Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

“PEMBANGUNAN FASILITAS PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN”

DIREKTORAT PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3


DAN LIMBAH NON B3

TAHUN ANGGARAN 2021

Kementerian/Lembaga : Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan.
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah dan B3 / Direktorat Penilaian Kinerja
Penglolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3.
Program : Pembangunan Fasilitas Pemanfaatan
Limbah B3 Circular Economy
Sasaran Program : Peningkatan Jumlah LB3 dan Circular
Economy yang Dimanfaatkan Dengan
Program Internal KLHK Dengan Pemerintah
Daerah.
Indikator Kinerja Program : 1. Terbangunnya Fasilitas Pengelolaan
Limbah B3
2. Circular Economy Dan Pengehamatan
Dalam Pengelolaan Limbah B3 di
daerah Dalam Pemanfaatan Limbah
B3.
Kegiatan : Pembangunan Fasilitas Pemanfaatan
Limbah B3 Oli Bekas Menjadi Bahan Bakar
Alternatif Setara High Speed Diesel (HSD)
di Provinsi Sumatera Selatan.
Sasaran Kegiatan : Tersedianya Fasilitas Pemanfaatan Limbah
B3 Oli Bekas Menjadi Sumber Energi.
Indikator Kinerja Kegiatan : Sarana Fasilitas Pemanfaatan Pemanfaatan
Oli Bekas Menjadi Bahan Bakar Alternatif
Setara HSD.
Klasifikasi Rincian Output (KRO) : Jumlah Fasilitas Pemanfaatan Oli Bekas
Menjadi Bahan Bakar Alternatif Setara High
Speed Diesel (HSD).
Indikator KRO : Pembangunan Fasilitas Pemanfaatan Oli
Bekas Menjadi Bahan Bakar Alternatif
Setara High Speed Diesel (HSD).
Rincian Output (RO) : Jumlah Fasilitas Pemanfaatan Oli Bekas
Menjadi Bahan Bakar Alternatif Setara High
Speed Diesel (HSD).
Indikator RO : Pemanfaatan Oli Bekas Menjadi Bahan
Bakar Alternatif Setara High Speed Diesel
(HSD) Dengan Kapasitas 25.000
Liter/Bulan.
Volume RO : 1 (satu) Unit Fasilitas Pemanfaatan Oli
Bekas Menjadi Bahan Bakar Alternatif
Setara High Speed Diesel (HSD).
Satuan RO : Sarana Fasilitas Pemanfaatan Oli Bekas
Menjadi Bahan Bakar Alternatif Setara High
Speed Diesel (HSD).
Usulan Anggaran : Rp. 4.500.000.000,- (Empat Milyar Lima
Ratus Juta Rupiah).
I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.18/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2020 Tentang
Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.

B. Gambaran Umum
Berdasarkan fakta adanya peningkatan volume limbah pelumas
bekas tiap tahun, semua komponen di negeri ini, khususnya
pemerintah sebagai penyelenggara negara, dituntut melakukan
tindakan-tindakan nyata dan cepat guna mengatasi permasalahan
limbah pelumas bekas, dengan melakukan berbagai solusi tentunya,
dan lebih bersifat jangka panjang demi terjaganya kualitas dan fungsi
lingkungan hidup.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa pada tahun


2017 kebutuhan pelumas dalam negeri mencapai 1,14 juta kL per
tahun (Detik, 2018). Saat ini ada 44 perusahaan produsen pelumas di
dalam negeri, dengan kapasitas terpasang mencapai 2,04 juta kL per
tahun. Utilisasi produksi pabrik pelumas nasional tersebut baru
mencapai 42 persen atau 858.360 kL per tahun sehingga ada
kekurangan pasokan sebesar 285.959 kL per tahun. Kekurangan ini
dipenuhi oleh 144 importir dengan menjual produk pelumas luar
negeri di Indonesia.
Pengelolaan minyak pelumas harus memahami peraturan PP 101
Tahun 2014, karena pelumas bekas termasuk kategori Limbah
B3. Disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 11 PP Nomor 101 Tahun 2014
bahwa pengelolaan limbah B3, termasuk di dalamnya minyak
pelumas bekas adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan dan/atau penimbunan.

Paradigma baru dalam pengelolaan Limbah B3 adalah semaksimal


mungkin memanfaatkan Limbah B3 sebelum limbah tersebut
dimusnahkan atau ditimbun. Limbah B3 saat ini dianggap sebagai
sebuah sumber daya yang harus dimanfaatkan baik sebagai bahan
baku atau alternatif material ataupun sebagai bahan bakar alternatif.

Berdasarkan penelitian dan praktek yang sudah jamak dilakukan


oleh beberapa pihak pemanfaat Limbah B3 yang telah mendapatkan
izin, Limbah B3 pelumas bekas dapat diolah menjadi bahan bakar
alternatif untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar setara
dengan MFO, High Speed Diesel (HSD) atau solar.

Proses pengolahan tidak memerlukan teknologi yang rumit hanya


memerlukan peralatan khusus untuk memanaskan pelumas bekas
sehingga didapatkan bahan bakar yang bisa langsung digunakan.
Akan tetapi dalam pelaksananya masih banyak Jasa pengolah
Limbah B3 oli bekas yang menggunakan teknologi yang
menyebabkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran udara, air
dan limbah padat baru yang cukup signifikan.

Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan sebagai sebuah


institusi yang bertugas menangani masalah lingkungan hidup
termasuk membuat dan melaksanakan kebijakan di bidang Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Untuk itu maka Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan perlu memberikan proyek
implementasi kebijakan pemanfaatan Limbah B3 oli bekas menjadi
sumber energi alternatif.

Fasilitas pemanfaatan pelumas bekas sebagai sumber energi


alternatif berupa bahan bakar diharapkan dapat memperkuat
cadangan bahan bakar minyak nasional dalam rangka meningkatkan
ketahanan dan kemandirian energi dan diharapkan menjadi salah
satu alternatif pemanfaatan oli bekas yang selama ini dikirim ke pulau
Jawa.

II. Lokasi Kegiatan


Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 sebagai Sumber Energi
Alternatif di Provinsi Sumatera Selatan berada di Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Api-Api Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan yang terletak 800 meter dari Jalan Raya Tj. Api-Api yaitu sekitar
titik koordinat 2°26'20"S 104°49'13"E. Rencana pembangunan luas
gedung berukuran 15 x 24 m2 dengan luas lahan yang disediakan 40 x 50
m2.

Gambar 1. Titik koordinat area lokasi pembangunan fasilitas KEK Tj.


Api- Api
Gambar 2. Peta area lokasi pembangunan fasilitas di KEK Tj. Api- Api

III. Penerima Manfaat


1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2. Pemerintah Daerah;
3. Pelaku Usaha dan/atau Kegiatan yang menghasilkan limbah B3;
4. Sektor terkait lainnya;
5. Masyarakat

IV. Strategi Pencapaian


1. Metode Pelaksaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui lelang oleh POKJA PBJ
(Pengadaan Barang dan Jasa) Satuan Kerja Direktorat Jenderal
Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
2. Ruang Lingkup Pekerjaan
a. Fabrikasi Peralatan Pemanfaatan Limbah B3:
i. Penyediaan dan pemasangan peralatan pemanfaatan
Limbah B3;
ii. Pengiriman peralatan pemanfaatan Limbah B3;
b. Pekerjaan pembangunan shelter Fasilitas Pemanfaatan Limbah
B3:
i. Pekerjaan persiapan SMK3;
ii. Pekerjaan pondasi bangunan;
iii. Pekerjaan struktur bangunan;
iv. Pekerjaan MEP;
v. Pekerjaan finishing
c. Penyediaan fasilitas pendukung dan utilitas penunjang;
d. Uji fungsi/commissioning fasilitas pemanfaatan Limbah B3;
e. Pelatihan operasional fasilitas pemanfaatan Limbah B3;
f. Pelaporan kemajuan pekerjaan;
g. Serah terima pekerjaan.
3. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender sejak ditandatanganinya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

V. Kualifikasi Administrasi
Pelaksana pembangunan Fasilitas Pemanfaatan Limbah B3 sebagai
Sumber Energi Alternatif wajib:
1. Memiliki SIUP sebagai produsen
2. Memiliki SIUJK klasifikasi bidang Jasa Pelaksana Untuk Konstrukai
Bangunan Gedung Lainnya (BG009) dan Jasa Pelaksana
Konstruksi Instalasi pengolahan Air Minum dan Air Limbah serta
Bangunan Pengolahan Sampah (SI002)
3. Memiliki pengalaman mengerjakan proyek sejenis
4. Memiliki jaminan dukungan dari fabrikator

VI. Kualifikasi Tenaga Ahli


Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan Fasilitas
Pemanfaatan Limbah B3 sebagai Sumber Energi Alternatif harus
memenuhi kriteria yaitu:
1. Tim Leader, 1 (satu) orang, minimal S1 Teknik Kimia atau Teknik
Mesin dengan pengalaman minimal 10 (sepuluh) tahun;
2. Ahli Proses, 1 (satu) orang, minimal S1 Teknik Kimia, dengan
pengalaman minimal 5 (lima) tahun;
3. Ahli Kelistrikan dan Instrumentasi, 1 (satu) orang, minimal S1 Teknik
Elektro, dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun);
4. Ahli Sipil, 1 (satu) orang, minimal S1 Teknik Sipil, dengan
pengalaman minimal 5 (lima) tahun;
5. Ahli Teknik Mesin, 1 (satu) orang, minimal S1 Teknik Mesin, dengan
pengalaman minimal 5 (lima) tahun;
6. Pelaksana K3, 1 (satu) orang, minimal D3 atau sederajat, dengan
pengalaman minimal 5 (lima) tahun;
7. Administrasi Dan Keuangan, 2 (dua) orang, minimal SMA atau
sederajat, dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun.

VII. Pemeliharaan Pekerjaan


Masa pemeliharaan pekerjaan minimal selama 365 (tiga ratus enam
puluh lima) hari kalendersetelah serah terima pekerjaan.

VIII. Pelaporan
Photo/video dokumentasi dilaksanakan pengambilan dari 3 (tiga) titik
tetap yang berbeda untuk memberikan gambaran garis besar seluruh
pekerjaan, yaitu:
1. Saat awal/sebelumm dimulai pelaksanaan pekerjaan (0%);
2. Saat pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25%;
3. Saat pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50%;
4. Saat pelaksanaan pekerjaan mencapai presatasi 75%; dan
5. Saat pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 100%.

IX. Waktu Pelaksanaan


Kegiatan pembangunan fasilitas Pemanfaatan Limbah B3 sebagai
Sumber Energi akan dilaksanakan dengan jadwal sebagaimana pada
tabel berikut:
Bulan
No. Output / Sub Output
1 2 3 4 5 6 7

Penyediaan peralatan fasilitas


1.
pemanfaatan Limbah B3

3. Pengiriman
Bulan
No. Output / Sub Output
1 2 3 4 5 6 7

4. Persiapan SMK3

5. Pekerjaan pondasi, struktur, dan MEP

6. Perakitan

Pembangunan fasilitas penunjang dan unit


7.
pendukung

8. Commissioning dan pelatihan

9. Serah terima pekerjaan

X. Anggaran Pelaksanaan
Total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan fasilitas
pemanfaatan Limbah B3 oli bekas menjadi bahan bakar alternatif setara
HSD di Sumatera Selatan yaitu Rp. 4.500.000.000,-. (empat milyar lima
ratus juta rupiah).

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disusun untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Jakarta, Februari 2021


Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan
Limbah B3 dan Limbah Non B3

Sinta Saptarina Soemiarno


NIP. 19660924 199503 2 001

Anda mungkin juga menyukai