Anda di halaman 1dari 5

Assalamu’alaikum wr.

wb

ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬،ُ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
‫ت‬
ُ‫ي لَه‬َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫َأ ْع َمالِنَا‬
‫ص ّل‬َ ‫ اَللَّهُ ّم‬.ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،ُ‫ْك لَه‬ َ ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬ ٍ ‫َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬
‫صا‬ َ ‫ْج ِد ْال َح َر ِام اِلَى ْال َم ْس ِج ِد ااْل َ ْق‬ِ ‫قال هللا تعالى ُسب ْٰح َن الَّ ِذيْٓ اَس ْٰرى بِ َع ْب ِد ٖه لَ ْياًل ِّم َن ْال َمس‬
ِ َ‫الَّ ِذيْ ٰب َر ْكنَا َح ْولَهٗ لِنُ ِريَهٗ ِم ْن ٰا ٰيتِنَ ۗا اِنَّهٗ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْالب‬
‫ص ْي ُر‬

Puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa memberikan seluruh nikmatnya kepada kita
semua, yang tak mungkin kita untuk bisa menghitungnya. Dengan kenikmatan tersebut kita
dapat menjalankan perintah dan menjauhi laranga-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah dan limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tak lupa Izinkanlah
khatib menyampaikan wasiat takwa, terkhusus untuk pribadi khatib sendiri dan umumnya
untuk jamaah sidang Jumat yang dimuliakan Allah, Sebagai wujud dari rasa syukur tersebut
marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan dengan sebenar-
benarnya takwa dalam pengertian dengan semaksimal mungkin menjalankan apa yang
menjadi perintah Allah dan menjauhi apa yang menjadi larangan Allah.

Ma’asyiral Muslimin, sidang jum’at Rahimakumullah

Judul khutbah pada Jum’at hari ini yaitu Di Bulan Syaban Saatnya Memuliakan dengan
Ibadah Terbaik.

Hadirin yang Berbahagia


Secara bahasa, Sya’ban berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Makna ini
selaras dengan posisi bulan Sya’ban yang menyongsong bulan Ramadhan. Hal ini merupakan
kiasan bahwa bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah tersebut merupakan momen tepat
untuk menapaki jalan kebaikan secara lebih intensif, mempersiapkan diri menyambut bulan
paling mulia, yakni Ramadhan.
Posisi bulan Sya’ban yang terletak di antara Rajab dan Ramadhan seringkali kurang
mendapat perhatian lebih dibanding dua bulan mulia yang menghimpitnya itu. Pada Rajab,
keutamaan-keutamaan seputar puasa dan amalan lainnya kerap kita dengar. Di bulan Rajab
pula kita mengenang peristiwa dahsyat yang dialami Rasulullah: Isra’ dan Mi’raj. Bulan
Ramadhan lebih hebat lagi. Orang-orang seakan-akan menjadi manusia baru, berburu
fadhilah atau keutamaan dan pahala berlipat di bulan suci ini.
Tidak demikian dengan Sya’ban. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasai, Nabi
menyebut Sya’ban sebagai bulan yang biasa dilupakan umat manusia. Dilupakan bukan
berarti terhina. Ia diabaikan manusia karena manusianya sendiri yang kurang menyadari
kemuliaan bulan Sya’ban, bukan akibat bulan Sya’ban itu sendiri tidak mulia. Sikap ini
biasanya hanya terjadi di kalangan awam atau orang-orang yang secara ruhani belum
mendekat kepada Allah. Para salafus shalih memberi perhatian lebih pada bulan ini dengan
beragam kegiatan ibadah, utamanya pada momen nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban).

Jamaah yang Dirahmati Allah


Bukti dari mulianya bulan Sya’ban, bisa kita lihat dari sejumlah peristiwa penting bersejarah
di dalamnya. Peristiwa-peristiwa ini bisa dipandang bukan semata sebagai fakta sejarah tapi
juga pertanda bahwa Allah memberikan perhatian spesial terhadap bulan ini.

Pertama, pada bulan Sya’ban Allah menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Ahzab ayat 56:

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي ۚ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُوا‬ َ ُّ‫ُصل‬
َ ‫ِإ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬
Artinya: Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.

Mayoritas ulama, khususnya dari kalangan ahli tafsir sepakat bahwa ayat ini turun di bulan
Sya’ban. Secara bahasa, shalawat berakar dari kata shalât yang berarti doa. Dalam ayat
tersebut ada tiga shalawat: shalawat yang disampaikan Allah, shalawat yang disampaikan
malaikat, dan (perintah) shalawat yang disampaikan umat Rasulullah SAW.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip pernyataan Imam Bukhari menjelaskan bahwa ‘Allah
bershalawat’ bermakna Dia memuji Nabi, ‘Malaikat bershalawat’ berarti mereka sedang
berdoa, sementara ‘manusia bershalawat’ selaras dengan pengertian mengharap berkah.
Ayat tersebut menjadi bukti kedudukan Rasulullah yang tinggi. Kemuliaan dan rahmat
dilimpahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, malaikat-malaikat suci
terlibat dalam merapalkan doa, dan seluruh kaum beriman pun diperintah untuk
mengucapkan shalawat kepadanya.
Wajar sekali bila Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam menganjurkan umat Islam untuk
memperbanyak shalawat di bulan Sya’ban, di samping bergegas membersihkan diri atau
bertobat dari kesalahan-kesalahan yang sudah lewat guna menyambut Ramadhan dengan hati
yang bersih.

Jamaah sidang jum’at yang Dirahmati Allah


Kedua, bulan Sya’ban merupakan saat diturunkannya kewajiban berpuasa bagi umat Islam.
Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam Al-Majmû‘ Syarah Muhadzdzab menjelaskan bahwa
Rasululah menunaikan puasa Ramadhan selama sembilan tahun selama hidup, dimulai dari
tahun kedua Hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun pada bulan Sya’ban.
Puasa merupakan kegiatan penting guna meredam nafsu yang sering menuntut dimanjakan.
Melalui puasa, manusia ditempa secara ruhani untuk menahan berbagai godaan duniawi,
bahkan untuk hal-hal yang dalam kondisi normal (tak berpuasa) halal. Menahan diri dari hal-
hal halal seperti makan, minum, berhubungan dengan istri, menjadi sinyal kuat bahwa
sesungguhnya ada yang lebih penting dari kenikmatan dunia yang fana ini, yakni kenikmatan
akhirat, berjumpa dengan Allah Subhanahu Wa Taala.
Ramadhan merupakan bulan paling mulia di antara bulan lain. Artinya, Sya’ban merekam
sejarah penting ‘diresmikannya’ kemuliaan Ramadhan dengan difardhukannya puasa bagi
kaum mukminin selama sebulan penuh. Sya’ban menjadi tonggak menyambut bula suci
sebagai anugerah besar dari Allah yang melipatgandakan pahala segala amal kebaikan di
bulan Ramadhan.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Ketiga, bulan Sya’ban juga menjadi sejarah dimulainya Ka’bah menjadi kiblat umat Islam
yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha. Peristiwa peralihan kiblat ini ditandai dengan
turunnya ayat 144 dalam surat Al-Baqarah:

َ َّ‫ك فِي ال َّس َما ِء فَلَنُ َولِّيَن‬


َ ْ‫ك قِ ْبلَةً تَر‬
‫ضاهَا‬ َ ‫ب َوجْ ِه‬ َ ُّ‫قَ ْد نَ َرى تَقَل‬
‫ْج ِد ْال َح َر ِام‬ ْ ‫ك َش‬
ِ ‫ط َر ْال َمس‬ َ َ‫فَ َولِّ َوجْ ه‬

Artinya: Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram.
Saat menfsirkan ayat ini, Al-Qurthubi dalam kitabnya Al-Jami’ li Ahkâmil Qur’an dengan
mengutip pendapat Abu Hatim al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Rasulullah
SAW untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan
malam nisfu Sya’ban.
Kiblat menjadi simbol tauhid karena seluruh umat Islam menghadap pada satu tujuan.
Beralihnya kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram juga menegaskan bahwa Allah tidak
terikat dengan waktu dan tempat. Hal ini ditunjukkan dengan sejarah perubahan ketetapan
kiblat yang tidak mutlak dalam satu arah saja. Umat Islam tidak sedang menyembah Ka’bah
ataupun Masjidil Aqsha, melainkan Allah Subhanahu Wa Taala.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tidak menyia-nyiakan bulan Sya’ban, meski
di tengah kesibukan duniawi yang luar biasa. Al-faqir mengajak kepada jamaah menyisihkan
waktu untuk meningkatkan kedekatan kepada Allah, melalui tafakur, dzikir, dan amal
kebaikan, lebih-lebih di bulan mulia ini, amin ya rabbal alamin.

‫ت َو ال ِذ ْك ِر‬ ِ ْ‫ار َكاهللُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي القُر‬


ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن اآليَا‬,‫آن ال َع ِظي ِْم‬ َ َ‫ب‬
‫الح ِكي ِْم َوتَقَب ََّل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ إنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر ال َر ِح ْي ُم‬
َ

KHUTBAH KEDUA

‫ْك لَهُ ِإرْ َغا ًما لِ َم ْن‬ َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ اِاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬،‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْمدًا َكثِ ْيرًا َك َما َأ َم َر‬
َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،‫ق َو ْالبَ َش ِر‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم‬ ِ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َسيِّ ُد ْالخَاَل ِئ‬،‫َج َح َد َو َكفَ َر‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬،‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‬
َ ‫َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه َو‬
Qoola ta’ala:
‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫ين َآ َمنُوا‬ َ ُّ‫ُصل‬
َ ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬

ِ ‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬


‫آل‬ َ ‫صلَّي‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫ار ْك‬ ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ َ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ ِ َ‫ َوب‬.‫ِإب َْرا ِه ْي َم‬
َ َّ‫ ِإن‬،‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫و َعلَى‬. َ

‫ت اَألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم‬


ِ ‫ت َوالمْؤ ِمنِيْنَ َوالمْؤ ِمنَا‬ ِ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما‬
َ َّ‫ت ِإن‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َو ِة‬ ِ ‫َواَأل ْم َوا‬
‫والغنَى‬
‫اف‪ِ ،‬‬ ‫اللَّهُ َّم إنَّا نَ ْسَألُ َ‬
‫ك الهُ َدى‪ ،‬والتُّقَى‪ ،‬وال َعفَ َ‬

‫ت ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم‬ ‫َربَّنَا اَل تَجْ َع ْلنَا فِ ْتنَةً لِّلَّ ِذي َْن َكفَر ُْوا َوا ْغفِرْ لَنَا َربَّنَ ۚا اِنَّ َ‬
‫ك اَ ْن َ‬

‫اخ ْذنَٓا ِإن نَّ ِسينَٓا َأ ْو َأ ْخطَْأنَا ۚ َربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَ ۥهُ‬
‫َربَّنَا اَل تَُؤ ِ‬
‫ف َعنَّا َوٱ ْغفِرْ‬‫ين ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا ِبِۦه ۖ َوٱ ْع ُ‬ ‫َعلَى ٱلَّ ِذ َ‬
‫نت َم ْولَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا َعلَى ْٱلقَ ْو ِم ْٱل ٰ َكفِ ِر َ‬
‫ين‬ ‫لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ َأ َ‬

‫ق َحقًّا َوارْ ُز ْقنَا اتِّبَا َعهُ‪َ ،‬وَأ ِرنَا ْالبَ ِ‬


‫اط َل با َ ِطالً َوارْ ُز ْقنَا اجْ تِنَابَهُ‬ ‫اَللَّهُ َّم َأ ِرنَا ْال َح َّ‬

‫ار‪َ .‬ربَّنَا تَقَبَّلْ‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َو قِنَا َع َذ َ‬


‫اب النَّ ِ‬ ‫في ِ‬ ‫في ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َو ِ‬ ‫َربَّنَا آتِنَا ِ‬
‫َّح ْي ُم‪ُ ،‬سب َْح َ‬
‫ان‬ ‫ت التَّ َّوابُ الر ِ‬‫ك َأ ْن َ‬ ‫ك َأ ْن َ‬
‫ت ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‪َ ،‬و تُبْ َعلَ ْينَا ِإنَّ َ‬ ‫ِمنَّا ِإنَّ َ‬
‫صفُ ْو َن َو َسالَ ٌم َعلَى ال ُمرْ َسلِي َْن‪َ ،‬و َ‬
‫الح ْم ُد هلِل ِ َربِّ‬ ‫الع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬ ‫َرب َِّك َربِّ ِ‬
‫‪.‬ال َعالَ ِمي َْن‬

Anda mungkin juga menyukai