harus lebih besar dari koefisien pengendalian industri oleh pemerintah. Hal ini
dikarenakan keberadaan industri tidak hanya mengakibatkan penipisan SDH, tetapi juga membantu
meningkatkan perekonomian negara.

Kesimpulan
Dalam tulisan ini, kami telah mengembangkan sebuah model matematika untuk mempelajari pengaruh dari
perkembangan industri pada sumber daya hutan. Dalam proses pemodelan, telah dipertimbangkan sumber daya
hutan bertumbuh secara logistik dan sekaligus menurun karena efek dari industri hasil hutan. Sedangkan
pertumbuhan industri hasil hutan secara langsung bergantung pada kepadatan sumber daya hutan (yang berarti
industri hasil hutan akan meningkat apabila terdapat SDH yang memadai) dan dipengaruhi oleh pertumbuhan
sumber industri itu sendiri, dan menurun karena efek dari pengendalian industri oleh pemerintah. Hasil dari
analisis model menunjukkan bahwa titik kesetimbangan E1 selalu tidak stabil, setiap kali titik kesetimbangan E 2
dan E3 ada. Keberadaan dan kestabilan titik kesetimbangan E3 selalu ada dan stabil jika memenuhi kondisi
berikut 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾. Sedangkan titik kesetimbangan E2 selalu stabil jika kondisi 𝐾𝛼𝛽 > 𝛾 tidak dipenuhi. Simulasi
numerik juga telah dilakukan, dimana hasilnya mendeskripkan bahwa industri hasil hutan mengakibatkan
penipisan SDH secara langsung, keberadaan industri dan SDH tetap ada, dan proses penipisan SDH akibat
perkembangan industri berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, kegiatan industri perlu memperhatikan
kelestarian sumber daya hutan.

Daftar Pustaka
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. 2014. Neraca Sumber Daya Hutan Nasional
2013
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. 2014. Potensi Sumber Daya Hutan Dari Plot
Inventarisasi Hutan Nasional
Suci, Nur. 2014. Model Matematika Kerusakan Sumber Daya Hutan di Indonesia. UNP. Padang

Anda mungkin juga menyukai