Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM VII

GENETIKA PERCOBAAN
OLEH:
KELOMPOK I B
NAMA NIM
ALDI FUDIANTORO 1907026040
ANGGREN YUNIAR SANTOSO 1907026065
FITRIANI 1907026055
NUR KHATIMAH 1907026025
ROSNADIA 1907026013
VIDA GAVRILA HUTAURUK 1907026019

LABORATORIUM EKOLOGI DAN SISTEMATIKA HEWAN


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila makhluk hidup berkembang biak secara aseksual, keturunannya
berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam
keadaan yang sama. Sebaliknya, apabila berkembang biak secara seksual, maka
keturunannya mengembangkan ciri-ciri yang saling berbeda dan berlainan pula
dari salah satu ketuanya. Makhluk hidup di muka bumi ini yang berkembang biak
akan memiliki keturunan yang tidak jauh dari induknya. Keturunan dan evolusi
pada anak-anak dari faktor genetik. Gen yang dimiliki setiap individu, makhluk
hidup akan selalu diteruskan kegenovasi selanjutnya.
Persilangan monohibsida adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat
Drosophila dengan maksud untuk membuktikan hukum Mendel I. Pada kasus
dominan penuh, keturunan yang didapat pada F2 akan menunjukkan perbandingan
fenotip dominan dan resesif 3:1 atau perbandingan genotip 1:2:1. Persilangan
dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan
ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang
terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara g:3:3:1.
Penelitian-penelitian mendel menghasilkan hukum mendel I dan hukum mendel
II. Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda.
Dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari ketua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum mendel I yang
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet dapat
memisah secara bebas. Persilangan dihibrida juga merupakan bukti berlakunya
hukum Mendel II berupa pengelompokan gen secara bebas saat pembentukan
gamet.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari X2 total
dari persilangan monohibrid, untuk mengetahui hasil dari X2 total dari persilangan
dihibrid, serta untuk mengetahui hasil dari X2 monohibrid RR (merah)
1.2 Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui hasil dari X2 total dari persilangan monohibrid
- Untuk mengetahui hasil dari X2 total dari persilangan dihibrid
- Untuk mengetahui hasil dari X2 monohibrid RR (merah)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bila makhluk hidup berkembang biak secara aseksual, keturunannya


berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam
keadaan yang sama. Sebaliknya, apabila berbiak seacra seksual, maka
keturunannya mengembangkan ciri-ciri yang salimg berbeda dan berlainan pula
dari salah satu tetuanya. Dari beberapa teori yang telah di formulasikan untuk
menerangkan bagaimana sifat-sifat di wariskan, maka dua hal perlu mendapat
perhatian khusus. Salah satu diantaranya,teori Mendel, memberikan dasar-dasar
yang menjadi landasan karya-karya yang kemudian dalam genetik (Kimbal,
1983).
Mendel merupakan pendeta Austria yang memperkenalkan sifat turun-
temurun. Dari tahun 1858-1866, mendel bekerja di kebun gerjanya di kota Brun,
bertanam kacang ercis dan memeriksa keturunan-keturunannya. Mendel
memutuskan menggunakan kacang ercis karena kacang ercis kuat dan
pertumbuhannya cepat. Selain itu, karena terdapat banyaak varietas yang
berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan biji-biji keriput dan yang lainnya
menhsilkan biji yang mulus dan bulat. Beberapa lagi bijinya membentuk
kotiledon hijau, yang lain biji dengan kotiledon kuning. Ciri-ciri berpasang-
pasangan ini dipilih Mendel untuk di telaah karena mudah dibedakan dan karena
dari generasi ke generasi tanaman tersebut ‘’bred true’’. Artinya, selama
dipelihara secara penyerbukan sendiri yang biasa, varietas- varietas ini terus
menghasilkan keturunan yang identik dengan induknya dalam sifat-sifat yang
sedang ditelaah (Kimbal, 1983).
Tes silang adalah metode untuk menentukan genotipe yang menunjukkan
alel tertentu pada individu carrier. Satu individu darri genotipe yang tidak
diketahui di kawinsilangkan dengan satu individu yang memiliki homozigot
resesif. Homozigot menunjukkan individu dengan alel yang identik dari satu gen
dan resesif menunjukkan alel yng tertutupi sifat dominan. Karakter keturunan
dapat mengindikasikan bahwa individu bersifat heteorozigot yang menunjukkan
individu dengan alel nonidentik dari satu gen atau homozigot pada karakter
dominan menunjukkan efek yang menutupi efek alel resesif yang berpasangan
dengannya (Starr, 2012).
Mendel adalah nama tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hukum-
hukum hereditas atau pewarisan sifat-sifat menurun. Nama lengkap mendel adalah
Gregor Johann Mendel. Anak dari seorang petani di Monovia utara pada saat
pendapatan beliau diakui kebenarannya, beliau sudah wafat sebab pada saat
diterbitkannya buku yang memuat pendapatan beliau pada tahun 1866, dunia ilmu
pengetahuan memang belum dapat menunjukkan bentuk maupun susunan sifat
keturunan yang oleh Mendel Disebut sebagai faktor penentu. ( Reece, 1991).
Mendel mengawinsilangkan tumbuhan ketika tumbuhan mentransfer polen
dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Mendel memukan bahwa karakter
tumbuhan keturunan perkawinan silang itu menampakkan pola yang dapat
diperkirakan (Starr, 2012).
Salah satu aspek penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya.
Pada organisme yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil
kombinasi informasi genetic yang disambungkan oleh 2 gamet yang berbeda yang
berasal dari kedua parentainya. (Reece, 1991)
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan misalnya
pemulian tanaman dan hewan. Masalah penyakit dan kelainan pada tubuh
manusiasif beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini
seperti gen, genotif, fenotif, resesif, dominan, alela, homozigot, heterozigot,
hendaknya sudah diketahui dan dipahami. Gen adalah unit bahan sifat menurun,
Gen sebagai faktor keturunan disimpan dalam kromosom. (Reece, 1991)
Mendel adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaan-
percobaanya pada bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa
postulatnya sebagai berikut
a) Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan
atau homurao
b) Sifat tersebut berpasangan
c) Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan
terlihat ekspresinya dalam keadaan yang tertutup (Reece, 1991)
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan
pasangan kromoson dengan yang bersangkutian saja tetapi bukan berarti bahwa
komponen-komponen dan gem-gen yang lain tidak ada dalam sel tersebut .ada
sifat yang disebut bomlnan , yaitu apabila kehadiran gen yang megawasi sifat ini
menutupi ekspresi gen yang lainya yaituresif sehingga sifat yang terakhir ini tidak
tampak (Reece, 1991).
Hereditas ialah genotif ysng diwariskan dari induk pada keturunannya dan
akan membuat keturunan memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit tinggi
badan, warna rambut, bentuk hidung bahkan penyakit warisan merupakan dampak
dari penurunan sifat. Hereditas dibawah oleh gen yang ada dalam DNA masing
masing sel makhluk hidup dan pada makhluk hidup multiseluler, tubuhnya
tersusun atas puluhan sampai triliunan sel dengan massa DNA yang saling
mengkait (Meilinda, 2017).
Teori hereditas paling awal yang paling berpengaruh adalah teori
Preformation yang menyatakan bahwa organisme yang diwariskan akan
mempertahankan bentuknya dari satu generasi ke generasi berikutnya, organisme
tersebut merupakan miniatur dari organisme dewasa dan telah terbentuk jauh
sebelumnya. Jauh sebelum penelitian Mendel dengan “ Faktor Mendel” yang
menjadi faktor penentu hereditas, manusia percaya bahwa terdapat proses
oenurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Aris Toteles (384-323 SM)
menyatakan bahwa organisme sederhana dapat menjadi kompleks dan sempurna
karena peristiwa metafisika, sedangkan Lanmark menyatakan bahwa perubahan
organisme dipengaruhi lingkungan (Meilinda, 2017).
Perbedaan Mendel dengan teori hereditas klasik ialah Mendel mampu
mengamati keseluruhan sifat yang kompleks dan menemukan pola pewarisan
tersebut sifat demi sifat sehingga mudah untuk diikuti. (Meilinda, 2017)
Pada waktu mendel melakukan persilangan antara kedua varietas tersebut
dimana yang satu tanaman tinggi dan satu tanaman pendek. Maka mendel
mendapat hasil berikut persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi
sehingga ratio fenotipnya adalah tinggi sedangkan ke turunan F2 nya akan
memisah dengan perbandingan fenotip yaitu tinggi : pendek = 3:1 sedangkan ratio
genotipnya adalah : TT : TL : tt = 1 : 2 : 1 yaitu satu tumbuhan ercis homozigot
dan dua tumbuhan ercis neterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek ( Suradinata,
2015).
Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki
dua sifat beda. Mula- mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat
berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji
keriput berwarna hijau. Maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat
berwarna kuning. Biji-biji tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman
yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya F2 dengan 16
kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat warna
kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning :
1/16 berbiji kriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah
(9:3:3:1). (Suradinata, 2015).
Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal mengenai keturunan
dimulai sejak jaman purbakala. Ketika para petani mengetahui bahwa hasil
pertanian dan ternaknya dapat ditingkatkan melalui persilangan. Meskipun
pengetahuan mereka sangat primitif. Namun mereka menyadari bahwa beberapa
sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada decade
kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati analisis
beberapa percobaan persilangan yang dibuatnya pada tanaman ercis/kapri. Gregor
Johann mendel lahir tanggal 22 juli 1822 dr kota iteinzendorf di siiesia Austria
(Suradinata, 2015).
Dari kenyataan adamya ciri yang menang terhadap yang lainnya, J.G.
Mendel menyimpulkan bahwa pada individu-individu ( atau pada ciri-ciri
heterozygot, satu alela yang dominan sedangkan yang lainnya resesif). Dari
Kenyataan bahwa ciri-ciri induk pada waktu pembentukan gamet-gamet. Dalam
hubungan ini separuh yang lain membawahi satu faktor, sedangkan separuhnya
yang lain membawahi faktor lainnya. Kesimpulan terakhir inilah yang dikenal
dengan hukum pemisahan mendel (Fitria, 2013).
Contoh penjelasan simbolik persilangan yang dikemukakan J.G. mendel
yaitu persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah dasar untuk ilmu
genetika mendel. Informasi terkait yang berhubungan dengan pemisahan genetik
seperti yang muncul dalam kombinasi monohibrida peralangan semacam itu dapat
terjadi dalam kelompok oraganisme utama yang bereproduksi secara seksual.
Dalam hubungan ini faktor yang dominan dari simbol abjad. Lahn besar dalam
cetak miring, sedangkan faktor resesif diberi simbol abjad lahn kecil dalam cetak
miring. Contoh persilangan monohibrid tersebut biji bulat (RR) disilangkan
dengan biji keriput (rr) menghasilkan keturunan F1 adalah semua biji bulat karena
R dominan terhadap r. Pada keturunan kedua (untuk memperoleh F2) disilangkan
hasil F1 yang heterozyote dan memperoleh hasil ¾ bulat bulat (RR,rr,rR) dan ¼
keriput (rr), rasio perbandingan 3 : 1. Konsep J.G. mendel inilah yang dijadikan
pijakan dalam penelitian ini. Namun yang digunakan dalam penelitian ini. Namun
yang digunakan dalam penelitian ini. Namun yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lalat buah ( Drosophila melano gaster). Terdapat beberapa alasan mengapa
Drosophila melanoyaster sebagai objek penelitian antara lain mudah diperoleh,
mudah dibiakkan dan perawatannya tidak sulit, biaya pemeliharaannya murah,
siklus hidupnya pendek sehingga sifat yang muncul pada keturunannya dapat
diamati, berkembang biak cepat, jumlah keturunannya cukup besar, jumlah
kromosom tidak banyak (4 pasang), musun mudah diamati dan dibedakan dan sel
kelenjar ludah larvanya terhadap kromosom raksasa (Fitria, 2013).
Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antar
individu dalam suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan.
Terdapat dua macam persilangan yaitu monohibrid dan persilangan dibibrid.
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda sedangkam
persilangan dihibrid merupakan persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan
dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan monohibrid karena pada
persilangan dihibrid melibatkan dua lokus. Okasha menyatukan bahwa konsep
penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya
keterkaitan antar keduanya (Wijayanto, 2013).
Jika gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-masing
adalah gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan keriput
masingmasing adalah gen W dan gen w (Wijayanto, 2013).
Persilangan dapat dilakukan secara acak maupun terkontrol. Menurut
Fulford et al (1997) penyebaran gen dingin persilangan acak dapat diselesaikan
dengan menggunakan persamaan di ferensi atau persamaan beda hingga.
Penelitian tentang penentuan probabilitas genotip keturunan dalam suatu populasi
dengan menggunakan persamaan diferensiasi sudah pernah dilakukannya.
Misalnya, dalam bintari (2005), persamaan diferensi diaplikasikan untuk
menentukan probabilitas genotip keturunannya hasil dari persilangan monohibrid
pada kondisi normal. Sedangkan dalam ismiyati (2009) persamaan diferensi
diaplikasikan untuk menentukan probabilitas genotip keturunan hasil persilangan
monohibrid pada kondisi terjadi mutusi penyebaran gen demgan persilangan
terkontrol dapat diselesaikan dengan diagonalisasi matriks. Penelitian tentang
penentuan probabilitas genotip keturunan dalam suatu populasi dengan
menggunakan diagonalisasi matriks sudah pernah dilakukan oleh islamiyah
(2009) yang membahas tentang persilangan dihibrid. Menurut dari Islamiyah,
untuk mencari probabilitas genotip dalam persilangan acak tidak dapat
menggunakan diagonalisasi matriks karena dalam persilangan acak akan
menghasilkan persamaan-persamaan yang tak linier. Perkawinan tersebut terjadi
secara acak dan tidak memperhatikan ketertarikan dalam perkawinan (Wijayanto,
2013).
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Dasar Mengenal Genetika Percobaan Persilangan
monohibrid dan dihibrid mendel dilaksanakan pada hari Selasa, 12 November
2019 pukul 10.10 – 12.00 Wita. Praktikum dilaksanakan di gedung C, dilantai 1
Ekologi dan Sistematika Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
- Kancing warna merah hitam
- Kancing warna merah hijau
- Kancing warna putih hitam
- Kancing warna putih hijau
- Pensil
- Kalkulator
- Penggaris
3.2.2 Bahan
- Penghapus
- Kertas
- Buku gambar
- Kertas label

3.3 Cara kerja


3.3.1 Persilangan Monohibrid
- Dilempar secara serempak 2 buah kancing baju warna merah putih
sebanyak 200 kali pelemparan
- Dicatat kombinasi sisi kancing yang muncul (yaitu RR, Rr atau rr)
pelemparan ini menganalogkan penggabungan secara acak gamet-gamet
jantan dam betina olari F1 pada saat pembuatan bila dalam percobaan
tersebut terdapat kasus dominan resesif, alel R bersifat dominan terhadap
alel r maka akan dihasilkan dua fenotipe dengan perbandingan 3 : 1
untuk merah : putih
- Diuji fenotipe data percobaan sesuai dengan hipotesis yang diperlukan
dengan uji lhe-kuadrat
3.3.2 Persilangan Dihibrid
- Diisi 2 kantong kain dengan masing-masing berisi 16 buah dengan
kombinasi warna merah-hitam, merah-hijau, putih-hitam dan putih-hijau
yang masing-masing berisi 4 buah kancing baju
- Ambillah secara acak kancing baju di masing-masing kantong
- Dicatat kombinasi sisi kancing yang muncul (RB, Rb, rB, rb)
- Setelah dicatat, hasilnya kembalikan kombinasi kancing kedalam
kantong asalnya dan kocok kantong agar kombinasi kancing dapat
bercampur kembali
- Ulangi pengambilan kombinasi kancing sampai 200 kali
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Persilangan monohibrid
Pengamatan Diamati (O) Harapan (E) X2

RR 145 3 0,16
×200 = 150
4
(merah)
rr 55 0,5
1
(putih) ×200= 50
4

Total 200 200 0,66

Db = K-1
= 3-1
= 2 (X2 tabel) → kemungkinan 0,05 = 3,84 → 0,66 ≤ 3,84

Hipotesis :
Ho = Jika X2 hitung ≤X2 table, maka diterima sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan
H1 = Jika X2 hitung ≥ X2 table, maka sebaran pengamatan berbeda nyata
dari harapan
Kesimpulan :
X2 hitung = 0,66 ≤ 3,84, maka Ho diterima, sebaran pengamatan tidak berbeda
nyata dengan sebaran harapan.
Bunyi Hukum Mendel 1 : “Pada waktu pembentukan gamet, gen-gen dari
sepasang gen suatu sifat akan bersegregasi akan
berpisah”.
4.1.2 Persilangan Dihibrid
Pengamatan Diamati (O) Harapan (E) X2=

R_B_ 104 9 0,64


×100 = 112,5
16
(merah,hitam)

R_bb 41 0,33
3
×100 = 37,5
(merah, hijau) 16

rr_B 38 0,33

(putih,hijau) 3
×100 = 37,5
16
rrbb 17 1,62

(putih,hijau)
1
×100 = 12,5
16

Total 200 200 2,6

Db = K – 1
= 4-1
= 3 (X2 tabel) → kemungkinan 0,05 = 7,82 → 2,6 ≤ 7,82

Hipotesis :
Ho = Jika X2 hitung ≤ X2 table, maka diterima sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan
H1 = Jika X2 hitung ≥ X2 table, maka sebaran pengamatan berbeda nyata
dari harapan
Kesimpulan :
X2 hitung : 2,6 ≤ X2 tabel (7,82), maka Ho diterima, sebaran pengamatan
tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Bunyi hukum Mendel II : “Pada waktu pembentukan gamet F1 masing-masing
gen suatu sifat dari ketua betina berpadu bebas
dengan masing-masing gen suatu sifat dari ketua
jantan”.

4.2 Pembahasan
Genetika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat keturunan.
Sifat keturunan adalah proses biologi yang dimana orang tua atau induk
mewariskan gen kepada anakanya atau keturunannya. Istilah genetika merupakan
kata serapan dari bahasa belanda yaitu genetica yang merupakan adaptasi dari
bahasa inggris yaitu genetics. Yang berbentuk dari bahasa yunani yaitu genno,
yang berarti melahirkan, adalah cabang biologi yang mempelajari tentang ilmu
mengenai gen dan segala aspeknya.
Hukum Mendel 1 adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat
berbeda (monohibrid). Setiap individu yang berkembang biak secara seksual
terbentuk dari dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis
mendel. Setiap sifat karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum Mendel
1 berlaku pada waktu gametogenesis F1 x f1 itu memiliki genotip heterozigot.
Dalam peristiwa miosis, gen sel alel akan terpisah, masing-masing akan
membentuk gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 x f1) dan pada proses
fertisipasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan
terdapat empat macam peleburan dan perkawinan.
Hukum Mendel II disebut juga asortasi. Mendel menggunakan kacang
ercis untuk dihibrid. Yang pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu soal bentuk
dan warna biji.
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua individu sejenis
dengan memperhatikan satu sifat beda, misalnya persilangan antara rambutan
yang berbuah manis dengan rambutan berbuah masam. Persilangan antara ayam
berbulu hitam dengan ayam berbulu ayam putih, persilangan antara rambut yang
berambut pendek. Merupakan contoh dari perkawinan monohibrid, hanya
diperhatikan salah satu sifat seperti tinggi tanaman saja, warna potong saja atau
sifat yang lain.
Persilangan dihibrid adalah persilangan dua individu sejenis dengan
memperhatikan dua sifat berbeda. Mendel telah melakukan peraturan murni yang
mempunyai dua sifat beda, yaitu antara kacang ercis berbiji bulat berwarna kuning
(BBKK) dengan kacang ercis berbiji keriput berwarna hijau (bbkk). Kedua kacang
tersebut memiliki dua sifat beda yaitu bentuk dan warna biji. Contohnya adalah
hasil percobaan mendel ketika persilangan dilakukan antara dua induk di atas
semua pada generasi F1 akan sama. Kemudian generasi F1 diserbuki sendiri, dan
generasi F2 yang dihasilkan akan menunjukkan rasio fenotip 9:3:3:1 dan rasio
genotip 1:2:1:2:4:2:1:2:1
Pada percobaan monohibrid ini dilakukan persilangan menggunakan
sebuah kancing berwarna merah dan putih. Pelemparan kancing dilakukan
sebanyak 200 kali. Pada saat diamati pelemparan yang menghasilkan warna merah
ada 145 dengan harapan 150 dan pada pelemparan yang menghasilkan warna
putih sebanyak 55 dengan harapan 50. Dengan menggunakan hipotesis bahwa
Ho : Bila X2 hitung ≤ X2 tabel, maka diterima bahwa sebaran harapan. H1 : Bila
X2 hitung ≥ X2 tabel maka diterima bahwa sebaran pengamatan berbeda nyata
dengan sebaran harapan. Setelah dilakukan percobaan didapatkan X2 hitung untuk
pelembaran yang menghasilkan warna merah adalah 0,16, X2 hitung untuk
pelemparan yang menghasilkan warna putih adalah 0,5 dan X2 dan didapatkan X2
hitung atau X2 total adalah 0,66. Dan didapatkan kesimpulan bahwa setelah
dilakukan pengamatan dan percobaan didapatkan hasil bahwa hipotesis yang
digunakan adalah Ho dan diterima oleh hukum Mendel 1, karena X2 hitung atau
X2 total sebesar 0,66 < X2 tabel sebesar 3,84, sehingga didapatkan kesimpulan
bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Berdasarkan hukum mendel 1 berlaku pada waktu pembentukan gamet F1
x f1, itu memiliki genotip heterizigot. Dalam peristiwa miosis, gen sealel akan
terpisah, masing-masing akan membentuk gamet.
Pada percobaan dihibrid ini dilakukan dengan menggunakan kancing
warna, seperti kancing berwarna merah, kancing berwarna hitam, kancing
berwarna putih dan kancing berwarna hijau. Pelemparan kancing dilakukan
sebanyak 200 kali pada saat di amati pelemparan kancing yang menghasilkan
warna merah hitam sebanyak 104 dengan harapan 112,5, pelemparan kancing
yang menghasilkan warna merah hijau sebanyak 41 dengan harapan 37,5,
pelemparan kancing yang menghasilkan warna putih hitam sebanyak 38 dengan
harapan 37,5 dan pelemparan putih hijau sebanyak 17 dengan harapan 12,5.
Dengan menggunakan hipotesis Ho : Bila X2 hitung ≤ X2 tabel, maka diterima
bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan. H1 :
Bila X2 hitung ≥ X2 tabel, maka diterima bahwa sebaran pengamatan berbeda
nyata dengan sebaran harapan. Setelah dilakukan percobaan didapatkan jumlah
dari nilai X2 hitung atau X2 total adalah sebesar 2,6. Dan didapatkan kesimpulan
bahwa setelah melakukan pengamatan dan percobaan didapatkan hasil bahwa
hipotesis yang digunakan adalah Ho dan diterima oleh hukum Mendel II karena X2
hitung sebesar 2,6 ≤ X2 tabel sebesar 7,82, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Berdasarkan hukum Mendel II pada waktu pembentukan gamet F, masing-
masing gen suatu sifat dari tetua bahwa berpadu bebas dengan gen suatu sifat dari
tetua jantan.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu beberapa
pasang kancing yang digunakan sebagai objek yang dilemparkan untuk
mengetahui hasil monohibrid dan dihibrid.
Serta adapun faktor kesalahan pada praktikum kali ini yaitu kurang
ketelitian pada saat menghitung dan melihat warna kancing sehingga hasil yang
didapatkan kurang tepat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Hasil yang di dapat pada percobaan persilangan monohibrid yang telah
dilakukan adalah bahwa Ho dengan nilai X2 hitungan-hitungan senilai X2
hitung sebar 0,66 < X2 table sebesar 3,84 maka sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebaran harapan oleh karena itu hukum Mendel I
diterima.
- Hasil yang di dapat pada percobaan persilangan dihibrid yang telah
dilakukan adalah Ho dengan X2 hitung sebesar 2,6 ≤ X2 table sebesar
7,82 maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan
oleh karena itu hukum mendel II diterima.
- Hasil dari persilangan monohibrid pada RR (merah) didapatkan X2
sebesar 0,16.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum genetika percobaan persilangan monohibrid
dan dihibrid Mendel selanjutnya bisa menggunakan metode kain seperti
persilangan monohibrid dominan (RR,rr) dan Praktikum diharapkan lebih teliti
dalam menghitung hasil pengamatan agar memberikan hasil yang maksimal.
Daftar Pustaka

Fitria, Nirmala. 2013. Rasio Perbandingan F1 dan F2 Pada Persilangan Starin N x


tx serta Resiproknya. Jurnal Biology Science & Education. Vol (2) 1 : 38-40
Kimbal, John S. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Reece, dkk. 1991.Biology.Jakarta:Erlangga
Suradinata, Dr.Tatang S. 2015. Struktur Tumbuhan. Surabaya: Angkaga
Wijayanto, Dwi Agus, dkk. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam
Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda.Jurnal
Ilmu dasar.Vol (14) 2 : 79-84
Starr, Taggart, Evers, dkk. 2012. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk
Hidup. Jakarta: Salemba Teknika
Yudono, Prapto, dkk.2011. Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Meilinda. 2017. Teori Hereditas Mendel. Jurnal Evolusi atau Revolusi
(Kajian Filsafat Sains). Vol(4)1 : 63-64

Anda mungkin juga menyukai