Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DIANA MELATI AWAD

NIM : 1807010404

1.Faktor pertanian

Faktor pertanian mempengaruhi gizi dimana hasil pertanian yang kurang memadai di karenakan
curah hujan yang tidak baik membuat para petani mengalami gagal panen. Hal ini dapa berpengaruh
pada ketersediaan pangan yang rendah dan dapat berakibat pada penurunan jumlah pangan yang di
makan . Kekurangan pangan dapat menyebabkan pemenuhan gizi masyarakat menjadi rendah dan
ini adalah salah satu faktor penyebab masalah gizi.

2.Faktor ekonomi

Salah satu faktor yang paling dialami oleh banyak keluarga di Indonesia adalah masalah ekonomi
yang rendah. Ekonomi yang sulit, pekerjaan, dan penghasilan yang tak mencukupi, dan mahalnya
harga bahan makanan membuat orangtua mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak. Padahal, usia 1-3 tahun merupakan masa kritis bagi anak untuk mengalami masalah gizi buruk.

3. Faktor Budaya

Berbeda lokasi berbeda pula cara masyarakat mendefinisikan makanan dan kecukupan gizi serta
menentukan pola makan. Orang Jawa belum merasa makan sebelum makan nasi, orang Papua
terbiasa makan berat dengan makan sagu. Tidak jarang masyarakat kita menganggap kalau belum
mengonsumsi nasi belum dianggap makan.

Pola pikir masyarakat masih beranggapan bahwa kebutuhan makan adalah dengan memakan
makanan yang tinggi atau kaya karbohidrat tanpa mempertimbangkan kecukupan gizi yang
seimbang ini menunjukkan bahwa aspek sosial budaya masih mendominasi perilaku dan kebiasaan
makan yang masyarakat Indonesia.

Faktor budaya memengaruhi siapa yang mendapat asupan makanan, jenis makanan yang didapat
dan banyaknya. Sangat mungkin karena kondisi budaya dan kebiasaan ini seseorang
mendapatkan asupan makanan lebih sedikit dari yang sebenarnya ia butuhkan.  Di Indonesia,
sebagian besar masyarakat menganut sistem patriarki. Dalam sistem patriarki, garis keturunan
diambil dari seorang Ayah (laki – laki), status sosial laki – laki lebih tinggi dari pada
perempuan. Konsekuensinya, ayah lebih sering diutamakan memakan makanan yang telah
disajikan oleh Ibu. Sesederhana ayah lah yang paling sering mendapatkan jatah makanan lebih
dulu di meja makan. Bahkan, beberapa daerah di Indonesia mengharuskan pemisahan antara
makanan yang harus disajikan untuk Ayah dan anggota keluarga yang lain.
Kondisi budaya seperti ini turut berkontribusi pada kondisi gizi anak dan ibu hamil di dalam
keluarga karena semua sistem keluarga patriarki berhubungan erat dengan ketidaksetaraan
gender.
4. Faktor fisiologi

Faktor fisiologis berhubungan dengan kondisi fisik. Kondisi fisik anak, berbeda dengan remaja
maupun lansia. Pemenuhan gizi di setiap tingkatan umur pun berbeda – beda, jadi pemenuhan gizi
harus terpenuhi karena jika terjadi ketimpangan dalam pemenuhan gizi maka akan timbul masalah
gizi seperti kurang gizi , obesitas, dan masalah gizi lainnya.

5. Faktor infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak Tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah Protein dan kalori yang seharusnya Dipakai untuk pertumbuhan. Keadaan
gizi Yang buruk muncul sebagai faktor resiko Yang penting untuk terjadinya ISPA. Balita Dengan gizi
kurang akan lebih mudah Terserang ISPA dibandingkan dengan Balita dengan gizi normal karena
faktor Daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit Infeksi akan menyebabkan balita tidak Mempunyai
nafsu makan dan Mengakibatkan kurang gizi

Anda mungkin juga menyukai