اص طَفَى نَبِيَّنَ ا ُم َح َّمدًا ﷺ ْال ُمجْ تَبَى ْ ْ َوهُ َو الَّ ِذي،ب َ ض لَنَا بِ َش ه ِْر َر َج َّ َ اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ ف،ِاَ ْل َح ْم ُد هلل
َ َأ ْشهَ ُد َأ ْن ال.ب ِ ار ْك َوت ََر َّح ْم َوت ََحنَّ ْن َعلَى َم ْن بِ ِه تُرْ َجى َشفَا َعتُهُ يَوْ َم ْال َمآ َ َ اَللَّهُ َّم ف.ْال ُمَؤ يَّد
ِ َصلِّ َو َسلِّ َم َوب
ث ِإلَى َس اِئ ِر اَأْل َع ا ِج ِم ُ ْ َوَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ ْال َم ْب ُع و،اِلَ هَ ِإالَّ هللاُ َربُّ ْال ِعبَ ا ِد
أما بعد.َو ْال َع َرب
، قَا َل هللاُ تَ َع الَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم. َ فَقَ ْد فَازَ ْال ُمتَّقُوْ ن،ِص ْينِ ْى نَ ْف ِس ْي َوِإيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا ِ ْ ُأو،ِفَيَا ِعبَا َد هللا
صى َ ُس ْب َحانَ الَّ ِذي َأ ْس َرى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َم ْس ِج ِد اَأْل ْق،بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم
صي ُرِ َار ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب َ َالَّ ِذي ب
Mari kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha sekuat tenaga melaksanakan
semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-laranga-Nya. Puji syukur kehadirat Allah SWT,
pada bulan ini kita masih berada di bulan mulia, yaitu bulan Rajab.
Bulan Rajab menjadi tonggak dari rangkaian ibadah-ibadah penting pada bulan yang jatuh
setelahnya, yaitu bulan Sya’ban dan Ramadlan. Sebagian ulama berkata:
َ ش ْه ُر ا ْل َح
صا ِد َ َو َر َم،س ْق ِي
َ ُضان َّ ش ْه ُر ال
َ ُش ْعبَان ِ ش ْه ُر ال َّز ْر
َ َو،ع َ ب
ٌ َر َج
“Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyirami, dan Ramadlan adalah
bulan panen.”
Menurut Syekh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab al-Ghuniyah, Rajab terdiri dari tiga huruf,
yaitu Ra’, Jim, dan Ba’. Ra’ adalah Rahmatullâh (rahmat Allah), Jim adalah Jûdullâh
(kemudahan Allah), dan Ba’ adalah Birrullâh (kebaikan Allah). Maksudnya, mulai awal hingga
akhir bulan Rajab, Allah SWT melimpahkan tiga anugerah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu
limpahan rahmat, kemudahan, dan kebaikan dari Allah SWT. Ini menunjukkan kemuliaan dan
keagungan dari bulan Rajab.Maka dari itu, marilah kita gunakan bulan Rajab ini dengan sebaik-
baiknya dengan memperbanyak amal saleh, istighfar, sedekah, puasa dan lain sebagainya.
َ ِج ِد ْاَأل ْق5س
5ُه5َهُ لِنُ ِري5َا َح ْول55َا الَّ ِذى با َ َر ْكن5ص ْ س ِج ِد ا ْل َح َر ِام اِلَى ا ْل َم
ْ س َرى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْيالً ِّمنَ ا ْل َم ْ سبْحانَ الَّ ِذىَأ
ص ْيرِ َس ِم ْي ُع ا ْلب َّ ه َُو ال,ُِمنْ آيَتِنَا ِإنَّه
Artinya: “ Maha-Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” (QS.Al Isra : 1).
Peristiwa tersebut juga mendapat penjelasan dalam Shahih Bukhari, juz 5 halaman 52. Nabi
Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk
melaksanakan shalat fardlu sebanyak lima puluh rakaat setiap hari. Nabi menerima dan
kemudian kembali pulang, dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi
Musa AS, Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan mampu dengan
perintah shalat lima puluh kali sehari, Nabi Musa mengatakan, umatku telah membuktikannya.
Lalu meminta kepada Nabi Muhammad untuk kembali pada Allah SWT, mohonlah keringanan
untuk umatmu. Kemudian Nabi menghadap kepada Allah dan diringankan menjadi shalat
sepuluh kali. kemudian Nabi Muhammad kembali kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa
mengingatkan sebagiamana yang pertama. Kembali Nabi menghadap Allah hingga dua kali, dan
akhirnya Allah mewajibkan shalat lima waktu. Nabi Muhammad kembali pada Nabi Musa, Nabi
musa tetap mengatakan bahwa umatmu tidak akan kuat wahai Nabi Muhammad, Nabi
Muhammad menjawab, saya malu untuk kembali menghadap pada Allah SWT. Saya ridho dan
pasrah kepada Allah SWT.
“(makhluk yang pertama kali mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri)”.
KEDUA, sebelum Nabi Muhammad menghadap Allah SWT (mi’raj), beliau dibedah dadanya,
dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena
beliau ma’shum (suci dari dosa). Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali
Al Habsyi:
َو َما َأ ْخ َر َج اآل ْماَل ُك ِمنْ قَ ْلبِ ِه َأ ًذى َولَ ِكنَّ ُه ْم َزاد ُْوهُ طُ ْه ًرا َعلَى طُ ْه ٍر
“Malaikat tidak menghilangkan kotoran dari hati Nabi, tetapi agar hati yang
suci menjadi semakin suci”.
Pembersihan hati ini dilakukan sebelum Rasulullah menerima tugas shalat lima waktu. Ini juga
pelajaran bagi kita, bahwa saat akan menghadap Allah SWT hendaknya lebih dahulu kita
bersihkan hati kita masing-masing. Karenanya, apabila kita shalat harus dimulai dari pakaian,
tempat dan hati yang suci, khusyu’hanya tertuju kepada Allah.
Pada Bulan Rajab ini juga merupakan momentum yang tepat untuk bertobat dari segala maksiat.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif juz 1 halaman 122 menganjurkan umat manusia
untuk bertobat di bulan Rajab yang mulia ini. Beliau mengatakan: “Putihkanlah lembaran
hitammu di bulan Rajab, dengan amal baik yang menyelamatkanmu dari api yang melalap.”
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam kitab al-Ghuniyah menjelaskan ada tiga syarat agar tobat
kita diterima oleh Allah SWT.
PERTAMA, menyesali kesalahan dan kemaksiatan yang telah kita perbuat. KEDUA,
meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun. KETIGA, berjanji untuk tidak
mengulang dosa dan kesalahan. Ketiga syarat tersebut harus kita laksanakan agar tobat kita
benar-benar diterima oleh Allah SWT.
Akhirnya, semoga kita menjadi hamba yang terhindar dari segala kejelekan dan kemaksiatan,
selalu beruntung mendapatkan ridla, kemampuan dan kesempatan, untuk melakukan
amal shalih (ibadah) dan mendapatkan pahala serta keberkahan dari Allah SWT. Aamiin ya
rabbal ‘alamiin.