1
ALAT
N INDIKATOR ESTIMAS
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE BANTU/ REFERENSI
O KEBERHASILAN I WAKTU
MEDIA
(1 (4) (5) (6) (7)
(2) (3) (8)
)
Perka LAN No.
B. 5. 21/2016 Tentang
C. 6. Pedoman
2 Menjelaskan Penerapan WoG A. Penerapan WoG 1. Simulasi 1. LCD 175 menit Penyelenggaraan
penerapan WoG dalam pemberian dalam pelayanan 2. Brainstor 2.White board Pelatihan Dasar Kader
dalam pemberian pelayanan yang publik ming 3. Slides PNS Golongan III,
pelayanan yang terintegrasi B. Manfaat WoG 3. Diskusi 4. Sticky wall
terintegrasi etika; C. Enablers WoG 5. Modul Perka LAN No.
D. Praktek WoG dalam 22/2016 Tentang
pelayanan publik Pedoman
E. Tantangan dalam Penyelenggaraan
Praktek WoG Pelatihan Dasar Kader
PNS Golongan I dan
3 Menganalisis best Best practice A. Fungsi “Pemerintah” 1. Ceramah 1. LCD 220 menit II, dan
practice penerapan WoG Dalam Pelayanan 2. Diskusi 2.White board
penerapan WoG dalam pemberian Publik kelompok 3. Slides Perka LAN No.
dalam pemberian pelayanan yang B. Enabling 3. Tanya jawab 4. Sticky wall 23/2016 Tentang
pelayanan yang terintegrasi Environment 4. Brain- 5. Meta plan Pedoman Umum
terintegrasi C. Kinerja organisasi scr storming Penyelenggaraan
kohesif beriringan 5. Analisis Pelatihan Penerapan
dgn visi-misi kasus Kebijakan (TOF)
organisasi Australia,
D. Prasyarat Best Indonesia’ Modul Pelatihan
Practices Banglades Dasar Kader PNS Bagi
E. Best Pactices CPNS Golongan III
Studi Kasus :
Australia, Indonesia, Lilin Budiati, Etika
Bangladesh Birokrasi: Tantangan
F. E-government Dan Hambatan
Studi Kasus : Penciptaan Birokrasi
Australia, Indonesia, Yang Bersih Dan
2
ALAT
N INDIKATOR ESTIMAS
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE BANTU/ REFERENSI
O KEBERHASILAN I WAKTU
MEDIA
(1 (4) (5) (6) (7)
(2) (3) (8)
)
Bangladesh Berwibawa Untuk
Mewujudkan Good
Governance, Badan
DIKLAT Provinsi
Jawa Tengah, 2012
Briggs Lynelle,
Tackling the Wicked
Problems: A Public
Policy Perspective,
Australian Public
Service Commision,
2007
Robinson Mark,
From The Old Public
Administration to the
New Public Service:
Implications for
Public Sector Reform
3
ALAT
N INDIKATOR ESTIMAS
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK METODE BANTU/ REFERENSI
O KEBERHASILAN I WAKTU
MEDIA
(1 (4) (5) (6) (7)
(2) (3) (8)
)
in Developing
Countries, GCPSE –
UNDP, 2015
Hardjaloka Loura,
Studi penerapan e-
goverment di
Indonesia dan negara
lainnya sebegai solusi
pemberantasan
korupsi di sektor
publik, 2014
6. Evaluasi Pembelajaran:
1) Apa yang Saudara ketahui tentang Whole of Government
2) Apa prinsip-prinsip Whole of Government
3) Apa filosofi Whole of Government
4) Mengapa Whole of Government dijadikan model pendekatan untuk mengurai masalah wicked problems
5) Bagaimana pendapat Saudara tentang pendekatan integratif fungsional satu atap adalah model yang efektif untuk menghadapi wicked problems
yakni karakteristik atau keadaan yang melekat tidak jelas sebabnya, multi dimensi, terutama menyangkut perubahan perilaku
6) Apa faktor pendorong (Drivers) internal dan eksternal sehingga pendekatan Whole of Government dipandang sangat urgent
7) Bagaimana ilustrasi Saudara tentang perspektif kebijakan publik dengan pendekatan Whole of Government. Jelaskan makna strategis
pendekatan Whole of Government.
4
8) Bagaimana menurut pendapat Saudara tentang pergeseran paradigma New Public Management kearah New Public Service dalam perpektif
mewujudkan Whole of Government
9) Diskusikan dalam kelompok (5 peserta) :
a. Bahaya terbesar abad ini bukan turbulensinya, tapi jika PNS memiliki mid setting logika masa lampau. Kekurangan-kekurangan WoG
adalah memerlukan waktu lama, relatif mahal (costly), tidak selalu cocok dengan wicked problems yang akan ditangani, dan hasilnya sulit
diukur. Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya dapat menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama. Hambatan WoG terutama
disebabkan oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas yang tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan sehingga tidak dapat tercipta
kolaborasi, ego sektoral antar instansi dan insentif yang rendah. Buat komitmen apa yang Saudara lakukan sebagai PNS jika di Instansi
nanti menghadapi hal tersebut diatas;
b. Pada sektor pelayanan publik, masalah akuntabilitas yang tidak jelas atau minim ini menjadi faktor kunci timbulnya korupsi di sektor publik
(Samuel Paul,2012:4 dalam Loura Hardjaloka, 2014:435). Pemerintah sebagai pelayan warga negara memiliki unsur-unsur utama yang
menunjang timbulnya korupsi yaitu: monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang tidak jelas. Pemerintah memiliki monopoli kewenangan atau
kekuasaan untuk mengakses sumber daya alam, sumber daya manusia dan membuat peraturan perundang-undangan. Monopoli membuka
peluang transaksional bagi perdagangan akses perijinan dengan imbalan suap atau gratifikasi. Apabila hal ini terjadi, apa yang terjadi dalam
membangun integritas individu dan organisasi?
c. Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-Government. Pengertian e-Government adalah tata kelola pemerintahan
(governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT, agar hubungan-hubungan antara pemerintah,
pelaku bisnis dan masyarakat dapat berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan responsif. Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e-
governmenta antara lain adalah:
1) Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien dan efektif
2) Hemat anggaran dan tepat waktu
3) Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi akan banyak berkurang
4) Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat kesalahan berkurang
5
5) Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan publik juga meningkat
Pelajaran apa yang menarik yang dapat diadopsi Saudara
d. Mobilisasi sosial mrp bagian dari transformasi sosial agar masyarakat dilibatkan pada tahap pengambilan keputusan. Pada proses
pengambilan keputusan dalam menyusun perencanaan inilah, masyarakat melakukan pembelajaran sosial (social learning) untuk
meningkatkan kapasitas fungsionalnya agar dapat memberikan perlindungan terhadap warga kota. Mobilisasi vertikal warga kota
menghasilkan garis partisipasi bottom up ke arah atas. Di sisi lain, pemerintah harus membuat kebijakan reformasi sosial guna
mengakomodasi aspirasi+partisipasi masyarakat pada tingkat yang dimungkinkan oleh per-UU-an. Kebijakan pemerintah menghasilkan
garis disposisi top down ke arah bawah. Garis disposisi top down+garis partisipasi bottom up akan bertemu di garis horisontal yang
merupakan garis perencanaan integratif. Pada garis inilah terjadi kompromi dalam pengambilan keputusan antara pemerintah (organisasi
struktural formal) dengan masyarakat (organisasi fungsional informal) berdasarkan asas “musyawarah-mufakat”. Pernyataan ini dapat
digambarkan dibawah ini. Berikan telaah kritis terhadap gambar ini, kaitkan dengan prinsip Whole of Government.
6
TAS
Semarang, 28 Mei 2018
7
RENCANA PEMBELAJARAN/SKENARIO PEMBELAJARAN
3. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang sistem pengelolaan pemerintahan yang terintegrasi
idalam penyelenggaraan pemberian pelayanan melalui pembelajaran konsep whole of government (WoG),
Penerapan WoG, dan Best practice penerapan WoG dalam pemberian pelayanan yang terintegrasi.
4. Tujuan Pembelajaran : Dengan mempelajari mata diklat ini, peserta diharapkan mampu mengaktualisasikan konsep, penerapan WoG, dan
Best practice penerapan WoG dalam pemberian pelayanan yang terintegrasi.
8
6) Kapan WoG Diperlukan
7) Penerapan WoG dalam pelayanan publik
8) Manfaat WoG
9) Enablers WoG
10) Praktek WoG dalam pelayanan Publik
11) Tantangan dalam Praktek WoG
12) Fungsi “Pemerintah” Dalam Pelayanan Publik
13) Enabling Environment
14) Kinerja organisasi scr kohesif beriringan dgn visi-misi organisasi
15) Prasyarat Best Practices
16) Best Practices
17) E-Government
18) Prasyarat Best Practices
19) Best Practices
Studi Kasus : Australia, Indonesia, Bangladesh
20) E-government
Studi Kasus : Australia, Indonesia, Bangladesh
7. Kegiatan Belajar-mengajar
Media dan
Kegiatan
Tahapan Kegiatan Pengajar Metode Alat Waktu
Peserta
Pembelajaran
1 2 3 4 5 6
Pendahuluan 1. Salam pembukaan Memperhatikan Interaktif 1. LCD 15 menit
Hari pertama 2. Memperkenalkan diri 2. White
3. Ice breaking board
4. Menjelaskan substansi materi 3. Slides
5. Menjelaskan Tujuan dan indikator keberhasilan 4. Sticky wall
6. Menjelaskan manfaat pembelajaran 5. Kertas
7. Menjelaskan keterkaitan materi WoG dengan materi Plano
sebelumnya. 6. Meta plan
8. Menggali kepada peserta harapan yang diinginkan 7. Modul
tentang materi WoG 8. Referensi
9. Menyampaikan materi pokok dan sub materi pokok yg harus
9
Media dan
Kegiatan
Tahapan Kegiatan Pengajar Metode Alat Waktu
Peserta
Pembelajaran
1 2 3 4 5 6
dibaca
(disiapkan
widyaiswar
a)
Penyajian 1 1. Menjelaskan konsep WoG Memperhatikan 1. Ceramah 1. LCD 390
Hari Pertama 1.1. Menjelaskan mengenal Whole-of-Government Tanya 2. Tanya jawab 2. White menit
Diminta peserta untuk memahami “Suatu model jawab/diskusi, 3. Simulasi board
pendekatan integratif fungsional satu atap” yang mencatat 4. Brainstormin 3. Slides
digunakan untuk mengatasi wicked problems statement kunci g 4. Sticky wall
Identifikasi isu kondisi eksisting yang multi sebagai bahan 5. Refleksi 5. Kertas
dimensi,ego sektoral diskusi pengalaman Plano
Menayangkan video clip tentang Kolaborasi pengelolaan 6. Telaah Kritis 6. Meta plan
Lingkungan di Kabupaten Demak Merespons dokumen 7. Video clip
Menayangkan video Clip tentang Semarang Resilient fenomena/kejadi
City : Mengubah Kebencanaan menjadi Ketangguhan an di Kab.
Demak dan Kota
1.2. Menjelaskan pengertian WoG Semarang dilihat
dari aspek
Menjelaskan beberapa pengertian tentang WoG dan
koordinasi,
mendiskusikan bersama peserta. .
kolaborasi dan
Masing2 kelompok (terdiri dari 10 peserta) menetapkan
networking
1(satu) peserta sebagai narasumber dan mengidentifikasi
3 (tiga) isu berdasarkan TUPOKSI dan data yang
Menyusun
representatif. Dari 3 isu tetapkan 1 masalah yg crusial
catatan kritis yg
dan dapat dikategorikan dalam persyaratan /ciri2 wicked
menjadi lesson
problem menurut Horst Rittel dkk, lihat lembar contoh
learnt tayangan
Membuat Ukuran pembanding (dgn institusi lain), untuk video clip tsb,
melihat substansinya (wicked problems; framework yang perlu
strategis, struktur dan instrumen, lesson learnt), lihat diamati,
lembar contoh misalnya
identifikasi
1.3. Menjelaskan mengapa WoG penting dan menjadi persoalan yg
10
Media dan
Kegiatan
Tahapan Kegiatan Pengajar Metode Alat Waktu
Peserta
Pembelajaran
1 2 3 4 5 6
pendekatan yang efektif. kompleks,
Meminta peserta secara berkelompok mencermati kasus-kasus framework
yang sudah didiskusikan dan memberikan pendapatnya mengapa strategis,
perlu adanya WoG, apa faktor yang mempengaruhi (driver force) struktur
baik internal maupun ekternal organisasi,
instrument
1.4. Menjelaskan bagaimana WoG dilakukan?
Meminta peserta(dalam kelompok) membuat matriks yg
komponen horizontalnya terdiri dari Nomor, Kegiatan,
Tahapan Kegiatan, Output/ Hasil Kegiatan,
Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan, Kontribusi
terhadap Visi-Misi Organisasi, Penguatan Nilai
Organisasi (lihat lembar contoh)
Diskusikan strategi apa yang digunakan dalam mengatasi
masalah yang wicked problems
Hari kedua 2. Menjelaskan penerapan WoG dalam pemberian Menuliskan di 1. Refleksi 175 menit
pelayanan yang terintegrasi meta plan pengalaman
2. Tanya jawab
e-government adalah tata kelola pemerintahan Tempelkan di 3. Diskusi
(governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi sticky wall 4. Curah
dan interaktif berbasis teknologi IT, agar hubungan pendapat
antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat dapat Mengidentifikasi
berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan masalah-
responsif. masalah dalam
pelayanan publik
2.2. Menjelaskan praktek WoG dalam pelayanan publik
Bentuk kelompok, mengidentifikasi pelaksanaan Menggambarkan
pelayanan publik yg dilakukan sehari-hari keterkaitan
berkaitan dengan public values (nilai ANEKA) dan antara
11
Media dan
Kegiatan
Tahapan Kegiatan Pengajar Metode Alat Waktu
Peserta
Pembelajaran
1 2 3 4 5 6
tupoksi peserta management
Susun hasil identifikasi di sticky wall ASN-WoG-
Diskusi dan menemukan pembelajaran menarik Pelayanan
publik
2.3. Menjelaskan tantangan dalam Praktek WoG (dalam matrik)
Menjelaskan beberapa tantangan yang akan dihadapi
dalam praktek penerapan WoG dan mendiskusikan
dengan peserta, meliputi: Kapasitas SDM dan Institusi
(yang tidak sama), Nilai dan budaya organisasi (ketika
terjadi kolaborasi sampai dengan penyatuan
kelembagaan), Kepemimpinan (yang mampu
mengakomodir perubahan nilai dan budaya organisasi).
Kenyataan menunjukkan bahwa hierarkhi dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan telah bergeser
menjadi hieteracy, yakni struktur yg dibentuk bukan
berdasarkan distribusi kewenangan tetapi distribusi
fungsi
Meminta masing-masing kelompok paparan
Menanggapi hasil paparan peserta dan sekaligus
menjelaskan pelaksanaan praktek WoG dalam pelayanan
publik dan tantangannya pada kasus tersebut
Hari Kedua 3. Menganalisis best practice penerapan WoG dalam 1. masing2 200 menit
pelayanan yang terintegrasi kelompok
3.1. Fungsi “Pemerintah” Dalam Pelayanan Publik intensif
3.2. Enabling Environment FGD
3.3. Kinerja organisasi secara kohesif beriringan dgn visi-misi menganalisis
organisasi kasus
3.4. Menganalisis Prasyarat Best Practices berdasarkan
a. Pelajari kasus2 WoG tiga (3) negara yang sudah tahapan yg
disiapkan berdasarkan kelompok (3 kelompok) telah
12
Media dan
Kegiatan
Tahapan Kegiatan Pengajar Metode Alat Waktu
Peserta
Pembelajaran
1 2 3 4 5 6
b. Analisis kasus dimaksud secara sistematik (input-proses- disampaikan
output-outcome) dan susun telaah kritisnya fasilitator
c. Buat lesson learnt tiga negara tsb 2. Menyusun
d. Komparasikan kasus-kasus aktual di daerah peserta (1 kerangka
saja) dgn negara yg telah dipelajari pikir logis
e. Sidang pleno kelompok presentasi
3.5. Menganalisis Best Practices dan diskusi
A. Analisis Kasus : Pengambilan keputusan dengan antar
pendekatan WoG kelompok
B. Peserta dibagi 3 kelompok (Australia, Indonesia,
Bangladesh) masing-masing kelompok diskusi
mengeksplorasi kasus yg telah disiapkan fasilitator
berdasarkan tahapan sbb :
1. Peserta menggambarkan kondisi saat ini thd obyek yg
dikaji berdasarkan masalah
2. Didiagnosis dengan metode sederhana
3. Menentukan pendekatan yang dipilih untuk
mengatasi masalah (WoG nya dirumuskan disini)
14
menunjang timbulnya korupsi yaitu: monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang tidak jelas. Pemerintah memiliki monopoli kewenangan atau
kekuasaan untuk mengakses sumber daya alam, sumber daya manusia dan membuat peraturan perundang-undangan. Monopoli membuka
peluang transaksional bagi perdagangan akses perijinan dengan imbalan suap atau gratifikasi. Apabila hal ini terjadi, apa yang terjadi dalam
membangun integritas individu dan organisasi?
c) Salah satu bentuk penerapan WoG pada pelayanan publik adalah e-Government. Pengertian e-Government adalah tata kelola pemerintahan
(governance) yang diselenggarakan secara terintegrasi dan interaktif berbasis teknologi IT, agar hubungan-hubungan antara pemerintah,
pelaku bisnis dan masyarakat dapat berlangsung lebih efisien, efektif, produktif dan responsif. Hasil atau manfaat yang diperoleh melalui e-
governmenta antara lain adalah:
Terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), efisien dan efektif
Hemat anggaran dan tepat waktu
Transparan sehingga peluang terjadinya kecurangan (fraud), suap dan korupsi akan banyak berkurang
Tingkat akurasi (ketepatan) dan kualitas pelayanan meningkat dan tingkat kesalahan berkurang
Kemudahan akses dan kenyamanan pelayanan meningkat sehingga kepuasan publik juga meningkat
Pelajaran apa yang menarik yang dapat diadopsi Saudara
d) Mobilisasi sosial mrp bagian dari transformasi sosial agar masy dilibatkan pd tahap pengambilan keputusan. Pada proses pengambilan
keputusan dlm menyusun perencanaan inilah, masy melakukan pembelajaran sosial (social learning) unt meningkatkan kapasitas
fungsionalnya agar dpt memberikan perlindungan thd warga kota. Mobilisasi vertikal warga kota menghasilkan garis partisipasi bottom up
ke arah atas. Di sisi lain, pemerintah harus membuat kebijakan reformasi sosial guna mengakomodasi aspirasi+partisipasi masy pd tingkat
yg dimungkinkan o/ per-UU-an. Kebijakan pem menghasilkan garis disposisi top down ke arah bawah. Garis disposisi top down+garis
partisipasi bottom up akan bertemu di garis horisontal yg mrp garis perencanaan integratif. Pada garis inilah terjadi kompromi dlm
pengambilan keputusan antara pemerintah (organisasi struktural formal) dgn masy(organisasi fungsional informal) berdasarkan asas
“musyawarah-mufakat”. Pernyataan ini dapat digambarkan dibawah ini. Berikan telaah kritis terhadap gambar ini, kaitkan dengan prinsip
Whole of Government.
15
9. DAFTAR PUSTAKA
1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
2) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
3) Lilin Budiati Membangun Etika Birokrasi Yang Profesional, Badan DIKLAT Provinsi Jawa Tengah, 2012
4) Lilin Budiati, Etika Birokrasi : Tantangan Dan Hambatan Penciptaan Birokrasi Yang Bersih Dan Berwibawa Untuk Mewujudkan Good Governance,
Badan DIKLAT Provinsi Jawa Tengah, 2012
5) Lilin Budiati“Bureaucracy” Yang Egaliter, mungkinkah?
6) Alex B. Brillantes, Jr. and Maricel T. Fernandez, “Restoring Trust And Building Integrity In Government: Issues And Concerns In The Philippines And
Areas For Reform”, International Public Management Review, Vol. 12, Iss. 2, 2011
16
7) Retno Kumolohadi, 2013, Exploring Values, Integrity and Anticorruption of Javanese Government Officer, International Journal of Social Science and
Humanity, Vol. 3, No. 2, March 2013
8) Rusnah Ismail at al, 2011, The Perception of Integrity of Three Public Agencies in Kuala Terengganu, World Applied Sciences Journal 12 (Special Issue
on Creating a Knowledge Based Society): 60-63, 2011
9) Alan Lawton, 2010, Towards a Theory of Integrity Systems: a Configurational Approach
10) Frédérique Six, VU University Amsterdam, the Netherlands, Hull University, United Kingdom and VU University Amsterdam, the
Netherlands
11) Chris Aulich, 2011, Integrity Agencies as One Pillar of Integrity and Good Governance’, PUBLIC POLICY AND ADMINISTRATION2011, T. 10, Nr. 1, p.
41-52
12) Paul M Heywood, “Integrity Management and the Public Service Ethos in the UK: patchwork quilt or threadbare blanket”, Centre for Anti-Corruption
Studies, 16-18 September, 2010.
13) Chistensen Tom & Legreid Peer, TheWhole‐of‐Government Approach to Public Sector Reform, Research Gate Publication, 2017
14) Briggs Lynelle, Tackling the Wicked Problems: A Public Policy Perspective, Australian Public Service Commision, 2007
15) Robinson Mark, From The Old Public Administration to the New Public Service: Implications for Public Sector Reform in Developing
Countries, GCPSE – UNDP, 2015
16) Hardjaloka Loura, Studi penerapan e-goverment di Indonesia dan negara lainnya sebegai solusi pemberantasan korupsi di sektor publik, 2014
17