Anda di halaman 1dari 114

RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS

( RKS )

BAB I. PERSYARATAN UMUM


Pasal 1. U M U M
1. Pada dasarnya untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh pekerjaan ini.
Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar kerja serta Uraian
Pekerjaan dan Persyaratan Teknis seperti yang akan diuraikan dalam buku ini.
2. Jika terdapat ketidak jelasan, perbedaan-perbedaan atau kesimpangsiuran informasi dalam
pelaksanaan nanti, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Pengawas atau
Perencana untuk mendapat kejelasan dalam pelaksanaan.
3. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil keuntungan selain keuntungan yang telah
ditetapkan, dari kekurangan-kekurangan / kelemahan-kelemahan baik dari gambar kerja
maupun spesifikasi teknis ini.
4. Demikian pula tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan tersebut
disebabkan karena peserta tidak membaca atau kurang memahami setiap isi dokumen ini.

Pasal 2 : NAMA PROYEK, PEKERJAAN DAN LOKASI


Nama Proyek : PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG TIPE A KOTA
PURWOKERTP

Pekerjaan : Persiapan, Sipil. Lansekap, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal

Pemberi Tugas : Direktorat Prasarana Transportasi Jalan

Lokasi :

Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN :


a.Meliputi semua bagian pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Kontrak, yaitu
meliputi :
Gambar-gambar Rencana Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
Berita Acara Penjelasan + Addenda-addenda ataupun salah satu dari padanya.
b. Kekurangan salah satu unsur tersebut di atas tidak dapat mengakibatkan berkurangnya
lingkup pekerjaan yang harus dipenuhi oleh Kontraktor.
c. Pekerjaan meliputi pengadaan tenaga kerja, penyediaan bahan, peralatan, berikut alat-alat
bantu lainnya, pengangkutan, pemasangan dan semua pelayanan yang diperlukan bagi
pelaksanaan pekerjaan hingga selesai dengan sempurna, kecuali bila ditentukan lain dalam
Dokumen Kontrak.
Yang antara lain jenis pekerjaannya adalah sbb ;
1.Pekerjaan Persiapan
2.Perkerjaan Sipil Meliputi :
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pengeboran Tanah
Pasangan Pondasi
Pasangan Beton Sloof
Pasangan Beton Kolom
Pasangan Beton Balok
Pasangan Beton Lintel
Pasangan Beton Plat Lantai / Dak
3.Pekerjaan Lansekap Meliputi :
Pekerjaan Hard Lanscape.
Perkerasan perkerasan jalan , Parkir & Batu Kanstein
Pekerjaan Trotoar
4.Pekerjaan Arsitektur & Finishing Meliputi :
Pekerjaan Dinding
Pekerjaan Kusen Pintu & Jendela
Pekerjaan Lantai
Pekerjaan Plafond
Pekerjaan Atap
Pekerjaan Pengecatan

Pasal 4 : PERATURAN DAN KETENTUAN


a. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dengan benar, penuh tanggung jawab dan penuh
ketelitian sesuai dengan kontrak. Seluruh cara dan prosedur yang diikuti, termasuk semuanya
harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Disamping rencana kerja dan syarat-syarat, gambar-gambar pelaksanaan serta penjelasan –
penjelasan lain yang termasuk dalam Dokumen Surat Perjanjian Pemborongan, maka
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku adalah:
1.Peraturtan-peraturan Umum (Algemene Voorwaarden) disingkat AV.19.41
2.Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971.
3.Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961.
4.Peraturan Umum Mengenai Instalasi Listrik (AVE)
5.Peraturan umum mengenai Instalasi Air Leideng (AVWI)
6.Peraturan Tentang Instalasi Listrik, PUIL 1977.
7.Pedoman Plumbing Indonesia, Tahun 1979.
8.Peraturan Dinas Kebakaran Pemerintah.
9.Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
10.Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Air Minum setempat.
11.Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja
dan Kesehatan Kerja.
12.Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
13.Peraturan yang ditetapkan Dinas Kebakaran setempat
14.Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI).
15.Lain - lain syarat umum yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang berlaku
di Indonesia.
16.Peraturan khusus Pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
c.Ukuran :

1.Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam gambar kerja dan gambar
pelengkap meliputi :
As - As
Luar - Luar
Dalam - Dalam
Luar - Dalam
2.Kontraktor diwajibkan meneliti terlebih dahulu ukuran-ukuran yang tercantum dalam
gambar yang termuat dalam dokumen lelang/kontrak.
3.Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum
didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Pengawas / Perencana, segala
akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor.
d.Istilah :
Istilah yang dipergunakan untuk masing-masing disiplin kerja disini ialah :
SI : Sipil
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi, kualitas,
serta Cut Fill.
LS : Lansekap
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan disain infra struktur, pertamanan, Trotoar/
Pedestrian dan pekerjaan luar bangunan lainnya.
AR : Arsitektur
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan secara
menyeluruh dari semua disiplin kerja yang ada, baik teknis maupun estetika.
MK : Mekanikal
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sistim Air Bersih dan Air Kotor.
EL : Elektrikal
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan distribusi/teknik listrik, sistim listrik didalam / diluar
bangunan atau sumber-sumber daya listrik.

Pasal 5. JENIS DAN MUTU BAHAN


a. Diutamakan produksi yang disetujui Oleh Perencana / Pemberi Tugas, dan Konsultan
Pengawas.
b. Uraian jenis dan mutu bahan tersebut harus sesuai dengan Standard yang disyaratkan.

Pasal 6. MEREK - MEREK DAGANG :


Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang disebutkan
dalam persyaratan teknis ini untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model,
bentuk, jenis dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (Merek) yang
mengikat. Pemborong boleh mengusulkan merek-merek dagang lainnya yang setaraf kepada
Konsultan Pengawas. Dalam hal ini disebutkan 3 (Tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka pemborong diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari
merek dagang sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas/Konsultan Perencana.

Pasal 7. KETENTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN


a. Semua bahan bangunan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas, dan disimpan atau ditimbun sedemikian rupa
sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara teknis sesuai syarat pengamanan yang
berlaku.
b. Penimbunan, penyimpanan dan pengerjaan bahan bangunan tidak boleh dilakukan di luar
lapangan.
c. Pengangkutan bahan - bahan bangunan dari luar ke lapangan kerja agar dilaksanakan pada
jam-jam kerja , jika seandainya ada pengiriman bahan-bahan pada malam hari, harus seizin
Konsultan Pengawas.
d. Proyek yang bersangkutan diatur serta ditertibkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu keindahan dan kebersihan lingkungan sekitar, antara lain dengan penggunaan
pagar penutup serta pengaturan pembuangan bahan sisa.
e. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
setempat, Instansi Pemerintah lain yang berwenang.
f. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan di atas akan diambil tindakan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku, antara lain meninjau kembali izin kerja Kontraktor ataupun
penyitaan bahan-bahan bangunan yang dimaksud.
g. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan secara lengkap dengan pembuatannya; antara lain
membuat atau menyediakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan seperti steger,
stoot werk, cetakan dan lain-lain kecuali yang nyata-nyata disediakan oleh Pemberi Tugas.
h. Pada saat pekerjaan dimulai, Kontraktor dianggap telah mengetahui serta bertanggung jawab
atas setiap ketentuan di atas.

Pasal 8 : PENJELASAN R.K.S. & GAMBAR.


a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar-gambar kerja yang dikeluarkan oleh
Konsultan Perencana adalah satu-satunya Pedoman Dasar Ketentuan pekerjaan
pelaksanaan ini.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar-gambar Kerja beserta seluruh lampirannya
tidak diperkenankan diberikan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan izin tertulis dari
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar Kerja serta Gambar-gambar Detail
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan hingga tidak dapat ditafsirkan atau
diartikan sendiri-sendiri.
d. Jika terdapat perbedaan antara Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar Kerja
serta Gambar-gambar Detail; maupun perbedaan dengan keadaan di lapangan pada waktu
pelaksanaan, maka Kontraktor harus meminta pendapat Konsultan Pengawas serta
melaksanakan keputusan tersebut.
e. Jika selama berlangsungnya pekerjaan ini terjadi perubahan teknis, maka Kontraktor harus
membuat Gambar Revisi dari perubahan tersebut untuk dimintakan persetujuan dari
Pengawas lapangan dengan biaya Kontraktor, Gambar-gambar revisi tersebut tidak boleh
dilaksanakan sebelum disetujui tertulis oleh Konsultan Pengawas.
f. Jika terjadi kekurang jelasan dalam Gambar-gambar Kerja atau Gambar-gambar Detail, maka
Kontraktor wajib membuat Gambar-gambar Tambahan atas petunjuk dan disahkan oleh
Konsultan Pengawas. Gambar-gambar ini akan berlaku sebagai Gambar Pelengkap, sah dan
mengikat.
g. Jika Kontraktor membutuhkan Gambar atau bahan penjelas lainnya melebihi dari yang
ditentukan, maka Kontraktor harus mengajukan permintaan secara tertulis pada Konsultan
Pengawas dengan menyebutkan penggunaanya, dimana biaya secara teknis pengadaannya
menjadi beban Kontraktor.
h. Klausal Yang Disebutkan, Apabila ada hal-hal yang disebutkan kembali pada
bagian/bab/gambar yang lain maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu
terhadap yang lain tetapi malah untuk lebih menegaskan masalahnya.
i. Kalau terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar perencanaan atau terhadap
spesifikasi teknis, maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai dampak
bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi / Besar terhadap
rencana anggaran biaya.

Pasal 9 : JADWAL PELAKSANAAN


a.Kontraktor harus membuat sebuah jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang memuat :
1. Uraian jenis pekerjaan selengkapnya,
2. Jumlah tenaga, hari dan tenaga x hari (man-days) yang digunakan untuk setiap jenis
pekerjaan,
3. Volume pekerjaan,
4. Nilai/bobot prosentase dari setiap jenis pekerjaan terhadap seluruh pekerjaan yang
angkanya diperoleh dengan memberi harga pada masing-masing jenis pekerjaan
terhadap harga/biaya keseluruhan sebagaimana tercantum dalam Surat Perjanjian
Pemborongan.
5. Grafik kemajuan pekerjaan.
6. Bila perlu contoh jadwal ini dapat diminta dari Konsultan Pengawas.
b. Jadwal harus dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya sebelum
Pekerjaan Persiapan dimulai dan setelah disetujui maka Kontraktor wajib menyerahkan
jadwal tersebut kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas masing-masing sebanyak 3
(Tiga) set.

Pasal 10 : SHOP DRAWING


a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail
khusus yang belum maupun yang sudah tercakup lengkap dalam gambar kerja untuk disetujui
pelaksanaannya oleh Pengawas / Perencana.
b. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan , keterangan produk ,cara pemasangan dan
atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup
secara lengkap didalam gambar kerja/dokumen kontrak didalam buku ini.
c. Kontraktor wajib mengajukan 4 (Empat) set shop drawing dan persetujuan material yang
dilengkapi dengan 1 (Satu) set brosur / catalog asli guna disetujui untuk dilaksanakan. Dalam
pengajuan shop drawing apabila terjadi kesalahan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
walaupun telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
d. Semua Shop Drawing yang pelaksanaannya memerlukan koordinasi dengan Kontraktor lain
yang terlibat akan dikoordinasikan oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 11 : AS BUILT DRAWING


a. Dokumen gambar terlaksana (as built drawing) ini harus diperiksa dan disetujui oleh
Pengawas.
b. As built drawing memuat seluruhnya secara detail dari hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan yang telah dilaksanakan lengkap dengan data, dan keterangan lainnya.
c. As built drawing diserahkan dalam bentuk cetakan dan dijilid sebanyak 3 (Tiga) set.
d. As Built Drawing terdiri dari ;
- 3 (Tiga) Set blue print full size
- 5 (Lima) set Fotocopy half size
Diserahkan secara bertahap setelah pekerjaan terlaksana untuk diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

Pasal 12 : PEMBUATAN PHOTO PROGRESS


Kontraktor wajib memberi laporan setiap kegiatan pekerjaan berupa photo progress, dimana
pengambilan photo tersebut bisa menggambarkan dari kegiatan awal sampai dengan selesainya
pekerjaan. Dibuat dalam (3) set album, diperuntukan bagi : Pemberi Tugas, Perencana &
Pengawas.

Pasal 13 : KOORDINASI PELAKSANAAN


a. Pada waktu pengadaan dan pemasangan material oleh pihak Supplier / Kontraktor lain, maka
Kontraktor wajib memberi tahukan kepada Pengawas.
b. Apabila terdapat bagian pekerjaan yang pemasangannya harus diselesaikan oleh Kontraktor
lain, maka Kontraktor tersebut wajib menyiapkan / menyerahkan bahan lengkap dengan
penjelasan untuk pemasangannya.
c. Dalam pelaksanaan Kontraktor wajib memperhatikan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain.

Pasal 14 : KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN


a. Pengawasan akan dilaksanakan secara terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan.
Untuk itu Kontraktor wajib menempatkan seorang Kepala Teknik sebagai Kuasa Kontraktor di
lapangan yang cukup mampu untuk melaksanakan tugasnya, serta mengerti dan
berpengalaman dalam bidang bangunan atau teknik sesuai dengan lingkup pekerjaan dan
mampu mewakili segala petunjuk Konsultan Pengawas untuk diteruskan pada pelaksananya.
b. Jika ternyata hal tersebut di atas tidak sebagaimana mestinya, maka Konsultan Pengawas
berhak meminta pada Kontraktor untuk mengganti Kepala Teknik tersebut dengan yang lebih
baik.
c. Penempatan Kepala Teknik dan staffnya dari Pihak Kontraktor adalah SDM yang
berkompeten dalam bidangnya dan memliki latar belakang pendidikan yang setingkat Sarjana
Teknik Sipil dan telah berpengalaman pada pembuatan proyek sejenis minimal 1 th,
sedangkan untuk Pelaksana Lapangan dari masing-masing Jenis Pekerjaan yang memiliki
pendidikan Akademi atau Sekolah Teknik Menengah dengan pengalaman 3 th dan 5 th, pada
bidangnya masing-masing.

Pasal 15 : DOMISILI KONTRAKTOR


a. Alamat Kontraktor jika berubah dari yang tertera dalam Dokumen Pelelangan harus
diberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
b. Alamat Kontraktor dan Kepala Teknik Lapangan wajib diberitahukan secara tertulis pada
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, serta cara-cara komunikasi tercepat yang dapat
dilakukan seandainya terjadi hal-hal yang mendesak.

Pasal 16 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN


a. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanan di daerah lapangan kerjanya dari
pencurian maupun pelanggaran-pelanggaran ketertiban lain.
b. Kontraktor harus menempatkan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dengan lingkup
kerjanya serta mengurangi resiko terjadinya kebakaran pada lapangan dengan
peraturanperaturan dan pengaturan-pengaturan tata kerja dan peralatan kerja.
c. Jika disyaratkan Kontraktor boleh mengasuransikan pekerjaannya dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut dalam bentuk Asuransi Segala Resiko (All Risk) pada
Perusahaan Asuransi Umum yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan jangka waktu
sejak tanggal SPK sampai tanggal berakhirnya masa Pemeliharaan.

Pasal 17 : LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN


a. Kontraktor wajib membuat Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan sebagai resume dari
Laporan Harian selama masa pelaksanaan pekerjaan yang akan diperiksa dan ditandatangani
oleh Konsultan Pengawas yang memuat hal-hal :
1.Jumlah tenaga menurut jenis / jabatan,
2.Jumlah dan jenis bahan yang diterima,
3.Jumlah dan jenis bahan yang disetujui,
4.Jumlah dan Jenis Peralatan yang dipakai.
5.Kegiatan pekerjaan secara terperinci,
6.Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain.
b. Laporan Harian dibuat dalam rangkap 3 (Tiga) serta bentuk maupun tata cara pengisian Form
tersebut harus sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Laporan tersebut diperuntukan :
1 (Satu) set untuk Pemberi Tugas
1 (Satu) set Untuk Konsultan Pengawas.
1 (Satu) set Arsip.

Pasal 18 . JAMINAN DAN KESEJAHTERAAN BURUH


a. Kontraktor wajib menyediakan fasilitas - fasilitas kesejahteraan buruh berupa penyediaan air
minum, penyediaan tempat mandi, pemondokan, serta tempat beribadat.
b. Kontraktor juga harus menyediakan fasilitas pengaman kerja, seperti Safety Belt, Safety
Shoes, Helm, dan lain-lain.
c. Kontraktor atas petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan wajib mengatur fasilitas-fasilitas
tersebut termasuk warung atau kios makanan di dalam areal kerjanya dengan mematuhi
syarat-syarat kesehatan, keselamatan, keindahan, kebersihan dan ketertiban.
d. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas biaya pengobatan ataupun pemakaman dari
pekerjanya atau siapapun yang terlibat langsung pada pekerjaan jika mengalami musibah
yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

Pasal 19 : P 3 K DAN PEMADAM KEBAKARAN


Pengadaan peralatan-peralatan P 3 K, peralatan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan
yang sesuai dalam anjuran Perusahaan Asuransi terhadap pekerjaan / Proyek yang sedang
berjalan.

Pasal 20 : JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA


Pembuatan jalan masuk / jalan sementara untuk kebutuhan kelancaran proyek, Dari Jalan yang
telah ada ke lokasi proyek harus dibuat oleh kontraktor. Lokasi pembuatan jalan sementara
tersebut akan ditunjukan oleh Konsultan Pengawas langsung dilapangan. Kontraktor harus
memelihara seluruh jalan-jalan yang dilaluinya mulai masuk dari Jalan Raya sampai ke lokasi.
Atas perintah Konsultan Pengawas, andaikata Proyek tersebut telah selesai, jalan - jalan yang
rusak yang diakibatkan oleh kendaraan-kendaraan Proyek, harus diperbaiki kembali sesuai
dengan keadaan semula.

Pasal 21 : ALAT-ALAT PELAKSANAAN


Kontraktor wajib menempatkan peralatan - peralatan kerja yang lengkap serta alat-alat
kelancaran pelaksanaan pekerjaan termasuk pemeliharaan dan memindah-mindahkan dalam
lokasi pekerjaan serta mengeluarkan setelah penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang telah
dicantumkan dalam Dokumen Pelelangan serta mematuhi petunjuk Konsultan Pengawas
Lapangan yang berkaitan dengan jenis pekerjaan / proyek tersebut .

Pasal 22 : SYARAT DAN CARA PEMERIKSAAN BAHAN


a. Semua bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan, minimal harus dari jenis dan mutu
yang sesuai dengan kontrak.
b. Atas biaya Kontraktor, semua contoh bahan yang akan digunakan harus diajukan kepada
Konsultan Pengawas sebanyak 3 set untuk disetujui dan dicantumkan tanda-tanda.
c. Bilamana Konsultan Pengawas menganggap perlu, Kontraktor harus menyediakan surat
keterangan dari Instansi yang ditunjuk (Balai Penelitian Bahan Bahan), dan menjamin bahwa
bahan-bahan yang digunakan telah memenuhi Persyaratan.
d. Semua bahan atau perlengkapan yang akan diolah atau akan dipasang pada bangunan,
sebelum dipergunakan, dibeli atau dikirim jika diperlukan oleh konsultan pengawas harus diuji
atau dites, maka bahan/material yang akan dipakai tersebut harus diperiksa dan dinyatakan
lulus dengan hasil baik oleh laboratorium yang diakui.
e. Segala pembiayaan / ongkos-ongkos pengujian bahan menjadi beban Kontraktor
sepenuhnya.

Pasal 23 : PEKERJAAN TIDAK BAIK


a. Semua pekerjaan yang dianggap kurang/belum baik dan ditolak oleh Konsultan Pengawas
karena tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak, akibat disengaja atau tidak oleh Kontraktor,
harus segera diperbaiki dan ditanggung biayanya oleh Kontraktor.
b. Apabila suatu pekerjaan telah ditutup tetapi bertentangan dengan permintaan dan dianggap
tidak baik oleh Konsultan Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus dibuka/dibongkar untuk
diperiksa dan ditutup kembali atas biaya Kontraktor.
c. Apabila suatu pekerjaan telah ditutup dan Konsultan Pengawas tidak secara khusus diminta
untuk memeriksa sebelumnya, dan bila Konsultan Pengawas menghendaki pekerjaan
tersebut harus dibuka/dibongkar untuk diperiksa, makan pekerjaan yang dibongkar tersebut
harus ditutup kembali atas biaya Kontraktor.
d. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan persyaratan, petunjuk dan
perintah Konsultan Pengawas atau contoh yang telah disetujui maka bahan tersebut ditolak,
dan harus dibongkar dan dikeluarkan atas perintah Konsultan Pengawas dengan segala
resiko sepenuhnya menjadi Tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 24 : PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PROYEK :


a. Semua Resiko Baik mengenai salah hitung terhadap harga maupun jumlah satuan Volume
yang diajukan dan biaya-biaya lain yang tak terduga adalah tetap menjadi tanggung jawab
pemborong.
b. Pemborong sudah harus memperhitungkan / mempertimbangkan semua
kemungkinankemungkinan yang akan terjadi dilapangan dalam pelaksanaannya nanti, yang
berhubungan dengan adanya pemborong-pemborong lain (Sub-Kontrak) untuk pelaksanaan
proyek tersebut.
c. Perhitungan Bill of Quantity yang diberikan kepada seluruh peserta lelang sifatnya tidak
mengikat, yang artinya boleh ditambah maupun dikurangi, tergantung dari pada hasil
perhitungan Kontraktor terhadap gambar rencana yang diterima, BQ hanyalah sebagai
pedoman / Acuan. Untuk keseragaman dalam penyajian Setiap peserta akan mendapatkan
masing-masing satu buah copy disket lengkap mengenai BQ, bentuk susunan, maupun
formatnya tidak boleh dirubah, terkecuali pada Item : Nama Perusahaan, Tanggal, dan Hal
pekerjaan.
d. Andaikata ada penambahan item / Volume pekerjaan yang terlewatkan, hendaklah dibuat
dilembar / file lain Dengan diberi judul : Penambahan Item pekerjaan / BQ.
e. Penambahan tersebut harus disusun / disesuaikan menurut Sub-Sub pekerjaan yang ada
pada BQ, maksudnya untuk mempermudah pada waktu evaluasi pemenang tender nanti.
f. Setelah disket BQ diisi dan dilengkapi menjadi RAB (Penawaran), juga harus dilengkapi /
dibuat pada disket tersebut antara lain file-file sebagai berikut :
1. Daftar Harga Satuan Bahan / Material Lengkap;
2. Daftar Harga Satuan Upah Pekerja Lengkap;
3. Daftar Harga Satuan Alat Yang Disewa lengkap;
4. Daftar Analisa Harga Satuan lengkap.
g. Disket yang telah terisi lengkap tersebut diatas harus dikembalikan lagi pada panitia, dan
dimasukan bersama-sama amplop penawaran untuk diserahkan pada waktu pemasukannya
nanti.

Pasal 25 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG


a. Pekerjaan tambah kurang adalah pekerjaan lain dari yang dimaksudkan dalam RKS dan
gambar - gambar, berupa penambahan, perubahan bentuk, pengurangan dan peniadaan
suatu bagian pekerjaan.
b. Suatu pekerjaan hanya dapat dianggap sebagai pekerjaan tambah kurang, apabila ada
perintah/persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas ataupun dari Pemberi Tugas. Dan
Kontraktor wajib melaksanakan sejauh bagian pekerjaan yang ada hubungannya dengan
ruang lingkup kontrak.
c. Ketidak lengkapan uraian jenis pekerjaan dalam Surat Penawaran tidak dapat dianggap
sebagai pekerjaan tambah kurang apabila jenis pekerjaan tersebut telah disebutkan dalam
Dokumen Kontrak atau salah satu bagian dari padanya.
d. Pekerjaan tambah kurang dinilai atas dasar harga satuan bahan dan upah yang diajukan /
tercantum dalam kontrak. Dalam hal tidak adanya jenis pekerjaan tersebut dalam kontrak,
maka harga satuannya dinilai berdasarkan permufakatan harga analisa satuan pekerjaan,
sedangkan keputusan terakhir tetap berada dipihak Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
e. Penyusunan Pengajuan Anggran Biaya pekerjaan tambah-kurang, harus dibuat dalam suatu
Berita Acara, dan disyahkan dalam rapat Berkala mingguan, ditanda tangani oleh Pihak
Kontraktor dan Konsultan Pengawas.
f. Pembayaran Biaya pekerjaan tambah kurang dilaksakanan setelah penyerahan kedua
seluruh pekerjaan, dan diterima oleh Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.

Pasal 26 : PENYERAHAN PEKERJAAN


a.Penyerahan pekerjaan dilakukan 2 (dua) kali yaitu :
1. Serah Terima Kesatu
2. Serah Terima Kedua
b.Serah Terima Kesatu dilakukan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan sesuai dengan
Dokumen Kontrak dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas bahwa
kewajiban-kewajiban tersebut dilaksanakan dengan sempurna termasuk penggambaran -
penggambaran kembali (as-built-drawing) dari bagian-bagian pekerjaan. Konsultan
Pengawas akan memeriksa gambar-gambar tersebut untuk menyetujui atau mensyaratkan
perbaikan. Konsultan Pengawas tidak akan mengeluarkan Berita Acara Penyerahan Kedua
jika kewajiban-kewajiban tersebut belum diselesaikan dengan sempurna.

Pasal 27 : PEMELIHARAAN
a. Kewajiban Kontraktor dalam masa Pemeliharaan meliputi Penyempurnaan pekerjaan
pekerjaan yang dianggap belum sempurna oleh Konsultan Pengawas namun dinilai tidak
terlalu penting untuk menunda Serah Terima Kesatu,
b. Penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang dianggap belum selesai oleh Konsultan Pengawas
namun dinilai tidak terlalu penting untuk menunda Serah Terima Kesatu.
c. Perbaikan pekerjaan-pekerjaan yang saat Serah Terima Kesatu dinyatakan diterima oleh
Konsultan Pengawas, namun dengan persyaratan harus diperbaiki sebelum Serah Terima
Kedua,
d. Penyempurnaan, penyelesaian maupun perbaikan pekerjaan-pekerjaan yang baru diketahui
kekurangannya pada saat masa pemeliharaan.
BAB II. PERSYARATAN
TEKNIS PERSIAPAN

Pasal 1. PEKERJAAN PERSIAPAN :

1.1 Lingkup Pekerjaan :

Yang dimaksud pekerjaan persiapan meliputi dan tidak terbatas untuk pekerjaan
permulaan, penunjang, pendukung atau pelengkap dari seluruh pekerjaan, yang
terdiri dari :
a.Mobilisasi dan Demobilisasi
b.Pengukuran, dan Papan Dasar (Bouwplank)
c.Penyediaan Air dan Listrik Kerja
d.Pembersihan Site

1.2 Mobilisasi dan Demobilissi :

a. Untuk menunjang kelancaran pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan untuk


melengkapi peralatan- peralatan berat misalnya :alat pancang, Crane, Bulldozer,
stoomwals atau alat berat lainnya yang diperkirakan akan dibutuhkan di lapangan.
Dengan mendatangkannya dari Rental Ke lokasi proyek , Serta mengembalikannya
bialamana peralatan tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi.

b. Dalam pengadaan tenaga kerja dan keperluan lainnya, kontraktor harus


mendatangkannya sendiri kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga dapat
memperlancar lajunya pekerjaan di proyek. Segala kekurangan kekurangan
mengenai peralatan maupun tenaga kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.3 Pekerjaan Pengukuran

a. Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan, dasar ukuran dipakai patok koordinat


yang ada dilapangan , ataupun sudut-sudut bangunan, serta elevasi lantai
bangunan yang ada dilokasi pekerjaan.

b. Untuk mendapatkan posisi dan ketepatan dilapangan, setiap bagian


pekerjaan harus diperhatikan dan segala petunjuk yang ada dalam gambar kerja
dan semua ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja & Syarat.

c. Alat ukur yang dipakai minimal adalah Waterpass dan Theodolit yang sesuai dan
sudah di Kalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat dipertanggung
jawabkan.

d. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukuran selama pekerjaan berlangsung


berikut ahli ukur yang berpenga laman sehingga apabila dianggap perlu setiap
saat siap mengadakan pengukuran ulang.

e. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan


menggunakan alat optik dan sudah ditera kebenarannya / dikalibrasi. Pengukuran
sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagi an-bagian yang kecil dan atas persetujuan Pengawas.

f. Hasil pengukuran lengkap mengenai Peil elevasi, sudut, kordinat, serta letak
patok-patok harus dibuatkan gambarnya dan dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

11
1.4 Pekerjaan Papan Dasar (Bouwplank)

a. Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk membuat tanda tetap sebagai


dasar ukuran ketinggian bagian-bagian pekerjaan ini.

b. Untuk dasar ukuran sumbu-sumbu bangunan harus dibuat papan dasar


pelaksanaan (bouwplank) dari bahan kayu papan Kls 3 ukuran 3/20 cm dengan
permukaan atasnya diserut datar dengan rangka/tiang haruskuat & kokoh.

c. Tinggi sisi atas papan dasar dalam pelaksanaan harus sama satu sama lainnya
(Waterpass), kecuali dikehendaki lain, karena kondisi lapangan dan atau atas
petunjuk Pengawas. Papan dasar dipasang sejauh minimum 100 cm dari sisiluar
galian tanah terluar dari pekerjaan.

d. Setelah selesai pemasangan papan dasar, Kontraktor harus melapor kepada


Pengawas untuk dimintakan persetujuannya serta harus menjaga dan memelihara
keutuhan dan ketetapan letak papan dasar ukur sampai tidak di perlukan lagi dan
dibongkar atas persetujuan Pengawas

1.5 Pekerjaan Penyediaan Air & Listrik Kerja

a. Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air bersih untuk keperluan


pelaksanaan pekerjaan termasuk pompa dan bak air. Air harus selalu bersih,
bebas dari lumpur, minyak, bahan organis lainnya yang merusak.

b. Kontraktor harus mengadakan sendiri fasilitas daya listrik secukupnya, dari


generator guna kebutuhan penerangan proyek dan untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan.

c. Semua biaya pengadaan fasilitas tersebut diatas dan lainnya menjadi


tanggung jawab Kontraktor.

d. Fasilitas air dan listrik yang ada ditapak tidak diperkenankan untuk
dipergunakan, terkecuali ada izin tertulis dari pihak yang berwenang.
BAB III. PERSYARATAN
TEKNIS LANSEKAP

Pasal 1. PEKERJAAN LUAR BANGUNAN :

1.1 Lingkup Pekerjaan :

1. Perkerasan Jalan Dan Parkir


2. Pekerjaan Kanteen (Batu Pinggir)
3. PekerjaanPaving Block.

1.2 Perkerasan Jalan Dan Parkir :

1.2.1 Lingkup Pekerjaan:

Yang termasuk Lingkup pekerjaan ini adalah Pekerjaan Perkerasan Jalan / Parkir batu
Kanstein dan trotoar, tidak terbatas dari keseluruhan Detail yang ditunjukan dalam
gambar, untuk klasifikasi jalan lokal, termasuk didalamnya pengadaan bahan, tenaga
kerja serta peralatan yang memadai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut,
hingga diterima dengan memuaskan, diantaranya jenis-jenis pekerjaan :

a.Pekerjaan Lapisan tanah dasar (Sub-Grade CBR 6%)


b.Pekerjaan Lapisan pondasi bawah (Sub-Base Course CBR 30%).
c.Pekerjaan Lapisan Pondasi (Base Course CBR 80%)

1.2.2 Pekerjaan Lapisan Tanah Dasar (Sub-Grade-CBR 6%)

Persayaratan Pelaksanaan :

a. Pekerjaan lapisan tanah dasar adalah dimulai dari pembuatan jalur pembentukan
badan jalan termasuk bahu jalan (Shoulder) dan Area Parkir.

b. Pembentukan jalur dan pembentukan badan jalan dari tanah asli dengan penggalian
atau pengurugan sesuai rencana kemudian dipadatkan sebagai dasar permukaan
bawah pondasi dengan nilai socket minimum 6 %.

c. Pemadatan dilakukan dengan alat Three Wheel Power Roller 10 Ton atau pneumatic
Roller, atau dengan peralatan lain dengan persetujun dari Konsultan pengawas.

d. Pemadatan harus mencapai 90% dari derajat kepadatan Modify Proctor. Apabila
terdapat area yang sulit dicapai nilai kepadatan yang disyaratkan, maka Kontraktor
diwajibkan untuk mengganti struktur lapisan tanah tersebut dan atau
menambahkannya dengan bahan urugan tanah atau sirtu yang baik, dan jika
struktur lapisan tanah tersebut sulit untuk mencapai kepadatan karena kondisinya
jelek, maka kontraktor harus mengulanginya mesal dengan pemasangan cerucuk
bambu dan atau lainnya sehingga badan jalan mempunyai nilai kepadatan sesuai
yang disyaratkan, pekerjaan tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor.

e. Selama pemadatan harus selalu dikontrol kadar air dari material yang sama dengan
kadar air optimum dari hasil test compaction modified proctor dari contoh material.

f. Lapisan yang dipadatkan harus ditest dengan field dry density test untuk mengetahui
kepadatan tanah yang dicapai serta moisture consten untuk masing masing arera
pekerjaan dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
g. Pengetesan dilakukan untuk setiap maksimum seluas 400 m2 untuk mengetahui nilai
CBR yang dicapai.

1.2.3 Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah (Sub-Base Course-CBR 30%) Klas .C

2.3.1 Persyaratan bahan :

a. Agregat Sub-base course dapat dipergunakan sirtu yang terdiri dari batuan kerikil
keras, batu-batu bulat yang bercampur dengan pasir pasir dan clay. Batuan yang
dipakai harus kekal tidak mudah pecah serta tidak mengandung butir-butir pipih
melampui 20 % dari berat agregat seluruhnya.

b. Agregat sub-base dapat terdiri dari komposisi pasir, kerikil dan lempung (Clay)
yang bercampur secara alami atau buatan (Crushed Stone) serta harus memenuhi
persuaratan gradasi sebagai berikut ;

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASTM Standard SIEVE Prosentase berat butir yg lewat
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. 100
1 1/2" 60 - 90
1. 46 - 78
3/4" 40 - 70
3/8" 24 - 56
No.4 13 - 45
No.8 16 - 36
No.30 2- 22
No.40 2- 18
No.100 0- 10
*Sand equivalent (AASHO T.176) Min 30
*Kahilangan Berat akibat abrasi
dari partikel yang tertinggal
pada ayakan ASTM No.12 (AASHO T.96) Max 40
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Sirtu yang akan digunakan sebagai bahan Sub-Base Course harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.

2.3.2 Persyaratan Pelaksanaan

a. Sirtu harus disebarkan secara merata tebal perlapisnya maksimal 15 cm atau


sesuai gambar, dengan menggunakan Blade Gladers, sebaiknya menggunakan
kendaraan bergerak yang diperlengkapi Speader Boxes atau alat penyebar
Agregat lainnya, kemudian dipadatkan dengan menggunakan Rollers yang
beratnya minimal 10 ton atau Pneumatic Rollers dan lainnya atas persetujuan
pengawas.

b. Penyebaran dilakukan dengan memperhatikan agar tidak terjadi segregasi bahan


dan panjang penyebaran sebaiknya tidak lebih dari 150 m.

c. Kemiringan profil harus sesuai dengan kemiringan yang tercantum didalam


gambar kerja. Lintasan pemadatan dilakukan harus dari kedua sisi luar perkerasan
menuju ketengah, sejajar as jalan kecuali pada Superelevasi tikungan,
pemadatan harus dimulai dari tepi yang terendah sejajar as jalan menuju kebagian
yang lebih tinggi.

d. Kepadatan lapisan base course ini harus mencapai nilai CBR 30% minimum.
Pengetesan dilakukan untuk setiap luas minimal 400 m2 perlapis pemadatan untuk
mengetahui nilai CBR yang tercapai akibat pemadatan yang dilakukan.
e. Pengawas berhak menolak dari pekerjaan apabila tidak memenuhi syarat seperti
pemasangan bahan yang tidak baik dan pemadatan tidak mencapai kepadatan
yang diinginkan. Kontraktor harus membongkar/mengolah,memperbaiki kembali dan
merupakan tanggung jawab Kontraktor. 1.2.4 Pekerjaan Lapisan Pondasi (Base
Course-CBR 90%) Klas : A

1.2.4.1 Persyaratan Bahan :

a. Agregat base course yang dipergunakn terdiri dari sirtu yang merupakan campuran
pasir, kerikil dan lempung.
b. Agregat harus memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut,

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASTM STANDARD SIEVE PROSENTASE
BERAT LEWAT
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
.2 1/2" : 100
.2 " : 100
.1 1/2" : 35 -70
.1 " : 0 -15
.1/2 " : 0 -5
.Toughness (ASTM D3) : min 6
.Loss by Sodium Sulphate soundness- :
test (AASHO T-104) : max 10%
.Loss by Magnesium Sulphate sound- :
ness test (AASHO T-104) : max 12%
.Loss by abrasion after 100 revulu- :
tions (AASHO T-96) : max 10%
.Tin and elengated pieces bay weight :
(Piece larger than 1" weight thick- :
ness less than 1/5 length) : max 5%
.Shopt fragments (ASTM C.235) : max 5%
.Clay lumps (AASHO T.112) : max 0,25%
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
c. Agregat / sirtu yang akan dipergunakan untuk base coarse ini, sebelum pelaksanaan
penebaran harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pengawas.

2.4.2 Persyaratan Pelaksanaan

a. Menyebarkan Agregat harus dalam lapisan Uniform dengan cara dicampur


memakai alat Blade Graders atau sebaiknya menggunakan kendaraan bergerak
yang diperlengkapi speaders Boxes atau alat penyebar agregat lainnya.

b. Kemudian dipadatkan setiap 10 cm lapisan dengan menggunakan Vibratory Rollers


yang beratnya minimal 12 Ton atau Pneumatic Rollers danlainnya atas persetujuan
Pengawas.

c. Cara penyebaran agregat dan pemadatannya sama seperti pada lapisan Sub-Base.

d. Lintasan pemadatan dilakukan sedemikian cara sehingga mencapai nilai CBR 80%
minimum.

e. Pengetesan (Field Test) dilakukan untuk setiap luas 400 m2 perlapis pemadatan
untuk mengetahui CBR yang diperoleh.

f. Permukaan Base Course harus rata, tidak bergelombang dan dijaga agar tidak
terdapat segala kotoran atau bahan lain yang merugikan konstruksi.
g. Apabila pekerjaan base Course ini terdapat penyimpangan dan atau tidak memenuhi
syarat, maka Kontraktor wajib memperbaiki sesuai mutu yang disyaratakan dan
Pekerjaan yang diakibatkannya merupakan tanggung jawab Kontraktor.

1.2.5. Kanstein(Batu Pinggir) :

2.6.1 LingkupPekerjaan :

Yang dimaksud dengan pekerjaan Pasangan Kanstein ini meliputi dan tidak terbatas
dari seluruh pengadaan bahan, tenaga, peralatan yang diperlukan, serta tidak terbatas
dari seluruh detail yang ditujukan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.

2.6.2 Persyaratan bahan :

Pekerjaan Kanstein ini memakai Beton Pracetak setaraf Produk Lokal Kw.1, Beton
Kanstein harus memenuhi persyaratan SII maupun PUBI.

2.6.3 Penggunaan Bahan :

a. Untuk Pemasangan Lurus :

Type Kanstein : K.1 (Lurus)


Ukuran : 30 x 20x 10 cm
Kuat Tekan : 300 Kg/ cm2

b. untuk pemasangan belokan :

Type Kanstein : KansteinBoog (Lengkung)


Ukuran : Sesuai Brosur
Kuat tekan : 300 Kg/ cm2

c. Untuk pemasangan Inlet Air Hujan :

Type Kanstein : KansteinInlet


Ukuran : Sesuai Brosur
Kuat Tekan : 300 Kg/cm2.

Atau sesuai dengan gambar perencanaan, dan petunjuk Konsultan Pengawas

dilapangan. 2.6.4 Persyaratan Pekerjaan :

a.Pengkuran :

Sebelum pemasangan Beton Kanstein dimulai, terlebih dahulu harus diukur


kelurusannya. Patok-patok ukur, maupun tanda-tanda harus dipasang, untuk
memudahkan Pekerjaan Pemasangan Beton Kansteintersebut.

b.Galian :

Setelah pemasangan patok-patok ukur maupun tanda-tanda , kontraktor wjib


memberitahu kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa.
Setelah disetujui oleh Konsultan pengawas, baru galian bisa dimulai, dengan ukuran
dalam maupun lebar disesuaikan dengan gambar perencanaan.

c.Urugan Pasir :
Sebelum pemasangan batu Kanstein, bagian dasar galian harus ditimbris dahulu,
agar permukaan tanahnya keras. Setelah itu urugan pasir setebal minimal 5 cm
dihamparkan pada dasar galian tersebut, dan dipadatkan.
d.Pemasangan Beton KansteinPracetak :

Beton Kanstein Pracetak dipasang diatas hamparan pasir, lidah-lidah dari pada
Batu Kanstein tersebut harus saling mengunci, dipasang tegak lurus dengan
pasangan Aspal maupun Paving bloc, sedalam +/-10 cm dari permukaan
tanah/jalan.
Pemasangan Beton Kansteinharus Kokoh dan Kuat, untuk menahan
Gesekan/singgungan dari pada Roda Mobil.

e.Urugan Kembali :
b. Pengurugan dilakukan dengan sempurna, tidak diperkenankan adanya
celah-celah atau ronga- ronga yang masih belum diurug.

c. Jarak horizontal antara Beton Kanstein dengan Material yang bersinggungan


(Aspal ataupun Paving bloc) tidak boleh diurug dengan tanah, melainkan harus
dengan material yang sejenis (Aspal / Paving Blok).

d. Pekerjaan urugan ini harus betul-betul padat, mengunci daripada Beton


Kansntein tersebut, dengan cara Pemadatan tanah dilakukan lapis demi lapis
sambil disiram dengan air.

e. Pemadatan tanah harus menggunakan alat pemadat yaitu mesin pemadat


(Stamper) dengan kapasitas pemadatan sebesar 500 s/d 1000 Kg.

f.Pengukuran Hasil Kerja :

 Pemasangan Batu Kanstin harus menghasilkan suatu garis lurus, Permukaan


Bagian Luar, bagian dalam, maupun bagian atas harus rata, tidak bergelombang,
Kokoh dan Kuat.
 Kegagalan dari pada pemasangan Beton Kansteinini, diantaranya pemasangan
tidak lurus, Beton Kanstein masih Goyah, tidak rata, dan tidak memenuhi
persyaratan lain, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar kembali, dan
diperbaiki dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 2. PEKERJAAN TROTOAR.

2.1 Lingkup Pekerjaan

Sesuai dengan gambar pereancanaan dan petunjuk Konsultan Pengawas.

2.2 Persyaratan Bahan :

2.2.1 Pavingblock

a.Bentuk

Sisi vertical harus tegak lurus dengan permukaan atas Pavingblock dan dapat saling
mengunci satu sama lain dengan baik. Warna untuk Trotoar adalah : (Ditentukan
Kemudian) dengan kwalitas Lokal No.1, tebal 6 cm.

b.Kuat tekan.

Kuat tekan rata-rata tidak boleh kurang dari 400 Kg/Cm2.


 Pengadaan bahan harus dari satu produk, didatangkan harus dalam keadaan
baik, tidak retak, warna merata serta mendapat persetujuan dari Pengawas.

 Pasir extra beton adalah pasir alam bukan pasir laut dan bila terpaksa
dikehendaki harus dicampur dengan proporsi yang tepat, berbentuk tajam dan
keras serta tidak mengandung kotoran.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan :

Semua pelaksanaan harus sesuai dengan standard sebagai berikut :

. NI-2
. NI-3
. NI-8
. AASHTO T-99

2.3.1 Contoh :

Sebelum pemasangan dilakukan Kontraktor harus mengajukan Merk/Produk yang akan


dipakai, kemudian Pengawas mengambil contoh secara Random langsung dari Pabrik
pembuatnya dan kemudian diadakan pengecekan sesuai dengan persyaratan diatas.

2.3.2 Penelitian Kwalitas Dilapangan :

Pengambilan contoh secara random atas bahan-bahan yang telah berada dilapangan
dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Pengawas, semua biaya
pengujian dan meterial menjadi beban kontraktor.

a.Pekerjaan lapisan pasir extra beton (sand bedding) diatas pondasi/ base course
setebal 7 cm atau sesuai gambar, dilakukan dengan hamparan yang merata dan harus
diperhatikan luas hamparan pasir harus dapattertutup paving dalam satu hari.

b.Pada saat penghamparan, sand bedding harus kering dengan kadar air terkandung
maksimum 8 %, serta harus dijaga terhadap hujan dan aliran air sebelum pemasangan
paving dan pemadatan.

c.Pemasangan Pavingblock sesuaidengan pola pada gambar, ditata rapih, merata


dengan jarak naad /joint scaping 3-4 mm lurus dan saling tegak lurus pada persilangan.

d.Khusus untuk pemasangan Pavingblock, adalah dengan pola sesuai gambar rencana.

e.Pemadatan dilakukan menggunakan Plate vibratory dengan luas dasar 0,35 - 0,50
m2 dan centrafugal force 1,6-2,0 ton. dimulai dari satu sisi tepian Kansteinpengunci
kebagian sisi lain dan dari bagian terendah menuju bagian yang tertinggi dengan
jumlah lintasan minimumsebanyak 3 kali.

f.Pemadatan tidak dilakukan bila mendekati tidak kurang dari 1,0 meter dari bagian
pemasangan Pavingblock yang terbuka/ tidak terjepit Kansteinpengunci.

g.Apabila tidak disebutkan lain dalam gambar, maka kemiringan profil melintang
dibuat 2,5 % dan toleransi permukaan datar adalah 10 mm untuk setiap 3 m garis lurus
serta masing-masing Pavingblock perbedaan ketinggiannya tidak lebih dari 2 mm.

h.Pekerjaan sand filler yaitu pengisian celah Pavingblockk /joint scaping setelah
dilakukan pemadatan, dengan pasir extra beton yang diayak dengan kawat nyamuk.
Pengisian dengan alat manual sederhana sehingga seluruh celah/naad terisi penuh
dengan pasir.
i. Pemotongan Pavingblock harus menggunakan mesin potong Pavingblock khusus
sesuai persyaratan dari pabrik.

Apabila terjadi ketidak sempurnaan misal Pavingblock yang sudah terpasang pecah,
pemasangan bergelombang atau beda ketinggian sangat mencolok, maka Kontraktor
wajib membongkar dan atau memasang kembali dengan Pavingblock baru.
BAB IV. PERSYARATAN
TEKNIS ARSITEKTUR

Pasal 1. PEKERJAAN PASANGAN :

1.1 Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan pasangan disini termasuk didalamnya pengadaan material, tenaga kerja,


peralatan, serta pemasangan s/d finish,sehingga pekerjaan pasangan tersebut dapat
diterima oleh Konsultan Pengawas. Diantaranya yang termasuk lingkup pekerjaan
pasangan disini adalah :

1. Pekerjaan Pasangan DindingRingan


2. Pekerjaan Pasangan Plesteran & aciMU
3. Dan Yang nyata-nyata tergambar padaGambar perencanaan.

1.2 U m u m.

Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila
ternyata ada kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut, maka pemborong harus
minta persetujuan Pengawas untuk menetapkannya.

1.3 Standard.

Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standard sebagai berikut ;

a.Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3


b.Peraturan Cement Portland Indonesia NI-8
c.Peraturan bata Indonesia NI-10
d.Standarad Industri Indonesia (SII)
e.Persyaratan UmumBahan Bangunan (PUBI)
f.Dan seluruh Standarisasi yang menyangkut bahan bangunan yang dipakai untuk
pekerjaan pasangan ini..

1.4 Bahan Dasar :

1. Semen Portland/ MU

Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kwalitas seperti yang dipakai pada
pekerjaan beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada
peraturan Semen Portland Indonesia NI-8

2. Pasir.

Pasir yang dipergunakan adalah jenis pasir yang biasa dipakai untuk pasangan bata
merah / , batu kali dsb, sesuai dengan persyaratan sebagai berikut ;

a.Pasir harus bersih dari segala kotoran, diantaranya ranting-ranting pohon, sampah,
dsb.

b.Pasir tidak boleh mengandung lumpur, serta gumpalan-gumpalan tanah liat.

c.Pasir tidak boleh mengandung bahan organik lainnya serta bahan kimia yang
akan merusak terhadap pasangan itu sendiri.
d. Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang tajam serta keras, dan tidak dapat
hancur jika ditekan dengan tangan.

e.Jenis pasir laut tidak diperkenankan untuk dipakai, terkecuali pasir tersebut
sudah melalui proses penetralisiran dari pada sifat garam yang dikandungnya dan
sifat lainnya.

3. A i r .

Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya
yang dapat dilihat secara visual. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi
lebih dari 2g/lt, tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak pasangan (asam-asam, zat organik dsb) lebih dari 15g/lt. Semua air yang
mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut
pemakaiannya. Air yang berada dilokasi tidak diperkenankan untuk dipakai,
terkecuali ada izin dari Konsultan pengawas atau lainnya.

4.. Bata merah.

Bata merah yang dipakai harus berbentuk standard berbentuk prisma segi empat
panjang, bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakan
adanya cacat-cacat yang merugikan.
Bata merah harus mempunyai kekuatan tekan, yaitu kuat tekan rata-rata yang
diperoleh dari hasil pengujian 30 bh contoh, berikut koefisien vareasinya untuk
masing-masing kelas bata seperti dibawah ini :

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kekuatan tekan rata2 min. Koef.vareasi yang
Kelas dari 30 bh bata yg diuji diizinkan dari rata
------------------------------------ rata kuat tekan bata
Kg f/cm2 N/mm2 *) yang diuji, %
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
25 25 2,5 25

50 50 5 22

100 100 10 22

150 150 15 15

200 200 20 15

250 250 25 15
-------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------- *) IN = 0,102 kg f.
Bata merah tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya
sehingga pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 50% permukaan bata
tertutup tebal oleh bercak- bercak putih.

Bata merah/ Bata Ringanharus memenuhi persyaratan SII No.0021-78.

5. Adukan :

Adukan harus dicampur ditempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai
alas yang rata dan keras,tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada
persetujuan dari pengawas. Kalau tidak ditentukan lain mencampur dan mengaduk
boleh dilakukan dengan tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai
memperlihatkan warna adukan yang merata.
6. Komposisi :

Jenis Adukan berikut harus dipakai sesuai dengan yang disebutkan dalam gambar
atau dalam uraian dan syarat-syarat, terbagi dalam :

* Jenis Adukan Type ( M.1 ): 1 Pc : 3 Ps.

 Seluruh Pasangan dinding bata merah kedap air.


 Seluruh Plesteran Kedap Air.
 Sponing-Sponing.
 Semua Pasangan Rolag Bata merah .
 Tali Air.
 Semua Pasangan Lantai Keramik pada R.Toilet.
 Semua Pasangan Dinding Keramik Pada R.Toilet.

* Jenis Adukan Type ( M.2): 1 Pc : 5 Ps

 Semua Pasangan Dinding Bata merah biasa


 (Exterior / Interior )
 Semua Plesteran Biasa (Exterior / Interior)
 Semua pasangan Lantai Keramik biasa interior / Exterior.

* Jenis Adukan Type ( M.3 ): 1 Pc : 3 Ps : 5 Ps

 Semua Pasangan Lantai Rabat Beton/Beton Tumbuk.


 Alas Lantai ( Screed ) dari Lantai Keramik, pada lantai yang berhubungan dg
tanah.
* Jenis Adukan Type ( M.4 ): 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

 Kolom Praktis
 Ring Balok Praktis
 Sloof Praktis
 Balok Latai Diatas Pas.Kusen.
 Meja beton

1.5 Pekerjaan Pasangan

Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud pekerjaan dinding ini meliputi dan tidak terbatas dari seluruh detail
yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk pengawas yang terdiri
dari :

a.Pekerjaan pasangan DindingBataRingan


b.Pekerjaan pasangan plesteran dan acian
c.Pekerjaan dinding keramik.
d.Pekerjaan Lain yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan.

1.6 Pekerjaan Pasangan dinding Bata Merah .

1. Persyaratan Bahan

a.Seluruh bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding seperti pasir,
cement, air , bata merah dan sebagainya sesuai dengan bunyi pasal persyaratan
bahan yang telah diuraikan diatas pada buku ini.

b.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh


material yang akan
dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding ini untuk mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.

2. Persyaratan Pelaksanaan

a.Adukan untuk pasangan dibuat secukupnya untuk pekerjaan lebih kurang satu
jam, Adukan yang tidakterpakai dalam 1 jam tidak boleh dipakai lagi dan atau adukan
yang sudah sifat semennya mulai mengeras.

b.Komposisi :Jenis Adukan disesuaikan dengan bab yang telah disebutkan diatas.

c.Sebelum dilaksanakan pemasangan, bata merah harus dibasahi / direndam air yang
bersih, dalam bak atau drum hingga mencapai kejenuhan.

d.Untuk semua dinding luar maupun dalam, lantai dasar mulai dari permukaan
sloof/balok sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai, daerah ruang basah
dan daerah lain sesuai gambar digunakan adukan kedap air M.1 (trasraam).

e.Jika tidak ditentukan dalam gambar perencanaan untuk penempatan-penempatan


kolom Praktis, maka bidang dinding bata merah / yang luasnya lebih besar dari 12
m2 harus ditambah kolom praktis dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok
diameter 10 mm, sengkang diameter 6 mm jarak 15 cm, jarak antara kolom
maksimum 3,00 m. Pemasangan bata merah dilakukan bertahap, setiap hari
maksimum 20 lapis setiap harinya, diikuti dengan pengecoran kolom-kolom praktis
dan ikatan angker angker kusen, baut-baut, seperti gambar detail untuk
melengkapi pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan.

f.Bagian pemasangan bata merah yang berhubungan dengan setiap bagian


pekerjaan beton (kolom struktur) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter
8 mm jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata merah sekurang-kurangnya 30
cm, kecuali ditentukan lain.

g.Pasangan bata merah harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm berikut


plesteran, Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapih dan tegak lurus dan siku.

h.Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah, terkecuali pada posisi
tertentu yang menghendaki bata merah dipasang dengan ukuran harus dibagi dua.

i.Setelah bata merah terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok


sedalam 1 cm dan dibersihkan kemudian disiram dengan air.

j.Seluruh pasangan bata merah harus dilindungi terhadap kerusakan yang


diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan Kontraktor wajib
memperbaikinya. Seluruh biaya perbaikan merupakan tanggung jawab kontraktor.
k.Bila Ada Pekerjaan-pekerjaan Pasangan dinding bata merah yang tidak diterima
oleh pihak pengawas, dikarenakan dalam pengerjaannya diluar aturan-aturan yang
belaku, maka perkerjaan tersebut harus dibongkar, dan diperbaiki lagi atas beban
Kontraktor.

l.Pekerjaan pasangan bata merah terdiri dari dua macam pekerjaan, yaitu pekerjaan
pasangan bata merah dengan tidak difinish plaster ( Exposed), dan pasangan bata
merah / yang difinish plaster, adapun tempat-tempat dimana pasangan bata merah
tersebut dipasang harus sesuai dengan gambar perencanaan.

m.Khusus untuk pekerjaan bidang pasangan bata yang tidak diplaster (Exposed)
pengerjaannya harus baik/rapih, dengan naad-naad lurus waterpass maupun vertikal
siku antara yang lainnya, pemilihan material bata merah maupun harus bersudut baik
tidak gompal dan sebagainya, bata merah harus dipilih yang mulus, agar pasangan
bata merah tersebut dapat menghasilkan pasangan yang baik.
Naad-naad dipasang dengan ketebalan tidak boleh memelebihi 2 cm rata kesegala
arah, dan setelah agak kering, naad tersebut dikerok masuk ke dalam kurang lebih ‰
cm.

1.7 Pekerjaan Plesteran ;

1.7.1 Lingkup Pekerjaan

a.Pekerjaan Plesteran termasuk didalamnya menyediakan tenaga kerja,


bahan-bahan, peralatan berikut alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk
terlaksananya pekerjaan ini dengan mendapatkan hasil yang baik.

b.Pek.plesteran & Pelapisan yang dilaksanakan adalah :


-Plesteran biasa (M.2)
-Plesteran kedap air (M.1)
-Plesteran halus (acian)

1.7.2 Persyaratan Pekerjaan Plesteran

a.Dalam melaksanakan pekerjaan ini, ikuti semua petunjuk dalam gambar kerja
bangunan terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal /tinggi / peil dan bentuk profilnya.

b.Dituntut keahlian dalam melaksanakannya, ketelitian serta penggunaan peralatan


yang baik.

1.7.3 Matrial / Bahan

a.Semen yang digunakan harus memenuhi syarat NI-8 type I menurut ASTM atau
S-400 menurut standard Portland Cement. Jenis semen yang dipilh dari produk
semen Tiga Roda, Semen Padang, atau yang setaraf, penyimpanan harus ditempat
yang kering dan rapat air, terangkat dari tanah. Ditumpuk sesuai dengan syarat
penempatan semen menurut urutan pengiriman.

b.Pasir dipilih dari jenis pasir pasang yang kasar, tajam, bersih dan bebas
dari tanah liat/lumpur/campuran lain. Pasir ini harus mempunyai gradasi ukuran dan
bentuk yang sama sesuai persyaratan : NI-3 pasal 1, dan NI-2 bab 3.3.

c.Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan minyak, bahan organik,
garam asam alkali.

d.Semua material sebelum dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan


Pengawas Lapangan. Contoh bahan oleh kontraktor ditunjukkan dan diserahkan
kepada Konsultan Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya sebelum
dipasang.

1.7.4 Campuran Plesteran

a.Untuk semua bidang yang diplester dipakai campuran aduk 1 pc : 5 pasir (M.2)

b.Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan


campuran yang homogen.

c.Semua campuran aduk plesteran harus benar-benar tercampur rata dan


homogen.

1.7.5 Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran :

a.Untuk pasangan bata merah / sebelum diplester, harus dibasahi terlebih dahulu
dan siar- siarnya dikerok sedalam – 1 cm.
b. Untuk beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan dari
sisa-sisaCetakan/acuan dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu.
c.Untuk bidang pasangan Bata merah / yang diplester harus difinish dengan
plesteran halus (acian) di atas permukaan plesterannya.

d.Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) tempelan seperti pasangan
Keramik pada R.Toilet Putra / Putri , pada permukaan plesterannya diberi alur-alur
garis horizontal untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya.

e.Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom /l antai


yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Minimal tebal plesteran 1,5 cm dan jika ketebalan melebihi 3 cm harus diberi
Ram kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya.

f.Untuk setiap pertemuan bahan berbeda jenis yang bertemu dalam satu bidang
datar, harus diberi naat dengan ukuran lebar 0,7 cm dan dalamnya 0,5 cm.

g.Untuk permukaan yang datar batasan toleransi perlengkungan atau


pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, kontraktor berkewajiban memperbaikinya atas tanggung jawabnya.

h.Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar


tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan
penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat. Jika terjadi keretakan
sebagai akibat pengeringan yang tidak baik harus dibongkar dan diperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas Lapangan atas tanggungan
kontraktor.

i.Pada dasarnya Plesteran dilaksanakan dalam 3 lapis, yaitu sebagai berikut :

 Lapisan kasar
Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding. Sebelum lapisan kasar
mengeras, harus dibuat goresan melintang. Lapisan ini harus dibasahi
selama tidak kurang dari 24 jam dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan sedang
dipasang.

 Lapisan sedang
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaan yang betul-betul rata,
kemudian dibuat kasar dengan mistar kayu untuk memperoleh lekatan lapisan
halus. Lapisan ini harus tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan mengering.

 Lapisan halus
Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan sedang. Lapisan
sedang dibasahi terlebih dahulu sebe-lum lapisan halus. Lapisan ini harus
benar-benar rata dan halus dengan menggunakan air kapur dan semen,
sehingga diperoleh permukaan licin/halus, bebas dari bidang yang kasar,
tanpa bekas sendok atau noda lainnya. Lapisan ini harus dibasahi
sekurang-kurangnya 2 hari.

1.7.6 Pemeliharaan

a.Selama pemasangan bata merah / belum difinish, kontraktor wajib


memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan-bahan lainnya.

b.Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan wajib
memperbaikinya.
c. Tidak diperkenankan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari dua (2) minggu,cukup kering dan bersih dari noda
seperti yang diisyaratkan.

Pasal 2. PEKERJAAN ALUMINIUM :

2.1 Lingkup Pekerjaan.

Yang dimaksud dengan pekerjaan Aluminium, meliputi dan tidak terbatas dari
seluruh gambar perencanaan serta detail yang ditunjukan dalam gambar atau sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas yang diantranya pekerjaan tersebut adalah ;

a.Pekerjaan Kusen
b.Pekerjaan louvre
c.Pekerjaan Daun Jendela
d.Pekerjaan Aluminium lainnya sesuai gambar perencanaan.

2.2 Persiapan pemeriksaan ;

a.Pemborong diwajibkan untuk membersihkan semua bidang bidang dinding maupun


lantai yang akan dipasang kusen Aluminium, terutama dari kotoran-kotoran adukan
sement dan sebagainya, serta pada waktu pemasangan kusen, Pintu,Jendela
Aluminium harus dilindungi oleh kertas perekat (Plakband) untuk menghindari kotoran
yang kemungkinan melekat karena pemasangan.

b.Untuk Aluminium baik untuk kusen, daun pintu, jendela, maupun bahan Plat Sheet
digunakan setara produk INDALdengan ukuran disesuaikan dengan gambar
perencanaan. Bahan Aluminium yang dipakai harus ber Anodized, dan sebelum
dipesan kepada pabriknya, pemborong wajib memberikan gambar kerja dan contoh
bahannya kepada Konsultan Pengawas diwaktu pelaksanaan.

2.3 Persyaratan Bahan :

1. Profil Aluminium maupun Plat Sheet harus bermutu baik.


2. Alloy / Billet :Menggunakan bahan Asli tidak terbuat Dari bahan scrap /
sisa.
3. Warna Aluminium :Natural
4. Tebal Anodized :20 micron untuk Exterior dan minimal 10 micron untuk
Interior.
5. Tebal Plat Sheet :2 mm
6. Dimensi yg Dipakai : Untuk Kusen 4
7. Skrup : Type Stainlessteel.
8. Hardware & Parts :Type Stainlessteel
9. Anchor-anchor :Baja Galvanized
10. Sealent:Jenis Silicone warna Bening setaraf
General Electric atau Doawn Corning.

2.4 Persyaratan Pelaksanaan :

a.Kontraktor harus memberikan surat jaminan berupa pernyataan dari Extruder


bahwa : Pewarnaan bisa tahan s/d 20 tahun

b.Kontraktor merupakan tenaga ahli yang mampu dan berpengalaman mengerjakan


pekerjaan ini.

c.Aluminium yang disuply benar-benar sesuai dengan yang diminta dan disertai
Spesifikasi dari pabrik, untuk bahan pegangan pihak Konsultan Pengawas. Bila
dianggap perlu, profil-profil maupun sheet Aluminium yang dipasang harus ditest
di laboratorium yang disetujui oleh Konsultan pengawas.
Test tersebut mencakup ketebalan micron, ketebalan profil, toleransi warna, test
korosi dan sebagainya.

d.Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya sampai berahirnya


masa pemeliharaan, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut ;

 Terjadinya lendutan pada rangka Aluminium sehingga menyebabkan


pecahnya kaca.
 Terjadinya kebocoran-kebocoran (Angin, Air), sebagai akibat daripada
kelalaian dalam pelaksanaan.
 Masuknya debu-debu dari celah yang kurang rapat, dikarenakan
terlewatnya pemasangan Karet Isolasi, Maupun lain-lainnya.
 Kerusakan lain yang diakibatkan oleh kesalahan sistem Konstruksi yang
dipakai sehingga menyebabkan kerugian kerugian dari pihak Pemilik.

g.Semua sitem Kontruksi kusen Aluminium harus diperhitungkan atas

 Dapat menahan beban angin sebesar 90 kg/m2


 Ketahan kebocoran terhadap air hujan 25 kg/m2
 Ketahan terhadap Tiupan angin 4 m3/mr.m

2.5 Contoh-contoh bahan :

a.Sebelum pelaksanaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh


bahan kepada Konsultan Pengawas, sesuai dengan persyaratan, untuk disetujui.
Kontraktor harus mengajukan contoh secara utuh sebuah kusen lengkap dengan
pintu, Jendela, beserta Hardwarenya yang telah terpasang, dan difinish.

b.Contoh tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas.

2.6 Shop Drawing :

a.Semua pekerjaan harus dirakit dan dipasang sesuai dengan gambar kerja (Shop
Drawing) yang sudahdisetujui oleh Konsultan pengawas.

b.Semua Ukuran dalam gambar harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, Ukiuran
yang ada dalam gambar tidak mutlak menjadi patokan dalam pelaksanaan.

c.Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar


kerja/shop drawing untuk pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar rencana,
shop drawing tersebut harus mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas.

d.Gambar Shop drawing tersebut harus menunjukan detail hubungan-hubungan


pemasangan semua komponen dan spesifikasi profil meliputi ukuran, ketebalan,
kekuatan alloy, finish dan sebagainya.

2.7 Tatacara Pekerjaan Pemasangan :

a.Pemasangan seluruh pekerjaan yang terbuat dari Aluminium harus dilaksanakan


oleh tenaga ahli yang telah terlatih dan berpengalaman dalam bidang tersebut dan
mempunyai surat jaminan dari Extruder Aluminium yang dipakai dengan persetujuan
Konsultan pengawas.

b.Sebelum pekerjaan pemasangan dimulai Sub-Kontraktor Aluminium harus


memeriksa semua permukaan yang akan berhubungan dengan pemasangan
Konstruksi Aluminium dan memberi tahukan kepada Konsultan pengawas jika
seandainya ada permukaan yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk dipasang
Pekerjaan Aluminium. Untuk selanjutnya permukan tersebut harus diperbaiki terlebih
dahulu sehinga memungkinkan untuk dipasang kosen Aluminium tersebut.
c.Disarankan untuk pekerjaan Aluminium ini, (Untuk pembuatan kusen, pintu,jendela
dll) hendaknya dilakukan dipabrik secara masinal, dan dilapangan tinggal penyetelan.

d.Pemasangan Karet kaca / Sealent harus sempurna sehingga kaca-kaca tidak


bergetar dan tidak terjadi kebocoran akibat air hujan maupun udara luar.

e.Kontraktor wajib menjaga Seluruh pekerjaan yang terbuat dari bahan Aluminium
yang telah terpasang dari segala benturan benda keras, yang memungkinkan hasil
pekerjaaan Aluminium tersebut menjadi cacat.

f.Andaikata ada pekerjaan yang terbuat dari Aluminium setelah pemasangan masih
terdapat cacat- cacat, segera kontraktor harus menggantinya dengan yang baik, dan
dapat diterima oleh pihak Konsultan Pengawas.

g.Sebelum diserahkan seluruh pekerjaan Aluminium (Kosen,Pintu, Jendela serta


penutup atap kanopy) harus bersih dari segala kotoran yang menempel

Pasal 4. PEKERJAAN KACA :

4.1 Lingkup Pekerjaan :

Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu


lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
 Pekerjaan pengadaan dan pemasangan kaca pada pintu, bouvenlich, maupun
jendela dan pekerjaan lain yang ada pada gambar.

4.2 Persyaratan bahan

Semua kaca yang dipakai dari produk dengan SII -0189/78. Ketebalan kaca
sesuai denga petunjuk gambar. Kaca yang dipakai adalah kaca bening (clear
float glass), kaca yang dihasilkan dari proses tarik, kemudian permukaannya rata,
licin dan bening (kecuali ada ketentuan lain digambar atau atas petunjuk
Konsultan Pengawas). Kaca yang digunakan harus setera
dengan Produk

4.3 Penggunaan jenis kaca :

- Kaca Tempered/ Polos t.5mm


- atau sesuai gambar rencana

4.4 Persyaratan mutu

a.Kaca lembaran harus memenuhi syarat-syarat mutu sebagai berikut :

1. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku
tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm permeter.

2. Dihindari pemakaian kaca yang cacat sebagai berikut:


 Gelembung (Bubles)
Gelembung adalah ruang-ruang yang berisi gas terdapat pada kaca.

28
 Bahan Heterogen (Heterogeneous Material) Bahan heterogen adalah
bagian kaca yang komposisi kimia induk, karena kelalaian index biasnya
dapat mengganggu pandangan.
 Retak (Craks)
Retak adalah garis-garis pecah pada kaca, baik sebagian atau seluruh
tebal kaca.
 Gumpilan Tepi (Edge Chipping)
Gumpilan tepi adalah bagian kaca sisi lebar atau sisi panjang yang
menonjol atau masuk.
 Benang (String) dan Gelombang (Wave)
Benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandang.
 Gelembung adalah permukaan kaca yang berombak dan mengganggu
pandangan. Bebas dari Cacat-cacat yang dapat dilihat dengan sudut
pandang 25 lembaran.
 Bintik-bintik (Spots), Awan (Cloud) dan Goresan (Scratch)
 Bintik-bintik adalah titik-titik pada per mukaan kaca yang berupa
benda-benda bukan kaca dan mempunyai warnalain.
 Awan adalah permukaan kaca yang mengalami kelainan kebeningan.
 Goresan adalah luka garis pada permukaan kaca.
*Lengkungan (Blow) Maksimum 0,5 %.

3. Pemakaian Sealent :

Untuk pekerjaan type J-1 pada pertemuan sudut antara kaca dengan
kaca dengan menggunakan Sealent . Kwalitas sealent yang dipakai
harus memenuhi standar yang berlaku serta sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas. Jenis Sealent yang dipakai berwarna Bening.

PASAL5. PEKERJAAN PENUTUP ATAP :

5.1 Lingkup Pekerjaan :

Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan penutup atap bangunan, berikut rangka-rangka penutupnya,
dan elemen penutup atap lainnya, seperti tercantum dalam gambar perencanaan.

Antara Lain ;

 PekerjaanRangka
 PekerjaanPenutup Atap
 Dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar rencana.

5.2 Persyaratan bahan ;

PenutupAtap :

 Atap / Nok / Flashing:Merk PLANNJA HOKAYU


 Type Yang Dipakai:Econoroof TR 22
 Bahan Dasar:Hot Dipped Galvanized Steel , Kwalitas EN 10142:1990, EN
10147:1992 dg Galvanized Z 275 g/m2.
 Ketebalan Nominal (TCT):0.45 mm
 Lapisan / Coating:Bagian Muka : Primer, Epoxy 6-8 ðm Metallack 25ð+ 5ðm Bagian
Belakang : Top Coat 10 ðm
 Lebar Effective:970 mm
 Warna:Ditentukan kemudian
 Berat per sat.luas:4.35 kg/m2
 Perlengkapan Atap:Plat Bubungan, Flashing, Paku dan Skrup, Paku
Rivet, Self Drilling, sesuai standard

5.3 Persyaratan Pekerjaan :

a.Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan dari


pabrik.

b.Untuk menangani pekerjaan ini kontraktor harus menempatkan tenaga akhli /


tenaga yang telah berpengalaman dibidangnya, atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan pengawas/pbrik.

c.Pemasangan gording Lip Chanel Ukuran 150.65.20.3,2 atau sesuai gambar


perencanaan dengan memperhatikan persyaratan pekerjaan baja pada buku ini.

d.Pemasangan atap Metal Sheet pada gording harus benar-benar rapi dan tertutup rapat.

e.Pemasangan atap steel sheet sebagai penutup atap harus saling mengunci ke arah
Vertikal maupun kearah Horizontal.

f.Bahan atap steel sheet yang terpasang harus sudah memenuhi persyaratan bahan
tersebut dalam bab ini serta telah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.

g.Pemasangan Nok / Bubungan maupun Assoseries lainnya persyaratan perlaksanaan


pemasangan harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat, ataupun petunjuk
Konsultan Pengawas dilapangan.

h.Konsultan pengawas berhak atas percobaan-percobaan uji kebocoran pada atap


tersebut dan andaikata pada atap tersebut terdapat kebocoran maka kontraktor harus
segera memperbaikinya kembali . Kesalahan-kesalahan memaku bukan pada
tempatnya sehingga mengakibatkan berlubangnya atap steel sheet, pihak kontraktor
harus segera menutupnya dengan bahan yang diizinkan oleh pengawas.

5.4 Cara Penyimpanan Dilapangan Atap:

a.Atap Metal Sheet maupun bahan Bubungan pada umumnya dikirim dalam lembaran
lembaran, dan pada waktu pengiriman ke Proyek tidak diperkenankan kena Air Hujan.

b.Pada waktu pengangkutan lembaran-lembaran Atap harus terlindung dari cuaca


hujan, dengan jalan sewaktu pengiriman ke Proyek harus ditutupi dengan kain terpal.

c.Jika lembaran-lembaran atap Metal Sheet belum dipergunakan / dipasang, segera


lembaran- lembaran tersebut disusun rapi, pada dudukan balok kayu yang terlebih
dahulu telah dipersiapkan di site.

d.Dalam Penyimpanan/Penyusunan Lemberan-lembaran atap Metal tidak


diperkenankan menyentuh langsung dengan tanah. Dan jika diletakan pada udara
terbuka, lembaran-lembaran atap Metal Sheet, harus dilindungi dengan kain terpal atau
bahan lpelindung lainnya yang tidak tembus air untuk melindungi dari Embun maupun
Dari Hujan.

e.Hindari pengembunan pada Atap Metal Sheet, karena embun dapat merusak pada
permukaan sehingga akan memeberikan menampilan yang jelek serta dapat
mengurangi usia Lembaran- lembaran tersebut.

f.Jika ternyata tumpukan itu basah maka lembaran-lembaran tersebut harus


dipisahkan dan dibersihkan dengan kain lap yang kering dan bersih.

g.Kemudian aturlah agar terjadi sirkulasi udara yang menyeluruh pada proses
pengeringan.

h.Atap Metal Sheet jangan ditumpuk dalam keadaan terbalik, permukaan bagian
atasnya harus tetap mengarah ke atas.

5.5 Pembersihan Sewaktu / Sesudah Pelaksanaan :

Perlu diperhatikan bahwa paku, rivet dan kotoran lain harus dibersihkan dari atap dan
talang selama pekerjaan berlangsung dan pada akhir pekerjaan setiap harinya.
Korosi dan kemungkinan kerusakan pada lapisan proteksi permukaan atap dapat
terjadi ketika besi atau bahan dasar tembaga/logam dibiarkan tinggal tetap
berhubungan dengan permukaan lembaran atap tersebut pada keadaan suhu
lembab/ basah.
Seluruh Benda-benda sisa yeng menempel pada permukaan Atap, harus segera
dibersihkan.

5.6 Hubungan dengan benda lain :

Untuk menjaga kemungkinan terjadinya kondensasi pada lembaran atap bagian


bawah, maka penumpu baja harus diberi lapisan pelindung dengan meni/cat untuk
menghindari adanya hubungan langsung antara lembaran atap bagian bawah dengan
baja polos sebagai alat penumpu.

5.7 Pekerjaan Atap :

5.7.1 Lingkup Pekerjaan :

Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan penutup atap bangunan, berikut rangka-rangka penutupnya,
dan elemen penutup atap lainnya, seperti tercantum dalam gambar perencanaan.

Antara Lain ;

 Pekerjaan Penutup Atap Poly Carbonate


 Dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar rencana, sebagai perlengkapan
perlengkapan penutup atap Poly Carbonate.

5.7.2 Persyaratan bahan ;

a. Bahan penutup atap menggunakan bahan dari lembaran atap Poly Carbonate ,Produk
sesuai dengan Metode Testing minimal 10 Tahun, yang dinyatakan oleh sertificate test
dari pabrik.

b.Bentuk ukuran serta warna harus sama / seragam dan tidak cacat.

c.Menahan sinar U.V 100%, tahan terhadap segala perubahan cuaca, serta sebagai
bahan isolator panas yang baik.

5.7.3 Persyaratan Pekerjaan :

a.Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan dari


pabrik.

b.Untuk menangani pekerjaan ini kontraktor harus menempatkan tenaga akhli /


tenaga yang telah berpengalaman dibidangnya, atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan pengawas/pabrik.

c.Pemasangan Rangka-rangka untuk penahan atap Poly Carbonate sesuai gambar


perencanaan dengan memperhatikan persyaratan pekerjaan sejenis pada buku ini.
d.Pemasangan dengan arah rusuk vertikal, gunakan gergaji listrik atau Cutter untuk
memetong, serta gunakan bor listrik untuk melubangi dengan kecepatan rendah.

e.Jangan sekali-kali lembaran Atap Poly Carbonate dipaku langsung. Gunakan Skrup
dengan washer dan seal yang terbuat dari bahan yang sesuai, tidak diperkenankan
untuk menggunakan washer dari bahan PVC.

f.Penyekrupan tidak boleh dikencangkan secara berlebihan, yang akan mengakibatkan


retaknya bahan atap tersebut, pelubangan untuk skrup harus dilebihkan 2 mm dari pada
ukuran skrup yang akan dipakai, dipasanga minimum 40 mm dari tepi lembaran.

g.Untuk penyambungan antara atap dengan rangka profil menggunakan sejenis silicone
sealent atau sesuai petunjuk pabrik pembuat.

h.Gunakan Celotape untuk menutup sementara ujung lembaran selama pemasangan


berlangsung agar debu dan serangga kecil tidak masuk kedalam rongga. Setelah selesai
pemasangan, dengan tujuan yang sama maka ujung-ujung lembaran harus ditutup
dengan Almunium tape atau sejenis silicone sealent dan dilindungi dengan berlangsung
dan pada akhir pekerjaan setiap harinya. Seluruh Benda-benda sisa yeng menempel
pada permukaan Atap, harus segera dibersihkan dengan menggunakan bahan tersebut
dibawah ini ;

 Gunakan Butyl untuk membersihkan jenis noda Cat, dan bekas pena.
 Semprotlah dengan air untuk menghilangkan bubuk-bubuk pasir maupun benda
lainnya yang
menempel pada permukaan sebelum dicuci denganair sabun encer.
 Pergunakanlahkain yang lembutatau spone untuk mengeringkan, jangan sekali-kali
disikat atau digosok dengan menggunakan bahan yang kasar/keras.

5.8 PipaTalang Vertikal:

A.Lingkup Pekerjaan ;

Pekerjaan ini meliputi dan tidak terbatas pada penyediaan bahan, Tenaga kerja,
peralatan serat alat bantu lainnya untuk menyelesaikan pasangan pipa talang
Vertikal sesuai dengan gambar perencanaan. Pipa talang vertikal tersebut yang
antara lain untuk membuang limpahan dari talang datar penutup atap maupun plat
dack menuju pembuangan di lantai dasar (Saluran drainase keliling bangunan).

B.Persyaratan bahan :

Pipa VPC an Accessories :

Pipa PVC yang digunakan adalah yang dibuat dari ekstrusi bahan utama Polivinyl
Clorida dalam keadaan panas. Kandungan PVC murni minimum 92,5 %. Polimer dan
Stabiliz yang digunakan harus berkwalitas terbaik dan tahan terhadap air dan cuaca
(Ultra Violet) yang dijamin dengan Sertifikat pabrik. Permukaan luar dan dalam harus
halus, licin dan tanpa cacat yang berbahaya seperti retak- retak, guratan, gumpalan
dan cacat-cacat lainnya.
Type yang digunakan adalah type AW dengan Merk setara memenuhi standard
persyaratan perpipaan yang berlaku, dengan ukuran sesuai gambar
perencanaan.

Pemasangan Pipa talang vertikal harus betul-betul kuat, pipa tersebut diklem
dengan kelemen khusus pipa, pada bagian Kolom maupun dinding bata merah / ,
Atau dengan cara lain seizin Konsultan Pengawas.
Dimensi dan Toleransi:
Nominal Diameter Luar dan Tebal dan toleransi
mm Toleransi mm mm
40 50 +/-0,3 3,0 + 0,7
50 63 +/-0,3 4,1 + 0,8
75 90 +/-0,4 5,9 + 0,8
100 110 +/-0,5 6,6 + 0,9
150 160 +/-0,8 9,5 + 1,2

Pasal6. PEKERJAAN WATERPROOFING :

6.1 Lingkup Pekerjaan :

Yang dimaksud dengan pekerjaan Waterproofing adalah meliputi dan tidak terbatas
dari seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar, buku spesifikasi teknis dan atau
sesuai petunjuk Pengawas Seluruh pemasangan Waterproofing harus bergaransi,
minimal 5(Lima) tahun, tahan terhadap kebocoran air.
Pekerjaan waterproofing terdiri antara lain :

 Semua Permukaan PlatBeton


 SemuaPermukaan PlatBeton Toilet.
 Dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan.

6. 2Persyaratan Bahan

a.Waterproofing Untuk Plat Beton Dack yang dipergunakan adalah jenis Acrylic polymer
modified cementitious waterproofing Coating dari merk Brush Bond ProdukLEMKRAatau
setaraf dengan itu.

f.Waterproofing Untuk Plat Beton Toilet dipergunakan dari jenis Sheet Membrane W.P
dari merk Blue Chip 300 + Primernya, produk BLUE CHIP atau setaraf dengan itu.

c.Kemasan Wateproofing membrane/Coating harus dijamin keaslian nya,


kemasan/Karton Box tidak boleh menandakan bekas dibuka.

6. Persyaratan Pelaksanaan

1. Pekerjaan Persiapan:

a.Permukaan plat lantai beton Toilet yang akan dipasang Waterproofing Membrane
ataupun Coating untuk plat dack, bagian permukaannya harus dibuat rata, halus
serta bebas dari tonjolan dan lubang lubang. Permukaan Plat Lantai beton yang
akan di Waterproofing harus dalam keadaan kering, serta sudah tidak ada pekerjaan
pekerjaan lain yang sekiranya akan mengganggu.

b.Permukaan pada plat dack / Toilet , harus sudah dibuat kemiringan sesuai
gambar perencanaan, dengan menggunakan screed halus adukan1:5.

c.Pembuatan kemiringan ini perlu untuk menyalurkan air hujan pada dack beton
ataupun air pembuangan lainnya menuju pada Lubang pembuangan (Floor Drain)

d.Pada bagian sudut pertemuan vertikal/Horizontal, harus deberi adukan +/- 3 cm


untuk menghindari pertemuan sudut yang tajam (90o ).

6.4 Pelapisan Cat Primer :

a.Pemasangan lapisan Primer terutama untuk pekerjaan pasangan waterproofing


membrane sheet dilakukan setelah seluruh perkerjaan pada persiapan dilakukan.
b.Pelapisan Primer dilaburkan dengan memakai kwas/roll dengan perkiraan 1
liter untuk penggunaan 4 s/d 6 m2, tergantung keadaan permukaan beton, Pelaburan
permukaan beton hanya dilakukan untuk target pemasangan dalam satu hari, pada
setiap harinya.
c.Lapisan Primer tidak boleh dibiarkan terbuka tanpa ditutup dengan Sheet Membrane
lebih dari 12 jam, jika melebihi jam tersebut maka pelapisan Primer tersebut harus
diulang kembali.

d.Pelapisan Primer harus dilakukan dalam keadaan cuaca kering/panas, tidak


diperkenankan pelapisan diwaktu cuaca sedang hujan.

6.5 Pelapisan Membrane Sheet Waterproofing :

a.Setelah pelapisan Primer mengering, maka pelapisan Blue Chip Waterproofing


Membrane dapat dilaksanan. Dalam kemasannya pada sisi yang lekat terdapat kertas
silicon yang dapat dengan mudah dilepas. Selama kertas tersebut masih melekat
pada Bithuthene, dapat dilakukan pemotongan pola sesuai dengan kondisi yang akan
dipasang. Setelah kertas Silikon dilepas, W.Membrane direkatkan pada permukaan
beton yang telah diberi lapisan primer, dengan cara ditekan dengan alat hingga
lengket, merata kesegala arah. Untuk bagian sambungan penekanan penggunakan
Sejenis Roll.

b.Pemasangan pada setiap sambungan diperlukan over lap minimal 10 cm atau sesuai
dengan petunjuk pabrik.

c.Pemasangan dilaksanakan dimulai dari titik terendah (Dekat Drain) kemudian naik
keatas sehingga didapat suatu keadaan seperti pemasangan susunan pada genting.
Pengakhiran pemasangan harus dalam keadaan terjepit/tertanam.

d.Pada tempat-tempat yang kritis seperti Drain, sudut, sambungan dan pengakhiran
W.Membrane harus diberi Blue Chip Masticberbetuk Cairan Karet yang sangat elastis.

e.PemasanganBluechip membrane harus dilindungi dengan plesteran atau bahan finish


lain minimum t=2,5 cm, pada pemasangan bidang horizontal, sedangkan untuk bidang
Vertikal harus dipasang / dijepit dengan pasangan dinding … bata lalu permukaan
dikamprot dengan adukan 1:4.

6.6 Sistem Watrproofing Coating ;

a.Pemasangan lapisan Water proofing Coating dilakukan setelah seluruh perkerjaan


pada persiapan selesai dilakukan.

b.Pelapisan Waterproofing Coating dapat dilakukan dengan dilaburkan atau sistem


Trowel atau sistem Spray,dengan perbandingan campuran sebagai Berikut

Komponen System Pelaksanaan


brush bond Trowel Brush Spray

Powder 4 3,5
3 Liquid 1 1

c.Pemakain Campuran yang diinginkan adalah 2 Kg/m2 untuk ketebalan 1,2 mm

d.Setelah Lapisan waterproofing Coating mencukupi umur untuk pengeringan, maka


harus segera lapisantersebut ditutup dengan bahan finish permukaan, baik itu keramik
ataupun bahan lainnya.

e.Pelapisan Waterproofing Coating harus dilakukan dalam keadaan cuaca


kering/panas, tidak diperkenankan pelapisan diwaktu cuaca sedang hujan.
6.7 Pekerjaan Proteksi :

Hasil pemasangan seluruh Waterproofing Coating pada permukaan beton, harus ditutup
dengan screed setebal +/-2 cm ataupun bahan finish lainnya, sebagai bahan pelindung.
Pelaksanaan Screed harus betul-betul sempurna menempel pada lapisan
waterproofing, permukaan dibuat halus ataupun diroll, atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan pengawas.

6.8 Pengujian :

Pekerjaan Waterproofing yang telah terpasang harus diuji tahan kebocoran, dengan
jalan seluruh permukaan digenangi air dengan terlebih dahulu harus menutupi
lubang-lubang yang diperkirakan akan bocor. Perendaman dengan muka air
secukupnya, dan direndam selama 2x24 jam. Jika hasil perendaman tidak
memperlihatkan kebocoran maka pemasangan Waterproofing dinyatakan sempurna,
terkecuali masih terlihat adanya kebocoran, dan kebocoran tersebut harus segera
diperbaiki dengan jalan membongkar dan menggantinya dengan yang baru.
BAB V. PERSYARATAN TEKNIS INTERIOR

Pasal 1 PEKERJAAN FINISHINGDINDING

1.1 Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik.

1.1.1 Lingkup Pekerjaan

Dinding Keramik meliputi tanpa terkecuali yang nyata-nyata tergambar pada gambar
perencanaan harus dilapisi dengan Keramik, sbb:

a.Pelapis Dinding

1.1.2 Persyaratan Bahan :

a.Seluruh bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan pelapis dinding
seperti pasir, cement, air dan sebagainya sesuai dengan bunyi pasal persyaratan
bahan yang telah diuraikan diatas pada buku ini.

b.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh


material yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding ini untuk mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas.

c.Persyaratan bahan Keramik :

1. Tampak Permukaan
Permukaan Ubin Keramik tidak boleh menampakancacat-catat sebagai berikut ;

 Ubin Keramik berglatzur; badan membengkok, gelembung-gelembung,


retak-retak, glatzur lepas-lepas, lubang-lubang jarum pada permukaan glatzur,
noda yang berasal dari unsur-unsur glatzur atau bukan glatzur, permukaan
depan ubin cembung atau cekung.

 Ubin Keramik Tidak Berglatzur ; Badan membengkok, gelembung-gelembung,


retak-retak, pecah goresan pada badan, bekas lekatan dengan bahan lain, badan
melengkung dan noda-noda pada permukaan badan.

2. Ukuran dan toleransi penyimpangan ;


Penyimpangan ukuran-ukuran ubin harus memenuhi ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel 31-1 PUBI 1982 hal 59.
Perbedaan ukuran panjang dan lebar ubin yang terbesar dan terkecil tidak
boleh lebih dari 2 mm.

3. Penyerapan Air ;
Penyerapan Air Maksimum dari ubin Keramik untuk lantai sesuai dengan yang
tercantum pada tabel 31-2 PUBI 1981 Hal.60

4. Kesikuan :
Sisi-sisi ubin harus lurus, sisi-sisi ubin dikatan lurus apabila penyimpangan sisi-sisi
dari garis lurus yang terbentuk oleh perhubungan dua buah titik sudut yang
ber-turut-turut tidak melebihi ketentuan seperti tercantum pada tabel 31-3 PUBI
1982 hal. 60

5. Kedataran permukaan depan ;


Untuk ubin keramik yang datar permukaannya. Ubin dikatakan datar
permukaannya jika pada
pengukuran penyimpangan kedataran permukaan tidak melebihi ketentuan
seperti tercantum pada tabel 31-4 PUBI hal.61

6. Perubahan Bentuk Karena Puntiran ;


Untuk Penyimpangan kedataran karena puntiran, sebuah titik sudut tidak boleh
melengkung ke atas atau kebawah terhadap bidang yang berbentuk oleh tiga
buah titik sudut lainnya, melebihi ketentuan yang tercantum pada tabel 31-5 PUBI
1982 Hal.61

7. Ketahan terhadap gesekan (Ketahanan Aus) ;


Kehilangan berat akibat gesekan tidak boleh kurang lebih dari 0.1 gram per berat
ubin keramik yang diuji.

8. Kuat lentur ;
Kuat lentur dari ubin Keramik tidak boleh kurang dari batas yang tercantum pada
tabel 31-6 PUBI 1982 Hal.62

9. Ketahanan terhadapAsam dan Basa ;

Tidak Boleh ada Perbedaan penampakan antara bagian yang tercelup dan

bagian yang tidak. 10.Kekerasan ;


Kekerasan Ubin Keramik berglatzur tidak boleh kurang dari 5
pada skala Mohs Sedangkan Ubin Tidak berglatzur tidak boleh
kurang dari 6 pada skala Mohs.

11. Ketahanan Glatzur terhadap retak-retak ;


Glatzur Ubin Keramik Tidak boleh menunjukan retak-retak.

Referensi : SII 0023-81 (Mutu dan Cara Uji Ubin Keramik).

1.1.3 Daftar Pemakaian Jenis Keramik :


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Dinding Jenis Ukuran Merk
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Toilet Pria/Wanita Keramik Polished30/30 cm
ROMAN
2. Fasade Granite Polish60/60 cmESSENZA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1.1.4 Persyaratan Pelaksanaan :

a.Sebelum pelaksanaan pemasangan, kontraktor diwajibkan memberikan


contoh-contoh bahan Keramik untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Keramik
dipasang dengan menggunakan perekat diantaranya

b.Keramik yang sudah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda adukan
dengan lap kain basah dan atau memakai cairan bahan kimia setelah mendapat izin dari
Pengawas, pada naad terutama bagian exterior tidah boleh terlihat lelehan-lelehan
bahan Grouting yang mengotori permukaan Keramik. Selain itu harus dihindarkan
dari gangguan, benturan/beban selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan
cacat yang diakibatkan oleh pekerjaan lain.

c.Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak


mengurangi mutu pekerjaan dan seluruh biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.1.5 Cara Penggunaan Perekat
belum ditentukan diatas tetapi diperlukan untuk menyelesaikan / penggantian
pekerjaan dalam bagian ini, harus dari bahan baru, kwalitas terbaik dari jenisnya
serta harus disetujui Pengawas.

2.3 Pekerjaan Perkerasan landasan lantai / Screed ;

Pasangan adukan rabat beton (Screed) sebagai perkerasan dasar yang langsung
berhubungan dengan permukaan tanah, untuk pemasangan lantai
keramik/Granit/Vinyl, menggunakan campuran, 1pc: 3 pasir : 5 koral setebal 8 cm,
sesuai dengan gambar perencanaan, dilaksanakan diatas urugan pasir setebal 5
cm yang terlebih dahulu dipadatkan.

2.4 Pekerjaan Pasangan Lantai Keramik

2.4.1 Lingkup Pekerjaan

Seluruh permukaan lantai yang nyata-nyata tertulis dalam gambar perencanaan


dilapisi dengan pasangan Keramik / Granit ;

2.4.2 Spesifikasi bahan Keramik / Granite:

No Jenis / Ukuran Type Setara Produk

1. Keramik 30/30 cmStandard Polish Roman


2. Keramik 30/30 cmStandard UnpolishRoman
3. Granite 30/30 cmHomogenous Polish Granito Tile
4. Granite 60/60 cmHomogenousPolish Granito Tile Lokasi
Pemasangan : Sesuai Gambar Kerja.
Warna :Ditentukan Kemudian.
Bahan perekat :AM 30 Mortarflex + Filler
Bahan pengisi siar :AM 50 Coloured Ceramic Grout.
Cement Portland, pasir, air harus memenuhi persyaratan dan peraturan yang
berlaku. Material- material lain yang belum ditentukan diatas tetapi diperlukan untuk
menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus dari bahan baru,
kwalitas terbaik dari jenisnya serta harus disetujui Pengawas.

Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai / memenuhi persyaratan


peraturan Keramik Indonesia (NI-19) dan PUBI-1982 harus dipakai dari satu
produk kecuali dinyatakan lain oleh Perencana/ Pengawas.

2.4.3 Persyaratan Pelaksanaan.

a.Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan memberikan contoh material


dan membuat shop drawing pola pemasangan keramik untuk mendapat
persetujuan dari Perencanan/Pengawas.

b.Pada saat pemasangan, seluruh bahan lantai yang akan dipasang harus dalam
keadaan baik, tidak retak, cacat atau bernoda dan warna sesuai dengan yang
disyaratkan/dipilih.

c.Bidang permukaan dasar lantai keramik /screed harus benar-benar rata/datar


sesuai dengan Persyaratan, finish atau ketebalan finish yang ditentukan dalam
gambar kerja. Toleransi kecekungan / kecembungan adalah 2,50 mm untuk setiap 2
m2. Khusus untuk lantai diruang basah dan ditempat lain sesuai petunjuk
Pengawas. Pemasangan lantai harus diperhatikan terhadap arah kemiringan
pengaliran air dan diperhatikan adanya lubang-lubang floor drain, tali air dan
lain-lain.
d.Bahan perekat untuk pemasangan ubin keramik / Granit dipakai setara produk
AM, yaitu dengan memakai type AM 30 Mortarflex + Filler dengan cara penggunaan
sesuai ketentuan dari pabrik.

e.Jarak siar-siar antara ubin tergantung dari pada bahan yang dipakai serta
persyaratan dari pabrik, yang membentuk garis sejajar dan lurus, tegak lurus pada
bagian siar berpotongan. Siar-siar / Naad harus terisi penuh dengan bahan grouting,
tidak diperkenankan ada siar / naad yang kosong.

f.Pemotongan ubin keramik harus menggunakanalat pemotong khusus sesuai


persyaratan pabrik.

g.Keramik yang sudah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda adukan
/ Bahan sisa Grouting dengan kain basah dan atau memakai cairan bahan kimia
setelah mendapat izin dari Pengawas. Bila terjadi kerusakan kontraktor diwajibkan
untuk memper baikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan dan seluruh biaya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

h.Tuntutan Biaya Tambah yang diakibatkan oleh kecerobohan dalam pekerjaan,


menjadi tanggungan Kontraktor.

2.4.4 Cara Penggunaan Perekat

Campurkan cairan Latex sintetis dengan filler, dengan perbandingan kra-kira 1 bagian
cairan berbanding
4 bubuk filler) Kemudian diaduk sampai merata hingga diperoleh adukan yang
menyerupai bubur kental kemudian pengadukan diulangi terus sehingga campuran
tersebut betul-betul homogen. Untuk selanjutnya pasta tersebut sudah bisa digunakan
sebagai perekat keramik / granit .

2.4.5 Cara Penggunaan pengisi celah

Perbandingan yang biasa dipakai adalah 3 Kg hingga tercampur rata.


Campuran harus bebas dari gumpalan dan cukup kental. Biarkan selama 10 menit
kemudian ulangi pengadukan sekali lagi sebelum dipasang / dicorkan. Penggunaan
bahan tersebut untuk didalam maupun diluar ruangan.

2.4.6 Pencegahan Timbulnya Keretakan :

c.Timbulnya keretakan pada pemasangan lantai keramik, biasanya disebabkan karena


pas.keramik tersebut mengalami pemuaian udara didalamnya, sedangkan untuk ruang
gerak pasangan keramik tersebut tidak ada, maka untuk memberikan ruang gerak
Pasangan Keramik yang Muai karena naiknya temperatur udara pada pasangan
keramik tersebut, maka untuk mencegah timbulnya keretakan atupun lepas-lepas,
pada setiap pemasangan dengan minimal luas 4 x 4 m 2 agar disekeliling dinding
diberinaad (Celah) dengan jarak +/1 cm, untuk menutupi celah atau naad tersebut harus
dipasang plint tegel dengan bentuk dan warna akan ditentukan kemudian.

d.Sedangkan untuk pemasangan dengan luas melebihi dari 6 x 6 m2 harus diberi jarak /
expansion joint atau deletasi dengan lebar minimum 1,5 cm yang dapat diisi bahan lentur
misalnya dengan Sealent Silicon, atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Pembuatan deletasi bisa didisain dengan menyesuaikan ukuran keramik yang dipasang.
Pasal 3. PEKERJAAN ALAT GANTUNG :
(Perlengkapan Pintu / Jendela )

3.1. Lingkup Pekerjaan :

Semua Pekerjaan Pasangan Penggantung, maupun Kunci yang jelas-jelas


tergambar pada gambar kerjaantara lain :

a.Seluruh Pintu Bagian Dalam


b.Seluruh Pintu Bagian Luar
c.Serta sesuai petunjuk Konsultan pengawas.

3.2 Sebelum Pekerjaan Pengunci & Penggantung dimulai ;

a.Pekerjaan Harus dilaksanakan oleh tenaga akhli, serta berpengalaman dalam


bidangnya.

b.Kontraktor harus meberikan contoh-contoh terlebih dahulu untuk disetujui oleh


Konsultan Pengawas.

3.3 Persyaratan bahan :

Merk, Jenis, dan Type yang dipergunakan :


(a)
(b) No Uraian Type Setara Merek

1. Pintu Entrance
 Pegangan PintuPull Handle Toto / Lokal
 Engsel PintuFloor Hinge Dorma
 Fitting-FittingSteinlees Dorma
 Cylinder/LockcaseDorma

2. Pintu & Jendela lainnya :


 Cylinder/LockcaseDoble Slag Logo
 HandleLever Handle Logo
 Lockcase KMALFA
 Engsel PintuButerfly 4 Kend
 Engsel JendelaButerfly 3 Kend
 Gerendel PintuSesuai Gbr China / Lokal
 Gerendel JendelaSesuai Gbr China / Lokal
 EspanyoletteSesuai Gbr China / Lokal
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------

I. Kunci Pintu :

Kunci pintu yang dimaksud disini harus dalam keadaan lengkap artinya seluruh
peralatan kunci harus ada, diantaranya : Badan Kunci, Pegangan, Plat penutup
badan, Anak kunci dan sebagainya. Kunci yang dipakai type : Besar (doble
Slag),

II. Alat Gantung Lainnya :

a.Semua alat penggantung dan pengunci harus kwalitas baik sesuai persetujuan
konsultan pengawas. Pemborong harus menyerahkan contoh tiap alat
penggantung/pengunci kepada konsultan pengawas sebelum melakukan
pesanan.

b. Jika adapemakaian Rel Pintu Dorong/ Sliding Door yang dipakai setara dengan
merek UNION atauHENDORSONdengan kelengkapan-kelengkapannya seperti ;
side bracket, rail, hanger end cap, guide roller, Guide Chanel serta perlengkapan
lainnya untuk menunjang pemasangan Rel ini. Bahan Rel pintu tersebut harus
memenuhi Sertifikat test dari Balai Penelitian bahan Dinas Perindustrian No.
108/L7/1983 dan No. 110/L7/1983. Pemasangan Hanger harus dipasang pada
daun pintu sejajar satu sama lainnya dan sama tinggi rendahnya sehingga dapat
duduk pada posisi yang tepat di rel, dan roda-roda hanger dapat berputar/berjalan
lancar. Bracket dipasang dengan jarak antara 60 s/d 90 cm. Pemasangan rel pintu
dorong hendaknya dikerjakan oleh tenaga ahlinya yang biasa
menyetel/memasang Rel pintu sejenis ini.

3.4 Persyaratan Pelaksanaan :

a.Pemasangan semua perlengkapan, alat penggantung pintu dan jendela sesuai


dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam gambar, dipasang harus tepat
dan rapih.

b.Semua pelubangan untuk skrup, fisher atau anker yang akan dipasang terutama
pada engsel, door closer, flush bolt, harus diberi klos kayu setempat agar
terpasang kokoh dan kuat.
c.Pemasangan engsel untuk pintu swing, dipasang sebanyak 3 buah engsel dengan
ketentuan sebagai berikut

1. Engsel bawah dipasang sejauh kurang lebih 28 cm dari permukaan bawah pintu
kecuali untuk pintu service dan pintu-pintu di ruang basah adalah sejarak 32 cm
(as) dari permukaan pintu bawah.
2. Engsel tengah dipasang sejauh kurang lebih 100 cm dari as permukaan pintu
bawah.
3. Engsel atas, dipasangkurang lebih 28 cm As dari
4. Permukaan atas pintu.

d.Handle dan Door Pull dipasang kurang lebih 97,5 cm as dari permukaan lantai
setempat.

e.Posisi dari lock dan latch harus ditentukan dan dilaporkan oleh kontraktor ke
Konsultan Pengawas.

f.Engsel jendela gantung dipasang pada bagian atas kosen dan daun jendela
disetel harus tepat ukurannya sehingga sudut bukaan dari sisi daun jendela menjadi
sama rata.

g.Sedangkan type engsel bisa (Transom catch) dipasang pada type jendela bukaan
samping (Swing) dengan jarak bukaan semaksimum mungkin, tepat dan rapih.

h.Seluruh pemasangan hard ware pintu dan jendela harus berfungsi dengan baik,
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya maupun atas petunjuk Konsultan
Pengawas.

3.5 Perlindungan :

Kontraktor harus menjaga seluruh pasangan alat gantungan tersebut sebelum


pekerjaan diserah terimakan, jangan sampai rusak yang diakibatkan oleh
benturan-benturan benda keras. Bidang- bidang yang perlu dilindungi, harus
dipasangi sejenis plakband, supaya tidak terkena goresan- goresan.
Bilamana terjadi hal-hal tersebut diatas, sehingga mengakibatkan Pasangan kunci
menjadi rusak, konsultan pengawas berhak meminta kepada kontraktor agar segera
mengganti kunci yang rusak tersebut, dengan tanpa meminta biaya tambahan.
Pasal4. PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITARY :

4.1 Umum:
a.Pemasangan Peralatan Sanitary dan peralatan lainnya harus mengikuti
ketentuan-ketentuan standard dari pabrik pembuatnya dan harus dilakukan dengan
hati-hati, rapih dan tidak boleh adanya kotoran kotoran akibat dari percikan adukan
semen pada peralatan tersebut.
b.Apabila peralatan Fixtures dilengkapi dengan plastik pelindung dari pabriknya maka
plastik tersebut boleh dibuka pada saat penyerahan pekerjaan.
c.Hanya satuan peralatan fixtures yang utuh saja dapat diterima, jika peralatan tersebut
dijumpai cacat maka kontraktor harus segera menggantikannya dengan yang baru/utuh
tanpa adanya biaya tambah.
d.Kontraktor harus melengkapi peralatan fixtures dengan leher anggsa apabila
peralatan fixtures tersebut belum dilengkapi leher angsasecara Built in.

4.2 Pekerjaan-pekerjaan sementara :

Sarana perlengkapan atau alat bantu yang bersifat sementara dan diperlukan dalam
melaksanakan pekerjaan pemasangan alat Sanitary fixtures ini, harus disiapkan
oleh pemborong. Pada akhir pekerjaan, atas perintah konsultan pengawas segala
sarana atau alat bantu yang sudah tidak terpakai / diperlukan lagi harus dibongkar dan
dirapihkan kembali seperti semula.

4.3 Penyediaan Alat Sanitary Fixtures :

a.Pemborong harus menyediakan seluruh alat Sanitary beserta


kelengkapan-kelengkapannya yang dibutuhkan seperti yang dicantumkan dalam daftar
Kebutuhan Bahan yang dipakai.
b.Pemborong harus menyediakan Transportasi dari gudang yang ditentukan sampai
kelokasi pekerjaan.
c.Semua ketentuan bahan-bahan yang harus disediakan oleh pemborong didasarkan
atas Standard Normalisasi Indonesia (NI) dan Pemeriksaan umum bahan bahan
(PUBB).
d.Apabila terdapat Peralatan Sanitary Fixtures yang telah dinyatakan tidak baik oleh
Konsultan pengawas, maka pemnborong harus mengangkut alat sanitary tersebut ke
luar lapangan dalam jangka waktu yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.

4.4 Daftar Bahan Yang Dipakai :

Alat Sanitary digunakan Merk TOTO dan atau yang setaraf dengan pilihan warna
Astandard.

No Jenis Fixtures Type Yang digunakan Setara Merek :

1. Closet Duduk CW.420.J/S 516 JPT4 Toto


2. Wastafel Meja LW-565 undercounter Toto
3. Kran Washtafel Toto
4. Pelapis Meja Counter Marmer Slab t=2 cm Ex Citatah
5. Urinoiar Pot Lengkap Kran U 57 M Toto
6Kran Dinding T 23 B 13 V 7 N Toto
7Floor Drain TX 1 B Toto
8Kaca Cermin 5 mm Sesuai gambar rencana Asahi Mas
9Partisi Urinal A 100 Toto

4.5 Cara Pemasangan :

a.Pada dasarnya pemasangan alat-alat saniter termaksud diatas dilakukan seperti


lazimnya dengan memperhatikan pedoman-pedoman yang dianjurkan oleh pabriknya.

b.Pada pemasangan washtafel dan Urinal, dinding terlebih dahulu di bor kemudian
diberi fiser yang panjangnya dan jumlah skrupnya disesuaikan dengan beratnya
washtafel.

c.Dempul Karet (Seal) dengan kwalitas baik agar dipergunakan untuk mencegah
kebocoran dan perembesan.

d.Seluruh pemasangan alat sanitary Fixtures harus berfungsi sesuai dengan


fungsinya masing- masing, jika terdapat alat sanitary yang pemasangannya tidak
memenuhi ketentuan, maka alat tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali
sebagai mana mestinya.

e.Pada akhir pemasangan, seluruh alat Sanitary Fixtures harus dites, baik instalasi air
bersih maupun untuk Instalasi Air kotor apakkah berfungsi atau tidak, terutama pada
Lubang-lubang pembuangan air kotor.

f.Kusus untuk pekerjaan pelapis meja beton Washtafel, permukaan serta plint
menggunakan Marmer Slab Ex Citatah, Pemasangan harus baik, waterpass dan rapih.

4.6 Cara Penyimpanan :

a.Alat sanitary yang sudah berada dilapangan tetapi belum sempat dipasang, maka
alat-alat tersebut harus digudang / ditempat yang aman dari segala benturan-benturan
bendakeras.

b.Pelindung pengaman dari pada alat sanitary yaitu berupa rangka-rangka kayu serta
sterofoam harus tetap dipertahankan diwaktu penyimpanan agar lerlindung dari
pecahnya alat sanitary tersebut.

c.Penyimpimapan alat sanitary secara ditumpuk tidak diperkenankan, terkecuali bahan


pelindung cukup kuat untuk mendukung bahan yang diatasnya. Cara penyimpanan alat
sanitary Fixtures harus disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada masing-masing
tempat yang telah ditentukan, agar sewaktu pemasangan alat tersebut lengkap tidak
ada yang kurang karena hilang.

Pasal 5. PEKERJAAN PLAFOND

5.1 Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan langit-langit ini meliputi:

1. Plafond Gipsum Board


2. dan pekerjaan pemasangan plafond lainnya sesuai dengan gambar perencanaan.

5.2 Pekerjaan Persiapan :

a.Pada Pekerjaan Langit-langit ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain


yang dalam pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
langit-langit ini.

b.Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit pekerjaan lain yang terletak diatas


langit-langit harus sudah terpasang.

c.Disiplin lain yang termasuk disini atara lain :

1. Elektrikal/Mecanical
2. Perlengkapan instalasi lainyang diperlukan.

d.Bila pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas tidak tercantum dalam gambar rencana


plafond, harus diteliti dahulu pada gambar-gambar instalasi yang lain (Sipil,
Elektrikal/Mecanical, Plumbing) Untuk pemasangan harus konsultasi dengan
perencana.
5.3. Contoh Bahan

a.Sebelum pelaksanaan pekerjaan,Kontraktor harus memberikan contoh contoh


material untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

b.Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standard /
pedoman untuk memeriksa /menerima material yang dikirim oleh kontraktor ke site.
Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui diKonsultan Pengawas Keet.

5.4. Syarat-syarat pengiriman dan penyimpanan Barang.

a.Gypsumboard dikirim ke site dalam keadaan tertutup atau kantong-kantong yang


masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya dalam
keadaan utuh dan tidak cacad.

b.Bahan harus disimpan ditempat yang kering,bervantelasi baik,terlindungdan bersih.

c.Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik


sebelum dan selama pelaksanaan. Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya bahan
rusak dan sebagainya kontraktor harus menggantikannya dengan
persetujuanPengawas atas beban Kontraktor.

5.5 Plafond Gypsumboard :

5.5.1 Persyaratan Umum :


a.Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar yang
ada, dan kondisi di lapangan , termasuk mempelajari bentuk, pola, cara
pemasangan,dan detail-detail sesuai gambar.

b.Bilamana perlu kontraktor diwajibkan membuat shop drawing sesuai ukuran/bentuk,


jenis bahan yang dipakai dan mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh perancang.

5.5.2 Persyaratan Bahan Pelapis ;

Gypsum Board setara Produk Jayaboarddengan finish permukaan di cat Emulsion ,


harus berasal dari sumber yang disetujui denganketebalanyang sesuai dengan gambar
detail. Lembaran-lembaran Gypsumboard harus mulus, tepi-tepinya tidak boleh ada
yang gumpil, tidak menampakan cacat-cacat lain yang merugikan.

5.5.3 Bahan Rangka:

1. Rangka Terbuat dari Metal Furring DURAFRAME , Setara dengan Produk PT.
PROMETAMA

2. Jenis-jenis bahan rangka plafond tersebut diantaranya :


 Rod Drat ( ROD MS )
 J-Clamp
 C Channel F ( RG
 C Channel Joint ( K 16 )
 Channel Clamp ( K 26 )
 Metal Furiring ( RG
 Furring Joint ( K 20 )
 Serta peralatan penunjang lainnya yang diperlukan

3. Ukuran rangka pemasangan Plafond disesuaikan dengan gambar kerja/Shop


Drawing yang telah disetujui.

4. Bahan yang dikirim ke site harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk,
ukuran, ketebalan, kelengkungan, yang disyaratkan oleh Perencana maupun Konsultan
Pengawas.

5.5.4 Bahan Finishing :

1. Bahan finishing untuk Plafond gypsumboard dari bahan cat Emulsion Paint Setara
MOWILEX

2. Harus disertai jaminan dan flamibility rated dari pabrik pembuat. Semua bahan yang
digunakan harus mempunyai sertifikat dari pabrik pembuatnya, dan menyertakan
spesifikasi bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.

5.5.5 Persyaratan Pelaksanaan Rangka Langit-langit

a.Rangka langit-langit Gypsumboard bagian datar maupun lengkung yang dipakai


adalah terbuat dari Metal Galvanized setara dengan Produk PT. PROMETAMAdengan
bentuk serta ukuran sesuai dengan Brosur dari Pabrik.

b.Batang-Batang rangka utama maupun kelengkapan-kelengkapannya untuk bagian


rangka datar maupun lengkung.;

c.Seluruh rangka langit-langit datar/lengkung digantungkan pada plat beton atau rangka
atap dengan menggunakan Adjustable Suspension Rod Joiner dengan Maximum Jarak
1200 mm, serta dapat diatur ketinggianya dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh
rangka melekat dengan baik dan kuat pada pelat beton/rangka atap dan tidak dapat
berubah-ubah bentuk lagi.

d.Semua rangka harus terpasang kokoh, tegak lurus, dan siku, satu dan lainnya,
ukuran-ukuran maupun yang lainnya harus menuruti gambar perencanaan,
terkecuali ditentukan lain oleh Perencana / Konsultan Pengawas. Rangka Plafond
harus dipasang dan disetel oleh tenaga ahli dibidangnya, atau pemasangan oleh pabrik
pembuat langsung.

e.Setelah urusan rangka langit-langit datar/lengkung terpasang, seluruh permukaan


rangka harus rata lurus dan waterpass tidak ada bagian yang bergelombang dan
batang-batang rangka harus saling tegak lurus. Rangka yang berbentuk lengkung harus
kelihatan sempurna sesuai dengan gambar perencanaan.

5.5.6 Persyaratan Pelaksanaan Penutup Langit-langit

a.Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah Lembaran-lembaran


Gypsumboard dengan ukuran sesuai gambar,dan petunjuk konsultan pengawas.

b.Gypsumboard yang dipasang adalah Gypsumboard yang telah dipilih dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing lembaran sama, tidak ada bagian yang retak,
gompal atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas.

c.Gypsumboard dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan gambar


perencanaan dan setelah Gypsumboard terpasang , bidang permukaan langit-langit
harus rata, lurus, waterpas dan tidak bergelombang serta sambungan antara lembaran
Gypsumboard yang satu dengan yang lainnya harus rapat, jadi tidak memakai
celah/naad. Sebagai bahan untuk menghilangkan sambungan antar lembaran
Gypsumboard digunakan sejenis Paper tape (Pita kertas berpori dengan ukuran lebar 50
mm panjang tiap rol 75 m). Dan untuk menutupi lubang bekas Skrup digunakan Base
Coat 100, juga untuk menutupi permukaan dasar menggunakan Total join Compound.

d.Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit


yang bisa dibuka tanpa merusak Gypsumboard sekelilingnya untuk keperluan
pemeriksa/pemeliharaan M & E.

e.Pemasangan/penyetelan Plafond tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar


rencana baik plafond datar maupun yang lengkung, untuk itu urutan dan cara kerja
harus mengikuti persyaratan dan ketentuan dari pihak konsultan pengawas. Semua
ukuran harus sesuai dengan Pola Plafond Yang diingikan, serta yang mengerjakan
pemasangan pelapis plafond ini harus oleh tenaga yang perpengalaman dalam bidang
ini.

f.Finishing pelapis, memakai cat Emulsion dicatkan diatas permukaan Gypsum Board,
semua persyaratan dan cara pengecatan mengikuti persyaratan yang disyaratkan oleh
pabrik yang dipilih dan ditunjuk oleh konsultan pengawas/pemberi tugas,(Lihat Bab
Finishing Pekerjaan Pengecatan)

g.Pada bagian tepi dari plafond yang bertemu/bersinggung dengan dinding ditutup
dengan list Profil dari kayu kapur ukuran dan bentuk sesuai gambar. Pemasangan list
plafond keliling ruangan, disesuaikan dengan gambar rencana.

h.Apabila terjadi penyimpangan dan tidak sesuai dengan gambar atau menurut
Pengawas dianggap tidak rapih maka Kontraktor harus memperbaikinya kembali
sesuai yang disyaratkan dan tidak merupakan pekerjaan tambah.

5.6 Pekerjaan List Plafond ;

Sistim pemasangan lembaran Gypsumboard untuk Plafond tidak memakai list


plafond tengah, List plafond hanya dipasang dibagian Pinggir antara peralihan
Lembaran Gypsumboard dengan dinding, dipergunakan list dari Gips dengan bentuk
profil, bentuk serta ukuran disesuaikan dengan gambar perencanaan.

5.7 Pengujian Mutu Pekerjaan

a.Sebelum dilaksanakan pemasangan kontraktor diwajibkan memberikan pada


Pengawas "Certificate Test" terutama bahan-bahan yang dipakai untuk proyek dari
produsen / Pabrik.

b.Bila tidak ada certificate test, maka kontraktor harus melakukan pengujian atas bahan
yang diperlukan untuk dites atas usulan Konsultan Pengawas di laboratarium yang akan
ditunjuk kemudian.

c.Hasil pengujian dari Laboratarium diserahkan pada Pengawas.

d.Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut,menjadi


tanggung jawab kontraktor.

5.8 Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.

a.Seluruh pemasangan langit-langit Gypsumboard maupun langit-langit Luxalon harus


dilindungi dari kemungkinan cacad yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain.

b.Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk Memper baikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan , Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

5.9 Pekerjaan Finishing Langit-langit Beton Exposed ;

5.9.1 Persyaratan Bahan

a.Cement Portland memenuhi NI-8


b.Pasir pasang harus memenuhi NI-3, bersih, bebas dari segala kotoran dan bahan
organis lain serta harus disaring sampai dengan cukup halus.
c.Air yang dipergunakan memenuhi NI-3, bersih, bebas dari segala kotoran dan bahan
organis lainnya.
5.9.2 Persyaratan Pelaksanaan.

a.Permukaan Plafond Beton yang akan diplester / Exposed, terlebih dahulu dibuat
kasar, petunjuk pelaksanaan diberikan oleh pengawas .
b.Tebal plesteran + Acian tidak boleh Lebih dari 1 cm atau kecuali ditetapkan lain
dengan hasil akhir harus sama rata.
c.Proporsi adukan memakai M.1 sesuai dengan bab diatas.

d.Akhir dari pekerjaan plesteran adalah dengan lapisan luluh semen/acian, dengan
terlebih dahulu pasangan plesteran yang sudah kering harus dibasahi/disiram dengan
air, Acian harus dibuat rata, halus tidak terdapat goresan.

e.Jika hasil plesteran dan acian tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak tegak lurus
atau bengkok /bergelombang, adanya pecahan, maka bagian tersebut harus dibongkar
dan diperbaiki kembali atas beban kontraktor.

Pasal 6. PEKERJAAN PENGECATAN

6.1 Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan pengecatan, meliputi dan tidak terbatas dari
seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar yang terdiri dari :

-------------------------------------------------------------------------------------------
PEKERJAAN JENIS FINISHING
-------------------------------------------------------------------------------------------
.Dinding Interior, Ext. :Cat Acrylic Emulsion
.Plafon + List :Cat Acrylic Emulsion
.Pintu Besi :Cat Duco.
------------------------------------------------------------------------------------------

6.2 Persyaratan Umum :

a.Seluruh bahan pengecatan, baik itu mengenai bahan cat Acrylic Emulsion /
Weathercoat, ataupun bahan cat Shinthetic Harus memenuhi ketentuan dari pada
persyaratan N-3 dan N-4.

b.Standard dari bahan dan prosedur cat ditentukan pabrik pembuat cat dan
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standard dengan jalan mencapur dan
mencairkan yang tidak sesuai dengan Instruksi Pabrik atau tanpa izin dari Konsultan
Pengawas.

c.Sebelum pengecatan dimulai Kontraktos harus menyerahkan terlebih dahulu


contoh-contoh bahan cat kepada Konsultan Pengawas, untuk direkomendasi. Hasil
Perekomendasian dari jenis-jenis cat tersebut harus dijadikan pegangan
untukpengiriman bahan selanjutnya ke lapangan.

6.3 Pengujian :

Kontraktor diwajibkan membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut di atas


mengenai kemurnian dari pada cat-cat yang akan dipergunakan.

Pembuktian berupa :

1. Segel Kaleng.
2. Test Laboratorium
3. Hasil Akhir pengecatan

Hasil Dari Pada test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari
produsen untuk diketahui Konsultan Pengawas.
Biaya pengetesan ini dibebankan kepada kontraktor.

6.4 Pengiriman dan penyimpanan bahan.

a. u m um :

1. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan


tidak cacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak aslinya yang
masih tersegel dan berlabel pabrik.

2. bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering tidak
lembab dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

3. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan ditempatkan
dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.

4. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan


penyimpanan dan pelaksanaan.

b.Khusus :

1. Disamping tindakan pengamanan yang umum dalam penyimpanan


bahan-bahan bangunan, untuk beberapa jenis cat dan bahan lainnya dibawah
ini harus diberi pengamanan khusus terhadap bahaya kebakaran dan keracunan,
antara lain sebagai berikut :

 Spirtus Petroleum
 Cat Minyak
 Parafin
 Cat Bitumen
 Thiner, dan lain sebagainya.

2. Dalam mengunakan bahan tersebut di dalam ruang harus mengikuti petunjuk


sebagai berikut :
 Harus tersedia alat pemadam kebakaran portable yang sesuai dan Kotak
P3K dalam jarak yang dekat.
 Ruangan harus cukup mempunyai ventilasi yang baik.
 Jangan bekerja dekat api atau motor listrik yang mengeluarkan kembang
api.

3. Mengeluarkan barang dari gudang hanya dalam jumlah yang segera diperlukan.

4. Jangan dibiarkan Kaleng penutup cat terbuka terlalu lama.

5. Tidak dibenarkan meninggalkan kaleng-kaleng bekas ditempat pekerjaan.

6.5 Pengecatan Dinding Interior :

6.5.1 Persyaratan B a h a n :

Bahan cat yang dipergunakan sesuai standard bahan yang berlaku : Pengecatan
bidang Interior mengunakan Cat sejenis Cat Acrylic Emulsion Setara Merk Mowilex,
Sedangkan untuk Bagian Luar / Exterior menggunakan jenis Cat Weathersiled

6.5.2 Cara Pelapisan ;


 Lapisan Pertama pengecatan pada permukaan plesteran maupun yang tidak
diplester yang baru dipasang adalah menggunakan Alkali Resisting Primer atau
Undercoat (1 lapis).
 Bila diperlukan untuk menutupi plesteran yang retak rambut dipergunakan Acrylic
Wallfiller (secukupnya)

 Cat Akhir untuk dinding Interior menggunakan Acrylic Emulsion minimum 3 lapis.

 Cat Akhir untuk dinding Exterior menggunakan Acrylic Weathershield minimum 3


lapis.
 Dan untuk hal-hal lainnya kontraktor diharuskan mengikuti tata cara yang telah
digariskan oleh pabrik pembuat.

6.5.3 Persyaratan Pelaksanaan

1. Permukaan yang akan dilapisi cat harus sudah kering dengan sempurna dengan
kelembaban yang diijinkan tidak lebih dari 5 %. Minimal pengeringan plesteran dan
acian 28 hari dihitung dari selesainya pekerjaan plesteran.

2. Seluruh bidang permukaan dinding, plafond dan lainnya yang akan dicat harus
bersih bebas dari debu, noda-noda, apabila terdapat lubang atau cacat lainnya
harus segera ditutup dan dikeringkan.

3. Tidak diperkenankan pelaksanaan pengecatan dilakukan pada saat cuaca lembab


atau hujan, atau dalam keadaan angin berdebu.

4. Setelah bidang permukaan dilapisi 1x lapisan cat Primer dan dibiarkan selama 2
jam kemudian dilapisi dengan 1x lapisan Cat Dasar . Setelah cat dasar terpasang
selama 2 Jam dan di hamplas halus lalu dibersihkan dengan menggunakan kain
yang bersih, maka lapisan terakhir adalah seba nyak 3x lapis cat akhir dengan
jangka waktu setiap lapisan terakhir adalah 2 jam atau sesuai dengan standard
dari pabrik. Pelaksanaan pengecatan harus menggunakan roller dan bila terdapat
permukaan yang sulit pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara pemakaian
kwas.

5. Hasil akhir dari pengecatan harus rata, tidak berbintik-bintik atau terdapat
gelembung udara, goresan dan harus dijaga terhadap kotoran yang mungkin
melekat. Bila hasil pekerjaan tidak disetujui Pengawas, maka wajib bagi Kontraktor
untuk memperbaikinya.

6. Untuk keseluruhan pekerjaan pengecatan, Kontraktor diharuskan mengikuti


syarat-syarat dan petunjuk dari pabrik yang mengeluarkannya, atau dari
Pengawas setempat.

6.6 Cat Kayu Synthetic :

6.6.1 Lingkup pekerjaan :

Meliputi seluruh pekerjaan pengecatan seluruh permukaan kayu yang kelihatan


(Exposed), dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan.

6.6.2 Bahan Yang dipergunakan :

a.Bahan cat Primer dipergunakan Cat Primer atau Alkyd Undercoat khusus untuk
kayu. Bahan cat akhir yang dipergunakan setara Produk Mowilex Jenis : Gloss
sedangkan warna akan ditentukan kemudian.

b.Bahan yang didatangkan harus masih terdapat segel dalam kemasan, tidak cacat.

c.Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapat persetujuan dari


Pengawas.
6.6.3 Persyaratan Pelaksanaan

a.Kayu yang akan dicat harus betul-betul kering, dan sebelumnya kayu tersebut
harus diberi dahulu lapisan anti rayap, harus bebas dari kotoran yang menempel.

b.Lapisan primer menggunakan Alkyd Undercoat menggunakan kwas atas ijin


Pengawas. Setelah kering kemudian digosok dengan hampelas.
c.Bila diperlukan dempul kayu, adalah Wood filler, dempul ini hanya digunakan
pada bagian- bagian yang dibutuhkan saja dan dipergunakan setipis mungkin.

d.Setelah pendempulan kering dan selesai dilaksnakan, maka permukaan harus


dihampelas dengan menggunakan hamplas halus.

e.Lapisan akhir merupakan penutup permukaan dengan cat Gloss dengan warna
sesuai yang dipilih, Dikerjakan dengan alat kwas atas seijin Pengawas dilakukan
minimal 3 lapis sampai dengan rata.

f.Semua hasil pengecatan harus dilindungi dari benturan atau goresan akibat
pekerjaan lain. Kontraktor wajib memperbaiki pengecatan bila terdapat cacat,
kerutan atau goresan tanpa biaya tambah.

6.6.4 Sistim Pengecatan ;

----------------------------------------------------------------------------------------------------
(c) Uraian Jenis Cat Lapisan
---------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Lapisan Pertama Primer (meni) 1 Lapis
2. Lapisan kedua Cat Dasar 1 Lapis
3. Lapisan Ketiga Cat Akhir 3 Lapis
---------------------------------------------------------------------------------------------------

6.7 Meni baja ;

a.Seluruh permukaan plat Baja Bagian Dalam Ruangan harus dicat dengan cat
Meni Besi sebagai pelindung permukaan setara Meni Besi Merek "Bodelac"

1. Jenis Cat:Primer (Meni Besi)


2. Warna:Merah Bata / Hijau Tua
3. Kadar Padat:72 %berat.
4. Pengencer:Minyak Cat (Terpentin)
5. Cara penggunaan:Kuas
6. Tebal Cat Basah:60 micron
7. Tebal cat kering:45 mcron

b.Sebelum pengecatan permukaan baja dilaksanakan, seluruh kotoran yang


menempel seperti Karat, dan kotoran kotoran lain yang sifatnya merugikan,
harus dibersihkan terlebih dahulu, dengan menggunakan sikat kawat, maupun
Hamplas. Pembersihan harus rata keseluruh permukaan yang tertutupi dengan
karat maupun kotoran-kotoran lain.

c.Setelah pembersihan dilakukan, maka dilanjutkan dengan pengecatan Meni


Besi pada permukaan Baja ke segala arah dengan hasil pengecatan rata. Paling
tidak Pengecatan harus dilaksanakan 2 kali labur @ 45 micron.

d.Jarak / selang waktu pengecatan yang satu dengan yang lainnya sesuai
spesifikasi yang telah ditentukan paling tidak 6 jam setelah pengecatan yang
pertama selesai dilakukan, untuk selanjutnya dilaburkan lapisan ke 2.
Pengerjaan cat dengan sistim dikwas/dilaburkan, menurut petunjuk
Konsultan pengawas.

6.8 Cat Anti Karat

6.8.1 Lingkup Pekerjaan :

Seluruh Permukaan Baja Yang berada diluar / yang berhubungan langsung


dengan suhu luar ( Panas dan Hujan), harus dicat dengan Cat Anti Karat,
Termasuk didalamnya pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja serta alat bantu
lainnya untuk mengerjakan Cat anti karat ini sesuai dengan gambar kerja serta
petunjuk Konsultan pengawas.

6.8.2 Persyaratan Bahan :

Cat Anti Karat menggunakan Cat setara dengan PRIMTOP PT-88 Produk
PT.PROPAN RAYA.
Dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :

Type dan Jenis Cat : Cat Satu Komponen dengan Pigmen Anti Karat
Warna :Dark Brown
Pengencer: Thiner PT atau Sejenis
CaraPenggunaan :Kuas atau Roll
Kekentalan Campuran : 15 detik DIN Cup 4

6.8.3 Persyaratan Pelaksanaan :

a.Sebelum pengecatan dimulai, seluruh permukaan yang akan dicat harus


dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran yang menempel, terutama karat.

b.Untuk membersihkan karat dianjurkan dengan memakai cairan siap pakai yaitu
setara dengan merk permukaan dengan menggunakan kain pel hingg permukaan
terlihat bersih.

c.Setelah pembersihan permukaan , maka mulailah pengecatan dengan Primtop


PT-88 dicatkan dengan menggunakan kwas kesegala arah dengan merata,
bila Cat kekentalan, maka campurkanlah +/-10% pengencer dengan thiner
secukupnya.

d.Hasil ahir dari pengecatan Anti Karat harus mencapai ketebalan +/- 40 micron
Untuk satu kali lapis dan diharuskan pengecatan minimal 2 kali lapis = 2x40
mikron.

e.Selang waktu antara pengecatan lapis ke satu dengan lapis ke dua adalah
minimal 6 jam dalam kondisi cuaca 30oC

f.Pengecatan harus dilaksanakan oleh tenaga yang biasa dibidangnya, serta


persyaratan- persyaratan dari pabrik harus dilaksakan. Segala kegagalan dalam
pelaksanaan pengecatan daikarenakan kelalaian Kontraktor tidak akan di ganti,
dan hasil pekerjaan yang gagal, harus diulang sehingga diterima oleh Konsultan
Pengawas.

6.9 Cat Duco :

6.9.1 Lingkup Pekerjaan :

Seluruh pekerjaan yang tercantum dalam gambar perencanaan, ataupun


atas Petunjuk Pengawas Lapangan, meliputi Pengadaan Bahan/Material,
Peralatan, dan Tenaga serta alat-alat bantu diantaranya :
1. Pengecatan Duco untuk pekerjaan Metal Bukan Strktur.
2. dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan atau atas instruksi
Pengawas.

6.9.2 Persyaratan Bahan :

a. Jenis Cat: Duco Produk "DanaPaint"


Warna : ditentukan kemudian.
Bahan Pengencer : Thiner
Penutup permukaan : Dempul Plastik dan Isamu
Peralatan : Mesin Compressor.
Gun Spreyer+ Perlengkapan.
Lain-Lain yang diperlukan.

b.Pengendalian Bahan dan alat-alat lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan ini,


harus memenuhi ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.

c.Bahan yang didatangkan harus masih terdapat segel dalam kemasan, tidak
cacat.

d.Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatpersetujuan dari


Pengawas.

6.9.3 Persyaratan Pelaksanaan

a.Cat yang diingikan adalah dari jenis cat Duco atau sesuai dengan keinginan
Pemberi Tugas, Kayu yang akan dicat harus betul-betul kering, dan
sebelumnya kayu tersebut harus dalam keadaan siap untuk difinish.

b.Material/bahan yang akan dicat adalah : bahan yang terbuat dari metal exposed
dan lain-lain sesuai dengan gambar rencana ataupun Konsultan Pengawas.

c.Semua hasil pengecatan harus dilindungi dari benturan atau goresan akibat
pekerjaan lain. Kontraktor wajib memperbaiki pengecatan bila terdapat cacat,
kerutan atau goresan tanpa biaya tambah.

d.Semua bidang pengecatan / Penyemprotan harus betul - betul rata, tidak


terdapat cacat (Retak, pecah-pecah, dan terkelupas).

e.Pengecatan / Penyemprotan tidak dapat dilakukan selama masih adanya


perbaikan pekerjaan pada bidang yang akan dicat.

f.Bidang pengecatan / Penyemprotan harus bebas dari debu, lemak, minyak


dan kotoran yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.
Pengecatan / Penyemprotan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari
Pihak Pengawas.
g.Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas, sebelum pekerjaan dimulai / dilakukan,
serta pengerjaannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh
pabrik pembuatnya.

h.Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan


perawatan. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan,
kontraktor harus memperbaiki / menganti dengan bahan yang sama mutunya
tanpa adanya biaya tambahan.

i.Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman


seperti yang disyaratkan dari Pabrik, sehingga dapat tercapainya mutu
pekerjaan.

j.Urut-urutan pekerjaan ;
1. Seluruh Permukaan yang akan dicat duco, dibersihkan terlebih dahulu
dari segala kotoran yang menempel.

2. Seluruh permukaan metal harus dihamplas terlebih dahulu agar permukaan


metal bebas dari karatmaupun kotoran lain, gelombang-gelombang kecil
ataupun lainnya, bisa ditutupdengan sejenis dempul plastik setara merk
"SANPOLAC"dan untuk penghalusan permukaan dengan memakai plamur
BAB VI. SYARAT
SYARAT
PEKERJAAN TANAH

Pasal 1. UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, bahan-bahan, peralatan dan
alat bantu lainya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu & dan tidak
terbataspada : -Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.
-Pekerjaan perbaikan kembali.
1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN.
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus mempelajari dengan
seksama Gambar Kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di
lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada bangunan existing, trench, saluran
drainase, pipa-pipa, instalasi existing lainnya, tiang listrik dan penangkal petir.

- Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya


maupun yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang
dipertahankan; agar tdak rusak atau cacat.

- Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi


khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus
dilaporkan kepada Konsultan MK terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 3. PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian di tanah dan termasuk


pengurugan /pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :
- Galian Pondasi Poer , Sloof dan pondasi Batu Kali.
- Saluran dan Trench.
- Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja dan atau oleh Konsultan
MK

3.1. MACAM GALIAN.


Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis yaitu:
a.Galian tanah biasa
b.Galian batu
c.Galian konstruksi / obstacle

Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga
macam galian tersebut diatas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain,
mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil, dan dimensi seperti yang
dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan MK.

1. Galian Tanah Biasa


Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian
konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.

2. Galian Batu
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan pada daerah
galian yang menurut pendapat Konsultan MK harus dilakukan pembongkaran.

3. Galian Konstruksi / Obstacle


Galian Konstruksi/Obstacle adalah semua galian, selain dari galian tanah dan
galian batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam Spesifikasi ini atau
tercantum dalam Gambar Rencana. Semua galian yang disebut sebagai galian
Konstruksi/Obstacle terdiri dari galian lantai bangunan, galian pondasi bangunan
existing, galian perkerasan jalan/halaman, galian pipa/ kabel listrik, pipa gas,
saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada
Spesifikasi ini.

a.Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang
lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa serta
disetujui oleh KonsultanMK.

b.Galian untuk Konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah
urug bekas serta sisa bahan bangunan.

c.Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti


petunjuk-petunjuk Konsultan MK sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
lingkungan Tapak atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih
dari 24 jam.

d.Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat
atau longgar maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang
terjadi harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan
5 cm lapis demi lapis sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang dinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor tidak dapat di claim sebagai
pekerjaan tambah.

e.Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor harus melaporkan ke


Konsultan MK ,untuk mendapatkan persetujuan.

f.Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan


dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup kelebihan tersebut
dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis
demi lapis sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya
pekerjaan ini tanggung jawab kontraktor tidak dapat di claim sebagai pekerjaan
tambah.

g.Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar sesuai dengan Gambar
kerja dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran.

h.Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja Pondasi atau
seperti tercantum dalam Gambar kerja, dengan penampang Lereng Galian Kiri dan
Kanan dimiringkan 10 di syaratkan bahwa seluruh permukaan Galian, terutama
Lantai Galian, harus kering untuk Pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya
untuk pekerjaan :
 Pondasi batu kali dan Sloof beton bertulang.
 Pondasi Poer dan Sloof Beton bertulang.
 Pengurugan dan pemadatan.

l.Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 3.1.j dan 3.1.k diatas ditanggung oleh
Kontraktor, tidak dapat di Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan
selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan dalam penggalian di tempat
tersebut. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang- lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang
baik dan dipadatkan. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri
tanaman-tanaman dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan MK.
Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap berada
pada tempatnya.
d. Obstacle
-Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan
dinding tembok, besi- besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama,
yang cara pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan
peralatan yang lebih khusus pula (misalnya beton breaker, compressor, mesin
potong) dibanding dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
-Semua brankal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing harus
segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi.
Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan
dalam keadaan siap pakai. -Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut:
-Pada daerah titik galian pondasi sampai mencapai kedalaman yang masih
memungkinkan, obstacle tersebut bisa dibongkar / digali sesuai dengan kondisi dan
sifat tanah pada daerah tersebut.
-Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof mulai dari permukaan tanah existing
sampai dengan di bawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi beton poer
dan sloof.

e.Pembuangan Humus
 Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus
dibersihkan, harus bebas dari sisa-sisa tanah bawah (subsoil), bekas-bekas pohon,
akar-akar, batu-batuan, semak-semak atau bahan-bahan lain.
 Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang
sudah ditentukan oleh Direksi.

4.3. PENGGALIAN.

a.Sebelum memulai pekerjaan galian, kontraktor harus :


 Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase alamiah
dari air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah galian tergenangi air.
 Memeriksa segala pembongkaran dan pembersihan di tempat itu sudah
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini.
 Memberitahu Konsultan MK sebelum memulai suatu galian apapun, agar elevasi
penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan dilakukan pada tanah
yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak boleh diganggu
tanpa ijin Konsultan MK.

3.Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktrur, harus mempunyai
ukuran yang cukup sehingga memungkinkan peletakkan atau alas pondasi sesuai
dengan ukurannya. Bagian-bagiandinding/sisi parit harus selalu ditopang. Elevasi
dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan perkiraan, sehingga
secara tertulis Konsultan MK dapat memerintahkan perubahan ukuran dan elevasi
jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang kokoh.

c.Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk


tempat-tempat dimana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak
benda-benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan
yang telah rampung. Dalam hal ini metoda pekerjaan dengan tangan yang harus
dilaksanakan.
58
d. Bila diperlukan Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk
menahan lereng-lereng tanah galian sehingga lereng-lereng galian tersebut tidak
ambruk, dan agar tidak mengganggu pekerjaan. Turap sementara tersebut harus
dapat menjaga bangunan-bangunan yang berada didekat lereng galian, tetap stabil.
e.Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh pekerjaan
galian, maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan
tersebut dan harus menggantinya atas biaya Kontraktor.
f.Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk
bagian-bagian pekerjaan diatas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-saluran
pembuang dan rintangan- rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g.Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 (satu) horizontal
dengan 1 (satu) vertical, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
h.Batu-batu, kayu-kayu dan bahan lain dalam lubang galian yang tak berguna harus
dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan.
i.Setiap kali galian selesai dikerjakan, Kontraktor harus memberitahu Konsultan MK
mengenai hal itu; dan pembuatan Lapisan Sirtu, Lantai Kerja atau penempatan
material apapun tidak boleh dilakuakan sebelum Konsultan MK menyetujui
kedalaman pondasi dan karakter tanah dasar pondasi.
j.Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila
diperintahkan oleh Konsultan MK, Kontraktor harus menggantinya dengan
material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada RKS ini. Material
pengganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal tiap
lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasarpondasi dengan kepadatan sesuai
petunjuk Konsultan MK.
k.Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan MK,
tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan
Kontraktor dalam mengerjakan kewajibannya, makakontraktor harus : Membuang
dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau
Menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut
memenuhi syarat

l.Semua material hasil galian, bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai
material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan harus dibuang.

4.4. AIR TANAH.

a.Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka kontraktor
harus segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah air menggenangi galian
dan alas struktur.

b.Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung air permukaan, maka air ini tidak
dianggap sebagai air tanah dan merupakan kewajiban kontraktor untuk
menanggulanginya sesuai spesifikasi ini, sehingga tidak akan ada tambahan
pembayaran. Penilaian apakah air itu merupakan air permukaan atau air tanah
mutlak wewenang Konsultan MK. Jika air dapat dihalangi memasuki galian dengan
menggunakan cofferdam terbuka, maka air ini tidak dinilai sebagai air tanah.

59
c. Bila tinggi mukaair di atas elevasi dasar galian, maka harus digunakan cofferdam
yang kedap air. Bila diminta, kontraktor harus menunjukkan gambar mengenai
metodapembuatan cofferdam yang dipakainya kepada Konsultan MK untuk disetujui.
Cofferdam atau palung untuk pembuatan pondasi, secara umum, harus dibuat di
bawah dasar alas pondasi dan dibuat sedapat mungkin kedap air. Umumnya, dimensi
interior cofferdam itu harus sedemikian rupa sehingga memberikan cukup kebebasan
untuk pembuatan acuan (form) dan pemeriksaannya, dan memudahkan proses
pemompaan air keluar. Bila menurut Konsultan MK, keadaan tidak memungkinkan
untuk mengeringkan galian sebelum membuat alas pondasi, Konsultan MK dapat
memerintahkan pembuatan lapisan beton penutup dengan ukuran tertentu, dan
Lapisan tersebut harus diletakkan sebagaimana tampak pada gambar atau
mengikuti petunjuk Konsultan MK.
Lalu galian harus dikeringkan dan alas pondasi diletakkan. Bila digunakan palung
berbeban, dan beban tersebut dipakai untuk menanggulangi tekanan hidrostatik yang
bekerja terhadap dasar lapisan pondasi penutup, maka harus digunakan penyemat
(jangkar) khusus untuk mentransfer seluruh berat palung terhadap lapisan pondasi.
Bila lapisan pondasi penutup dibuat di bawah air, maka cofferdam harus dibuat pada
muka air yang rendah.

Cofferdam dibuat untuk melindungi beton dari kerusakan karena naiknya muka air
dan dari erosi. Di dalam cofferdam atau palung tak boleh ditinggalkan kayu-kayuan
dan lain-lain, tanpa ijin Konsultan MK.
Bila pekerjaan memompa air diijinkan dilakukan dari bagian galian pondasi, maka
harus dicegah agar jangan ada bahan beton yang ikut terbawa keluar.
Setiap pekerjaan memompa yang dibutuhkan selama perletakkan beton, atau selama
waktu sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya harus menggunakan pompa yang
sesuai dan air diletakkan di luar acuan beton.
Pemompaan air untuk mengeringkan ini tidak boleh dikerjakan sebelum lapisan
cukup keras dan kuat untuk melawan tekanan hidrostatik.
Kecuali bila tidak ditentukan lain, cofferdam atau palung, dengan segala
pelengkapnya, harus dibongkar oleh Kontraktor segera setelah selesai pekerjaan
sub-struktur.
Pemindahannya harus sedemikian rupa sehingga tidak merusak pekerjaan yang
telah diselesaikan.

d.Pemeliharaan Saluran
Jika tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan di luar caisson, palung, cofferdam
atau sheet piling; dan saluran air yang berdekatan dengan pondasi tidak boleh
terganggu tanpa ijin Konsultan MK.
Jika ada pekerjaan galian atau pengerukkan yang dilakukan sebelum caisson;
palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan
dasar pondasi, Kontraktor harus mengurug kembali galian-galian itu sesuai kembali
dengan muka tanah semula, dengan memakai bahan yang telah disetujui oleh
Konsultan MK.
Bahan-bahan yang tertinggal pada daerah aliran air akibat dari pembuatan pondasi
atau galian lainnya harus dibuang agar saluran itu bersih dari segala macam
halangan.

Pasal 5 URUGAN DAN PEMADATAN

5.1. PEKERJAAN URUGAN

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan Tanah ini untuk :


- Bangunan Gedung kepadatan tanahnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja
atau petunjuk MK/Perencana.
- Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3%
atau sesuai Gambar Kerja.
60
5.2. BAHAN URUGAN.

- Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan.
- Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan,
kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan
mendapat persetujuan dari Konsultan MK.
- Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin
penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh Proyek.
- Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Konsultan MK, baik
mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau
digunakan di-dalam lokasi pekerjaan.
- Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah, dan
lain-lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus
dipindahkan dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk
oleh Konsultan MK.
- Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal 30 cm.
- Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak
memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

5.3. PENGURUGAN.
a.Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah
bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa bongkaran dan bahan
lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.

b.Urugan harus bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran,
dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah Urugan dapat diambil
dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung
bahan-bahan seperti tersebut diatas dan atau telah disetujui Konsultan MK.

c.Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis langsung dipadatkan


sampai mencapai permukaan atau peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah
dipadatkan tidak boleh melebihi 15 cm atau 20 cm. setiap kali penghamparan harus
mendapat persetujuan dari CM yang menyatakan bahwa lapisan dibawahnya telah
memenuhi kepadatan yang disyaratkan dan seluruh prosedur pemadatan ini harus
ditulis dalam berita acara yang disetujui Konsultan MK.

d.Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum
pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini
harus dikeringkan.

e.Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang


bersangkutan dibawah ini dalam bab ini .

f.Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika
permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus
membuat alur-alur pada bagian teratas untuk mengeringkannya sampai mencapai
kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
g.Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai yang
tercantum didalam gambar kerja.

h.Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, Jalan dan pengerasan, tidak
perlu dipadatkan dengan mesin cukup ditimbris dengan Tangan.

5.4. PEMADATAN.

a.Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan


terlebih dahulu.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan pemadatan
bahan - bahan urugan dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat
pemadatan yang tidak cukup.

c.Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai
untuk pemadatan bahan urugan yang ada.
Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan MK.

e.Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified
proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO
T99.

f.Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan,
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak
lebih besar dari 2 % kadar air optimum.

g.Kontraktor diwajibkan melakukan Test kepadatan tanah apabila diminta oleh


Direksi / MK sebanyak titik yang ditentukan oleh MK yang harus disaksikan oleh MK
dan dibuatkan Laporan tertulis untuk tiap titik meliputi area 150 m2.

5.5. PEKERJAAN PERATAAN TANAH.

Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang
direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga kelebihan tanah tersebut dapat
diangkut ke tempat lain yang ditentukan olehKonsultan MK.
BAB VII. SYARAT-SYARAT
TEKNIS PEKERJAAN
STRUKTUR

Pasal 1 PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1.1.Persyaratan Mutu dan Bahan Beton

1.1.1. Mutu Beton

Beton yang dipergunakan untuk Pekerjaan Struktur Bangunan Ruang Kelas


Belajar ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :
.
a.Struktur Atas :
Pelat Lantai K-300.
Kolom ,& Balok Praktis K-175

d.Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur, harus menggunakan
beton Ready Mix ,dan kecuali untuk beton praktis dapat menggunakan beton
Konvensional (Site Mix),dan sebelumnya harus sudah mendapat persetujuan
MK.

e.Lantai Kerja.
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps
: 5kr.

1.1.2. Baja Tulangan


Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
adalah sebagai berikut :

 Mutu baja tulangan s/d diameter D 13 mm adalah BJTP U-24.


 Mutu baja tulangan > diameter D 13 mmadalah BJTD U-39 (besi ulir).

1.1.3. Cetakan (Bekisting)

a.Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini harus memakai multiplex tebal
minimum 12 mm atau Papan kayu Kls.II dengan tebal 2 cm . Bekisting dari multiplex
/papan tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7, untuk
mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang
disetujui oleh Konsultan MK.

b.Steiger cetakan/bekisting kolom & balok harus dari pipa-pipa besi (scaffolding) atau
kayu /dolken dan sama sekali tidak diperkenankan memakai bambu.

1.1.4. Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor
secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan
desain dan perhitungannya. Bonding Agent yang digunakan adalah SIKATOP
77D atau setaraf dicampur dengan air dan semen.
Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

1.1.5. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk
Sika atau yang setaraf , dengan takaran 0.8% dari berat semen. Takaran yang
lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan
persetujuan dari Konsultan MK.
1.2 Persyaratan Bahan Beton

1.2.1. Bahan S e m e n

1.2.1.1Persyaratan Umum.

a.Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan


dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau
standard Inggris BS 12.
b.Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, dan TIGA
RODA serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah
mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
c.Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca
sepanjang waktu dan perletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari
kelembaban.

1.2.1.2. Pemeriksaan.

Konsultan MK dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan.
Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan
MK untuk pengambilan contoh-contoh tersebut.
Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan MK,
harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan
tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan MK dapat memerintahkan
untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakaisemen yang telah
disetujui atas beban Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan semua semen - semen dan beton yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.

1.2.1.3. Tempat Penyimpanan.

a.Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen,


dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan
waktu pengambilan.

b.Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari
tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar
sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus
mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truck semen
secara terpisah-pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh,
menghitung sak-sak dan memindahkannya. Semen dalam sak tidak boleh ditumpuk
lebih tinggi dari 2 meter.

c.Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknyamempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima ditempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian
sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua sak kosong harus disimpan
dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan MK.

d.Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk
menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi segala
timbangan untuk keperluan penyelidikan.
e. Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi
gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari
penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.

f.Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk MK/Direksi bila


dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian
pekerjaan.

1.2.2. Bahan Pasir dan Kerikil

a.Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua


pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk
pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus
mendapatkan persetujuan dari Konsultan MK.

b.Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat


persetujuan dari Konsultan MK. Kontraktor harus membersihkan bahkan
memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur
semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga timbulnya
pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan
bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada
banjir atau air rembesan. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya
untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak
sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh
dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan
pengiriman bahan berikutnya.

1.2.3. Bahan Pasir

a.Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah Pasir alam yaitu
pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan
persetujuan MK/Direksi.

b.Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai


persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan yang
dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan MK
sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang cukup,
seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari
sebelum diperlukan.

c.Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah pasir dan kerikil yang
tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.

e.Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih
dari 5% berat pasir.

1.2.4. Bahan Agregrat Kasar (Kerikil)

a.Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui.


Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

b.Kebersihan dan Mutu


Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian- bagian yang halus, mudah
pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan
organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan.
Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai
tiga persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat,
kekal dan tidak berpori.
Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

c.Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm,
sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat dengan semua
ketentuan-keten-tuan yang terdapat di NI-2 PBI-l971.

1.2.5. Bahan A i r

Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi /mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan
MK untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di
dalam PBI-l971 untuk bahancampuran beton.

1.2.6. Bahan Baja Tulangan

a.Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standard
Indonesia untuk beton NI-2, PBI-l971 atau ASTM Designation A-15, dan harus
disetujui oleh Konsultan MK. Konsultan MK berhak meminta kepada Kontraktor, surat
keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang
disediakan, untuk persetujuan Konsultan MK sesuai dengan persyaratan mutu untuk
setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.

b.) Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya
lekat antara baja tulangan dengan beton.

c). Ukuran diameter baja tulangan, harus sesuai dengan gambar rencana, dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran . Diameter besi ulir adalah diameter
luar.

1.3.Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton

1.3.1. Kelas dan mutu beton

a). Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2
PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain kuat tekan dari beton adalah selalu
kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 (1 0,06) cm diuji pada umur
7 hari , 14 hari dan 28 hari.

b). Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian
benda-benda uji harus memberikan hasilðTð ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI.
1971.

1.3.2. Komposisi Campuran Beton.

a). Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya.
Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah
sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik/tepat.

b). Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, untuk beton Site Mix ,harus dipakai "campuran yang direncanakan"
(designed mix).

Campuran yang direncanakan dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran


yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan.

c). Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan,
maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
-Faktor air semen untuk pondasi pelat ,sloof, maksimum 0,60.
-Faktor air semen untuk kolom, dan balok, maksimum 0,60.

d). Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan MK atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan
penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau
kekuatan dan kontraktor tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang
demikian.
Dibuat dengan perbandingan volume sbb. :

Macam Campuran Penggunaan


B1- 1: 1 1/2 : 2 ‰ Untuk semua beton bertulang kedap air spt.
Pelat atap, luifel ,ground reservoir dan
kolam
B2 1:2:3 Untuk semua beton bertulang spt. Sloof,
poer, pondasi pelat, pelat lantai,
kolom,balok-balok dll.
B3 1:3:5 Untuk semua beton tak bertulang, rabat,
neut, beton angker dan batu tepi.

1. Beton harus dibentuk dari campuran semen Portland, pasir beton, kerikil dan
air seperti ditentukan sebelumnya dengan perbandingan yang serasi dan diolah
sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat.

2. Penakaran semen dan agregat (halus dan kasar), harus dengan kotak-kotak
takaran yang sama volumenya. Banyaknya air untuk campuran beton
ditentukan sedemikian rupa, sehingga mudah dikerjakan sesuai
penggunaannya dan akan menghasilkan kepadatan beton yang tepat, kekedapan
serta kekuatan yang dikehendaki.

3. Semua pengadukan jenis beton harus menggunakan mesin pengaduk (beton


molen) yang berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Pengadukan harus rata,
sehingga warna dan kekentalannya sama setiap kali membuat adukan.

4. Untuk beton macam B 1 dan B2 harus memenuhi mutu beton berkekuatan


K.300 menurut PBI-1971. Untuk beton praktis (sloof,kolom & ring balok)
menggunakan beton dengan mutu K.175. Untuk mutu beton ini (K.300 & K.175),
harus dipakai mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari percobaan -
percobaan campuran yang memenuhi karakteristik yang disyaratkan. Kalau
rumus campuran hasil percobaan ternyata kurang dari rumus campuran pada
point-d). maka rumus point d). yang harus dipakai.

5. Untuk beton macam B3 dibuat dari campuran yang jumlah semennya tidak
kurang dari 225 Kg untuk setiap m3.

1.3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a.) Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam mesin
pengaduk (mixer). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat hasil
pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang sama
sekali tidak diperkenankan.

b). Keseragaman konsistensibeton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu. Nilai
slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm dan tidak
melampaui 12 cm, untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus
sesuai dengan NI-2 PBI-l971. KonsultanMK berhak untuk menuntut nilai slump yang
lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton
kerkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

c). Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan MK melalui pengujian
biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-l971.
Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan MK sesuai NI-2 PBI-l971. Kontraktor
harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh
pemeriksaanyang representatif. Meskipun hasil pengujian kubus berhak menolak
konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton yang sangat keropos
 Bentuk dan posisi beton tidak sesuaidengan yang ditunjukkan dalam gambar.
 Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata, seperti yang direncanakan.

1.3.4 Baja tulangan

a). Baja tulangan sebelum dipasang harus bersih dari kotoran, karat lepas,
serpih-serpih, minyak gemuk atau lapisan lainnya yang akan merusak atau
mengurangi daya lekat pada beton.

b)..Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan


bentuk dan ukuran- ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja
tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali dengan cara yang
dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukkan dalam
gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan
dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bilaseluruh cara
pengerjaan disetujui oleh Konsultan MK.

c)..Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat
dengan kawat beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton
decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam perenggang. Dalam segala hal untuk
besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak
akan ada batang yang turun.

d). Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar ,apabila
dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan
adalah luas tulangan, dalam hal ini kontraktor diwajibkan meminta persetujuan
terlebih dahulu dari Konsultan MK.

e), Pada umumnya pengujian untuk besi tulangan dilakukan sesuai PBI-1971 yaitu
mempunyai kekuatan leleh minimum 3900 Kg/cm2 & 2400 Kg/cm2. Jika besi
tulangan tersebut tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan, maka kelompok
yang tidak memenuhi syarat tersebut harus disingkirkan dan tidak boleh digunakan.

1.3.5. Selimut Beton


Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian
konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton
untuk satu sisi pada mas-ing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pondasi Poer sisi bawah = 7 cm sisi lainnya 4 cm
b. Balok sloof= 4 cm
c. Kolom= 4 cm
d. Balok= 3 cm
e. Pelat Lantai= 2 cm

1.3.6. Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh
Konsultan MK. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40
kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar
rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan MK.

1.3.7. Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya
selalu harus mendapat-kan persetujuan dari Konsultan MK.

1.3.8. Mengaduk

a).Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin


pengaduk beton yaitu
Konsultan MK berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan
susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam dalam komposisi dan
konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila diminta adanya perubahan dalam
komposisi atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan
penyempurnaan.

b).Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih-lebihan


(lamanya) yang membutuhkan penam-bahan air untuk mendapatkan konsistensi
beton yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak
memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari
kapasitas yang telah ditentukan.

1.3. 9. Rencana Cetakan

a.)Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam
gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan MK sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi
persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor
terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-
kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.

b). Sewaktu-waktu Konsultan MK dapat meng-afkir sesuatu bagian dari bentuk yang
tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera
mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

1.3.10. Konstruksi Cetakan

a). Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah
pengecoran beton.

b). Semua cetakan beton harus kokoh.


Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka
cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus
tersedia.

c). Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
1.3.11. Pengangkutan Beton

a). Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan
dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan
yang menyebabkan perubahan nilai slump.

b). Dalam hal ini, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan
ketempat pengecoran sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak
mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.

c). Beton lift atau concrete pump digunakan untuk angkutan vertical, sedang untuk
alat angkut horizontal bisa menggunakan kereta dorong. Tidak diizinkan
menggunakan ember

1.3.12. Pengecoran

a), Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan
sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-lainya selesai
dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan- permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan MK.

b.) Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran
beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan
lepas.Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada
tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga
kelembaban/air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.

c.Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh
Konsultan MK. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran,
pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing
yang menutupinya.

d). Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan MK atau wakilnya yang ditunjuk serta
staf Kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul telah
memadai.

e). Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan
ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak
mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan
dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup
tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan,
tidak diijinkan. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter.

f). Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian
rupa sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar.

g). Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang


dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran.

h). Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas
dari kantong- kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakkan.

i). Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, hujan atau angin
sampai beton tersebut mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan
yang terlalu cepat, harus dilakukan perawatan beton sebagai berikut :
-Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton, dibasahi sampai cetakan
tersebut dibongkar. -Membasahi selama 14 hari terus menerus segera sesudah
permukaan beton cukup keras.

1.3.13. Waktu dan Cara-caraPembukaan Cetakan

a.) .Waktu dan cara pembukaan dan pemindahaan cetakan harus mengikuti
petunjuk Konsultan MK. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan
untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus
diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus
segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan MK.

b). Umumnya, diperlukan waktu minimum 3 hari sebelumcetakan dibuka untuk


dinding tidak bermuatan dan cetakan pemikul, dan 21 hari untuk balok-balok dan
plat atap.

c). Permukaan dari bekisting harus diminyaki dengan minyak yang biasa
diperdagangkan untuk maksud mencegah secara efektif lekatnya beton pada
bekisting dan akan memudahkan melepaskan bekisting beton.Minyak tersebut
dipakai hanya setelah disetujui Pengawas Lapangan. Penggunaan minyak
bekisting harus hati hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan
mengakibatkan kurangnya daya lekat

d), Bahan keluar lapangan agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan


selanjutnya.

f). Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran berkisting ini harus sesuai
dengan PBI .

1.3.14. Perlindungan (Protection)

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan


sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan MK.

1.3.15. Perbaikan Permukaan Beton

b.Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan
yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis
permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak
sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan MK memberikan izinnya untuk menambal
tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah
tercantum dalam pasal-pasalberikut.

c). Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena
keropos, ketidak rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau
dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang
pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian
akan terikat (terkunci) ditempatnya.

Pasal 6. PEKERJAAN STRUKTUR BAJA DAN LOGAM LAINNYA

Pekerjaan baja meliputi pekerjaan struktural dan pekerjaan logam-logam


lainnya yang non structural

6.1 Pekerjaan baja structural

6.1.1 Lingkup pekerjaan


a.) Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua bahan, tenaga kerja/ahli, peralatan,
perlengkapan lainnya serta pemasangan dari semua pekerjaan baja yang bersifat
struktural seperti ditunjukan dalam gambar tetapi tidak terbatas pada
pekerjaan-pekerjaan dibawah ini:
b). Membuat dan memasang konstruksi balok rangka baja besi siku pada bangunan
sesuai gambar. Rangka-rangka harus kuat, rata dan kaku dalam satu bidang
(koplanar), kecuali jika ada instruksi lain dari Pengawas Lapangan.

c). Menyediakan barang-barang angker, begeul, pelat-pelat,penjepit dan


penyambung lengkap dengan mur, baut ringnya yang harus dibuat dibengkel (work
shop) menurut bentuk, ukuran dan cara ketentuanya yang tercantum dalam gambar.

d). Membuat dan memasang pagar depan, railling tangga dengan konstruksi las,
kecuali bagian- bagian tertentu yang menggunakan mur baut

f). Membuat pintu pagar, pintu ruang genset dan ruang pompa ,lengkap dengan
rail,engsel & kunci sesuai bentuk dan ukuran yang tercantum dalam gambar.

6.1.2 Syarat-syarat umum pemasangan


a.) Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan bentuk dan ukuran serta
ketentuan yang tercantum dalam gambar. Kwalitas pekerjaan harus bertaraf kelas
satu, diselesaikan bebas dari putaran, tekukan dan hubungan terbuka, semua
bagian harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga dalam pemasangan tidak
diperlukan bahan pengisi, kecuali jika dalam gambar detail menunjukan hal tersebut.

b). emua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang dengan
hati-hati agar menghasilkan tampak yang rapi. Semua perlengkapan atau barang
atau pekerjaan lain yang perlu demi kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak
secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau syarat disini, harus disediakan pula
oleh kontraktor kecuali jika diperlihatkan atau disuratkan lain.

c). Kontraktor tidak diijinkan menumpuk bagian-bagian pekerjaan yang telah distel di
lapangan pekerjaan dalam keadaan tidak teratur. Bilamana menurut pertimbangan
Konsultan Pengawas dianggap terlalu lama waktunya antara waktu mengangkut
bagian-bagian itu dan memasang-nya, maka bagian-bagian yang tertumpuk setelah
mendapat peringatan pertama, harus dijaga dengan cara yang tepat supaya tidak
terjadi kerusakan akibat perubahan-perubahan cuaca/ udara.

d). Kekuatan dari bahan las yang dipakai, paling kecil sama dengan kekuatan baja
yang dipakai, yaitu kelas E 60 atau grade SAW-1 sesuai ASTM-A 233.

f). Dalam pemasangan, Kontraktor harus mengambil ukuran-ukuran yang


sesungguhnya di lapangan, tidak melulu dari gambar kerja, agar bisa terpasang tepat
pada tempatnya, terutama bagian-bagian pekerjaan yang terhalang oleh benda lain.

g). Sebelum bagian-bagian konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu
sudah diberi lubang dan dibersihkan dari tahi besi, maka bagian-bagian tersebut
harus diperiksakan kepada Pengawas Lapangan dalam keadaan belum dicat

h). Konstruksi baja yang telah selesai dikerjakan harus dilindungi terhadap
pengaruh-pengaruh udara
6.1.4 Syarat teknis pelaksanaan

1). Penyambungan dan pemasangan.


Pengelasan harus dilaksanakan dengan teliti, logam yang dilas harus bebas retak
dan cacat lain yang bisa mengurangi kekuatan sambungan. Permukaan yang
dilas harus sama, halus, rata dan kelihatan teratur. Las-las yang menunjukkan
cacat harus dipotong dan dilas kembali.

2). Pekerjaan las harus dikerjakan dalam bengkel. Pekerjaan yang dilakukan di
lapangan harus sama standarnya dengan pekerjaan las yang dilakukan di dalam
bengkel. Tidak diperbolehkan melakukan pengelasan dalam keadaan basah atau
hujan.

3). Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik) dengan
ketentuan:
Tebal las minimum : 4 mm
Panjang las minimum : 40 mm
Panjang las maksimum : 40 x tebalnya.

(d)4). Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku atau
disetujui Pengawas Lapangan. Las yang dipakai yaitu las tumpul dan las sudut. Mutu
las minimal sama dengan mutu profil yang bersangkutan. Semua pekerjaan las yang
tampak harus dihaluskan hingga sama dengan permukaan sekitarnya. Konsultan
Pengawas berhak mengadakan test terhadap hasil pengelasan di Balai Penelitian
Bahan atas biaya Kontraktor, jika hasil pekerjaan pengelasan dinilai meragukan.

5), Sambungan baut harus menggunakan baut hitam (HTB). Lubang baut harus dibor
(tidak boleh dipons) dengan toleransi tidak lebih dari 1 mm terhadap diameter baut.
Baut-baut, mur, elektroda dan sebagainya harus disimpan dalam kotak tertutup dan
terlindung dari kelembaban udara.

6). Untuk konstruksi kap, sebelumnya harus diberikan lawan lendut (kontra zeeg)
sebesar 1/600 x panjang bentangan.

7). Pengelasan di atas harus dilaksanakan pada saat konstruksi telah dalam keadaan
diam.

8). Bagian-bagian profil baja harus diangkat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
puntiran-puntiran, bila perlu digunakan ikatan-ikatan sementarauntuk mencegah
timbulnya tegangan yang melewati tegangan yang diijinkan. Ikatan sementara
tersebut dibiarkan dalam keadaan terpasang sampai pemasangan seluruh konstruksi
selesai.

9). Memotong dan menyelesaikan bekas irisan

-Bagian-bagian bekas irisan harus rata, bersih dan lurus, sekali-sekali tidak
diperbolehkan terdapat bekas-bekas jalur, beram-beram bergerigi.

-Bila bekas pemotongan/pembakaran dengan mesin diperoleh


pinggiran-pinggiran bekas irisan, maka bagian tersebut harus dibuang
sekurang-kurangnya 2,5 cm hingga tidak tampak lagi jalur-jalur.

-Bagian-bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi, bekas-bekas


potongan/irisan tidak perlu dibuang.

10).Meluruskan, mendatarkan dan melengkungkan

-Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya diperbolehkan pada bagian non


structural. Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan-gilingan lengkung,
sedang untuk melengkungkan pelat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari
tidak boleh 3 kali tebal pelat, demikian juga untuk batang-batang di bidang dan
badannya.
-Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam
keadaan panas.

-Melengkungkan dalam keadaan panas harus segera dilakukan setelah


bahannya yang dipanaskan menjadi merah tua.

-Melengkungkan dan memukul martil tidak boleh dilakukan bilamana bahan yang
dipanaskan tidak lagi memancarkan cahaya.

11). Menembus, mengebor dan meluaskan lubang

-Pada keadaan akhir, diameter lebar untuk baut yang dibubut dengan tepat dan
sebuah baut hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm
dan 0,4 mm daripada diameter batang baut tersebut.

-Semua lubang baut harus dibor. Untuk lubang-lubang dari bagian konstruksi
yang disambung dan yang harus dijadikan satu dengan alat penyambung, dibor
sekaligus sampai diameter sepenuhnya dan apabila tidak sesuai, maka
perubahan-perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan
penyimpangannya tidak boleh lebih dari 0,5 mm.

-Semua lubang yang dibuat harus benar-benar bulat berdiri siku-siku pada
bidang-bidang dan bagian-bagian konstruksi yang akan disambung
12).Paku keeling, baut-baut dan mur-mur

-Baut, mur dan paku keeling yang dipergunakan untuk konstruksi harus
mempunyai ukuran yang sesuai dengan ukuran dalam gambar.

-Baut, mur dan paku keeling, selain harus bermutu tinggi, harus berkekuatan
minimal sama dengan kekuatan baja profil dan pelat simpul.

-Pemasangan paku keeling dan mur baut harus kokoh dan kekokohannya merata
antara satu dengan yang lainnya.

13). Perlindungan pekerjaan-pekerjaan baja

a.Pengecatan
1. Kulitgiling dan permukaan korosi harus dibuang dengan menggunakan
semprotan pasir atau sikat baja atau dengan cara lain yang sama efektifnya
sampai permukaannya memperoleh warna metallic yang merata.

2. Setelah dibersihkan, permukaannya dicat dasar dengan meni besi yang


tebalnya 30-35 milimikron. Baja yang diberi cat sebelum dikirimkan ketempat
pekerjaan harus diperiksa. Cat dasar yang kurang baik harus dibuang,
digosok dan dicat dasar lagi.

3. Galvanisasi
-Dimana ditentukan ada pekerjaan galvanisasi, maka yang dikehendaki
adalah galvanisasi celup panas.
-Bahan yang dipakai adalah zinc chromate primer, lead zinc iron, alkyd based
primer, semuanya warna terang.

14). Pelat-pelat baja yang digalvanisir

a.Untuk talang-talang horizontal dan ducting untuk penyedot udara


(exhauster) dipergunakan bahan seng baja yang digalvanisir dengan
ketentuan di bawah ini:
-BJLS : 32
-Tebal pelat : 0,46 mm
-Berat tiap m2 : 380 gram

b.Semua pekerjaan ini harus dibuat sesuai gambar dengan standard paling
baik. Pinggiran dan gulungannya harus lurus dan rata, tidak ada lekukan.
Kelem patriannya harus betul- betul kedap air dan tidak tercecer atau
melimpah.

b.Solder pemateri harus dari mutu yang baik, terdiri atas 0,5 timah biasa dan 0,5
timah hitam. Untuk zat peleburnyadigunakan muriatic acid.

6.1 Pekerjaan Logam Lainnya

6.1.1 Lingkup pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua bahan, tenaga kerja/ ahli, peralatan,
perlengkapan lainnya yang diperlukan serta pemasangan dari semua
pekerjaan logam lainnya yang kebanyakan bersifat non structural, antara lain:
a.Perlengkapan yang berhubungan dengan pekerjaan ME, plumbing/ drainage.
b.Talang-talang air.
c.Teralis besi untuk pengaman ruangan/peralatan, railing tangga Angker dan lain-lain
yang lazim diperlukan untuk kesempurnaan pekerjaan konstruksi pada umumnya.

6.1.2 Bahan-bahan
Kecuali dinyatakan lain, maka semua bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan
ini harus dari baja jenis Bj.37 atau baja yang digalvanisir celup panas / logam
bukan besi yang disetujui oleh Konsultan MK.

6.1.2 Syarat-syarat pelaksanaan


Pada dasarnya semua pekerjaan logam ini, meskipun bersifat non structural,
pelaksanaannya tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan pelak-sanaan
pekerjaan baja structural seperti
diuraikan padapasal 6.
Jakarta, 2019
Dibuat Oleh :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
SATKER DIREKTORAT PRASARANA
TRANSPORTASI JALAN

TTD

76
Rencana Kerja dan Syarat Rencana
Teknis TerminalPenumpangKota Padang

A.SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PEKERJAAN


MEKANIKAL/ELEKTRIKAL

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat umum instalasi Mekanikal/Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas/


menambahkan hal-hal yang tercantum dalam Buku Syarat-syarat Administratip. Dalam hal ini Buku
Syarat-syarat Administratip saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Mekanikal /
Elektrikal.

PASAL 2. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

2.1 Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.

2.2 Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah
ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal ini, bila
tidak ada petunjuk dari Direksi / Pengawas.

2.3 Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga akhli dalam instalasi Mekanikal /
Elektrikal, untuk dapat dipertanggung-jawabkan.

2.4 Tenaga akhli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi
dengan Direksi/Pengawas pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

2.5 Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan operasionil.
Testing harus dilaksanakan di hadapan Direksi / Pengawas.

2.6 Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung-jawab
Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti / memperbaiki hal tersebut di atas.

2.7 Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian, adalah tanggung-jawab
Kontraktor.

2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan-bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas


pekerjaan dan lain-lain, untuk sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal ini harus sesuai dengan
standar-standar sebagai berikut :

2.8.1 Peraturan Umum Instalasi Listrik th. 2000.


2.8.2 Peraturan yang telah ditentukan PLN lainnya.
2.8.3 Peraturan-peraturan yang telah ditentukan Pemda Bogor.
2.8.4 Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
2.8.5 Penanggulangan Bahaya Kebakaran, peraturan DKI No. 3 tahun 1975. 2.8.6
Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi
No.59/DP/1980. 2.8.7 Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No. 48.
2.8.8 Peraturan Pokok Teknik Penyehatan mengenai air minum dan air buangan,
rancangan 1968 Dirjen Cipta Karya, Direktorat Teknik Penyehatan.
2.8.10 Algemeene Voorwarden Voor Drink Water Instalatir (AVWI).
2.8.11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173 / Men.Kes/ Per / VIII / 77,
tentang Pengawasan Pencemaran Air dari Badan Air untuk berbagai kegunaan yang
berhubungan dengan kesehatan.
2.8.12 Peraturan-peraturan dan standard yang telah disesuaikan dengan peraturan dan
standar Internasional dari KRT, ASME, ASHRAE, ASTM, VDE, BS, NEC, IEC, dll.
2.8.13 Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja.
2.8.14 Peraturan-peraturan yang ditentukan dalam spesifikasi ini maupun yang terdapat
dalam gambar-gambar. 2.8.15 Pedoman Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik 1980
(Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI). 2.8.16 Pedoman penanggulangan
bahaya kebakaran th. 1980 (Departemen PU).
2.8.17 Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung tahun 1985 (Departemen PU).
2.8.18 N.F.P.A dan F.O.C. sebagai pelengkap.
2.8.19 Peraturan Telekomunikasi 1989.
2.8.20 Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.

Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Mekanikal / Elektrikal ini selain
dari per- syaratan-persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari
persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

2.9 Pekerjaan dianggap selesai apabila:

2.9.1 Telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari Direksi / Pengawas.

2.9.2 Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga
Pemilik dapat membenarkannya.

2.9.3 Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama-sama dengan Direksi /


Pengawas, Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi
teknis.

2.10 Kontraktor.

2.10.1 Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.

2.10.2 Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah badan pelaksana
yang telah terpilih dan memperoleh kontrak kerja untuk penyediaan dan pemasangan
instalasi Mekanikal / Elektrikal ini sampai selesai.

2.10.3 Kontraktor harusmemiliki tenaga akhli yang mempunyai PAS PLN Kelas C untuk
pekerjaan instalasi listrik dan PAS PAM Kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan
kebakaran (pemipaan) sebagai penanggung-jawab di bidangnya masing-masing.
Kontraktor bertanggung-jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal / Elektrikal dalam
proyek ini dan menempatkan paling tidak seorang tenaga akhli yang setiap saat dapat
berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi di lapangan.

2.10.4 Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang


ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

2.10.5 Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang,


peraturan-peraturan, persyaratan umum, maupun suplementernya, persyaratan standar
internasional, persyaratan pabrik pembuat unit-unit peralatan, buku-buku dokumen
pelelangan, bundel gambar-gambar serta segala petunjuk tertu- lis yang telah dikeluarkan.

2.10.6 Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Direksi / Pengawas atau pihaklain yang
ditunjuk, bilamana menurut pendapatnya pada dokumen-dokumen pelelangan,
gambar-gambar atau lainnya terdapat hal-hal yang kurang jelas.
2.10.7 Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan
dari pihak-pihak Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak
lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya. Bilamana sampai terjadi gangguan,
maka Kontraktor wajib mengerjakan saran-saran perbaikan untuk segenap pihak. Apabila
hal inidilakukan, Kontraktor tetap bertanggung-jawab atas segala kerugian-keru- gian yang
ditimbulkan.

2.11 Koordinasi Dengan Pihak Lain.

2.11.1 Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan koordinasi /


penyesuaian pelaksanaan pekerjaannya denganseluruh disiplin pekerjaan lainnya atas
petunjuk akhli sebelum pengerjaan dimulai maupun pada waktu pelaksanaan. Gangguan
dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari. Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya
koordinasi menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.11.2 Kontraktor wajib bekerja-sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran


pelaksanaan proyek ini, terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor sipil maupun
arsitektur.

2.11.3 Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh / sedapat
mungkin digunakan peralatan-peralatan yang seragam dan merek yang sama untuk
seluruh proyek ini agar mudah pemeliharaannya.

2.11.4 Untuk semua peralatandan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak lain
atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi sistem ini, Kontraktor
bertanggung-jawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini.

2.11.5 Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi, dan memberikan petunjuk kepada


Kontraktor lainnya untuk melakukan penyambungan kabel-kabel, pemasangan
sensor-sensor, perletakan peralatan / instalasi, pembuatan sparing dan lain-lainnya pada
dan untuk peralatan Mekanikal / Elektrikal agar sistem Mekanikal / Elektrikal keseluruhan
dapat berjalan dengan sempurna. Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung-jawab
penuh atas peralatan-peralatannya tersebut. 2.12 Penolakan Pekerjaan Sistem Mekanikal /
Elektrikal.

Apabila sistem pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal atau tidak
memenuhi persyaratan dalam spesifikasi dan gambar, ternyata Kontraktor gagal untuk
melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang cukup menurut Direksi / Pengawas serta
pihakyang berwenang, maka keseluruhan atau sebagian dari sistem ini sebagaimana
kenyataannya, dapat ditolak dan diganti.

Dalam hal ini pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
di atas dengan baik atas biaya dan tanggung-jawab Kontraktor.

2.13 Pengawasan Instalasi.

2.13.1 Shop Drawing.

Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar kerja/shop


drawing rangkap 4 (empat).
Gambar kerja tersebut haruslah gambar yang telah dikoordinasikan dengan semua
disiplin pekerjaan pada proyek ini dan disesuaikan dengan kondisi lapangan yang
ada.

Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah diperiksa dan disetujui oleh
Direksi / Pengawas.

2.13.2 Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya
kepada Direksi / Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya
secara tertulis untuk dapat dipasang. Seluruh contoh harus sudah diserahkan di dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah Kontraktor memperoleh SPK.

2.13.3 Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu pelaksanaan, skedul tenaga kerja,
skedul pengadaan peralatan dan net-work planing yang terrinci untuk setiap pekerjaannya
dan diserahkan kepada Direksi / Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan
persetujuannya.

Skedul dan net-work planing harus diserahkan dalam waktu 15 hari kalender sesudah

menerima SPK. 2.13.4 Kontraktor harus mengadakan :

a.Laporan kegiatan pekerjaan harian


b.Laporan prestasipekerjaan dan pengadaan material mingguan
c.Laporan prestasi pekerjaanbulanan beserta foto-foto dokumentasi.

2.13.5 Untuk setiap tahap pekerjaan sistem Mekanikal dan Elektrikal yang telah selesai
dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Direksi / Pengawas
atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan bahwa tahap pekerjaan sistem Elektrikal dan
Mekanikal telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada. Tahap-tahap
pekerjaan sistem ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada jadwal perincian waktu yang
diserahkan oleh Kontraktor.

2.13.6 Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial run pekerjaan sistem Mekanikal dan
Elektrikal ini harus dihadiri pihak Direksi / Pengawas, Konsultan, Akhli atau pihak-pihak lain
yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas. Untuk ini harus dibuatkan berita acaranya bersama
pemegang merek peralatan yang diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan. Peralatan
untuk pengujian harus berkualitas baik dan sudah ditera. Semua biaya pada waktu
pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.13.7 Kontraktor wajib melaporkan kepada Direksi / Pengawas atau Akhli yang ditugaskan
apabila sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada saat
melaksanakan pekerjaan.

2.13.8 Untuk pekerjaan di luar jam kerja, biaya yang dikeluarkan Direksi / Pengawas untuk
pengarahan dan pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor.

2.14 Pembersihan Lapangan.

2.14.1 Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan yang
digunakan. Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi
pembersihan lapangan tersebut. 4
2.18.4 Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin dilakukan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus memberikan data-data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan peralatan
yang diperlukan kepada Direksi / Pengawasuntuk mendapat persetujuan.

2.18.5 Semua fasilitas yang diperlukan pada saat proyek berjalan, yaitu air, listrik, saniter
darurat harus disediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar untuk
mendapatkan persetujuan Direksi / Pengawas.

2.18.6 Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langitdan lain-lain, harus diberi
lapisan isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan perbaikan
dan pemeliharaan dari segi teknis. Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar
kerja kepada Direksi / Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.Segala akibat pekerjaan
tersebut harus sudah diperhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor.

2.18.7 Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus ditutup
kembali seperti semula dan dirapikan / difinish yang rapisehingga tidak terlihat lagi
bekas-bekas pembobokan.

2.18.8 Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus menyerahkan


gambar / data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan dipasang, agar
peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik berikut pengamanannya. Jika hal ini tidak
dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.19 Sub Kontraktor.

2.19.1 Apabila diperlukan tenaga-tenaga akhli khusus karena tenaga-tenaga pelaksana yang
ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian dan lain-lain,
Kontraktor dapat menyerahkan sebagianins-talasinya kepada Sub Kontraktor lain setelah
mendapatkan persetujuan secara tertulis dari Direksi / Pengawas.

2.19.2 Kontraktor masih harus bertanggung-jawab sepenuhnya atas segala lingkup


pekerjaannya, baik yang dilaksanakannya sendiri maupun terhadap pekerjaan yang
diserahkan kepada Sub Kontraktor (di-subkontrak-kan).

2.20 Site Manager.

2.20.1 Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh seorang
yang cukup berpengalaman dan diberi wewenang oleh penandatangan kontrak untuk
mengambil keputusan di lapangan. Ia bertanggung-jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan
instalasi pada proyek ini dan harus selalu berada di lapangan (site). Bila ia akan
meninggalkan site harus ada orang lain yang secara tertulis diberikan wewenang untuk
mewakilinya.

2.20.2 Nama, perincian pengalaman kerja Site Manager harus disertakan oleh Kontraktor
pada saat penawaran dilakukan.

2.20.3 Bilamana ternyata menurut pendapat pihak Direksi / Pengawas, Konsultan Perencana
atau pihak yang berwenang, Site Manager yang ditunjuk kurang cakap menjalankan
tugasnya, Kontraktor harus menggantinya denganorang lain.

2.20.4 Selama Site Manager belum ditunjuk, penanda-tangan kontrak yang harus
bertindak sebagai Site Manager.
a. Instalasi penerangan dan stop kontak
b.Instalasi penangkal petir
c.Instalasi telepon.
d.Instalasi kabel data
e. Instalasi fire alarm

3.3. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.

3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistem instalasi Mekanikal / Elektrikal sesuai dengan
gambar dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.
3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Direksi / Pengawas, Konsultan atau pihak lain yang ditunjuk untuk
ini.

3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung-jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Mekanikal / Elektrikal harus
berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknik, serta adendum
lainnya.

3.8. Bila dalam spesifikasi ini terdapat klausal-klausal / butir-butir yang ditulis / disebutkan kembali,
hal ini bukan berarti klausalnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas spesifikasinya.

3.9. Kontraktor harus memperhitungkan di dalam harga instalasi Mekanikal / Elektrikal segala biaya
pengujian di pabrik pembuatnya dan memberikan ijin untuk disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Pemilik. Sistim pengujian harus disampaikan secara tertulis 1 (satu) bulan sesudah menerima
SPK.
B.SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS
INSTALASI LISTRIK

PASAL 1. UMUM

Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan
oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk
seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun di luar
bangunan Gedung.

Dalam hal ini Syarat-syarat Teknis Umum Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari
Syarat-Syarat Khusus Teknik ini.

PASAL 2. PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK.

Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah 220/380V PLN sebesar53
KVA, diterima oleh
SDP-ATS yang diletakkan di bangunan khusus (Power House).

Melalui panel SDP-ATS selanjutnya didistribusikan ke panel-panel sub-distribusi dan panel daya /
penerangan gedung secara radial.

Sistem distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi tiga fasa- empat kawat 220 / 380
V mengikuti sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman).
Sebagai sumber daya cadangan digunakan 1 (satu) unit diesel-generator set berkapasitas 50 kVA
yang dilengkapi dengan panel otomatis-AMF (Automatic Mains Failure).

Daya cadangan ini digunakan untuk mencatu seluruh penerangan bangunan, sebagian beban air
conditioner dan seluruh sistem pemompaan air bersih dan hydrant.

Antara sumber daya PLN dengan diesel-genset diberikan fasilitas interlock.

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem listrik sebagai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun
yangdispesifikasikan.

Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian,
pengesahan terhadap seluruh material berikut pemasangan/instalasinya oleh badan resmi PLN,
LMK dan / atau Badan Keselamatan Kerja, serta serah-terima dan pemeliharaan / garansi selama 12
bulan.

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat
teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalampekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem listrik sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk
pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya system / peralatan, walaupun tidak
tercantum pada Syarat-syarat Khusus Teknik atau gambar dokumen.

3.1 Pekerjaan di Bangunan Kantor dan RuangPanel (Power House).

3.1.1 Pengadaandan pemasangan serta penyetelan panel utama tegangan rendah


SDP-ATS, PP-DGS, LP-1, LP-2 LP-3,LP-4 ( roof garden ) dan PP-UPS.

3.1.2 Pengadaan dan pemasangan seluruh kabel daya tegangan rendah jenis NYY dan
NYFGbY yang menghubungkan :
.
-SDP-ATS keLP-1, LP-2, LP-3, LP-4 dan PP-UPS,
-GENSET ke SDP-ATS.
-dan kabel daya lainnya.

Kabel penghubung tersebut lengkap dengan terminasi (sepatu kabel) yang diperlukan.

3.1.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan daya (stop kontak),
lengkap dengan armatur, power receptacle outlet dan alat-alat bantu yang diperlukan.

3.1.4 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pentanahan, baik pentanahan sistem
listrik maupun badan (body) peralatan listrik.
Melakukan pengujian tahanan isolasi (meger test 500 V) terhadap kabel-kabel daya
tegangan rendah dan kabel instalasi penerangan / stop kontak.

d. Splice / Pencabangan.

Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan -


sambungan di dalam pipa konduit.

Sambungan ataupencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak cabang


atau kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.

Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus kuat secara
elektris dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau
soldered.

Dalam membuat pencabangan atau sambungan, konektor harus


dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik sedemikian rupa,
sehingga semua konduktor tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang
kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

e. Kabel Kontrol.

Di tempat-tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel kontrol motor,
starter dan

peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis stranded annealed

copper yang fleksibel. Isolasi harus dari PVC, tahan lembab dan ozon dengan

rating tegangan sampai 600 V.

Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 mm2
untuk panjang lebih dari 30 m) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan
dari peralatan yang dikontrol, dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai
panjang circuit dan sebagainya.

Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar).

f. Bahan Isolasi.

Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
varnished cambric, asbes, gelas, tape sintetis, resin, splice case, composition
dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan
kerja dan lain-lain yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang
disetujui, menurut anjuran perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.

g. Pemasangan Kabel.

1. Pemasangan di Permukaan.

a. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan.


Semua kabel harus dipasang di dalam konduit PVC high-impact heavy
gauge, dipasang
di permukaanpelat beton langit-langit dengan klem pendukung yang
sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus di cat dengan cat anti karat.

Semua kabel harus dipasang lurus/sejajar dengan rapi dan teratur.


Pembelokan kabel harus dilakukan dengan jari-jarilengkungan tidak
boleh kurang dari syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali diameter
kabel).

Konduit ex CLIPSALatau setara.

b. Kabel Daya Penghubung Antarpanel.

Kabel-kabel daya diletakkan di atas cable tray, di klem pada cable


traydengan cable ties (pita plastik pengikat kabel).

Pemasangan cable tray harus mengikuti jalur yang direncanakan


secara rapi dan digantung atau disangga secara kokoh dengan
penggantung/penyangga besi yang diklem ke pelat beton.

Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan


sendiri peralatan penunjang seperti tray, klem, besi penunjang,
penggantung dan peralatan lainnya, baik untuk kabel yang dipasang
horizontal maupun vertikal.

Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada biaya


pemasangan kabel tersebut.

c. Kabel Daya dari Panel Daya Motor ke Motor-motor Pompa.

Jenis kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di dalam


konduit metal
tahan karat (galvanized/white metal conduit) yang diletakkan di atas
pelat lantai.

Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju motor dengan
faktor pengisian 40 %.

Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju menuju motor,


kabel ditarik ke terminal motor melalui flexible metal conduit yang juga
tahan karat.

Ukuran konduit fleksibel ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit
dan disambung dengan cara sedemikian rupa, sehingga
benar-benar kedap air. Demikian juga penyambungan pipa fleksibel
terhadapbox terminal motor.

Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan contoh konduit


fleksibel serta cara penyambungannya terlebih dahulu kepada
Direksi/Pengawas untuk disetujui.

2. Pemasangan di Dalam Dinding.

Kabel instalasipenerangan dan stop kontak yang dipasang di dalam dinding


harus diletakkan di dalam konduit PVC high impact heavy gauge dengan
ukuran minimum 3/4".

Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus dilakukan
setelah pipa selesai ditanam.

3. Pemasangan Menembus Dinding.

Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang
terbuat dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang
kabel.

i. Penggunaan Warna Kabel.

Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGbY untuk tegangan fasa,
netral dan nol harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh PUIL 1987, yaitu
:
K u n c i.

Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "catch and flat key lock". Jenis
kunci untuk setiap kabinet harus dari tipe "common key", sehingga kunci untuk
setiap kabinetnya adalah sama. Pada masing-masing kabinet harus disediakan
dua anak kunci.

c. Tinggi Pemasangan Panel.

Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel


dengan mudah masih dapat dijangkau. Tergantung pada tipe/macam panel,
bila dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/penggantung, Kontraktor harus
menyediakan dan memasang, sekalipun tidak tertera pada gambar.

d. L a b e l.

Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch
group, pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label
sesuai dengan fungsinya untuk mengindikasikan / mengidentifikasikan
penggunaan / nama alat tersebut.

Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.

5.1.5 Sistem "Race Way"

Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduitbeserta
perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi
kabel.

a. Ukuran.

Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa melayani
dengan baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PUIL dan lain-lain.

Diameter minimum konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran dengan faktor
pengisian kabel maksimum 40 %.

b. Bahan.

Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan uPVC
high-impact heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099.

Konduit metal untuk instalasi daya pompa yang digunakan harus dari jenis
heavy gauge galvan- ized welded steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 :
part I & II class 4.

c. Pemasangan.

1. Race Way yangDitanam di Dinding.

Penanaman konduit di dalam dinding beton yang sudah jadi dilakukan


dengan jalan membobok dinding beton dengan pahat.

Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya, sesuai


dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang.

Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding sesuai dengan


kondisi semula. Selama dilakukannya pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung
konduit harus ditutup untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran
lainnya.

2. Race Way yang Dipasang di Permukaan.

Race way yang dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipasang


sejajar atau tegak-lurus dengan dinding bagian struktur atau pertemuan
bidang-bidang vertikal dengan langit-langit.

Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit-langit,


harus digunakan klem-klem khusus untuk pipa sejajar.

Ujung-ujung pipa pada peralatan harus dipasang dengan sekrup dengan


kuat. Semua ujung pipa yang bebas harus ditutup/dilengkapi dengan plat
kuningan yangsesuai.

Untuk daerah yang lembab, semua peralatan pembantu, fitting-fitting, klem


dan lain-lainnya harus digalvanisir atau di cat tahan karat dan harus
digunakan pendukung supaya pipa bebas dari permukaan korosif.

Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus dicat


satu jalan sebelum dipasang, dan sekali lagi sesudah dipasang, dengan
warna yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus dicat


dengan warna sebagai berikut :
a. Pipa penerangan dan daya -orange
b. Pipa kabel telepon -hijau
c. Pipa kabel fire alarm -merah
d. Pipa kabel tata-suara -kuning
e. Pipa kabel BSS -biru
f. Pipa jabel data -hitam

3. Race Way yang Dipasang di Dalam Tanah.

Race way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus
mempunyai dua lapis cat aspal pada permukaan sebelah luar sebelum
dipasangkan. Di atas race way tersebut harus diberi patok penunjuk.

Pipa/race way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi
standar SII.

4. Race way Melintas / Menembus Dinding.

Bila pipa melintas tembok, penyekatruangan, lantai, langit-langit dan


lain-lain, maka lubang harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin
dapat dilalui oleh debu, lembab (uap air), api dan asap.

5. Cable Trench.

Kedalaman parit kabel (cable trench) untuk penanaman kabel di bawah


tanah minimal 80 cm dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain,
misalnya saluran air, cable trench dapat dan harus ditanam setelah
pengerasan tanah.
Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah
pengerasan badan jalan atau bila sebelumnya harus lebih dari 110 cm atau
atas persetujuan Direksi/Pengawas.

6. Konduit Logam Flexibel Tahan Air.

Konduit logam flexibel yang tahan air harus dipakai pada kondisi di mana
ada kemungkinan pengerasan, getaran atau penempatan dalam atmosfir
yang korosif, lembab atau berupa minyak. Termasuk dalam hal ini adalah
pemakaian pada kabel masuk ke terminal motor pompa.

Suatu bungkus(sheath) yang tahan cairan dari polivinyl chlorida (PVC)


harus menonjol pada inti baja yang flexibel.

Sambungan antara konduit yang kaku, fitting dari konduit dan sebagainya
dengan konduit fleksibel harus dibuat dengan fitting jenis "insulated
throat type" yang dianjurkan oleh pembuat dari konduit logam tahan cairan
tersebut.

Suatu konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan pentanahan


(earth continuity) harus pula dimiliki oleh race way / konduit ini.

7. Pengakhiran dan Sambungan.

Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan
lain-lain, dengan dua lock nut dan sebuah insulating bushing insert yang
harus terbuat dari thermoplastic atau "fibre minded" yang dimatikan untuk
mencegah rusaknya kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari
sistem grounding dari race way.

Sambungan untuk race way/pipa logam elektrikal harus dari jenis yang
tahan hujan atau fitting dengan konsentrasi tinggi dengan sistem
penguncian interlock compressed.

8. Pentanahan.

Setiap peralatan yang beroperasi dengan teganganlebih besar dari


tegangan ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektip.

Bahan-bahan logam/metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka,


termasuk pelindung
kabel (sheath/armour), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak,
armatur, saklar
dengan penutup metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu untuk
pentanahan.

Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor pentanahan tidak


diperbolehkan.

Dalam hal ini harus digunakan konduktor pentanahan tersendiri yang


terbuat dari tembaga dengan daya hantar yang tinggi.

Luas penampang minimum konduktor pentanahan adalah 6 mm2 dan


dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan
harus menggunakan penyambung mekanis yang disetujui oleh
Direksi/Pengawas.

Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :

a.Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm.

Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grill (louvres) ventilasi untuk
membatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada
nilai-nilai yang dipersyaratkan dalam standar VDE/IEC untuk peralatan
yangtertutup.

Penutup panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai


konstruksi sekrup (screwed on/bolted on).

Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna


terhadap kemungkinan terkena percikan air.

Tebal pelat baja yang digunakan minimum 2 mm.


2. Pull Box.

Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan,
harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis
konstruksi yang samadengan switch board pada bagian atas dari switch
board.

Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus dari bagian-bagian yang bisa
dibuka lepas.
Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbestos atau bahan tahan api
yang serupa.

Kabel menuju individual breaker harus tegak lurus melalui


lubang-lubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini.

Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang struktur harus bisa


dilepas dengan mudah supaya memungkinkan pembuatan lubang-lubang
untuk konduit kabel atau bus duct yang diperlukan.

Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa,


sehingga terhindar kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc
proofing).

Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan


ventilasi dan pemasangan peralatan circuit breaker yang bisa
dipindah-pindahkan bilamana perlu.

3. Konstruksi.

Panel-panel harus seperti yangdisyaratkan di sini dan seperti ditunjuk


dalam gambar untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan.

Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh


berbeda menurut keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa
fungsi dan operasi yang dimaksud dapat dicapai.

Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti
dalam urutan yang tepat untuk mempermudah pemeriksaan bangunan
(konstruksi).

Tempat struktur bus-bar dan hubungan - hubungannya harus dibangun dan


ditunjang
untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi tertentu
tersebut.

Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk


menjamin daerah kontak yang baik.

4. Ventilasi

Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine.


Untuk menjaga benda-benda asing masuk melalui lubang tersebut, pada
bagian dalam harus diberi lapisan pelat yang juga dilubangi (di-punch).

5. Papan Nama.

Setiap pemutus daya(circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama


yang dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat
dilihat dengan mudah. Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan
dengan jelas rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung
padanya. Keterangan mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar kerja.

Mimic diagram berwana biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan
komponen-kompo- nen dan tanda-tanda untuk komponen tersebut.

6. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari.

Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka


ruangan-ruangan tersebut harus dilengkapi dengan pemutus daya
cadangan, terminal, klem-klem pemasangan, pendukung dan sebagainya,
untuk peralatan yang dipasang di kemudian hari.

Kemungkinan penyambungan di kemudian hari dapat berupa peralatan


baru, misalnya saklar, pemutus daya, kontaktor dan lain-lain.

7. Bus-Bar / Rel Daya.

Bus-Bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar


dengan rapi sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi.

Jarak antar rel daya harus memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di
dalam PUIL 1987.

Bus-Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard drawn high
conductivity" yang memenuhi standar B.S. 1433, dilapisi perak pada
bagian luarnya secara menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan
kemampuan 150 % dari arus beban terpasang.

Ukuran bus-bar disesuaikan dengan peraturan PUIL 2000.

Semua Bus-Bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolatoryang


terbuat dari bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya
porselain atau moulded insulator, sedemikian rupa sehingga mampu
menahan gaya mekanis yang terjadi akibathubung-singkat. Rel daya
dicat dengan warna yang sesuai denganpenandaan fasa menurut PUIL.
Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70o C.

Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full
neutral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan
yang telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan
klem untuk pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini,
konfigurasi bus-bar adalah 3 fasa-4kawat-5 bus. Semua hubungan dari
bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan arus lebih besar dari 63
A harus dilakukan melalui batang-batang tembaga dari jenis yang sama
dengan bus-bar.

Untuk arus yang lebih kecil, diijinkan menggunakankabel berisolasi PVC (NYY
atau NYA).

Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan


ukuran-ukuran dari bus-bar dan susunannya

Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan


disediakan cara-cara untuk penyambungan di kemudian hari.

Apabila saluran keluar (out going feeder) yang menuju ke satu teminal
terdiri atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari
2 (dua) buah sepatu kabel pada satu terminal atau bus-bar.

Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan


batang tembaga tambahan untuk menyatukan sepatu kabel tersebut pada
satu terminal yang berlainan.

8. Alat-alat Ukur.

Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dantrafo ukur seperti
yang ditunjukkan di dalam gambar rencana.
Bila digunakan amperemeter selector switch (saklar pindah), pada saat
pemindahan pengukuran arus, saklar pindah untuk amperemeter harus
berada pada posisi off, dan pada posisi ini trafo arus harus dalam keadaan
terhubung-singkat.

Meter-meter harus dari type besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang
secara tegak lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5
dengan penunjukan melingkar (minimum 90o), skala linier, dipasang secara
flush dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 96 mm x 96 mm.

Posisi dari saklar putar untuk voltmeter dan amperemeter harus ditandai
dengan jelas.

a. Amperemeter (A-m)
Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan beban lebih
sebesar 120 %
dari batas atas penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan
penunjuk
berwarna merah (index pointer) untuk menandai besarnya arus beban
penuh.

Amperemeter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5 kW


atau lebih pada salah satu fasanya.

Amperemeter harus mampu untuk menahan pergerakan yang timbul


akibat arus start motor dan mempunyai skala overload yang rapat
(compressed) untuk keperluan pembacaan arus start tersebut.

Pada amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur


penunjukkan nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar dibagian
depan.

b. Voltmeter (V-m)
Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai
skala penunjukan yang lebar. Suatu arus kesalahan mengalir pada
salah satu kutub harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara
bersamaan.

-MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih


(overload-inverse time) secara mekanis dengan bimetal dan arus
hubung-singkat (overcurent-instantaneous) secara mekanis dengan
solenoid (magnetis).

Arus nominal dari MCCB dan MCB harus sesuai dengan gambar,
dengan kapasitas pemutusan (breaking capacity) disesuaikan dengan
letak pemutus daya tersebut.

Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung-singkat


3 fasa simetris yang mungkin terjadi pada titik-titik beban dan
menganjurkan jenis MCCB serta MCB yang sesuai. Hasil perhitungan
dan katalog pemutus daya yang disarankan untuk digunakan harus
disertakan pada saat penawaran pekerjaan.

c. Fused Knife Switch.

Fused knife switch yang digunakan harus memenuhi persyaratan B.S.


5419 : 1977 (fully tropicalized)

-Kecepatan penutupan dan pembukaan saklar harus bebas dari


kecepatan gerak tangan operator dengan mode quick make / quick
break.

-Pemasangan fused knife switch di dalam panel harus sedemikian


rupa, sehingga pada kondisi membuka, penutup switch tidak
menghalangi pintu panel untuk ditutup.

-Semua fuse yang digunakan harus dari jenis HRC (high rupturing
capacity) yang memenuhi standar B.S. 88 dan mempunyai fusing
factor kelas Q1 dan kategori kerja AC 46.

-Fuse carrier dan holder harus terbuat dari keramik atau dari high
density phenolic moulding yang memenuhi persyaratan B.S. 771 /
159.

e. Kontaktor.

Kontaktor-kontaktor atau rele kontrol harus memenuhi persyaratan


B.S. 5424 |Part 1 : 1977.

-Rating kontaktor atau rele harus sesuai dengan gambar dan


tidak kurang dari 10 A. Rating tersebut harus merupakan rating
kontinyu.

-Semua kontak (kutub) kontaktor atau rele harus dilapis dengan perak
(silver). -Coildari kontaktor atau rele harus mempunyai rating
tegangan 220 V, 50 Hz.

13. Terminal Pembantu.

Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan


beberapa kabel yang disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor harus
juga menyediakan terminal pembantu yang diperlukan. Terminal pembantu
tersebut harus terbuat dari bahan yang sama dengan terminal utama
dengan kapasitas hantar arus yang sesuai dan dilubangi sesuai dengan
ukuran sepatu kabel yang digunakan. Setiap mur-baut yang digunakan
harus dikencangkan dengan baik agar terhindar dari kemungkinan
hubungan-longgar (contact lost).

5.1.8 Peralatan Penerangan.

1. Umum

Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan


serta alat-alat lain yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna
dari semua peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan dan
ditunjuk pada gambar-gambar.

2. Kualitas dan Pengerjaan.

Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun
khusus harus dari kualitas terbaik.

Pengerjaan harus kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan


standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengangambar dan skedul,
atau seperti yang disyaratkan di sini.

Armatur ex ARTOLITEatau setara.

3. Jenis Armature.

a. Lampu-lampu Flourescent (TL)

Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe. Untuk twin lamp atau
double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadakan efek
stroboskopis. Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk
perbaikan faktor kerja sehingga mencapai minimum 0,96. Balast harus dari
tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus
memenuhi standar PLN/SII/LMK.

b. Lampu Down Light.

Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang tertentu menggunakan


jenis lampu sesuai dengan gambar rencana. Pada daerah selasar
bangunan kantor utama menggunakan reflektor gold sedangkan untuk
pemasangan di dalam ruangan lainnya menggunakan reflektor silver.

c. Lampu Baret.

Lampu baret yang digunakanharus berbentuk persegi, terbuat dari kaca


susu dengan lampu pijar (incandescent) atau lampu TL circle 32 W sesuai
dengan kebutuhan.

d. Lampu Taman.

Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana arsitektur lengkap


dengan tiang yang diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasangkan box
berisi fuse 2 A dan terminal penyambungan kabel.

Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYM 3 x 2,5 mm2
dengan salah satuinti kabel dipasangkan ke badan metal lampu untuk
pentanahan.

Jenis lampu mercury adalah mixed type (ML) yang penyalaannya tidak
memerlukan ballast.

4. Pemasangan.

Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh


tukang yang berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui
Direksi/ Pengawas.

Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan lain


yang perlu agar diperoleh hasil pemasangan yang baik.

Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga


betul-betul lurus.

Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak


boleh mempunyai sela-sela di antara bagian-bagian fixture dan
permukaan-permukaan di sebelahnya.

Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan(grounded).

Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan


tersebut harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi
sempurna serta bebas dari semua cacat /kekurangan.

Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus


menyala secara lengkap.

.
PASAL 6 . PENGUJIAN DAN PENYETELAN PERALATAN DAN SISTEM.

6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian (testing),
penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.

6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang tergabung
dalam pekerjaan renovasi sistem listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga
kerja harus dilaksanakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik
yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan pengujian dan commisioning.
6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan
Direksi/Pengawas antara lain :

a.Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian (section) maupun
keseluruhan (overall).

b.Pengujian pentanahan panel.

c.Pengujian kontinuitas konduktor/kabel.

d.Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.

e.Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out)

f.Load testing.

g.Penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan mencatat data
setelan yang dilakukan.

h.Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan resmi
yang ditunjuk Direksi/Pengawas.

6.4 Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di atas
atau standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.

C. SYARAT-SYARAT KHUSUSTEKNIS PEKERJAAN TELEPON PASAL

1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan telepon yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan instalasi telepon ini meliputi :

2.1. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi telepon (PABX) lengkap dengan peralatan -
peralatan yang diperlukan, sehingga sistem bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan
perencanaan.

2.2. Menyelesaikan seluruh perijinan yang diperlukan sehingga dapat terjamin kelancaran pekerjaan
hingga dilakukan serah terima pekerjaan.

2.3. Melaksanakan pengujian terhadap instalasi sesuai dengan standar PT. TELKOM dengan
disaksikan oleh Direksi/Pengawas yang akan menyatakan bahwa instalasi berfungsi dengan baik
dan dapat diterima.

2.4. Melaksanakan pemeliharaan sistem (garansi) sekurang-kurangnya selama 12 (dua belas)


bulan, termasuk penyediaan suku-cadangnya.

PASAL 3. PRINSIP PERENCANAAN.

Yang dimaksud dengan instalasi telepon adalah instalasi PABX dengan saluran terbagi menjadi dua
bagian yaitu :

- TRUNK, adalah saluran yang berhubungan langsung ke saluran jaringan telepon PT. TELKOM
atau saluran yang
digunakan untuk interkoneksi antar PABX

- EXTENSION, adalah saluran cabang dari PABX yang dihubungkan ke pesawat telepon intern.
Mode operasi yang dapat diprogramkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap pesawat telepon
extension adalah sebagai berikut :

- Direct Access, yang memungkinkan hubungan antara pesawat telepon extension dengan
pesawat telepon luar (saluran PT. TELKOM) secara otomatis tanpa bantuan operator.

- Indirect Access, diperlukan bantuan operator agar saluran extension dapat berhubungan dengan
saluran PT. TELKOM.

- No Access, mencegah sama sekali hubungan suatu saluran extension dengan saluran PT.
TELKOM

- Toll Access, yang memungkinkan hubungan interlokal secara langsung dari suatu saluran
extension tanpa bantuan operator

Pada gambar rencana dapat dilihat titik outlet saluran extension. Status mode yang

diinginkanakan ditentukan kemudian. Setiap titik outlet di dalam gambar rencana tersebut

merupakan titik outlet lengkap dengan hand set (pesawat telepon). Selanjutnya operasi sistem

yang diinginkan dapat diuraikan seperti di bawah ini :

A. OPERASI SISTEM

1. Flexible Numbering Scheme

Penomoran pesawat extension (cabang) berupa 2 atau 3 angka yang dapat dipilih secara
bebas.

2. DTMF Transmitter + Receiver

Dapat menggunakan pesawat DTMF 12 atau 16 keypad (Q23) dengan atau tanpa FLASH
key dan dapat disambungkan ke CO line/sentral PTT DTMF atau decadic (pulse signalling).

4. Synthesized Music on Hold

PABX telah dilengkapi dengan chip IC synthezised music untuk keperluan Music on Hold
bila diinginkan (switchable).

4. External Music on Hold

Dapat dihubungkan dengan sumber musik luar (misalnya tape) untuk menggantikan
Synthesized Music on Hold diatas (switchable), dilengkapi dengan rangkaian pemutus arus
untuk tape tersebut yang akan bekerja bila ada yang menggunakan fasilitas hold atau
transfer .

5. Paging All Zones

Mempunyai rangkaian paging untuk minimal 4 zone yang dapat dihubungkan dengan
sound-system yang ada. Semua extension dapat memanggil melalui paging dengan
menggunakan pesawat teleponnya sendiri dan orang yangdituju dapat menjawab/
menghubungi melalui pesawat extension yang terdekat.

6. SMDR ACCESS

Bila diperlukan dapat dilakukan Station Message Detail Recording (SMDR) dengan

perekaman pada printer serial. Perekaman printer antara lain :


-judul : nama perusahaan, hari, tanggal, bulan, tahun.
-isi : nomor ext, nomor trunk, jenis hubungan (lokal, SLJJ, internasional), tanggal, bulan,
tahun, waktu, duration (jam, menit, detik) jumlah pulsa (bila ada pulsa balik dari PT.
TELKOM), nomor yang diputar keluar (maks. 32 digit).

7. Night Service

Setelah operator pulang, incomming call dapat dijatuhkan ke dua extension yang berlainan,
misalnya ke extention A dan B.

Dapat juga disambungkan dengan extra bell, yang memungkinkan setiaporang dapat
mengambil panggilan masuk tersebut dengan memutar kode untuk NCP (Night Service Call
Pick-up).

8. 12 Volt Battery Back-Up

Bila listrik PLN padam, PABX harus dapat bekerja dengan sumber tenaga dari batere selama
lebih-kurang 8 jam.

9. DOD Barring

Setiap extension dapat diprogram untuk bekerja secara direct access, indirect access, no
access dan toll access.

10. Busy Lamp Field (BLF) / Direct Station Sel (DSS)

Setiap pesawat operator dapat disambungkan dengan BLF/DSS yang berfungsi sebagai
indikator, single button transfer, call pick-up, call forwarding, membantu dalam
pemrograman.

Setiap BLF/DSS berisi 30 buah LED dengan rangkaian 2 buah (60 extension).

11. Programming

Dapat dengan mudah melakukan programming (pemasukan data) melalui operator dengan
password tertentu sehingga kerahasiaan terjamin.

12. Internal Electronic Directory

Setiap extension dapat diprogramkan nama yang bersangkutan sehingga apabila operator
memanggil atau dipanggil, pada operator console terdisplay nama orang pada extension
tersebut (minimum 9 karakter).

B. OPERASI EXTENSION / STATION

1. Jenis Pesawat Yang Dipakai


Dapat digunakan multi line station (masing-masing 1 port) atau single line station
(masing-masing 1 port). Dalam hal single line station digunakan decadic push-button (10
atau 20 pps) atau DTMF 12 atau DTMF 16 tombol.

2. Internal Call
Setiap extension dapatberhubungan dengan extension lain yang ada di dalam sistem PABX,
kecuali bila diprogram no access.

3. Internal / External Inquiry Call

Selama seseorang (pihak A) sedang berbicara dengan B, salah satu dari mereka dapat
memanggil pihak ketiga (C) baik di dalam (intern) maupun di luar (PT. TELKOM) bila ia diberi
fasilitas keluar langsung (DOD / direct access).

4. Back and Forth (BNF)

Dari proses inquiry di atas, dapat dilakukan BNF, yaitu bila pihak Ayang melakukan inquiry
call, ia dapat memilih berhubungan dengan B atau C bergantian. Pihak yang tidak terlibat
akan diberi nada tunggu atau musik (bila dipasang music on hold).

5. Internal / External Transfer

Dari proses BNF di atas, Adapat mentransfer hubungan dari C ke pihak B yang sedang
menunggu, yaitu dengan menutup / release pesawat teleponnya. Dengan demikian C
terhubung langsung dengan B.

6. Automatic Transfer

A sedang berhubungan dengan pihak luar (PTT) dan dapatmentransfernya ke pesawat B


tanpa harus berbicara dahulu dengan pihak B.

7. Internal Conference (3 pesawat cabang)

Dari inquiry call atau BNF, pihak A (yang pertama kali melakukan inquiry call) dapat
melakukan 3 - party conference, yaitu berbicara bertiga antara A, B dan C sekaligus.

8. External Conference (2 internal + 1 external)

Sama dengan internal conference, tetapi salah satu dari B atau C adalah pihak luar (PTT)

9. Automatic Callback on Busy Station (ACB)

Seluruh extension dapat menggunakan fasilitas ini tanpa pembatasan. Bila A ingin
menghubungi B, ternyata B sedang sibuk (mendengar nada sibuk), maka A dapat
mengaktifkan ACB dan akan mendengar special tone, yang menandakan ACB telah aktif.

Bila B selesai berbicara dan menutup pesawatnya, maka pesawat A berdering dengan nada
lain sedangkan B berdering dengan nada normal. Program ACB ini harus dapat dicancel.

10. Booking Trunk

Bila A ingin mengambil line PTT, sedangkan saluran trunk penuh, maka ia dapat mem-book
trunk tersebut. Bila salah satu trunk telah bebas, maka pesawat A berdering seperti nada
ACB dan bila diangkat akan terdengar tone PTT.

Program ini harus juga bisa dicancel.

11. Do Not Disturb (DND)

Program ini memungkinkan seseorang tidak dapat diganggu atau dipanggil oleh extension lain.

Hanya operator yang dapat memanggil pesawat yang sedang dalam kondisi DND. Seluruh
extension dapat menggunakan fasilitas ini kecuali operator. Bila operator menekan DND,
maka status berubah menjadi night service. Program ini juga harus dapat dicancel.
12. Busy Override (intrusion)

Fasilitas ini diberikan kepada extension yang memerlukannya, misalnya Kepala Bagian
atau Sekretaris (programmable).

Program ini memungkinkan penerobosan ke dalam pembicaraan yang sedang berlangsung


dengan memberikan nada beeb berulang-ulang, kecuali pihak yang akan diterobos
mempunyai fasilitas tidak bisa diterobos (protection against intrusion).

Hanya operator yang bebas menerobos ke manasaja.

13. Protection Against Intrusion

Fasilitas pencegahan penerobosan oleh pesawat lain, kecuali oleh operator.

14. Follow-Me (FM)

Yaitu fasilitas yang dapat memindahkan / membelokkan panggilan ke pesawat lain yang
diinginkan. Pesawat tersebut hanya dapat dipanggil oleh pesawat yang di follow-me,
sedangkan operator tidak dapat menggunakan fasilitas ini.
15. Individual Call Pick-Up (ICP)

Bila pesawat B berdering, maka A dapat memanggil panggilan untuk B tersebut dari tempatnya.

16. Night Service Call Pick-Up (NCP)

Bila operator di dalam kondisi night service, maka setiap extension dapat mengambil
panggilan yang masuk (incoming), yaitu bila extension night service (yang ditunjuk) atau extra
bell berdering.

17. Direct Outward Dialling (DOD)

Fasilitas ini untuk hubungan keluar / line PT. TELKOM bagi extension yang diperbolehkan
(direct access).

18. Speed Dialling (SD)

Nomer luar / PT. TELKOM dapat disingkat menjadi 3 atau 4 angka. Harus dapat menyimpan
sampai 90 nomer sebagai "common speed dialling".

Jenis speed dialing yang bisa dipakai adalah lengkap, yaitu hanya memutar nomer SD-nya
atau tidak lengkap, yaitu setelah memutar nomer SD-nya dan ditambah nomer tertentu/sisa
dari nomer PT. TELKOM yang bersangkutan dengan maksud agar lebih bersifat rahasia.

19. Call Park

Bila A sedang berbicara dengan luar (PTT), maka ia dapat memparkir lawan bicaranya dan
bisa diambil kembali di mana saja dari setiap extension yang ada.Selama parkir, pihak luar
mendengar nada tunggu atau music bila diberi music on hold.
Terdengar special tone yang menyatakan program ini sudah aktif.

20. Call Hold

Bila A sedang bicara dengan luar (PT. TELKOM), maka ia dapat menghold pihak luar tersebut
dan mengambil kembali dari pesawatnya sendiri. Selama dihold pihak luar mendengar nada
tunggu atau musik dan A dapat mengadakan hubungan baru intern atau extern (PTT).

21. Consultation Hold

Bila A ingin mentransfer hubungan luar (PTT) ke pesawat B dan ternyata B sibuk, ia dapat
langsung menutup pesawatnya dan pihak luar mendapat nada tunggu atau musik, sedang di
pesawat B akan terdengar nada beeb sekali, tidak diulang.

22. Sending Message to Operator

Bila A menghubungi operator atau extension yang menggunakan operator consule dan tidak
ada jawaban atau tidak diangkat, maka A dapat memutar nomer tertentu dan pada display
operator consule tertulis nomer extension A yang menandakan bahwa A tadi telah
menghubungi operator.

Minimum dapat diterima 2 message (pesan).

23. Direct Access

Setiap extension dapat diberikan fasilitas ini.

Bila A mengangkat pesawat teleponnya dan tidak melakukan dial apa-apa dalam selang
waktu tertentu (misalnya 4 detik), maka ia akan tersambung langsung ke salah satu pilihan
seperti sebagai berikut :

-operator
-internal extension
-trunk (PT. TELKOM)
C. OPERASI SISTEM MULTI LINE STATION

1. Semua cara operasi station (B 1-B 23) harus dimiliki oleh operator console (multi line station).

2. LCD Screen Display (16 characters)


Operator Console harus mempunyai display LCD untuk informasi :

-trunk yang dipakai


-nomer luar (PT. TELKOM) yang diputar
-nomer dan nama extension yang dipanggil
-nomer dan nama extension yang memanggil
-lamanya pembicaraan luar (PT. TELKOM)
-tanggal dan jam
-message waiting

3. Programmable Keys / Button


Terdapat sejumlah tombol yang dapat diprogram sesuai dengan keinginan si pemakai,
misalnya untuk DOD, speed dialling ke rumah, filtering, forwarding ke sekretaris dan lain
sebagainya.

4. One Button = One Function


Setiap tombol mempunyai fungsi sendiri-sendiri, sehingga tidak perlu menghafal kode-kode
seperti pada single line station. Dibedakan fungsi tombol-tombol tersebut, yaitu :
-programmable keys
-keypad keys (16 keys)
-contro keys -facilities keys

5. Total Hands Free

Bisa dioperasikan dengan mode hands free baik untuk internal maupun external (PTT).
Dilengkapi pula dengan pengaturvolume suara.

6. Intercom

Bila tombol hands free ditekan , bila ada panggilan secara otomatis akan terhubung tanpa
harus mengangkat hand-set dan dapat berbicara langsung melalui microphone yang ada
(mode hands free).

Bila lawan bicara telah menutup teleponnya, secara otomatis ia terputus (release).

7. External Conference (2 PTT + 1 internal)

Dapat melakukan 3-party conference antara 2 saluran PT. TELKOM dengan 1 saluran intern.

8. Filtering

Dapat berfungsi sebagai Chief Secretary di mana setiap panggilan untuk Kepala Bagian /
Direktur ditampung dahulu oleh Sekretarisnya untuk dikonsultasikan apakah akan diterima
atau tidak.

9. Group Listening

Memungkinkan orang lain mendengarkan suatu pembicaraan dengan menekan


sebuah tombol khusus. Dalam mode hands free, group listening secara otomatis
berlangsung.

10. Station Test / Self Test

Dapat mengetahui dengan mudah dan cepat apakah operator console dalam kondisi baik atau
rusak.

11. Different Ring Tones

Terdapat kemungkinan pemilihan irama bell

12. User Password


Memiliki kemungkinan penggunaan password sesuai yang diinginkan.

13. Individual Locker (Padlock)

Dengan menggunakan user password, pemilik dapat mengamankanpesawatnya sehingga


tidak dapat digunakan oleh orang lain untuk mengadakan hubungan extern (PTT), sedangkan
hubungan intern masih dapat dilakukan.

14. Call Forwarding (CF)

Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Seperti Follow-Me untuk single line


2. Fixed CF dengan menggunakan programmable keys.

15. Time Delay Forwarding (TDF)

Sama halnya dengan fixed CF, diprogram dengan programmable keys.

Bila extension ini dipanggil dan dalam waktu tertentu tidak diangkat (misalnya 10 detik), maka
panggilan akan dibelokkan ke extension yang telah ditentukan, misalnya ke Sekretaris.

16. Redial of Last Number Stored

Dapat men-dial kembali nomer luar (PT. TELKOM) yang telah disimpan. Program ini dapat
dicancel.

17. Alarm Clock (Meeting Reminder)

Bila pada jam tertentu ingin diingatkan adanya acara (misalnya rapat), dapat diprogramkan
waktu yang akan membunyikan alarm.

18. Individual Speed Call

Mempunyai fasilitas individual speed call minimal 10 nomer.

19. Data Transmission in Q23 Code

Setelah berhubungan dengan PT. TELKOM atau intern, dengan menekan sebuah tombol
khuhus, ke 16 buah keypads berfungsi sebagai DTMF dan akan dikirim langsung ke pihak luar.
Dengan demikian dapat digunakan
untuk mengirim kode-kode (DTMF Q23), misalnya untuk membuka password dan lain
sebagainya di pihak lawan. Bila fungsi ini telah aktif maka suara dari pihak lawan tidak
dapat terdengar lagi.

20. Flash Key

Selain berfungsi sebagai flashing on private trunk line, juga dapat digunakan untuk
mengambil kembali trunk line normal yang sedang digunakan setelah diketahui nomer luar
sedang sibuk atau telah memutar nomer luar yang salah.

D. OPERASI OPERATOR CONSOLE

1. Semua mode operasi multi line station di atas, kecuali Do Not Disturb (DND), Call Forwarding,
Intercom, Filtering, Background Music.

2. Operator Station Call


Setiap extension dapat memanggil operator dengan memutar 1 atau 2 digit (misalnya 9).

3. Message Center
Apabila operator memanggil extension A (memakai multi line) dan tidak ada jawaban, ia
dapat mengirim pesan (message) bahwa telah ada panggilan dari operator.

4. Do NotDisturb Override
Operator dapat menghubungi setiap extension walaupun sedang dalam posisi Do Not Disturb
(DND).

5. Personalized Call Routing (PCR)


Operator dapat mengarahkan incomming call setiap trunk-line ke extension yang ia tunjuk.
Untuk 1 trunk-line dapat diarahkan maksimum ke 8 extension yang berlainan dan semua
trunk-line yang ada dapat diprogram ke satu extension atau lebih.

6. Trunk Reservation

Dengan fasilitas ini operator dapat mencadangkan 1 trunk-line untuk


kebutuhan-kebutuhanmendesak.

7. Night Service Button

Bila operator pulang, dengan menekan tombol "DND" maka terjadi mode night service.

8. Display of Power Failure (Running of Battery)

Operator dapat mengetahui apakah sistem PABX sedang menggunakan tenaga dari batere
atau listrik PLN.

PASAL 4. PERSYARATAN UMUM KONTRAKTOR PELAKSANA .

4.1. Instalasi telepon harus dikerjakan oleh kontraktor yang secara teratur mengerjakan
pekerjaan instalasi telepon. 4.2. Kontraktor harus mengerjakan instalasi telepon sesuaidengan
peraturan atau standar PT. TELKOM.

4.3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana, kecuali bilamana perlu dapat diusulkan
untuk dilakukan perubahan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada Pemberi Tugas.
Perubahan tadi dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.

4.4. Kontraktor harus menyerahkan daftar pekerja pelaksana dengan kualifikasi akhli serta
nama penang- gung-jawabnya.

4.5. Dalam waktu 30 hari setelah dinyatakan sebagai pelaksana, Kontraktor diharuskan untuk
menyerahkan daftar bahan yang akan dipasang lengkap dengan katalog, spesifikasi dari pabrik,
wiring diagram dll.

PASAL 5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1. Pengawatan instalasi telepon di dalam tembok bangunan dilakukan secara inbouw (tertanam)
dengan sparing kabel menggunakan pipa PVC high impact - heavy gauge yang memenuhi standar
SII atau di dalam partisi antarruang.

5.2. Kabel instalasi di dalam bangunan yang digunakan adalah indoor telephone cable yang
memenuhi standar PT. TELKOM (STEL-K-002 dan STEL-K-011) dengan diameter minimal 0,6
mm2, diletakkan di dalam konduit PVC high-impact heavy gauge yang dipasangkan ke pelat lantai di
atas plafond.

5.3. Sambungan antara MDF (Main Distribution Frame) dengan IDF (Intermediate Distribution
Frame) harus menggunakan multicore indoor telephone cable (ITC), sedangkan dari IDF ke
masing-masing pesawat extension menggunakan 2 (two) pairs telephone cable.

5.4. Tidak diperkenankan ada sambungan kabel di dalam pipa sparing dan di setiap ujung,
persimpangan, pencabangan atau pembelokan harus menggunakan friction box dari bahan metal.

5.5. Kabel yang digelar di atas plafon / ceiling harus dimasukkan ke dalam pipa PVC high impact -
heavy duty, diletakkan di atas rangka dan diklem dengan kokoh.

5.6. Instalasi kabel di luar bangunan (yang menghubungkan antar bangunan) menggunakan kabel
tanah berperisai baja (Jelly Filled Armoured Underground Telephone Cable) multicore yang
memenuhi standar PT. TELKOM STEL-K-007.
5.7. Penyambungan kabel tanah diusahakan tidak dilakukan, akan tetapi bilamana terjadi harus
menggunakan mof kabel khusus yang sesuai dan diberi kelebihan panjang secukupnya.

5.8. Kedalaman galian untuk kabel tanah harus memperhatikan gangguan mekanis yang
mungkin timbul. Di ataskabel diletakkan bata pelindung dengan konstruksi sesuai
dengan rencana. Untuk kabel tanah yang melintasi jalan, digunakan sparring pipa GIP
kelas medium.

PASAL 6. PERSYARATAN MATERIAL

6.1. PABX

a.Peralatan PABX yang digunakan harus mempunyai fasilitas yang memungkinkan operasi
sistem diatas terpenuhi dan telah mendapat sertifikat dari PT. TELKOM.

b.Mampu bekerja dengan baik dalam kondisi temperatur 0-45o C dengan gradient 5o C tiap
jam, kelembaban relatif (RH) 20-80 % dengangradient 10 % perjam (tropicalized).

c.Bagian switching PABX harus dari type bekerja cepat secara elektronis (Electronic PABX)
tanpa menimbulkan bunyi yang mengganggu.

d.Kapasitas PABX yang digunakan adalah8 trunk dan 30 extension (8/30).

e.Teknologi yang digunakan harus paling akhir, minimal mempunyai kemampuan sebagai

berikut : -TDM (Time Division Multiplexing)


-SPC (Stored Program Control)
-Microprocessor Controlled, dilengkapi dengan EPROM (128 K x 8 bit), static RAM (16 K
x 8 bit) dan CMOS RAM (16 K x 8 bit) untuk setiap multi line dan DSS/BLF. Programming
harus dapat dilakukan dari operator console.

f. Setiap kemungkinan penambahan trunk dan extension di kemudian hari harus


dimungkinkan dengan memasangkancard (module) yang sesuai.

g. Sumber tegangan utama yang digunakan adalah listrik PLN 220 volt (fluktuasi 10 %), 50
Hz dan sebagai sumber daya cadangan digunakan batere 12 V, 110 AH untuk
memungkinkan beroperasi selama 8 jam otonomi. Dilengkapidengan floating rectifier /
charger. Khusus untuk back-up CMOS RAM digunakan batere Ni-Cd 3,6V / 100 mAH.

h.Sistem pengkabelan menggunakan hubungan bintang (dari PABX), multi-line station


menggunakan 3 pair cable dan single line station menggunakan 1 pair cable dengan DC loop
resistance 1600 ohm termasuk tahanan pesawat telepon.

6.2. Pesawat Telepon (Handset)

Pesawat telepon (hand set ) yang digunakan harus sesuai dengan sistem kerja PABX,
dengan tekhnologi terbaru, dari jenis desk top / wall mountable telephone, decimal key pad,
last number redial, one- hook button, electronic ringer with volume control.

Jumlah serta jenis unit-unit pesawat telepon sesuai dengan uraian lingkup pekerjaan.

a. Analog Telephone Handset.

Telepon analog yang digunakan harus merupakan telepon serbaguna yang bisa
dipilih mode signal operasinya yaitu DTMF (Dual Tone Multy Frequency) dan Pulse
(Decadic).

Peralatan ringing menggunakan electronic tone ringer dengan piezoelectric disc sebagai
tranduceryang bisa dipilih kekerasan dan karakter suaranya (paling tidak empat pilihan).

Harus juga memiliki fasilitas last number redial. Nomer redial dapat dihilangkan dari
memory selama melakukan panggilan untuk memungkinkan pemrograman nomer baru
yang diterima selama melakukan pembicaraan.

Karakteristik teknis :

Signalling DTMF :

-frequency : CCITT req Q23


-tolerance : +/-1,5 % (temperature/age)
-levels :CEPT specification

Signalling (Decadic Pulse) :

-speed : 10 Hz
-ratio : 40/60
-interdigital pause : 80 ms

Transmission :

-sending : SLR + 1 db on 1500 ohms line


-receiving : RLR-10 db on 1500 ohms line
-sidetone : STMR > + 7 db
0-1500 ohms line,48V and 2x200 ohms feeding
-microphone :electret

-receiver : electromagnet
-distortion : < 5% for sending and receiving

Feeding :

-public or private, polarity independent, 60 V, 2 x 500 ohms or 48 V, 2 x 200 ohms to 2x


800 ohms

Environmental Range :

-operation : -15o C to +
45o C -storage : -40o C to
+ 70o C

Line Connection :

-2 wire
Digit Store :

-1 x 23 characters for last number redialing

Push Button Unit:

-conductive rubber contact and presspoint contact.

R-Button :

-earth on timed break signalling

b. Digital Telephone Handset.

Telepon digital yang digunakan harus memiliki kemampuan-kemampuan sbb. :

-3 access line
-12 programmable keys
-alphanumeric display (2 * 20)
-hands-free operation
-volume control
-tone ringer character and adjustable volume
-transfer
-mute function

Pada saat dioperasikan sebagai unit extension, harus memiliki kemampuan

tambahan sebagai berikut : -message waiting


-call diversion
-call back
-additional line
-freeon second access -external number redial
-dial-by-name
-call pick-up -conference
-intrusion -hot-line

Karakteristik teknis :

Transmission (CEPT recommendations) :

-sending : SLR + 6 db
-receiving : RLR + 3 db
-sidetone : STMR + 18 db
-microphone : electret
-receiver : electromagnet
-distortion : < 5% for sending and receiving

Feeding :
-public or private, polarity independent, 60 V, 2 x 500 ohms or 48 V, 2 x 200 ohms to 2 x
800 ohms

Bahandari kontak adalah tembaga khusus dengan elastisitas tinggi dan permukaannya
dilapis perak sehingga anti korosi, dengan posisi penempatan yang baik agar dapat
memberi tekanan yang maksimum pada konduktor di titik kontaknya.

Metode pemasangan konduktor adalah tekan-sisip yang akan membuka isolasi kabel
hanya pada titik kontaknya, sehingga memberikan kondisi tahan terhadap pengaruh
udara luar (gas tight).
Pemasangan MDF dan IDF harus sedemikian rupa, sehingga diperoleh hasil pemasangan
yang rapi, kokoh dan mudah diperiksa (dibuka).
PASAL 7. TRAINING.

Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan
minimum 7 (tujuh) hari training di lapangan kepada Operator dari pihak Pemberi Tugas sampai dapat
diterima kecakapannya.

PASAL 8. KETENTUAN LAIN.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mamasukkan shop drawing kepada


Direksi/Pengawas untuk memeproleh persetujuan, mengenai :
8.1. Connection diagram
8.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan
8.3. Data-data spesifikasi
8.4. Konfigurasi sistem PABX

Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final Inspection), kalibrasi
dan lain-lain harus dilakukan pihak Kontraktor dengan dihadiri oleh pihak Direksi/Pengawas dan
Konsultan
PASAL 9. MEREK.

-PABX dan handset ex PANASONIC , NECatau setara

-Kabel instalasi ex SUPREMEatau setara

-Cable conduit ex CLIPSALatau setara

-Telephone receptacle outlet exJUNGatau setara


D.SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
PENANGKAL PETIR

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir yang diuraikan di sini adalah persyaratan
yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan
material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal
adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah semua pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal
petir jenis non-conventional non-radioactive , termasuk batang penerima (air terminal), down
conductor, pentanahan dan bak kontrolnya serta
peralatan lainnya yang berkaitan dengannya, sebagai suatu sistem keseluruhan maupun
bagian-bagiannya, seperti yang ter- tera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing terhadap
seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.

Ketentuan-ketentuan yangtidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat


teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem penangkal petir sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang
ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak
tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau gambar dokumen.

PASAL 3. PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN MATERIAL.

3.1. Air Terminal.

a.Air terminal harus dari jenis non-radioactive, self powered dan tidak mempunyai
bagian-bagian yang bergerak.

b.Air terminal harus dari jenis yang mempunyai respons dinamis terhadap terjadinya down
leader dari petir dengan membangkitkan elektron-elektron bebas dan menyebabkan foto
ionisasi antara bagian yang ditanahkan dan bagian yang terisolasi.

c.Radius perlindungan paling tidak100 m.dalam bentukcollective volume. Arus petir


minimum yang bisa mengaktifkan air terminal adalah 1500 A pada impuls 8/20 us dan harus
mampu menyalurkan seluruh level arus petir yang mungkin terjadi.

d.Air terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam frekuensi radio (high
frequency RFI), kecualipada saat terjadinya sambaran balik (main return strike).

e.Bentuk air teminal harus sedemikian rupa, sehingga mampu mengurangi kemungkinan
terjadinya pelepasan ion korona pada ujung runcingnya saat terjadi kondisi statis dari
guruh.

f.Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.

g.Secara keseluruhan air teminal harus terisolasi dari bangunan yang dilindunginya pada
seluruh kondisi operasi.
3.2. Down Conductor.

a.Konduktor / penghantar aruspetir menuju pentanahan (down conductor) harus dari jenis
triaxial cable yang dibuat khusus untuk pemakaian penyaluran arus petir yang mampu
mencegah terjadinya side flashing.

b.Ukuran sesuai dengan anjuran pabrik pembuat air terminal (luas penampang konduktor
tembaga inti minimum 50 mm2) dan telah lulus pengujian dari LMK.

c.Konduktor harus mampu menahan gaya tarik ke atas sebesar 200 kg.

d.Pada ketinggian 3 meter di atas tanah dan tempat-tempat dimana memungkinkan


tersensentuhnya konduktor oleh manusia, konduktor harus dilindungi oleh pipa PVC kelas
AW dengan diameter minimum 2

e.Cara pemasangan konduktor harus sesuai anjuran pabrik, dengan radius belokan
minimum 0,5 m dan diklem setiap jarak 2 meter.

f.Hubungan antara konduktor dengan air terminal dan elektroda pentanahan harus dilakukan
melalui sepatu kabel yang dipasang secara tekan dengan crimping tool.

g.Rating tegangan impuls antara konduktor inti dengan konduktor luar dan antara konduktor
luar dengan lapisan konduktif min. 250 kV pada kondisi bentuk gelombang 1/50 us.

3.3. Integral Terminating Resistor.

Integral terminating resistor harus sanggup menyerap komponen-komponen frekuensi tinggi


dari suatu sambaran petir. Di samping itu, harus dapat mengurangikenaikan tegangan tanah
sampai 50 %.

3.4. Elektroda Pentanahan.

Konstruksi elektroda pentanahan harus sesuai dengan gambar rencana. Besarnya


tahanan pentanahan harus tidak lebih dari 2 ohm (dalam hal ini, bila diperlukan untuk
mencapai nilai tersebut, elektroda pentanahan dapat diparalel).Lokasi pentanahan dapat
dilihat pada gambar rencana, dilengkapi dengan bak kontrol pasangan bata untuk
memungkinkan pemeriksaan secara berkala terhadap besarnya tahanan pentanahan.

3.5. Lightning StrokeCounter.

Di sisi bagian bawah down conductor, di dalam bak kontrol pentanahan, dipasangkan alat
pencatat jumlah sambaran kilat (lightning stroke counter) dari jenis tahan air, kokoh dan
mudah dipasang.

Alat ini harus bekerja secara elektronisdan akan mencatat setiap sambaran kilat dengan arus
lebih besar dari 1500
A.Alat ini harus mempunyai power sendiri (self powered) dan dapat menghitung sambaran
kilat sampai 9999 kali.

3.6. Teknis Pelaksanaan.

a.Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat gambar kerja / shop


drawing dan gambar detail sebanyak 5 rangkap untuk disetujui oleh Direksi / Pengawas.
Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah mendapat persetujuan.

b. Air terminal disangga / dipasang dengan pipa fibreglass (FRP) diameter 2

c.Jarak titik pentanahan penangkal petir dengan titik pentanahan lainnya (sistem listrik
danPABX) minimum 3 meter.

d.Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau peralatan harus sesuai


denganrekomendasi pabrik.

3.7. Merek.
Peralatan utama penangkal petir exLPI-Dynasphere System 3000.

a.Heat Detector

b.Smoke Detector

Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan. Dipilih detector
yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk bagian perkantoran digunakan
heat detector dan untuk ruangan dengan kemungkinan pengumpulan asap digunakan detector
yang lebih peka, yaitu smoke detector.

4.1. Combination ROR & Fixed Temperature Heat Detector.

-operating voltage : 16-32 VDC


-stand-by current : 100 uA max.
-alarm current : 47 mA max.
-operating temperature : 135o F
-relative humidity : 20 %-85 %
-temperature rise : 15o F / menit

4.2. Fixed Temperature Heat Detector.

-operating voltage : 16-32 VDC


-stand-by current : 100 uA max.

-alarm current : 47 mA max.


-operating temperature : 135o F
-relative humidity : 20 %-85 %

4.3. Ionization Smoke Detector.

Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas di ruangan yang dideteksi.

-operating voltage : 16-32 VDC


-stand-by current : 100 uA max.
-alarm current : 47mA max.
-operating temperature : 0-38o C
-relative humidity : 20 %-85 %
-sensitivity : 0,55-1,17 %/feet
-kecepatan kerja detektor : 3 detik
-kecepatan asap yang dapat di deteksi: max 300 feet

4.4. Manual Call Point.

Manual call point yang digunakan adalah dari jenis surface mounted, dilengkapi dengan
kaca penutup (break glass), sistem kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on
sebelum di reset kembali.

Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan kaca, dilakukan
dengan menusukkan kunci khusus. Semua manual call point harus dilengkapi dengan kaca
cadangan. Untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus dilapis emas (gold
plated).

4.5. Alarm Bell.


Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 VDC polarized dengan 6
gong, kecuali disebut lain dalam gambar. Pemasangan pada ketinggian 75 cm di bawah
langit-langit dengan cara "semi flush", minimum output suara adalah 90 dB atau lebih besar
pada jarak 10 ft.
4.6. Alarm Horn.

Alarm horn harus cocok untuk pemakaian di dalam gedung maupun di luar gedung. Semua
alarm horn bekerja pada 24 VDC polarized dengan level suara minimum 95 dB pada jarak
10 ft. Type pemasangan adalah semi flush mounted.

4.7. Fire Alarm Control Panel (FACP).

Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal module dan zone module
dengan kapasitas 6
zone.

Keseluruhan module harus disusun sedemikian rupa, sehingga penggantian module yang
rusak dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu fungsi module lainnya. Semua
indikator harus dapat dilihat dengan mudah dan jelas melalui jendela kaca pada pintu panel.

Panel kontrol bekerja pada tegangan 24 VDC yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan
sebagai berikut :

a. Lampu Indikator.

-lampu "alarm" (merah) dan lampu gangguan / "trouble" (kuning) untuk setiap zone
pada zone module atau common trouble lamp dengan trouble selector.

-lampu "power on" (hijau) yang menyatakan sumber daya tersedia dan sistem sedang
dalam keadaan berfungsi.

-lampu "AC power failure", yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian
instalasi (short circuit rangkaian pada ground).
-lampu "low battery" yang menyatakan bahwa tegangan stand-by battery sudah tidak
normal. -lampu"bell circuit trouble" yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian
bell/horn. -lampu "common alarm" yang menyatakan terjadinya alarm di sistem akibat
detektor bekerja. -lampu "common trouble" yang menyatakan terjadinya trouble di sistem
tersebut.

b. Tombol-tombol / Switch.
-"reset switch" yang berfungsi untuk mengembalikan ke kondisi normal setelah terjadi
trouble atau alarm. -"silence switch" yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bel
bila alat tersebut berbunyi.

-"alarm lamp test switch" yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu-lampu alarm
masih berfungsi dengan baik.
c. Catu Daya.

Sistem fire alarm bekerja dengan tegangan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan
dengan alat-alat dengan tegangan AC, misalnya AC belldan lamp, dan harus
mempunyai catuan ganda, yaitu :

- primary supply 220 VAC

- secondary supply 24 VDC

5.3. Kabel dari FACP ke CTB setiap zone masing-masing 2 pairs.

Kabel yang digunakan :

a. Kabel detector : NYA 1,5 mm2

b. Kabel bell: NYA 2,5 mm2

5.4. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built
drawing) beserta petunjuk-petunjuk operasional lainnya.

5.5. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan, harus dilakukan pemeriksaan ulang sebelum dilakukan
pengetesan secara keseluruhan.

5.6. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan
lain, sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi, menjadi
tanggung-jawab Kontraktor.

PASAL 6. TRAINING.

Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan
minimum 7 hari training di lapangan kepada operator dari pihak Pemberi Tugas sampai dapat
diterima kecakapannya.

PASAL 7. KETENTUAN LAIN.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan,Kontraktor harus memasukkan shop drawing kepada


Direksi/Pengawas untuk mempero- leh persetujuan, mengenai :

7.1. Connection diagram.

7.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan.

7.3. Data-data spesifikasi.

7.4. Konfigurasi FACP.

Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final inspection), kalibrasi dan
lain-lain harus dilakukan pihak Kontraktor dengan dihadiri oleh pihak Direksi/Pengawas dan
Konsultan.

PASAL 8. M E R K.

Seluruh komponen sistem fire alarm harus diusahakan sedapat mungkin dari satu merk untuk
menjamin service setelah sistem terpasang.

-Komponen utama fire alarm ex CHUBB atau setara.

-Kabel instalasi ex SUPREME atau setara

-Cable conduit ex CLIPSAL atau setara


-pair to pair NEXT (dB) at 1000 ft :
at 1.0 MHz :62
at 4.0 MHz :53
at 8.0 MHz :48
at 10.0 MHz :47
at 16.0 MHz :44
at 20.0 MHz :42
at 25.0 MHz :41
at100 MHz :32

Kabel data ex BELDEN DATATWISTfi SIX 1583A 4PR24 CAT-6atau setara

4.2. Modular 8-pos./8-cond RJ-45 Outlet.

-specifications : EIA/TIA T568B


-jack wires : 50 micro-inch lubricated gold plating over 1000 micro-inch
nickel underplate
-connector : insulation displacement connector accept 24-AWG solid wire
-data rate : compatible with 10 Mbps IEEE 802.3 10Base-T application.
Fully support 100 Mbps TP-PMD at 328 ft (100 m) over UTP
per ANSI X3T9.5 compatible with 16 Mbps IEEE 802.3 Token
Ring application
-insulation resistance : 500 Mohm (minimum)
-dielectric withstand voltage : 1000 VAC rms, 60 Hz min contact-to-contactand 1500 VAC
rms, 60 Hz min to exposed conductive surface
-contact resistance : 20 mohm (maximum)
-plug insertionlife : special lubrication process provides for a minimum of 750 plug
insertions
-contact force : 3.5 oz (99.2 g) minimum using FCC-approved modular plug
-plug retention force : 30 lb (133 N) minimum between modular plug and jack

PASAL 5. TEKNIS PELAKSANAAN.

5.1. Pemasangan kabel data harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman di bidang
pekerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur.

5.2. Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada kabel data. Penarikan kabel data
di dalam underfloor cable duct harus secara hati-hati sehingga kabel tidak terluka pada saat
penarikan.

5.3. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built drawing).

5.4. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan, harus dilakukan pemeriksaan ulang sebelum dilakukan
pengetesan secara keseluruhan.

5.5. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan
lain, sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi, menjadi
tanggung-jawab Kontraktor.

G.SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAANPLUMBING/SANITASI

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing/Sanitasi yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing (pembuangan air
kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.

Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material,instalasi dan testing terhadap
seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-syarat


teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem plumbing/sanitasi sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang
ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak
tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasiplumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :

2.1. Instalasi Air Bersih.

2.1.1 Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
2.1.2 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plumbing serta peralatan-peralatannya.

2.1.3 Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang dise- diakan oleh Kontraktor.

2.1.4 Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan
untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja
dengan baik dan aman.

2.1.5 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

2.2. Instalasi Air Kotor / Air Buangan.

2.2.1 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan lengkap dengan peralatannya
yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan
lain sebagainya.

2.2.2 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari dalam bangunan menuju
saluran drainase dan septictank.

2.2.3 Pembuatan septic tank dan sumur resapan, lengkap dengan pemipaan vent-out,
pembuatan sump pit dan pemompaannya (sumppump) termasuk panel kontrol yang
diperlukan.

2.2.4 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.


2.2.5 Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan
hidrolis. 2.2.6 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat
kerja yang diperlukan.

PASAL 3. TEKNIS PELAKSANAAN.

UMUM

3.1. Pengecatan.

3.1.1 Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan
catdasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai
dengan bahan masing-masing.

3.1.2 Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium.

3.1.3 Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir dengan
cat besi merek ICI dengan merek sebagai berikut :

-pipa air bersih : biru (ICI R 404-41001)

-pipa drain/waste : hitam (ICI R 404-40009)

-gantungan/support : hitam (ICI R 404-40009)

-panah pengarah : putih (ICI R 404-101)

3.1.4 Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi
peralatannya dengan cat. Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi/Pengawas.

3.2. Peralatan.

3.2.1 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada


tempat-tempat rendah ter- tutup.

3.2.2 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat ukur
yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.

3.2.3 Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi
serta simetris.

3.2.4 Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di
tempat-tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.

3.2.5 Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve beserta
penampungannya padatempat yang memungkinkan terjadinya pengumpulan udara.

3.3. Ukuran (dimensi).

Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus ditaati oleh
Kontraktor.

Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat perbedaan
antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi/Pengawas.

Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran


yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

PASAL 4. INSTALASI AIR BERSIH

4.1. Pipa.

Pipa dengan diameter 1" s/d 3", baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang
menuju fixtures menggunakan galvanized iron pipe (GIP) medium class yang memenuhi
standar BS 1387/1967. Pipa ex BAKRIE atau setara.

4.2. Fitting.

Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.

4.3. Valves.

Valve dengan diameter lebih kecil dari 3" diperkenankan menggunakan sambungan ulir
(screwed).

Valve pada fixture terbuat dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat
untuk fixture tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.

Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya.

Semua valve dari merek KITAZAWAatau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi
dengan brosur/ katalog dari pabrik pembuat. Kelas valve yang digunakan adalahpn 150(150
psi).

4.4. Bak Kontrol untuk Water Meter dan Valve.

Bak kontrol untuk pipa penyambungan dari jaringgan utamasistem distribusi air bersih, dibuat
dari beton tulangan besi yang dilengkapi dengan tutup beton yang dapat dengan mudah
dibuka/diangkat serta dikunci.

4.5. Pemasangan Pipa.

4.5.1 Pipa Tegak.

Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalamtembok/lantai.


Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok
sesuai pada kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak kelihatan
dari luar.

Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak
terlihat bekas-bekas dari bobokan.

4.5.2 Pipa Mendatar.

Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan
penyangga (support) atau penggantung (hanger).

Jarakantara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan keadaan


lapangan.

4.5.3 Penyambungan Pipa.

a. Sambungan ulir.

Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan
diameter sampai 40 mm (1 1/2 ").

Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua sambungan ulir
harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakanpipe cutter dengan pisau roda. Tiap ujung
pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

b. Sambungan Lem.

Penyambungan antara pipa dengan fitting PVCmenggunakan lem yang sesuai


dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan alat
press khusus. Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.

c. Sambungan Las.

Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum.

Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las /
elektrode yang sesuai.

Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mendapatkan ijin tertulis dari Direksi/Pengawas.

Setiap bekas sambungan las harus segera di cat dengan cat khusus untuk itu.

d. Sleeves.

Sleeve untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton.

PASAL 5. INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN.

5.1. Material.

5.1.1 Pipa di Dalam Bangunan.

Pipa denganukuran 1 1/2"-4" baik pipa utama maupun pipa cabang menggunakan PVC
class AW. Pipa PVC exRUCIKA atau setara.

5.1.2 Pipa di Luar Bangunan.


Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan pipa
PVC class AW. Pipa PVC ex RUCIKA atau setara.

5.1.3 Accessories.

a.Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan cara
injection moulding.

b.Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.

c.Saringan air hujan/roof drain terbuat dari besi tuang atau fiber glass, yang
mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.

5.2. Cara Pemasangan Pipa.

5.2.1 Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).

a. Pipa Mendatar.

Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 - 2 %. Perletakan pipa harus diusahakan


berada pada
tempat yang tersembunyi baik di dinding/tembok maupun pada ruang yang berada di
bawah lantai.

Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus menggunakan


fitting dengan sudut 45o (misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius.

b. Pipa di Dalam Tanah.

Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan tebal/tinggi


timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah/lantai.

Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir padat
setebal 10 cm.

Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug
dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah/lantai bekas galian
harus dikembalikan seperti semula.

Penanaman pipa.

Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap sambungan
pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.

Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas


(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar
perencanaan.
-automatic short-circuit / over current protector
-automatic thermal protection relay
-automatic under voltage dan phase failure cut off relay
-earth fault relay

6.2.6 Rotor, poros dan kopling harus terbalans secara baik.


H. SYARAT-SYARAT TEKNIKPEKERJAAN TATA UDARA.

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat teknis pekerjaan tata udara yang di uraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan, dalamhal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/ Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang dicakup dalam pekerjaan instalasi ini adalah pengertian bekerjanya sistem tata udara secara
keseluruhanmaupun bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material, instalasi (termasuk
pembobokan dan perapihan kembali), testing & commissioning danpemeliharaan.

Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu
untuk pelaksanaan dari pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam
pekerjaan ini.
Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut :

2.1. Split system air conditioner, terdiri atas :


2.1.1 Out door Condensing Unit (OCU)
2.1.2 Indoor Fan Coil Unit (FCU)
2.1.3 Sistem pemipaan refrigerant beserta isolasinya dan alat-alat bantu yang
diperlukan.
2.1.4 Sistem pemipaan drainage (pengembunan) beserta isolasinya dan alat-alat
bantu yang diperlukan.
2.1.5 Instalasi listrik daya dan kontrol antara OCU dan FCU lengkap dengan konduit
yang diperlukan.

2.2. Pekerjaan Exhaust Fan Toilet dan Ruang-ruang Mesin, terdiri atas :

2.2.1 Exhaust Fan beserta rangka dan starter switch


.
2.3. Integrasi dan pengujian sistem / instalasi sampai berfungsi dengan baik dan dapat
diterima.

Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat
menanyakan lebih lanjut kepada Direksi / Pengawas, Konsultan atau pihak lain yang
ditunjuk untuk ini.

Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung-jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi. Penggantung harus dicat dengan lapisan cat dasar
(primer) dan dicat akhir dengan cat besi ex ICI warna hitam (R 404-40009).

3.4. Pemipaan Refrigerant.

3.4.1. Pemipaan refrigerant liquid side dan gas side serta equalizing (untuk tipe VRV plus)
menggunakan pipatembaga berkualitas tinggi type L(berdasarkan American Standard
Specification, Copper Tubes, ASTM B88 Seamless Copper Water Tube) atau jenis oxidized
phosphorous seamless copper pipe menurut standar JISH3300-C1220T. Ketebalan pipa
tembaga / pipa refrigerant tersebut paling tidak sebagai berikut :

DIAMETER TEBAL DINDING


1/4" ( 6.4 mm) 0.762 mm
3/8" ( 9.5 mm) 0.889 mm
1/2" (12.7 mm) 1.016 mm
5/8" (15.9 mm) 1.067 mm
3/4" (19.1 mm) 1.143 mm
1. (25.4 mm)1.270 mm

Merek pipa tembaga adalah CRANE ENFIELDatau setara.

3.4.2. Pemipaan dilengkapi dengan accessories yang diperlukan, antara lain isolasi,
elbow dan lain sebagainya sesuai dengan standar pabrik sehingga diperoleh instalasi
pemipaan yang memuaskan.

3.4.3. Dimensi (diameter) pipa tembaga yang digunakan untuk masing-masing peralatan
(OCU dan FCU), baik liquid maupun gas side harus sesuai dengan standar pabrik sehingga
diperoleh sistem operasi serta performance yang memuaskan.

3.4.4. Seluruh pemipaaan refrigerant sisi gas (gas side), harus diisolasi dengan thermaflex,
sedangkan pemipaan sisi cairan (liquid side) tidak diisolasi.

3.4.5. Untuk satu jalur pemipaan, dari OCU menuju FCU, pipa refrigerant gas dan liquid
diikat bersama dengan cable ties dan diberi label untuk penandaan yang mempermudah
perawatan.

3.4.6. Metode pemasangan pipa refrigerant ke unit-unit OCU adalah flare connection (liquid
side) dan brazing connection (gas side) atau dengan cara sesuai rekomendasi pabrik.
Sedangkan untuk unit FCU, metode penyambungan untuk keduasisi adalah flare
connection.

3.4.7. Penyambungan pipa refrigerant dengan fitting menggunakan metoda solder, dengan
bahan pengisi tanpa flux jenis hard solder yang memenuhi standar JIS BCup-2 (phosphor
copper solder). Soldering temperature 735-840o C, breaking strength 25 kg/mm2, jointing
distance 0.05-0.2 mm.Setiap penyambungan dengan solder harus dilakukan dengan teliti,
hasil penyolderan padat, arah penyolderan ke bawah atau ke samping (dihindarkan ke arah
atas).

3.4.8. Harus diusahakan penggunaan panjang pipa yang maksimal untuk mengurangi titik
penyambungan / titik solder antarpipa.

3.4.9. Semua pipa refrigerant harus dipasang secara rapi dan sejajar, diletakkan di posisi
sesuai dengan gambar rencana.

3.4.10 Bila diperlukan penyangga, ukuran penyangga/klem disesuaikan dengan ukuran


pipa dan isolasinya sedemikian,rupa sehingga tidak merusak isolasinya serta
memudahkan pemeliharaan / perbaikan pemipaan di kemudian hari.

3.5. Pemasangan FCU dan OCU.

3.5.1. Pemasangan unit FCU dan OCU harus sedemikian rupa, sehingga pembersihan
maupun perbaikannya dapat dilakukan dengan mudah. Kontraktor harus memberitahukan
kepada Direksi / Pengawas tentang cara dan urutan pembersihan / perbaikan peralatan
tersebut.

3.5.2. Semua FCU dipasang benar-benar mendatar dan harus ditumpu dengan baik.
Gantungan harus dipasang pada konstruksi struktur dengan kuat menggunakan dynabolt,
dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Hasil akhir pemasangan FCU terhadap
plafon harus bebar-benar rapi dan rapat, tanpa celah antara panel dengan plafon.

3.5.3. Posisi pemasangan unit-unit outdoor (OCU) direncanakan di lantai tambahan


(balkon) khusus untuk OCU, di atas kanal CNP 10 cm. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan
untuk memeriksa kembali posisi penempatan OCU dan menya- rankan posisi yang terbaik
untuk mencapai operasi yang memuaskan. Untuk meredam getaran, di antara unit OCU
dengan kanal C sebagai penumpu diselipkan vibration damper jenis neophrene rubber pad
dengan ketebalan minimum 5cm atau sesuai dengan rekomendasi pabrik.

3.6. Persyaratan Peralatan A/C.


3.6.1. Umum.

Kontraktor harus memasang unit-unit outdoor (out door condensing unit / OCU) dan
unit-unit indoor (indoor fan coil unit / FCU) jenis air cooled split system, controller,
pemipaan, drain dan lain sebagainya secara lengkap sesuai dengan gambar
dokumen, skedul, spesifikasi serta sesuai persyaratan pabriknya.

3.6.2 A/C harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a.A/C harus mempunyai kapasitas pendingin dan volume udara seperti yang
ditunjukkan dalam skedul / gambar rencana.

b.Seluruh FCU harus dilengkapi dengan rangka isolasi (installation casing), bak air
kondensasi (drain pan), saringan pembersih udara (cleanable filter), pipa drain yang
diisolasi, motor effisiensi tinggi, fan (kipas) jenis direct fan dan motor.

c.Fan FCU harus mempunyai tiga pilihan putaran kecepatan, yaitu high, medium dan
low serta off. Putaran pada kecepatan medium tidak boleh melebihi 800 rpm.

d.Seluruh A/C harus dilengkapi dengan thermostat, expansion valve, compressor,


condenser dal perlengkapan lainnya, sehingga sistem dapat bekerja dengan
sempurna. Putaran fan motor FCU pada kecepan tinggi (high speed) tidak boleh
melebihi Noise Criteria (NC) 40.Seluruh bagian yang bergerak harus diseimbangkan
terlebih dahulu (balanced) oleh pabrik.

e.Seluruh motor fan indoor, motor fan condenser dan compressor harus dilengkapi
dengan penga- man arus lebih.

f.Pengontrolan unit-unit FCU dilakukan secara elektronik terhadap start-stop,


temperature setting, air flow rate dan lain sebagainya melaluiinfrared remote
controller (wireless).

h.Controller dilengkapi dengan LCD display yang akan menampilkan seluruh


kemampuan pengon- trolan dan inspeksi.

i.Merk yang digunakan adalahDAIKINatau yang setara.

PASAL 4. PENGUJIAN.

4.1. Sebelum dilakukan pengujian (testing & commissioning), Kontraktor diwajibkan menyerahkan
prosedur pengujian untuk disetujui oleh Direksi / Pengawas paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
jadwal pengujian dilakukan.

4.2. Semua pengujian dilakukan setelah sistem berjalan dengan baik secara kontinyu selama 12
jam.

4.3. Pengukuran dan pengujian terakhir harus dilakukan setelah sistem sesuai atau mendekati
persyaratan teknis yang direncanakan.
4.4. Semua peralatan pengujian dan pengukuran harus ditera sebelum dan setelah
dipergunakan. Alat uji dan alat ukur harus disediakan secara lengkap oleh
Kontraktor.

4.5. Pengukuran dan pengujian harus dilakukan pada saat suhu udara luar mencapai 29o C-35o C.

Jakarta, 2019
Dibuat Oleh :

SATUAN KERJA DIREKTORATPRASARANA


TRANSPORTASI JALAN PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN

TTD

Anda mungkin juga menyukai