Anda di halaman 1dari 14

SITI ROYHANA_192153048

MODUL 1
RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN NORTON

Nama : Siti Royhana


NIM : 192153048
E-mail : royhanasiti83@gmail.com
Kelas :A
Tanggal Praktikum : [misalnya 12 Maret 2021]
Dosen Pengampu : Rifa’atul Maulidah M.Fis

Abstrak
Praktikum kali ini tentang Teorema Thevenin dan Norton, pada hasil tegangan Thevenin,
hambatan Thevenin, arus Norton dari rangkaian yang di buat pada Sofware Circuit Wizard akan
menghasilkan pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian elektronik
dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton. Rangkaian setara berfungsi untuk membantu
dalam menganalisis rangkaian listrik yang kompleks menjadi lebih sederhana. Praktikum kali ini
bertujuan untuk memahami cara kerja rangkaian setara Thevenin, membuat rangkaian setara
Thevenin, melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan Arus Norton dari
rangkaian – rangkaian sederhana, mampu melakukan percobaan dengan menguji teorema
Thevenin pada suatu rangkaian sederhana. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa
pada kegiatan 1 tegangan sumber (VS) berbanding lurus dengan tegangan thevenin (VTh) yaitu
ketika tegangan sumber dinaikkan maka tegangan theveninnya pun meningkat begitupun dengan
arus Nortonnya. Sedangkan pada kegiatan 2 dapat disimpulkan bahwa ketika tegangan
theveninnya dinaikkan maka arus nortonnya semakin menurun.

Kata Kunci: Thevenin, Northon, Rangkaian setara

1. Tujuan melewati terminal beban saat hambatan


beban terbuka. Karena ini, tegangan
1. Memahami cara kerja Thevenin terkadang disebut dengan
rangkaian setara Thevenin tegangan rangkaian terbuka. Definisinya:
2. Membuat rangkaian setara Tegangan Thevenin : VTH = VOC
Thevenin
dengan VOC merupakan singkatan
3. Melakukan pengukuran dari “Open – Circuit Voltage”. Hambatan
tegangan Thevenin,
Thevenin didefinisikan sebagai hambatan
hambatan Thevenin, dan
Arus Norton dari rangkaian yang diukur antar – terminal saat seluruh
– rangkaian sederhana sumber dibuat nol (dihubungsingkat) dan
hambatan beban t]erbuka. Sebagai definisi:
4. Mampu melakukan
percobaan dengan menguji Hambatan Thevenin : RTH = ROC
teorema Thevenin pada
suatu rangkaian sederhana

2. Teori Dasar
Definisi Tegangan dan Hambatan
Thevenin. Tegangan Thevenin, VTH,
didefinisikan sebagai tegangan yang

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

Gambar 1 memperlihatkan sebuah Norton membuktikan bahwa


kotak hitam (black box) yang mengandung rangkaian dalam kotak hitam pada seperti
rangkaian dengan sumber searah (DC) dan pada Gambar 1.2(a) di atas akan
hambatan linier (hambatan yang tidak menghasilkan tegangan beban yang sama
berubah dengan naiknya tegangan). dengan rangkaian sederhana Gambar 1.2(b).
Sebagai penurunan, theorema Norton terlihat
Theorema Thevenin merupakan alat sebagai berikut.
bantu aplikatif dalam dunia elektronika.
Theorema ini tidak hanya menyederhanakan VL = IN (RN | | RL)
perhitungan, tetapi juga memungkinkan kita
untuk menjelaskan operasi rangkaian yang Dengan kata lain, tegangan beban
tidak mampu dijelaskan hanya dengan sama dengan arus Norton dikalikan dengan
menggunakan persamaan Kirchhoff. hambatan Norton yang parallel dengan
hambatan beban (Tim Elektronika Dasar,
Definisi Arus dan Hambatan Norton. 2013).
Arus Norton, IN, didefinisikan sebagai arus
beban saat hambatan beban dihubung Sebelumnya kita definisikan
singkat. Karena ini, arus Norton terkadang hambatan Norton setara dengan hambatan
disebut juga dengan arus hubung singkat Thevenin. Tetapi perhatikan perbedaan
(Short – Circuit Current, ISC). Sebagai posisi hambatan : hambatan Thevenin selalu
definisi : diseri dengan sumber tegangan, sedangkan
hambatan Norton selalu parallel dengan
Arus Norton : IN = ISC sumber arus.

Hambatan Norton, RN, adalah


hambatan yang diukur oleh ohmmeter pada
terminal beban saat seluruh sumber
diturunkan menjadi nol dan hambatan beban 3. Data
dibuka (dilepas). Sebagai definisi : Table 1. data percobaan 1
Hambatan Norton : RN = ROC no R1 R2 R3 V0 VS
1. 3 1 5 7 1,25
Karena hambatan Thevenin dan 2. 3 1 5 5 1,5
hambatan Norton memiliki definisi yang 3. 3 1 5 8 1,75
sama, maka dapat dituliskan : 4. 3 1 5 10 2
5. 3 1 5 9 2,25
RN = RTH 6. 3 1 5 13 2,5
7. 3 1 5 15 2,75
Penurunan ini menunjukkan bahwa 8 3 1 5 20 1,5
hambatan Thevenin sama dengan hambatan 9. 3 1 5 11 2,75
Norton. Apabila kita menghitung hambatan 10. 3 1 5 6 1,5
Thevenin sebesar 10 k, maka hambatan
Table 2. data percobaan 2
Norton juga sebesar 10 k.
No R1 R2 R3 VS V R V0 I2
Gambar 2 memperlihatkan sebuah
kotak hitam (Black Box) yang mengandung 1. 3 1 5 30 1 1,43 1,43
rangkaian apa saja dengan sumber searah
2. 3 1 5 30 2 2,54 1,27
dan hambatan linier.
3. 3 1 5 30 3 3,42 1,14

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

4. 3 1 5 30 4 4,14 1,03 V S =7
Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
5. 3 1 5 30 1,5 2,01 1,34
Penyelesaian :
6. 3 1 5 30 2,5 3 1,2 R 1 R2
 RTH =
R 1 R1
7. 3 1 5 30 3,5 3,8 1,08
(3) (1) 3
RTH = = =0,75 Ω
8 3 1 5 30 2,25 2,77 1,23 ( 3 )+ (1 ) 4

9. 3 1 5 30 1,25 1,73 1,38 R2


 V TH = ×VS
10. 3 1 5 30 2,75 3,21 1,17 R1 + R2
1 7
V TH = ×7= =1,75 V
3+1 4

4. Pengolahan Data

Hubungan antara tegangan
sumber dengan tegangan
Thevenin dan Arus Norton
Tabel.1 Hubungan
antara tegangan sumber
dengan tegangan Thevenin
dan arus Northon
Tabel 3. Data hasil percobaan 1 pada Circuit R3
Wizard  I TH = × V TH
RTH + R3
N V 0 (Volt ) V s (Volt ) I N (mA ) 5
I TH = × 1,75V
o 0,75+5
1 1, |7,00 ± 0,01| |1,50 ± 0,01| 8,75
75 ¿ =1,5 A
2 1, |5,00 ± 0,01| |1,00 ± 0,01| 5,75
25
3 2, |8,00 ± 0,01| |1,73 ± 0,01|
00
4 2, |10,00 ± 0,01| |2,17 ± 0,01|
50
5 2, |9,00 ± 0,01| |1,95 ± 0,01|
25
6 3, |13,00 ± 0,01| |2,83 ± 0,01|
25
7 3, |15,00 ± 0,01| |3,75 ± 0,01|
75
8 5, |20,00 ± 0,01| |4,34 ± 0,01|
00 2. Diketahui : R1=3
9 2, |11,00 ± 0,01| |2,39 ± 0,01|
75
R2=1
1 1, |6,00 ± 0,01| |1,30 ± 0,01| R3=5
0 50
V S =5
Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
1. Diketahui : R1=3 Penyelesaian :
R2=1 R 1 R2
 RTH =
R3=5 R 1 R1

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

(3) (1) 3 R3
RTH = = =0,75 Ω  I TH = × V TH
( 3 )+ (1 ) 4 RTH + R3
5
I TH = × 2V
R2 0,75+5
 V TH = ×V3
R1 + R 2 10
¿ =1,73 A
5,75

4. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
V S =10
1 Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
V TH = ×5
3+1 Penyelesaian
5 R 1 R2
¿ =1,25V
4  RTH =
R 1 R1
R3 ( 3) ( 1)
RTH =
 I TH = × V TH ( 3 ) + (1 )
RTH + R3
3
5 ¿ =0,75 Ω
I TH = × 1,25V 4
0,75+5
6,25
¿ =1 A R2
5,75  V TH = ×V3
R1 + R 2
1
V TH = ×10
3. Diketahui : R1=3 3+1
R2=1 10
¿ =2 ,5 V
4
R3=5
V S =8
Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
Penyelesaian : V S =8
R 1 R2
 RTH =
R 1 R1
(3) (1) 3
RTH = = =0,75 Ω
( 3 )+ (1 ) 4
R3
R2  I TH = × V TH
RTH + R3
 V TH = ×Vs
R1 + R2 5
I TH = × 2 ,5 V
1 0,75+5
V TH = ×8
3+1 12, 5
¿ =2,17 A
8 5,75
¿ =2V
4

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

5. Diketahui : R1=3 R2
 V TH = ×V2
R2=1 R1 + R2
R3=5 1 13
V TH = ×13= =3,25 V
V S =9 3+1 4
Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
R3
Penyelesaian :  I TH = × V TH
R 1 R2 RTH + R3
 RTH = 5
R 1 R1 I TH = × 3,25 V
0,75+5
(3) (1) 3
RTH = = =0,75 Ω 16,25
( 3 )+ (1 ) 4 ¿ =2,83 A
5,75
R2
 V TH = ×V2
R1 + R2
1 9
V TH = ×9= =2,25 V
3+1 4

R3
 I TH = × V TH
RTH + R3
5
I TH = × 2,25 V
0,75+5
7. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
V s =15
Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
Penyelesaian :
R 1 R2
 RTH =
R 1 R1
11,25 (3) (1) 3
¿ =1,95 A RTH = = =0,75 Ω
5,75 ( 3 )+ (1 ) 4

6. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
V s =13
Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
Penyelesaian :
R2
R 1 R2  V TH = ×Vs
 RTH = R1 + R2
R 1 R1
1 15
(3) (1) 3 V TH = ×15= =3,75 V
RTH = = =0,75 Ω 3+1 4
( 3 )+ (1 ) 4

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

R3
 I TH = × V TH R1=3
RTH + R3 9. Diketahui :
5 R2=1
I TH = × 3,75 V
0,75+5 R3=5
18,75 V s =11
¿ =3,26 A
5,75 Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
Penyelesaian :
R 1 R2
 RTH =
R 1 R1
(3) (1) 3
RTH = = =0,75 Ω
( 3 )+ (1 ) 4

R2
 V TH = ×Vs
R1 + R2
1 11
V TH = ×11= =2,75V
3+1 4

8. Diketahui : R1=3 R3
R2=1  I TH = × V TH
RTH + R3
R3=5 5
V s =20 I TH = 2,75 V
0,75+5
Ditanyakan : V 0∧I N ? ? 13,75
¿ =2,39 A
Penyelesaian : 5,75
R 1 R2
 RTH =
R 1 R1

(3) (1) 3
RTH = = =0,75 Ω
( 3 )+ (1 ) 4
R2
 V TH = ×Vs
R1 + R2
1
V TH = ×20
3+1
10. Diketahui : R1=3
20
¿ =5 V R2=1
4
R3=5
R3 V s =6
 I TH = × V TH
RTH + R3 Ditanyakan : V 0∧I N ? ?
5 Penyelesaian :
I TH = ×5V R 1 R2
0,75+5
 RTH =
25 R 1 R1
¿ =4,34 A
5,75 (3) (1) 3
RTH = = =0,75 Ω
( 3 )+ (1 ) 4

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

R2 Penyelesaian :
 V TH = ×V3
R1 + R 2
R2
1  V TH = ×VS
V TH = ×6 R1 + R2
3+1
6 3
¿ =1,5V ¿ ×30
4 3+5
90
¿
R3 8
 I TH = × V TH ¿ 11,25 Volt
RTH + R3
5
I TH = × 1,5V R1 . R 2
0,75+5  RTH = + R3
R1 + R2
7,5
¿ =1,30 A 5.3
5,75 ¿ +5
5+3
15
¿ +5
8
¿ 6,87 Ω

V TH
 I L=
R TH + R L
11,25
¿
Percobaan 2 6,87+1
¿ 1,429 ≈ 1,43 A
Tabel 4. Data hasil percobaan 2 pada Circuit
Wizard  V 0=I L ×V R
¿ 1,43 ×1
No V 0 (Volt ) I L (mA )
¿ 1,43 Volt
1 |1,43 ± 0,01| |1,43 ± 0,01|
2 |2,54 ± 0,01| |1,27 ± 0,01|
3 |1,14 ± 0,01| |3,42 ± 0,01|
2. Diketahui : R1=3
4 |4,14 ± 0,01| |1,03 ± 0,01|
5
R2=1
|2,01 ± 0,01| |1,34 ± 0,01|
6 |3,00 ± 0,01| |1,2 ± 0,01| R3=5
7 |3,80 ± 0,01| |1,08 ± 0,01| V s =30
8 |2,77 ± 0,01| |1,23 ± 0,01| V R=2
9 |1,73 ± 0,01| |1,38 ± 0,01|
10 |3,21 ± 0,01| |1,17 ± 0,01| Ditanyakan : V 0∧I L

Penyelesaian :
1. Diketahui : R1=3
R2
R2=1  V TH = ×VS
R1 + R2
R3=5
3
V s =30 ¿ ×30
3+5
V R=1 90
¿
8
Ditanyakan : V 0∧I L

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

¿ 11,25 Volt R1 . R 2
 RTH = + R3
R1 + R2
R1 . R 2 5.3
 RTH = + R3 ¿ +5
R1 + R2 5+3
5.3 15
¿ +5 ¿ +5
5+3 8
15 ¿ 6,87 Ω
¿ +5
8
¿ 6,87 Ω V TH
 I L=
R TH + R L
V TH
 I L=
R TH + R L
11,25
¿
6,87+2
¿ 1,268 ≈ 1,27 A

 V 0=I L ×V R 11,25
¿
¿ 1,27 ×2 6,87+3
¿ 2,54 Volt ¿ 1,139 ≈ 1,14 A

 V 0=I L ×V R
¿ 1,14 ×3
¿ 3,42Volt
4. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
V s =30
3. Diketahui : R1=3
V R=4
R2=1
R3=5 Ditanyakan : V 0∧I L
V s =30
V R=3 Penyelesaian :

R2
Ditanyakan : V 0∧I L  V TH = ×VS
R1 + R2
Penyelesaian : 3
¿ ×30
3+5
R2 90
 V TH = ×VS ¿
R1 + R2 8
3 ¿ 11,25 Volt
¿ ×30
3+5
90 R1 . R 2
¿  RTH = + R3
8 R1 + R2
¿ 11,25 Volt 5.3
¿ +5
5+3

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

15
¿ +5
8 V TH
 I L=
¿ 6,87 Ω R TH + R L
11,25
V TH ¿
6,87+1,5
 I L=
R TH + R L ¿ 1,34 A
11,25
¿
6,87+4  V 0=I L ×V R
¿ 1,034 A ¿ 1,34 ×1,5
¿ 2,01 Volt
 V 0=I L ×V R
¿ 1,034 × 4
¿ 4,139 ≈ 4,14 Volt

6. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
5. Diketahui : R1=3 V s =30
R2=1 V R=1,5
R3=5
Ditanyakan : V 0∧I L
V s =30
V R=1,5 Penyelesaian :

Ditanyakan : V 0∧I L R2
 V TH = ×VS
R1 + R2
Penyelesaian :
3
¿ ×30
R2 3+5
 V TH = ×VS 90
R1 + R2 ¿
8
3
¿ ×30 ¿ 11,25 Volt
3+5
90
¿ R1 . R 2
8  RTH = + R3
¿ 11,25 Volt R1 + R2
5.3
¿ +5
R1 . R 2 5+3
 RTH = + R3 15
R1 + R2 ¿ +5
8
5.3
¿ +5 ¿ 6,87 Ω
5+3
15
¿ +5 V TH
8  I L=
¿ 6,87 Ω R TH + R L

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

11,25  V 0=I L ×V R
¿
6,87+3,5 ¿ 1,08 ×3,5
¿ 1,08 A

 V 0=I L ×V R
¿ 1,2× 2,5
¿ 3 Volt
¿ 3,80 Volt

8. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
V s =30
7. Diketahui : R1=3 V R=1,5
R2=1
R3=5 Ditanyakan : V 0∧I L
V s =30
Penyelesaian :
V R=1,5
R2
Ditanyakan : V 0∧I L  V TH = ×VS
R1 + R2
Penyelesaian : 3
¿ ×30
3+5
R2 90
 V TH = ×VS ¿
R1 + R2 8
3 ¿ 11,25 Volt
¿ ×30
3+5
90 R1 . R 2
¿  RTH = + R3
8 R1 + R2
¿ 11,25 Volt 5.3
¿ +5
5+3
R1 . R 2 15
 RTH = + R3 ¿ +5
R1 + R2 8
5.3 ¿ 6,87 Ω
¿ +5
5+3
15 V TH
¿ +5  I L=
8 R TH + R L
¿ 6,87 Ω 11,25
¿
6,87+2,25
V TH ¿ 1,23 A
 I L=
R TH + R L  V 0=I L ×V R
11,25 ¿ 1,23 ×2,25
¿
6,87+3,5 ¿ 2,77 Volt
¿ 1,08 A

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

9. Diketahui : R1=3
R2=1 10. Diketahui : R1=3
R2=1
R3=5
V s =30
V R=1,5

R3=5 Ditanyakan : V 0∧I L


V s =30
V R=1,5 Penyelesaian :

R2
Ditanyakan : V 0∧I L  V TH = ×VS
R1 + R2
Penyelesaian : 3
¿ ×30
3+5
R2 90
 V TH = ×VS ¿
R1 + R2 8
3 ¿ 11,25 Volt
¿ ×30
3+5
90 R1 . R 2
¿  RTH = + R3
8 R1 + R2
¿ 11,25 Volt 5.3
¿ +5
5+3
R1 . R 2 15
 RTH = + R3 ¿ +5
R1 + R2 8
5.3 ¿ 6,87 Ω
¿ +5
5+3
15 V TH
¿ +5  I L=
8 R TH + R L
¿ 6,87 Ω 11,25
¿
6,87+2,75
V TH
 I L=
R TH + R L
11,25
¿
6,87+1,25
¿ 1,38 A
¿ 1,17 A
 V 0=I L ×V R
¿ 1,38 ×1,25  V 0=I L ×V R
¿ 1,73 Volt ¿ 1,17 ×2,75
¿ 3,21Vol

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

Dari data percobaan 1 dan percobaan 2,


dapat diperoleh Grafik kurva yang
ditunjukan oleh gambar dibawah ini Grafik 3. Hasil Percobaan 2 hubungan
tegngan keluaran dengan arus beban
5
4

IN (Ampere)
3
2
Grafik 1. Hasil rangkaian percobaan 1 1
hubungan tegangan sumber dan tegangan 0
5 6 7 8 9 10 11 13 15 20
Thevenn
Vs (Volt)
25
20
Vo (Volt)

15
10
5
0
1.25 1.5 1.75 2 2.25 2.5 2,75 3.25 3.75 5
Vs (Volt)

5. Analisis
Pada kegiatan praktikum kali ini,
mengenai Rangkaian setara Thevenin dan
Norton, dimana kita ketahui rangkaian setara
Thevenin adalah Rangkaian setara yang
menggunakan sumber tegangan tetap, yakni
Grafik 2. Hasil percobaan rangkaian 1 suatu sumber tegangan ideal dengan
hubungan tegangan sumber dengan arus tegangan keluaran yang tak berubah,
Norton berapapun besarnya arus yang diambil
4 darinya. Sedangkan rangkaian setara Norton
3.5 menggunakan sumber arus tetap, yang dapat
3
menghasilkan arus tetap berapapun besar
IL (Ampere)

2.5
2 hambatan yang dipasang pada keluarannya.
1.5
1
Setelah kelompok kami melakukan
0.5
0 percobaan, data yang dihasilkan pada circuit
1.14 1.43 1.73 2.01 2.54 2.77 3 3.21 3.8 4.14
wizar hasilnya sama dengan data hasil
V0 (Volt)
perhitungan manual. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil percobaan tersebut
sesuai dengan teori.

6. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

1. Tegangan Thevenin didefenisikan terbalik dengan arus bebannya


sebagai tegangan yang melewati semakin besar nilai hambatannya
terminal beban saat hambatan semakin besar pula nilai
beban terbuka. Sehungga Cara tegangannya tetapi semakin besar
mengukurnya, dapat digunakan nilai hambatannya semakin kecil
persamaan : nilai arusnya.
2. Hambatan Thevenin adalah 5. Hubungan antara Tegangan
hambatan yang diukur antar- dengan Hambatan berbanding
terminal saat seluruh sumber lurus, sedangkan Arus berbanding
dibuat nol (dihubung singkat). terbalik dengan Tegangan.
3. Sedangkan Arus Norton
didefenisikan sebagai arus beban 7. Referensi
saat hambatan beban dihubung [1]. Gunakan standar yang sama untuk
singkat. semua daftar pustaka/referensi.
4. hambatan potensiometer [2]. Photoluminescence. http://www.rp-
berbanding lurus dengan nilai photonics.com/photoluminescence.html.
tegangannya dan berbanding Waktu akses: 15/03/2013, 16.40

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi


SITI ROYHANA_192153048

Format Laporan :

A. Pengaturan halaman (page setup)


1. Kertas A4, potrait
2. Margins : Top 2.5 cm, Bottom 2.5 cm, left 3 cm, right 2.5 cm
3. Gunakan format 2 kolom dari tujuan hingga pustaka

B. Huruf (font)
1. Judul : Garamond size 14, Bold
2. Abstrak : Garamond size 11, Italics
3. Kata kunci : Garamond size 11, Bold
4. Keterangan tabel, gambar dan grafik : Garamond size 11
5. Teks lainnya : Garamond size 11

C. Referensi

Referensi harus di-refer di dalam laporan, bukan hanya memasukan judul buku. Misalnya:
“Rangkaian setara Thevenin menggunakan sumber tegangan tetap, yakni suatu sumber tegangan
ideal dengan keluaran yang tidak berubah, berapa pun besarnya arus yang diambil darinya [1] ”,
maka di no.1 daftar referensi dituliskan

8. References
[1] Sutrisno, Elektronika Teori dan Penerapannya Jilid 1, Bandung: ITB, 1986, pp. hal 1 - 2.

D. Setiap persamaan dibuat dengan menggunakan Insert – Equation, atau dengan Insert –
Object – Microsoft Equation 3.0

E. Laporan diupload dalam bentuk pdf. dengan penamaan: MODUL00_NPM_NAMA

Pendidikan Fisika – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Siliwangi

Anda mungkin juga menyukai