Anda di halaman 1dari 5

RESUME KETERAMPILAN OBSERVASI

Dosen Pengampu:

ULIYATUL LAILI, SST., M.Keb

Disusun Oleh:

Bella Ayu Febriyanti / 1230019015

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020/2021
A. Pengertian
Suatu keterampilan observasi yg menghasilkan komunikasi efektif dengan
menggunakan kepekaan yg dimiliknya melaui observasi terhadap klien baik secara
verbal maupun non verbal. Pengamatan (observasi) merupakan suatu cara
pengumpulan data yang pengisiannya berdasarkan atas pengamatan langsung terhadap
sikap dan perilaku individu atau kelompok.
B. Tujuan
Untuk mengetahui bahwa ada beberapa konflik atau ketidaksesuaian antara prilaku
verbal dan nonverbal, antara apa yang di ucapkan dan apa yang dikerjakan
C. Hal Yang Perlu Diobservasi
1. Tingkah laku / komunikasi non verbal adalah pesan yang disampaikan dalam
komunikasi dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata.Bentuk komunikasi
non verbal adalah bahasa tubuh, tanda, tindakan atau perbuatan, objek, dan warna.
Fungsi komuikaasi non verbal :
 Melengkapi komunikasi verbal
 Menekankan komunikasi verbal
 Membesar-besarkan komunikasi non verbal
 Melawan komunikasi verbal
 Meniadakan komunikasi non verbal
2. Tingkah laku / Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-
kata baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa verbal merupakan sarana untuk
menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan. Aspek dalam komunikasi
verbal yaitu perbendaharaan kata-kata (vocabulary), kecepatan (racing), intonasi
suara, humor, waktu yang tepat dan singkat.
fungsi komunikasi verbal :
 Penamaan
 Interaksi
 Transmisi informasi
3. Kesenjangan antaratingkah laku verbal dan non verbal
 Kesesuaian antara tingkah verbal dan non verbal.
 Kesesuaian antara duah buah pertanyaan.
 Kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
D. Jenis-jenis Observasi
 Dilihat dari keterlibatan subjek terhadap objek yangsedang di observasi:
a. Observasi partisipan, yaitu bila observer turut serta atau berpartisipasi
dalam kegiatan yang sedang diobservasi (observee).
b. Observasi non – partisipan, yaitu bila observer tidak secara langsung
atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas yang sedang dilakukan oleh
observee.
c. Observasi kuasi – partisipan, yaitu bila observer terlibat pada sebagian
kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara pada sebagian
kegiatan lain observer tidak melibatkan diri.
 Dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subjek diobservasi:
a. Observasi naturalistik, jika observasi dilakukan secara alamiah atau
dalam kondisi apa adanya.
b. Observasi eksperimental, jika observasi itu dilakukan terhadap subjek
dalam suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan.
 Khususnya bentuk observasi sistematis :
a. Observasi naturalistik, yaitu ketika sesorang ingin mengobservasi subjek
(observee) dalam kondisi alami atau natural.
b. Metode survai, yaitu ketika seseorang mensurvai (mengobservasi)
c. Eksperimentasi, yaitu ketika sesorang tidak hanya mengobservasi tetapi
memaksakan kondisi – kondisi spesifik terhadap subjek yang diobservasi.
 Berdasarkan pada tujuan dan lapangannya:
a. Finding observasi, yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan.
Dalam melakukan observasi ini observer belum mengetahui dengan jelas
apa yang harus diobservasi, ia hanya mengetahui bahwa ia akan
mengahadapi suatu situasi saja.
b. Direct observation, yaitu observasi yang menggunakan “daftar isi”
sebagai pedomannya.
 Berdasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan pelatihan yang
disyaratkan :
a. Level pertama, observasi informasi kasual (casual information
observation ). Observasi jenis ini banyak dilakukan dalam kehidupan
sehari – hari dengan tidak terstruktur, dan biasanya observasi – observasi
yang tidak terencana yang memberikan kesan – kesan kasual yang terjadi
sehari –hari oleh orang – orang di dekat kita.
b. Level kedua, observasi terstruktur (guided observation). Terencana,
diarahkan pada sebuah maksud atau tujuan. Observasi pada tingkat ini
biasanya difasilitasi oleh instrumen yang sederhana seperti cheklist dan
skala penilaian. Beberapa training juga diperlukan.
c. Level ketiga, level klinis. Observasi, selalu diperpanjang, dan sering
dengan kondisi – kondisi yang terkontrol.
E. Keterampilan membina hubungan baik
Membina hubungan baik dilakukan oleh bidan sejak kontak awal dengan klien
dan harus dipertahankan. Yang harus dimiliki oleh bidan membina hubungan baik
dengan klien adalah Perilaku respons positif yang mendukung terciptanya hubungan
baik meliputi bersalaman dengan ramah, mempersilahkan duduk, bersabar, tidak
memotong pembicaraan, menjaga kerahasiaan klien, tidak melakukan penilaian,
mendengarkan dengan penuh perhatian, menanyakan alasan kedatangan klien, serta
menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien, sikap hangat, menghormati,
menerima klien apa adanya, empati, dan tulus.
F. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membina hubungan baik
1. Menunjukkan tanda perhatian verbal. Yang di maksud adalah kata-kata pendek
seperti:hemm..., ya, lalu, oh ya, terus, begitu, ya, dan pengulangan kata-kata
penting yang di ucapkan oleh klien.
2. Menjalin kerjasama. Bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan
baik dengan klien.
3. Memberika respon positif berupa pujian, dukungan.
G. Sikap dan prilaku soler
 S: Face your clients squarely (menghadap klien) dan smile/nod at clients
(senyum/ mengganggukkan kepala).
 O: Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).
 L: Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).
 E: Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/tatap mata
sesuai dengan cara yang diterima budaya setempat).
 R: Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
H. Keterampilan mendengar atikf
- Teknik mendengar aktif
1. Fungsi mendengar
a. Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah:
b. Mendorong klien untuk berbicara.
c. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien.
d. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien.
e. Untuk memperoleh informasi.
f. Memberi arahan percakapan terhadap klien.
2. Prinsip mendengar
a. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN DALAM MENDENGAR
AKTIF
b. KESALAHAN YANG TERJADI SAAT MENDENGAR AKTIF
- Keuntungan mendengar aktif
1. Pasien dan keluarga merasa didengar dan dipahami.
2. Pasien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting.
3. Pasien dan keluarga menjadi mudah untuk mendengarkan apa yang kita
sampaikan.
4. Pasien dan keluarga merasa nyaman.
5. Pasien dan keluarga mampu berkomunikasi.
- Tips mendengar aktif
1. Menerima klien apa adanya
2. Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan memperhatikan cara mengatakan
hal tersebut (perhatikan intonasi, pemilihan kata, ekspresi wajah dan gerakan
tubuh.
3. Menempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan.
4. Melakukan mendengar pasif dengan memberi waktu klien untuk berfikir,
bertanya dan berbicara.
5. Mendengarkan klien dengan seksama.
6. Melakukan pengulangan/refleksi yang anda dengar supaya ada pemahaman.
7. Duduk menghadap klien dengan nyaman, menghindari gerakan yang
mengganggu.
8. Menunjukkan tanda perhatian verbal (hmm, yaa, lalu, oh begitu) dan non
verbal (sesekali menggangguk).
- Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik
1. Pandang pasien dan keluarga saat sedang bicara.
2. Tidak menyilangkan kaki dan tangan.
3. Hindari gerakan yang tidak perlu.
4. Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau
memerlukan umpan balik.
5. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
- Tipe pertanyaan
1. Pertanyaan tertutup : pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah pasti dan
ini biasanya hanya membutuhkan jawaban “ ya atau Tidak’ untuk
mengumpulkan informasi yang faktual ( biasanya diawal percakapan ).
2. Pertanyaan terbuka : merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban yang
menungkinkan adanya berbagai macam jawaban, dan memberi kebebasan
menjawab pada klien. Ini akan menuntut partisipasi aktif dari klien dan
merupakan cara efektif untuk menggali informasi dari klien.
3. Pertanyaan mendalam : dimaksudkan untuk menggali lebih mkendalam apa
yang sudah diungkapkan oleh klien, sehingga informasi didapat secara
lengkap dan mendetail. Melengkapi dan menggali lebih dalam hal- hal yang
diperlukan, terutama yang bersifat privasi, untuk melakukan ini memerlukan
pendekatan dan keakraban dan didasarkan saling percaya, dimana ini
memerlukan teknik yang khusus agar tidak bias.
4. Pertanyaan mengarahkan/sugestif : mengarahkan berarti Bidan
mengarahkan apa yang dibicarakan klien. Tidak selalu tepat digunakan pada
berbagai kondisi. Pertanyaan mengarahkan ini sebaiknya dihindari oleh Bidan
dan biarkan klien mengungkapkan perasaannya secara spontan.
I. Berdasrkan materi diatas keterampilan yang harus dimiliki seorang bidan yaitu

Bidan diharapkan pandai berkomunikasi dengan masyarakat yang menjadi pasiennya.


Kemampuan ini semakin penting, mengingat bidan merupakan tenaga layanan kesehatan
primer. Kondisi ini menjadikan bidan sebagai tenaga layanan kesehatan yang paling sering
berhadapan dengan masyarakat. Sudah tidak saatnya bila kemampuan bidan hanya terbatas
pada klinis dan pengobatan. Bidan harus memiliki berbagai soft skill, salah satunya
berkomunikasi, sehingga pesan kesehatan bisa sampai ke masyarakat tanpa menimbulkan
salah paham, komunikasi sangat penting bagi bidan yang merupakan pelayan
masyarakat. Dengan pola yang baik tentu masyarakat lebih mudah menerima berbagai pesan
positif, misal rutin memeriksakan kehamilan, melahirkan di tenaga yang berkompeten,
hingga penggunaan kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai