Anda di halaman 1dari 54

Kriteria Penilaian

PROPER 2021
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

M. Denny T Silaban

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara


Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
PERMEN LHK NO
1 THN 2021
Penilaian Proper

Kinerja penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menaati ketentuan


peraturan perundang- undangan di bidang:
1. Pengendalian Pencemaran Air;
2. Pemeliharaan Sumber Air (bagi industri yang memproduksi air minum dalam
kemasan)
3. Pengendalian Pencemaran Udara;
4. Pengelolaan Limbah B3;
5. Pengelolaan limbah non B3;
6. Pengelolaan B3 (Usaha dan/atau Kegiatan dengan kategori Prasarana Jasa
Transportasi)
7. Pengendalian Kerusakan Lahan; (bagi industri kegiatan pertambangan)
8. Pengelolaan Sampah (Usaha dan/atau Kegiatan dengan kategori Prasarana
Jasa Transportasi)
Penilaian Proper

Kinerja penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang melebihi ketaatan yang diwajibkan
dalam peraturan perundang-undangan
o pelaksanaan penilaian daur hidup (life cycle assesment);
o sistem manajemen lingkungan;
o penerapan sistem manajemen lingkungan untuk pemanfaatan sumber daya pada bidang:
1. efisiensi energi;
2. penurunan Emisi;
3. efisiensi air dan penurunan beban Air Limbah;
4. pengurangan dan pemanfaatan Limbah B3;
5. pengurangan dan pemanfaatan limbah nonB3; dan
6. perlindungan keanekaragaman hayat
7. pemberdayaan masyarakat;
o tanggap kebencanaan; dan
o inovasi sosial.
Penilaian Ketaatan Bidang Pengendalian Pencemaran Udara

1. Laporan pemenuhan ketentuan dalam Persetujuan Lingkungan;


2. Laporan pemenuhan ketentuan dalam pemantauan Emisi dan gangguan;
3. Laporan pemenuhan ketentuan dalam baku mutu Emisi dan baku mutu gangguan
4. Dokumen yang menerangkan kompetensi personil Pengendalian Pencemaran Udara; dan
5. Dokumen ketentuan teknis yang dipersyaratkan
Penilaian Ketaatan Bidang Pengendalian Pencemaran Udara

1. Kebenaran atas pemenuhan ketentuan dalam Persetujuan Lingkungan;


2. Kebenaran atas pemenuhan ketentuan dalam baku mutu Emisi;
3. Pemantauan sumber dan parameter Emisi;
4. Pemantauan kebisingan;
5. Pemantauan kebauan;
6. Pemantauan kualitas udara ambien;
7. Kebenaran atas kompetensi Pengendalian Pencemaran Udara; dan
8. Ketentuan teknis yang dipersyaratkan;
Penilaian Pengendalian Pencemaran Udara harus dilengkapi dengan salinan dokumen

1. tata letak (layout), titik koordinat dan foto sumber Emisi;


2. lokasi dan titik koordinat pemantauan ambien dan gangguan (kebisingan dan kebauan);
3. sertifikat hasil uji Emisi, ambien dan gangguan (kebisingan dan kebauan);
4. metode pengujian menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar internasional
yang setara
5. (berlaku 3 (tiga) tahun setelah ditetapkan);
6. bukti pelaporan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SIMPEL;
7. fcatatan (logbook) waktu pengoperasian seluruh sumber Emisi selama periode penilaian
Proper;
8. data laju alir setiap sumber Emisi;
9. bukti ketentuan teknis yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan;
10. bukti pelaporan kondisi tidak normal;
11. bukti kompetensi personil Pengendalian Pencemaran Udara;
12. surat persetujuan telah melakukan integrasi pemantauan Emisi secara terus-menerus (CEMS)
ke dalam Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK);
Peraturan Pengendalian Pencemaran Udara
● PermenLH No. 07 tahun 2012 tentang
● Peraturan Pemerintan No. 41 tahun 1999 Pengelolaan Emisi Sumber Tidak Bergerak
tentang Pengendalian Pencemaran Udara Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri
● KepmenLH No. 13 tahun 1995 tentang Baku Rayon
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak ● PermenLH No. 04 tahun 2014 tentang Baku
● PermenLH No. 07 tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Kegiatan
Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap Pertambangan
● PermenLH No. 18 tahun 2008 tentang Baku ● PermenLHK No. 19 tahun 2017 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Usaha dan/atau Kegiatan Semen
Black ● PermenLHK No. 15 tahun 2019 tentang Baku
● PermenLH No. 13 tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Pembangkit Listrik
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Tenaga Termal
Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas ● PermenLHK No. 17 tahun 2019 tentang Baku
Bumi Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Pupuk
dan Ammonium Nitrat
Ketaatan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
2020 (Udara emisi)
Kompetensi Personel

Ketaatan terhadap sumber emisi

Ketaatan terhadap parameter baku mutu

Ketaatan terhadap jumlah data per parameter yang dilaporkan

Ketaatan terhadap pemenuhan baku mutu emisi udara

Ketaatan terhadap ketentuan teknis


Ketaatan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak 2020
(Udara Ambien, Kebisingan, Kebauan)
Ketaatan terhadap lokasi pemantauan

Ketaatan terhadap parameter baku mutu


Kompetensi
Personil
Kriteria Ketaatan terhadap Kompetensi
Personil

Raport Biru Raport merah


• Memiliki personil yang • Tidak mempunyai personil
bertanggung jawab dan yang bertanggung jawab
kompeten dalam dan kompeten dalam
• Pengendalian Pencemaran Pengendalian Pencemaran
Udara Udara.
Kriteria Pengendalian
Pencemaran Udara

01. Ketaatan Terhadap Sumber Titik Penaatan

02. Pelaporan manual / CEMS


03. Parameter emisi udara
04. Pemenuhan BMEU
05. Persyaratan teknis cerobong
01.
Ketaatan Terhadap
Sumber Titik Penaatan
Kriteria Ketaatan terhadap Sumber Emisi
Raport Biru Raport merah
• Pemantauan manual • Pemantauan manual
 Melakukan pemantauan  seluruh sumber Emisi
terhadap seluruh sumber dan/atau titik penaatan
Emisi dan/atau titik secara manual atau
penaatan secara manual menggunakan neraca
atau menggunakan massa sesuai dengan yang
perhitungan neraca massa diwajibkan dalam izin
sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan
yang diwajibkan dalam izin perundang-undangan
dan/atau peraturan ( <100%).
perundang undangan
(100%).
Kriteria Ketaatan terhadap Sumber Emisi

Raport Biru Raport merah


• Pemantauan CEMS • Pemantauan CEMS
 Melakukan pemantauan  Tidak melakukan
terhadap seluruh sumber pemantauan terhadap
Emisi yang wajib CEMS; dan seluruh sumber Emisi wajib
CEMS; dan
 Seluruh sumber Emisi yang  Terdapat sumber Emisi
wajib CEMS terintegrasi wajib CEMS yang tidak
melalui SISPEK (100%). terintegrasi melalui SISPEK
(< 100%)
o Kewajiban pemantauan sumber Emisi dan/atau titik penaatan yang wajib dipantau
mengacu kepada Persetujuan Lingkungan/izin pemanfaatan dan/atau pengolahan
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pengendalian Pencemaran
Udara

Sumber Emisi dan titik penaatan yang wajib dipantau meliputi:


a. sumber Emisi kegiatan proses dan utilitas;
b. titik penaatan kualitas udara ambien;
c. titik penaatan kualitas kebisingan; dan/atau
d. titik penaatan kualitas kebauan;

o khusus untuk Industri Manufaktur, Prasarana, Jasa dan Agro Industri meliputi:
a. sumber Emisi yang berasal dari proses kimia wajib dipantau; dan
b. cerobong yang hanya mengeluarkan uap air tidak wajib dipantau;

o dryer di Industri agro merupakan sumber Emisi yang wajib dipantau;


o tungku bakar sawit merupakan sumber Emisi yang wajib dipantau;
sumber Emisi tidak wajib dipantau

o Internal combustion engine (genset, transfer pump engine):


a. kapasitas <100 HP (76,5 KVA);
b. beroperasi <1000 (kurang dari seribu) jam per tahun;
c. yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan, kegiatan
pemeliharaan <200 (kurang dari dua ratus) jam per tahun;
d. yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las; atau
e. berfungsi sebagai cadangan wajib dilakukan pengukuran Emisi bagi
genset atau pembakaran dalam dengan kapasitas dan spesifikasi sesuai
dengan baku mutu Emisi;
ctt: Jika Permen LHK terkait dengan BME Genset terbit maka acuan penilaian
mengacu permen genset

o laboratorium (antara lain exhaust laboratorium fire assay, laboratorium pengujian


bahan baku dan produk);
Kewajiban pemantauan sumber Emisi menggunakan CEMS

a) Industri minyak dan gas:


a) unit proses pembakaran parameter dengan kapasitas >25 MW (lebih dari dua puluh lima Mega Watt) dan/atau apabila
kandungan sulfur >2% (lebih dari dua persen) untuk seluruh kapasitas;
b) unit regenerator katalis (unit Perengkahan katalitik alir);
c) unit pengolahan ulang sulfur sistem claus;
d) unit absorber dari Refinery Unit dan Liquid Natural Gas;
e) unit penawaran pada kegiatan proses pemisahan gas di daratan (onshore);

b) Industri rayon, unit proses;

a) Industri pupuk dan ammonium nitrat:


1. prilling tower;
2. unit asam nitrat;
3. unit asam sulfat;
4. ketel uap:
a) kapasitas ≥25MW (lebih dari atau sama dengan dua puluh lima Mega Watt); dan
b) kapasitas <25MW (kurang dari dua puluh lima mega watt), dengan kandungan sulfur dalam bahan bakar
>2% (lebih dari dua persen) dan beroperasi secara terus-menerus;
Kewajiban pemantauan sumber Emisi menggunakan CEMS

d) Industri pulp and paper:


a) tungku recovery;
b) tungku tanur putar pembakaran;
c) tungku pelarutan lelehan;
d) digester;
e) unit pemutihan

e) Industri besi baja:


a) penanganan bahan baku (raw material handling);
b) tanur oksigen basa (basic oxygen fumace);
c) tanur busur listrik (electric arc fumace);
d) dapur pemanas (reheating fumace);
e) dapur proses pelunakan baja (annealing fumace);
f) proses celup lapis metal (acid pickling & regeneration);
Kewajiban pemantauan sumber Emisi menggunakan CEMS

d) Industri pertambangan:
a) unit proses pengolahan dengan energi yang digunakan sama dengan atau lebih besar ≥ 25 MW (lebih dari
atau sama dengan dua puluh lima Mega Watt) pembangkit energi;
b) unit penunjang produksi, jika kapasitas desainnya:
d) lebih besar sama dengan dari 25 MW (dua puluh lima Mega Watt);
e) kurang dari 25 MW (dua puluh lima Mega Watt) dengan kandungan sulfur dalam bahan bakar lebih
besar dari 2% (dua persen) dan beroperasi terus-menerus;
e) Industri semen:
a) proses tanur / tungku ;
b) proses dengan Refuse Derived Fuel (RDF);

f) Industri pembangkit listrik dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal:


a) PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD, PLTBm, PLTSa dengan kapasitas ≥25 MW (lebih dari atau sama dengan dua
puluh lima Mega Watt) dan/atau kapasitas <25MW (kurang dari dua puluh lima Mega Watt) dengan
kandungan sulfur > 2% (lebih dari dua persen);
b) PLTMG dengan kapasitas >15 MW (lebih dari lima belas Mega Watt);
Kewajiban pemantauan sumber Emisi menggunakan CEMS

g) Industri carbon black, proses dryer;

h) kegiatan Pengolahan Sampah secara termal;

i) kegiatan daur ulang baterai lithium;

Catatan . Seluruh sumber Emisi wajib CEMS wajib terintegrasi ke dalam SISPEK dengan ketentuan:
a) paling lambat 24 April 2021 untuk Industri pembangkit listrik dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga
termal;
b) paling lambat 1 Januari 2023 untuk Industri selain pembangkit listrik dan/atau kegiatan pembangkit listrik
tenaga termal
02.
Ketaatan terhadap
Parameter
Ketaatan terhadap Parameter

Raport Biru Raport merah


• Pemantauan manual • Pemantauan manual
 Melakukan pemantauan  Tidak melakukan
terhadap seluruh parameter pemantauan terhadap
sesuai dengan ketentuan seluruh parameter sesuai
dalam izin dan/atau dengan ketentuan dalam
peraturan perundang- izin dan/atau perundang-
undangan (100%). undangan (<100%)
Ketaatan terhadap Parameter Baku Mutu

Raport Biru Raport merah


• Pemantauan CEMS: • Pemantauan CEMS:
• Melakukan pemantauan • Tidak melakukan
terhadap seluruh parameter pemantauan terhadap
wajib CEMS; dan seluruh parameter wajib
CEMS; dan
• Seluruh parameter wajib
CEMS terintegrasi melalui • Terdapat parameter wajib
SISPEK (100%) CEMS yang tidak
terintegrasi melalui SISPEK
(<100%)
Kriteria

1. Kewajiban pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu kepada:


a. peraturan perundang-undangan di bidang baku mutu Emisi spesifik; dan/atau
b. izin pemanfaatan atau pengolahan Limbah B3 bagi Industri yang melakukan kegiatan pemanfaatan
atau pengolahan Limbah B3.
2. Jika Industri belum mempunyai baku mutu spesifik, kewajiban pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu kepada:
a. Persetujuan Lingkungan (Amdal atau UKL-UPL); atau
b. Lampiran V-B Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak, dalam hal dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak mencantumkan baku mutu.
3. Bagi Industri yang telah memiliki kajian Emisi sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh pihak eksternal yang kompeten,
kewajiban pemantauan parameter di sumber Emisi mengacu kepada kajian tersebut dengan melampirkan hasil kajian ke dalam
pelaporan Emisi melalui SIMPEL
4. Khusus sumber Emisi genset bagi Industri yang belum memiliki baku mutu spesifik, mengacu kepada Lampiran I.a Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Minyak dan Gas Bumi
Kriteria

5. Kewajiban pemantauan parameter di titik penaatan kualitas udara ambien dan kebauan mengacu kepada
Persetujuan Lingkungan.
6. Jika di dalam Persetujuan Lingkungan tidak mencantumkan parameter kualitas udara ambien dan/atau
kebauan yang wajib dipantau, kewajiban pemantauan mengacu kepada:
a. parameter kualitas udara ambien berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara; (acuan baru ke PP 22tahun 2021 terdapat BMAU) dan
b. b. parameter kebauan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebauan
7. Khusus Industri rayon parameter yang wajib dipantau harus mencakup Karbon Disulfida (CS2) dan Hidrogen
Sulfida (H2S) di titik penaatan kualitas udara ambien.
8. Pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter dibawah ini dianggap valid apabila:
a. partikulat (TSP (Debu), PM10 (Partikel <10 um), PM2,5 (Partikel <2,5 um)) diukur selama 24 jam; dan
b. Ozon (O3) diukur pada waktu maksimum pukul 11.00 sampai dengan 14.00 waktu setempat,
9. Kewajiban perhitungan neraca massa wajib untuk Industri pengolahan nikel matte dengan parameter Sulfur
Dioksida(SO2).
Kewajiban pemantauan parameter untuk Industri Agro

1. sumber Emisi dryer dan kamar asap pada Industri karet dengan ketentuan:
a. untuk pembakaran langsung parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
Partikulat, dan Amonia (NH3); dan
b. untuk pembakaran tidak langsung parameter yang diukur meliputi partikulat dan Amonia (NH3);
2. Sumber Emisi dryer pada Industri selain Industri karet dengan ketentuan:
a. untuk pembakaran langsung parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
dan Partikulat; dan
b. untuk pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat;
3. Kamar asap pada pengolahan ikan, parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
dan Partikulat; dan
4. tungku bakar sawit, parameter yang diukur meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Partikulat,
5. Hidrogen Klorida (HCL), Gas Klorin (CL2), Ammonia (NH3), Hidrogen Fluorida (HF), Hidrogen Sulfida (H2S), dengan
nilai baku mutu Emisi sesuai dengan Lampiran V-B Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Catatan untuk industri wajib CEMS
MIGAS Rayon
 Unit proses pembakaran parameter terpasang Unit proses parameter terpasang CEMS
CEMS yaitu: SO2 , NOx, Opasitas, CO, Laju Alir, yaitu: CS2 dan H2S
partikulat dan CO2
 Unit perekahan katalitik parameter terpasang Pupuk dan Ammonium Nitrat
CEMS yaitu: SO2 , NOx, Opasitas, CO, Laju Alir, • Untuk industri pupuk urea parameter
partikulat dan CO2 terpasang CEMS yaitu: Amoniak (NH3)
 Unit pengolahan ulang sulfur sistem claus dan Partikulat (PM)
parameter terpasang CEMS yaitu: SO2 dan laju • Untuk industri amonium nitrat
alir parameter terpasang CEMS yaitu:
 Unit absorber dari Refinary Unit dan Liquid
Nitrogen Oksida (NOx) dan Amoniak
Natural Gas parameter terpasang CEMS yaitu:
(NH3)
Hidrokarbon dan laju alir
 Laju alir dari sumber emisi untuk pentawaran • Untuk industri pupuk asam fosfat
pada kegiatan proses pemisahan gas di parameter terpasang CEMS yaitu :
daratan (onshore) Sulfur Dioksida (SO2)
Catatan untuk industri wajib CEMS
PULP & PAPER BESI BAJA
 Penanganan Bahan Baku (Raw Material
 Tungku Recovery parameter terpasang CEMS Handling) parameter terpasang CEMS yaitu:
yaitu: total partikulat, total sulfur tereduksi total partikulat
 Tungku Tanur Putar Pembakaran parameter  Tanur Oksigen Basa (Basic Oxygen Fumace)
parameter terpasang CE M S y a it u : t ot a l
terpasang CEMS yaitu: total partikulat, total
partikulat
sulfur tereduksi  Tanur Busur Listrik (Electric Arc Fumace)
 Tungku Pelarutan Lelehan parameter terpasang parameter terpasang CE M S y a it u : t ot a l
CEMS yaitu: total partikulat, total sulfur tereduksi partikulat
 Digester parameter terpasang CEMS yaitu: TRS  Dapur Pemanas (Reheating Fumace)
(total sulfur tereduksi) parameter terpasang CE M S y a it u : t ot a l
partikulat
 Unit Pemutihan parameter terpasang CEMS
 Dapur Proses Pelunakan Baja (Annealing
yaitu: Klorin dan Klorin dioksida Fumace) parameter terpasang CEMS yaitu:
total partikulat
 Proses Celup Lapis Metal (Acid Pickling &
Regenaration) parameter terpasang CEMS
yaitu: total partikulat dan HCl (Hydroclorid Acid
Fume)
Catatan untuk industri wajib CEMS

TAMBANG PEMBANGKIT
Proses pengolahan, jika energy yang digunakan
sama dengan atau lebih besar dari 25 MW  PLTU ≥ 25 MW parameter terpasang CEMS
parameter terpasang CEMS yaitu: SO2, NOx, yaitu: SO2, NOx, Partikulat, O2, Hg, CO2 dan
Opasitas, O2, dan Laju Alir Laju Alir
 PLTG ≥ 25 MW parameter terpasang CEMS
yaitu: SO2, NOx, Partikulat, O2, dan Laju Alir
SEMEN  PLTGU ≥ 25 MW parameter terpasang
 Proses tanur / tungku parameter terpasang CEMS
yaitu: partikulat, SO2, Nox, laju alir CEMS yaitu: SO 2 , NOx, Partikulat, O 2 , dan
 Proses tanur / tungku dengan memanfaatkan Laju Alir
 PLTD ≥ 25 MW parameter terpasang CEMS
limbah B3 parameter terpasang CEMS yaitu:
yaitu: SO2, NOx, Partikulat, O2, CO dan Laju
partikulat, SO2, NOx, CO, dan laju alir Alir
 Proses dengan Refuse Derived Fuel (RDF)  PLTMG ≥ 15 MW parameter terpasang
parameter terpasang CEMS yaitu: partikulat, SO2, CEMS yaitu: SO 2 , NOx, Partikulat, O 2 , CO
NOx, HF, CO, dan laju alir dan Laju Alir
Catatan untuk industri wajib CEMS

Carbon Black Tambahan


Proses Dryer parameter terpasang CEMS
yaitu : SO2, NOx dan total partikulat  Proses penunjang produksi <25 MW
dengan kandungan sulfur >2% dan
beroperasi secara terus menerus
Seluruh parameter wajib CEMSwajib terintegrasi ke parameter terpasang CEMS yaitu SO 2 ,
dalam SISPEK dengan ketentuan:
a) paling lambat 24 April 2021 untuk Industri NOx, Opasitas, O2, dan Laju Alir
pembangkit listrik dan/atau kegiatan pembangkit  Wajib melampirkan kandungan sulfur
listrik tenaga termal; bagi pembangkit dan proses penunjang
b) paling lambat 1 Januari 2023 untuk Industri selain
pembangkit listrik dan/atau kegiatan pembangkit yang memliki kapasitas < 25MW
listrik tenaga
03.
Ketaatan terhadap
Jumlah Data
Perparameter yang
Dilaporkan
Ketaatan terhadap Jumlah data perparameter
Raport Biru Raport merah
(Data Manual) (Data Manual)
• Pemantauan manual: • Pemantauan manual:
 Melaporkan data pemantauan  Tidak melaporkan data
untuk setiap parameter pada pemantauan untuk setiap
setiap sumber Emisi dan/atau parameter pada setiap sumber
titik penaatan sesuai dengan Emisi dan/atau titik penaatan
ketentuan dalam izin dan/atau sesuai dengan ketentuan yang
peraturan perundang-undangan diwajibkan dalam izin dan/atau
(100%); peraturan perundang-undangan
 Melaporkan data perhitungan (100%);
beban Emisi sesuai dengan  Tidak melaporkan data
ketentuan dalam izin perhitungan beban Emisi sesuai
dan/atauperaturan perundang- dengan ketentuan dalam izin
undangan secara periodik (100%). dan/atau peraturan perundang-
undangan secara periodik
(100%).
Ketaatan terhadap Jumlah data perparameter
Raport Biru Raport merah
(Data CEMS) (Data CEMS)
 Melaporkan data pemantauan  Tidak melaporkan data
CEMS untuk setiap parameter pemantauan CEMS untuk setiap
pada setiap sumber Emisi sesuai parameter pada setiap sumber
dengan ketentuan yang Emisi sesuai dengan ketentuan
diwajibkan dalam peraturan yang diwajibkan dalam peraturan
perundang-undangan secara perundang-undangan secara
periodik (100%); periodik (100%);
 Melaporkan data perhitungan  Tidak melaporkan data
beban Emisi melalui CEMS sesuai perhitungan beban Emisi melalui
dengan ketentutan yang CEMS sesuai dengan ketentutan
diwajibkan dalam peraturan yang diwajibkan dalam peraturan
perundang-undangan secara perundang-undangan secara
periodik (100%). periodik (100%).
KRITERIA

1. Kewajiban pelaporan secara periodik dilakukan selama periode penilaian Proper.


2. Kewajiban pelaporan data pemantauan secara manual tiap parameter di setiap sumber Emisi paling sedikit dilakukan 1
(satu) kali dalam 6 (enam) bulan, kecuali untuk:

a. sumber Emisi proses pembakaran dengan:


i. kapasitas desain <570 KW pelaporan data pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) tahun (100%);
ii. kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pelaporan data pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun (100%);
b. sumber Emisi yang memiliki izin pemanfaaatan dan/atau pengolahan pelaporan data pemantauan dilakukan
mengikuti ketentuan izin;
c. sumber Emisi unit ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pelaporan data pemantauan dilakukan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun (100%);
3. Kewajiban pelaporan data pemantauan melalui perhitungan neraca massa tiap parameter yang wajib dilaporkan secara
periodik paling sedikit dilakukan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
KRITERIA

4. Kewajiban pelaporan data pemantauan secara terus-menerus menggunakan CEMS di sumber Emisi yang
wajib dilaporkan secara periodik dilakukan dengan ketentuan tersedia pelaporan data pemantauan
harian setiap 3 (tiga) bulan dengan validitas data harian berupa data harian yang diperoleh paling sedikit
75% dari hasil pembacaan rata-rata tiap jam atau 18 jam data pengukuran tiap hari;

5. Penghitungan beban Emisi dilakukan dengan cara:


a. mengalikan konsentrasi dengan laju alir dan jam operasi untuk pemantauan Emisi dengan cara
terus-menerus dan/atau manual; dan/atau
b. membandingkan jumlah penggunaan sulfur dalam proses pengolahan dan pengoperasian mesin
penunjang produksi dengan jumlah sulfur yang terdapat dalam produk dan limbah per ton
produksi sulfida nikel untuk pemantauan Emisi dengan cara penghitungan neraca massa;
04.
Ketaatan terhadap
Pemenuhan Baku Mutu
Ketaatan Terhadap Baku Mutu

Raport Biru Raport merah


(Data Manual) (Data Manual)
• Memenuhi Konsentrasi • Pemantauan manual
Parameter Baku Mutu Emisi memenuhi baku mutu
Udara (BMEU) 100% untuk
parameter <100% tiap
pemantauan manual tiap sumber
emisi. sumber emisi
• Untuk industri carbon black, • Tidak memenuhi beban
rayon, nikel matte memenuhi emisi parameter yang
beban emisi parameter yang dipersyaratkan
dipersyaratkan dalam peraturan
Ketaatan terhadap Pemenuhan Baku Mutu

Raport Biru Raport merah


(Data CEMS)
(Data CEMS)
• Bagi pemantauan yang • Pemantauan CEMS data
wajib CEMS, yaitu: data hasil pemantauan
hasil pemantauan memenuhi <95% ketaatan
memenuhi ≥ 95% ketaatan dari data rata-rata harian
dari data rata-rata harian selama 3 bulan waktu
yang dilaporkan dalam operasi.
kurun waktu 3 bulan waktu
operasi
05.
Ketaatan terhadap
Ketentuan Teknis
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Raport Biru (MANUAL) Raport merah (MANUAL)


• A. Memenuhi ketentuan teknis • A. Tidak memenuhi salah satu
Pengendalian Pencemaran ketentuan teknis Pengendalian
Udara: Pencemaran Udara; :
• 1. Memenuhi ketentuan teknis • Tidak menggunakan jasa
cerobong Emis Laboratorium yang terakreditasi
• a. Mempunyai cerobong Emisi; dan teregistrasi
• b) Cerobong dilengkapi lubang
sampling dan flange; • Tidak menggunakan metode
• c. Lokasi pemasangan lubang pengujian Standar Nasional
sampling memenuhi ketentuan Indonesia atau metode pengujian
teknis 8D dari aliran bawah dan lain yang digunakan secara
2D dari aliran atas atau sesuai internasional;
dengan rekomendasi kajian yang
dilakukan oleh pihak eksternal
yang kompeten
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Raport Biru Raport merah


(MANUAL) (MANUAL)
• d, Cerobong dilengkapi pagar • Bagi sumber Emisi yang baku
pengaman dan tangga; mutunya terdapat koreksi oksigen,
• e) Cerobong dilengkapi lantai hasil pengukuran Emisi tidak
kerja; terkoreksi dengan oksigen;
• f) Cerobong dilengkapi kode dan
koordinat; • Terdapat sumber Emisi non
• g) terdapat sumber listrik fugitive yang dibuang tidak
melalui cerobong;
• 2. Menggunakan jasa
laboratorium yang terakreditasi • Tidak Melakukan perhitungan
atau yang ditunjuk oleh gubernur; gas rumah kaca yang dihasilkan
bagi Industri sesuai dengan yang
berlaku;
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Raport Biru Raport merah


(MANUAL) (MANUAL)
• 3. Menggunakan metode  Tidak Melakukan pencatatan
pengujian SNI atau metode penggunaan genset (jam/bulan) yang
berfungsi sebagai cadangan (back up);
pengujian lain yang digunakan
secara internasional;
 Tidak Melakukan pencatatan
penggunaan boiler (jam/bulan) yang
• 4. Bagi sumber Emisi yang baku berfungsi sebagai cadangan (back up);
mutunya terdapat koreksi oksigen,
hasil pengukuran Emisi wajib  Tidak memenuhi salah satu ketentuan
terkoreksi dengan oksigen; teknis CEMS bagi Industri yang wajib
CEMS;

• 5. Semua sumber Emisi non  CEMS tidak beroperasi normal ≥ 2


fugitive harus dibuang melalui tahun;
cerobong;
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Raport Biru Raport merah


(MANUAL) (MANUAL)
• 6. Melakukan perhitungan gas • Tidak memasang CEMS sesuai
umah kaca yang dihasilkan bagi kewajiban dalam peraturan
Industri sesuai denganketentuan • Tidak mengintegrasikan CEMS ke
yang diwajibkan dalam peraturan SISPEK Kementerian Lingkungan
yang berlaku; Hidup Dan Kehutanan sesuai
• 7. Melakukan pencatatan dengan peraturan yang berlaku;
penggunaan genset (jam/bulan)
yang berfungsi sebagai • B. Tidak memenuhi sanksi
cadangan (back up); administrasi sampai batas waktu
• 8. Melakukan pencatatan yang ditentukan
penggunaan boiler (jam/bulan)
yang berfungsi sebagai
cadangan (back up)
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Raport Biru (CEMS) Raport Biru (CEMS)


9. ,Bagi Industri yang wajib CEMS melaksanakan: i) Lokasi pemasangan CEMS memenuhi
a) Memiliki shelter (ruang analyzer); ketentuan teknis 8 kali diameter cerobong
b) Memiliki gas analyzer; dari aliran bawah dan 2 kali diameter
c) Jalur dan pipa tidak bocor;
cerobong dari aliran atas;
d) Instalasi perpipaan sesuai standar
e) Memiliki buku panduan CEMS; j) Data hasil pengukuran CEMS telah terkoreksi
f) Memiliki atau melakukan sertifikasi peralatan oksigen;
CEMS dengan pemenuhan standar internasional k) Waktu pembacaan data sesuai dengan deteksi
yaitu Quality Assurance Level 1 (QAL) pengukuran;
g) Memiliki sertifikasi kalibrasi peralatan CEMS oleh l) Personal komputer;
eksternal yang berkompeten setiap 2 (dua) tahun m) Memastikan peralatan CEMS beroperasi
sekali;
secara normal;
h) Memiliki sistem jaminan mutu (Quality Assurance)
dan Pengendalian Mutu (Quality Control);
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Raport Biru (CEMS) Raport Biru (CEMS)

n) Apabila CEMS rusak: 10. Melakukan integrasi sistem pemantauan


a) Melakukan perbaikan paling sedikit dalam sumber Emisi wajib CEMS dengan SISPEK dan
waktu ≤ 1 (satu) tahun dan menyampaikan memastikan integrasi beroperasi secara normal
rencana perbaikan;
b) selama perbaikan wajib melakukan
pemantauan manual kualitas Emisi setiap 3 B. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas
(tiga) bulan sekali, pemantauan manual waktu yang ditentukan
dilakukan terhitung 21(dua puluh satu) hari
setelah CEMS tidak beroperasi;
c) Jika CEMS belum beroperasi secara normal
lebih dari 1 tahun maka melakukan
pemantauan manual kualitas Emisi setiap 1
(satu) bulan sekali;
Kriteria

Catatan:
1. Khusus sumber Emisi yang tidak diwajibkan untuk melakukan pengukuran
parameter partikulat, posisi lubang sampling pada cerobong tidak perlu
memenuhi kaidah 8D dan 2D.
2. Cerobong internal combustion engine (genset) dengan diameter dalamnya <10
cm tidak diwajibkan memiliki lubang sampling.
3. Untuk kawasan Industri wajib menghitung gas rumah kaca yang dihasilkan
dalam satu kawasan.
Kriteria PPU (Ambien,
Kebisingan, Kebauan)
Ketaatan terhadap Dokumen Lingkungan

Titik penaatan
(lokasi sesuai dengan
dokumen lingkungan)
Parameter
Pelaporan
ü PP Nomor 41 tahun 1999
ü KepmenLH Nomor 48
tahun 1996 ( Kebisingan )
ü KepmenLH Nomor 50
tahun 1996 ( Kebauan )
Kriteria Ketaatan Udara Ambien
terhadap Lokasi
Raport Raport
Biru Merah
• Memantau • Tidak memantau
seluruh lokasi seluruh lokasi
sesuai dengan sesuai dengan
dokumen dokumen
lingkungan lingkungan
Kriteria Ketaatan Udara Ambien
terhadap Parameter
Raport Raport
Biru Merah
 Memantau seluruh  Tidak memantau seluruh
parameter sesuai dengan parameter sesuai dengan
dokumen lingkungan dokumen lingkungan
 Dokumen lingkungan yang  Tidak memantau seluruh
tidak mengatur parameter parameter sebagaimana
pemantauan mengacu tercantum dalam PP 41
kepada PP 41 tahun 1999 tahun 1999

CATATAN:
1. Untuk pengukuran partikulat (TSP, PM10, PM2,5) dilakukan 24 jam sesuai dengan PP 41 tahun 1999 ( Auan terbaru PP No 22 tahun2021)
2. Untuk oksidan (O3) dilakukan pengukuran pada waktu maksimum yaitu jam 11.00-14.00 waktu setempat ( Auan terbaru PP No 22 tahun2021)
Kriteria Ketaatan Kebisingan

Raport Raport
Biru Merah
 Memantau seluruh lokasi  Tidak memantau seluruh
sesuai dengan dokumen lokasi sesuai dengan
lingkungan dokumen lingkungan
Kriteria Ketaatan Kebauan

Raport Raport
Biru Merah
 Memantau seluruh lokasi  Tidak memantau seluruh
sesuai dengan dokumen lokasi sesuai dengan
lingkungan dokumen lingkungan
 Memantau seluruh  Tidak memantau seluruh
parameter sesuai dengan parameter sesuai dengan
dokumen lingkungan dokumen lingkungan
Thanks!
e-mail : ppustb.klhk@gmail.com
Subject : PROPER 2021

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai