Anda di halaman 1dari 32

ANGGARAN DASAR

&
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PARTAI GELORA INDONESIA
PEMBUKAAN

Jauh di dasar sanubari kita sebagai bangsa besar ada ketakutan yang akut bahwa sekarang,
setelah dua dekade menikmati demokrasi, kita sedang berjalan tanpa peta jalan yang jelas.

Ketidakterarahan ini membuat grafik sejarah kita terus mendatar dan tidak lagi mendaki
pencapaian yang tinggi. Padahal seluruh potensi besar kita sebagai bangsa seharusnya
meledak saat kita beralih ke sistem demokrasi. Langit kita terlalu tinggi tapi kita terbang
terlalu rendah. Ketakutan yang akut itu menandai adanya krisis yang kompleks, baik dalam
narasi maupun kepemimpinan.

Sementara itu dalam percaturan global kita menyaksikan dunia yang semakin kacau dan
setiap saat dapat berkembang menjadi perang dunia yang lebih mengerikan dari dua perang
dunia sebelumnya. Perubahan pada perimbangan kekuatan global dalam bidang ekonomi,
teknologi dan militer telah memicu perang supremasi baru antara kekuatan global; Amerika
Serikat, Tiongkok,Rusia dan Eropa. Perang ini pasti akan berlangsung lama, tanpa kaidah yang
jelas, dan tentu akan merambah semua sektor kehidupan kita, dari perang dagang, perang
teknologi, perlombaan senjata, perang geopolitik hingga perang ideologi.

Sistem global mulai tidak berfungsi, dan seluruh institusinya seperti lumpuh dan tidak
berdaya menghadapi krisis global ini. Perang selalu hadir saat sejarah menemui jalan buntu.
Dua krisis ini, nasional dan global, semakin memperkuat ketakutan kita bahwa perjalanan kita
- sebagai bangsa dan negara - bukan saja akan semakin lambat dan terseok-seok, tapi juga
bisa menjadikan kita korban yang sia-sia akibat krisis global. Patahan-patahan sejarah yang
telah kita lalui sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga G30 S PKI tahun 1965
sebagai residu perang dingin adalah fakta kasat mata bagaimana kita menjadi korban dari
krisis yang terjadi di tataran global.

Perjalanan sejarah panjang sebagai bangsa Indonesia, mengantarkan pada fakta bahwa
setidaknya kita melalui dua gelombang sejarah yang penting, pertama adalah menjadi
Indonesia dan kedua adalah menjadi negara-bangsa moderen yang kuat. Seharusnya
sekarang kita memasuki gelombang ketiga dimana Indonesia menjadi salah satu kekuatan
utama dan merupakan bagian dari kepemimpinan dunia.

Sebuah gerakan kebangkitan baru Indonesia menjadi niscaya dan merupakan kewajiban
sejarah dan agama. Gerakan kebangkitan baru bertujuan menyelesaikan krisis narasi dan
kepemimpinan nasional, sekaligus mengantarkan Indonesia memasuki gelombang ketiga
sejarahnya dengan menjadi kekuatan utama dunia dan ikut berpartisipasi dalam menemukan
keseimbangan global baru agar umat manusia terhindar dari ancaman perang global yang
akan membinasakan eksistensinya.

Gerakan kebangkitan itu harus kuat dan massif, berderu-deru dari gelora cita dan cinta yang
tak terbendung, digerakkan oleh rakyat dan untuk rakyat, seperti irama gelombang samudera
yang tak terlawan.

Dengan bertawakal kepada Allah SWT dan untuk menunaikan kewajiban sejarah dan agama
itulah kami dengan ini menyatakan berdirinya Partai Gelombang Rakyat Indonesia.
BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Bagian Kesatu
Nama

Pasal 1

Partai ini bernama Partai Gelombang Rakyat Indonesia yang disingkat menjadi Partai Gelora
Indonesia selanjutnya disebut Partai dalam Anggaran Dasar ini.

Bagian Kedua
Waktu Pendirian

Pasal 2

Partai didirikan di Jakarta pada hari Senin, tanggal 28 Oktober 2019.

Bagian Ketiga
Pasal 3

Dewan Pimpinan Nasional Partai berkedudukan di Jakarta atau Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

BAB II
ASAS DAN JATIDIRI

Bagian Kesatu
Asas

Pasal 4

Asas Partai adalah Pancasila dan berlandaskan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Bagian Kedua
Jatidiri

Pasal 5

Jatidiri Partai adalah Islam, nasionalis, demokrasi, kemanusiaan dan kesejahteraan.

Pasal 6
1. Islam sebagaimana yang dimaksud dalam jatidiri partai ini adalah nilai-nilai keislaman
dalam perspektif kehidupan berbangsa, bernegara yang didasari oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai energi yang menyatukan tanah air
dan rakyatnya, dengan menjunjung tinggi norma, etika, serta kemanusiaan, dan
penghormatan terhadap segenap agama yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Nasionalisme sebagaimana yang dimaksud dalam jatidiri partai ini adalah rasa cinta, setia
dan semangat pembelaan terhadap tanah air, bangsa dan negara Indonesia maupun
penghormatan kepada segenap warga negara dengan kemajemukannya, untuk menjaga
dan memajukan peradaban bangsa, tanpa membedakan suku, agama, ras, serta
golongan.
3. Demokrasi sebagaimana yang dimaksud dalam jatidiri partai ini adalah semangat untuk
membangun pemerintahan dan peradaban Indonesia dengan penghormatan terhadap
hak-hak warga negara dan nilai-nilai kebebasan, persamaan, keterbukaan, tanggung
jawab serta penghargaan terhadap kebhinekaan.
4. Kemanusiaan sebagaimana yang dimaksud dalam jatidiri partai ini adalah semangat
untuk meletakan manusia dan sifat kemanusiaannya pada tempat yang mulia dan
menjadi pijakan pelembagaan sikap partai dalam perumusan kebijakan negara.
5. Kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam jatidiri partai ini adalah semangat untuk
mengelola bumi, air dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalam negara
Indonesia untuk digunakan sebesar-sebesarnya meningkatkan kemakmuran dan standar
kualitas hidup rakyat, dengan mendorong etos kerja, menumbuh kembangkan jiwa
kewirausahaan dan kedermawanan menuju Indonesia yang makmur dan berdaulat.

BAB III
LAMBANG DAN ATRIBUT

Bagian Kesatu
Lambang

Pasal 7

1. Partai memiliki lambang dan tanda sebagai identitas.


2. Bentuk lambang, tanda dan makna lambang Partai akan diterangkan lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Bagian Kedua
Atribut

Pasal 8

1. Partai dapat memiliki hymne, mars dan atribut lainnya.


2. Ketentuan tentang atribut diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IV
VISI DAN MISI

Bagian Kesatu
Visi

Pasal 9

Visi Partai ialah mewujudkan Indonesia yang berdaulat, adil, makmur dan menjadi bagian dari
kepemimpinan dunia.

Bagian kedua
Misi

Pasal 10

Misi Partai adalah:


1. Membangun masyarakat yang religius dan berpengetahuan.
2. Membangun pemerintahan efektif.
3. Mengembangkan kekuatan pertahanan nasional.
4. Menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mengedepankan inovasi sains dan teknologi.
5. Menumbuhkan dan memeratakan ekonomi dengan mewujudkan sumber pertumbuhan
ekonomi baru.
6. Mendorong pembangunan yang menopang kelestarian lingkungan.
7. Berperan aktif dalam kepemimpinan nasional dan internasional.

BAB V
TUJUAN DAN FUNGSI

Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 11

Partai bertujuan:
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Meningkatkan partisipasi politik anggota, relawan dan masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan.
6. Memperjuangkan cita-cita partai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
7. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 12

Partai berfungsi sebagai sarana:


1. Pendidikan politik bagi anggota, relawan dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk
kesejahteraan masyarakat.
3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan
dan menetapkan kebijakan negara.
4. Partisipasi politik Warga Negara Indonesia.
5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi
dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

BAB VI
KEANGGOTAAN DAN RELAWAN

Bagian Kesatu
Keanggotaan

Pasal 13

1. Partai melakukan rekrutmen terhadap Warga Negara Indonesia untuk menjadi anggota
Partai.
2. Anggota Partai adalah Warga Negara Republik Indonesia yang dengan sukarela ingin
menjadi anggota dan memenuhi syarat sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
perundang-undangan.
3. Keanggotaan Partai terbagi menjadi.
a. Anggota, adalah Warga Negara Indonesia yang mendaftar menjadi anggota partai.
b. Kader, adalah anggota Partai yang telah mengikuti program pendidikan dan
pengkaderan Partai.
c. Fungsionaris, adalah anggota Partai yang diamanahi sebagai pengurus Partai.

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Anggota

Pasal 14

Setiap anggota berkewajiban untuk:


1. Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan Partai.
2. Memegang teguh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-
peraturan Partai.
3. Aktif melaksanakan kebijakan dan program Partai.

Pasal 15
Setiap anggota berhak untuk:
1. Bicara dan memberikan suara.
2. Memilih dan dipilih dalam jabatan politik/publik.
3. Membela diri.
4. Mendapatkan pendidikan dan pengkaderan.

Bagian Keempat
Pendidikan dan Pengkaderan

Pasal 16

Pendidikan dan Pengkaderan Partai dilakukan dengan ketentuan:


1. Penyelenggaraan pendidikan keanggotaan dan pengkaderan dilakukan dengan
pendekatan yang terukur, terstruktur, berjenjang dan berkelanjutan.
2. Proses pendidikan dan pengkaderan Partai diarahkan untuk mengokohkan asas, jatidiri
serta visi, misi dan tujuan Partai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Proses pendidikan dan pengkaderan Partai dilakukan untuk mencari dan menumbuhkan
anggota Partai yang layak dan dapat dinominasikan sebagai pejabat publik.
4. Ketentuan tentang pendidikan dan pengkaderan Partai diatur lebih lanjut dalam
peraturan Partai.

Bagian Kelima
Kehilangan Keanggotaan

Pasal 17

Anggota Partai Kehilangan keanggotaannya bilamana:


1. Menjadi pendiri dan/atau anggota partai politik lain.
2. Mengundurkan diri secara tertulis.
3. Meninggal dunia.
4. Diputuskan oleh Partai karena melakukan pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
5. Diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Pasal 18

Proses kehilangan keanggotaan yang disebabkan pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Bagian Ketiga
Relawan

Pasal 19
1. Partai dapat melibatkan relawan dengan semangat untuk pemberdayaan dan pendidikan
politik bagi warga negara.
2. Relawan adalah warga negara Indonesia yang terlibat dan berkontribusi dalam program
dan/atau kegiatan partai tanpa mengikatkan diri dalam keanggotaan Partai.

BAB VII
ORGANISASI PARTAI

Pasal 20

Organisasi Partai terdiri dari organisasi Partai tingkat pusat, tingkat wilayah, tingkat daerah
dan tingkat cabang.
Pasal 21

Organisasi Partai tingkat pusat terdiri dari:


1. Majelis Permusyawaratan Nasional.
2. Dewan Pimpinan Nasional.
3. Mahkamah Partai.

Pasal 22

Organisasi Partai tingkat wilayah adalah Dewan Pimpinan Wilayah yang mewakili Partai pada
tingkatan provinsi dan berkedudukan di ibu kota provinsi.

Pasal 23

Organisasi Partai tingkat daerah adalah Dewan Pimpinan Daerah yang mewakili Partai pada
tingkatan kabupaten/kota dan berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.

Pasal 24

Organisasi Partai tingkat cabang adalah Dewan Pimpinan Cabang yang mewakili partai pada
tingkatan kecamatan dan berkedudukan di ibu kota kecamatan.

Pasal 25

Partai dapat membentuk struktur pada tingkatan desa/kelurahan dengan


mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan organisasi.

BAB VIII
MAJELIS PERMUSYAWARATAN NASIONAL

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 26
Majelis Permusyawaratan Nasional adalah lembaga pengambilan keputusan tertinggi Partai.

Pasal 27

1. Anggota Majelis Permusyaratan Nasional terdiri dari Dewan Pimpinan Nasional, Dewan
Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah dan struktur organisasi sayap Partai.
2. Ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1) akan berlaku setelah keikutsertaan partai
dalam Pemilihan Umum untuk pertama kali.
3. Sebelum keikutsertaan partai dalam Pemilihan Umum untuk pertama kali, Anggota
Majelis Permusyawaratan Nasional berasal dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, serta unsur para pendiri Partai .
4. Majelis Permusyawaratan Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berjumlah
sedikit-dikitnya 33 (tiga puluh tiga) orang dan ditetapkan oleh Ketua Umum.

Bagian Kedua
Pimpinan

Pasal 28

1. Pimpinan Majelis Permusyaratan Nasional berjumlah 3 (tiga) orang, yang dipilih dari dan
oleh Anggota Majelis Permusyawaratan.
2. Pimpinan Majelis Permusyawaratan Nasional tidak boleh merangkap sebagai
pimpinan/pengurus Dewan Pimpinan Nasional.
3. Majelis Permusyawaratan Nasional memilih 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil
Ketua.
4. Pimpinan Majelis Permusyaratan Nasional bertugas untuk menjadwalkan, mengundang
dan memimpin jalannya sidang-sidang.

Bagian Kedua
Sidang dan kewenangan

Pasal 29

Sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Nasional terdiri dari:


1. Musyawarah Nasional.
2. Musyawarah Kerja.

Bagian Ketiga
Musyawarah Nasional

Pasal 30

1. Musyawarah Nasional Majelis Permusyaratan Nasional dilaksanakan sebanyak satu kali


dalam lima tahun, dengan tugas:
a. Membentuk, menyusun dan/atau mengubah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga partai.
b. Memilih Ketua Umum.
c. Memilih anggota Mahkamah Partai.
d. Menentukan garis besar arah kebijakan partai.
2. Majelis Permusyawaratan Nasional dapat membentuk komisi dan atau tim untuk
membantu pelaksanaan tugasnya.

Pasal 31

Dalam hal terjadi kejadian luar biasa maka Majelis Permusyawaratan Nasional dapat
menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa.

Pasal 32

Hal-hal yang dimaksud dengan kejadian luar biasa diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Bagian Keempat
Musyawarah Kerja

Pasal 33

Musyawarah Kerja Majelis Permusyaratan Nasional dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam satu tahun, dengan tugas:
1. Membahas capaian garis kebijakan Partai dalam satu tahun.
2. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Nasional dan Mahkamah Partai
berkaitan dengan tugas yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Menyusun dan mengembangkan ideologi dan konsepsi perjuangan Partai.
4. Melanjutkan agenda Musyawarah Nasional.

Pasal 34

1. Dewan Pimpinan Nasional memberikan dukungan operasional dan keuangan dalam


pelaksanaan kewenangan Majelis Permusyawaratan Nasional.
2. Majelis Permusyawaratan Nasional didukung oleh kesekretariatan.

Pasal 35

Ketentuan tentang Majelis Permusyawaratan Nasional diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga Partai.

BAB IX
DEWAN PIMPINAN NASIONAL

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 36
Dewan Pimpinan Nasional adalah badan eksekutif Partai.

Pasal 37

Dewan Pimpinan Nasional diketuai oleh Ketua Umum yang dipilih dalam Musyawarah
Nasional.

Bagian Kedua
Kewenangan

Pasal 38

Dewan Pimpinan Nasional berwenang untuk:


1. Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
2. Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Menyelesaikan perselisihan yang ada ditingkat Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Daerah.
4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.

Bagian Ketiga
Tugas

Pasal 39

Dewan Pimpinan Nasional bertugas untuk:


1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, keputusan musyawarah dan rapat tingkat nasional, serta peraturan
partai.
2. Membentuk Dewan Pimpinan Wilayah untuk tingkat Provinsi, Dewan Pimpinan Daerah
untuk tingkat Kabupaten/Kota, Dewan Pimpinan Cabang untuk tingkat kecamatan, dan
dapat membentuk struktur dibawah kecamatan bila dipandang perlu.
3. Dapat membentuk perwakilan partai di luar negeri.
4. Melaksanakan segala upaya untuk meningkatkan kiprah partai dalam perpolitikan
nasional.
5. Memberikan pertanggungjawaban kepada Majelis Permusyawaratan Nasional.

Bagian Keempat
Kepengurusan

Pasal 40
Ketua Umum memilih dan menetapkan Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara Umum.

Pasal 41

Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum Partai
membentuk kepengurusan di tingkat Dewan Pimpinan Nasional, yang terdiri dari:
1. Bidang.
2. Biro.
3. Struktur maupun alat kelengkapan lain yang dianggap perlu.

Pasal 42

Ketua Umum dapat mengganti kepengurusan di tingkat Dewan Pimpinan Nasional sejauh
untuk kepentingan dan kemaslahatan partai.

Pasal 43

Ketentuan tentang Dewan Pimpinan Nasional diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB X
MAHKAMAH PARTAI

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 44
Mahkamah Partai adalah lembaga yang menyelesaikan perselisihan internal partai,
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan dan Anggaran Dasar serta
Anggaran Rumah Tangga Partai.

Bagian Kedua
Tugas

Pasal 45

1. Memeriksa dan mengadili perselisihan internal Partai sebagaimana diatur di dalam


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Menyelesaikan perselisihan internal Partai paling lambat 60 (enam puluh) hari.
3. Menjatuhkan Putusan yang bersifat final dan mengikat di internal Partai dalam hal
perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.

Bagian Kedua
Susunan

Pasal 46
Mahkamah Partai beranggotakan 5 (lima) orang yang dipilih dari anggota partai yang memiliki
kualifikasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 47

Ketua dan Anggota Mahkamah Partai dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Nasional dalam
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Kerja.

Bagian Ketiga
Obyek

Pasal 48

Mahkamah Partai memeriksa, mengadili dan memutus laporan perselisihan yang bersifat
publik dan/atau pelanggaran aturan organisasi yang berkaitan tentang:
1. Sengketa kepengurusan.
2. Pelanggaran terhadap hak anggota Partai.
3. Pemberhentian keanggotaan.
4. Hal lain sebagaimana yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Pasal 49

Mahkamah Partai dapat:


1. Melakukan, kajian yang berkaitan dengan peningkatan kedisiplinan Pengurus dan
Anggota Partai.
2. Menghadiri undangan, seminar, pelatihan dan/atau kerjasama dengan lembaga
pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga sejenis.
3. Kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.

Bagian Keempat
Mekanisme

Pasal 50

Partai mendorong penyelesaian perselisihan internal melalui mekanisme mediasi dan


permufakatan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyelesaian melalui Mahkamah Partai.

Pasal 51

Mahkamah Partai bersifat pasif dalam melaksanakan tugasnya, menunggu pelaporan dari
para pihak dan terlebih dahulu memberikan kesempatan Dewan Pimpinan Nasional
melakukan proses mediasi atau musyawarah.

Pasal 52
Dewan Pimpinan Nasional memberikan dukungan operasional dan keuangan dalam
pelaksanaan tugas Mahkamah Partai.

Pasal 53

Ketentuan tentang Mahkamah Partai akan dijelaskan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB XI
DEWAN PIMPINAN WILAYAH

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 54

Dewan Pimpinan Wilayah adalah badan pelaksana Partai di tingkat Provinsi.

Bagian Kedua
Pimpinan

Pasal 55

Dewan Pimpinan Wilayah dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris yang dipilih dalam Musyawarah
Wilayah.

Bagian Ketiga
Kepengurusan

Pasal 56

Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah menyusun dan membentuk kepengurusan,
yang diantaranya terdiri atas:
1. Bendahara.
2. Bidang.
3. Biro.
4. Struktur dan alat kelengkapan lain yang dianggap perlu.

Pasal 57

Nomenklatur/tata nama kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah dapat dilakukan dengan


menyesuaikan kemampuan dan daya dukung Partai.

Bagian Keempat
Kewenangan dan Tugas

Pasal 58
Dewan Pimpinan Wilayah berwenang untuk:
1. Menentukan kebijakan partai pada tingkat Provinsi.
2. Menyusun dan menetapkan program kerja di tingkat wilayah.
3. Memilih Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Wilayah.
4. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota.
5. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 59

Dewan Pimpinan Wilayah bertugas untuk:


1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, keputusan musyawarah dan rapat, baik tingkat Nasional maupun tingkat
Provinsi serta peraturan Partai.
2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Wilayah.

Bagian Kelima
Musyawarah wilayah

Pasal 60

1. Musyawarah Wilayah dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.


2. Musyawah Wilayah diselenggarakan untuk:
a. Memilih Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan wilayah.
b. Membahas pertanggungjawaban Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah.
c. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Wilayah untuk kemanfaatan
Partai.
3. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Daerah pada Provinsi terkait.

Pasal 61

Ketentuan mengenai Dewan Pimpinan Wilayah dan Musyawarah Wilayah diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII
DEWAN PIMPINAN DAERAH

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 62

Dewan Pimpinan Daerah DPD adalah badan eksekutif partai di tingkat kabupaten/kota.

Bagian Kedua
Pimpinan

Pasal 63

Dewan Pimpinan Daerah dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris yang dipilih dalam Musyawarah
Daerah.

Bagian Ketiga
Kepengurusan

Pasal 64

Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah menyusun dan membentuk kepengurusan,
yang diantaranya terdiri atas:
1. Bendahara.
2. Bidang.
3. Biro.
4. Struktur dan alat kelengkapan lain yang dianggap perlu.

Pasal 65

Nomenklatur/tata nama kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah dapat dilakukan dengan


menyesuaikan kemampuan dan daya dukung Partai.

Bagian Keempat
Kewenangan

Pasal 66

Dewan Pimpinan Daerah berwenang untuk:


1. Menentukan kebijakan partai pada tingkat daerah.
2. Menyusun dan menetapkan program kerja.
3. Memilih Komposisi Personalia Dewan Pengurus Daerah.
4. Membentuk Dewan Pengurus Cabang pada Daerah nya.
5. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan Pengurus Cabang.
6. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pengurus Cabang.
7. Membuat kebijakan struktur pada kepengurusan di tingkat cabang dan dibawahnya.

Bagian Kelima
Tugas
Pasal 67

Dewan Pimpinan Daerah bertugas untuk:


1. melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional, Provinsi dan
Daerah, serta Peraturan Organisasi Partai.
2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musayawarah Daerah.

Bagian Keenam
Musyawarah Daerah

Pasal 68

1. Musyawarah Daerah dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.


2. Musyawah Daerah diselenggarakan untuk:
a. Memilih Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah.
b. Membahas pertanggungjawaban Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah.
c. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Daerah untuk kemanfaatan
Partai.
3. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan
Cabang pada Kabupaten/Kota terkait.

Pasal 69

Ketentuan mengenai Dewan Pimpinan Daerah dan Musyawarah Daerah diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII
DEWAN PIMPINAN CABANG

Bagian Kesatu
Kedudukan

Pasal 70

Dewan Pimpinan Cabang adalah badan eksekutif partai di tingkat Kecamatan.

Bagian Kedua
Pimpinan

Pasal 71

Dewan Pimpinan Cabang dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris yang dipilih dalam Musyawarah
Cabang.

Bagian Kedua
Kepengurusan

Pasal 72
Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang dapat menyusun dan membentuk
kepengurusan, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan daya dukungnya.

Bagian Ketiga
Kewenangan dan Tugas

Pasal 73

Dewan Pimpinan Cabang berwenang untuk:


1. Memilih dan menetapkan Komposisi Personalia Dewan Pengurus Cabang.
2. Menyusun dan menetapkan program kerja.
3. Mengusulkan pembentukan struktur pengurus dibawah cabang kepada Dewan Pimpinan
Daerah.
4. Memimpin dan mewakili partai ditingkat Cabang.

Pasal 74

Dewan Pimpinan Cabang berkewajiban:


1. melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat Nasional,
Provinsi, Daerah, serta Peraturan Organisasi Partai.
2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Cabang.

Bagian Kelima
Musyawarah Cabang

Pasal 75

1. Musyawarah Cabang dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.


2. Musyawah Cabang diselenggarakan untuk:
a. Memilih Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang.
b. Membahas pertanggungjawaban Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang.
c. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Cabang untuk kemanfaatan
Partai.
3. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari Dewan Pimpinan Cabang dan struktur
dibawahnya.
4. Musyawarah Cabang dapat diselenggarakan disesuikan dengan kapasitas struktur,
keanggotaan dan hal-hal lain yang Mendukung.
5. Jika hal-hal sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) belum dapat dipenuhi maka
Dewan Pimpinan Daerah dapat membuat kebijakan lain sejauh untuk kemaslahatan
Partai.

Pasal 76
Ketentuan mengenai Dewan Pimpinan Cabang dan Musyawarah Cabang diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIV
ORGANISASI SAYAP

Pasal 77

1. DPN dapat membentuk Organisasi Sayap atau Afiliasi untuk membantu tugas-tugas
dalam bidang tertentu.
2. Ketentuan lebih lanjut tentang Organisasi Sayap atau Afiliasi diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XV
FRAKSI

Pasal 78

1. Fraksi adalah perpanjangan tangan partai dalam memperjuangkan visi dan misi partai di
lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di seluruh Indonesia,
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan.
2. Fraksi dibentuk oleh Partai secara berjenjang pada struktur partai yang setingkat.
3. Pembentukan Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib mendapatkan persetujuan
struktur partai satu tingkat diatasnya.

BAB XVI
HUBUNGAN DAN KERJASAMA

Pasal 79

Partai menjalin hubungan dan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan, organisasi


sosial dan politik untuk mengokohkan visi dan misi partai baik di dalam maupun luar negeri.

Pasal 80

Partai dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan Partai Politik lain untuk mencapai
tujuan bersama dalam rangka memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat.

Pasal 81

Pengaturan lebih lanjut mengenai Hubungan dan kerjasama diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB XVII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Bagian Kesatu
Musyawarah

Pasal 82

Musyawarah partai terdiri atas:


1. Musyawarah Nasional.
2. Musyawarah Wilayah.
3. Musyawarah Daerah.
4. Dapat diselenggarakan Musyawarah Cabang.

Bagian Kedua
Rapat-rapat

Pasal 83

Rapat partai terdiri atas:


1. Rapat Pleno adalah rapat pimpinan partai dengan seluruh pengurus Partai pada masing-
masing tingkatan.
2. Rapat Harian adalah rapat Pimpinan Partai dengan ketua bidang dan ketua biro pada tiap-
tiap tingkatan struktur Partai.
3. Rapat Kordinasi adalah rapat Partai pada tingkatan yang lebih atas dengan mengundang
struktur partai dibawahnya.

Pasal 84

Ketentuan tentang musyawarah dan/atau rapat partai, diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XVIII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bagian Kesatu
Kuorum

Pasal 85

Musyawarah dan/atau rapat Partai dapat diselenggarakan jika dihadiri oleh lebih dari 50%
(per seratus) + 1 (plus satu), dari jumlah peserta yang berhak untuk hadir.

Pasal 86

Peserta musyawarah dan/atau rapat partai wajib mendapatkan pemberitahuan/undangan


yang dilakukan secara patut.

Bagian Kedua
Pengambilan Keputusan
Pasal 87

1. Proses pengambilan keputusan Partai dilakukan dengan mengutamakan musyawarah


untuk mufakat.
2. Bilamana proses musyawarah untuk mufakat tidak dapat dilaksanakan, maka
pengambilan keputusan dilakukan dengan mekanisme pengambilan suara terbanyak.

BAB XIX
PERATURAN DAN KEPUTUSAN PARTAI

Pasal 88

Partai membentuk Peraturan dan Keputusan untuk membangun ketertiban dan budaya
organisasi yang kokoh, solid dan sesuai dengan kaidah pembentukan serta tata urutan
peraturan yang baik.

Pasal 89

Peraturan partai terdiri dari:


1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Nasional.
3. Peraturan Mahkamah Partai
4. Peraturan Dewan Pimpinan Nasional.

Pasal 90

Untuk melaksanakan peraturan, maka Partai dapat membuat keputusan partai, dengan
susunan:
1. Keputusan Ketua Umum
2. Keputusan Dewan Pimpinan Nasional.
3. Keputusan Dewan Pimpinan Wilayah.
4. Keputusan Dewan Pimpinan Daerah.
5. Keputusan Dewan Pimpinan Cabang.

Pasal 91

Ketentuan mengenai Peraturan dan Keputusan Partai diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XX
KEUANGAN

Pasal 92

Keuangan Partai diperoleh dari :


1. Iuran Anggota.
2. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat.
3. Bantuan dari APBN dan/atau APBD.
4. Usaha-usaha lain yang sah.

Pasal 93

Pengelolaan keuangan Partai dilakukan sesuai dengan kaidah penata kelolaan keuangan dan
peraturan perundang-undangan.

BAB XXI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUKUM

Pasal 94

1. Partai sebagai badan hukum diwakili oleh Dewan Pimpinan Nasional di dalam dan di luar
pengadilan;
2. Dewan Pimpinan Nasional dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana tersebut pada
ayat satu (1) kepada Dewan Pengurus Wilayah sesuai dengan tingkatannya masing-
masing;
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelesaian Perselisihan Hukum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB XXII
PEMBUBARAN PARTAI

Pasal 95

1. Pembubaran Partai hanya dapat dilakukan di dalam suatu Musyawarah Nasional Majelis
Permusyawaratan Nasional yang khusus diadakan untuk itu;
2. Dalam hal pengambilan keputusan tentang Pembubaran Partai, Musyawarah Nasional
Majelis Permusyawaratan Nasional dinyatakan sah apabila dihadiri oleh seluruh peserta
dan Keputusan Musyawarah dinyatakan sah apabila disetujui lebih dari dua per tiga
jumlah peserta yang hadir.

BAB XXIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 96

1. Keanggotaan dan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Nasional , Keanggotaan dan


Pimpinan Mahkamah Partai, serta Kepengurusan lengkap Dewan Pimpinan Nasional
proses penyusunan dan penetapannya untuk pertama kali diberikan kewenangannya
kepada ketua umum.
2. Ketentuan mengenai pemilihan Ketua Umum Partai, Ketua dan Sekretaris Dewan
Pimpinan Wilayah, Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah maupun Ketua dan
Sekretaris Cabang sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat (1), pasal 55, pasal 63 dan
pasal 71 ditangguhkan pemberlakuannya sampai dengan setelah keikutsertaan Partai
dalam Pemilihan Umum untuk pertama kali.
3. Hal-hal yang ditimbulkan karena ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), maka:
a. Pemilihan Ketua Umum Partai dilakukan pada saat kesepakatan pendirian Partai
yang dituangkan dalam akta pendirian Partai dan disepakati oleh para pendiri Partai.
b. Pemilihan Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah dilakukan melalui proses
penunjukan oleh Dewan Pimpinan Nasional.
c. Pemilihan Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah akan dilakukan melalui
proses penunjukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
d. Pemilihan Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang akan dilakukan melalui
proses penunjukan oleh Dewan Pimpinan Daerah untuk Ketua dan Sekretaris Dewan
Pimpinan Cabang.

BAB XXIV
PE N U T U P

Pasal 97
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga
dan/atau Peraturan Partai.

Pasal 98

Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BAB I
LAMBANG DAN ATRIBUT

Bagian Kesatu
Lambang

Pasal 1

Gambar lambang Partai ialah seperti terlampir dibawah ini

Pasal 2

Deskripsi lambang Partai:


1. Warna dasar lambang Partai ialah biru turkish dengan lingkaran berwarna putih
mengelilingi gambar gelombang berwarna biru navy yang diatasnya terdapat warna
merah dan putih serta dibawahnya terdapat tulisan GELORA INDONESIA berwarna putih.
2. Tulisan Gelora Indonesia berwarna putih dengan bentuk huruf (font) nya adalah Gotham
Black.

Pasal 3

Makna warna lambang Partai ini adalah:


1. Warna biru navy melambangkan gelombang laut, kekuatan besar yang tercipta dari
berbagai gerakan dan momentum, juga melambangkan gerak besar sejarah yang
mengubah kehidupan umat manusia.
2. Warna biru turkish melambangkan Rakyat adalah pelaku utama sejarah yang berhak dan
berkewajiban menentukan masa depan dan jalan sejarahnya sendiri.
3. Warna merah-putih melambangkan Indonesia, bangsa dan negara tempat Partai ini
mengabdi.
4. Simbol lingkaran melambangkan Bumi yang bulat adalah cita-cita Partai untuk
menjadikan Indonesia sebagai kekuatan utama dan bagian dari kepemimpinan dunia.
5. Simbol Kotak Biru turkist melambangkan langit yang cerah secerah masa depan Indonesia
bersama Partai Gelora Indonesia.
Pasal 4

Secara umum makna lambang Partai Gelora Indonesia ialah berjuang dengan niat suci
mewujudkan Indonesia sebagai kekuatan utama dunia, berbekal ilmu pengetahuan dan
kekuatan cita-cita serta digerakkan oleh gelombang kecintaan rakyat Indonesia untuk
menentukan masa depan Indonesia yang cerah.

Bagian Kedua
Atribut

Pasal 5

1. Partai dapat memiliki hymne, mars dan atribut lainnya yang menggambarkan semangat
dan jatidiri Partai.
2. Ketentuan tentang hymne, mars dan atribut diatur lebih lanjut dalam peraturan Partai.

BAB II
KEANGGOTAAN DAN RELAWAN

Bagian Kesatu
Pendidikan dan Pengkaderan

Pasal 6

1. Partai membuat desain maupun kurikulum pendidikan dan pengkaderan yang diarahkan
untuk mengokohkan asas, jatidiri serta visi, misi dan tujuan Partai dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2. Pendidikan dan pengkaderan Partai diselenggarakan secara berjenjang di setiap struktur
Partai dengan memperhatikan kearifan lokal dan muatan yang dapat diaplikasikan di
seluruh Indonesia.
3. Ketentuan tentang pendidikan dan pengkaderan Partai diatur lebih lanjut dalam
peraturan Partai.

Bagian Kedua
Kehilangan Keanggotaan

Pasal 7

Pencabutan keanggotaan yang menyebabkan anggota kehilangan status keanggotaan Partai


dapat dilakukan oleh Partai dengan ketentuan:
1. Partai melakukan konfirmasi dan pemeriksaan terhadap anggota Partai yang diduga
melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Partai memberikan kesempatan kepada anggota yang dimaksud dalam ayat 1 (satu)
untuk memberikan klarifikasi dan hak untuk membela diri.
3. Partai memperhatikan alat bukti yang diajukan baik oleh pelapor, Partai maupun anggota
Partai yang diduga melakukan pelanggaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
sebelum menjatuhkan putusan.
4. Penjatuhan putusan Partai dapat berupa pemberhentian dari keanggotaan, tetap
mempertahankan status keanggotaan dan/atau pemberian sanksi tambahan disiplin
yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan.
5. Proses konfirmasi, pemeriksaan, klarifikasi, pembelaan sampai dengan putusan
pemberhentian keanggotaan atas dugaan pelanggaran Anggaran dan Anggaran Rumah
Tangga dapat dilakukan oleh struktur Partai pada tingkatan tertentu disesuaikan dengan
bobot permasalahan, arahan dan mandat yang diberikan struktur Partai yang lebih tinggi.

Pasal 8

1. Partai dapat membentuk tim ad-hoc untuk melakukan tugas-tugas sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 7 (tujuh).
2. Partai dapat membentuk peraturan yang mengatur secara khusus tentang proses
pencabutan keanggotaan.

BAB III
MAJELIS PERMUSYAWARATAN NASIONAL

Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan bila terjadi kejadian luar biasa

Pasal 9

Kejadian Luar Biasa, diantaranya adalah:


1. Ketua Umum Partai berhalangan tetap yakni, meninggal dunia atau kehilangan
kemampuan untuk berbuat cakap secara hukum.
2. Terjadi peristiwa yang dapat membahayakan keutuhan dan keselamatan Partai.

Pasal 10

Dalam hal terjadi kejadian luar biasa maka pimpinan Majelis Permusyawaratan Nasional
menyelenggarakan Musyawarah Nasional Luar Biasa, selambat lambatnya 7 x 24 Jam (tujuh
hari) sejak hal-hal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 12 terjadi.

Pasal 11

1. Majelis Permusyawaratan Nasional didukung oleh kesekretariatan yang bersifat tetap.


2. Jumlah petugas sekretariat yang ada pada Majelis Permusyawaratan Nasional
dikordinasikan dengan Sekretariat Jenderal Dewan Pimpinan Nasional.

BAB IV
DEWAN PIMPINAN NASIONAL

Bagian Kesatu
Kewenangan
Pasal 12

Dewan Pimpinan Nasional berwenang untuk:


1. Menentukan kebijakan Partai tingkat nasional ditetapkan dalam Keputusan Dewan
Pimpinan Nasional
2. Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Wilayah ditetapkan dalam
Keputusan Dewan Pimpinan Nasional.
3. Menyelesaikan perselisihan yang ada ditingkat Dewan Pimpinan Wilayah dan/atau
Dewan Pimpinan Daerah ditetapkan dengan Keputusan Dewan Pimpinan Nasional.
4. Mengatur tentang pemberian penghargaan dan sanksi yang diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Dewan Pimpinan Nasional.

Bagian Kedua
Kepengurusan

Pasal 13

Ketua Umum memilih dan menetapkan Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara Umum dalam Keputusan Ketua Umum.

Pasal 14

Ketua Umum menyusun komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Nasional dalam
Keputusan Dewan Pimpinan Nasional.

Pasal 15

Ketua Umum dapat mengganti kepengurusan di tingkat Dewan Pimpinan Nasional sejauh
untuk kepentingan dan kemaslahatan Partai, dengan ketentuan:
1. Dikhawatirkan terjadi stagnasi.
2. Kinerja dari kepengurusan tidak maksimal.
3. Membutuhkan penyegaran.

BAB V
MAHKAMAH PARTAI

Pasal 16

Anggota Mahkamah Partai dipilih dari:


1. Anggota Partai yang mengerti dan memahami ketentuan perundang-undangan
khususnya yang berkaitan dengan Partai politik.
2. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.
3. Memahami Peraturan Partai
4. Bukan Pengurus pada Dewan Pimpinan Nasional, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan
Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang.
5. Tidak pernah terlibat dalam tindak pidana yang ancaman hukumannya lima tahun atau
lebih.

Pasal 17

Mahkamah Partai dapat menyusun peraturan yang berkaitan dengan pedoman beracara yang
disebut Peraturan Mahkamah Partai.

Pasal 18

1. Memeriksa dan mengadili perselisihan internal Partai sebagaimana diatur di dalam


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Menyelesaikan perselisihan internal Partai paling lambat 60 (enam puluh) hari.
3. Menjatuhkan Putusan yang bersifat final dan mengikat di internal Partai dalam hal
perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.

Bagian Kedua
Susunan

Pasal 19

Mahkamah Partai beranggotakan 5 (lima) orang yang dipilih dari anggota partai yang memiliki
kualifikasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20

Ketua dan Anggota Mahkamah Partai dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Nasional dalam
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Kerja.

Pasal 21

Mahkamah Partai dibantu oleh kesekretariatan yang jumlah pertugasnya dikordinasikan


dengan Sekretariat Jenderal Dewan Pimpinan Nasional.

BAB VI
DEWAN PIMPINAN WILAYAH

Pasal 22

Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah menyusun komposisi dan personalia
kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya dukung
Partai.

Pasal 23
Musyawarah Wilayah dapat dilakukan sebelum keikut sertaan Partai dalam Pemilihan Umum
pertama kali sepanjang diagendakan untuk konsolidasi dan pemantapan kerja pemenangan
Pemilihan Umum pada tingkatan Provinsi.

Pasal 24

Pengaturan lebih lanjut tentang Dewan Pimpinan Wilayah dapat diatur dengan Peraturan
Partai.

BAB VII
DEWAN PIMPINAN DAERAH

Pasal 25

Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah menyusun komposisi dan personalia
Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya dukung
Partai.

Pasal 26

Musyawarah Daerah dapat dilakukan sebelum keikut sertaan Partai dalam Pemilihan Umum
pertama kali sepanjang diagendakan untuk konsolidasi dan pemantapan kerja pemenangan
Pemilihan Umum pada tingkatan kabupaten/kota.

Pasal 27

Pengaturan lebih lanjut tentang Dewan Pimpinan Daerah dapat diatur dengan Peraturan
Partai.

BAB VIII
DEWAN PIMPINAN CABANG

Pasal 28

Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang menyusun komposisi dan personalia
Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya dukung
Partai.

Pasal 29

Musyawarah Cabang dapat dilakukan sebelum keikut sertaan Partai dalam Pemilihan Umum
pertama kali sepanjang diagendakan untuk konsolidasi dan pemantapan kerja pemenangan
Pemilihan Umum pada tingkatan kecamatan.

Pasal 30
Pengaturan lebih lanjut tentang Dewan Pimpinan Cabang dapat diatur dengan Peraturan
Partai.

BAB IX
ORGANISASI SAYAP

Pasal 31

1. Organisasi sayap Partai dibentuk untuk mengokohkan Partai .


2. Organisasi sayap dapat mengkhususkan diri pada isu-isu yang berkaitan dengan profesi,
hobi, segmen usia, pendekatan kedaerahan maupun hal lain yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Badan hukum organisasi sayap dapat berupa organisasi kemasyarakatan maupun
perkumpulan.
4. Organisasi sayap dapat membentuk struktur kepengurusan secara berjenjang.
5. Organisasi sayap berkordinasi dengan Dewan Pimpinan Nasional pada tingkat pusat, dan
kemudian secara berjenjang pada struktur di bawahnya.

BAB X
HUBUNGAN DAN KERJASAMA

Pasal 32

Hubungan dan kerjasama Partai dilakukan dengan mensinergikan segenap potensi yang
dimiliki oleh Partai.
Pasal 33

Pengaturan lebih lanjut mengenai Hubungan dan kerjasama diatur dalam Peraturan Partai.

BAB XI
MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 34

Musyawarah dan/atau rapat Partai dilaksanakan dengan tata tertib yang dibuat bersama
peserta.

Pasal 35

Musyawarah dan/atau rapat Partai mengedepankan semangat kekeluargaan dan


kebersamaan.

Pasal 36

Ketentuan mengenai musyawarah dan/atau rapat Partai diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
BAB XII
KUORUM

Pasal 37

1. Penyelenggaraan musyawarah dan/atau rapat Partai dapat diselenggarakan jika dihadiri


oleh lebih dari 50% (per seratus) + 1 (plus satu), untuk menjamin tertunaikannya hak
peserta.
2. Bilamana peserta belum hadir pada waktunya maka musyawarah dan/atau rapat Partai
ditunda untuk waktu tertentu.
3. Bila penundaan sudah dilakukan, maka keputusan untuk dilanjutkan atau tidak
musyawarah dan/atau rapat Partai dapat dilakukan mengacu pada peraturan Partai dan
ketentuan dalam tata tertib musyawarah dan/atau rapat Partai.

Pasal 38

Pemberitahuan/undangan yang dilakukan secara patut kepada peserta musyawarah


dan/atau rapat Partai ialah proses memberi tahukan jadwal musyawarah dan/atau rapat yang
dilakukan dengan niat baik dan proses yang menjamin tersampaikannya informasi yang
dimaksud, baik melalui surat ataupun media telekomunikasi lainnya.

BAB XIII
PERATURAN DAN KEPUTUSAN PARTAI

Pasal 39

Partai membentuk Peraturan Partai yang mengatur tentang pedoman pembentukan


peraturan Partai untuk menjamin terselenggaranya ketertiban.

Pasal 40

Prinsip-prinsip pembentukan peraturan Partai harus sejalan dan sinergi dengan pedoman
pembentukan peraturan perundang-undangan yang lazim dipakai pada lembaga publik.

Pasal 41

Pimpinan dan Pengurus Partai sedapat mungkin menghindari kekosongan norma dalam
pengelolaan Partai dengan selalu melakukan kordinasi dan pembentukan pengaturan
kebijakan untuk menghindari ketidakteraturan.

BAB XIV
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUKUM
Pasal 42

Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal sebagai perwakilan badan hukum Partai dapat bertindak
langsung, maupun memberikan kuasa kepada struktur Partai dan/atau kuasa hukum untuk
mewakili di dalam dan di luar pengadilan, dalam hal:
1. Sengketa Partai Politik.
2. Sengketa Perdata.
3. Penyelesaian perselisihan hukum.
4. Musyawarah.
5. Arbitrase.
6. Peradilan.

Pasal 43

Ketentuan lebih lanjut tentang penyelesaian perselisihan hukum diatur dalam Peraturan
Partai.

BAB XV
PE N U T U P

Pasal 44

Hal-hal yang belum diatur maupun belum secara tegas disebut dalam Anggaran Rumah
Tangga ini, diatur kemudian dalam Peraturan Partai.

Pasal 45

Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai