Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN

PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA


NURUL AMALIAH TANJUNG MORAWA

PROPOSAL

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Guna Memenuhi


syarat seminar proposal

Oleh :
Annisa Paragita
178600397

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1


B. Identifikasi Masalah ......................................................................................6
C. Batasan Masalah ............................................................................................7
D. Rumusan Masalah .........................................................................................8
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................................8
F. Manfaat Penelitian .........................................................................................8
1. Manfaat Teoritis.........................................................................................8
2. Manfaat Praktis..........................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................

A. Siswa .............................................................................................................9
1. Pengetian Siswa..........................................................................................9
B. Prokrastinasi Akademik.................................................................................10
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ..........................................................10
2. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik .....................................................13
3. Aspek-Aapek Prokrastinasi Akademik .....................................................19
4. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akadmik................................................................21
C. Kontrol Diri ..................................................................................................25
1. Pengertian Kontrol Diri.............................................................................25
2. Faktor-Faktor Kontrol Diri........................................................................29
3. Aspek-Aspek Kontrol Diri.........................................................................30
D. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik .................33
E. Karangka Konseptual ....................................................................................36
F. Hipotesis.........................................................................................................36

BAB III METODELOGI PENELITIAN..........................................................37

A. Tipe Penelitian ...............................................................................................37

i
B. Indentifikasi Variabel Penelitian ...................................................................37
C. Defenisi Variabel Penelitian...........................................................................38
1. Prokrastinasi Akademik.............................................................................38
2. Kontrol Diri...............................................................................................38
D. Subjek Penelitian ...........................................................................................39
1. Populasi ....................................................................................................39
2. Sampel ......................................................................................................39
3. Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................39
E. Teknik pengumpulan Sampel ........................................................................39
1. Skala Prokrastinasi Akademik...................................................................40
2. Skala Kontrol Diri.....................................................................................41
F. Uji Validitas Dan Reliabilitas.........................................................................43

1. Validitas Alat Ukur ...................................................................................44


2. Reliabilitas Alat Ukur ...............................................................................44
G. Teknik Analisis Data......................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah kekuatan yang dapat mengubah suatu

peradaban bangsa, dimasa sekarang pendidikan sangatlah penting untuk kemajuan

masa depan seseorang, pendidikan yang bermutu akan melahirkan bibit-bibit

unggul yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu sasaran untuk mengasah

dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki oleh seorang

perserta didik. Menurut dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI) Siswa merupakan

seorang pelajar akademik, dimana seorang yang belajar pada jenjang tertentu

mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Siswa bagian dari

subyek dalam pendidikan yang tidak akan pernah terlepas dari aktivitas belajar,

dan kewajibannya untuk mengerjakan tugas-tugas pembelajarannya.

Tugas merupakan sesuatu yang wajib dikerjakan dan menjadi sebuah

tanggung jawab seseorang untuk menyelesaikannya dengan tepat waktu. Dalam

lingkungan sekolah, tugas biasanya diberikan oleh guru kepada siswa untuk

latihan baik dirumah maupun disekolah, dengan pemberian tugas ini diharapkan

siswa mampu menguasai materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru dan

dapat menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu siswa sangatlah diharapkan dapat

mengatur waktu dengan baik agar kewajiban atas tugas-tugas tersebut dapat

terselesaikan dengan tepat waktu. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan

untuk para siswa-siswi dimana berada pada katagori pengawasan guru.

1
2

Dalam proses belajar disekolah tidak sedikit siswa yang mengalami

masalah-masalah akademik misalnya, seperti kesulitan dalam pengaturan waktu

belajar, kesulitan menyelesikan tugas-tugas sekolah, kesulitan dalam ujian dan

sebagainya. Maka dari itu sering kali terlihat jelas fenomena penundaan baik itu

dalam bentuk perkerjaan, akademik dan sebagainya, perilaku menunda-nunda atau

tidak disiplin dalam pengaturan waktu dalam bidang psikologi dikenal dengan

istilah prokrastinasi.

Prokrastinasi disebut juga suatu tindakan mengganti tugas yang

berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas

penting tertunda. Prokrastinasi merupakan istilah yang merujuk pada penundaan

yang dilakukan dengan sengaja oleh individu terhadap tugas atau pekerjaannya

dan individu tersebut mengetahui bahwa penundaannya dapat berdampak buruk

Steel (dalam Clara, dkk 2017).

Dalam bidang pendidikan, terdapat pula istilah prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik, merupakan suatu kecenderungan individu dalam

merespon tugas yang dihadapi dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai

maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain

yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Prokrastinasi akademik berupa

penundaan yang hanya terbatas pada tugas dan aktivitas yang berkaitan dengan

pembelajaran. Jenis tugas yang biasanya menjadi obyek prokrastinasi akademik

siswa iyaitu tugas mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, kinerja

administratif, mengikuti pembelajaran di kelas, dan kinerja akademik secara

keseluruhan. Salmon dan Rathblum (dalam Ghufron & Risnawita, 2016).


3

Fenomena prokrastinasi akademik tidak asing lagi terdengar khususnya di

dunia pendidikan, tindakan prokrastinasi akademik tidak hanya terjadi pada

mahasiswa saja namun juga terjadi di kalangan siswa. Siswa-siswi sering kali

mengabaikan atau menyepelekan tugas yang menyangkut akademiknya dengan

berbagai alasan, mereka berfikir tugas tersebut nantinya pasti dapat terselesaikan

jika sudah mendekati batas waktunya.

Siswa yang memiliki prokrastinasi yang rendah dapat dilihat melalui ciri-

ciri seperti: penundaan untuk memulai dan menyelesiakan tugas yang dihadapi,

keterlambatan dalam mengerjakan tugas karena melakukan hal-hal lain yang tidak

dibutuhkan, kesenjangan waktu rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas

yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan (seperti ngobrol,

nonton, main game, jalan-jalan, dll).

Kerugian yang didapatkan dari perilaku prokrastinasi adalah tugas tidak

terselesaikan, jika terselesaikan namun hasilnya tidak maksimal, karena dikejar

deadline. Akan menimbulkan kecemasan sepanjang waktu pengerjaan tugas,

sehingga jumlah kesalahan tinggi karena individu mengerjakan dalam waktu yang

singat. Selain itu sulit berkonsentrasi karena ada perasaan cemas, bingung, stres,

sehingga motivasi belajar dan kepercayaan diri menjadi sangat rendah. Akibatnya

mereka mengalami kesulitan dalam diri mereka sendiri yang akan menyebabkan

batas pengumpulan tugas melewatin waktu yang telah ditentukan.

Hal tersebut juga diperkuat peneliti dengan melakukan komunikasi

pribadi pada beberapa siswa yang sering melakukan prokrastinasi akademik,


4

terdapat berbagai alasan mengapa siswa-siswi menunda-nunda dalam

mengerjakan tugasnya, berikut kutipan wawancaranya :

“Sering kali pun kak, karna saya kurang paham sama beberapa
pelajaran disekolah, waktu saya coba mau ngerjakan tugas itu saya
kurang yakin aja betul enggaknya sama jawabannya terus karna saya
kurang yakin, jadinya saya nunggu temen-teman siap dulu baru saya
ngerjainnya biar ada contoh kak, kalau udah keadaanya mendesak kali
besoknya mau dikumpul barulah terpaksa dikerjakan, kalau pun temen-
temen banyak belum siap juga yaudahlah kak, paling kenak marah
bareng-bareng”(FA, Hasil Wawancara 20 Oktober 2020).
“Sering kak, terkadang saya kelupaan ngerjain pr/tugas tepat
waktu, karna saya kira pr saya dikumpul masih lama lagi, rupanya
dikumpul besok. Kadang saya ingat kak, cuma saya mikir entar-entar aja
lah masih panjang waktunya, terakhir sering kali kelupaan karna hal
lain yang saya lakukan kak, kayak main game ,buka media sosial, jalan-
jalan dan akhirnnya saya kelupaan, gak ingat waktu kadang kak, dan itu
jadi buat saya pusing sendiri, kalau ngerjainnya terburu-buru kak”(AL,
20 Oktober 2020).
Peneliti juga melakukan komunikasi pribadi pada salah satu guru yang

mengajar ditempat penelitian berlangsung, pernyataan yang disampaikan guru

dalam wawancaranya sebagai berikut:

“Yang sering melakukan tindakan penundan tugas, sebenarnya


hampir rata-rata semua kelas nak, tapi memang yang paling sering itu
anak kelas XI, guru-guru disini sering ngeluh, karna rata-rata anak-
anak tersebut seringkali menunda-nunda tugas yang telah diberikan.
Tidak hanya satu mata pelajaan saja namun ada beberapa mata
pelajaran lainya juga. Alasannya ya mulai dari lupa, tidak paham dan
kebingungan dalam mengerjakanya, padahal sudah di jelaskan
sebelumnya.”(PL, Hasil Wawancara 09 Oktober 2020).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada

peneliti di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa, menunjukan bahwa siswa-

siswi di kelas XI sering menunda-nunda untuk mengerjakan atau mengumpulkan

tugas pekerjaan rumah (PR). Mereka menunda untuk mengerjakan atau

mengumpulkan tugas, dengan alasan seperti tidak paham terhadap pelajaran,

lupa, bingung dan terkadang sering berleha-leha dalam mengerjakan tugasnya,


5

sehingga dikejar deadline yang membuat dirinya kebingungan dalam pengerjaan

tugas-tugas yang telah diberikan oleh gurunya tersebut. Disamping itu kegiatan

yang menyenangkan membuat mereka lupa serta tidak sadar akan kewajiban

dasarnya sebagai siswa atau pelajar untuk menyelesaikan tugasnya dengan tepat

waktu.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu

kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik, antara lain kontrol diri. Kontrol

diri (self control), diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing,

mengatur, serta mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke

arah konsekuensi yang positif (dalam Ghufron & Risnawita, 2016). Kontrol diri

merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan

lingkungannya. Selain itu, juga mampu untuk mengontrol dan mengelola situasi

dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi untuk

mengendalikan perilaku, kecendrungan menarik perhatian, keinginan mengubah

perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, dan menutupi

perasaannya.

Seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan mampu untuk

mengelola perasaan impulsif dan juga emosi negatif dari dalam dirinya, lebih

berpikir jernih, dan tetap fokus walaupun di bawah tekanan. Sebaliknya

seseorang yang memilki kontrol diri yang rendah cenderung lebih sulit mengatur

emosinya serta dorongan-dorongan yang ada didalam dirinya dan sulit sekali

mengambil suatu tindakan serta keputusan dengan tepat. Dimana lebih sering
6

melakukan aktivitas sia-sia yang kurang bermanfaat dan hanya membuang

waktunya saja.

Seorang pelaku prokrastinasi kemungkinan akan memiliki kontrol diri

yang rendah, sebab mereka tidak dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya,

sehingga menunda-nunda untuk melakukan tugasnya. Perilaku prokrastinasi

akademik sering terjadi dikalangan siswa, hal ini sudah menjadi kebiasaan dan

budaya yang turun-menurun. Berdasarkan fenomena yang ada maka peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan

Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung

Morawa”. Kenapa pada siswa SMA karna peneliti melihat dan merasakan

langsung fenomena tersebut, maka dari itu peneliti ingin membuktikan adakah

hubungan kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara

kontrol diri dengan prokrastinasi akademik, setiap siswa tentunya memiliki

tuntutan dan kewajiban atas tugas-tugasnya sebagai pelajar, iyaitu mengerjakan

tugas dengan tepat waktu. Dan apabila siswa tersebut tidak mampu untuk

mengatasinya maka siswa-siswi tersebut pasti akan mengalami prokrastinasi

akademik. Melihat jenis tugas yang biasanya sering ditunda oleh siswa adalah

salah satunya tugas perkerjaan rumah iyaitu (PR).

Jika siswa-siswi tidak mengerjakan tugasnya dengan tepat waktu,

kelemahan motivasi dalam dirinya akan menurun yang ditandai dengan

munculnya ciri-ciri penundaan dalam mengerjakan tugas iyaitu, penundaan untuk


7

memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, melakukan aktivitas lain yang

lebih menyenangkan

Melihat fenomena yang terjadi hubungan antara kontrol diri dengan

prokrastinasi akademik yang dialami siswa di SMA Nurul Amaliyah, kontrol diri

siswa-siswi tersebut relatif rendah, kurangnya kemampuan siswa dalam

mengendalikan dirinya untuk bisa mengerjakan tugasnya dengan baik dan tepat

waktu, mereka sering melakukan aktivitas sia-sia seperti begadang semalaman

untuk bermain game online, membuka sosial media belebihan dan aktivitas-

aktivitas lain yang tidak bermanfaat yang hanya membuang-buang waktu saja.

Dengan adanya hubungan tersebut peneliti ingin melihat lebih lanjut “Hubungan

Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Kelas XI di SMA Nurul

Amaliyah Tanjung Morawa”.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam

maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi

variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan

“Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI

Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morowa”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti membuat rumusan masalah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah
8

Ada Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas

XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya “Hubungan Antara Kontrol

Diri Dengan Prokrastnasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah

Tanjung Morawa”

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai

Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas

XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan pengetahuan bahwa terdapat Hubungan Antara Kontrol

Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul

Amaliyah Tanjung Morawa. Sebagai Referensi untuk penelitian selanjutnya

untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Siswa

1. Pengertian Siswa

Menurut kamus besar bahasa indonesia, siswa adalah pelajar akademik.

Dimana individu merupakan seorang yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari

sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Siswa merupakan seseorang

yang menjalani proses belajar di sekolah. Proses tersebut dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam berpikir, mengendalikan emosi, hingga menjalin

hubungan dengan individu lain di lingkungan yang lebih luas (Sardiman 2003).

Pengertian siswa (dalam adisty, 2019) merupakan pelajar yang duduk

dimeja belajar setara sekolah dasar (SD) maupun menengah pertama (SMP),

sekolah menengah keatas (SMA). Siswa-siswa tersebut belajar untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah

didapat dunia pendidikan. Siswa atau perserta didik adalah mereka yang secara

khusus diserahkan oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti pembelajaran yang

diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu

pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, berahlak mulia,

dan mandiri.

Siswa adalah seseorang yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Perkembangan seorang remaja adalah perkembangan dari

seluruh aspek kepribadiannya, namun dengan tempo dan irama dari

perkembangan masing-masing remaja pada setiap aspek tidak selalu sama. Hal
10

yang sama adalah siswa yang juga bisa dikatakan sebagai kelompok orang,

dengan usia tertentu yang belajar dengan baik, baik secara berkelompok maupun

perorangan. Siswa juga bisa disebut sebagai pelajar, pada saat berbicara tentang

siswa tentu pikiran kita tertuju pada lingkungan sekolah, baik di sekolah dasar

atau menengah Jawa pos (dalam adisty 2019).

Dari pendapat tersebut diketahui bahwa siswa adalah pelajar akademik.

Dimana mereka merupakan seorang yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari

sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Siswa-siswa tersebut belajar

untuk mendapatkan ilmu pengetahuan untuk mencapai pemahaman ilmu yang

telah didapat dalam dunia pendidikan.

B. Prokrastinasi Akademik

1. Pengertian Prokrastinasi

Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan

“pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”

yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi “menangguhkan”

atau menunda sampai hari berikutnya.

Menurut Brown dan Holzaman (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016)

Prokrastinasi digunakan untuk menunjukan suatu kecenderungan menunda-nunda

menyelesaikan suatu tugas atau suatu perkerjaan. Dan menurut Watson (dalam

Ghufron dan Risnawita, 2016) Prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, dan

tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, serta juga

mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan.


11

Menurut Silver (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Seseorang yang

melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu

dengan tugas yang dihadapinya. Akan tetapi, seorang pelaku prokrastinasi hanya

menunda-nunda untuk mengerjakannya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan tugas.

Prokrastinasi akademik diartikan sebagai kebiasaan individu untuk

cenderung meninggalkan, menunda serta menghindarkan diri untuk

mmenuntaskan kegiatan yang semestinya harus dituntaskan. Tuckman (dalam

Tresnawati, 2016) Menjelaskan pengertian dari prokrastinasi yaitu perilaku yang

dapat dilakukan oleh berbagai kalangan tanpa memandang umur, jenis kelamin

serta pekerjaan yang sudah bekerja maupun yang masih duduk di bangku

pendidikan. Burka & Yuen (dalam Tresnawati 2016).

Ellis dan knaus (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Mengatakan

bahwa prokrastinasi akademik adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan

dan proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Hal ini

terjadi karena adanya perasaan takut gagal, dan pandangan bahwa segala sesuatu

harus dilakukan dengan benar. Penundaan yang telah terjadi respons tetap atau

kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu trait prokrastinasi.

Salmon dan Rathblum (dalam Ghufron & Rasnawita 2016) Prokrastinasi

akademik, adalah kecenderungan individu dalam merespon tugas yang dihadapi

dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja

secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas.
12

Menurut Solomon dan Rothblum (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016)

Jenis tugas yang menjadi obyek prokrastinasi akademik adalah: tugas mengarang,

belajar untuk menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, mengikuti

pembelajaran di kelas, dan kinerja akademik secara keseluruhan.

Ferarri dkk (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Menyimpulkan bahwa

pengertian dari prokrastinasi dapat dilihat dari beberapa batasan yaitu :

a. Prokrastinasi hanya sebagai suatu perilaku penundaan, setiap

perbuatan yang menunda dalam menyelesaikan suatu tugas disebut

prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan

penundaan.

b. Prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki

individu yang mengarah kepada trait, penundaan sudah menjadi

respontetap yang dilakukan seseorang dalam mengerjakan tugas,

biasanya disertai oleh keyakinan-keyakinan irasional.

c. Prokrastinasi sebagai suatu trai kepribadian, dalam pengertian ini

prokrastinasi tidak hanya sebagai perilaku penundaan, tetapi

merupakan traityang melibatkan komponen-komponen perilaku

maupun struktur mental yang saling terkait yang dapat dikketahui

secara langsung maupun tidak langsung.

Dari beberapa penjelasan diatas prokrastinasi akademik dapat

disimpulkan sebagai kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses

penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Dimana adanya

kecenderungan individu dalam merespon tugas yang dihadapi dengan mengulur-


13

ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk

melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.

2. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik

Ghufron & Risnawita, 2016 faktor-faktor yang mempengaruhi

Prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, iyaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri

individu yang mempengaruhi pokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi

kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu.

1) Kondisi fisik individu

Faktor dari dalam individu yang turut mempengaruhi munculnya

prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan

individu, misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan

memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan

prokrastinasi dari pada yang tidak. Tingkat inteligensi yang dimiliki

seseorang tidak memengaruhi perilaku prokrastinasi.Walaupun

prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan

yang irasional yang dimiliki seseorang.

2) Kondisi psikologis individu

Menurut Millgram dkk, (dalam Ghufron & Risnawita 2016) Trait

kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku

penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam


14

self-regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.

Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi

prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi intrinsik yang

dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah

kecenderungannya untuk melakukan prokrastinasi akademik. Selain

itu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu

kecenderungan perilaku prokrastinasi antara lain adalah self control,

self efikasi diri, self conscious, dan self critical.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri

individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu berupa

pengasuhan orangtua dan lingkungan yang kondusif, yaitu

lingkungan yang lenient (lunak).

1) Gaya pengasuhan orang tua

Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (Gufron & Risnawati 2016)

Menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan

munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada

subjek penelitian anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan

otoriter ayah menghasilkan anak perempuan yang bukan

prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan

avoidance procratination menghasilkan anak perempuan yang

memiliki kecenderungasn untuk melakukan avoidance procratination

pula.
15

2) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih

banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan

daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level

sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun di kota tidak

mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang.

Menurut Biordi (dalam Azhari, 2019) Mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi prokrastinasi akademik terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Karakteristik tugas yang dipersepsikan siswa sebagai tugas yang

menyenangkan atau membosankan mempengaruhi siswa untuk menunda

penyelesaian tugas. Karakteristik tugas yang membosankan pada

umumnya membuat siswa melakukan penundaan terhadap suatu tugas.

b. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan cenderung

melakukan prokrastinasi. Hal ini merupakan faktor kepribadian

prokrastinator.

c. Faktor situasional, yaitu adanya gangguan atau distraksi lingkungan yang

mempengaruhi seseorang untuk menunda pekerjaan.

Catrunada, (dalam Arumsari, dkk 2018), mengungkapkan ada sepuluh

faktor yang dapat menyebabkan prokrastinasi, yaitu :

1) Anxiety

Anxiety dapat diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan pada akhirnya

menjadi kekuatan magnetik yang berlawanan dimana tugas-tugas yang


16

diharapkan dapat diselesaikan berinteraksi dengan kecemasan yang tinggi,

sehingga seseorang cenderung menunda tugas tersebut.

2) Self-depreciation

Dapat diartikan sebagai pencelaan terhadap diri sendiri. Seseorang

memiliki penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri dan selalu siap untuk

menyalahkan diri sendiri ketika terjadi kesalahan dan juga merasa tidak

percaya diri untuk mendapat masa depan yang cerah.

3) Low discomfort tolerance

Dapat diartikan sebagai rendahnya toleransi terhadap ketidaknyamanan.

Adanya kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang

mengalami kesulitan untuk menoleransi rasa frustrasi dan kecemasan,

sehingga mereka mengalihkan diri sendiri kepada tugas-tugas yang

mengurangi ketidaknyamanan dalam diri mereka.

4) Pleasure-seeking

Dapat diartikan sebagai pencari kesenangan. Seseorang yang mencari

kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat

nyaman tersebut. Jika seseorang memiliki kecenderungan tinggi dalam

mencari situasi yang nyaman, maka orang tersebut akan memiliki hasrat

kuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah.

5) Time disorganization
17

Dapat diartikan sebagai tidak teraturnya waktu. Mengatur waktu berarti

bisa memperkirakan dengan baik berapa lama seseorang membutuhkan

waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Aspek lain dari lemahnya

pengaturan waktu adalah sulitnya seseorang memutuskan pekerjaan apa

yang penting dan kurang penting untuk dikerjakan hari ini. Semua pekerjaan

terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa

yang harus dikerjakan terlebih dahulu.

6) Environmental disorganization

Dapat diartikan sebagai berantakan atau tidak teraturnya lingkungan.

Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan

disekitarnya berantakan atau tidak teratur dengan baik, hal itu terjadi

kemungkinan karena kesalahan individu tersebut. Adanya begitu banyak

gangguan pada area wilayah pekerjaan menyulitkan seseorang untuk

berkonsentrasi sehingga pekerjaan tersebut tidak bisa selesai tepat pada

waktunya.

7) Poor task approach

Poor Task Approach Dapat diartikan sebagai pendekatan yang lemah

terhadap tugas. Jika akhirnya seseorang merasa siap untuk bekerja,

kemungkinan dia akan meletakkan kembali pekerjaan tersebut karena tidak

tahu darimana harus memulai sehingga cenderung menjadi tertahan oleh

ketidaktahuan tentang bagaimana harus memulai dan menyelesaikan

pekerjaan tersebut.
18

8) Lack of assertion

Dapat diartikan sebagai kurangnya memberikan pernyataan yang tegas.

Contohnya adalah seseorang yang mengalami kesulitan untuk berkata tidak

terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya sedangkan banyak hal yang

harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dulu. Hal ini bisa terjadi

karena mereka kurang memberikan kehormatan atas semua komitmen dan

tanggung jawab yang dimiliki.

9) Hostility with others

Dapat diartikan sebagai permusuhan terhadap orang lain. Kemarahan

yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan

sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang

dikatakan oleh orang tersebut.

10) Stress and fatigue

Dapat diartikan sebagai perasaan tertekan dan kelelahan. Stres adalah

hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang digabung

dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri individu.

Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap seseorang dalam

memecahkan masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi

stres seseorang.

Faktor lain yang di dapat dari penelitian yang dilakukan oleh Steel (dalam

Indah Sari, 2018) Menyebutkan bahwa prokrastinasi dapat terjadi karena

dipengaruhi oleh self regulatory failure (kegagalan dalam pengaturan diri),


19

rendahnya self efficacy, self control, dan keyakinan irasional (takut akan gagal

dan perfeksionis).

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi yaitu faktor internal, yang meliputi, self control, self efikasi

diri, self conscious, dan self critical. Dan eksternal gaya pengasuhan orang tua

dan kondisi lingkungan.

3. Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik

Menurut Tuckman (dalam jamila, 2020) Menjelaskan bahwa prokrastnasi

akademik terbagi menjadi beberapa aspek yang akan di jelaskan sebagai berikut:

a. Kecenderungan untuk menunda-nunda melakukan hal yang ingin

dikerjakan (ketika menggunakan waktu senggang dan menunggu

sampai menit terakhir). Individu yang melakukan prokrastinasi paham

bahwa pekerjaan atau tugas yang dikerjakan harus segera diselesaikan,

akan tetapi individu tersebut menunda-nunda untuk mengerjakannya,

ataupun menunggu waktu yang tenggang dan bahkan menunggu sampai

menit-menit terakhir tugas ingin dikumpul, selanjutnya menunda-nunda

belajar ketika menghadapi ujian.

b. Kecenderungan melakukan hal-hal yang menyenangkan ketika

mengalami kesulitan dan bahkan menghindari ketidaknyamanan tentang

tugas yang dikerjakan (mencari celah atau jalan pintas untuk melewati

tugas berat). Seorang prokrastinator ketika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugas cenderung melakukan hal-hal yang menyenangkan,

seperti mendengarkan musik, memainkan handphone, membaca buku


20

cerita dan sebagainya. Selanjutnya, menghindari ketidaknyamanan

tentang tugas yang dikerjakan, seperti mencontek tugas temannya,

jalan-jalan, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki

untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan.

c. Kecenderungan untuk menyalahkan (saya percaya bahwa orang lain

tidak memiliki hak untuk memberikan batas waktu). Seorang

prokrastinator ketika tugasnya tidak selesai pada waktunya, cenderung

menyalahkan orang lain, seperti menyalahkan guru terlalu cepat

memberikan waktu untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan,

menyalahkan teman, orangtua, mengajak temannya untuk tidak

mengerjakan tugas, dan bahkan objek lain yang menjadi sasaran untuk

menutupi tugas yang dikerjakan itu tidak selesai, contohnya yaitu:

membuat alasan mati lampu, ada acara keluarga, buku tugas tertinggal

di rumah, dan sebagainya.

Menurut Millgram (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Aspek-aspek

prokrastinasi iyaitu perilaku spesifik yang meliputi :

a. Suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk

memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas.

b. Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya

keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam

mengerjakan tugas.

c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi

sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas

kantor, tugas sekolah maupun tugas rumah tangga.


21

d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan,

misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik dan

sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan ada beberapa aspek yang dapat

mempengaruhi prokrastinasi akademik iyaitu: kecenderungan untuk menunda-

nunda melakukan hal yang ingin dikerjakan, kecenderungan melakukan hal-hal

yang menyenangkan, kecenderungan untuk menyalahkan. Dan suatu perilaku

yang melibatkan unsur penundaan, menghasilkan akibat-akibat lain, melibatkan

suatu tugas yang dipersepsikan, menghasilkan keadaan emosional.

4. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik

Menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron & Risnawita 2016) Prokrastinasi

akademik sebagai suatu perilaku penundaan dapat dimanifestasikan dalam

beberapa indikator tertentu yang dapat diamati ciri-cirinya, sebagai berikut:

a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas.

Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tahu bahwa

tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan, akan tetapi ia

menunda-nunda untuk memulai mengerjakannya ataumenunda-nunda

untuk menyelesaikannya sampai tuntas. jika ia sudah mulai

mengerjakan sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

Orang yang melakukan prokrastinasi akademik membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk mengerjakan suatu tugas dari pada

waktu yang dibutuhkan pada umumnya. Procrastinator menggunakan


22

banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya secara berlebihan, selain

itu melakukan hal-hal yang tidak berkaitan dengan tugas tanpa

memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Lambannya

seseorang dalam mengerjakan tugas dapat menjadiciri umum dari

prokrastinasi akademik.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Seorang prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu tugas

dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya, ia juga sering

mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah

ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah

ditentukan oleh dirinya sendiri. Procrastinator sudah menentukan

waktunya sendiri untuk mengerjakan tugas, akan tetapi ketika saatnya

tiba ia tidak mengerjakan tugas sesuai waktu yang telah ditentukan

sehingga menyebabkan keterlambatan bahkan kegagalan untuk

menyelesaikan tugas secara memadai.

d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan

Menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan dan dianggap hiburan dari pada mengerjakan tugas

yang harus dikerjakan, seperti membaca (Koran, majalah, buku cerita,

dan lainnya) nonton, ngobrol, jala, mendengarkan music, dan

sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk

mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan.


23

Edwin & Sia (dalamFatimaullah dkk, 2019) yang mengemukakan 4 ciri-ciri

prokrastinasi akademik yang meliputi:

1) Perceived time, seseorang yang cenderung prokrastinasi adalah orang-

orang yang gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada masa

sekarang dan tidak memertimbangkan masa mendatang.

2) Intention-action, celah antara keinginan dan tindakan. Perbedaan antara

keinginan dan tindakan senyatanya ini terwujud pada kegagalan siswa

dalam mengerjakan tugas akademik walaupun siswa tersebut punya

keinginan untuk mengerjakannya. Hal ini terkait pula dengan

kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

3) Emotional distress, adanya perasaan cemas saat melakukan

prokrastinasi. Perilaku menunda-nunda akan membawa perasaan tidak

nyaman pada pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu

kecemasan dalam diri perilaku prokrastinasi.

4) Perceived ability atau keyakinan terhadap kemampuan diri. Walaupun

prokrastinasi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif

seseorang, namun keragu-raguan terhadap kemampuan dirinya dapat

menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi.

Prokrastinasi akademik dapat termani-festasikan dalam indikator tertentu

yang dapat diukur dan diamati dengan beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut menurut

Burka & Yuen (dalam azalia dkk, 2016), antara lain:

a. Perfeksionis
24

Prokrastinator merasa bahwa segala sesuatunya itu harus sempurna.

Lebih baik menunda daripada berkerja keras dan mengambil resiko

kamudian dinilai gagal. Prokrastinator akan menunggu sampai dirasa saat

yang tepat bagi dirinya untuk bertindak agar dapat memperoleh hasil yang

sempurna.

b. Kurang percaya diri

Individu yang menunda biasnya berjuang dengan perasaannya yang

kurang percaya diri dn kurang menghargai diri sendiri. individu yang

demikian ini kemungkinan ingin berada pada penampilan yang bagus,

sehingga menunda. Prokrastinator merasa tidak sanggup menghasilkan

sesuatu dan terkadang menahan ide-ide yang dimilikinya karen takut tidak

diterima orang lain.

c. Penghindaran pada tugas

Prokrastinator menghindari suatu tantangan segala sesuatu yang

dilakukannya, bagi prokrastinator seharusnya terjadi dengan mudah dan

tampa usaha.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik

adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara

rencana dan kinerja, aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas yang dikerjakan, perceived time,

intention-action, emotional distress, perceived ability, perfeksionis, kurang

percaya diri, pengindaran pada tugas.


25

C. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun membimbing

mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah

kuensikuensi positif. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam

kepekaan membaca situasi diri dan ingkungannya. Selain itu, juga kemampuan

untuk menngontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan

kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk

mengendalikan perilaku. Kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah

perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu komform

dengan orang lain (dalam Ghufron & Risnawita, 2016).

Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Risnawita 2016)

Mendefinisikan kontrol diri (self control) sebagai pengaturan proses-proses fisik,

psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang

membentuk dirinya sendiri.

Lazarus (dalam Syamsul Bachri, 2010) Menjelaskan bahwa kontrol diri

menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk

menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil dan tujuan

tertentu sebagaimana yang diinginkan. Kontrol diri merujuk pada kemampuan

seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan tampa terhalangi baik

oleh rintangan maupun kekuatan yang berasal dari dalam diri individu. Jadi

kontrol dirimerupakan kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-

dorongan, baik baik dalam diri maupun dari luar individu. (Gleitman, dalam

Syamsul Bachri, 2010).


26

Syder dan Gangestad (dalam Ghufron & Risnawita, 2016) Mengatakan

bahwa konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat

hubungan antar pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan

masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan

berpendirian yang efektif.

Menurut Mahoney dan Thoresen (dalam Gufron& Risnawita 2016)

Kontrol diri merupakan jalinan secara utuh (Inegrative) yang dilakukan individu

tehadap lingkungannya. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai

dengan pemintaan situasi sosial yang kamudian dapat mengatur kesan yang dibuat

perilakunya lebih responsif, berusaha untuk mempelancar interaksi sosial,

bersikap hangat, dan terbuka.

Hurlock (dalam Azalia 2019) Mengemukakan bahwa kemampuan

mengontrol diri berkembang seiring dengan perkembangan usia. Salah satu tugas

perkembangan yang harusdikuasai remaja adalah mempelajari apa yang

diharapkan oleh kelompok dari dirinya kemudian mau membentuk perilakunya

agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi didorong, dan

diancam (hukuman) seperti yang dialami pada waktu anak-anak.

Menurut Block and Block (dalam Ghufron & Risnawati, 2016) Ada tiga

jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan appropriate

control. Over control merupakan control diri yang dilakukan oleh individu secara

berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi

terhadap stimulus. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk

melepaskan impulsivitas dengan bebas tampa perhitungan yang masak. Sementara


27

uppropriate control merupakan control individu dalam upaya mengendalikan

implus secara tepat.

Golemen (dalam Syamsul Bachri, 2010) Kontrol diri berkaitan erat

dengan keterampilan emosional. Keterampilan emosional mencangkup

pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi

diri sendiri dan bertahan menghadapin frustasi, kesanggupan untukmengendalikan

dorongan hati dan emosi, tidak berlebihan dalam kesenangan, mengatur suasana

hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir,

untuk membaca persaan terdalam orang lain. Selanjutnya kontrol diri berpengaruh

terhadap kesuksesan studi dan kepribadian.

Carly dan pater (dalam Syamsul Bachri, 2010) Keterampilan emosional

adalah kempuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi dan mengaruh yang manusiawi.

Keterampilan emosi menuntun penilikan perasaan, belajar mengakui menghargai

perasaan pada diri dan orang lain, serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan

secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Risnawita 2016)

Mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu mengkontrol diri seacara

kontinu. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan

keinginannya individu harus mengkontrol perilakunya agar tidak menggangu

kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara

konstan menyusun standar yang lebih baik dari dirinya. Ketika berusaha

memenuhi tuntutan, dibutkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian

standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.


28

Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi

serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Menurut konsep ilmiah,

pengendalian emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang

bermanfaat dan dapat diterima secara social dimana konsep ilmiah menitik

beratkan pada pengendalian akan tetapi, tidak sama artinya dengan penekanan.

Ada dua kreteria yang menentukan apakah kontrol emosi dapat diterima secara

social atau tidak. Kontrol emosi dapat diterima bila reaksi masyarakat terhadap

pengendalian emosi adalah positif, namun reaksi positif saja tidakla cukup

karenanya perlu diperhatikan kreteria lain, yaitu efek yang muncul setelah

mengontrol emosi terhadap kondisi fisik dan psikis.

Hurlock (dalam Gufron & Risnawita 2016) Menyebutkan tiga kreteria

emosi. Di bawah ini adalah tiga kreteria emosi tersebut:

1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.

2. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk

memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.

3. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan

memutuskan cara beraksi terhadap situasi tersebut.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka kontrol diri dapat diartikan

sebagai suatuaktivitas pengendalian tingkah laku. Kontrol diri sebagai suatu

kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk

perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.


29

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Ghufron & Risnawita, 2016 Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol

diri adalah faktor Internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia.

Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan

mengontrol diri seseorang.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga.

Lingkunag keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana

kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah

(2000) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan

disiplin orang tua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya

kemampuan mngontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orang tua

menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan

orang tua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan

anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap

kekonsistensian ini akan di internalisasi anak.

Tangney, dkk (dalam Ichdha & Abdurrohim, 2019) menyebutkan

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kontrol diri, antara lain yaitu :

a. Emosi moral

Mendominasi emosi yang berpotensi relevan untuk mengendalikan diri.

Rasa malu dan bersalah telah dikaitkan dengan hasil interpersonal dan

pribadi.
30

b. Fitur kepribadian

Secara teoritis terkait dengan kecenderungan untuk mengendalikan diri.

Kapasitas untuk mengendalikan diri jelas merupakan suatu komponen

penting dari berperilaku.

c. Perfeksionisme

Kecenderungan untuk berpegang teguh pada harapan yang tinggi dan

tidak realistis standar. Individu yang memiliki perfeksionisme tinggi

terkadang dapat mengerahkan kontrol diri yang cukup besar dalam

mengerjakan kesempurnaan.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kontrol diri, adanya faktor internal dan faktor

eksternal. Dan faktor lainya iyaitu emosi moral, fitur kepribadian, dan

pereksionisme.

3. Aspek-Aspek Kontrol Diri

Averill (Ghufron &Risnawita, 2016) Menyebut kontrol diri dengan

sebutan control personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), control

kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).

a. Kontrol Perilaku (Behavior control)

Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon

yang dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu

keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku

ini diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan

(regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus


31

(stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan

merupakan kemampuan individu untuk mentukan siapa yang

mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau

aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila

tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal.

Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk

mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak

dikhendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, iyaitu

mencegah atau menjahui stimulus, mendapatkan tenggang waktu

diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan

stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.

b. Kontrol Kognitif (Cognitive control)

Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah

informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi,

menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka

kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek

ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi

(information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan

informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang

tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut

dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu

berusaha meniali dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa

dengan cara memerhatikan segi-segi porsitif secara subjektif.


32

c. Kontrol Dalam Mengambil Keputusan (Desional control)

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk

memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang

diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan

akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan,

atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai

kemungkinan tindakan.

Tangney, dkk (dalam Azhari, 2019) mengusulkan bahwa self-control atau

kontrol diriterdiri atas lima aspek sebagai berikut ini:

a. Self-discipline, yaitu mengacu pada kemampuan individu dalam

melakukan disiplin diri. Hal ini berarti individu mampu

memfokuskan diri saat melakukan tugas. Individu dengan self-

discipline mampu menahan dirinya dari hal-hal lain yang

dapatmengganggu konsentrasinya.

b. Deliberate/nonimpulsive, yaitu kecenderungan individu untuk

melakukan sesuatu dengan pertimbangan tertentu, bersifat hati-hati,

dan tidak tergesa-gesa. Ketika individu sedang bekerja, ia cenderung

tidak mudah teralihkan. Individu yang tergolong

nonimpulsivemampu bersifat tenang dalam mengambil keputusan

dan bertindak.

c. Healthy habits, yaitu kemampuan mengatur pola perilaku menjadi

kebiasaan yang menyehatkan bagi individu. Oleh karena itu,

individu dengan healthy habitsakan menolak sesuatu yang dapat

menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meskipun hal tersebut


33

menyenangkan. Individu dengan healthy habitsakan mengutamakan

hal-hal yang memberikan dampak positif bagi dirinya meski dampak

tersebut tidak diterima secara langsung.

d. Work ethicyang berkaitan dengan penilaian individu terhadap

regulasi diri mereka di dalam layanan etika kerja. Individu mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal

di luar tugasnya meskipun hal tersebut bersifat menyenangkan.

Individu dengan work ethic mampu memberikan perhatiannya pada

pekerjaan yang sedang dilakukan.

e. Reliability, yaitu dimensi yang terkait dengan penilaian individu

terhadap kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka

panjang untuk pencapaian tertentu. Individu ini secara konsisten

akan mengatur perilakunya untuk mewujudkan setiap perencanan.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur kontrol

diri biasanya digunakan aspek-aspek iyaitu: kemampuan mengontrol perilaku,

kontrol kognitif, dan kontrol dalam mengambil keputusan. dan aspek lainya ada

self-discipline, deliberate/nonimpulsive, healthy habits, work ethicyang,

reliability.

D. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik

Menurut Brown dan Holzaman (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016)

Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda-nunda menyelesaikan suatu

tugas atau suatu perkerjaan. Dimana individu dalam merespon tugas yang

dihadapi dengan sengaja mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun


34

menyelesaikan kinerja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan

untuk menyelesaikan tugasnya disebut dengan prokrastinasi.

Seseorang individu atau disebut dengan (Prokrastinator) yang suka

menunda perkerjanya dan tugasnya memilki ciri-ciri iyaitu: penundaan untuk

memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas yang

lebih menyenangkan.

Faktor yang mempengaruhi seorang siswa cenderung melakukan tindakan

prokarastinasi salah satunya adalah kontrol diri. Kontrol diri diartikan sebagai

kemampuan untuk menyusun membimbing mengatur, dan mengarahkan bentuk

perilaku yang dapat membawa ke arah kuensikuensi positif. Besarnya motivasi

yang dimiliki siswa juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif,

semakin tinggi motivasi instriksik yang dimiliki siswa ketika menghadapi tugas,

akan semakin rendah untuk melakukan prokrastinasi akademik. Hal tersebut

sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kontrol diri dari aspek

perilaku, kognitif serta mengambil keputusan sangat berpengaruh dalam

melakukan tindakan, salah satunya adalah perilaku prokrastinasi akademik.

Siswa dengan kontrol diri tinggi akan mampu untuk mengatur dan

mengarahkan perilakunya ke arah yang positif, mampu mengatasi berbagai hal

yang nantinya akan merugikannya. Sedangkan, siswa dengan kontrol diri rendah

cenderung hanya mengejar kesenangan sesaat tanpa mempertimbangkan

konsekuensi jangka panjang dan mudah teralihkan serta tidak dapat menahan

dirinya untuk melakukan aktivitas lain.


35

Maka dapat disimpulkan bahwa Prokrastinasi akademik memiiki

hubungan dengan kontrol diri. Hal tersebut dapat terlihat bahwa prokrastinasi

akademik merupakan salah sau faktor yang mempengaruhi kontrol diri yang di

kemukakan oleh Gufron & Risnawita, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian

Husna & Suprihatin (2019) Dengan judul penelitian “Hubungan antara kontrol

diri dengan prokrastinasi akademik pada siswa Islam Sultan Agung 1 Semarang”.

Yang mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara

kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi tingkat

kontrol diri yang dimiliki siswa tersebut, maka akan semakin rendah tingkat

prokrastinasi akademik, sebaliknya jika semakin rendah tingkat kontrol diri yang

dimiliki siswa maka prokrastinasi akademik pada siswa akan semakin tinggi.

Berikutnya ada penelitian dari Purwati (2016) Pengaruh antara kontrol diri

dengan prokrastnasi peserta didik kelas X SMA Negeri1 Sunggal Ambawang.

Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang negatif signigikan antara

kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik. Tingkat kontrol diri dan

prokrastinasi akademik peserta didik tergolong “Sedang”.Dan terdapat pengaruh

negatif signifikan antara kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik “Kuat”.

Artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik,

sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi prokrastinasi

akademik.
36

E. Karangka Konseptual

Siswa

Kontrol Diri Prokrastinasi Akademik


Aspek-Aspek
Ciri-Ciri
Menurut Averil (dalam Ghufron,
Menurut Ferrari dkk (dalam
Risnawati, 2016).
Ghufron, Risnawati,2016).
1) Kontrol Perilaku (Behavioral
1) Penundaan untuk memulai
Control)
dan menyelesakan tugas.
2) Kontrol Kognitif (Cognitive
2) Keterambatan dalam
Control)
mengerjakan tugas.
3) Kontrol Dalam Mengambil
3) Kesenjangan waktu antara
Keputusan (Decisional
rencana dan kinerja aktual
Control)
4) Melakukan aktivitas yang

lebih menyenangkan.

E. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah “Ada Hubungan Negatif Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi

Akademik Pada Siswa Kelas XI. Dengan asumsi bahwa semakin baik kontrol diri

maka semakin rendah prokrastinasi akademiknya. Sebaliknya semakin rendah

kontrol diri maka semakin tinggi prokrastinasinya.


37

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2016) adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional

Menurut Arikunto (2014), penelitian korelasional merupakan penelitian yang di-

maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

variabel lainya. Tipe penelitian ini dianggap cocok karena bertujuan untuk melihat

“Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI

Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa”.

B. Indentifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Adapun variabel–variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Terikat (Y) : Prokrastinasi Akaemik

b. Variabel Bebas (X) : Kontrol Diri


38

C. Defenisi Oprasional Variabel Penelitian

1. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik dapat diartikan sebagai kebiasaan penundaan yang

tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu

dilakukan. Dimana adanya kecenderungan individu dalam merespon tugas yang

dihadapi dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan

kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas.

Prokrastinasi akademik diukur dengan menggunakan skala yang telah

dipersiapkan oleh peneliti berdasarkan ciri- ciri prokrastinasi akademik oleh

Ferrari dkk (Ghufron & Risnawita, 2016)Yang meliputi: Penundaan untuk

memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, melakukan aktivitas lain yang

lebih menyenangkan.

2. Kontrol Diri

Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah

laku. Kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing,

mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah

konsekuensi positif. Kontrol diri diukur dengan menggunakan skala yang telah

dipersiapkan oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kontrol diri oleh (Averill,

dalam Ghufron & Risnawita, 2016) Yang meliputi: kontrol perilaku (behavior

control), control kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan

(decisional control).
39

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2016) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Arikunto (2014), menjelaskan apabila subjek populasi jumlahnya kurang dari

100-150, sebaiknya digunakan sampel populasi (total sampel). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI disekolah SMA Nurul Amaliyah

Tanjung Morawa yang berjumlah sebanyak 105 orang.

2. Sampel

Menurut (Sugiyono, 2016) Sampel adalah sebagian jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representative (mewakili), dalam menentukan jumlah

sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI Di SMA

Nurul Amaliyah Tanjung Morawa yang berjumlah sebanyak 105 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling

jenuh yang artinya teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2016).

E. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala

adalah suatu daftar yang berisi pernyataan yang diberikan kepada subyek agar

dapat mengungkapkan aspek-aspek psikologis yang ingin diketahui. Skala yang

digunakan di sini adalah tipe skala Likert. Skala likert adalah skala yang dapat
40

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,2016).

1. Skala Prokrastinasi

Skala ini bertujuan untuk mengukur ciri-ciri prokrastinasi yang

dikemukan oleh Ferrari dkk, (dalam Ghufron, Risnawati, 2016) meliputi:

a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas.

Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tahu bahwa tugas

yang dihadapi harus segera diselesaikan, akan tetapi ia menunda-nunda

untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk

menyelesaikannya sampai tuntas. jika ia sudah mulai mengerjakan

sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

Orang yang melakukan prokrastinasi akademik membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk mengerjakan suatu tugas dari pada waktu yang

dibutuhkan pada umumnya. Procrastinator menggunakan banyak waktu

untuk mempersiapkan dirinya secara berlebihan, selain itu melakukan hal-

hal yang tidak berkaitan dengan tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan

waktu yang dimilikinya. Lambannya seseorang dalam mengerjakan tugas

dapat menjadiciri umum dari prokrastinasi akademik.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Seorang prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu tugas dengan

batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya, ia juga sering mengalami

keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh

orang lain maupun rencana yang telah ditentukan oleh dirinya sendiri.
41

Procrastinator sudah menentukan waktunya sendiri untuk mengerjakan

tugas, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak mengerjakan tugas sesuai

waktu yang telah ditentukan sehingga menyebabkan keterlambatan bahkan

kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.

d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan.

Menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan dan dianggap hiburan dari pada mengerjakan tugas yang

harus dikerjakan, seperti membaca (Koran, majalah, buku cerita, dan

lainnya) nonton, ngobrol, jala, mendengarkan music, dan sebagainya

sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang

seharusnya dikerjakan.

Skala prokrastinasi akademik ini disusun berdasarkan format likert dengan 4

(empat) alternatif. Sistem penilaian prokrastinasi akademik untuk item

berdasarkan skala likert adalah favourable, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak

setuju (STS) nilai 4 jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S),

nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS). Sedangkan untuk item yang unfavourable

nilai 4 sangat tidak setuju (STS), nilai 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 2

untuk jawaban setuju (S), dan nilai 1 untuk jawaban sangat setuju (SS).

2. Skala Kontrol Diri

Skala ini bertujuan untuk mengukur Aspek-aspek kontrol yang

dikemukan oleh Averil (dalam Ghufron & Risnawati, 2016) meliputi :

a. Kontrol Perilaku (Behavior control)

Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang

dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan


42

yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini

diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan (regulated

administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus

modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan

kemampuan individu untuk mentukan siapa yang mengendalikan situasi

atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan

menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan

menggunakan sumber eksternal.

Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk

mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki

dihadapi.Ada beberapa cara yang dapat digunakan, iyaitu mencegah atau

menjahui stimulus, mendapatkan tenggang waktu diantara rangkaian

stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum

waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.

b. Kontrol Kognitif (Cognitive control)

Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah

informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai,

atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif

sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri

atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan

melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh

individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu

dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan


43

suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi porsitif

secara subjektif.

c. Kontrol Dalam Mengambil Keputusan (Desional control)

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk

memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang

diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan

berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau

kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan

tindakan.

Skala kontrol diri ini disusun berdasarkan format likert dengan 4 (empat)

alternatif. Sistem penilaian prokrastinasi akademik untuk item berdasarkan skala

likert adalah favourable, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) ni4

jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S), nilai 2 untuk

jawaban tidak setuju (TS). Sedangkan untuk item yang unfavourable nilai 4

sangat tidak setuju (STS), nilai 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 2 untuk

jawaban setuju (S), dan nilai 1 untuk jawaban sangat setuju (SS).

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu alat pengumpulan data (alat ukur) dapat dikatakan baik apabila alat

ukur tersebut valid dan reliabel. Sebelum digunakan dalam penelitian, maka alat

ukur (skala) terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) untuk mengetahui

validitas dan reliabilitasnya (Azwar,2012).


44

1. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditan

atau kesahihan sesuatu instrumen.Suatu instrumen yang valid atau sah

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah (Arikunto, 2014).Dalam penelitian ini teknik yang

digunakan untuk pengkuran validitas alat ukur penelitian ini adalah teknik

Correted Item Total Correlation. Validitas dalam penelitian ini akan diuji

dengan mrnggunakan bantuan SPSS(Statistic Packages For Social Science).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Sugiyono (2016) reliabilitas adalah serangkaian pengukuran

atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi jika pengukuran yang

dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reliabilitas tes,

merupakan tingkat konsistensi suatu tes, adalah sejauh mana tes dapat

dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah

meskipun diteskan pada situasi yang berbeda.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengkuran

realibilitas alat ukur penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach. realibilitas

dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistic

Packages For Social Science).

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data


45

tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

(Sugiyono, 2016).

Teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah analisis

statistik korelasi, product moment adalah salah satu teknik korelasi yang kedua

variabelnya berskala interval. Alasan digunakan teknik korelasi ini disebabkan

karena pada penelitian ini memiliki tujuan ingin melihat hubungan antara satu

variabel bebas (Kontrol Diri) dengan satu variabel tergantung (Proktastinasi

Akademik). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik komputer

dengan program SPSS (Statistic Packages For Social Science).

Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

penelitian, dengan cara:

a. Uji normalitas, yaitu mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap

masing-masing variabel telah menyebar secara normal.

b. Uji linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas

memiliki hubungan dengan data terikat.


47

DAFTAR PUSTAKA

Cek BSK DI JURNAL Kartadinata dan Tjundjing (2008) HAPUS

Adisty, L. (2019). Pengaruh Pembelajaran Strategi Pembelajaran Menyengkan Dengan


Humor Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Ingrris Di
SMA NEGERI Labuhan Deli. Skripsi , Halaman 9-10.

Andini Dwi Arumsari, S. M. (2018). Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang


Berkerja. Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PGAD Fakultas Narotama
Surabaya, halaman 32-34.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Azhari, D. T. (2019). Kontrol Diri Mahasiswa yang Memiliki Kecenderungan
Prokrastinasi Akademik. Skripsi, halaman 22.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas.Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Alfabeta, Cv Bandung. Alfabeta

Cindy Clara, A. D. (2017). Peran Self-Eficancy dan Self-Control Terhadap Prokrastinasi


Akademik Pada Siswa SMA. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora Dan Seni,
halaman 159.

Fatimaullah, J. D. (2019). Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Terhadap


Penyelesaian Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling FKIP
Universitas Halu Oleo Kendiri. Jurnal BEING; Volume 3 No 1, Halaman 115-
116.

Farida Husna, T. S. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi


Akademik Pada Siswa SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Konferensi Ilmiah
Mahasiswa UNISSULA (KMU), Halaman 10 & 96.

Ghufron, M. N. & Risnawita, R. (2016). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz


media.

Ichdha Sausan Zahraningsih, A. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan


Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Islam Agung 3 Kota Semarang. Jurnal
Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2 Universitas Islam Sultan
Agung, Halaman 422.

Ika Wahyuni Tresnawati, N. N. (2016). Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Perilaku
Asertif Dengan Prokrastinasi Akademik Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 34
Surabaya. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (UNS),
Halaman 26.

Jamila. (2020). Konsep Prokratinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Edutech, Vol 6 No 2,


Halaman 259.

Lubis, I. S. (2018). Hubungan Regulasi Diri Dalam Belajar Dan Efikasi Diri Dengan
Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Diversita, halaman 92.
48

Meliza Purwati, P. S. (2016). Pengaruh Kontrol diri Terhadap Prokrastinasi Peserta Didik
Kelas X SMA Negeri 1 Sungal Ambawang. Jurnal Bimbingan dan Konseling
FKIP Untan, Halaman 14.

Noven Azalia, M. R. (2019). Hubungan Self Kontrol Dengan Prokrastinasi Akademik


Mahasiswa Jurusan Ilmu pendidikan 2016. Jurnal Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung, halaman 2.

Prof.Dr. Syamsul Bachri Thalib, M. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis


Analisis Empriris Aplikatif, edisi 1. Rawamangun-jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Sugiyono. ( 2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. dan R&D. Penerbit

Bandung, Alfabeta.

Ulum, M. I. (2016). Strategi Self- Regulated Learning Untuk Menentukan Tingkat


Prokrastinasi Akademik Siswa. Psympatyhtic Ilmiah Psikologi; Volume 3 No. 2,
Halaman 157.

Anda mungkin juga menyukai