Anda di halaman 1dari 15

Khutbah Jumat: Tiga Hal Penting di Bulan Rajab

Khutbah I    

‫الل‬
ِ ‫لج‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫ أَ ْش َه ُد أَنْ اَل ِا َل َه إِاَّل هللا َوحْ دَ هُ ال َش ِريك لَه‬،‫ريم‬ َ
ِ ‫ َوأ ْف َه َم َنا ِب َش ِري َْع ِة ال َّن ِبيّ ال َك‬،‫هلل الذي َهدَ ا َنا ُس ُب َل ال ّسالَ ِم‬
ّ ِ ‫لحمْ ُد‬ َ ‫هلل ْا‬ ِ ‫لحمْ ُد‬ َ ‫ْا‬
‫عين‬ ِ ْ‫باركْ َعلَى َس ِّيدِنا م َُح ّم ٍد َو َعلَى الِه َوأص‬
َ ‫حاب ِه َوال َّت ِاب‬ ِّ ّ ُ َ َ
َ ‫ الل ُه َّم‬،‫ َوأ ْش َه ُد أنّ َسيِّدَ َنا َو َن ِب َّي َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسوله‬،‫اإلكرام‬ ْ ‫َو‬
ِ ‫ص ِّل و َسل ْم َو‬
:‫ان ْال َك ِري ْم‬ َ ‫ َقا َل هللاُ َت َع‬، ْ‫اع ِت ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح ُْون‬ َ ‫هللا َو َط‬ َ
ِ ْ‫الى فِي ْالقُر‬ ِ ‫ص ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬ ُ ‫ ْأو‬،‫اإل ْخ َوان‬ ِ ‫ َف َيا ُّي َها‬:‫ أمَّا َبعْ ُد‬،‫سان إلَى َي ْو ِم ال ِّدين‬ 4ِ ْ‫ِبإح‬
‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هللا َو َرسُولَ ُه‬،‫ِين آَ َم ُنوا ا َّتقُوا هللا َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬ َ ‫ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬:‫ان الرَّ ِح ْي ْم‬ 4ِ ‫هللا الرَّ حْ َم‬
ِ ‫ِبسْ ِم‬
َ ُ‫صدَ قَ هللا‬
‫العظِ ي ْم‬ َ ‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ إِالَّ َوأَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬
َ ‫ وقال تعالى َيا اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ا َّت ُق ْوا‬4‫از َف ْو ًزا َعظِ ي ًما‬ َ ‫ َف َق ْد َف‬  Jamaah
shalat Jumat hafidhakumullah,   Alhamdulillah, pada bulan ini kita masih berada di
bulan mulia, yaitu bulan Rajab 1440 H. Perlu kita syukuri karena Rajab termasuk bulan
yang mulia. Kata Rajab berasal dari kata “tarjib” yang bermakna agung dan mulia. Allah
SWT memberikan keistimewaan terhadap Rajab di antara bulan-bulan lain yang juga
menyandang predikat mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Bulan
Rajab adalah bulan yang penuh rahmat, anugerah, dan kebaikan dari Allah SWT.  
Menurut Syekh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab al-Ghuniyah, Rajab terdiri dari tiga
huruf, yaitu Ra’, Jim, dan Ba’. Ra’ adalah Rahmatullâh (rahmat Allah), Jim adalah Jûdullâh
(kemudahan Allah), dan Ba’ adalah Birrullâh (kebaikan Allah). Maksudnya, mulai awal
hingga akhir bulan Rajab, Allah SWT melimpahkan tiga anugerah kepada hamba-
hamba-Nya, yaitu limpahan rahmat, kemudahan, dan kebaikan dari Allah SWT. Ini
menunjukkan kemuliaan dan keagungan dari bulan Rajab.  Kemuliaan bulan Rajab
semakin bertambah dengan peristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW dari
Masjidil haram  Makkah menuju masjidil Aqsho Palestina. Kemudian dilanjutkan dari
masjidil Aqsha menuju Sidratil Muntaha untuk menghadap Allah SWT sang pencipta
Alam semesta. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Isra’ ayat 1:

  ‫صا الَّذِيْ ٰب َر ْك َنا َح ْولَ ٗه لِ ُن ِر َي ٗه مِنْ ٰا ٰي ِت َن ۗا ِا َّن ٗه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْالبَصِ ْي ُر‬
َ ‫ِٓي اَسْ ٰرى ِب َع ْبدِهٖ لَ ْياًل م َِّن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام ِالَى ْال َمسْ ِج ِد ااْل َ ْق‬
ْٓ4ْ ‫ ُسب ْٰح َن الَّذ‬ 

Artinya: Maha-Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.    Peristiwa tersebut juga mendapat
penjelasan dalam Shahih Bukhari,  juz 5 halaman 52. Nabi Muhammad SAW bertemu
dengan Allah SWT.  Allah SWT memerintahkan Nabi untuk melaksanakan shalat fardlu
sebanyak lima puluh rakaat setiap hari. Nabi menerima dan kemudian kembali pulang,
dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS, Nabi Musa
mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan mampu dengan perintah
shalat lima puluh kali sehari, Nabi Musa mengatakan, umatku telah membuktikannya.
Lalu meminta kepada Nabi Muhammad untuk kembali pada Allah SWT, mohonlah
keringanan untuk umatmu. Kemudian Nabi menghadap kepada Allah dan diringankan
menjadi shalat sepuluh kali. kemudian Nabi Muhammad kembali kepada Nabi Musa,
dan Nabi Musa mengingatkan sebagiamana yang pertama.  Kembali Nabi menghadap
Allah hingga dua kali, dan akhirnya Allah mewajibkan shalat lima waktu. Nabi
Muhammad kembali pada Nabi Musa, Nabi musa tetap mengatakan bahwa umatmu
tidak akan kuat wahai Nabi Muhammad, Nabi Muhammad menjawab, saya malu untuk
kembali menghadap pada Allah SWT. Saya ridho dan pasrah kepada Allah SWT.   
Peristiwa isra’ dan mi’raj yang terjadi di bulan Rajab semakin menambah terhadap
kemuliaan bulan ini, lalu amalan apa yang perlu dilakukan dalam bulan Rajab yang
mulia ini?

Pertama adalah melakukan puasa sunnah di bulan Rajab. Terkait kesunahan puasa di
bulan Rajab ini terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Sahih
Muslim juz 2 halaman 811:   ُ‫ب َو َنحْ ن‬ ٍ ‫ص ْو ِم َر َج‬
َ ْ‫ َعن‬،‫ت َسعِيدَ ب َْن ُج َبي ٍْر‬ ُ ‫ َسأ َ ْل‬:‫ َقا َل‬، ُّ‫اري‬
ِ ‫ص‬َ ‫ِيم اأْل َ ْن‬ ْ
ٍ ‫َح َّد َث َنا عُث َمانُ بْنُ َحك‬
،ُ‫ اَل ُي ْفطِ ر‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيصُو ُم َح َّتى َنقُو َل‬
َ ‫هللا‬
ِ ‫ان َرسُو ُل‬ 4َ ‫ " َك‬:‫ َيقُو ُل‬،‫َّاس َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َما‬ 4ٍ ‫ت اب َْن َعب‬ ُ ْ‫ َسمِع‬:‫ب َف َقا َل‬
ٍ ‫َي ْو َم ِئ ٍذ فِي َر َج‬
‫ اَل َيصُو ُم‬:‫ " َو ُي ْفطِ ُر َح َّتى َنقُو َل‬  Artinya: “Utsman bin Hakim berkata: saya bertanya kepada Sa’id
bin Jubair tentang puasa Rajab, ketika itu kami berada di bulan Rajab. Sa’id menjawab:
saya mendengar Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut)
hingga kami menduga beliau berpuasa, dan beliau tidak berpuasa (berturut-turut)
hingga kami menduga beliau tidak puasa.”    Menurut Imam An-Nawawi dalam kitab
Syarah An-Nawawi ‘ala Muslim juz 8 halaman 38, hadits di atas tidak menunjukkan
larangan khusus atau kesunahan khusus puasa di bulan Rajab. Karena itu, kesunahan
puasa di bulan Rajab melihat terhadap dua aspek, pertama  hukum asal puasa
hukumnya adalah sunnah. 

Kedua, perintah Nabi yang menganjurkan puasa di bulan-bulan mulia, bulan Rajab
adalah salah satunya.  Imam ats-Tsauri sebagaimana dikutip Ibnu Rajab dalam kitab
Lathaiful Ma’arif juz 1 halaman 119 menyatakan: “Aku amat menyukai amalan puasa di
bulan-bulan haram (mulia).  Hal ini telah dipraktikkan oleh sebagian ulama salaf yang
berpuasa di setiap bulan yang mulia, seperti Ibnu Umar, Hasan Al Bashri, dan Abu
Ishaq as-Sabi’i.”   Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,   Kedua, selalu menjalankan
kewajiban shalat lima waktu tepat pada waktunya. Musthafa As Siba’i dalam kitabnya,
Sirah Nabawiyah, Durus wa ‘Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi
melakukan isra’ dan mi’raj dengan ruh dan jasadnya sebagai mu’jizat, maka sebuah
keharusan bagi tiap Muslim menghadap (mi’roj) kepada Allah SWT lima kali sehari
dengan jiwa dan hati yang khusyu’. Dengan shalat yang khusyu’, seseorang akan
merasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia malu untuk menuruti syahwat dan hawa
nafsu, malu untuk berkata kotor, malu untuk mencaci orang lain, malu untuk berbuat
bohong, dan sebaliknya lebih senang dan mudah untuk melakukan banyak kebaikan. 
Hal tersebut demi untuk mengagungkan keesaan Allah, kebesaran Allah, sehingga
dapat menjadi makhluk Allah yang terbaik di muka bumi ini.    

Ketiga, Rajab adalah bulan yang tepat untuk bertobat dari segala maksiat. Ibnu Rajab
dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif juz 1 halaman 122 menganjurkan umat manusia untuk
bertobat di bulan Rajab yang mulia ini. Beliau mengatakan: “Putihkanlah lembaran
hitammu di bulan Rajab, dengan amal baik yang menyelamatkanmu dari api yang
melalap.”    Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam kitab al-Ghuniyah menjelaskan ada tiga
syarat agar tobat kita diterima oleh Allah SWT. Pertama, menyesali kesalahan dan
kemaksiatan yang telah kita perbuat. Kedua, meninggalkan setiap kesalahan di mana
pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji untuk tidak mengulang dosa dan kesalahan. Ketiga
syarat tersebut harus kita laksanakan agar tobat kita benar-benar diterima oleh Allah
SWT.  

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,   Mengapa kita perlu memperhatikan bulan


Rajab yang mulia ini? Karena Bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Berdoa pada Allah
di bulan ini tidak akan sia-sia. Sungguh beruntung seseorang yang memperbaiki
amalan, menjauhkan diri dari perbuatan keji dan kemungkaran. Beramal di bulan ini
bagaikan mendapatkan emas mulia, memanfaatkan waktu dengan taat merupakan hal
yang utama.    Khatib berwasiat kepada diri sendiri dan para jamaah sekalian. Wahai
hamba Allah, raihlah (kebaikan) bulan Rajab dan kembalilah ke jalan Allah, Ampunan
Allah akan diberikan pada hamba yang bertobat.  Di bulan ini pintu-pintu ampunan
Allah telah terbuka, segeralah bertobat dan menyambutnya.   Syekh Dzunnun Al-Mishri
sebagaimana dikutip Syekh Abdul Qadir dalam kitab al-Ghuniyah juz 1 halaman 326
mengatakan, Rajab adalah bulan untuk meninggalkan kejelekan, Sya’ban adalah bulan
untuk menambah ketaatan, Ramadhan adalah bulan untuk menjemput kemuliaan.
Seseorang yang tidak meninggalkan kejelekan, tidak melaksanakan ketaatan, tidak
menjemput kemuliaan, maka ia adalah pengikut setan.  Na‘ûdzu billâhi min dzâlik.  
Selain itu, Rajab adalah bulan bercocok tanam, Sya’ban bulan untuk menyiram, dan
Ramadhan adalah bulan panen hasil bertanam. Setiap orang akan menuai apa yang ia
tanam, setiap orang akan menuai perbuatannya. Siapa pun yang tidak menghiraukan
tanamannya, ia akan menyesal di hari pembalasan.   Di Bulan Rajab ini, semoga kita
menjadi hamba yang terhindar dari segala kejelekan dan kemaksiatan, selalu
beruntung dengan melakukan banyak ladang amal ibadah, mendapatkan pahala amal
‫‪ibadah yang berlipat dan selalu mendapatkan ridha dari Allah SWT.  Aamiin ya rabbal‬‬
‫ْطان الرَّ ِجي ْم‪ِ ،‬بسْ ِم ‪‘alamiin.    ‬‬ ‫هلل م َِن ال َّشي ِ‬ ‫ُوذ ِبا ِ‬‫َج َع َلنا هللاُ َوإيَّاكم م َِن ال َفائِزين‪ 4‬اآل ِمنِين‪َ ،‬و ْأد َخ َل َنا وإِيَّاكم فِي ُزمْ َر ِة عِ َبا ِد ِ‪4‬ه الم ُْؤ ِم ِني َْن ‪ :‬أع ُ‬
‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫العظِ ي ِْم‪َ ،‬ونف َعنِيْ َوإِيّاك ْم ِباآليا ِ‬
‫ت‬ ‫آن َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫اًل‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ِين آ َمنوا اتقوا َ َوقولوا ق ْو َسدِيدا‪    ‬با َر َك هللاُ لِيْ َولك ْم فِي القرْ ِ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫هَّللا‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫مان الرَّ حِي ْم‪َ :‬يا أ ُّي َها الذ َ‬
‫هللا الرَّ حْ ِ‪4‬‬
‫ِ‬
‫الح ِكي ِْم‪  .‬إ ّن ُه َتعاَلَى َجوّ ا ٌد َك ِر ْي ٌم َملِ ٌ‬
‫ك بَرٌّ َرؤُ ْوفٌ َر ِح ْي ٌم‬ ‫‪  ‬وذ ِْك ِر َ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ْك لَ ُه َوأَ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ ‪ ‬‬ ‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َواِمْ ِت َنا ِن ِه‪َ .‬وأَ ْش َه ُد أَنْ الَ ِالَ َه إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫لى إِحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر َل ُه َع َ‬ ‫هلل َع َ‬ ‫اَ ْل َحمْ ُد ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا ‪  ‬أَمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّتقُواهللاَ فِ ْي َما‬ ‫إلى ِرضْ َوا ِن ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى َ‬
‫لى ال َّن ِبى‬ ‫ُصلُّ ْو َن َع َ‬ ‫أَ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ لَم ُْوا أَنَّ هللاَ أَ َم َر ُك ْم ِبأَمْ ٍر َبدَ أَ فِ ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل َتعاَلَى إِنَّ هللاَ َو َمآل ِئ َك َت ُه ي َ‬
‫ِك‬‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْن ِبيآئ َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬ ‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ .‬الل ُه َّم َ‬‫يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن أَ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان‪َ 4‬و َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َ‪ْ4‬ن َو َت ِابعِي‬ ‫َو ُر ُسل َِك َو َمآل ِئ َك ِة ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوارْ َ‬
‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن‬ ‫ِك َيا أَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن ‪  ‬اَلل ُه َّم ْ‬
‫اغفِرْ ل ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َمت َ‬ ‫ْن َوارْ َ‬ ‫ان ِالَى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ال َّت ِاب ِعي َ‪ْ4‬ن لَ ُه ْم ِباِحْ َس ٍ‬
‫َ‬
‫إلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوأ ِذ َّل ال ِّشرْ َك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َبادَ َك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫َ‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا ِ‬
‫ص َر‬ ‫ت الل ُه َّم أعِ َّز ْا ِ‬ ‫َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬
‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن‬ ‫ْن‪ .‬الل ُه َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َبا َء َو َّ‬‫ِك إِلَى َي ْو َم ال ِّدي ِ‬
‫ْن َواعْ ِل َكلِ َمات َ‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو دَ مِّرْ أَعْ دَ ا َء ال ِّدي ِ‬ ‫ال ِّدي َْن َو ْ‬
‫ان ْالمُسْ لِ ِمي َ‪ْ4‬ن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َلعالَ ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى‬ ‫َوس ُْو َء ْالفِ ْت َن ِة َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َعنْ َبلَ ِد َنا ِا ْن ُدو ِنيْسِ يَّا خآص ًَّة َو َسائ ِِر ْالب ُْلدَ ِ‬
‫هللا ! إِنَّ َ‬
‫هللا‬ ‫لخاسِ ِري َ‪ْ4‬ن‪ .‬عِ َبادَ ِ‬ ‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظ َلمْ َنا اَ ْن ُف َس َنا َواإنْ َل ْم َت ْغفِرْ َل َنا َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬ ‫ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْا َلعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم‬
‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ان َوإِيْتآ ِء ذِي ْالقُرْ َ‬ ‫إلحْ َس ِ‬ ‫َيأ ُم ُر‪ِ  ‬باْ َلع ْد ِل َو ْا ِ‬
‫هللا أَ ْك َبرْ‬
‫لى ن َِع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَذ ِْك ُر ِ‬ ‫َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/104120/khutbah-jumat-tiga-hal-penting-di-‬‬
‫‪bulan-rajab‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫ضا ِئ َل ي َُع َّظ ُم فِ ْي َها األَجْ ُر‬


‫َّام َوالَل َيالِي ِب َم َزا َيا َو َف َ‬ ‫َ‬
‫ض َف َخصَّ َبعْ ضُ ال ُّشه ُْو ِر َواألي ِ‬ ‫ض ُه َعلَى َبعْ ٍ‬ ‫ان َو َف َّ‬
‫ض َل َبعْ َ‬ ‫الحمْ ُد هلِل ِ الَّذِيْ َخلَقَ ّ‬
‫الز َم َ‬ ‫َ‬
‫ص ّل‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ْك ل ُه َوأش َه ُد أنَّ َسيِّدَ نا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه ال َّداعِ ى ِب َق ْولِ ِه َوفِعْ لِ ِه إِلى الرَّ َشا ِد‪ .‬الل ُه َّم َ‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ات‪ .‬أش َه ُد أنْ الَ إِل َه إِال هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬‫والح َس َن ُ‬
‫َ‬
‫ ف َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا هللاَ َت َعالَى ِبفِعْ ِل‬،‫ أمَّا بعْ ُد‬.‫البالَ ِد‬ َ
ِ ‫ِك َو َرس ُْول َِك م َُح ّم ٍد ِو َعلَى آلِه وأصْ َح ِاب ِه هُدَ ا ِة األ َن ِام في أَ ْن َحا ِء‬ َ ‫و ّسلِّ ْم علَى َع ْبد‬
َ ‫ َيا اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا‬:‫الى فِي ِك َت ِاب ِه ْال َك ِري ِْم‬
‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ إِالَّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬ َ ‫ت َف َق ْد َقا َل هللاُ َت َع‬
ِ ‫اعا‬ َّ Suatu hari
َ ‫الط‬
Rasulullah bersama sahabatnya mendapati situasi krisis air. Hingga waktu shalat Ashar
tiba, mereka yang berikhtiar mencarinya di berbagai tempat tidak berhasil
memperolehnya. Air yang tersedia hanyalah air sisa yang jumlahnya tak banyak. Dalam
situasi tersebut, Nabi melakukan sesuatu yang membuat orang tercengang. Rasulullah
memasukkan tangan beliau ke dalam air sisa yang berada dalam sebuah wadah itu
dan berseru kepada para sahabatnya, "Ayo mulailah berwudhu. Barakah datang dari
Allah." Para sahabat menyaksikan di sela-sela jari Nabi memancar air. Para sahabat tak
hanya bisa wudhu dengan sempurna, tapi juga menghilangkan rasa haus karena air
juga bisa diminum. Kisah ini bisa kita temukan dalam 'Umdatul Qari' Syarah Shahih
Bukhari. Yang menarik dari cerita tadi adalah kata-kata Rasulullah tentang "al-barakah
mina-Llâh". Kisah tersebut menunjukkan bahwa berkah bersumber dari Allah, bukan
manusia, air, pohon, matahari, atau lainnya. Meskipun, objek yang diberkahi itu bisa
apa saja, termasuk air dan jemari Nabi. Krisis air bukan halangan bagi para sahabat
untuk beribadah, bahkan mereka bisa sekaligus menyaksikan mukjizat Nabi yang tentu
kian meningkatkan keteguhan iman mereka. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dalam Lisanul Arab, "barakah" dimaknai sebagai an-mâ' waz ziyâdah, tumbuh dan
bertambah. Sebagian ulama merinci lagi bahwa berkah adalah bertambahnya kebaikan
(ziyâdaatul khair). Kebaikan yang dimaksud tentu bukan kenikmatan duniawi,
melainkan tingkat kesadaran kita kepada Allah, taqarrub ilallah. Berkah dengan
demikian tidak terkait dengan banyak atau sedikitnya harta benda. Orang yang kaya
raya bisa jadi tidak mendapat keberkahan hidup ketika harta bendanya justru
membuatnya merasa perlu dihormati, merendahkan orang miskin, berfoya-foya, atau
untuk aktivitas maksiat. Sebaliknya, kemiskinan bisa mendatangkan berkah saat hal itu
melatihnya bersabar, mensyukuri nikmat, atau bersikap baik kepada tetangga. Berkah
juga tidak harus berhubungan dengan kesehatan. Sebab, kondisi sakit pun kadang bisa
membuat orang instrospeksi diri (muhasabah), tobat, dzikir, dan mengingat-ingat hak-
hak orang lain yang mungkin ia langgar. Meskipun, sakit pun juga bisa berbuah
malapetaka ketika seseorang justru lebih banyak mengeluh, mencibir karunia Allah,
atau melakukan sesuatu yang melampaui batas. Tempat yang berkah tak mesti subur,
sejuk, atau yang pemandangannya indah. Buktinya Allah memberi keistimewaan
kepada tanah Makkah yang gersang. Begitu pula dengan waktu. Waktu yang berkah
belum tentu saat-saat hari raya atau hari berkabung. Tapi keberkahan waktu itu datang
manakala segenap peristiwa di dalamnya membuat kita sekain dekat dengan Allah.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Terkait dengan berkah atau barokah, Rasulullah
memberi  teladan kepada umatnya untuk memanjatkan doa ketika memasuki bulan
Rajab: ‫ان‬
َ ‫ض‬َ ‫ان َو َبلِّ ْغ َنا َر َم‬ ِ ‫“ اللَّ ُه َّم َب‬Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab
َ ‫اركْ َل َنا فِيْ َر َج‬
4َ ‫ب َو َشعْ َب‬
dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.” (Lihat
Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits,
Kairo, Mesir) Bulan Rajab merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang
dimuliakan. Dalam Islam, terdapat empat  bulan haram di luar Ramadhan, yakni
Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Saat tiba waktu Rajab, yang Rasulullah
minta adalah keberkahan bulan ini, lalu keberkahan bulan Sya’ban, hingga ia
dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Saat bulan Rajab tiba, Rasulullah tidak
memohon kekayaan, kesehatan, atau kenikmatan duniawi secara khusus. Beliau
berdoa agar dilimpahi keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban seiring dengan
menyongsong bulan Ramadhan. Secara tidak langsung, doa ini adalah permohonan
panjang umur. Tentu saja bukan sekadar usia panjang, tetapi usia yang bermanfaat
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Inti dari berkah adalah peningkatan taqarrub
kita kepada Allah, sehingga kepribadian kita diliputi oleh sifat-sifat yang mencerminkan
perintah Allah: jujur, adil, rendah hati, peduli sesama, penyayang, tidak serakah, tidak
gemar menggunjing atau menghakimi orang lain, dan lain sebagainya. Kita juga
semakin rajin memaknai setiap aktivitas kita atas dasar nilai ibadah. Bekerja untuk
menafkahi keluarga karena Allah, ikut kerja bakti tingkat RT karena Allah, bertegur sapa
dengan tetangga karena Allah, dan seterusnya. Apakah kita tak boleh berdoa
memohon harta atau kesehatan di bulan Rajab ini? Tentu saja boleh. Hanya saja, yang
lebih penting dari banyaknya kekayaan dan kesehatan adalah berkah, yakni suatu
kondisi yang mampu menambah ketaatan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Diterangkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah sendiri pernah mendoakan sahabatnya,
Anas dengan pernyataan: ‫ار َك َل ُه فِي َما أعْ َط ْي َت ُه‬
ِ ‫ َو َب‬،ُ‫ َو َو َلدَ ه‬،ُ‫ اللَّ ُه َّم ْأكثِرْ َما َله‬Artinya: “Ya Allah
perbanyaklah harta dan anaknya serta berkahilah karunia yang Engkau berikan
kepadanya.” Kata berkah di sini merupakan kunci dari segenap nikmat lahiriah. Dengan
keberkahan seseorang tidak hanya kaya harta tapi juga kaya hati: merasa cukup,
bersyukur, dan tidak tamak; tidak hanya mementingkan kuantitas anak, tapi juga
kualitasnya yang shalih, cerdas, dan berakhlak. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dari uraian ini jelas bahwa bulan Rajab menjadi berkah tatkala ada perkembangan
dalam diri kita terkait kedekatan dan ketaatan kita kepada Allah. Ketika keberkahan itu
datang, secara otomatis kualitas kepribadian kita pun meningkat, baik dalam kondisi
sulit maupun lapang, sehat maupun sakit, punya banyak utang maupun dilimpahi
keuntungan.  Keberkahan di bulan Rajab dan Sya'ban ini penting mengingat kita akan
menghadapi bulan Ramadhan, bulan yang jauh lebih mulia dan berlimpah keutamaan.
‫‪Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa diberkahi, senantiasa diberi‬‬
‫‪petunjuk, dan dipanjangkan umurnya hingga bisa menjumpai Ramadhan. Wallahu‬‬
‫‪a'lam.‬‬

‫آن ْا َلعظِ ي ِْم‪َ ،‬و َن َف َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه مِنْ آ َي ِة َوذ ِْك ِر ْال َح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه َوإِ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع َ‬
‫العلِ ْي ُم‪،‬‬ ‫ار َك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬
‫َب َ‬
‫العظِ ْي َم إِ َّن ُه ه َُو الغَ فُ ْو ُر الرَّ ِحيْم‬
‫هللا َ‬ ‫َ‬
‫َوأقُ ْو ُل َق ْولِي َهذا َفأسْ َت ْغفِ ُر َ‬ ‫َ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫ْك لَ ُه َوأَ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ‬ ‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َواِمْ ِت َنا ِن ِه‪َ .‬وأَ ْش َه ُد أَنْ الَ ِالَ َه إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬ ‫لى إِحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر لَ ُه َع َ‬ ‫هلل َع َ‬ ‫اَ ْل َحمْ ُد ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا أَمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّت ُق َ‬
‫واهللا فِ ْي َما‬ ‫إلى ِرضْ َوا ِن ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى َ‬
‫لى ال َّن ِبى‬ ‫ُصلُّ ْو َن َع َ‬ ‫هللا أَ َم َر ُك ْم ِبأَمْ ٍر َبدَ أَ فِ ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِب ُق ْدسِ ِه َو َقا َل َتعا َ َلى إِنَّ َ‬
‫هللا َو َمآل ِئ َك َت ُه ي َ‬ ‫أَ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ َلم ُْوا أَنَّ َ‬
‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْن ِبيآئ َ‬
‫ِك‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬ ‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن أَ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان‪َ 4‬و َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َ‪ْ4‬ن َو َت ِابعِي‬ ‫َو ُر ُسل َِك َو َمآل ِئ َك ِة ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوارْ َ‬
‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬
‫ت‬ ‫ِك َيا أَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن اَلل ُه َّم ْ‬
‫اغفِرْ ل ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬ ‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َمت َ‬ ‫ْن َوارْ َ‬ ‫ان ِالَى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ال َّت ِاب ِعي َْن لَ ُه ْم ِباِحْ َس ٍ‪4‬‬
‫َ‬
‫إلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوأ ِذ َّل ال ِّشرْ َك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َبادَ َك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫َ‬ ‫اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَمْ َوا ِ‬
‫ص َر ال ِّدي َْن‬ ‫ت الل ُه َّم أعِ َّز ْا ِ‬
‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء‬ ‫ْن‪ .‬الل ُه َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َبا َء َو َّ‬ ‫ِك إِلَى َي ْو َم ال ِّدي ِ‬‫ْن َواعْ ِل َكلِ َمات َ‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو دَ مِّرْ أَعْ دَ ا َء ال ِّدي ِ‬ ‫َو ْ‬
‫ان ْالمُسْ لِ ِمي َ‪ْ4‬ن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َلعالَ ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا‬ ‫ْالفِ ْت َن ِة َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َعنْ َبلَ ِد َنا ِا ْن ُدو ِنيْسِ يَّا خآص ًَّة َو َسائ ِِر ْالب ُْلدَ ِ‬
‫هللا َيأْ ُم ُر َنا‬
‫هللا ! إِنَّ َ‬ ‫لخاسِ ِري َْن‪ .‬عِ َبادَ ِ‬ ‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظلَمْ َنا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ لَ ْم َت ْغفِرْ لَ َنا َو َترْ َحمْ َنا‪ 4‬لَ َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬‫اب ال َّن ِ‬ ‫َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫هللا ْا َلعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ‬
‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا َ‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َكر َو ْال َب ْغي َيع ُ‬
‫ِ‬ ‫ان َوإِيْتآ ِء ذِي ْال ُقرْ َ‬ ‫إلحْ َس ِ‬ ‫ِباْ َلع ْد ِل َو ْا ِ‬
‫َ‬
‫هللا أ ْك َبرْ‬‫لى ن َِع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَذ ِْك ُر ِ‬‫َع َ‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/87608/khutbah-jumat-memaknai-berkah-‬‬
‫‪bulan-rajab‬‬

‫صى ‪َ ،‬والَّذِيْ َيأْ ُم ُر َنا‪ِ 4‬بال َّت ْق َوى مْ َّد َة أُم ُْو ِر َنا ‪،‬‬ ‫ب ِبإِسْ َرا ِء الرَّ س ُْو ِل م َِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام ِالَى ْال َمسْ ِج ِد ْاأل ْق َ‬ ‫هلل الَّذِيْ أَحْ َر َم َر َج َ‬ ‫هلل ‪ ،‬اَ ْل َحمْ ُد ِ ِ‬
‫اَ ْل َحمْ ُد ِ ِ‬
‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى أ ْش َرفِ عِ َبا ِد ِ‪4‬ه َس ِّي ِد َنا‬ ‫َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه فِيْ ُك ِّل أَهْ َوالِ َنا ‪ ،‬أ ْش َه ْد أنْ الَ إلَ َه إالَّ هللاُ َوأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ‪َ ،‬وال َّ‬
‫ان الَّذِى‬ ‫اع ِة َقا َل هللاُ ُسب َْحا َن ُه َو َت َعالَى ‪ُ :‬سب َْح َ‬ ‫هللا َوالسَّمْ َع َو َّ‬
‫الط َ‬ ‫صحْ ِب ِه َوعِ ْت َر ِت ِ‪ِ4‬ه أ ََّما َبعْ ُد ‪َ :‬ف َيا أ ُّي َها ال َّناسُ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم ِب َت ْق َوى ِ‬
‫لى اَلِ ِه َو َ‬ ‫م َُح َّم ٍد َو َع َ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صا الذِى با َركنا َح ْول ُه لِن ِر َي ُه مِنْ آ َي ِتنا إِن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع البَصِ ْي ُر ‪َ ،‬وقا َل َرس ُْو ُل ِ‬
‫هللا‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫أَسْ َرى ِب َع ْب ِد ِه ل ْيال م َِّن ال َمسْ ِج ِد ال َح َر ِام ِالى ال َمسْ ِج ِد األق َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫َ‬
‫ َف َعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِيْ َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن ْال َم ْه ِِد ِّيي َْن‬،‫اخ ِتالَ ًفا َك ِثيْرً ا‬
ْ ‫ش ِم ْن ُك ْم َف َس َي َرى‬َ ْ‫ َوإنْ َتأْ ُم ُر َعلَ ْي ُك ْم َع ْب ٌد َفإ َّن ُه َمنْ َيع‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ
َ
‫اس ِبخل ٍق َحس ٍن‬ ُ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ‫ت‬ ْ ُ ُ َّ َ َّ َ
َ ‫ فات ِق هللاَ َحيْث َما كن وأت ِب ِع ال َّس ِّيئة ال َج َسنة تمْ ُح َها َوخال ِِق الن‬، ‫مِنْ َبعْ دِيْ ت َم َّسك ْوا ِب َها َو َعض ُّْوا َعل ْي َها ِبالن َوا ِج ِذ‬ ُ َ
ِِ
Hadirin Sidang Jum'at yang Dimuliakan Allah SWT Tanpa terasa, sepekan sudah kita
melewati bulan Rajab di tahun ini. Beraneka kejadian dan peristiwa terus berlalu silih
berganti, mengisi tiap detik, menit, jam, hari dan minggu-minggu kita. Berbagai kondisi
kita lalui dari tahun ke tahun. Ada kebahagiaan yang kita rayakan dan ada kesedihan<>
yang kita rasakan, namun kita harus tetap hidup tanpa penyesalan. Kita mesti
senantiasa optimis, meski berbagai rintangan senantiasa menghimpit dan menguras
keimanan. Karena ketaqwaan adalah pangkal dari segala sikap dan keputusan kita
menghadapi problematika dunia, maka marilah kita senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Marilah senantiasa kita bertambah percaya, yakin
dan menaati perintah-perintah Allah SWT serta secepat mungkin, sejauh mungkin
menghindari larangan-larangan Allah SWT. Karena hanya dengan ketaqwaanlah kita
dapat meniingkatkan kualitas kehidupan kita. Taqwa dalam arti sebenarnya, bukan
taqwa asal merasa takut, namun tindakannya senantiasa tercela di mata Allah. Seperti
halnya Rajab adalah bulan mulia di sisi Allah, maka kita mestilah memuliakannya
dengan sungguh-sungguh. Rasululah SAW berdabda :

‫ات ُذو ال َقعْ دَ ِة‬ٌ ‫ ثَاَل َث ٌة ُم َت َوالِ َي‬،‫ض ال َّس َن َة ْاث َنا َع َش َر َشهْراً ِم ْن َها أرْ َب َع ُة َح َر ٌم‬
َ ْ‫ار َك َه ْي َئ ِت ِه َي ْوم َخلَقَ هللاُ ال َّس َم َواتَ َواأْل ر‬
َ َ‫ان َق ْد اسْ َتد‬ َ َّ‫أالَ إن‬
4َ ‫الز َم‬
‫ ُم َّت َف ٌق َعلَ ْي ِه‬.‫ان‬
4َ ‫ُضرُّ َبي َْن ُج َمادِى َو َشعْ َب‬ َ ‫َو ُذو ْالحِجَّ ِة َو ْالم َُحرَّ ُم َو َر َجبُ م‬

”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah


menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di
antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut
Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan
Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa Bulan rajab adalah bulan yang dumuliakan
oleh Allah. Maka sebagai konsekwensi dari ketaqwaan kita kepada Allah dan
kepercayaan kita kepada Rasulullah Muhammad SAW, maka tentulah kita juga
memuliakan bulan ini. Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah Bagaimana pun juga
masa yang akan datang harus kita hadapi dengan keimanan dan ketakwaan yang
melimpah. Apapun pun kondisi yang telah menimpa kita dalam waktu-waktu yang lalu,
baik yang telah lama maupun yang baru saja terjadi; yang masih begitu segar dalam
ingatan kita, namun esok hari tetaplah misteri. Mungkin kemarin kita sangat berat dan
mengalami kesulitan dalam hidup, namun bukan berarti kita boleh takut menghadapi
fajar esok hari. Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita bahwa kita Allah pasti
memiliki rencana, kelak kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai cobaan
yang kita rasakan. ”Paket perjalanan” Rasulullah di bulan Rajab merupakan sebuah
pelajaran sangat berharga bagi kita bahwa setiap kesusahan dan rintangan dalam
menjalankan misi dakwah pasti digantikan dengan anugerah yang menjadikan hidup
kita lebih berkualitas. Terlebih bahwa setiap anugerah juga sebenarnya selalu
mengandung ujian bagi kita untuk semakin mengintensifkan segala potensi kita demi
mengupayakan keridhoan Allah SWT. Sejarah seputar peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan
palajaran berharga, bagaimana kesusahan dan kesedihan tergantikan dengan sebuah
pesan (berupa sholat lima waktu) sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Allah SWT berfirman : ‫ض ِم ْن َها أَرْ َب َع ٌة ُح ُر ٌم‬ َ ْ‫ب هّللا ِ َي ْو َم َخ َلقَ ال َّس َم َاوات َواألَر‬ ِ ‫ُور عِ ندَ هّللا ِ ْاث َنا َع َش َر َشهْراً فِي ِك َتا‬
ِ ‫إِنَّ عِ َّد َة ال ُّشه‬
َ ‫ِين َكآ َّف ًة َك َما ُي َقا ِتلُو َن ُك ْم َكآ َّف ًة َواعْ لَمُو ْا أَنَّ هّللا َ َم َع ْال ُم َّتق‬
‫ِين‬ 4َ ‫ِيهنَّ أَنفُ َس ُك ْم َو َقا ِتلُو ْا ْال ُم ْش ِرك‬
ِ ‫” َذل َِك ال ِّدينُ ْال َق ِّي ُم َفالَ َت ْظلِمُو ْا ف‬Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah
agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan-bulan tersebut,
dan perangilah kaum musyrikin sebagaimana mereka pun memerangi kamu, dan
ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah, 9:36)
Tafsir Ath-Thabari menyebutkan bahwa keempat bulan haram yang dimaksud adalah
Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karenanya, mereka tidak mengenal
peperangan yang terjadi pada bulan-bulan ini. Orang-orang tidak diperkenankan
menganiaya dan berkelahi di antaranya pada bulan-bulan ini. Jika di antara mereka
terjadi perselisihan, maka biasanya ditangguhkan hingga bulan-bulan tersebut telah
lewat. Pembalasan dendam di antara anggota-anggota keluarga yang terluka dan
terbunuh juga menunggu bulan-bulan ini berlalu. Masyarakat jahiliyah pun mengikuti
peraturan ini. Lalu apakah kita sebagai umat Muhammad tidak ingin memuliakan
bulan ini? Hadirin Sidang Jum'at yang Berbahagia Marilah kita belajar kepada Sejarah.
Sungguh di bulan Rajab ini terdapat sebuah i’tibar (cerminan) yang sangat nyata untuk
kita teladani bersama. Bila mau bercermin kepada sejarah, maka senyatanya umat
Islam akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga di bulan Rajab. Pelajaran
tentang ketabahan dan keyakinan kepada balasan Allah Yang Maha Bijaksana. Pada
tahun kedelapan dari kenabian, Rasulullah SAW mendapatkan beberapa cobaan yang
teramat berat baginya dan bagi para pengikutnya. Ujian itu adalah embargo kaum kafir
Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam. Aksi embargo ini masih dijalankan
meskipun waktu telah memasuki bulan Haram. Artinya Nabi beserta para sahabatnya
tetap merasakan penganiayaan dan kedhaliman dari mereka yang biasanya
menghentikan segala aktivitas permusuhan terhadap lawan-lawannya. Setelah delapan
tahun mendakwahkan agama Allah kepda kaumnya dengan didampingi dan dilindungi
oleh dua orang kuat suku Qurays, yakni pamannya dan istrinya, maka pada tahun ini
Rasulullah harus rela ketika keduanya dipanggil menghadap Sang Rabb. Dengan
demikian, pada waktu itu Nabi tiada lagi memiliki pembela yang cukup kuat di hadapan
kaumnya sendiri yang memusuhi kebenaran. Sehingga Rasulullah kemudian
mengijinkan kepada para pengikutnya untuk berhijrah ke Thaif. Namun rupanya Bani
Tsaqif yang menguasai tanah Thaif tidaklah memberikan sambutan hangat kepada
para sahabatnya. Mereka yang datang meminta pertolongan justru diusir dan
dihinakan sedemikian rupa. Mereka dilempari batu hingga harus kembali dengan
kondisi berdarah-darah. Keseluruh cobaan berat ini dialami Rasulullah dan para
sahabatnya pada tahun yang sama, yakni tahun kedelapan semenjak Rasulullah
memproklamirkan dirinya sebagai Nabi akhir zaman. Atas cobaan yang taramat berat
dan bertubi-tubi ini, maka Allah SWT kemudian memberikan ”sekadar hiburan” kepada
Muhamad SAW yang sedang berkabung dengan segala keadaan dan perasaannya.
Rasulullah menerima ”sepaket perjalanan rekreasi” untuk menyegarkan kembali
ghirroh (Semangat) perjuangannya dalam menegakkan misi Tauhid di Bumi. ”Paket
perjalanan” yang kemudian disebut sebagai Isra’ Mi’roj ini sejatinya adalah sebuah
pesan kepada seluruh umat Muhammad bahwa, segala macam cobaan yang seberat
apa pun haruslah kita lihat sebagai sebuah permulaan dari akan dianugerahkannya
sebuah kemuliaan kepada kita. Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah Hal lain yang dapat
kita petik pelajaran dari bulan Rajab selanjutnya adalah perjalanan Rasulullah
Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang tercover dalam
َ ‫ْحان الَّذِى أَسْ َرى ِب َع ْب ِد ِه لَ ْيالً م َِّن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام ِالَى ْال َمسْ ِج ِد ْاألَ ْق‬
firman Allah SWT : ‫ َح ْولَ ُه لِ ُن ِر َي ُه مِنْ آ َي ِت َنا‬4‫صا الَّذِى با َ َر ْك َنا‬ َ ‫سب‬
‫ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْالبَصِ يْر‬,‫” ُ إِ َّن ُه‬Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah kami berkahi sekelilingnya agar
kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al Isra’:1) Adalah
sebuah pesan persaudaraan dan persahabatan di antara para hamba Allah. Bahwa
umat Islam sebagai umat terbaik semestinya senantiasa menunjukkan sikap
kedewasaan dan kematangan dalam berinteraksi dengan umat-umat lain. Meski Nabi
Muhammad SAW dapat saja langsung menuju langit dari Makkah, namun Allah tetap
membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadahan nabi-nabi sebelumnya. Ini
dapat berarti bahwa umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap
sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam. Hal ini dikarenakan, Islam
menghargai peraturan-peraturan sebelum Islam, seperti halnya khitan yang telah
disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Dalam skala intern umat Islam, kita
semestinya senantiasa menjaga ikatan persaudaraan dan silaturrahim demi
memperkuat ketaqwaan, keimanan dan persaudaraan sesama Muslim. Dengan
demikian maka, Bulan Rajab adalah bulan mulia yang harus kita sambut dengan
menambahkan keyaqwaan dan keikhlasan. Kita harus rajin-rajin melaksanakan sholat
lima waktu yang merupakan oleh-oleh dari Isro’ Mi’roj Rasulullah SAW di bulan Rajab
tahun kedelapan dari kenabian. Kita harus tegar menghadapi hidup meskipun hidup
penuh dengan cobaan dan rintangan. Umat Islam harus senantiasa optiomis dan yakin
pada janji Allah, akan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi siapa pun hamba-Nya yang
senantiasa meningkatkan ketaqwaan, karena demikianlah pesan bulan Rajab. ‫ار َك هللاُ لِي‬ َ ‫َب‬
‫ أ ُق ْو ُل‬.‫ِالو َت ُه ِا َّ ِن ُه ه َُواال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬ ِّ ‫ت َو‬
َ ‫ َو َت َق ِّب َل هللا ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َو َن َف َعنِي َو ِايِّا ُك ْم بما فيه م َِن اآل َيا‬.‫آن ْال َعظِ ي ِْم‬ ِ ْ‫َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
‫ت َفاسْ َت ْغفِر ُْوهُ إ َّن ُه ه َُو ْالغَ فُ ْو ُر الرَّ ِحيْم‬ ِ ‫ت َو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا‬
ِ ‫َق ْولِي َهذا َوأسْ َت ْغفِرُوا هللاَ ْال َعظِ ْي َم لَِيْ َولَ ُك ْم َول َِسائ ِِر ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما‬

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/13054/bulan-rajab--bulan-haram-penuh-
makna

Ridho Soho Bendunipun Alloh Dipun Rahasiaaken

ُ ‫أن اَل إلهَ إاَّل هَّللا‬


ْ ‫ َوأ ْشهَ ُد‬.‫ت ال َّشئِ ْي َم ِة‬ ِ ‫ت َواإْل ِ ْنتِهَا ِء ع َِن ْال َم َع‬
ِ ‫اصى َوال َّسيِّئَا‬ ِ ‫ار الصَّالِحّا‬ ِ َ‫ فَأ َ َم َرهُ بِإِ ْكث‬.‫ اآْل ِخ َر ِة‬4َ‫اَل َح ْم ُد هّلِل ِ الَّ ِذى َج َع َل ال ُّد ْنيَا َم ْز َر َعة‬
‫ق‬ ِ ‫ث أُ َّمتَهُ بِ ْال ُمبَا َد َر ِة إِلَى الصَّالِ َحا‬
ِ ْ‫ َعلَ ْيهَا قَ ْب َل لُحُو‬ ‫ت َو ْال ُم َحافَظَ ِة‬ َّ ‫ َح‬.ُ‫أن َسيِّ َّدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ َّ ‫ َوأ ْشهَ ُد‬,‫ك لَهُ َربُّ ْالبَ ِريَّ ِة‬ ِ ‫َوحْ َدهُ اَل ش‬
َ ‫َر ْي‬
ْ
‫ال َمنِيَّ ِة‬.
ِ ‫صحْ بِ ِه ْال ُمتَ َحلِّ ْينَ بِاأْل َ ْخاَل‬
‫ق‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬  .‫ت ْال َعلِيَّ ِة‬ ِ ‫ت ال َّرفِ ْي َع ِة وال ّد َر َجا‬
ِ ‫ك َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد ِذى ال ِّس َما‬ َ ‫اَللَّه َّم‬
َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم عَل َى ع ْب ِد‬
َ ِ‫ك َو َرسُوْ ل‬
‫ان ِإلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬ ْ
ِ ‫ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِاإْل ِ حْ َس‬.‫ال َك ِر ْي َم ِة‬.

‫ار َع الس ُّْو ِء فِى‬ َ ‫ َوه َُو الَّذِى َيقِى َم‬,ِ ‫ َوه َُو الم ُْوصِ ُل ِالَى هَّللا‬,‫الزا ُد الَّذِى اَل َي ْف َنى‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫ َف َيا عِ باَدَ هّللا ِ!! ِا َّتقُوا هَّللا َ! َواعْ لَمُوا أنَّ َت ْق َواهُ ه َُو‬:‫أمَّا َبعْ ُد‬
‫ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِر ِة‬.

Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh

Monggo sareng-sareng ningkataken taqwalloh, ajrih dumateng ngarsonipun Alloh, kanti


nindaaken sedoyo printah-printah-Ipun soho nebihi sedoya awisan-awisan-Ipun. Sepados
kitho sedoyo manggehaken kawilujengan soho kebahagiaan wonten ing dunyo ngantos
akhiratipun.

Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh

Kawontenan kito wonten dunyo meniko sementara. Umur dunyo meniko terbatas. Dunyo
meniko sifatipun fana. Waktu terus lumampah mboten saget dipun endek, lan umur kito
meniko terbatas. Menawi kito mendel kemowon, umur mboten kendel, terus lumampah.
Menawi kito bergerak, umur ugi bergerak. Lajeng menopo ingkang bade kito tindaaken?
Mboten sanes namung pados ridhonipun Alloh swt.

Sedoyo tiyang muslim meniko mesti ambudidoyo saget nindaaken kewajiban, taat soho
amal solih, supados pikantuk ganjaran soho ridhonipun Alloh swt. Ananging kadang ugi
kepleset nindaaken kemaksiatan utawi doso.

Ganjaran meniko werninipun macem-macem, semanten ugi doso meniko werninipun ugi
macem-macem. Ananging wonten setunggal ganjaran ingkang ndadosaken ridhonipun
Alloh swt. Lan ugi wonten setunggal doso utawi maksiat ingkang ndadosaken bendu utawi
murkonipun Alloh swt.

Dzu an-Nun al-Misri ngendiko:

‫اع ِت ِه َوأَ ْخ َفى ِواَل َي َت ُه فِى عِ َبا ِد ِه‬ َ َ‫ أَ ْخ َفى غ‬,ٍ‫إِنَّ هَّللا َ أَ ْخ َفى ثَاَل ًثا فِى ثَاَل ث‬.
َ ‫ض َب ُه فِى َمعْ صِ َي ِت ِه َوأَ ْخ َفى ِر‬
َ ‫ضاهُ فِى َط‬

“Saktemene Alloh ngumpetake (ndelekne) telung perkoro ono telung perkoro kang
weneh. Alloh ngumpetne bendune ono maksiat, Alloh ngumpetne ridhone ono taat, lan
Alloh ngumpetne sifat kewalian ono kawulo-kawulone.”

Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh

Sepisan, Bendu utawi murkonipun Alloh swt meniko dipun rahasiaken wonten maksiat
dateng Alloh. Tiyang ingkang asreng nindaaken maksiat dereng tamtu pikantuk
bendunipun Alloh. Ananging kadang nindaaken maksiat ingkang alit utawi sepele
(remeh) malah nyebabaken bendudnipun Alloh. Padahal tiyang ingkang dipun benduni
Alloh mesti bade mlebet neroko, na’udzubillah min dzalik. Contohipun maksiat ingkang
sepele utawi alit: kados nyolong kayu, nyakiti kucing lan lintu-lintunipun. Rosululloh
saw dawuh:

ْ ْ َ‫ فَاَل ِه َي أ‬4‫ت إِ ْم َرأَةٌ النَّا َر فِى ِه َّر ٍة َربَطَ ْتهَا‬


)‫ ( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬.‫َت‬ ِ ْ‫َاش اأْل َر‬
ْ ‫ض َحتَّى َمات‬ ِ ‫ َواَل ِه َي أَرْ َسلَ ْتهَا تَأ ُك ُل ِم ْن َخش‬4‫ط َع َم ْتهَا‬ ْ َ‫َد َخل‬

“Wong wadon mlebu neroko sebab kucing. Dewekne nencang kucing banjur dewekne
ora maringi maem, dewekne ora ngeculne kucing supoyo maem gegremetane bumi,
hinggo kucinge mati.” HR. Muslim

Dados ingkang dadosaken murko utawi bendunipun Alloh meniko arupi perbuatan
maksiat utawi doso, ananing maksiat ingkang pundi? Sedoyo mboten wonten ingkang
mangertosi.

َ ‫ه فَلَ َعلَّهُ أَ ْن يَ ُكوْ نَ فِ ْي ِه َغ‬4ِ ‫اص ْي‬


ُ‫ضبُه‬ ِ ‫فّاَل تَحْ قِ َر َّن َش ْيئًا ِم ْن َم َع‬

Pramilo kita ampun ngremehaken maksiat dateng Alloh senahoso ketawisipun ali utawi
remeh. Sinten mangertos maksiat kasebat justru ndadosaken murko utawi
bendunupun Alloh.

Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh

Kalih, Ridhonipun Alloh meniko dipun rahasiaken wonten nindaaken maksiat dateng


Alloh swt. Tiyang ingkang pinaringan ridhonipun Alloh meniko mesti bejo, gesangipun
bahagia pejahipun husnul khotimah soho mlebet suwargo.

Tiyang ingkang kathah ta’at soho ibadah ipun dereng tamtu mesti pinaringan
ridhonipun Alloh. Ananging kadang-kadang nindaaken ta’at ingkang remeh soho alit
malah pikantuk ridhonipuna Alloh. Kados cerito wonten hadist: bilih wonten pelacur
(tiyang fasik) mlebet suwargo sebab namung maringi ombenan dateng asu ingkang
melet-melet ngelak. Artsosipun, pelacur niki pas maringi mimik asu ingkang ngelak
dadosaken ridhonipun Alloh. Dadsos, ridhonipun Alloh dipun gantungaken kalian
wekdal pelacur maringi minuman asu kasebat.

Kados Imam Ghozali ingkang pinaringan ridhonipun Alloh mboten sebab kathahipun
ibadah soho luasipun ilmu, ananging namung sebab ngetokne (ngejarne/membiarkan)
lalat ingkang menclok wonten wadah tintanipun Imam Ghozali supados saget mimik
tintanipun.
َ ‫فّاَل تَحْ قِ َر َّن َش ْيئًا ِم ْن طَا َعتِ ِه فَلَ َعلَّهُ أَ ْن يَ ُكوْ نَ فِ ْي ِه ِر‬
4ُ‫ضاه‬

Pramilo kita ampun ngremehaken nindaaken taat dateng Alloh senahoso ketawisipun
alit utawi remeh. Sinten mangertos taat kasebat justru ndadosaken ridhonipun Alloh.

Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh

Tigo, Alloh ngumpetaken utawi ndelikaken (merahasiakan) wali utawi kekasih-Ipun


wonten kalangan kawulo-kawulo nipun. Saben-saben tiyang islam meniko wonten
kemungkinan dados walinipun Alloh. Sami ugi tiyang meniko tukang jahit, tukang kayu,
tukang becak, tukang sepatu, pengemis, utawi kyai lan lintu-lintunipun.

ِ ‫فّاَل تَحْ قِ َر َّن أَ َحدًا ِم ْن خ َْلقِ ِه فَلَ َعلَّهُ أَ ْن يَ ُكوْ نَ َولِيًّا ِم ْن أَوْ لِيَا ِء هَّللا‬

Pramilo kita ampun ngremehaken lan ngino dateng tiyang sanes, sinten mangertos
tiyang kasebat walinipun Alloh.

Alhasil, Ampun ngremehaken dateng maksiat senahoso namung alit, sinten mangertos


maksiat alit kasebat ndadosaken murkonipun Alloh. Ampun ngremehaken perbuatan
taat senahoso namung alit, sinten mangertos taat ingkang remeh kasebat
ndadosaken ridhonipun Allah. Lan ampun ngino soho ngremehaken tiyang sanes,
sinten mangertos tiyang kasebat langkung sae, lagkung taqwa soho mungkin dados
wali utawi kekasihipun Alloh.

Mugi-mugi Alloh paring pitulung dateng kito sedoyo, saget nindaaken taat, ibadah soho
amal solih ingkang andadosaken rindhonipun. Lan dipun paringi kekiatan saget
nyingkrihi kemaksiatan utawi doso ingkang nyebabaken murko soho bendunipun Alloh
swt. Lan ugi saget ngajeni dateng tiyang sanes. Aamiin.

‫ اَفَمن اتَّبع رضْ وانَ هّٰللا َكم ۢ ْن ب ۤاء بسخ ٍ هّٰللا‬,‫ أ ُعوْ ُذ باهَّلل منَ ال َّش ْيطَان الرَّجيْم‬.َ‫ وبقّوْ له ي ْهتَدى ْالم ْهتَ ُدوْ ن‬,‫وهَّللا ُ ُس ْبحانَهُ وتَعالَى يقُوْ ُل‬
ِ َ‫َط ِّمن‬ َ ِ َ َ َ ِ َ ِ ََ ِ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُ ِ َ ِِ َِ َ َ َ َ َ
‫ص ْي ُر‬ ِ ‫س ْال َم‬ ْ
َ ‫ َو َمأ ٰوىهُ َجهَنَّ ُم ۗ َوبِ ْئ‬.

‫ إنَّهُ َج َوا ٌد َك ِر ْي ُم‬,ُ‫ َوتَقَبَّ َل ِمنِّى َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَه‬,‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِى َوإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليَا‬,‫آن ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ْ‫ك هَّللا ُ لِى َولَ ُك ْم فِى ْالقُر‬
َ ‫بَا َر‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ٌ ْ‫ َر ُؤو‬.

Khutbah II
‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد النَّبِ ِّي ْال َك ِري ِْم ْال ُم َم َّج ِد‪َ .‬و َعلَى آلِ ِه‬
‫ص َم ِد‪ .‬اَلَّ ِذى لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُوْ لَ ْد َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أ َح ٌد‪ .‬اَللَّهُ َّم َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ ْال َو ِ‬
‫اح ِد ال َّ‬
‫َزي ِْز ْال َم َد ِد‬
‫‪َ .‬وأصْ َحابِ ِه الَّ ِذ ْينَ َشيَّ ُدوْ ا ال َّد ْينَ بِ َع ْز ٍم قَ ِويٍّ َوع ِ‬

‫ب ْال ُج ْم ِعيَّ ِة َو َكأَنِّى أ ْنظُ ُر فِى أ ْس َمائِ ُك ْم بِهَا َمآْل ن‪َ .‬ولَ ِك ْن َما أ َرى ِم ْن ُك ْم اِأّل َعلَى ُج ُموْ ٍد‬ ‫ع ْال ُخطَ ِ‬ ‫اضرُوْ نَ! قَ ْد أ ْشبَ َع لَ ُك ْم أ ْن َوا ُ‬ ‫أ َّما بَ ْع ُد‪ :‬فَيَاأيُّهَا ْال َح ِ‬
‫ت لِيَ ْمتَ َّد فَلَ ْم‬ ‫َان‪َ .‬و َما اُ َمثِّلُ ُك ْم اِاَّل َك ْال َح ِد ْي ِد ْالبَ ِ‬
‫ار ْد‪ .‬يُضْ َربُ ُك َّل َو ْق ٍ‬ ‫ح ْال َجن ِ‬
‫صاَل ِ‬ ‫ك ْال ُخطَبُ اِلَى تَرْ قِيَ ِة اأْل ْع َم ِ‪4‬‬
‫ال و َ‬ ‫ْق‪ .‬قَلَّ َما تُ َغيِّ ُر أ ْع َمالَ ُك ْم تِ ْل َ‬
‫َري ِ‬
‫ع ِ‬
‫ْ‬ ‫هَّللا‬
‫صرُوْ ا َواَفِ ْيقُوْ ا ثُ َّم أحْ ِسنُوْ ا‪ ,‬اِ َّن َ ي ُِحبُّ ال ُمحْ ِسنِ ْينَ‬ ‫‪ .‬يَ ْمتَ ِد ْد‪ .‬فّتَبَ َّ‬

‫ٰ‬
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬‫صلَّيْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللّهُ َّم َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َ‪ْ4‬ن‬‫آل َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ْال َعالَ ِم ْينَ إِنَّ َ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫َو َعلَى ِ‬
‫ت‪ . .‬اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِرْ اِل ُ َم ِة‬ ‫اضى ْال َحا َجا ِ‬ ‫ت‪َ ,‬وقَ ِ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫ت‪ .‬إنَّ َ‬‫ت اأْل َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأْل َ ْم َوا ِ‬‫وال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ٰ‬
‫ح يَنفَ ُعهُ ْم فِى ُد ْنيَاهُ ْم‬ ‫صالِ ٍ‬‫ُم َح َّم ٍد‪َ .‬وارْ َح ْم أُ َّمةَ ُم َح َّم ٍد ‪َ .‬وأَصْ لِحْ أُ َّمةَ ُم َح َّم ٍد‪ .‬وا ْستُرْ اِل ُ َم ِة ُم َح َّم ٍد‪ .‬اَللّهُ َّم ا ْنصُرْ هُ ْم َعلَى أَ ْعدَائِ ِه ْم َو َوفِّ ْقهُ ْم لِ َع َم ٍل َ‬
‫ٰ‬
‫اصى‪َ 4‬وا ْه ِد ِه ْم َسبِ ْي َل ال َّرشَا ِد‪ .‬الله َم ارْ فَ ْع‬ ‫ت َو ْال َم َع ِ‬ ‫َوأُ ْخ َراهُ ْم‪ .‬اَللّهُ ََّم أَصْ لِحْ ُواَل ةَ أُ ُموْ ِرنَا َو ُعلَ َمائَنَا َو ُز َع َمائَنَا‪َ 4‬واجْ َعلْ ِه َّمتَهُ ْم فِى اِزَالَ ِة ْال ُم ْن َك َرا ِ‬
‫َوا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َوالطَّا ُعوْ ن ّوقَ َرنَ َو ْالفَحْ شَا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَائِ َد َو ْال ِم َحنَ ‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬
‫وال َعافِيَةَ َو ْال ُم َعافَاةَ‪ 4‬ال َّدائِ َمةَ فِى‬ ‫ك ْال َع ْف َو ْ‬ ‫َي ٍء قَ ِد ْي ٌر‪ .‬اللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫ك َعلَى ُكلِّ ش ْ‬ ‫َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَا َّمةً‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫صةً َو ِم ْن ب ُْلد ِ‬ ‫بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خَا َّ‬
‫ار‪َ .‬و ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْالعّالّ ِم ْينَ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫أآلخ َر ِة َح َسنَةً‪َ ,‬وقِنَا َع َذ َ‬ ‫‪.‬ال ِّدي ِْن َوال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َرةَ‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِى ال ُّد ْنيأ َح َسنَةً‪َ ,‬وفِى ِ‬

‫إن هللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬


‫ان َوإِ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى ع َِن الفَحْ شَا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ‪ .‬فَاذ ُكرُوا هَّللا َ ْال َع ِظ ْي َم‬ ‫َّ‬
‫‪ .‬يَ ْذ ُكرْ ُك ْم ‪َ .‬وا ْش ُكرُوْ هُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪َ .‬وا ْسئَلُوْ هُ ِم ْن فَضْ لِ ِه ي ُْؤتِ ُك ْم‪َ .‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ ُر‬

‫‪ ‬‬

Anda mungkin juga menyukai