Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kualitas dari pelayanan kesehatan saat ini di tuntut untuk semakin

meningkat ke arah pelayanan yang lebih optimal. Hal tersebut didorong oleh

berbagai perubahan mendasar di masyarakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi

dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Terlebih lagi tuntutan dari

pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat untuk

menerima pelayanan kesehatan termasuk perubahan tuntutan masyarakat pada

peningkatan pelayanan kebidanan. Salah satu pelayanan kebidanan yang juga

memerlukan peningkatan kualitas adalah pelayanan asuhan kebidanan terhadap

bayi hipotermia.

Penyebab utama mortalitas neonatus di negara berkembang adalah

asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermia.

Hipotermia pada neonatus  merupakan kejadian umum di seluruh dunia.

Tingginya angka morbiditas dan mortalitas Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di

negara berkembang termasuk Indonesia, masih menjadi masalah utama terutama

yang berkaitan dengan kejadian hipotermia.

Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu

normal.Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa

transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang

menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.

1
Bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan

rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermia yaitu

penurunan suhu badan di bawah 36,5oC disamping asfiksia dan infeksi. (Imral

Chair,2007)

Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia tergolong masih tinggi,

berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2005 angka

kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika

angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian

bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi

meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit

satu bayi Indonesia meninggal (Roesli Utami, 2008).

Angka kematian sepsis neonatorum menurut DEPKES RI cukup tinggi

yaitu sekitar 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering

timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang,

hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007).

B.     Rumusan Masalah

1. Apa pengertian/definisi dari hipotermia pada BBL?

2. Apa saja etiologi dari hipotermia pada BBL?

3. Bagaimana patofisiologi dari hipotermia pada BBL?

4. Apa saja tanda dan gejala dari hipotermia pada BBL?

5. Bagaimana menentukan diagnosis hipotermia pada BBL?

2
6. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada BBL yang mengalami

hipotermia?

7. Bagaimana penanganan serta pencegahan hipotermia pada BBL?

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan

hipotermia pada bayi baru lahir.Mengembangkan pola pikir dan menambah

pengetahuan serta untuk memperoleh pengalamannya dan teori yang selama ini

diperoleh dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan.

2.      Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini :

a. Untuk menjelaskan pengertian hipotermi pada bayi baru lahir.

b. Untuk menjelaskan penyebab/etiologi dari hipotermi pada BBL.

c. Untuk menjelaskan patofisiologi dari hipotermi pada BBL.

d. Untuk menjelaskan tanda dan gejala dari hipotermi pada BBL.

e. Untuk menjelaskan cara menentukan diagnosis hipotermia pada BBL.

f. Untuk menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada BBL yang

mengalami hipotermia.

g. Untuk menjelaskan Penanganan serta pencegahan hipotermi pada BBL.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI

A.   Definisi

Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di bawah 36oC (Rutter

1999).Saat suhu tubuh berada di bawah tingkat ini, bayi beresiko mengalami stres

dingin (Fraser & Cooper.ed, 2009).

Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36oC atau kedua kaki dan tangan

teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami

hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh

<32oC.Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 oC, yang terbagi atas

hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5oC, hipotermia sedang

yaitu suhu antara 32-36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32 oC.(Menurut

Sarwono (2002),

Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal

penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya

penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik

anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan

berlanjut dengan kematian.(Indarso, F, 2001)

4
B.  Etiologi

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah

dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat,

terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir.Misalnya bayi

baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau

meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang

atau segera dimandikan.

BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang

berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara

produksi panas dan kehilangan panas.

1.    Penurunan Produksi Panas

Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi

penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi

panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.

2.      Peningkatan Panas yang Hilang

Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh

kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara

a.       Konduksi :

Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua

obyek.Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL

dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL

yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses

5
penimbangan. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbangan

yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui konduksi.

b.      Konveksi :

Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan kulit

bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan

panas disini dapat berupa : bayi yang diletakkan di dekatpintu/jendela terbuka,

inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada waktu proses transportasi BBL

ke rumah sakit.

c.       Radiasi :

Yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya

dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih

dingin.Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau

suhu inkubator yang dingin.Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara

ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan

tubuh bayi.

d.      Evaporasi :

Cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.Panas terbuang akibat

penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus respiratorius.Sumber kehilangan

panas dapat berupa BBL yang basah setelah lahir, karena menguapnya cairan

ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir dan bayi tidak cepat dikeringkan

atau terjadi setelah bayi dimandikan.

6
3.      Kegagalan Termoregulasi

Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena

lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus.Kegagalan

termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam

menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab.Keadaan hipoksia

intrauterine/saat persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat

prenatal (analgesik/anastesi) dapat menekan respon neurologik bayi dalam

mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam

pengaturan suhu dapat menjadi hipotermi atau hipertermi.

Setelah lahir, suhu tubuh bayi dapat turun sangat cepat. Bayi aterm yang

sehat akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal.

Namun, jika bayi bermasalah saat lahir oleh kondisi di bawah ini, stress tambahan

akibat hipotermia dapat membahayakan :

a. Asfiksia berat

b. Resusitasi ekstensif

c. Pengeringan setelah kelahiran yang terlambat

d. Gawat napas

e. Hipoglikemia

f. Sepsis

g. Bayi premature atau KMK

Penyebab terjadinya Hipotermi pada bayi yaitu :

a. Jaringan lemak subkutan tipis

b. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar

7
c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit

d. BBL ( Bayi baru lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada

reaksi kedinginan (Indarso, 2011)

e. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam pengelolaan bayi yang

beresiko tinggi mengalami hipotermi (Klaus, M.H et al, 1998)

C.    Patofisiologi

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan

respon untuk menghasilkan panas berupa :

1.      Shivering thermoregulation/ST

Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara involunter

akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.

2.      Non- Shivering thermoregulation/NST

Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis

untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap

jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan

meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.

3.      Vasokonstriksi perifer

Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem saraf

perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi

vasokonstriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan

kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.

8
Pada bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses

oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada BBL, NST (proses

oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan

produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Paparan dingin

yang berkepanjangan harus dihindarkan oleh karena dapat menimbulkan efek

samping serta gangguan – gangguan metabolik yang berat. Segera setelah lahir,

tanpa penanganan yang baik, suhu tubuh bayi rata-rata akan turun 0,1 oC-0,3oC

setiap menitnya, sedangkan LeBlanc (2002) menyebutkan bahwa suhu tubuh bayi

akan turun 2oC dalam setengah jam pertama kehidupan. WHO Consultative

Group on Thermal Control menyebutkan bahwa BBL yang tidak mendapatkan

penanganan yang tepat, suhunya akan turun 2oC-4oC dalam 10-20 menit kemudian

setelah kelahiran.

D.    Tanda dan Gejala

Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang

aktif, kutis marmorata, pucat, takipneu atau takikardi. Sedangkan hipotermi yang

berkepanjangan, akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen,

distres respirasi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, defek

koagulasi, sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal akut, enterokolitis nekrotikan, dan

pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian.

Saat neonatus terpajan dengan dingin, pertama-tama ia menjadi sangat

gelisah; kemudian, saat suhu inti tubuhnya menurun, ia mengadopsi posisi fleksi

yang rapat guna mencoba mempertahankan panas. Bayi yang sakit atau premature

9
akan cenderung berbaring terlentang dengan posisi seperti katak dengan semua

permukaan tubuhnya terpajan, yang memaksimalkan kehilangan panas (Robenton,

2001).

Orang dewasa dapat menghilangkan panas dengan menggigil, sementara

neonatus menggunakan cadangan lemak coklat mereka.Selama metabolisme

lemak coklat, oksigen di konsumsi dan hal ini dapat menyebabkan perubahan pola

pernapasan, biasanya meningkatkan frekuensinya.Selain itu, bayi mungkin dapat

terlihat pucat atau bercak-bercak dan mungkin tidak mau menyusu.Hipoglikemia

merupakan gambaran umum pada bayi dengan peningkatan penggunaan energi

yang berhubungan dengan termoregulasi dan hal ini dapat menyebabkan bayi

menggerakan ekstremitas dengan tersentak-sentak, meskipun diam dan sering kali

lemas.

Sarwono (2002), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia pada

neonatus seperti dibawah ini :

Tanda-tanda hipotermia ringan

1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.

2. Bayi tidak mau minum/menetek

3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

4. Tubuh bayi teraba dingin

5. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi

mengeras (sklerema)

Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)

1. Aktivitas berkurang, letargis

10
2. Tangisan lemah

3. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

4. Kemampuan menghisap lemah

5. Kaki teraba dingin.

6. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.

Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)

1. Aktifitas berkurang,letargis.

2. Bibir dan kuku kebiruan

3. Pernafasan lambat dan tidak teratur

4.   Bunyi jantung lambat

5. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik

6.  Risiko untuk kematian bayi

4.      Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia

1. Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang

2. Bagian tubuh lainnya pucat

3. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki

dan tangan (sklerema)

E.     Diagnosis

Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh

atau kulit bayi.Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk

penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat

dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.Untuk mengukur suhu hipotermia

11
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat

mengukur sampai 25oC.

F.     Komplikasi

Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan konsumsi

oksigen, produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan pembekuan darah

dan yang paling sering terlihat hipoglikemia.Pada bayi premature, stress dingin

dapat menyebabkan penurunan sekresi dan sintetis surfaktan.Membiarkan bayi

dingin meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat

akan menyebabkan beberapa gangguan yang akan menyertai yakni:

1. Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti

mengdip)

2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara

berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik

3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen

4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

G.    Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir

Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan

usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh.Untuk itu, BBL haruslah

dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral Thermal Environment/NTE).NTE

adalah rentang suhu eksternal, dimana metabolisme dan konsumsi oksigen berada

12
pada tingkat minimum, dalam lingkungan tersebut bayi dapat mempertahankan

suhu tubuh normal.

Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus ditangani

secara cepat dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi,yaitu :

1.      Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan

yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau

melalui penyinaran lampu.

2.      Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah

menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada

ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.Untuk menjaga agar bayi tetap

hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi

tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan

pakaian longgar berkancing depan.

3.      Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika

terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah

berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

4.      Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI

sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa

10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

5.      Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk

mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus

menunda memandikan bayi.

13
a.       Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat >2500 gram, langsung

menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda selama ± 24 jam setelah

kelahiran. Pada saat memnadikan bayi, gunakanlah air hangat.

b.      Pada bayi lahir dengan resiko (tidak temasuk kriteria diatas), keadaan umum bayi

lemah atau bayi dengan berat lahir <2000 gram, sebaiknya bayi jangan

dimandikan, ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila

suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan

baik.

Sepuluh langkah proteksi termal untuk mencegah terjadinya hipotermia

pada bayi baru lahir :

Langkah ke 1 : Ruang melahirkan yang hangat

Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan harus cukup hangat

dengan suhu ruangan antara 25oC-28oC serta bebas dari aliran arus udara melalui

jendela, pintu, ataupun dari kipas angin. Selain itu sarana resusitasi lengkap yang

diperlukan untuk pertolongan BBL sudah disiapkan.

Langkah ke 2 : Pengeringan segera

Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera

mengganti kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian

diletakkan dipermukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau

segera dibungkus dengan pakaian hangat.

Langkah ke 3 : Kontak kulit dengan kulit

Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah

hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada

14
atau perut ibu merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan

lingkungan suhu yang tepat.

Langkah ke 4 : Pemberian ASI

Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam-jam

pertama kehidupan BBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi

akan sangat menunjang kebutuhan nutrisi, serta akan berperan dalam proses

termoregulasi pada BBL.

Langkah ke 5 : Tidak segera memandikan/menimbang bayi

Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak

setelah 6 jam) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Tindakan memandikan bayi

segera setelah lahir akan menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi.

Menimbang bayi juga dapat ditunda beberapa saat kemudian dan dianjurkan pada

saat menimbang, timbangan yang digunakan diberi alas kain hangat.

Langkah ke 6 : Pakaian dan selimut bayi adekuat

Kurang lebih 25% kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi

sehingga BBL perlu beberapa lapis pakaian serta selimut, dan diberi topi untuk

mencegah kehilangan panas tersebut.

Langkah ke 7 : Rawat gabung

Bayi-bayi yang dilahirkan dirumah ataupun di rumah sakit, perlu dijadikan

satu dalam tempat tidur yang sama dengan ibunya, selama 24 jam penuh dalam

ruangan yang cukup hangat. Hal ini akan sangat menunjang pemberian ASI on

demand, serta mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi

yang lahir di rumah sakit.

15
Langkah ke 8 : Transpotasi hangat

Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di

lingkungan rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting

untuk selalu menjaga kehangatan bayi selama dalam perjalanan.

Langkah ke 9 : Resusitasi hangat

Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap

hangat. Hal ini sangat penting karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia,

tubuhnya tidak dapat menghasilkan panas yang cukup efesien sehingga

mempunyai resiko tinggi menderita hipotermia.

Langkah ke 10 : Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat

Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi

(dokter, bidan, perawat, dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman

tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga

dan anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah, perlu diberikan

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya tetap

hangat.

16
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus

dengan Hipotermi

I. PENGKAJIAN

A. Data subjektif

1. Identitas

a. Identitas klien

Nama :

Umur/tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Tanggal MRS :

Diagnose medis : Hipotermia

Nama ayah :

Nama ibu :

Usia ayah/ibu :

Pendidikan ayah/ibu :

Pekerjaan ayah/ibu :

Agama :

Suku/bangsa :

Alamat :

2. Riwayat kesehatan klien

a. Riwayat kesehatan sekarang

17
 Keluhan utama :Bayi tidak mau minum/menetek, bayi

tampak lesu atau mengantuk saja, tubuh bayi teraba

dingin, dalam keadaan berat, denyut jantung bayi

menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).

Gejala hipotermia erjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi

turun di bawah 36oC. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi

b. Riwayat kesehatan yang lalu

 Riwayat kehamilan dan kelahiran

 Riwayat imunisasi

 Alergi

 Riwayat penyakit yang pernah diderita

 Riwayat operasi atau pembedahan

 Riwayat per kembang dan pertumbuhan

3. Riwayat kesehatan keluarga

a. Riwayat penyakit menular

b. Genogram

c. Riwayat penyakit menurun

18
4. Pola fungsional kesehatan

Kebutuhan dasar Keterangan


Pola Nutrisi Pada bayi hipotarmia, bayi tidak mau

minum/menetek. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)

Pola Eliminasi

Pola istirahat Gejala Hipotermia bayi baru lahir, bayi tampak

lesu atau mengantuk saja. (Sarwono

Prawirohardjo, 2002)
Pola personal

hygiene
Pola aktifitas Gejala Hipotermia bayi baru lahir, bayi tampak

lesu atau mengantuk saja. (Sarwono

Prawirohardjo, 2002)

5. Riwayat psikososiokultural spiritual

a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)

b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar

B. Data objektif

1. Pemeriksaan umum

19
Kesadaran :

Tanda-tanda vital :

Nadi : 120 -160 x/menit(Marmi, dkk.

2012)

Suhu : Gejala awal hipotermia apabila

suhu < 360Cbayi sudah mengalami

hipotermia sedang (suhu 320C -

<360C). Disebut hipotermia berat

bila suhu tubuh < 320C.(Saifudin,

2009)

Nafas : 40-60 x/menit, (Betz dkk, 2009)

pola pernapasan pada bayi

hipotermi biasanya frekuensinya

meningkat. (Myles, 2009)

Antropometri :

Berat badan : Pada bayi baru lahirberat badan

yang normal adalah sekitar 2.500-

3.500 gram (Departemen Obgyn

FKUI-RSCM. 2014. http://obgyn-

rscmfkui.com/berita.php?id=184)

Panjang Badan : Panjang badan bayi baru lahir

adalah 45-50 cm (Hasan, 2006)

20
LILA : 11 – 12 cm (Hasan, 2006)

Lingkar kepala : Pengukuran lingkar kepala

normalnya adalah 33 - 35 cm

(Departemen Obgyn FKUI-RSCM.

2014. http://obgyn-

rscmfkui.com/berita.php?id=184)

Lingkar dada : Pengukuran lingkar dada

normalnya adalah 30-33 cm.

(Departemen Obgyn FKUI-RSCM.

2014. http://obgyn-

rscmfkui.com/berita.php?id=184)

2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi :

Kulit :Pucat, Bercak-bercak pada bayi

Hipoetrmia (Myles. 2009).Kulit

bewarna tidak rata. Pada stadium

lanjut hipotermi; Kulit mengeras,

merah dan timbul edema terutama

pada punggung, kaki dan tangan   

(sklerema) (Saifudin, 2009).

Kepala : Bentuk kepala normal, bersih, tidak ada

caput.

21
Wajah : Tidak tampak oedema.

Mata : Mata simetrisa, tidak oedema, sclera tidak

tampak kuning, terdapat pupil dengan

ukuran sama dan reaksi terhadap cahaya

baik, terdapat 2 alis mata dan terpisah.

Telinga : Pengkajian telinga secara umum

bertujunan untuk mengetahui ada tidaknya

jumlah, bentuk, kesimetrisan letak

dihubungkan dengan mata dan kepala

serta adanya gangguan pendengaran

(Muslihatun, 2010; hal. 31).

Hidung : Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk,

pola pernapasan dan kebersihan

(Muslihatun, 2010, hal.31)

Mulut : Tujuan mengkaji mata mulut untuk

mengetahui bentuk dan ada tidaknya

kelainan yaitu bentuk simetris/tidak, bibir

tidak pucat dan kering, tidak ada labio

palato schizis, tidak ada labio schizis

(Muslihatun, 2010; hal. 32).

Leher : Tujuan mengkaji leher adalah tidak ada

pembesaran kelenjar untuk mengetahui

bentuk leher serta organ-organ penting

22
yang berkaitan pengkajian inspeksi untuk

melihat kelainan kulit apakah pucat,

sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya

pembengkakan (Tambunan, 2011; hal. 83).

Dada : Dada dikaji untuk mengetahui ada

tidaknya kelainan bentuk, puting susu,

gangguan pernapasan, bunyi jantung

(Muslihatun, 2010; hal. 33).

Abdome : Abdomen biasanya tampak lebih besar

Tali pusat tebal dan segar (Sinopsis

Obstetri).

Genetalia eksternal : Genetalia walaupun kecil terlihat

membengkan melebihi proporsinya, Pada

laki- laki kematangan ditandai dengan

testis yang berada pada sokrotum dan

penis yang berlubang. Pada perempuan

kematangan ditandai dengan vagina dan

uretra yang berlubang, serta adanya labia

minora dan mayora (Persis Hamilton,

2004).

Anus : Mekonium secara umum keluar pada 24

jam pertama (Marmi, gkk. 2012 hal:59)

23
Ekstermitas :Bayi bergerak tersentak-sentak meskipun

ia diam dan sering kali lemah. (Myles.

2009)

Pergerakan bayi kurang aktif. Kuku

jari tangan dan kaki belum mencapai

ujung jari, Tampak edema, garis

telapak kaki tidak ada pada semua atau

sebagian telapak (Doengoes, 2001).

 Pergerakan tidak aktif.

 Tonus otot menurun.

 Warna kulit biru atau pucat.

(Rustam, 1998)

3. Pemeriksaan neurologis/reflex

Refleks tergantung pada usia gestasi (Doengoes,2001)

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

- Gas Darah Artesi (GDA) : PO2 mungkin

rendah; PCO2 mungkin meningkat dan

menunjukkan asidosis ringan/sedang,

sepsis, atau kesulitan nafas yang lama.

- Dekstrostik : Menyatakan hipoglikemia.

Test glukosa serum mungkin diperlukan

bila hasil dekstrostik < 45 mg/ml.

24
- Pemeriksaan pH darah

janin(Wiknjosastro, 2007).

II. INTERPRETASI DATA DASAR

a) Diagnosis

NA/NP, KMK, Usia … (jam/hari) dengan Hipotermi

Keterangan : NP : Neonatus Preterm

KMK : Kecil Masa Kehamilan

b) Masalah

1. Bayi tidak mau menyusu

2. denuyk

mengalami tidak mau minum/menetek, bayi tampak lesu atau

mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin, dalam keadaan berat, denyut

jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).Gejala

hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun di bawah 36 oC

(Sarwono Prawirohardjo, 2002).

c. Kebutuhan

KIE tetenag cara mencengah dr hipoteria

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Diagosis Potensial

25
1. Koma

2. kematian

Neonatus dengan Hipotermi jika tidak segera ditangani dapat

mengalami gangguan sistem saraf pusat seperti koma, menurunnya

reflex mata (contohnya mengedip); terganggunya system

Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,

menghilangnya tekanan darah sistolik; Pernafasan yaitu menurunnya

konsumsi oksigen; dan Saraf maupun otot terjadi tidak adanya

gerakan, menghilangnya reflex perifer. (Asrining Surasmi dkk, 2003)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

inkubator

gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara

ilmiah adalah menggunakan metode kanguru cara lainnya

adalah dengan penyinaran lampu (DepKes RI, 2010).

a. Kolaborasi Dengan dr. Sp.A Dan Tim Medis Lain

V. INTERVENSI

1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.

Rasional : penejelasan mengenai hasil pemeriksaan yang merupakan

hak klien dan keluarga. (Varney, 2007).

2. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir.

26
Rasional : Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran

udara melalui jendela /pintu yang terbuka akan mempercepat

terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh.

Merupakan gejala awal hipotermi untuk mencegah terjadinya

serangan dingin setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan

handuk yang kering dan bersih(sebaiknya handuk tersebut

dihangatkan terlebih dahulu). Setelah tubuh bayi keringsegera

dibungkusdengan selimut, diberi topi / tutup kepala,ka us tangan dan

kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup diatas dada

untuk mendapatkehangatan dari dekapan bayi.(Dep.Kes. RI, 2001).

3. Menunda memandikan bayi bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi

stabil.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya serangan dingin (Frozz bite),

ibu / keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan

bayi(DepKes RI, 2010).

4. Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti

inkubaator gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia

inkubator cara ilmiah adalah menggunakan metode kanguru cara

lainnya adalah dengan penyinaran lampu.

27
Rasional : Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu /

keluarga dan penolong persalinan harus dilakukan

penghangatan(DepKes RI, 2010).

5. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan

bayi berada dalam satu selimut atau kain hangaat yang diserterika

terlebih dahulu.

Rasional :Cara mencegah bayi yang terkena hipotermia adalah

dengan teknik kanguru (kangaroo mother care). Teknik kangguru

ini dilakukan dengan cara bayi yang baru lahir dikenakan popok,

kaos kaki dan tutup kepala yang telah dihangatkan terlebih dahulu.

Setelah itu bayi digendong dengan posisi tegak, lalu diletakkan di

dada ibu dan ditutupi baju ibu yang berfungsi sebagai kantung

kanguru.Posisi bayi adalah tegak ketika ibu berdiri atau duduk dan

tengkurap atau miring ketika ibu berbaring.Pastikan kepala bayi

sudah sesuai pada dada ibu.Letakkan bayi dengan posisi siku dan

tungkai tertekuk.Yang terpenting adalah bayi harus menyentuh

kulit ibu.Karena suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit

ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact) (DepkesRI, 2010).

6. Berikan ASI sedini mungkin apabila refleks menghisap masih kuat.

Rasional : Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia.

Karena itu ASI sedini mungkin dapat lebih sering selama bayi

28
menginginkan.Bila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat

menghisap ASI.Beri ASI dengan menggunakan NGT.Bila tidak

tersedia alat NGT.Beri infus dextrose 10% sebanyak 60 ±80

ml/kg/liter (Depkes RI, 2010).

7. Kolaborasi dengan dr.Sp.A dalam pemberian terapi.

Rasional : Kolaborasi merupakan cara untuk bekerjasama dalam

menyelesaikan suatu masalah.

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakuan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.

Adapun suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,5°C-37,5°C (suhu axila)

Adapun gejala hipotermi, apabila suhu <36°C atau kedua kaki dan tangan

teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah

mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36°C).disebut hipotermia berat

bila suhu <32°C

Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal

penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan

terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya

metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan

hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.(Indarso, F, 2001)

BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang

berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara

produksi panas dan kehilangan panas.

B. Saran

Bagi Mahasiswa/Bidan supaya lebih memahami tanda dan gejala

hipotermi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada bayi hipotermi.

30
Daftar Pustaka

.  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan HipotermSedang Terhadap

Bayi. Jakarta: http://d3kebidanan.blogspot.com (diakses tanggal  14 oktober 2014

jam 16.53 WIB)

Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com (diakses

tanggal 14 Oktober 2014, jam 17.00 WIB)

Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta

(halaman 90-91)

Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir. Jakarta

(halaman 75-76)

Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa

Wiknjosastro,DjokoWaspodo.2009.AcuanNasionalPelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal.Jakarta (halaman372-374).

Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo

Hardjono,J.M.Seno Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman

123-126).

Marmi, S.ST.,Rahardjo Kukuh.2014.Asuhan Neonatus,bayi,balita dana anak

Prasekolah.Pustaka Belajar.Yogyakarta (Hal 301-305)

Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Neonatus. dalam : Kumpulan makalah

Konas III IDSAI. Surabaya.

31

Anda mungkin juga menyukai