Anda di halaman 1dari 141

Spesifikasi

Teknis Pekerjaan:
Pembangunan Terminal Tipe A Anak Air Padang (Prioritas Nasional)

1
BAB I. PERSYARATAN UMUM

Pasal 1. UMUM

1. Pada dasarnya untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh pekerjaan ini. Kontraktor
diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar kerja serta Uraian Pekerjaan dan
Persyaratan Teknis seperti yang akan diuraikan dalam buku ini.

2. Jika terdapat ketidak jelasan, perbedaan-perbedaan atau kesimpangsiuran informasi dalam


pelaksanaan nanti, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Pengawas atau
Perencana untuk mendapat kejelasan dalam pelaksanaan.

3. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil keuntungan selain keuntungan yang telah ditetapkan,
dari kekurangan-kekurangan / kelemahan-kelemahan baik dari gambar kerja maupun spesifikasi
teknis ini.

4. Demikian pula tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika gugatan tersebut disebabkan
karena peserta tidak membaca atau kurang memahami setiap isi dokumen ini.

Pasal 2 : NAMA PROYEK, PEKERJAAN DAN LOKASI

Nama Proyek : PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG TIPE A KOTA PADANG


TAHAP III

Pekerjaan : Persiapan, Sipil. Lansekap, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal

Pemberi Tugas : Direktorat Prasarana Transportasi Jalan

Lokasi : Jl. Anak Air, Kecamatan Kota Tengah – Kota Padang

Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN :

a) Meliputi semua bagian pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Dokumen Kontrak, yaitu meliputi :
Gambar-gambar Rencana Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
Berita Acara Penjelasan + Addenda-addenda ataupun salah satu dari padanya.

b) Kekurangan salah satu unsur tersebut di atas tidak dapat mengakibatkan berkurangnya lingkup
pekerjaan yang harus dipenuhi oleh Kontraktor.

c) Pekerjaan meliputi pengadaan tenaga kerja, penyediaan bahan, peralatan, berikut alat-alat bantu
lainnya, pengangkutan, pemasangan dan semua pelayanan yang diperlukan bagi pelaksanaan
pekerjaan hingga selesai dengan sempurna, kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen
Kontrak.

Yang antara lain jenis pekerjaannya adalah sbb ;


1. Pekerjaan Persiapan

2
2. Perkerjaan Sipil Meliputi :
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Pengeboran Tanah
Pasangan Pondasi
Pasangan Beton Sloof
Pasangan Beton Kolom
Pasangan Beton Balok
Pasangan Beton Lintel
Pasangan Beton Plat Lantai / Dak

3. Pekerjaan Lansekap Meliputi :


Pekerjaan Hard Lanscape.
- Perkerasan perkerasan jalan , Parkir & Batu Kanstein
- Pekerjaan Trotoar

4. Pekerjaan Arsitektur & Finishing Meliputi :


Pekerjaan Dinding
Pekerjaan Kusen Pintu & Jendela
Pekerjaan Lantai
Pekerjaan Plafond
Pekerjaan Atap
Pekerjaan Pengecatan

Pasal 4 : PERATURAN DAN KETENTUAN

a) Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dengan benar, penuh tanggung jawab dan penuh
ketelitian sesuai dengan kontrak. Seluruh cara dan prosedur yang diikuti, termasuk semuanya
harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

b) Disamping rencana kerja dan syarat-syarat, gambar-gambar pelaksanaan serta penjelasan-


penjelasan lain yang termasuk dalam Dokumen Surat Perjanjian Pemborongan, maka
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku adalah:

1. Peraturtan-peraturan Umum (Algemene Voorwaarden) disingkat AV.19.41


2. Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971.
3. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961.
4. Peraturan Umum Mengenai Instalasi Listrik (AVE)
5. Peraturan umum mengenai Instalasi Air Leideng (AVWI)
6. Peraturan Tentang Instalasi Listrik, PUIL 1977.
7. Pedoman Plumbing Indonesia, Tahun 1979.
8. Peraturan Dinas Kebakaran Pemerintah.
9. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
10. Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Air Minum setempat.
11. Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Kerja.
12. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
13. Peraturan yang ditetapkan Dinas Kebakaran setempat
14. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI).
15. Lain - lain syarat umum yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang berlaku di
Indonesia.
16. Peraturan khusus Pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

c) Ukuran :

3
1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam gambar kerja dan gambar
pelengkap meliputi :

As - As
Luar - Luar
Dalam - Dalam
Luar - Dalam

2. Kontraktor diwajibkan meneliti terlebih dahulu ukuran-ukuran yang tercantum dalam


gambar yang termuat dalam dokumen lelang/kontrak.

3. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum


didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Pengawas / Perencana, segala akibat
yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor.

d) Istilah :

Istilah yang dipergunakan untuk masing-masing disiplin kerja disini ialah :

SI : Sipil

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi,


kualitas, serta Cut Fill.

LS : Lansekap

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan disain infra struktur, pertamanan, Trotoar/
Pedestrian dan pekerjaan luar bangunan lainnya.

AR : Arsitektur

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan


secara menyeluruh dari semua disiplin kerja yang ada, baik teknis maupun
estetika.

MK : Mekanikal

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan sistim Air Bersih dan Air Kotor.

EL : Elektrikal

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan distribusi/teknik listrik, sistim listrik


didalam / diluar bangunan atau sumber-sumber daya listrik.

Pasal 5. JENIS DAN MUTU BAHAN

a. Diutamakan produksi yang disetujui Oleh Perencana / Pemberi Tugas, dan Konsultan
Pengawas.

b. Uraian jenis dan mutu bahan tersebut harus sesuai dengan Standard yang disyaratkan.

Pasal 6. MEREK - MEREK DAGANG :

Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang disebutkan
dalam persyaratan teknis ini untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model,
bentuk, jenis dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (Merek) yang

4
mengikat. Pemborong boleh mengusulkan merek-merek dagang lainnya yang setaraf kepada
Konsultan Pengawas. Dalam hal ini disebutkan 3 (Tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka pemborong diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari
merek dagang sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas/Konsultan Perencana.

Pasal 7. KETENTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN

a) Semua bahan bangunan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas, dan disimpan atau ditimbun sedemikian rupa sehingga dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis sesuai syarat pengamanan yang berlaku.

b) Penimbunan, penyimpanan dan pengerjaan bahan bangunan tidak boleh dilakukan di luar lapangan.

c) Pengangkutan bahan - bahan bangunan dari luar ke lapangan kerja agar dilaksanakan pada
jam-jam kerja , jika seandainya ada pengiriman bahan-bahan pada malam hari, harus seizin
Konsultan Pengawas.

d) Proyek yang bersangkutan diatur serta ditertibkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
keindahan dan kebersihan lingkungan sekitar, antara lain dengan penggunaan pagar
penutup serta pengaturan pembuangan bahan sisa.

e) Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah


setempat, Instansi Pemerintah lain yang berwenang.

f) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan di atas akan diambil tindakan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku, antara lain meninjau kembali izin kerja Kontraktor ataupun penyitaan
bahan-bahan bangunan yang dimaksud.

g) Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan secara lengkap dengan pembuatannya; antara lain
membuat atau menyediakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan seperti steger,
stoot werk, cetakan dan lain-lain kecuali yang nyata-nyata disediakan oleh Pemberi Tugas.

h) Pada saat pekerjaan dimulai, Kontraktor dianggap telah mengetahui serta bertanggung jawab
atas setiap ketentuan di atas.

Pasal 8 : PENJELASAN R.K.S. & GAMBAR.

a) Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar-gambar kerja yang dikeluarkan oleh Konsultan
Perencana adalah satu-satunya Pedoman Dasar Ketentuan pekerjaan pelaksanaan ini.

b) Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar-gambar Kerja beserta seluruh lampirannya tidak
diperkenankan diberikan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan izin tertulis dari Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas.

c) Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar Kerja serta Gambar-gambar Detail


merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan hingga tidak dapat ditafsirkan atau
diartikan sendiri-sendiri.

d) Jika terdapat perbedaan antara Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar Kerja
serta Gambar-gambar Detail; maupun perbedaan dengan keadaan di lapangan pada waktu
pelaksanaan, maka Kontraktor harus meminta pendapat Konsultan Pengawas serta
melaksanakan keputusan tersebut.

e) Jika selama berlangsungnya pekerjaan ini terjadi perubahan teknis, maka Kontraktor harus
membuat Gambar Revisi dari perubahan tersebut untuk dimintakan persetujuan dari

5
Pengawas lapangan dengan biaya Kontraktor, Gambar-gambar revisi tersebut tidak boleh
dilaksanakan sebelum disetujui tertulis oleh Konsultan Pengawas.

f) Jika terjadi kekurang jelasan dalam Gambar-gambar Kerja atau Gambar-gambar Detail, maka
Kontraktor wajib membuat Gambar-gambar Tambahan atas petunjuk dan disahkan oleh
Konsultan Pengawas. Gambar-gambar ini akan berlaku sebagai Gambar Pelengkap, sah dan
mengikat.

g) Jika Kontraktor membutuhkan Gambar atau bahan penjelas lainnya melebihi dari yang
ditentukan, maka Kontraktor harus mengajukan permintaan secara tertulis pada Konsultan
Pengawas dengan menyebutkan penggunaanya, dimana biaya secara teknis pengadaannya
menjadi beban Kontraktor.

h) Klausal Yang Disebutkan, Apabila ada hal-hal yang disebutkan kembali pada
bagian/bab/gambar yang lain maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu
terhadap yang lain tetapi malah untuk lebih menegaskan masalahnya.

i) Kalau terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar perencanaan atau terhadap spesifikasi
teknis, maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai dampak bobot teknis dan
atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi / Besar terhadap rencana anggaran
biaya.

Pasal 9 : JADWAL PELAKSANAAN

a) Kontraktor harus membuat sebuah jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang memuat :
1. Uraian jenis pekerjaan selengkapnya,
2. Jumlah tenaga, hari dan tenaga x hari (man-days) yang digunakan untuk setiap jenis
pekerjaan,
3. Volume pekerjaan,
4. Nilai/bobot prosentase dari setiap jenis pekerjaan terhadap seluruh pekerjaan yang angkanya
diperoleh dengan memberi harga pada masing-masing jenis pekerjaan terhadap
harga/biaya keseluruhan sebagaimana tercantum dalam Surat Perjanjian Pemborongan.
5. Grafik kemajuan pekerjaan.
6. Bila perlu contoh jadwal ini dapat diminta dari Konsultan Pengawas.

b) Jadwal harus dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya sebelum


Pekerjaan Persiapan dimulai dan setelah disetujui maka Kontraktor wajib menyerahkan jadwal
tersebut kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas masing-masing sebanyak 3 (Tiga)
set.

Pasal 10 : SHOP DRAWING

a) Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail
khusus yang belum maupun yang sudah tercakup lengkap dalam gambar kerja untuk disetujui
pelaksanaannya oleh Pengawas / Perencana.

b) Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan , keterangan produk ,cara
pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang
belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja/dokumen kontrak didalam buku ini.

c) Kontraktor wajib mengajukan 4 (Empat) set shop drawing dan persetujuan material yang
dilengkapi dengan 1 (Satu) set brosur / catalog asli guna disetujui untuk dilaksanakan. Dalam
pengajuan shop drawing apabila terjadi kesalahan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
walaupun telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
d) Semua Shop Drawing yang pelaksanaannya memerlukan koordinasi dengan Kontraktor lain

6
yang terlibat akan dikoordinasikan oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 11 : AS BUILT DRAWING

a) Dokumen gambar terlaksana (as built drawing) ini harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas.

b) As built drawing memuat seluruhnya secara detail dari hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan yang telah dilaksanakan lengkap dengan data, dan keterangan lainnya.

c) As built drawing diserahkan dalam bentuk cetakan dan dijilid sebanyak 3 (Tiga) set.

d) As Built Drawing terdiri dari ;

- 1 (Satu) Set Rekalkir


- 3 (Tiga) Set blue print full size
- 5 (Lima) set Fotocopy half size

Diserahkan secara bertahap setelah pekerjaan terlaksana untuk diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

Pasal 12 : PEMBUATAN PHOTO PROGRESS

Kontraktor wajib memberi laporan setiap kegiatan pekerjaan berupa photo progress, dimana
pengambilan photo tersebut bisa menggambarkan dari kegiatan awal sampai dengan selesainya
pekerjaan. Dibuat dalam (3) set album, diperuntukan bagi : Pemberi Tugas, Perencana & Pengawas.

Pasal 13 : KOORDINASI PELAKSANAAN

a) Pada waktu pengadaan dan pemasangan material oleh pihak Supplier / Kontraktor lain, maka
Kontraktor wajib memberi tahukan kepada Pengawas.

b) Apabila terdapat bagian pekerjaan yang pemasangannya harus diselesaikan oleh Kontraktor
lain, maka Kontraktor tersebut wajib menyiapkan / menyerahkan bahan lengkap dengan
penjelasan untuk pemasangannya.

c) Dalam pelaksanaan Kontraktor wajib memperhatikan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain.

Pasal 14 : KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN

a) Pengawasan akan dilaksanakan secara terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan.


Untuk itu Kontraktor wajib menempatkan seorang Kepala Teknik sebagai Kuasa Kontraktor di
lapangan yang cukup mampu untuk melaksanakan tugasnya, serta mengerti dan
berpengalaman dalam bidang bangunan atau teknik sesuai dengan lingkup pekerjaan dan
mampu mewakili segala petunjuk Konsultan Pengawas untuk diteruskan pada pelaksananya.

b) Jika ternyata hal tersebut di atas tidak sebagaimana mestinya, maka Konsultan Pengawas berhak
meminta pada Kontraktor untuk mengganti Kepala Teknik tersebut dengan yang lebih baik.

c) Penempatan Kepala Teknik dan staffnya dari Pihak Kontraktor adalah SDM yang berkompeten
dalam bidangnya dan memliki latar belakang pendidikan yang setingkat Sarjana Teknik Sipil dan
telah berpengalaman pada pembuatan proyek sejenis minimal 1 th, sedangkan untuk Pelaksana
Lapangan dari masing-masing Jenis Pekerjaan yang memiliki pendidikan Akademi atau Sekolah
Teknik Menengah dengan pengalaman 3 th dan 5 th, pada bidangnya masing-masing.

Pasal 15 : DOMISILI KONTRAKTOR

7
a) Alamat Kontraktor jika berubah dari yang tertera dalam Dokumen Pelelangan harus
diberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

b) Alamat Kontraktor dan Kepala Teknik Lapangan wajib diberitahukan secara tertulis pada Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas, serta cara-cara komunikasi tercepat yang dapat dilakukan
seandainya terjadi hal-hal yang mendesak.

Pasal 16 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

a) Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanan di daerah lapangan kerjanya dari
pencurian maupun pelanggaran-pelanggaran ketertiban lain.

b) Kontraktor harus menempatkan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dengan lingkup
kerjanya serta mengurangi resiko terjadinya kebakaran pada lapangan dengan peraturan-
peraturan dan pengaturan-pengaturan tata kerja dan peralatan kerja.

c) Jika disyaratkan Kontraktor boleh mengasuransikan pekerjaannya dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut dalam bentuk Asuransi Segala Resiko (All Risk) pada
Perusahaan Asuransi Umum yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan jangka waktu sejak
tanggal SPK sampai tanggal berakhirnya masa Pemeliharaan.

Pasal 17 : LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

a) Kontraktor wajib membuat Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan sebagai resume dari Laporan
Harian selama masa pelaksanaan pekerjaan yang akan diperiksa dan ditandatangani oleh
Konsultan Pengawas yang memuat hal-hal :

1. Jumlah tenaga menurut jenis / jabatan,


2. Jumlah dan jenis bahan yang diterima,
3. Jumlah dan jenis bahan yang disetujui,
4. Jumlah dan Jenis Peralatan yang dipakai.
5. Kegiatan pekerjaan secara terperinci,
6. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain.

b) Laporan Harian dibuat dalam rangkap 3 (Tiga) serta bentuk maupun tata cara pengisian Form
tersebut harus sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.

c) Laporan tersebut diperuntukan :

1 (Satu) set untuk Pemberi Tugas


1 (Satu) set Untuk Konsultan Pengawas.
1 (Satu) set Arsip.

Pasal 18 . JAMINAN DAN KESEJAHTERAAN BURUH

a) Kontraktor wajib menyediakan fasilitas - fasilitas kesejahteraan buruh berupa penyediaan air
minum, penyediaan tempat mandi, pemondokan, serta tempat beribadat.

b) Kontraktor juga harus menyediakan fasilitas pengaman kerja, seperti Safety Belt, Safety Shoes,
Helm, dan lain-lain.

c) Kontraktor atas petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan wajib mengatur fasilitas-fasilitas


tersebut termasuk warung atau kios makanan di dalam areal kerjanya dengan mematuhi
syarat-syarat kesehatan, keselamatan, keindahan, kebersihan dan ketertiban.

d) Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas biaya pengobatan ataupun pemakaman dari

8
pekerjanya atau siapapun yang terlibat langsung pada pekerjaan jika mengalami musibah yang
berkaitan dengan pekerjaan ini.

Pasal 19 : P 3 K DAN PEMADAM KEBAKARAN

Pengadaan peralatan-peralatan P 3 K, peralatan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan yang


sesuai dalam anjuran Perusahaan Asuransi terhadap pekerjaan / Proyek yang sedang berjalan.

Pasal 20 : JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

Pembuatan jalan masuk / jalan sementara untuk kebutuhan kelancaran proyek, Dari Jalan yang telah
ada ke lokasi proyek harus dibuat oleh kontraktor. Lokasi pembuatan jalan sementara tersebut
akan ditunjukan oleh Konsultan Pengawas langsung dilapangan.
Kontraktor harus memelihara seluruh jalan-jalan yang dilaluinya mulai masuk dari Jalan Raya
sampai ke lokasi. Atas perintah Konsultan Pengawas, andaikata Proyek tersebut telah selesai,
jalan - jalan yang rusak yang diakibatkan oleh kendaraan-kendaraan Proyek, harus diperbaiki
kembali sesuai dengan keadaan semula.

Pasal 21 : ALAT-ALAT PELAKSANAAN

Kontraktor wajib menempatkan peralatan - peralatan kerja yang lengkap serta alat-alat
kelancaran pelaksanaan pekerjaan termasuk pemeliharaan dan memindah-mindahkan dalam
lokasi pekerjaan serta mengeluarkan setelah penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
telah dicantumkan dalam Dokumen Pelelangan serta mematuhi petunjuk Konsultan Pengawas
Lapangan yang berkaitan dengan jenis pekerjaan / proyek tersebut .

Pasal 22 : SYARAT DAN CARA PEMERIKSAAN BAHAN

a) Semua bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan, minimal harus dari jenis dan mutu yang
sesuai dengan kontrak.

b) Atas biaya Kontraktor, semua contoh bahan yang akan digunakan harus diajukan kepada
Konsultan Pengawas sebanyak 3 set untuk disetujui dan dicantumkan tanda-tanda.

c) Bilamana Konsultan Pengawas menganggap perlu, Kontraktor harus menyediakan surat


keterangan dari Instansi yang ditunjuk (Balai Penelitian Bahan Bahan), dan menjamin bahwa
bahan-bahan yang digunakan telah memenuhi Persyaratan.

d) Semua bahan atau perlengkapan yang akan diolah atau akan dipasang pada bangunan,
sebelum dipergunakan, dibeli atau dikirim jika diperlukan oleh konsultan pengawas harus diuji
atau dites, maka bahan/material yang akan dipakai tersebut harus diperiksa dan dinyatakan lulus
dengan hasil baik oleh laboratorium yang diakui.

e) Segala pembiayaan / ongkos-ongkos pengujian bahan menjadi beban Kontraktor sepenuhnya.

Pasal 23 : PEKERJAAN TIDAK BAIK

a) Semua pekerjaan yang dianggap kurang/belum baik dan ditolak oleh Konsultan Pengawas
karena tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak, akibat disengaja atau tidak oleh Kontraktor,
harus segera diperbaiki dan ditanggung biayanya oleh Kontraktor.

b) Apabila suatu pekerjaan telah ditutup tetapi bertentangan dengan permintaan dan dianggap
tidak baik oleh Konsultan Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus dibuka/dibongkar untuk
diperiksa dan ditutup kembali atas biaya Kontraktor.

9
c) Apabila suatu pekerjaan telah ditutup dan Konsultan Pengawas tidak secara khusus diminta
untuk memeriksa sebelumnya, dan bila Konsultan Pengawas menghendaki pekerjaan tersebut
harus dibuka/dibongkar untuk diperiksa, makan pekerjaan yang dibongkar tersebut harus ditutup
kembali atas biaya Kontraktor.

d) Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan persyaratan, petunjuk dan
perintah Konsultan Pengawas atau contoh yang telah disetujui maka bahan tersebut ditolak, dan
harus dibongkar dan dikeluarkan atas perintah Konsultan Pengawas dengan segala resiko
sepenuhnya menjadi Tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 24 : PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PROYEK :

a) Semua Resiko Baik mengenai salah hitung terhadap harga maupun jumlah satuan Volume yang
diajukan dan biaya-biaya lain yang tak terduga adalah tetap menjadi tanggung jawab pemborong.

b) Pemborong sudah harus memperhitungkan / mempertimbangkan semua kemungkinan-


kemungkinan yang akan terjadi dilapangan dalam pelaksanaannya nanti, yang berhubungan
dengan adanya pemborong-pemborong lain (Sub-Kontrak) untuk pelaksanaan proyek tersebut.

c) Perhitungan Bill of Quantity yang diberikan kepada seluruh peserta lelang sifatnya tidak mengikat,
yang artinya boleh ditambah maupun dikurangi, tergantung dari pada hasil perhitungan Kontraktor
terhadap gambar rencana yang diterima, BQ hanyalah sebagai pedoman / Acuan.
Untuk keseragaman dalam penyajian Setiap peserta akan mendapatkan masing-masing satu buah
copy disket lengkap mengenai BQ, bentuk susunan, maupun formatnya tidak boleh dirubah, terkecuali
pada Item : Nama Perusahaan, Tanggal, dan Hal pekerjaan.

d) Andaikata ada penambahan item / Volume pekerjaan yang terlewatkan, hendaklah dibuat dilembar
/ file lain Dengan diberi judul : Penambahan Item pekerjaan / BQ.

e) Penambahan tersebut harus disusun / disesuaikan menurut Sub-Sub pekerjaan yang ada pada BQ,
maksudnya untuk mempermudah pada waktu evaluasi pemenang tender nanti.

e) Setelah disket BQ diisi dan dilengkapi menjadi RAB (Penawaran), juga harus dilengkapi / dibuat
pada disket tersebut antara lain file-file sebagai berikut :
1. Daftar Harga Satuan Bahan / Material Lengkap;
2. Daftar Harga Satuan Upah Pekerja Lengkap;
3. Daftar Harga Satuan Alat Yang Disewa lengkap;
4. Daftar Analisa Harga Satuan lengkap.

f) Disket yang telah terisi lengkap tersebut diatas harus dikembalikan lagi pada panitia, dan dimasukan
bersama-sama amplop penawaran untuk diserahkan pada waktu pemasukannya nanti.

Pasal 25 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG

a) Pekerjaan tambah kurang adalah pekerjaan lain dari yang dimaksudkan dalam RKS dan gambar-
gambar, berupa penambahan, perubahan bentuk, pengurangan dan peniadaan suatu bagian
pekerjaan.

b) Suatu pekerjaan hanya dapat dianggap sebagai pekerjaan tambah kurang, apabila ada perintah/
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas ataupun dari Pemberi Tugas. Dan Kontraktor wajib
melaksanakan sejauh bagian pekerjaan yang ada hubungannya dengan ruang lingkup kontrak.

c) Ketidak lengkapan uraian jenis pekerjaan dalam Surat Penawaran tidak dapat dianggap
sebagai pekerjaan tambah kurang apabila jenis pekerjaan tersebut telah disebutkan dalam
Dokumen Kontrak atau salah satu bagian dari padanya.

1
0
d) Pekerjaan tambah kurang dinilai atas dasar harga satuan bahan dan upah yang diajukan /
tercantum dalam kontrak. Dalam hal tidak adanya jenis pekerjaan tersebut dalam kontrak,
maka harga satuannya dinilai berdasarkan permufakatan harga analisa satuan pekerjaan,
sedangkan keputusan terakhir tetap berada dipihak Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.

e) Penyusunan Pengajuan Anggran Biaya pekerjaan tambah-kurang, harus dibuat dalam suatu
Berita Acara, dan disyahkan dalam rapat Berkala mingguan, ditanda tangani oleh Pihak
Kontraktor dan Konsultan Pengawas.

f) Pembayaran Biaya pekerjaan tambah kurang dilaksakanan setelah penyerahan kedua seluruh
pekerjaan, dan diterima oleh Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas.

Pasal 26 : PENYERAHAN PEKERJAAN

a) Penyerahan pekerjaan dilakukan 2 (dua) kali yaitu :

1. Serah Terima Kesatu


2. Serah Terima Kedua

b) Serah Terima Kesatu dilakukan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan sesuai dengan Dokumen
Kontrak dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas bahwa kewajiban-kewajiban
tersebut dilaksanakan dengan sempurna termasuk penggambaran - penggambaran kembali
(as-built-drawing) dari bagian-bagian pekerjaan. Konsultan Pengawas akan memeriksa
gambar-gambar tersebut untuk menyetujui atau mensyaratkan perbaikan. Konsultan Pengawas
tidak akan mengeluarkan Berita Acara Penyerahan Kedua jika kewajiban-kewajiban tersebut
belum diselesaikan dengan sempurna.

Pasal 27 : PEMELIHARAAN

a) Kewajiban Kontraktor dalam masa Pemeliharaan meliputi Penyempurnaan pekerjaan-pekerjaan


yang dianggap belum sempurna oleh Konsultan Pengawas namun dinilai tidak terlalu penting
untuk menunda Serah Terima Kesatu,

b) Penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang dianggap belum selesai oleh Konsultan Pengawas


namun dinilai tidak terlalu penting untuk menunda Serah Terima Kesatu.

c) Perbaikan pekerjaan-pekerjaan yang saat Serah Terima Kesatu dinyatakan diterima oleh
Konsultan Pengawas, namun dengan persyaratan harus diperbaiki sebelum Serah Terima
Kedua,

d) Penyempurnaan, penyelesaian maupun perbaikan pekerjaan-pekerjaan yang baru diketahui


kekurangannya pada saat masa pemeliharaan.

10
BAB II. PERSYARATAN TEKNIS
PERSIAPAN

Pasal 1. PEKERJAAN PERSIAPAN :

1.1 Lingkup Pekerjaan :

Yang dimaksud pekerjaan persiapan meliputi dan tidak terbatas untuk pekerjaan permulaan,
penunjang, pendukung atau pelengkap dari seluruh pekerjaan, yang terdiri dari :
a) Mobilisasi dan Demobilisasi
b) Pengukuran, dan Papan Dasar (Bouwplank)
c) Penyediaan Air dan Listrik Kerja
d) Pembersihan Site

1.2 Mobilisasi dan Demobilissi :

a Untuk menunjang kelancaran pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan untuk melengkapi peralatan-
peralatan berat misalnya :alat pancang, Crane, Bulldozer, stoomwals atau alat berat lainnya yang
diperkirakan akan dibutuhkan di lapangan.
Dengan mendatangkannya dari Rental Ke lokasi proyek , Serta mengembalikannya bialamana
peralatan tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi.

b Dalam pengadaan tenaga kerja dan keperluan lainnya, kontraktor harus mendatangkannya sendiri
kebutuhan-kebutuhan tersebut, sehingga dapat memperlancar lajunya pekerjaan di proyek.
Segala kekurangan kekurangan mengenai peralatan maupun tenaga kerja menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

1.3 Pekerjaan Pengukuran

a) Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan, dasar ukuran dipakai patok koordinat yang ada
dilapangan , ataupun sudut-sudut bangunan, serta elevasi lantai bangunan yang ada dilokasi
pekerjaan.

b) Untuk mendapatkan posisi dan ketepatan dilapangan, setiap bagian pekerjaan harus
diperhatikan dan segala petunjuk yang ada dalam gambar kerja dan semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja & Syarat.

c) Alat ukur yang dipakai minimal adalah Waterpass dan Theodolit yang sesuai dan sudah di
Kalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.

d) Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukuran selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur
yang berpenga laman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan
pengukuran ulang.

e) Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan menggunakan alat optik
dan sudah ditera kebenarannya / dikalibrasi.
Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagi an-bagian yang kecil dan atas persetujuan Pengawas.

f) Hasil pengukuran lengkap mengenai Peil elevasi, sudut, kordinat, serta letak patok-patok
harus dibuatkan gambarnya dan dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

11
1.4 Pekerjaan Papan Dasar (Bouwplank)

a) Kontraktor harus mengadakan pengukuran untuk membuat tanda tetap sebagai dasar ukuran
ketinggian bagian-bagian pekerjaan ini.

b) Untuk dasar ukuran sumbu-sumbu bangunan harus dibuat papan dasar pelaksanaan (bouwplank)
dari bahan kayu papan Kls 3 ukuran 3/20 cm dengan permukaan atasnya diserut datar dengan
rangka/tiang harus kuat & kokoh.

c) Tinggi sisi atas papan dasar dalam pelaksanaan harus sama satu sama lainnya (Waterpass),
kecuali dikehendaki lain, karena kondisi lapangan dan atau atas petunjuk Pengawas. Papan
dasar dipasang sejauh minimum 100 cm dari sisi luar galian tanah terluar dari pekerjaan.

d) Setelah selesai pemasangan papan dasar, Kontraktor harus melapor kepada Pengawas untuk
dimintakan persetujuannya serta harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketetapan letak
papan dasar ukur sampai tidak di perlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan Pengawas

1.5 Pekerjaan Penyediaan Air & Listrik Kerja

a) Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air bersih untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan termasuk pompa dan bak air. Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak,
bahan organis lainnya yang merusak.

b) Kontraktor harus mengadakan sendiri fasilitas daya listrik secukupnya, dari generator guna
kebutuhan penerangan proyek dan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.

c) Semua biaya pengadaan fasilitas tersebut diatas dan lainnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

d) Fasilitas air dan listrik yang ada ditapak tidak diperkenankan untuk dipergunakan, terkecuali ada
izin tertulis dari pihak yang berwenang.

12
BAB III. PERSYARATAN TEKNIS
LANSEKAP

Pasal 1. PEKERJAAN LUAR BANGUNAN :

1.1 Lingkup Pekerjaan :

1. Perkerasan Jalan Dan Parkir


2. Pekerjaan Kanteen (Batu Pinggir)
3. Pekerjaan Paving Block.

1.2 Perkerasan Jalan Dan Parkir :

1.2.1 Lingkup Pekerjaan :

Yang termasuk Lingkup pekerjaan ini adalah Pekerjaan Perkerasan Jalan / Parkir batu Kanstein dan
trotoar, tidak terbatas dari keseluruhan Detail yang ditunjukan dalam gambar, untuk klasifikasi jalan lokal,
termasuk didalamnya pengadaan bahan, tenaga kerja serta peralatan yang memadai untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut, hingga diterima dengan memuaskan, diantaranya jenis-jenis pekerjaan :

a) Pekerjaan Lapisan tanah dasar (Sub-Grade CBR 6%)


b) Pekerjaan Lapisan pondasi bawah (Sub-Base Course CBR 30%).
c) Pekerjaan Lapisan Pondasi (Base Course CBR 80%)

1.2.2 Pekerjaan Lapisan Tanah Dasar (Sub- Grade-CBR 6%)

Persayaratan Pelaksanaan :

a) Pekerjaan lapisan tanah dasar adalah dimulai dari pembuatan jalur pembentukan badan jalan
termasuk bahu jalan (Shoulder) dan Area Parkir.

b) Pembentukan jalur dan pembentukan badan jalan dari tanah asli dengan penggalian atau
pengurugan sesuai rencana kemudian dipadatkan sebagai dasar permukaan bawah pondasi dengan
nilai socket minimum 6 %.

c) Pemadatan dilakukan dengan alat Three Wheel Power Roller 10 Ton atau pneumatic Roller, atau
dengan peralatan lain dengan persetujun dari Konsultan pengawas.

d) Pemadatan harus mencapai 90% dari derajat kepadatan Modify Proctor. Apabila terdapat area
yang sulit dicapai nilai kepadatan yang disyaratkan, maka Kontraktor diwajibkan untuk mengganti
struktur lapisan tanah tersebut dan atau menambahkannya dengan bahan urugan tanah atau sirtu
yang baik, dan jika struktur lapisan tanah tersebut sulit untuk mencapai kepadatan karena
kondisinya jelek, maka kontraktor harus mengulanginya mesal dengan pemasangan cerucuk bambu
dan atau lainnya sehingga badan jalan mempunyai nilai kepadatan sesuai yang disyaratkan, pekerjaan
tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor.

e) Selama pemadatan harus selalu dikontrol kadar air dari material yang sama dengan kadar air
optimum dari hasil test compaction modified proctor dari contoh material.

f) Lapisan yang dipadatkan harus ditest dengan field dry density test untuk mengetahui kepadatan
tanah yang dicapai serta moisture consten untuk masing masing arera pekerjaan dan atau sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.

13
g) Pengetesan dilakukan untuk setiap maksimum seluas 400 m2 untuk mengetahui nilai CBR yang
dicapai.

1.2.3 Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah (Sub-Base Course-CBR 30%) Klas .C

2.3.1 Persyaratan bahan :

a) Agregat Sub-base course dapat dipergunakan sirtu yang terdiri dari batuan kerikil keras, batu-batu
bulat yang bercampur dengan pasir pasir dan clay. Batuan yang dipakai harus kekal tidak mudah
pecah serta tidak mengandung butir-butir pipih melampui 20 % dari berat agregat seluruhnya.

b) Agregat sub-base dapat terdiri dari komposisi pasir, kerikil dan lempung (Clay) yang bercampur
secara alami atau buatan (Crushed Stone) serta harus memenuhi persuaratan gradasi sebagai
berikut ;

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASTM Standard SIEVE Prosentase berat butir yg lewat
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3" 100
1 1/2" 60 - 90
1" 46 - 78
3/4" 40 - 70
3/8" 24 - 56
No.4 13 - 45
No.8 16 - 36
No.30 2 - 22
No.40 2 - 18
No.100 0 - 10
* Sand equivalent (AASHO T.176) Min 30
* Kahilangan Berat akibat abrasi
dari partikel yang tertinggal
pada ayakan ASTM No.12 (AASHO T.96) Max 40
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
c) Sirtu yang akan digunakan sebagai bahan Sub-Base Course harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas.

2.3.2 Persyaratan Pelaksanaan

a) Sirtu harus disebarkan secara merata tebal perlapisnya maksimal 15 cm atau sesuai gambar,
dengan menggunakan Blade Gladers, sebaiknya menggunakan kendaraan bergerak yang
diperlengkapi Speader Boxes atau alat penyebar Agregat lainnya, kemudian dipadatkan dengan
menggunakan Rollers yang beratnya minimal 10 ton atau Pneumatic Rollers dan lainnya atas
persetujuan pengawas.

b) Penyebaran dilakukan dengan memperhatikan agar tidak terjadi segregasi bahan dan panjang
penyebaran sebaiknya tidak lebih dari 150 m.

c) Kemiringan profil harus sesuai dengan kemiringan yang tercantum didalam gambar kerja.
Lintasan pemadatan dilakukan harus dari kedua sisi luar perkerasan menuju ketengah, sejajar as
jalan kecuali pada Super elevasi tikungan, pemadatan harus dimulai dari tepi yang terendah sejajar
as jalan menuju kebagian yang lebih tinggi.

d) Kepadatan lapisan base course ini harus mencapai nilai CBR 30% minimum. Pengetesan dilakukan
untuk setiap luas minimal 400 m2 perlapis pemadatan untuk mengetahui nilai CBR yang tercapai
akibat pemadatan yang dilakukan.

14
e) Pengawas berhak menolak dari pekerjaan apabila tidak memenuhi syarat seperti pemasangan
bahan yang tidak baik dan pemadatan tidak mencapai kepadatan yang diinginkan. Kontraktor
harus membongkar/mengolah,memperbaiki kembali dan merupakan tanggung jawab Kontraktor.

1.2.4 Pekerjaan Lapisan Pondasi (Base Course -CBR 90%) Klas : A

1.2.4.1 Persyaratan Bahan :

a) Agregat base course yang dipergunakn terdiri dari sirtu yang merupakan campuran pasir, kerikil dan
lempung.
b) Agregat harus memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut,

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ASTM STANDARD SIEVE PROSENTASE
BERAT LEWAT
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
. 2 1/2" : 100
. 2" : 100
. 1 1/2" : 35 - 70
. 1" : 0 - 15
. 1/2 " : 0 - 5
. Toughness (ASTM D3) : min 6
. Loss by Sodium Sulphate soundness- :
test (AASHO T-104) : max 10%
. Loss by Magnesium Sulphate sound - :
ness test (AASHO T-104) : max 12%
. Loss by abrasion after 100 revulu- :
tions (AASHO T-96) : max 10%
. Tin and elengated pieces bay weight :
(Piece larger than 1" weight thick- :
ness less than 1/5 length) : max 5%
. Shopt fragments (ASTM C.235) : max 5%
. Clay lumps (AASHO T.112) : max 0,25%
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
c) Agregat / sirtu yang akan dipergunakan untuk base coarse ini, sebelum pelaksanaan penebaran
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pengawas.

2.4.2 Persyaratan Pelaksanaan

a) Menyebarkan Agregat harus dalam lapisan Uniform dengan cara dicampur memakai alat Blade
Graders atau sebaiknya menggunakan kendaraan bergerak yang diperlengkapi speaders Boxes atau
alat penyebar agregat lainnya.

b) Kemudian dipadatkan setiap 10 cm lapisan dengan menggunakan Vibratory Rollers yang beratnya
minimal 12 Ton atau Pneumatic Rollers dan lainnya atas persetujuan Pengawas.

c) Cara penyebaran agregat dan pemadatannya sama seperti pada lapisan Sub-Base.

d) Lintasan pemadatan dilakukan sedemikian cara sehingga mencapai nilai CBR 80% minimum.

e) Pengetesan (Field Test) dilakukan untuk setiap luas 400 m2 perlapis pemadatan untuk
mengetahui CBR yang diperoleh.

f) Permukaan Base Course harus rata, tidak bergelombang dan dijaga agar tidak terdapat segala
kotoran atau bahan lain yang merugikan konstruksi.

15
g) Apabila pekerjaan base Course ini terdapat penyimpangan dan atau tidak memenuhi syarat, maka
Kontraktor wajib memperbaiki sesuai mutu yang disyaratakan dan Pekerjaan yang diakibatkannya
merupakan tanggung jawab Kontraktor.

1.2.5. Kanstein (Batu Pinggir) :

2.6.1 Lingkup Pekerjaan :

Yang dimaksud dengan pekerjaan Pasangan Kanstein ini meliputi dan tidak terbatas dari seluruh
pengadaan bahan, tenaga, peralatan yang diperlukan, serta tidak terbatas dari seluruh detail yang
ditujukan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

2.6.2 Persyaratan bahan :

Pekerjaan Kanstein ini memakai Beton Pracetak setaraf Produk Lokal Kw.1, Beton Kanstein harus
memenuhi persyaratan SII maupun PUBI.

2.6.3 Penggunaan Bahan :

a. Untuk Pemasangan Lurus :

Type Kanstein : K.1 (Lurus)


Ukuran : 30 x 20 x 10 cm
Kuat Tekan : 300 Kg/ cm2

b. untuk pemasangan belokan :

Type Kanstein : Kanstein Boog (Lengkung)


Ukuran : Sesuai Brosur
Kuat tekan : 300 Kg/ cm2

c. Untuk pemasangan Inlet Air Hujan :

Type Kanstein : Kanstein Inlet


Ukuran : Sesuai Brosur
Kuat Tekan : 300 Kg/cm2.
Atau sesuai dengan gambar perencanaan, dan petunjuk Konsultan Pengawas dilapangan.

2.6.4 Persyaratan Pekerjaan :

a. Pengkuran :

Sebelum pemasangan Beton Kanstein dimulai, terlebih dahulu harus diukur kelurusannya.
Patok-patok ukur, maupun tanda-tanda harus dipasang, untuk memudahkan Pekerjaan
Pemasangan Beton Kanstein tersebut.

b. Galian :

Setelah pemasangan patok-patok ukur maupun tanda-tanda , kontraktor wjib memberitahu kepada
Konsultan Pengawas untuk diperiksa.
Setelah disetujui oleh Konsultan pengawas, baru galian bisa dimulai, dengan ukuran dalam maupun
lebar disesuaikan dengan gambar perencanaan.

c. Urugan Pasir :

16
Sebelum pemasangan batu Kanstein, bagian dasar galian harus ditimbris dahulu, agar permukaan
tanahnya keras. Setelah itu urugan pasir setebal minimal 5 cm dihamparkan pada dasar galian
tersebut, dan dipadatkan.
d. Pemasangan Beton Kanstein Pracetak :

Beton Kanstein Pracetak dipasang diatas hamparan pasir, lidah-lidah dari pada Batu Kanstein
tersebut harus saling mengunci, dipasang tegak lurus dengan pasangan Aspal maupun Paving
bloc, sedalam +/- 10 cm dari permukaan tanah/jalan.
Pemasangan Beton Kanstein harus Kokoh dan Kuat, untuk menahan Gesekan/singgungan dari pada
Roda Mobil.

e. Urugan Kembali :

Pengurugan dilakukan dengan sempurna, tidak diperkenankan adanya celah-celah atau ronga-
ronga yang masih belum diurug.

Jarak horizontal antara Beton Kanstein dengan Material yang bersinggungan (Aspal ataupun
Paving bloc) tidak boleh diurug dengan tanah, melainkan harus dengan material yang sejenis
(Aspal / Paving Blok).

Pekerjaan urugan ini harus betul-betul padat, mengunci daripada Beton Kansntein tersebut,
dengan cara Pemadatan tanah dilakukan lapis demi lapis sambil disiram dengan air.

Pemadatan tanah harus menggunakan alat pemadat yaitu mesin pemadat (Stamper) dengan
kapasitas pemadatan sebesar 500 s/d 1000 Kg.

f. Pengukuran Hasil Kerja :

Pemasangan Batu Kanstin harus menghasilkan suatu garis lurus, Permukaan Bagian Luar,
bagian dalam, maupun bagian atas harus rata, tidak bergelombang, Kokoh dan Kuat.

Kegagalan dari pada pemasangan Beton Kanstein ini, diantaranya pemasangan tidak lurus, Beton
Kanstein masih Goyah, tidak rata, dan tidak memenuhi persyaratan lain, maka pekerjaan
tersebut harus dibongkar kembali, dan diperbaiki dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 2. PEKERJAAN TROTOAR.

2.1 Lingkup Pekerjaan

Sesuai dengan gambar pereancanaan dan petunjuk Konsultan Pengawas.

2.2 Persyaratan Bahan :

2.2.1 Pavingblock

a. Bentuk

Sisi vertical harus tegak lurus dengan permukaan atas Pavingblock dan dapat saling mengunci satu sama
lain dengan baik. Warna untuk Trotoar adalah : (Ditentukan Kemudian) dengan kwalitas Lokal No.1, tebal 6
cm.

b. Kuat tekan.

Kuat tekan rata-rata tidak boleh kurang dari 400 Kg/Cm2.

17
Pengadaan bahan harus dari satu produk, didatangkan harus dalam keadaan baik, tidak retak,
warna merata serta mendapat persetujuan dari Pengawas.

Pasir extra beton adalah pasir alam bukan pasir laut dan bila terpaksa dikehendaki harus
dicampur dengan proporsi yang tepat, berbentuk tajam dan keras serta tidak mengandung
kotoran.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan :

Semua pelaksanaan harus sesuai dengan standard sebagai berikut :

. NI - 2
. NI - 3
. NI - 8
. AASHTO T - 99

2.3.1 Contoh :

Sebelum pemasangan dilakukan Kontraktor harus mengajukan Merk/Produk yang akan dipakai, kemudian
Pengawas mengambil contoh secara Random langsung dari Pabrik pembuatnya dan kemudian diadakan
pengecekan sesuai dengan persyaratan diatas.

2.3.2 Penelitian Kwalitas Dilapangan :

Pengambilan contoh secara random atas bahan-bahan yang telah berada dilapangan dilakukan
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Pengawas, semua biaya pengujian dan meterial menjadi
beban kontraktor.

a) Pekerjaan lapisan pasir extra beton (sand bedding) diatas pondasi/ base course setebal 7 cm atau
sesuai gambar, dilakukan dengan hamparan yang merata dan harus diperhatikan luas hamparan
pasir harus dapat tertutup paving dalam satu hari.

b) Pada saat penghamparan, sand bedding harus kering dengan kadar air terkandung maksimum 8 %,
serta harus dijaga terhadap hujan dan aliran air sebelum pemasangan paving dan pemadatan.

c) Pemasangan Pavingblock sesuai dengan pola pada gambar, ditata rapih, merata dengan jarak naad
/joint scaping 3 - 4 mm lurus dan saling tegak lurus pada persilangan.

d) Khusus untuk pemasangan Pavingblock, adalah dengan pola sesuai gambar rencana.

e) Pemadatan dilakukan menggunakan Plate vibratory dengan luas dasar 0,35 - 0,50 m2 dan
centrafugal force 1,6 - 2,0 ton. dimulai dari satu sisi tepian Kanstein pengunci kebagian sisi lain dan
dari bagian terendah menuju bagian yang tertinggi dengan jumlah lintasan minimum sebanyak 3 kali.

f) Pemadatan tidak dilakukan bila mendekati tidak kurang dari 1,0 meter dari bagian pemasangan
Pavingblock yang terbuka/ tidak terjepit Kanstein pengunci.

g) Apabila tidak disebutkan lain dalam gambar, maka kemiringan profil melintang dibuat 2,5 % dan
toleransi permukaan datar adalah 10 mm untuk setiap 3 m garis lurus serta masing-masing
Pavingblock perbedaan ketinggiannya tidak lebih dari 2 mm.

h) Pekerjaan sand filler yaitu pengisian celah Pavingblockk /joint scaping setelah dilakukan
pemadatan, dengan pasir extra beton yang diayak dengan kawat nyamuk. Pengisian dengan alat
manual sederhana sehingga seluruh celah/naad terisi penuh dengan pasir.

18
i) Pemotongan Pavingblock harus menggunakan mesin potong Pavingblock khusus sesuai persyaratan
dari pabrik.

Apabila terjadi ketidak sempurnaan misal Pavingblock yang sudah terpasang pecah, pemasangan
bergelombang atau beda ketinggian sangat mencolok, maka Kontraktor wajib membongkar dan atau
memasang kembali dengan Pavingblock baru.

19
BAB IV. PERSYARATAN TEKNIS
ARSITEKTUR

Pasal 1. PEKERJAAN PASANGAN :

1.1 Lingkup Pekerjaan :

Pekerjaan pasangan disini termasuk didalamnya pengadaan material, tenaga kerja, peralatan, serta
pemasangan s/d finish, sehingga pekerjaan pasangan tersebut dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Diantaranya yang termasuk lingkup pekerjaan pasangan disini adalah :

1. Pekerjaan Pasangan Dinding Ringan


2. Pekerjaan Pasangan Plesteran & aci MU
3. Dan Yang nyata-nyata tergambar pada Gambar perencanaan.

1.2 U m u m.

Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila ternyata ada
kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut, maka pemborong harus minta persetujuan Pengawas
untuk menetapkannya.

1.3 Standard.

Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standard sebagai berikut ;

a) Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3


b) Peraturan Cement Portland Indonesia NI-8
c) Peraturan bata Indonesia NI-10
d) Standarad Industri Indonesia (SII)
e) Persyaratan Umum Bahan Bangunan (PUBI)
f) Dan seluruh Standarisasi yang menyangkut bahan bangunan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan
ini..

1.4 Bahan Dasar :

1. Semen Portland / MU

Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kwalitas seperti yang dipakai pada pekerjaan beton dan
secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada peraturan Semen Portland Indonesia
NI-8

2. Pasir.

Pasir yang dipergunakan adalah jenis pasir yang biasa dipakai untuk pasangan bata merah / , batu
kali dsb, sesuai dengan persyaratan sebagai berikut ;

a) Pasir harus bersih dari segala kotoran, diantaranya ranting-ranting pohon, sampah, dsb.

b) Pasir tidak boleh mengandung lumpur, serta gumpalan-gumpalan tanah liat.

c) Pasir tidak boleh mengandung bahan organik lainnya serta bahan kimia yang akan merusak
terhadap pasangan itu sendiri.

20
d) Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang tajam serta keras, dan tidak dapat hancur jika
ditekan dengan tangan.

e) Jenis pasir laut tidak diperkenankan untuk dipakai, terkecuali pasir tersebut sudah melalui
proses penetralisiran dari pada sifat garam yang dikandungnya dan sifat lainnya.

3. A i r .

Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat
secara visual. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2g/lt, tidak mengandung
garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak pasangan (asam-asam, zat organik dsb) lebih
dari 15g/lt. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi
mutunya menurut pemakaiannya. Air yang berada dilokasi tidak diperkenankan untuk dipakai,
terkecuali ada izin dari Konsultan pengawas atau lainnya.

4.. Bata merah.

Bata merah yang dipakai harus berbentuk standard berbentuk prisma segi empat panjang,
bersudut siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakan adanya cacat-cacat yang
merugikan.
Bata merah harus mempunyai kekuatan tekan, yaitu kuat tekan rata-rata yang diperoleh dari hasil
pengujian 30 bh contoh, berikut koefisien vareasinya untuk masing-masing kelas bata seperti
dibawah ini :

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kekuatan tekan rata2 min. Koef.vareasi yang
Kelas dari 30 bh bata yg diuji diizinkan dari rata
------------------------------------ rata kuat tekan bata
Kg f/cm2 N/mm2 *) yang diuji, %
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
25 25 2,5 25

50 50 5 22

100 100 10 22

150 150 15 15

200 200 20 15

250 250 25 15
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*) IN = 0,102 kg f.

Bata merah tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga
pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih dari 50% permukaan bata tertutup tebal oleh bercak-
bercak putih.

Bata merah / Bata Ringan harus memenuhi persyaratan SII No.0021-78.

5. Adukan :

Adukan harus dicampur ditempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas yang rata
dan keras,tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari pengawas. Kalau tidak
ditentukan lain mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan tangan (dengan memakai
cangkul dan sebagainya) sampai memperlihatkan warna adukan yang merata.

21
6. Komposisi :

Jenis Adukan berikut harus dipakai sesuai dengan yang disebutkan dalam gambar atau dalam uraian
dan syarat-syarat, terbagi dalam :

* Jenis Adukan Type ( M.1 ): 1 Pc : 3 Ps.

Seluruh Pasangan dinding bata merah kedap air.


Seluruh Plesteran Kedap Air.
Sponing-Sponing.
Semua Pasangan Rolag Bata merah .
Tali Air.
Semua Pasangan Lantai Keramik pada R.Toilet.
Semua Pasangan Dinding Keramik Pada R.Toilet.

* Jenis Adukan Type ( M.2): 1 Pc : 5 Ps

Semua Pasangan Dinding Bata merah biasa


(Exterior / Interior )
Semua Plesteran Biasa (Exterior / Interior)
Semua pasangan Lantai Keramik biasa interior / Exterior.

* Jenis Adukan Type ( M.3 ): 1 Pc : 3 Ps : 5 Ps

Semua Pasangan Lantai Rabat Beton/Beton Tumbuk.


Alas Lantai ( Screed ) dari Lantai Keramik, pada lantai yang berhubungan dg tanah.
* Jenis Adukan Type ( M.4 ): 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr

Kolom Praktis
Ring Balok Praktis
Sloof Praktis
Balok Latai Diatas Pas.Kusen.
Meja beton

1.5 Pekerjaan Pasangan

Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud pekerjaan dinding ini meliputi dan tidak terbatas dari seluruh detail yang ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk pengawas yang terdiri dari :

a) Pekerjaan pasangan Dinding Bata Ringan


b) Pekerjaan pasangan plesteran dan acian
c) Pekerjaan dinding keramik.
d) Pekerjaan Lain yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan.

1.6 Pekerjaan Pasangan dinding Bata Merah .

1. Persyaratan Bahan

a) Seluruh bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding seperti pasir, cement, air ,
bata merah dan sebagainya sesuai dengan bunyi pasal persyaratan bahan yang telah diuraikan
diatas pada buku ini.

b) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material yang akan

22
dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding ini untuk mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas.

2. Persyaratan Pelaksanaan

a) Adukan untuk pasangan dibuat secukupnya untuk pekerjaan lebih kurang satu jam, Adukan yang
tidak terpakai dalam 1 jam tidak boleh dipakai lagi dan atau adukan yang sudah sifat semennya
mulai mengeras.

b) Komposisi :Jenis Adukan disesuaikan dengan bab yang telah disebutkan diatas.

c) Sebelum dilaksanakan pemasangan, bata merah harus dibasahi / direndam air yang bersih, dalam
bak atau drum hingga mencapai kejenuhan.

d) Untuk semua dinding luar maupun dalam, lantai dasar mulai dari permukaan sloof/balok
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai, daerah ruang basah dan daerah lain sesuai
gambar digunakan adukan kedap air M.1 (trasraam).

e) Jika tidak ditentukan dalam gambar perencanaan untuk penempatan-penempatan kolom Praktis,
maka bidang dinding bata merah / yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambah kolom
praktis dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok diameter 10 mm, sengkang diameter 6
mm jarak 15 cm, jarak antara kolom maksimum 3,00 m. Pemasangan bata merah dilakukan
bertahap, setiap hari maksimum 20 lapis setiap harinya, diikuti dengan pengecoran kolom-kolom
praktis dan ikatan angker angker kusen, baut-baut, seperti gambar detail untuk melengkapi
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan.

f) Bagian pemasangan bata merah yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom struktur) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 40 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan bata merah sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali ditentukan lain.

g) Pasangan bata merah harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm berikut plesteran,
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapih dan tegak lurus dan siku.

h) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah, terkecuali pada posisi tertentu yang
menghendaki bata merah dipasang dengan ukuran harus dibagi dua.

i) Setelah bata merah terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan kemudian disiram dengan air.

j) Seluruh pasangan bata merah harus dilindungi terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh
pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan Kontraktor wajib memperbaikinya. Seluruh biaya
perbaikan merupakan tanggung jawab kontraktor.
k) Bila Ada Pekerjaan-pekerjaan Pasangan dinding bata merah yang tidak diterima oleh pihak
pengawas, dikarenakan dalam pengerjaannya diluar aturan-aturan yang belaku, maka perkerjaan
tersebut harus dibongkar, dan diperbaiki lagi atas beban Kontraktor.

l) Pekerjaan pasangan bata merah terdiri dari dua macam pekerjaan, yaitu pekerjaan pasangan bata
merah dengan tidak difinish plaster ( Exposed), dan pasangan bata merah / yang difinish plaster,
adapun tempat-tempat dimana pasangan bata merah tersebut dipasang harus sesuai dengan
gambar perencanaan.

m) Khusus untuk pekerjaan bidang pasangan bata yang tidak diplaster (Exposed) pengerjaannya harus
baik/rapih, dengan naad-naad lurus waterpass maupun vertikal siku antara yang lainnya, pemilihan
material bata merah maupun harus bersudut baik tidak gompal dan sebagainya, bata merah harus
dipilih yang mulus, agar pasangan bata merah tersebut dapat menghasilkan pasangan yang baik.

23
Naad-naad dipasang dengan ketebalan tidak boleh memelebihi 2 cm rata kesegala arah, dan setelah
agak kering, naad tersebut dikerok masuk ke dalam kurang lebih ½ cm.

1.7 Pekerjaan Plesteran ;

1.7.1 Lingkup Pekerjaan

a) Pekerjaan Plesteran termasuk didalamnya menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan


berikut alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan mendapatkan
hasil yang baik.

b) Pek.plesteran & Pelapisan yang dilaksanakan adalah :


- Plesteran biasa (M.2)
- Plesteran kedap air (M.1)
- Plesteran halus (acian)

1.7.2 Persyaratan Pekerjaan Plesteran

a) Dalam melaksanakan pekerjaan ini, ikuti semua petunjuk dalam gambar kerja bangunan terutama
pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal /tinggi / peil dan bentuk
profilnya.

b) Dituntut keahlian dalam melaksanakannya, ketelitian serta penggunaan peralatan yang baik.

1.7.3 Matrial / Bahan

a) Semen yang digunakan harus memenuhi syarat NI-8 type I menurut ASTM atau S-400 menurut
standard Portland Cement. Jenis semen yang dipilh dari produk semen Tiga Roda, Semen
Padang, atau yang setaraf, penyimpanan harus ditempat yang kering dan rapat air, terangkat
dari tanah. Ditumpuk sesuai dengan syarat penempatan semen menurut urutan pengiriman.

b) Pasir dipilih dari jenis pasir pasang yang kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat/lumpur/campuran lain. Pasir ini harus mempunyai gradasi ukuran dan bentuk yang sama
sesuai persyaratan : NI - 3 pasal 1, dan NI - 2 bab 3.3.

c) Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan minyak, bahan organik, garam asam alkali.

d) Semua material sebelum dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas Lapangan.
Contoh bahan oleh kontraktor ditunjukkan dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas
Lapangan untuk mendapat persetujuannya sebelum dipasang.

1.7.4 Campuran Plesteran

a) Untuk semua bidang yang diplester dipakai campuran aduk 1 pc : 5 pasir (M.2)

b) Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen.

c) Semua campuran aduk plesteran harus benar-benar tercampur rata dan homogen.

1.7.5 Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran :

a) Untuk pasangan bata merah / sebelum diplester, harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-
siarnya dikerok sedalam ± 1 cm.

24
b) Untuk beton sebelum diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa Cetakan/acuan
dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu.
c) Untuk bidang pasangan Bata merah / yang diplester harus difinish dengan plesteran halus (acian)
di atas permukaan plesterannya.

d) Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) tempelan seperti pasangan Keramik pada
R.Toilet Putra / Putri , pada permukaan plesterannya diberi alur-alur garis horizontal untuk
memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya.

e) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom /l antai yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Minimal tebal plesteran 1,5 cm dan jika ketebalan melebihi 3 cm harus diberi Ram kawat
ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya.

f) Untuk setiap pertemuan bahan berbeda jenis yang bertemu dalam satu bidang datar, harus
diberi naat dengan ukuran lebar 0,7 cm dan dalamnya 0,5 cm.

g) Untuk permukaan yang datar batasan toleransi perlengkungan atau pencembungan bidang
tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban
memperbaikinya atas tanggung jawabnya.

h) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu
tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya
dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan
air secara cepat. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik harus
dibongkar dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas Lapangan
atas tanggungan kontraktor.

i) Pada dasarnya Plesteran dilaksanakan dalam 3 lapis, yaitu sebagai berikut :

Lapisan kasar
Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding. Sebelum lapisan kasar mengeras,
harus dibuat goresan melintang. Lapisan ini harus dibasahi selama tidak kurang dari 24
jam dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan sedang dipasang.

Lapisan sedang
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaan yang betul-betul rata, kemudian
dibuat kasar dengan mistar kayu untuk memperoleh lekatan lapisan halus. Lapisan ini harus
tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan mengering.

Lapisan halus
Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan sedang. Lapisan sedang dibasahi
terlebih dahulu sebe-lum lapisan halus. Lapisan ini harus benar-benar rata dan halus dengan
menggunakan air kapur dan semen, sehingga diperoleh permukaan licin/halus, bebas dari
bidang yang kasar, tanpa bekas sendok atau noda lainnya. Lapisan ini harus dibasahi
sekurang-kurangnya 2 hari.

1.7.6 Pemeliharaan

a) Selama pemasangan bata merah / belum difinish, kontraktor wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan-bahan lainnya.

b) Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan wajib memperbaikinya.

25
c) Tidak diperkenankan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih
dari dua (2) minggu, cukup kering dan bersih dari noda seperti yang diisyaratkan.

Pasal 2. PEKERJAAN ALUMINIUM :

2.1 Lingkup Pekerjaan.

Yang dimaksud dengan pekerjaan Aluminium, meliputi dan tidak terbatas dari seluruh gambar
perencanaan serta detail yang ditunjukan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas yang diantranya pekerjaan tersebut adalah ;

a) Pekerjaan Kusen
b) Pekerjaan louvre
c) Pekerjaan Daun Jendela
d) Pekerjaan Aluminium lainnya sesuai gambar perencanaan.

2.2 Persiapan pemeriksaan ;

a) Pemborong diwajibkan untuk membersihkan semua bidang bidang dinding maupun lantai yang
akan dipasang kusen Aluminium, terutama dari kotoran-kotoran adukan sement dan sebagainya,
serta pada waktu pemasangan kusen, Pintu,Jendela Aluminium harus dilindungi oleh kertas
perekat (Plakband) untuk menghindari kotoran yang kemungkinan melekat karena pemasangan.

b) Untuk Aluminium baik untuk kusen, daun pintu, jendela, maupun bahan Plat Sheet digunakan
setara produk INDAL dengan ukuran disesuaikan dengan gambar perencanaan. Bahan Aluminium
yang dipakai harus ber Anodized, dan sebelum dipesan kepada pabriknya, pemborong wajib
memberikan gambar kerja dan contoh bahannya kepada Konsultan Pengawas diwaktu
pelaksanaan.

2.3 Persyaratan Bahan :

1. Profil Aluminium maupun Plat Sheet harus bermutu baik.


2. Alloy / Billet : Menggunakan bahan Asli tidak terbuat
Dari bahan scrap / sisa.
3. Warna Aluminium : Natural
4. Tebal Anodized : 20 micron untuk Exterior dan minimal 10 micron untuk Interior.
5. Tebal Plat Sheet : 2 mm
6. Dimensi yg Dipakai : Untuk Kusen 4”, Jendela / Pintu sesuai Gambar
7. Skrup : Type Stainlessteel.
8. Hardware & Parts : Type Stainlessteel
9. Anchor-anchor : Baja Galvanized
9. Sealent : Jenis Silicone warna Bening setaraf
General Electric atau Doawn Corning.

2.4 Persyaratan Pelaksanaan :

a) Kontraktor harus memberikan surat jaminan berupa pernyataan dari Extruder bahwa : Pewarnaan
bisa tahan s/d 20 tahun

b) Kontraktor merupakan tenaga ahli yang mampu dan berpengalaman mengerjakan pekerjaan ini.

c) Aluminium yang disuply benar-benar sesuai dengan yang diminta dan disertai Spesifikasi dari
pabrik, untuk bahan pegangan pihak Konsultan Pengawas.
Bila dianggap perlu, profil-profil maupun sheet Aluminium yang dipasang harus ditest di
laboratorium yang disetujui oleh Konsultan pengawas.

26
Test tersebut mencakup ketebalan micron, ketebalan profil, toleransi warna, test korosi dan
sebagainya.

d) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya sampai berahirnya masa


pemeliharaan, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut ;

Terjadinya lendutan pada rangka Aluminium sehingga menyebabkan pecahnya kaca.


Terjadinya kebocoran-kebocoran (Angin, Air), sebagai akibat daripada kelalaian dalam
pelaksanaan.
Masuknya debu-debu dari celah yang kurang rapat, dikarenakan terlewatnya pemasangan
Karet Isolasi, Maupun lain-lainnya.
Kerusakan lain yang diakibatkan oleh kesalahan sistem Konstruksi yang dipakai sehingga
menyebabkan kerugian kerugian dari pihak Pemilik.

g) Semua sitem Kontruksi kusen Aluminium harus diperhitungkan atas

Dapat menahan beban angin sebesar 90 kg/m2


Ketahan kebocoran terhadap air hujan 25 kg/m2
Ketahan terhadap Tiupan angin 4 m3/mr.m

2.5 Contoh-contoh bahan :

a) Sebelum pelaksanaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh bahan kepada


Konsultan Pengawas, sesuai dengan persyaratan, untuk disetujui.
Kontraktor harus mengajukan contoh secara utuh sebuah kusen lengkap dengan pintu, Jendela,
beserta Hardwarenya yang telah terpasang, dan difinish.

b) Contoh tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas.

2.6 Shop Drawing :

a) Semua pekerjaan harus dirakit dan dipasang sesuai dengan gambar kerja (Shop Drawing) yang
sudah disetujui oleh Konsultan pengawas.

b) Semua Ukuran dalam gambar harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, Ukiuran yang ada
dalam gambar tidak mutlak menjadi patokan dalam pelaksanaan.

c) Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar kerja/shop drawing


untuk pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar rencana, shop drawing tersebut harus
mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas.

d) Gambar Shop drawing tersebut harus menunjukan detail hubungan-hubungan pemasangan semua
komponen dan spesifikasi profil meliputi ukuran, ketebalan, kekuatan alloy, finish dan sebagainya.

2.7 Tatacara Pekerjaan Pemasangan :

a) Pemasangan seluruh pekerjaan yang terbuat dari Aluminium harus dilaksanakan oleh tenaga ahli
yang telah terlatih dan berpengalaman dalam bidang tersebut dan mempunyai surat jaminan dari
Extruder Aluminium yang dipakai dengan persetujuan Konsultan pengawas.

b) Sebelum pekerjaan pemasangan dimulai Sub-Kontraktor Aluminium harus memeriksa semua


permukaan yang akan berhubungan dengan pemasangan Konstruksi Aluminium dan memberi
tahukan kepada Konsultan pengawas jika seandainya ada permukaan yang bersangkutan tidak
memungkinkan untuk dipasang Pekerjaan Aluminium.

Untuk selanjutnya permukan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sehinga memungkinkan

27
untuk dipasang kosen Aluminium tersebut.

c) Disarankan untuk pekerjaan Aluminium ini, (Untuk pembuatan kusen, pintu,jendela dll) hendaknya
dilakukan dipabrik secara masinal, dan dilapangan tinggal penyetelan.

d) Pemasangan Karet kaca / Sealent harus sempurna sehingga kaca-kaca tidak bergetar dan tidak
terjadi kebocoran akibat air hujan maupun udara luar.

e) Kontraktor wajib menjaga Seluruh pekerjaan yang terbuat dari bahan Aluminium yang telah
terpasang dari segala benturan benda keras, yang memungkinkan hasil pekerjaaan Aluminium
tersebut menjadi cacat.

f) Andaikata ada pekerjaan yang terbuat dari Aluminium setelah pemasangan masih terdapat cacat-
cacat, segera kontraktor harus menggantinya dengan yang baik, dan dapat diterima oleh pihak
Konsultan Pengawas.

g) Sebelum diserahkan seluruh pekerjaan Aluminium (Kosen,Pintu, Jendela serta penutup atap
kanopy) harus bersih dari segala kotoran yang menempel

Pasal 4. PEKERJAAN KACA :

4.1 Lingkup Pekerjaan :

Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

Pekerjaan pengadaan dan pemasangan kaca pada pintu, bouvenlich, maupun jendela dan pekerjaan
lain yang ada pada gambar.

4.2 Persyaratan bahan

Semua kaca yang dipakai dari produk dengan SII -0189/78. Ketebalan kaca sesuai denga
petunjuk gambar. Kaca yang dipakai adalah kaca bening (clear float glass), kaca yang
dihasilkan dari proses tarik, kemudian permukaannya rata, licin dan bening (kecuali ada ketentuan
lain digambar atau atas petunjuk Konsultan Pengawas). Kaca yang digunakan harus setera dengan
Produk “PT. ASAHI MAS PLAT GLASS CO.,LTD”

4.3 Penggunaan jenis kaca :

- Kaca Tempered / Polos t. 5 mm


- atau sesuai gambar rencana

4.4 Persyaratan mutu

a) Kaca lembaran harus memenuhi syarat-syarat mutu sebagai berikut :

1. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku tepi potongan
yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm
permeter.

2. Dihindari pemakaian kaca yang cacat sebagai berikut:


Gelembung (Bubles)
Gelembung adalah ruang-ruang yang berisi gas terdapat pada kaca.

28
Bahan Heterogen (Heterogeneous Material)
Bahan heterogen adalah bagian kaca yang komposisi kimia induk, karena kelalaian
index biasnya dapat mengganggu pandangan.
Retak (Craks)
Retak adalah garis-garis pecah pada kaca, baik sebagian atau seluruh tebal kaca.
Gumpilan Tepi (Edge Chipping)
Gumpilan tepi adalah bagian kaca sisi lebar atau sisi panjang yang menonjol atau
masuk.
Benang (String) dan Gelombang (Wave)
Benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandang.
Gelembung adalah permukaan kaca yang berombak dan mengganggu pandangan.
Bebas dari Cacat-cacat yang dapat dilihat dengan sudut pandang 25° pada kaca
lembaran.
Bintik-bintik (Spots), Awan (Cloud) dan Goresan (Scratch)
Bintik-bintik adalah titik-titik pada per mukaan kaca yang berupa benda-benda
bukan kaca dan mempunyai warna lain.
Awan adalah permukaan kaca yang mengalami kelainan kebeningan.
Goresan adalah luka garis pada permukaan kaca.
* Lengkungan (Blow) Maksimum 0,5 %.

3. Pemakaian Sealent :

Untuk pekerjaan type J-1 pada pertemuan sudut antara kaca dengan kaca dengan
menggunakan Sealent . Kwalitas sealent yang dipakai harus memenuhi standar
yang berlaku serta sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Jenis Sealent yang dipakai
berwarna Bening.

PASAL 5. PEKERJAAN PENUTUP ATAP :

5.1 Lingkup Pekerjaan :

Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
penutup atap bangunan, berikut rangka-rangka penutupnya, dan elemen penutup atap lainnya, seperti
tercantum dalam gambar perencanaan.

Antara Lain ;

Pekerjaan Rangka
Pekerjaan Penutup Atap
Dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar rencana.

5.2 Persyaratan bahan ;

Penutup Atap :

Atap / Nok / Flashing : Merk PLANNJA HOKAYU


Type Yang Dipakai : Econoroof TR 22
Bahan Dasar : Hot Dipped Galvanized Steel ,
Kwalitas EN 10142:1990, EN 10147:1992
dg Galvanized Z 275 g/m2.
Ketebalan Nominal (TCT) : 0.45 mm
Lapisan / Coating : Bagian Muka : Primer, Epoxy 6-8 top coat,
Metallack 25 5 m.
Bagian Belakang : Top Coat 10 – 15 m.

29
Lebar Effective : 970 mm
Warna : Ditentukan kemudian
Berat per sat.luas : 4.35 kg/m2
Perlengkapan Atap : Plat Bubungan, Flashing, Paku dan Skrup, Paku
Rivet, Self Drilling, sesuai standard

5.3 Persyaratan Pekerjaan :

a) Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan dari pabrik.

b) Untuk menangani pekerjaan ini kontraktor harus menempatkan tenaga akhli / tenaga yang
telah berpengalaman dibidangnya, atau sesuai dengan petunjuk Konsultan pengawas/pbrik.

c) Pemasangan gording Lip Chanel Ukuran 150.65.20.3,2 atau sesuai gambar perencanaan dengan
memperhatikan persyaratan pekerjaan baja pada buku ini.

d) Pemasangan atap Metal Sheet pada gording harus benar-benar rapi dan tertutup rapat.

e) Pemasangan atap steel sheet sebagai penutup atap harus saling mengunci ke arah Vertikal
maupun kearah Horizontal.

f) Bahan atap steel sheet yang terpasang harus sudah memenuhi persyaratan bahan tersebut
dalam bab ini serta telah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

g) Pemasangan Nok / Bubungan maupun Assoseries lainnya persyaratan perlaksanaan pemasangan


harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat, ataupun petunjuk Konsultan Pengawas dilapangan.

h) Konsultan pengawas berhak atas percobaan-percobaan uji kebocoran pada atap tersebut dan
andaikata pada atap tersebut terdapat kebocoran maka kontraktor harus segera memperbaikinya
kembali . Kesalahan-kesalahan memaku bukan pada tempatnya sehingga mengakibatkan
berlubangnya atap steel sheet, pihak kontraktor harus segera menutupnya dengan bahan yang
diizinkan oleh pengawas.

5.4 Cara Penyimpanan Dilapangan Atap:

a) Atap Metal Sheet maupun bahan Bubungan pada umumnya dikirim dalam lembaran lembaran, dan
pada waktu pengiriman ke Proyek tidak diperkenankan kena Air Hujan.

b) Pada waktu pengangkutan lembaran-lembaran Atap harus terlindung dari cuaca hujan, dengan
jalan sewaktu pengiriman ke Proyek harus ditutupi dengan kain terpal.

c) Jika lembaran-lembaran atap Metal Sheet belum dipergunakan / dipasang, segera lembaran-
lembaran tersebut disusun rapi, pada dudukan balok kayu yang terlebih dahulu telah dipersiapkan di
site.

d) Dalam Penyimpanan/Penyusunan Lemberan-lembaran atap Metal tidak diperkenankan menyentuh


langsung dengan tanah. Dan jika diletakan pada udara terbuka, lembaran-lembaran atap Metal Sheet,
harus dilindungi dengan kain terpal atau bahan lpelindung lainnya yang tidak tembus air untuk
melindungi dari Embun maupun Dari Hujan.

e) Hindari pengembunan pada Atap Metal Sheet, karena embun dapat merusak pada permukaan
sehingga akan memeberikan menampilan yang jelek serta dapat mengurangi usia Lembaran-
lembaran tersebut.

f) Jika ternyata tumpukan itu basah maka lembaran-lembaran tersebut harus dipisahkan dan

30
dibersihkan dengan kain lap yang kering dan bersih.

g) Kemudian aturlah agar terjadi sirkulasi udara yang menyeluruh pada proses pengeringan.

h) Atap Metal Sheet jangan ditumpuk dalam keadaan terbalik, permukaan bagian atasnya harus
tetap mengarah ke atas.

5.5 Pembersihan Sewaktu / Sesudah Pelaksanaan :

Perlu diperhatikan bahwa paku, rivet dan kotoran lain harus dibersihkan dari atap dan talang selama
pekerjaan berlangsung dan pada akhir pekerjaan setiap harinya.
Korosi dan kemungkinan kerusakan pada lapisan proteksi permukaan atap dapat terjadi ketika besi
atau bahan dasar tembaga/logam dibiarkan tinggal tetap berhubungan dengan permukaan lembaran
atap tersebut pada keadaan suhu lembab/ basah.
Seluruh Benda-benda sisa yeng menempel pada permukaan Atap, harus segera dibersihkan.

5.6 Hubungan dengan benda lain :

Untuk menjaga kemungkinan terjadinya kondensasi pada lembaran atap bagian bawah, maka
penumpu baja harus diberi lapisan pelindung dengan meni/cat untuk menghindari adanya hubungan
langsung antara lembaran atap bagian bawah dengan baja polos sebagai alat penumpu.

5.7 Pekerjaan Atap :

5.7.1 Lingkup Pekerjaan :

Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan
penutup atap bangunan, berikut rangka-rangka penutupnya, dan elemen penutup atap lainnya, seperti
tercantum dalam gambar perencanaan.

Antara Lain ;

Pekerjaan Penutup Atap Poly Carbonate


Dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar rencana, sebagai perlengkapan perlengkapan penutup
atap Poly Carbonate.

5.7.2 Persyaratan bahan ;

a) Bahan penutup atap menggunakan bahan dari lembaran atap Poly Carbonate , Produk sesuai
dengan Metode Testing “ASTM & UL Standard”, Serta bergaransi terhadap perubahan warna
minimal 10 Tahun, yang dinyatakan oleh sertificate test dari pabrik.

b) Bentuk ukuran serta warna harus sama / seragam dan tidak cacat.

c) Menahan sinar U.V 100%, tahan terhadap segala perubahan cuaca, serta sebagai bahan isolator
panas yang baik.

5.7.3 Persyaratan Pekerjaan :

a) Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan dari pabrik.

b) Untuk menangani pekerjaan ini kontraktor harus menempatkan tenaga akhli / tenaga yang
telah berpengalaman dibidangnya, atau sesuai dengan petunjuk Konsultan pengawas/pabrik.

c) Pemasangan Rangka-rangka untuk penahan atap Poly Carbonate sesuai gambar perencanaan
dengan memperhatikan persyaratan pekerjaan sejenis pada buku ini.

31
d) Pemasangan dengan arah rusuk vertikal, gunakan gergaji listrik atau Cutter untuk memetong, serta
gunakan bor listrik untuk melubangi dengan kecepatan rendah.

e) Jangan sekali-kali lembaran Atap Poly Carbonate dipaku langsung. Gunakan Skrup dengan washer
dan seal yang terbuat dari bahan yang sesuai, tidak diperkenankan untuk menggunakan washer dari
bahan PVC.

f) Penyekrupan tidak boleh dikencangkan secara berlebihan, yang akan mengakibatkan retaknya
bahan atap tersebut, pelubangan untuk skrup harus dilebihkan 2 mm dari pada ukuran skrup yang
akan dipakai, dipasanga minimum 40 mm dari tepi lembaran.

g) Untuk penyambungan antara atap dengan rangka profil menggunakan sejenis silicone sealent atau
sesuai petunjuk pabrik pembuat.

h) Gunakan Celotape untuk menutup sementara ujung lembaran selama pemasangan berlangsung
agar debu dan serangga kecil tidak masuk kedalam rongga. Setelah selesai pemasangan, dengan
tujuan yang sama maka ujung-ujung lembaran harus ditutup dengan Almunium tape atau sejenis
silicone sealent dan dilindungi dengan “U” profil.
i) Pemasangan atap Poly Carbonate pada rangka harus benar-benar rapi dan tertutup rapat.
Setelah selesai pemasangan Masking Film harus segera dilepas, jangan dibiarkan lembaran Mika terjemur
terlalu lama dengan keadaan Masking Film masih tertempel.

j) Bahan atap Poly Carbonate yang terpasang harus sudah memenuhi persyaratan bahan sesuai
sub pasal 15.8.2, serta telah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

k) Kegagalan dalam pemasangan penutup atap sheet Poly Carbonate, menjadi tanggung jawab
Kontraktor, dan kegagalan tersebut harus segera diperbaiki hingga pekerjaan tersebut betul-betul
baik dan sempurna.

l) Konsultan pengawas berhak atas percobaan-percobaan uji kebocoran pada atap tersebut dan
andaikata pada atap tersebut terdapat kebocoran maka kontraktor harus segera memperbaikinya
kembali sesuai point (k).

m) Kesalahan-kesalahan Melubangi, Memotong, menyekrup bukan pada tempatnya sehingga


mengakibatkan gagalnya pemasangan penutup atap Poly Carbonate menjadi tanggung jawab
Kontraktor, dan kegagalan tersebut harus segera diperbaiiki dengan memakai bahan yang baru.

5.7.4 Cara Penyimpanan :

a) Plat Atap Poly Carbonate pada umumnya dikirim dalam lembaran lembaran, dan pada waktu
pengiriman ke Proyek harus disimpan dan diatur sedemikian rupa, sehingga aman dari segala
gangguan.
Jika lembaran-lembaran Mika belum dipergunakan / dipasang, segera lembaran-lembaran tersebut
disusun rapi, pada dudukan balok kayu yang terlebih dahulu telah dipersiapkan di Gudang penyimpanan.
b) Dalam Penyimpanan / Penyusunan Lemberan-lembaran Atap Poly Carbonate tidak diperkenankan
menyentuh langsung dengan tanah. Dan jika diletakan pada udara terbuka, lembaran-lembaran
harus dilindungi dengan kain terpal / Plastic , untuk melindungi dari Embun / hujan maupun sinar
matahari .

c) Sebelum dipasang / dipergunakan tutuplah semua ujung lembaran dengan celotape agar rongga-
rongga tidak termasuki debu maupun partikel – partikel lainnya, yang akan mengotori dari pada
kebeningan Poly Carbonate tersebut.

5.7.5 Pembersihan Sewaktu / Sesudah Pelaksanaan :

Perlu diperhatikan bahwa kotoran lain harus dibersihkan dari atap Poly Carbonate selama pekerjaan

32
berlangsung dan pada akhir pekerjaan setiap harinya.
Seluruh Benda-benda sisa yeng menempel pada permukaan Atap, harus segera dibersihkan dengan
menggunakan bahan tersebut dibawah ini ;

Gunakan Butyl – Cellusolve untuk membersihkan jenis noda Cat, dan bekas pena.
Semprotlah dengan air untuk menghilangkan bubuk-bubuk pasir maupun benda lainnya yang
menempel pada permukaan sebelum dicuci dengan air sabun encer.
Pergunakanlah kain yang lembut atau spone untuk mengeringkan, jangan sekali-kali disikat atau
digosok dengan menggunakan bahan yang kasar/keras.

5.8 Pipa Talang Vertikal:

A. Lingkup Pekerjaan ;

Pekerjaan ini meliputi dan tidak terbatas pada penyediaan bahan, Tenaga kerja, peralatan serat alat
bantu lainnya untuk menyelesaikan pasangan pipa talang Vertikal sesuai dengan gambar perencanaan.
Pipa talang vertikal tersebut yang antara lain untuk membuang limpahan dari talang datar penutup atap
maupun plat dack menuju pembuangan di lantai dasar (Saluran drainase keliling bangunan).

B. Persyaratan bahan :

Pipa VPC an Accessories :

Pipa PVC yang digunakan adalah yang dibuat dari ekstrusi bahan utama Polivinyl Clorida dalam
keadaan panas. Kandungan PVC murni minimum 92,5 %. Polimer dan Stabiliz yang digunakan harus
berkwalitas terbaik dan tahan terhadap air dan cuaca (Ultra Violet) yang dijamin dengan Sertifikat pabrik.
Permukaan luar dan dalam harus halus, licin dan tanpa cacat yang berbahaya seperti retak- retak,
guratan, gumpalan dan cacat-cacat lainnya.
Type yang digunakan adalah type AW dengan Merk setara “Maspion, Rucika, Vinilon” pipa harus
memenuhi standard persyaratan perpipaan yang berlaku, dengan ukuran sesuai gambar
perencanaan.

Pemasangan Pipa talang vertikal harus betul-betul kuat, pipa tersebut diklem dengan kelemen
khusus pipa, pada bagian Kolom maupun dinding bata merah / , Atau dengan cara lain seizin Konsultan
Pengawas.

Dimensi dan Toleransi :


Nominal Diameter Luar dan Tebal dan toleransi
mm Toleransi mm mm
40 50 +/- 0,3 3,0 + 0,7
50 63 +/- 0,3 4,1 + 0,8
75 90 +/- 0,4 5,9 + 0,8
100 110 +/- 0,5 6,6 + 0,9
150 160 +/- 0,8 9,5 + 1,2

Pasal 6. PEKERJAAN WATERPROOFING :

6.1 Lingkup Pekerjaan :

Yang dimaksud dengan pekerjaan Waterproofing adalah meliputi dan tidak terbatas dari seluruh detail
yang ditunjukkan dalam gambar, buku spesifikasi teknis dan atau sesuai petunjuk Pengawas Seluruh
pemasangan Waterproofing harus bergaransi, minimal 5(Lima) tahun, tahan terhadap kebocoran air.

33
Pekerjaan waterproofing terdiri antara lain :

Semua Permukaan Plat Beton


Semua Permukaan Plat Beton Toilet .
Dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan.

6. 2 Persyaratan Bahan

a) Waterproofing Untuk Plat Beton Dack yang dipergunakan adalah jenis Acrylic polymer modified
cementitious waterproofing Coating dari merk Brush Bond Produk LEMKRA atau setaraf dengan itu.

b) Waterproofing Untuk Plat Beton Toilet dipergunakan dari jenis Sheet Membrane W.P dari merk Blue
Chip 300 + Primernya, produk “ BLUE CHIP ” atau setaraf dengan itu.

c) Kemasan Wateproofing membrane/Coating harus dijamin keaslian nya, kemasan/Karton Box tidak
boleh menandakan bekas dibuka.

6. 3 Persyaratan Pelaksanaan

1. Pekerjaan Persiapan :

a) Permukaan plat lantai beton Toilet yang akan dipasang Waterproofing Membrane ataupun Coating
untuk plat dack, bagian permukaannya harus dibuat rata, halus serta bebas dari tonjolan dan
lubang lubang. Permukaan Plat Lantai beton yang akan di Waterproofing harus dalam keadaan
kering, serta sudah tidak ada pekerjaan pekerjaan lain yang sekiranya akan mengganggu.

b) Permukaan pada plat dack / Toilet , harus sudah dibuat kemiringan sesuai gambar
perencanaan, dengan menggunakan screed halus adukan 1:5.

c) Pembuatan kemiringan ini perlu untuk menyalurkan air hujan pada dack beton ataupun air
pembuangan lainnya menuju pada Lubang pembuangan (Floor Drain)

d) Pada bagian sudut pertemuan vertikal/Horizontal, harus deberi adukan +/- 3 cm untuk
menghindari pertemuan sudut yang tajam (90 o).

6.4 Pelapisan Cat Primer :

a) Pemasangan lapisan Primer terutama untuk pekerjaan pasangan waterproofing membrane sheet
dilakukan setelah seluruh perkerjaan pada persiapan dilakukan.

b) Pelapisan Primer dilaburkan dengan memakai kwas/roll dengan perkiraan 1 liter untuk
penggunaan 4 s/d 6 m2, tergantung keadaan permukaan beton, Pelaburan permukaan beton
hanya dilakukan untuk target pemasangan dalam satu hari, pada setiap harinya.
c) Lapisan Primer tidak boleh dibiarkan terbuka tanpa ditutup dengan Sheet Membrane lebih dari 12
jam, jika melebihi jam tersebut maka pelapisan Primer tersebut harus diulang kembali.

d) Pelapisan Primer harus dilakukan dalam keadaan cuaca kering/panas, tidak diperkenankan
pelapisan diwaktu cuaca sedang hujan.

6.5 Pelapisan Membrane Sheet Waterproofing :

a) Setelah pelapisan Primer mengering, maka pelapisan Blue Chip Waterproofing Membrane dapat
dilaksanan. Dalam kemasannya pada sisi yang lekat terdapat kertas silicon yang dapat dengan
mudah dilepas. Selama kertas tersebut masih melekat pada Bithuthene, dapat dilakukan
pemotongan pola sesuai dengan kondisi yang akan dipasang.

34
b) Setelah kertas Silikon dilepas, W.Membrane direkatkan pada permukaan beton yang telah diberi
lapisan primer, dengan cara ditekan dengan alat hingga lengket, merata kesegala arah. Untuk
bagian sambungan penekanan penggunakan Sejenis Roll.

c) Pemasangan pada setiap sambungan diperlukan over lap minimal 10 cm atau sesuai dengan
petunjuk pabrik.

d) Pemasangan dilaksanakan dimulai dari titik terendah (Dekat Drain) kemudian naik keatas
sehingga didapat suatu keadaan seperti pemasangan susunan pada genting. Pengakhiran
pemasangan harus dalam keadaan terjepit/tertanam.

e) Pada tempat-tempat yang kritis seperti Drain, sudut, sambungan dan pengakhiran W.Membrane
harus diberi Blue Chip Mastic berbetuk Cairan Karet yang sangat elastis.

f) Pemasangan Bluechip membrane harus dilindungi dengan plesteran atau bahan finish lain minimum
t=2,5 cm, pada pemasangan bidang horizontal, sedangkan untuk bidang Vertikal harus dipasang /
dijepit dengan pasangan dinding ¼ bata lalu permukaan dikamprot dengan adukan 1:4.

6.6 Sistem Watrproofing Coating ;

a) Pemasangan lapisan Water proofing Coating dilakukan setelah seluruh perkerjaan pada persiapan
selesai dilakukan.

b) Pelapisan Waterproofing Coating dapat dilakukan dengan dilaburkan atau sistem Trowel atau
sistem Spray,dengan perbandingan campuran sebagai Berikut

Komponen System Pelaksanaan


brush bond Trowel Brush Spray

Powder 4 3,5 3
Liquid 1 1 1

c) Pemakain Campuran yang diinginkan adalah 2 Kg/m2 untuk ketebalan 1,2 mm

d) Setelah Lapisan waterproofing Coating mencukupi umur untuk pengeringan, maka harus segera
lapisan tersebut ditutup dengan bahan finish permukaan, baik itu keramik ataupun bahan lainnya.

e) Pelapisan Waterproofing Coating harus dilakukan dalam keadaan cuaca kering/panas, tidak
diperkenankan pelapisan diwaktu cuaca sedang hujan.
6.7 Pekerjaan Proteksi :

Hasil pemasangan seluruh Waterproofing Coating pada permukaan beton, harus ditutup dengan screed
setebal +/- 2 cm ataupun bahan finish lainnya, sebagai bahan pelindung.
Pelaksanaan Screed harus betul-betul sempurna menempel pada lapisan waterproofing, permukaan
dibuat halus ataupun diroll, atau sesuai dengan petunjuk Konsultan pengawas.

6.8 Pengujian :

Pekerjaan Waterproofing yang telah terpasang harus diuji tahan kebocoran, dengan jalan seluruh
permukaan digenangi air dengan terlebih dahulu harus menutupi lubang-lubang yang diperkirakan
akan bocor. Perendaman dengan muka air secukupnya, dan direndam selama 2x24 jam. Jika hasil
perendaman tidak memperlihatkan kebocoran maka pemasangan Waterproofing dinyatakan sempurna,
terkecuali masih terlihat adanya kebocoran, dan kebocoran tersebut harus segera diperbaiki
dengan jalan membongkar dan menggantinya dengan yang baru.

35
BAB V. PERSYARATAN TEKNIS
INTERIOR

Pasal 1 PEKERJAAN FINISHING DINDING

1.1 Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik.

1.1.1 Lingkup Pekerjaan

Dinding Keramik meliputi tanpa terkecuali yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan harus
dilapisi dengan Keramik, sbb:

a. Pelapis Dinding

1.1.2 Persyaratan Bahan :

a) Seluruh bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan pelapis dinding seperti pasir,
cement, air dan sebagainya sesuai dengan bunyi pasal persyaratan bahan yang telah diuraikan
diatas pada buku ini.

b) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material yang


akan dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding ini untuk mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas.

c) Persyaratan bahan Keramik :

1. Tampak Permukaan
Permukaan Ubin Keramik tidak boleh menampakan cacat-catat sebagai berikut ;

Ubin Keramik berglatzur; badan membengkok, gelembung-gelembung, retak-retak,


glatzur lepas-lepas, lubang-lubang jarum pada permukaan glatzur, noda yang berasal dari
unsur-unsur glatzur atau bukan glatzur, permukaan depan ubin cembung atau cekung.

Ubin Keramik Tidak Berglatzur ; Badan membengkok, gelembung-gelembung, retak-retak,


pecah goresan pada badan, bekas lekatan dengan bahan lain, badan melengkung dan
noda-noda pada permukaan badan.

2. Ukuran dan toleransi penyimpangan ;


Penyimpangan ukuran-ukuran ubin harus memenuhi ketentuan seperti yang tercantum pada
tabel 31-1 PUBI 1982 hal 59.
Perbedaan ukuran panjang dan lebar ubin yang terbesar dan terkecil tidak boleh lebih dari 2
mm.

3. Penyerapan Air ;
Penyerapan Air Maksimum dari ubin Keramik untuk lantai sesuai dengan yang tercantum pada
tabel 31-2 PUBI 1981 Hal.60

4. Kesikuan :
Sisi-sisi ubin harus lurus, sisi-sisi ubin dikatan lurus apabila penyimpangan sisi-sisi dari garis
lurus yang terbentuk oleh perhubungan dua buah titik sudut yang ber-turut-turut tidak melebihi
ketentuan seperti tercantum pada tabel 31-3 PUBI 1982 hal. 60

5. Kedataran permukaan depan ;


Untuk ubin keramik yang datar permukaannya. Ubin dikatakan datar permukaannya jika pada

36
pengukuran penyimpangan kedataran permukaan tidak melebihi ketentuan seperti tercantum
pada tabel 31-4 PUBI hal.61

6. Perubahan Bentuk Karena Puntiran ;


Untuk Penyimpangan kedataran karena puntiran, sebuah titik sudut tidak boleh melengkung ke
atas atau kebawah terhadap bidang yang berbentuk oleh tiga buah titik sudut lainnya, melebihi
ketentuan yang tercantum pada tabel 31-5 PUBI 1982 Hal.61

7. Ketahan terhadap gesekan (Ketahanan Aus) ;


Kehilangan berat akibat gesekan tidak boleh kurang lebih dari 0.1 gram per berat ubin keramik
yang diuji.

8. Kuat lentur ;
Kuat lentur dari ubin Keramik tidak boleh kurang dari batas yang tercantum pada tabel 31-6
PUBI 1982 Hal.62

9. Ketahanan terhadap Asam dan Basa ;


Tidak Boleh ada Perbedaan penampakan antara bagian yang tercelup dan bagian yang tidak.

10.Kekerasan ;
Kekerasan Ubin Keramik berglatzur tidak boleh kurang dari 5 pada skala Mohs
Sedangkan Ubin Tidak berglatzur tidak boleh kurang dari 6 pada skala Mohs.

11. Ketahanan Glatzur terhadap retak-retak ;


Glatzur Ubin Keramik Tidak boleh menunjukan retak-retak.

Referensi : SII 0023-81 (Mutu dan Cara Uji Ubin Keramik).

1.1.3 Daftar Pemakaian Jenis Keramik :

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Dinding Jenis Ukuran Merk
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Toilet Pria/Wanita Keramik Polished 30/30 cm ROMAN
2. Fasade Granite Polish 60/60 cm ESSENZA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1.1.4 Persyaratan Pelaksanaan :

a) Sebelum pelaksanaan pemasangan, kontraktor diwajibkan memberikan contoh-contoh bahan Keramik


untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Keramik dipasang dengan menggunakan perekat
diantaranya “AM Produk “ Jenis AM 30 Mortarflex + Filler. Dalam Pelaksanaannya nanti Perekat ini
harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi pabrik yang memproduksinya, dengan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari pengawas.

b) Awal pemasangan keramik pada dinding harus memperhatikan sisa ukuran terlebih dahulu dan
dibuat shop drawing sebelum pelaksanaan.

c) Pemotongan ubin Keramik harus menggunakan alat potong khusus yang sesuai dengan petunjuk
pabrik.

d) Bidang dinding Keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus lurus dengan lebar yang sama
maksimum 3 mm dengan kedalaman 2 mm dengan batas toleransi kecekungan / kecembungan
adalah 2,5 mm untuk setiap 2,00 meter.

37
e) Keramik yang sudah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda adukan dengan lap kain
basah dan atau memakai cairan bahan kimia setelah mendapat izin dari Pengawas, pada naad
terutama bagian exterior tidah boleh terlihat lelehan-lelehan bahan Grouting yang mengotori permukaan
Keramik. Selain itu harus dihindarkan dari gangguan, benturan/beban selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan oleh pekerjaan lain.

f) Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan dan seluruh biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.1.5 Cara Penggunaan Perekat “AM 40” (Cerama Cement )

Campurkan “AM 40” dengan air bersih, dengan perbandingan kra-kira 4,5 kg “AM 40” dengan air 1 liter,
Kemudian diaduk sampai merata hingga diperoleh adukan yang menyerupai bubur kental. Biarkan kira-
kira 10 menit, kemudian pengadukan diulangi sekali lagi. Penggunaan bahan tersebut untuk didalam
maupun diluar ruangan.

1.1.6 Cara Penggunaan pengisi celah “AM 50” (Colour Grout)

Perbandingan yang biasa dipakai adalah 3 Kg “AM 50” dicampur dengan 1 Liter Air atau “AM 54”, aduklah
hingga tercampur rata.
Campuran harus bebas dari gumpalan dan cukup kental. Biarkan selama 10 menit kemudian ulangi
pengadukan sekali lagi sebelum dipasang / dicorkan. Penggunaan bahan tersebut untuk didalam maupun
diluar ruangan.

1.1.7 Pencegahan Timbulnya Keretakan :

a) Timbulnya keretakan pada pemasangan lantai keramik, biasanya disebabkan karena pas.keramik
tersebut mengalami pemuaian udara didalamnya, sedangkan untuk ruang gerak pasangan keramik
tersebut tidak ada, maka untuk memberikan ruang gerak Pasangan Keramik yang Muai karena
naiknya temperatur udara pada pasangan keramik tersebut, maka untuk mencegah timbulnya keretakan
atupun lepas-lepas, pada setiap pemasangan dengan minimal luas 4 x 4 m 2 agar disekeliling dinding
diberi naad (Celah) dengan jarak +/1 cm, untuk menutupi celah atau naad tersebut harus dipasang plint
tegel dengan bentuk dan warna akan ditentukan kemudian.

b) Sedangkan untuk pemasangan dengan luas melebihi dari 6 x 6 m2 harus diberi jarak / expansion joint
atau deletasi dengan lebar minimum 1,5 cm yang dapat diisi bahan lentur misalnya dengan Sealent
Silicon, atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Pembuatan deletasi bisa didisain dengan menyesuaikan ukuran keramik yang dipasang.

Pasal 2. PEKERJAAN LANTAI

2.1 Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud pekerjaan lantai ini meliputi dan tidak terbatas dari seluruh detail yang ditunjukkan
dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk pengawas adalah terdiri dari:

a) Pekerjaan pasangan lantai 1:3:5 (Screed).


b) Pekerjaan pasangan lantai Keramik
c) Pekerjaan pasangan lantai Keramik granite.
d) dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar rencana

2.2 Persyaratan Bahan :

Cement Portland, pasir, air,adukan/spesi, bahan lantai dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
pasangan ini harus memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku. Material-material lain yang

38
belum ditentukan diatas tetapi diperlukan untuk menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam
bagian ini, harus dari bahan baru, kwalitas terbaik dari jenisnya serta harus disetujui Pengawas.

2.3 Pekerjaan Perkerasan landasan lantai / Screed ;

Pasangan adukan rabat beton (Screed) sebagai perkerasan dasar yang langsung berhubungan
dengan permukaan tanah, untuk pemasangan lantai keramik/Granit/Vinyl, menggunakan campuran,
1pc: 3 pasir : 5 koral setebal 8 cm, sesuai dengan gambar perencanaan, dilaksanakan diatas
urugan pasir setebal 5 cm yang terlebih dahulu dipadatkan.

2.4 Pekerjaan Pasangan Lantai Keramik

2.4.1 Lingkup Pekerjaan

Seluruh permukaan lantai yang nyata-nyata tertulis dalam gambar perencanaan dilapisi dengan
pasangan Keramik / Granit ;

2.4.2 Spesifikasi bahan Keramik / Granite:

No Jenis / Ukuran Type Setara Produk

1. Keramik 30/30 cm Standard Polish Roman


2. Keramik 30/30 cm Standard Unpolish Roman
3. Granite 30/30 cm Homogenous Polish Granito Tile
4. Granite 60/60 cm Homogenous Polish Granito Tile

Lokasi Pemasangan : Sesuai Gambar Kerja.


Warna : Ditentukan Kemudian.
Bahan perekat : AM 30 Mortarflex + Filler
Bahan pengisi siar : AM 50 Coloured Ceramic Grout.
Cement Portland, pasir, air harus memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku. Material-
material lain yang belum ditentukan diatas tetapi diperlukan untuk menyelesaikan / penggantian
pekerjaan dalam bagian ini, harus dari bahan baru, kwalitas terbaik dari jenisnya serta harus
disetujui Pengawas.

Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai / memenuhi persyaratan peraturan Keramik
Indonesia (NI-19) dan PUBI-1982 harus dipakai dari satu produk kecuali dinyatakan lain oleh
Perencana/ Pengawas.

2.4.3 Persyaratan Pelaksanaan.

a) Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan memberikan contoh material dan membuat
shop drawing pola pemasangan keramik untuk mendapat persetujuan dari
Perencanan/Pengawas.

b) Pada saat pemasangan, seluruh bahan lantai yang akan dipasang harus dalam keadaan baik,
tidak retak, cacat atau bernoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan/dipilih.

c) Bidang permukaan dasar lantai keramik /screed harus benar-benar rata/datar sesuai dengan
Persyaratan, finish atau ketebalan finish yang ditentukan dalam gambar kerja. Toleransi
kecekungan / kecembungan adalah 2,50 mm untuk setiap 2 m2. Khusus untuk lantai diruang
basah dan ditempat lain sesuai petunjuk Pengawas. Pemasangan lantai harus diperhatikan
terhadap arah kemiringan pengaliran air dan diperhatikan adanya lubang-lubang floor drain, tali

39
air dan lain-lain.

d) Bahan perekat untuk pemasangan ubin keramik / Granit dipakai setara produk AM, yaitu
dengan memakai type AM 30 Mortarflex + Filler dengan cara penggunaan sesuai ketentuan dari
pabrik.

e) Jarak siar-siar antara ubin tergantung dari pada bahan yang dipakai serta persyaratan dari pabrik,
yang membentuk garis sejajar dan lurus, tegak lurus pada bagian siar berpotongan.
Siar-siar / Naad harus terisi penuh dengan bahan grouting, tidak diperkenankan ada siar / naad
yang kosong.

f) Pemotongan ubin keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai persyaratan pabrik.

g) Keramik yang sudah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda adukan / Bahan sisa
Grouting dengan kain basah dan atau memakai cairan bahan kimia setelah mendapat izin dari
Pengawas. Bila terjadi kerusakan kontraktor diwajibkan untuk memper baikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan dan seluruh biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

h) Tuntutan Biaya Tambah yang diakibatkan oleh kecerobohan dalam pekerjaan, menjadi
tanggungan Kontraktor.

2.4.4 Cara Penggunaan Perekat “AM 30 Mortarflex + Filler.

Campurkan cairan Latex sintetis dengan filler, dengan perbandingan kra-kira 1 bagian cairan berbanding
4 bubuk filler) Kemudian diaduk sampai merata hingga diperoleh adukan yang menyerupai bubur kental
kemudian pengadukan diulangi terus sehingga campuran tersebut betul-betul homogen. Untuk
selanjutnya pasta tersebut sudah bisa digunakan sebagai perekat keramik / granit .

2.4.5 Cara Penggunaan pengisi celah “AM 50” (Colour Grout)

Perbandingan yang biasa dipakai adalah 3 Kg “AM 50” dicampur dengan 1 Liter Air atau “AM 54”, aduklah
hingga tercampur rata.
Campuran harus bebas dari gumpalan dan cukup kental. Biarkan selama 10 menit kemudian ulangi
pengadukan sekali lagi sebelum dipasang / dicorkan. Penggunaan bahan tersebut untuk didalam maupun
diluar ruangan.

2.4.6 Pencegahan Timbulnya Keretakan :

c) Timbulnya keretakan pada pemasangan lantai keramik, biasanya disebabkan karena pas.keramik
tersebut mengalami pemuaian udara didalamnya, sedangkan untuk ruang gerak pasangan keramik
tersebut tidak ada, maka untuk memberikan ruang gerak Pasangan Keramik yang Muai karena
naiknya temperatur udara pada pasangan keramik tersebut, maka untuk mencegah timbulnya keretakan
atupun lepas-lepas, pada setiap pemasangan dengan minimal luas 4 x 4 m 2 agar disekeliling dinding
diberi naad (Celah) dengan jarak +/1 cm, untuk menutupi celah atau naad tersebut harus dipasang plint
tegel dengan bentuk dan warna akan ditentukan kemudian.

d) Sedangkan untuk pemasangan dengan luas melebihi dari 6 x 6 m2 harus diberi jarak / expansion joint
atau deletasi dengan lebar minimum 1,5 cm yang dapat diisi bahan lentur misalnya dengan Sealent
Silicon, atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Pembuatan deletasi bisa didisain dengan menyesuaikan ukuran keramik yang dipasang.

40
Pasal 3. PEKERJAAN ALAT GANTUNG :
(Perlengkapan Pintu / Jendela )

3.1. Lingkup Pekerjaan :

Semua Pekerjaan Pasangan Penggantung, maupun Kunci yang jelas-jelas tergambar pada gambar
kerja antara lain :

a) Seluruh Pintu Bagian Dalam


b) Seluruh Pintu Bagian Luar
c) Serta sesuai petunjuk Konsultan pengawas.

3.2 Sebelum Pekerjaan Pengunci & Penggantung dimulai ;

a) Pekerjaan Harus dilaksanakan oleh tenaga akhli, serta berpengalaman dalam bidangnya.

b) Kontraktor harus meberikan contoh-contoh terlebih dahulu untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

3.3 Persyaratan bahan :

Merk, Jenis, dan Type yang dipergunakan :


(a)
(b) No Uraian Type Setara Merek

1. Pintu Entrance
Pegangan Pintu Pull Handle Toto / Lokal
Engsel Pintu Floor Hinge Dorma
Fitting-Fitting Steinlees Dorma
Cylinder/Lockcase Dorma

2. Pintu & Jendela lainnya :


Cylinder/Lockcase Doble Slag Logo
Handle Lever Handle Logo
Lockcase KM ALFA
Engsel Pintu Buterfly 4” Kend
Engsel Jendela Buterfly 3” Kend
Gerendel Pintu Sesuai Gbr China / Lokal
Gerendel Jendela Sesuai Gbr China / Lokal
Espanyolette Sesuai Gbr China / Lokal
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. Kunci Pintu :

Kunci pintu yang dimaksud disini harus dalam keadaan lengkap artinya seluruh peralatan kunci
harus ada, diantaranya : Badan Kunci, Pegangan, Plat penutup badan, Anak kunci dan
sebagainya. Kunci yang dipakai type : Besar (doble Slag),

II. Alat Gantung Lainnya :

a) Semua alat penggantung dan pengunci harus kwalitas baik sesuai persetujuan konsultan
pengawas. Pemborong harus menyerahkan contoh tiap alat penggantung/pengunci kepada
konsultan pengawas sebelum melakukan pesanan.

b) Jika ada pemakaian Rel Pintu Dorong/ Sliding Door yang dipakai setara dengan merek UNION

41
atau HENDORSON dengan kelengkapan-kelengkapannya seperti ; side bracket, rail, hanger end
cap, guide roller, Guide Chanel serta perlengkapan lainnya untuk menunjang pemasangan Rel
ini. Bahan Rel pintu tersebut harus memenuhi Sertifikat test dari Balai Penelitian bahan Dinas
Perindustrian No. 108/L7/1983 dan No. 110/L7/1983. Pemasangan Hanger harus dipasang
pada daun pintu sejajar satu sama lainnya dan sama tinggi rendahnya sehingga dapat duduk
pada posisi yang tepat di rel, dan roda-roda hanger dapat berputar/berjalan lancar.
Bracket dipasang dengan jarak antara 60 s/d 90 cm. Pemasangan rel pintu dorong hendaknya
dikerjakan oleh tenaga ahlinya yang biasa menyetel/memasang Rel pintu sejenis ini.

3.4 Persyaratan Pelaksanaan :

a) Pemasangan semua perlengkapan, alat penggantung pintu dan jendela sesuai dengan letak
posisi yang telah ditentukan dalam gambar, dipasang harus tepat dan rapih.

b) Semua pelubangan untuk skrup, fisher atau anker yang akan dipasang terutama pada engsel,
door closer, flush bolt, harus diberi klos kayu setempat agar terpasang kokoh dan kuat.
c) Pemasangan engsel untuk pintu swing, dipasang sebanyak 3 buah engsel dengan ketentuan
sebagai berikut

1. Engsel bawah dipasang sejauh kurang lebih 28 cm dari permukaan bawah pintu kecuali
untuk pintu service dan pintu-pintu di ruang basah adalah sejarak 32 cm (as) dari
permukaan pintu bawah.
2. Engsel tengah dipasang sejauh kurang lebih 100 cm dari as permukaan pintu bawah.
3. Engsel atas, dipasang kurang lebih 28 cm As dari
4. Permukaan atas pintu.

d) Handle dan Door Pull dipasang kurang lebih 97,5 cm as dari permukaan lantai setempat.

e) Posisi dari lock dan latch harus ditentukan dan dilaporkan oleh kontraktor ke Konsultan
Pengawas.

f) Engsel jendela gantung dipasang pada bagian atas kosen dan daun jendela disetel harus tepat
ukurannya sehingga sudut bukaan dari sisi daun jendela menjadi sama rata.

g) Sedangkan type engsel bisa (Transom catch) dipasang pada type jendela bukaan samping
(Swing) dengan jarak bukaan semaksimum mungkin, tepat dan rapih.

h) Seluruh pemasangan hard ware pintu dan jendela harus berfungsi dengan baik, sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya maupun atas petunjuk Konsultan Pengawas.

3.5 Perlindungan :

Kontraktor harus menjaga seluruh pasangan alat gantungan tersebut sebelum pekerjaan diserah
terimakan, jangan sampai rusak yang diakibatkan oleh benturan-benturan benda keras. Bidang-
bidang yang perlu dilindungi, harus dipasangi sejenis plakband, supaya tidak terkena goresan-
goresan.
Bilamana terjadi hal-hal tersebut diatas, sehingga mengakibatkan Pasangan kunci menjadi rusak,
konsultan pengawas berhak meminta kepada kontraktor agar segera mengganti kunci yang rusak
tersebut, dengan tanpa meminta biaya tambahan.

Pasal 4. PEKERJAAN ALAT- ALAT SANITARY :

4.1 Umum:

a) Pemasangan Peralatan Sanitary dan peralatan lainnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan


standard dari pabrik pembuatnya dan harus dilakukan dengan hati-hati, rapih dan tidak boleh

42
adanya kotoran kotoran akibat dari percikan adukan semen pada peralatan tersebut.
b) Apabila peralatan Fixtures dilengkapi dengan plastik pelindung dari pabriknya maka plastik tersebut
boleh dibuka pada saat penyerahan pekerjaan.
c) Hanya satuan peralatan fixtures yang utuh saja dapat diterima, jika peralatan tersebut dijumpai cacat
maka kontraktor harus segera menggantikannya dengan yang baru/utuh tanpa adanya biaya tambah.
d) Kontraktor harus melengkapi peralatan fixtures dengan leher anggsa apabila peralatan fixtures
tersebut belum dilengkapi leher angsa secara Built in.

4.2 Pekerjaan-pekerjaan sementara :

Sarana perlengkapan atau alat bantu yang bersifat sementara dan diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaan pemasangan alat Sanitary fixtures ini, harus disiapkan oleh pemborong. Pada akhir
pekerjaan, atas perintah konsultan pengawas segala sarana atau alat bantu yang sudah tidak terpakai
/ diperlukan lagi harus dibongkar dan dirapihkan kembali seperti semula.

4.3 Penyediaan Alat Sanitary Fixtures :

a) Pemborong harus menyediakan seluruh alat Sanitary beserta kelengkapan-kelengkapannya yang


dibutuhkan seperti yang dicantumkan dalam daftar Kebutuhan Bahan yang dipakai.
b) Pemborong harus menyediakan Transportasi dari gudang yang ditentukan sampai kelokasi pekerjaan.
c) Semua ketentuan bahan-bahan yang harus disediakan oleh pemborong didasarkan atas Standard
Normalisasi Indonesia (NI) dan Pemeriksaan umum bahan bahan (PUBB).
d) Apabila terdapat Peralatan Sanitary Fixtures yang telah dinyatakan tidak baik oleh Konsultan
pengawas, maka pemnborong harus mengangkut alat sanitary tersebut ke luar lapangan dalam jangka
waktu yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.

4.4 Daftar Bahan Yang Dipakai :

Alat Sanitary digunakan Merk TOTO dan atau yang setaraf dengan pilihan warna Astandard.

No Jenis Fixtures Type Yang digunakan Setara Merek :

1. Closet Duduk CW.420.J/S 516 JPT4 Toto


2. Wastafel Meja LW -565 undercounter Toto
3. Kran Washtafel Toto
4. Pelapis Meja Counter Marmer Slab t=2 cm Ex Citatah
5. Urinoiar Pot Lengkap Kran U 57 M Toto
6 Kran Dinding T 23 B 13 V 7 N Toto
7 Floor Drain TX 1 B Toto
8 Kaca Cermin 5 mm Sesuai gambar rencana Asahi Mas
9 Partisi Urinal A 100 Toto

4.5 Cara Pemasangan :

a) Pada dasarnya pemasangan alat-alat saniter termaksud diatas dilakukan seperti lazimnya dengan
memperhatikan pedoman-pedoman yang dianjurkan oleh pabriknya.

b) Pada pemasangan washtafel dan Urinal, dinding terlebih dahulu di bor kemudian diberi fiser yang
panjangnya dan jumlah skrupnya disesuaikan dengan beratnya washtafel.

c) Dempul Karet (Seal) dengan kwalitas baik agar dipergunakan untuk mencegah kebocoran dan
perembesan.

d) Seluruh pemasangan alat sanitary Fixtures harus berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-
masing, jika terdapat alat sanitary yang pemasangannya tidak memenuhi ketentuan, maka alat

43
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali sebagai mana mestinya.

e) Pada akhir pemasangan, seluruh alat Sanitary Fixtures harus dites, baik instalasi air bersih maupun
untuk Instalasi Air kotor apakkah berfungsi atau tidak, terutama pada Lubang-lubang pembuangan
air kotor.

f) Kusus untuk pekerjaan pelapis meja beton Washtafel, permukaan serta plint menggunakan Marmer
Slab Ex Citatah, Pemasangan harus baik, waterpass dan rapih.

4.6 Cara Penyimpanan :

a) Alat sanitary yang sudah berada dilapangan tetapi belum sempat dipasang, maka alat-alat tersebut
harus digudang / ditempat yang aman dari segala benturan-benturan benda keras.

b) Pelindung pengaman dari pada alat sanitary yaitu berupa rangka-rangka kayu serta sterofoam
harus tetap dipertahankan diwaktu penyimpanan agar lerlindung dari pecahnya alat sanitary
tersebut.

c) Penyimpimapan alat sanitary secara ditumpuk tidak diperkenankan, terkecuali bahan pelindung
cukup kuat untuk mendukung bahan yang diatasnya.
Cara penyimpanan alat sanitary Fixtures harus disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada
masing-masing tempat yang telah ditentukan, agar sewaktu pemasangan alat tersebut lengkap tidak
ada yang kurang karena hilang.

Pasal 5. PEKERJAAN PLAFOND

5.1 Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan langit-langit ini meliputi:

1. Plafond Gipsum Board


2. dan pekerjaan pemasangan plafond lainnya sesuai dengan gambar perencanaan.

5.2 Pekerjaan Persiapan :

a) Pada Pekerjaan Langit-langit ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan langit-langit ini.

b) Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit pekerjaan lain yang terletak diatas langit-langit
harus sudah terpasang.

c) Disiplin lain yang termasuk disini atara lain :

1. Elektrikal/Mecanical
2. Perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.

d) Bila pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas tidak tercantum dalam gambar rencana plafond, harus
diteliti dahulu pada gambar-gambar instalasi yang lain (Sipil, Elektrikal/Mecanical, Plumbing) Untuk
pemasangan harus konsultasi dengan perencana.

5.3. Contoh Bahan

a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan,Kontraktor harus memberikan contoh contoh material untuk


mendapatkan persetujuan Pengawas.

b) Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standard/pedoman untuk

44
memeriksa /menerima material yang dikirim oleh kontraktor ke site.
Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui
diKonsultan Pengawas Keet.

5.4. Syarat-syarat pengiriman dan penyimpanan Barang.

a) Gypsumboard dikirim ke site dalam keadaan tertutup atau kantong-kantong yang masih disegel dan
berlabel pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya dalam keadaan utuh dan tidak cacad.

b) Bahan harus disimpan ditempat yang kering,bervantelasi baik,terlindung dan bersih.

c) Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik sebelum dan
selama pelaksanaan.
Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya bahan rusak dan sebagainya kontraktor harus
menggantikannya dengan persetujuan Pengawas atas beban Kontraktor.

5.5 Plafond Gypsumboard :

5.5.1 Persyaratan Umum :


a) Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar yang ada, dan kondisi
di lapangan , termasuk mempelajari bentuk, pola, cara pemasangan, dan detail-detail sesuai gambar.

b) Bilamana perlu kontraktor diwajibkan membuat shop drawing sesuai ukuran/bentuk, jenis bahan
yang dipakai dan mekanisme kerja yang telah ditentukan oleh perancang.

5.5.2 Persyaratan Bahan Pelapis ;

Gypsum Board setara Produk Jayaboard dengan finish permukaan di cat Emulsion , harus berasal dari
sumber yang disetujui dengan ketebalan yang sesuai dengan gambar detail.
Lembaran-lembaran Gypsumboard harus mulus, tepi-tepinya tidak boleh ada yang gumpil, tidak
menampakan cacat-cacat lain yang merugikan.

5.5.3 Bahan Rangka:

1. Rangka Terbuat dari Metal Furring DURAFRAME , Setara dengan Produk PT. PROMETAMA

2. Jenis-jenis bahan rangka plafond tersebut diantaranya :


Rod Drat ( ROD MS )
J - Clamp
C Channel F ( RG – 1 )
C Channel Joint ( K 16 )
Channel Clamp ( K 26 )
Metal Furiring ( RG – 3 )
Furring Joint ( K 20 )
Serta peralatan penunjang lainnya yang diperlukan

3. Ukuran rangka pemasangan Plafond disesuaikan dengan gambar kerja/Shop Drawing yang telah
disetujui.

4. Bahan yang dikirim ke site harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk, ukuran, ketebalan,
kelengkungan, yang disyaratkan oleh Perencana maupun Konsultan Pengawas.

5.5.4 Bahan Finishing :

1. Bahan finishing untuk Plafond gypsumboard dari bahan cat Emulsion Paint Setara MOWILEX

45
2. Harus disertai jaminan dan flamibility rated dari pabrik pembuat.
Semua bahan yang digunakan harus mempunyai sertifikat dari pabrik pembuatnya, dan menyertakan
spesifikasi bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini.

5.5.5 Persyaratan Pelaksanaan Rangka Langit-langit

a) Rangka langit-langit Gypsumboard bagian datar maupun lengkung yang dipakai adalah terbuat dari
Metal Galvanized setara dengan Produk PT. PROMETAMA dengan bentuk serta ukuran sesuai dengan
Brosur dari Pabrik.

b) Batang-Batang rangka utama maupun kelengkapan-kelengkapannya untuk bagian rangka datar


maupun lengkung.;

c) Seluruh rangka langit-langit datar/lengkung digantungkan pada plat beton atau rangka atap dengan
menggunakan Adjustable Suspension Rod Joiner dengan Maximum Jarak 1200 mm, serta dapat
diatur ketinggianya dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh rangka melekat dengan baik dan
kuat pada pelat beton/rangka atap dan tidak dapat berubah-ubah bentuk lagi.

d) Semua rangka harus terpasang kokoh, tegak lurus, dan siku, satu dan lainnya, ukuran-ukuran
maupun yang lainnya harus menuruti gambar perencanaan, terkecuali ditentukan lain oleh
Perencana / Konsultan Pengawas.
Rangka Plafond harus dipasang dan disetel oleh tenaga ahli dibidangnya, atau pemasangan oleh pabrik
pembuat langsung.

e) Setelah urusan rangka langit-langit datar/lengkung terpasang, seluruh permukaan rangka harus rata
lurus dan waterpass tidak ada bagian yang bergelombang dan batang-batang rangka harus saling
tegak lurus. Rangka yang berbentuk lengkung harus kelihatan sempurna sesuai dengan gambar
perencanaan.

5.5.6 Persyaratan Pelaksanaan Penutup Langit-langit

a) Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah Lembaran-lembaran Gypsumboard dengan


ukuran sesuai gambar,dan petunjuk konsultan pengawas.

b) Gypsumboard yang dipasang adalah Gypsumboard yang telah dipilih dengan baik, bentuk dan
ukuran masing-masing lembaran sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat
lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas.

c) Gypsumboard dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan gambar perencanaan dan setelah
Gypsumboard terpasang , bidang permukaan langit-langit harus rata, lurus, waterpas dan tidak
bergelombang serta sambungan antara lembaran Gypsumboard yang satu dengan yang lainnya harus
rapat, jadi tidak memakai celah/naad.
Sebagai bahan untuk menghilangkan sambungan antar lembaran Gypsumboard digunakan sejenis
Paper tape (Pita kertas berpori dengan ukuran lebar 50 mm panjang tiap rol 75 m). Dan untuk
menutupi lubang bekas Skrup digunakan Base Coat 100, juga untuk menutupi permukaan dasar
menggunakan Total join Compound.

d) Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole/access panel dilangit-langit yang bisa dibuka
tanpa merusak Gypsumboard sekelilingnya untuk keperluan pemeriksa/pemeliharaan M & E.

e) Pemasangan/penyetelan Plafond tidak boleh menyimpang dari ketentuan gambar rencana baik
plafond datar maupun yang lengkung, untuk itu urutan dan cara kerja harus mengikuti persyaratan
dan ketentuan dari pihak konsultan pengawas. Semua ukuran harus sesuai dengan Pola Plafond
Yang diingikan, serta yang mengerjakan pemasangan pelapis plafond ini harus oleh tenaga yang
perpengalaman dalam bidang ini.

46
f) Finishing pelapis, memakai cat Emulsion dicatkan diatas permukaan Gypsum Board, semua
persyaratan dan cara pengecatan mengikuti persyaratan yang disyaratkan oleh pabrik yang dipilih
dan ditunjuk oleh konsultan pengawas/pemberi tugas,(Lihat Bab Finishing Pekerjaan Pengecatan)

g) Pada bagian tepi dari plafond yang bertemu/bersinggung dengan dinding ditutup dengan list
Profil dari kayu kapur ukuran dan bentuk sesuai gambar. Pemasangan list plafond keliling ruangan,
disesuaikan dengan gambar rencana.

h) Apabila terjadi penyimpangan dan tidak sesuai dengan gambar atau menurut Pengawas dianggap
tidak rapih maka Kontraktor harus memperbaikinya kembali sesuai yang disyaratkan dan tidak
merupakan pekerjaan tambah.

5.6 Pekerjaan List Plafond ;

Sistim pemasangan lembaran Gypsumboard untuk Plafond tidak memakai list plafond tengah, List
plafond hanya dipasang dibagian Pinggir antara peralihan Lembaran Gypsumboard dengan dinding,
dipergunakan list dari Gips dengan bentuk profil, bentuk serta ukuran disesuaikan dengan gambar
perencanaan.

5.7 Pengujian Mutu Pekerjaan

a) Sebelum dilaksanakan pemasangan kontraktor diwajibkan memberikan pada Pengawas "Certificate


Test" terutama bahan-bahan yang dipakai untuk proyek dari produsen / Pabrik.

b) Bila tidak ada certificate test, maka kontraktor harus melakukan pengujian atas bahan yang diperlukan
untuk dites atas usulan Konsultan Pengawas di laboratarium yang akan ditunjuk kemudian.

c) Hasil pengujian dari Laboratarium diserahkan pada Pengawas.

d) Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut,menjadi tanggung jawab
kontraktor.

5.8 Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.

a) Seluruh pemasangan langit-langit Gypsumboard maupun langit-langit Luxalon harus dilindungi dari
kemungkinan cacad yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain.

b) Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk Memper baikinya dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan , Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5.9 Pekerjaan Finishing Langit-langit Beton Exposed ;

5.9.1 Persyaratan Bahan

a) Cement Portland memenuhi NI-8


b) Pasir pasang harus memenuhi NI-3, bersih, bebas dari segala kotoran dan bahan organis lain serta
harus disaring sampai dengan cukup halus.
c) Air yang dipergunakan memenuhi NI-3, bersih, bebas dari segala kotoran dan bahan organis
lainnya.

5.9.2 Persyaratan Pelaksanaan.

a) Permukaan Plafond Beton yang akan diplester / Exposed, terlebih dahulu dibuat kasar, petunjuk
pelaksanaan diberikan oleh pengawas .
b) Tebal plesteran + Acian tidak boleh Lebih dari 1 cm atau kecuali ditetapkan lain dengan hasil akhir
harus sama rata.

47
c) Proporsi adukan memakai M.1 sesuai dengan bab diatas.

d) Akhir dari pekerjaan plesteran adalah dengan lapisan luluh semen/acian, dengan terlebih dahulu
pasangan plesteran yang sudah kering harus dibasahi/disiram dengan air, Acian harus dibuat rata,
halus tidak terdapat goresan.

e) Jika hasil plesteran dan acian tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak tegak lurus atau bengkok
/bergelombang, adanya pecahan, maka bagian tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas
beban kontraktor.

Pasal 6. PEKERJAAN PENGECATAN

6.1 Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan pengecatan, meliputi dan tidak terbatas dari seluruh detail yang
ditunjukkan dalam gambar yang terdiri dari :

-------------------------------------------------------------------------------------------
PEKERJAAN JENIS FINISHING
-------------------------------------------------------------------------------------------
. Dinding Interior, Ext. : Cat Acrylic Emulsion
. Plafon + List : Cat Acrylic Emulsion
. Pintu Besi : Cat Duco.
------------------------------------------------------------------------------------------

6.2 Persyaratan Umum :

a) Seluruh bahan pengecatan, baik itu mengenai bahan cat Acrylic Emulsion / Weathercoat, ataupun
bahan cat Shinthetic Harus memenuhi ketentuan dari pada persyaratan N-3 dan N-4.

b) Standard dari bahan dan prosedur cat ditentukan pabrik pembuat cat dan Kontraktor tidak
dibenarkan merubah standard dengan jalan mencapur dan mencairkan yang tidak sesuai dengan
Instruksi Pabrik atau tanpa izin dari Konsultan Pengawas.

c) Sebelum pengecatan dimulai Kontraktos harus menyerahkan terlebih dahulu contoh-contoh bahan
cat kepada Konsultan Pengawas, untuk direkomendasi. Hasil Perekomendasian dari jenis-jenis cat
tersebut harus dijadikan pegangan untuk pengiriman bahan selanjutnya ke lapangan.

6.3 Pengujian :

Kontraktor diwajibkan membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut di atas mengenai kemurnian dari
pada cat-cat yang akan dipergunakan.

Pembuktian berupa :

1) Segel Kaleng.
2) Test Laboratorium
3) Hasil Akhir pengecatan

Hasil Dari Pada test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen untuk
diketahui Konsultan Pengawas.
Biaya pengetesan ini dibebankan kepada kontraktor.

48
6.4 Pengiriman dan penyimpanan bahan.

a. u m u m :

1. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak aslinya yang masih tersegel dan berlabel
pabrik.

2. bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering tidak lembab dan bersih,
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

3. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini, bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai dengan jenisnya.

4. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan


dan pelaksanaan.

b. Khusus :

1. Disamping tindakan pengamanan yang umum dalam penyimpanan bahan-bahan


bangunan, untuk beberapa jenis cat dan bahan lainnya dibawah ini harus diberi
pengamanan khusus terhadap bahaya kebakaran dan keracunan, antara lain sebagai berikut :

Spirtus Petroleum
Cat Minyak
Parafin
Cat Bitumen
Thiner, dan lain sebagainya.

2. Dalam mengunakan bahan tersebut di dalam ruang harus mengikuti petunjuk sebagai berikut
:

Harus tersedia alat pemadam kebakaran portable yang sesuai dan Kotak P3K dalam
jarak yang dekat.
Ruangan harus cukup mempunyai ventilasi yang baik.
Jangan bekerja dekat api atau motor listrik yang mengeluarkan kembang api.

3. Mengeluarkan barang dari gudang hanya dalam jumlah yang segera diperlukan.

4. Jangan dibiarkan Kaleng penutup cat terbuka terlalu lama.

5. Tidak dibenarkan meninggalkan kaleng-kaleng bekas ditempat pekerjaan.

6.5 Pengecatan Dinding Interior :

6.5.1 Persyaratan B a h a n :

Bahan cat yang dipergunakan sesuai standard bahan yang berlaku : Pengecatan bidang Interior
mengunakan Cat sejenis Cat Acrylic Emulsion Setara Merk Mowilex, Sedangkan untuk Bagian Luar /
Exterior menggunakan jenis Cat Weathersiled

6.5.2 Cara Pelapisan ;

Lapisan Pertama pengecatan pada permukaan plesteran maupun yang tidak diplester yang baru
dipasang adalah menggunakan Alkali Resisting Primer atau Undercoat (1 lapis).

49
Bila diperlukan untuk menutupi plesteran yang retak rambut dipergunakan Acrylic Wallfiller
(secukupnya)

Cat Akhir untuk dinding Interior menggunakan Acrylic Emulsion minimum 3 lapis.

Cat Akhir untuk dinding Exterior menggunakan Acrylic Weathershield minimum 3 lapis.
Dan untuk hal-hal lainnya kontraktor diharuskan mengikuti tata cara yang telah digariskan oleh
pabrik pembuat.

6.5.3 Persyaratan Pelaksanaan

1. Permukaan yang akan dilapisi cat harus sudah kering dengan sempurna dengan kelembaban
yang diijinkan tidak lebih dari 5 %. Minimal pengeringan plesteran dan acian 28 hari dihitung dari
selesainya pekerjaan plesteran.

2. Seluruh bidang permukaan dinding, plafond dan lainnya yang akan dicat harus bersih bebas dari
debu, noda-noda, apabila terdapat lubang atau cacat lainnya harus segera ditutup dan
dikeringkan.

3. Tidak diperkenankan pelaksanaan pengecatan dilakukan pada saat cuaca lembab atau hujan,
atau dalam keadaan angin berdebu.

4. Setelah bidang permukaan dilapisi 1x lapisan cat Primer dan dibiarkan selama 2 jam kemudian
dilapisi dengan 1x lapisan Cat Dasar . Setelah cat dasar terpasang selama 2 Jam dan di
hamplas halus lalu dibersihkan dengan menggunakan kain yang bersih, maka lapisan terakhir
adalah seba nyak 3x lapis cat akhir dengan jangka waktu setiap lapisan terakhir adalah 2 jam
atau sesuai dengan standard dari pabrik. Pelaksanaan pengecatan harus menggunakan roller
dan bila terdapat permukaan yang sulit pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara
pemakaian kwas.

5. Hasil akhir dari pengecatan harus rata, tidak berbintik-bintik atau terdapat gelembung udara,
goresan dan harus dijaga terhadap kotoran yang mungkin melekat. Bila hasil pekerjaan tidak
disetujui Pengawas, maka wajib bagi Kontraktor untuk memperbaikinya.

6. Untuk keseluruhan pekerjaan pengecatan, Kontraktor diharuskan mengikuti syarat-syarat dan


petunjuk dari pabrik yang mengeluarkannya, atau dari Pengawas setempat.

6.6 Cat Kayu Synthetic :

6.6.1 Lingkup pekerjaan :

Meliputi seluruh pekerjaan pengecatan seluruh permukaan kayu yang kelihatan (Exposed), dan
yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan.

6.6.2 Bahan Yang dipergunakan :

a) Bahan cat Primer dipergunakan Cat Primer atau Alkyd Undercoat khusus untuk kayu.
Bahan cat akhir yang dipergunakan setara Produk Mowilex Jenis : Gloss sedangkan warna
akan ditentukan kemudian.

b) Bahan yang didatangkan harus masih terdapat segel dalam kemasan, tidak cacat.

c) Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapat persetujuan dari Pengawas.

50
6.6.3 Persyaratan Pelaksanaan

a) Kayu yang akan dicat harus betul-betul kering, dan sebelumnya kayu tersebut harus diberi
dahulu lapisan anti rayap, harus bebas dari kotoran yang menempel.

b) Lapisan primer menggunakan Alkyd Undercoat menggunakan kwas atas ijin Pengawas. Setelah
kering kemudian digosok dengan hampelas.
c) Bila diperlukan dempul kayu, adalah Wood filler, dempul ini hanya digunakan pada bagian-
bagian yang dibutuhkan saja dan dipergunakan setipis mungkin.

d) Setelah pendempulan kering dan selesai dilaksnakan, maka permukaan harus dihampelas
dengan menggunakan hamplas halus.

e) Lapisan akhir merupakan penutup permukaan dengan cat Gloss dengan warna sesuai yang
dipilih, Dikerjakan dengan alat kwas atas seijin Pengawas dilakukan minimal 3 lapis sampai
dengan rata.

f) Semua hasil pengecatan harus dilindungi dari benturan atau goresan akibat pekerjaan lain.
Kontraktor wajib memperbaiki pengecatan bila terdapat cacat, kerutan atau goresan tanpa biaya
tambah.

6.6.4 Sistim Pengecatan ;

----------------------------------------------------------------------------------------------------
(c) Uraian Jenis Cat Lapisan
---------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Lapisan Pertama Primer (meni) 1 Lapis
2. Lapisan kedua Cat Dasar 1 Lapis
3. Lapisan Ketiga Cat Akhir 3 Lapis
---------------------------------------------------------------------------------------------------

6.7 Meni baja ;

a) Seluruh permukaan plat Baja Bagian Dalam Ruangan harus dicat dengan cat Meni Besi
sebagai pelindung permukaan setara Meni Besi Merek "Bodelac"

1. Jenis Cat : Primer (Meni Besi)


2. Warna : Merah Bata / Hijau Tua
3. Kadar Padat : 72 % berat.
4. Pengencer : Minyak Cat (Terpentin)
5. Cara penggunaan : Kuas
6. Tebal Cat Basah : 60 micron
7. Tebal cat kering : 45 mcron

b) Sebelum pengecatan permukaan baja dilaksanakan, seluruh kotoran yang menempel


seperti Karat, dan kotoran kotoran lain yang sifatnya merugikan, harus dibersihkan terlebih
dahulu, dengan menggunakan sikat kawat, maupun Hamplas. Pembersihan harus rata
keseluruh permukaan yang tertutupi dengan karat maupun kotoran-kotoran lain.

c) Setelah pembersihan dilakukan, maka dilanjutkan dengan pengecatan Meni Besi pada
permukaan Baja ke segala arah dengan hasil pengecatan rata. Paling tidak Pengecatan
harus dilaksanakan 2 kali labur @ 45 micron.

d) Jarak / selang waktu pengecatan yang satu dengan yang lainnya sesuai spesifikasi yang
telah ditentukan paling tidak 6 jam setelah pengecatan yang pertama selesai dilakukan,
untuk selanjutnya dilaburkan lapisan ke 2.

51
Pengerjaan cat dengan sistim dikwas/dilaburkan, menurut petunjuk Konsultan pengawas.

6.8 Cat Anti Karat

6.8.1 Lingkup Pekerjaan :

Seluruh Permukaan Baja Yang berada diluar / yang berhubungan langsung dengan suhu luar (
Panas dan Hujan), harus dicat dengan Cat Anti Karat, Termasuk didalamnya pengadaan bahan,
peralatan, tenaga kerja serta alat bantu lainnya untuk mengerjakan Cat anti karat ini sesuai dengan
gambar kerja serta petunjuk Konsultan pengawas.

6.8.2 Persyaratan Bahan :

Cat Anti Karat menggunakan Cat setara dengan “PRIMTOP PT-88 Produk “PT.PROPAN RAYA.
Dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :

Type dan Jenis Cat : Cat Satu Komponen dengan Pigmen Anti Karat
Warna : Dark Brown
a. Pengencer : Thiner PT atau Sejenis
i. Cara Penggunaan : Kuas atau Roll
ii. Kekentalan Campuran : 15 detik DIN Cup 4

6.8.3 Persyaratan Pelaksanaan :

a) Sebelum pengecatan dimulai, seluruh permukaan yang akan dicat harus dibersihkan terlebih
dahulu dari segala kotoran yang menempel, terutama karat.

b) Untuk membersihkan karat dianjurkan dengan memakai cairan siap pakai yaitu setara dengan
merk “ROST-X 10” atau dengan menggunakan sikat baja maupun hamplas, bersihkan kembali
permukaan dengan menggunakan kain pel hingg permukaan terlihat bersih.

c) Setelah pembersihan permukaan , maka mulailah pengecatan dengan Primtop PT-88 dicatkan
dengan menggunakan kwas kesegala arah dengan merata, bila Cat kekentalan, maka
campurkanlah +/- 10% pengencer dengan thiner secukupnya.

d) Hasil ahir dari pengecatan Anti Karat harus mencapai ketebalan +/- 40 micron Untuk satu kali
lapis dan diharuskan pengecatan minimal 2 kali lapis = 2x40 mikron.

e) Selang waktu antara pengecatan lapis ke satu dengan lapis ke dua adalah minimal 6 jam dalam
kondisi cuaca 30o C

f) Pengecatan harus dilaksanakan oleh tenaga yang biasa dibidangnya, serta persyaratan-
persyaratan dari pabrik harus dilaksakan.
Segala kegagalan dalam pelaksanaan pengecatan daikarenakan kelalaian Kontraktor tidak akan
di ganti, dan hasil pekerjaan yang gagal, harus diulang sehingga diterima oleh Konsultan
Pengawas.

6.9 Cat Duco :

6.9.1 Lingkup Pekerjaan :

Seluruh pekerjaan yang tercantum dalam gambar perencanaan, ataupun atas Petunjuk
Pengawas Lapangan, meliputi Pengadaan Bahan/Material, Peralatan, dan Tenaga serta alat-alat
bantu diantaranya :
1. Pengecatan Duco untuk pekerjaan Metal Bukan Strktur.

52
2. dan yang nyata-nyata tergambar pada gambar perencanaan atau atas instruksi Pengawas.

6.9.2 Persyaratan Bahan :

a) Jenis Cat : Duco Produk "Dana Paint"


Warna : ditentukan kemudian.
Bahan Pengencer : Thiner
Penutup permukaan : Dempul Plastik dan Isamu
Peralatan : Mesin Compressor.
Gun Spreyer+ Perlengkapan.
Lain-Lain yang diperlukan.

b) Pengendalian Bahan dan alat-alat lainnya dalam pelaksanaan pekerjaan ini, harus memenuhi
ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.

c) Bahan yang didatangkan harus masih terdapat segel dalam kemasan, tidak cacat.

d) Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapat persetujuan dari Pengawas.

6.9.3 Persyaratan Pelaksanaan

a) Cat yang diingikan adalah dari jenis cat Duco atau sesuai dengan keinginan Pemberi Tugas,
Kayu yang akan dicat harus betul-betul kering, dan sebelumnya kayu tersebut harus
dalam keadaan siap untuk difinish.

b) Material/bahan yang akan dicat adalah : bahan yang terbuat dari metal exposed dan lain-lain
sesuai dengan gambar rencana ataupun Konsultan Pengawas.

c) Semua hasil pengecatan harus dilindungi dari benturan atau goresan akibat pekerjaan lain.
Kontraktor wajib memperbaiki pengecatan bila terdapat cacat, kerutan atau goresan tanpa
biaya tambah.

d) Semua bidang pengecatan / Penyemprotan harus betul - betul rata, tidak terdapat cacat
(Retak, pecah-pecah, dan terkelupas).

e) Pengecatan / Penyemprotan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan


pekerjaan pada bidang yang akan dicat.

f) Bidang pengecatan / Penyemprotan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran
yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan. Pengecatan / Penyemprotan
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Pihak Pengawas.
g) Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas, sebelum pekerjaan dimulai / dilakukan, serta pengerjaannya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pabrik pembuatnya.

h) Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan perawatan.
Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, kontraktor harus
memperbaiki / menganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya biaya tambahan.

i) Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman seperti yang


disyaratkan dari Pabrik, sehingga dapat tercapainya mutu pekerjaan.

j) Urut-urutan pekerjaan ;

1. Seluruh Permukaan yang akan dicat duco, dibersihkan terlebih dahulu dari segala

53
kotoran yang menempel.

2. Seluruh permukaan metal harus dihamplas terlebih dahulu agar permukaan metal bebas
dari karat maupun kotoran lain, gelombang-gelombang kecil ataupun lainnya, bisa ditutup
dengan sejenis dempul plastik setara merk "SANPOLAC" dan untuk penghalusan
permukaan dengan memakai plamur “ISAMU” yang didempulkan keseluruh
permukaan kayu, agar pori-pori kayu tertutup seluruhnya.

3. Setelah pendempulan seluruh permukaan metal dan dempul sudah dalam keadaan
kering dan keras, maka penghalusan permukaan dengan hamplas dilakukan kembali,
sehingga permukaan betul-betul halus, rata dan tidak bergelombang.

4. Untuk selanjutnya permukaan dilapisi dengan sejenis cat dasar duco, disemprotkan
dengan mempergunakan alat spray gun keseluruh permukaan dengan merata sebanyak 2
lapis, dan setelah permukaan kering maka penghalusan permukaan dilakukan kembali
dengan menggunakan hamplas halus.

5. Setelah permukaan dilapisi dengan cat dasar, dan permukaan telah dihaluskan
kembali maka selanjutnmya pelapisan akhir adalah cat duco kilap.

6. pengecatan Akhir dilaksanakan dengan memakai Cat merek setara Dana Gloss
dilaksanakan sebanyak 3 lapis disemprotkan keseluruh arah yang akan dicat.

Pasal 7. RKS YANG BELUM DIURAIKAN DALAM BUKU INI ;

Untuk jenis pekerjaan yang belum Tercakup seta belum diuraikan pada buku spesifikasi Teknis ini, akan
diuraikan pada lembaran tambahan dan dianggap sebagai kelengkapan dari pada buku ini, yang sama
mengikatnya pada Kontrak.

Pasal 8. PEKERJAAN PEMBERESAN SETELAH MASA KONSTRUKSI :

Yang dimaksud dengan pekerjaan pemberesan disini adalah pekerjaan pemberesan setelah masa
konstruksi selesai.
Pada saat pekerjaan selesai, lapangan / bangunan harus ditinggalkan dalam keadaan bersih dan siap
digunakan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor juga harus memulihkan kedalam kondisi semula bagian-
bagian lapangan / bangunan yang tidak direncanakan berubah menurut dokumen Kontrak.
Sebelum pekerjaan diserahkan pada Pemberi Tugas, kotoran-kotoran yang terdapat pada bagian :
dinding, kusen, lantai, plafond maupun bagian atap, diantaranya :

1. Adukan yang tercecer pada lantai


2. Plak ban atau tanda-tanda lain bekas penandaan bidang kaca
3. Debu-debu yang menempel pada kaca.
4. Puing-puing bekas bongkaran.
5. Bahan-bahan sisa yang tidak terpakai / Sampah-sampah
6. Bekas cipratan cat pada kaca/ lantai maupun dinding
7. Direksikeet + Gudang
8. Steiger / stoot werk maupun bekas perancah
9. Kaleng-Kaleng bekas sisa cat, ember-emeber bekas adukan
10. Sisa-sisa bahan serutan, kayu-kayu bekas potongan
11. Kotoran/Sampah yang terdapat pada drainase Keliling Bangunan / maupun pinggir jalan
komplex / parkir.
12. Serta bahan-bahan kotoran lain yang sekiranya akan menganggu kebersihan serta
kerapihan bangunan / ruangan tersebut .

54
BAB VI. SYARAT SYARAT
PEKERJAAN TANAH

Pasal 1. UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu & dan tidak terbatas pada :
- Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.
- Pekerjaan perbaikan kembali.

1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN.


- Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Gambar
Kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi dan
tidak terbatas pada bangunan existing, trench, saluran drainase, pipa-pipa, instalasi existing lainnya,
tiang listrik dan penangkal petir.

- Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun yang


sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang dipertahankan; agar tdak rusak atau
cacat.

- Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi khusus sebagai
penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan MK
terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 3. PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian di tanah dan termasuk pengurugan
/pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :
- Galian Pondasi Poer , Sloof dan pondasi Batu Kali.
- Saluran dan Trench.
- Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja dan atau oleh Konsultan MK

3.1. MACAM GALIAN.


Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis yaitu:
a. Galian tanah biasa
b. Galian batu
c. Galian konstruksi / obstacle

Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga macam galian
tersebut diatas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan
letak, peil, dan dimensi seperti yang dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk
Konsultan MK.

1. Galian Tanah Biasa


Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi atau
galian material dan bahan baku lainnya.

2. Galian Batu

55
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan pada daerah galian yang
menurut pendapat Konsultan MK harus dilakukan pembongkaran.

3. Galian Konstruksi / Obstacle


Galian Konstruksi/Obstacle adalah semua galian, selain dari galian tanah dan galian batu dalam
batas pekerjaan yang disebut dalam Spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar Rencana.
Semua galian yang disebut sebagai galian Konstruksi/Obstacle terdiri dari galian lantai bangunan,
galian pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan/halaman, galian pipa/ kabel listrik, pipa
gas, saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada Spesifikasi
ini.

a. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap dengan
penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa serta disetujui oleh KonsultanMK.

b. Galian untuk Konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas
serta sisa bahan bangunan.

c. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Konsultan
MK sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan Tapak atau menyebabkan timbulnya
genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.

d. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar maka
bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir
yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh sehingga
mencapai ketinggian yang dinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor tidak dapat di claim sebagai pekerjaan
tambah.

e. Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor harus melaporkan ke Konsultan MK ,untuk
mendapatkan persetujuan.

f. Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan dalam Gambar
Kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang
dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh sehingga mencapai
ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini tanggung jawab kontraktor tidak dapat di claim sebagai pekerjaan tambah.

g. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar sesuai dengan Gambar kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.

h. Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja Pondasi atau seperti tercantum
dalam Gambar kerja, dengan penampang Lereng Galian Kiri dan Kanan dimiringkan 10' kearah luar
Pondasi; dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui
Konsultan MK.

i. Kelebihan Tanah Galian harus dibuang keluar dari dalam Tapak Konstruksi.
Area antara Papan Patok Ukur dengan Galian harus bebas dari timbunan tanah.

j. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor atau runtuh, maka apabila dianggap
perlu oleh Konsultan MK, Kontraktor harus memasang Konstruksi penahan/casing sementara dari
bahan seng Gelombang BjLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm diperkuat dengan
kayu-kayu dolken, minimal dia. 8 cm sehingga konstruksi tersebut dapat menjamin kestabilan
Lereng.

k. Apabila dan atau karena permukaan Air Tanah tinggi, Kontraktor harus menyediakan Pompa Air
secukupnya untuk mengeringkan Air yang menggenang Galian.

56
Di syaratkan bahwa seluruh permukaan Galian, terutama Lantai Galian, harus kering untuk
Pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
Pondasi batu kali dan Sloof beton bertulang.
Pondasi Poer dan Sloof Beton bertulang.
Pengurugan dan pemadatan.

l. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 3.1.j dan 3.1.k diatas ditanggung oleh Kontraktor, tidak
dapat di 'claim' sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 4 GALIAN STRUKTUR

4.1. LINGKUP PEKERJAAN.

a. Galian struktur merupakan pengalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai dengan batasan
pekerjaan sebagaimana dijelaskan di sini atau sebagaimana tampak pada gambar.
Pekerjaan galian yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain dalam spesifikasi ini tidaklah
digolongkan sebagai galian struktur.

b. Galian struktur di sini tidak dibatasi hanya pada galian strukur pondasi poer tapi termasuk
pekerjaan galian untuk sloof dan pondasi batu kali.

c. Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang disetujui oleh Konsultan
MK, berikut pembuangan bahan-bahan sisa, dan semua bahan dan peralatan lainnya untuk
menghindarkan galian dari genangan air tanah dan air permukaan.

d. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambar-gambar dan
spesifikasi.

4.2. PERSYARATAN PEKERJAAN.

a. Tata Letak
Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat persetujuan
dari Konsultan MK.
Bench Mark yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau
pemindahan.

b. Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus diwakili oleh seorang Pengawas ahli
yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian / pengurugan, yang mengetahui
semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.

c. Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran.


- Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan – rintangan dan lain-
lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum dalam gambar, harus
dibersihkan dan/atau dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :
- Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah
rusak, yang letaknya minimal 1 meter di bawah dasar poer.

57
- Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan
dalam penggalian di tempat tersebut.
- Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-
lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
- Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing ke
tempat yang ditentukan oleh Konsultan MK.
- Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap berada pada tempatnya.

d. Obstacle
- Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan dinding tembok,
besi- besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama, yang cara pembongkarannya
memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula (misalnya
beton breaker, compressor, mesin potong) dibanding dengan peralatan yang digunakan pada
pekerjaan galian tanah.
- Semua brankal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing harus segera
dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi. Semua peralatan yang
diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.

- Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut:

- Pada daerah titik galian pondasi sampai mencapai kedalaman yang masih memungkinkan,
obstacle tersebut bisa dibongkar / digali sesuai dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah
tersebut.
- Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof mulai dari permukaan tanah existing sampai
dengan di bawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi beton poer dan sloof.

e. Pembuangan Humus
Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus dibersihkan, harus bebas
dari sisa-sisa tanah bawah (subsoil), bekas-bekas pohon, akar-akar, batu-batuan, semak-semak
atau bahan-bahan lain.
Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang sudah ditentukan
oleh Direksi.

4.3. PENGGALIAN.

a. Sebelum memulai pekerjaan galian, kontraktor harus :


Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase alamiah dari air yang
mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah galian tergenangi air.
Memeriksa segala pembongkaran dan pembersihan di tempat itu sudah dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi ini.
Memberitahu Konsultan MK sebelum memulai suatu galian apapun, agar elevasi penampang
melintang dan pengukuran dapat diketahui dan dilakukan pada tanah yang belum terganggu.
Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak boleh diganggu tanpa ijin Konsultan MK.

b. Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktrur, harus mempunyai ukuran yang
cukup sehingga memungkinkan peletakkan atau alas pondasi sesuai dengan ukurannya.
Bagian-bagian dinding/sisi parit harus selalu ditopang.
Elevasi dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan perkiraan, sehingga secara
tertulis Konsultan MK dapat memerintahkan perubahan ukuran dan elevasi jika diperlukan untuk
menjamin pondasi yang kokoh.

c. Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-tempat dimana


penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-benda yang berada didekatnya,
bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini metoda pekerjaan
dengan tangan yang harus dilaksanakan.

58
d. Bila diperlukan Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan
lereng-lereng tanah galian sehingga lereng-lereng galian tersebut tidak ambruk, dan agar tidak
mengganggu pekerjaan.
Turap sementara tersebut harus dapat menjaga bangunan-bangunan yang berada didekat lereng
galian, tetap stabil.

e. Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh pekerjaan galian, maka Kontraktor
harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan tersebut dan harus menggantinya atas
biaya Kontraktor.

f. Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-bagian pekerjaan
diatas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-saluran pembuang dan rintangan- rintangan
yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g. Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 (satu) horizontal dengan 1 (satu)
vertical, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.

h. Batu-batu, kayu-kayu dan bahan lain dalam lubang galian yang tak berguna harus dibuang dan
tidak boleh digunakan untuk pengurugan.

i. Setiap kali galian selesai dikerjakan, Kontraktor harus memberitahu Konsultan MK mengenai hal
itu; dan pembuatan Lapisan Sirtu, Lantai Kerja atau penempatan material apapun tidak boleh
dilakuakan sebelum Konsultan MK menyetujui kedalaman pondasi dan karakter tanah dasar
pondasi.

j. Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila diperintahkan
oleh Konsultan MK, Kontraktor harus menggantinya dengan material berbutir atau kerikil
sebagaimana disyaratkan pada RKS ini.
Material pengganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal tiap
lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan sesuai petunjuk Konsultan
MK.

k. Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan MK, tanah dasar
pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan Kontraktor dalam mengerjakan
kewajibannya, maka kontraktor harus :
Membuang dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau
Menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut memenuhi syarat

l. Semua material hasil galian, bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai material urugan
atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan harus dibuang.

4.4. AIR TANAH.

a. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka kontraktor harus segera
mengambil langkah-langkah untuk mencegah air menggenangi galian dan alas struktur.

b. Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung air permukaan, maka air ini tidak dianggap
sebagai air tanah dan merupakan kewajiban kontraktor untuk menanggulanginya sesuai spesifikasi
ini, sehingga tidak akan ada tambahan pembayaran.
Penilaian apakah air itu merupakan air permukaan atau air tanah mutlak wewenang Konsultan MK.
Jika air dapat dihalangi memasuki galian dengan menggunakan cofferdam terbuka, maka air ini
tidak dinilai sebagai air tanah.

59
c. Bila tinggi muka air di atas elevasi dasar galian, maka harus digunakan cofferdam yang kedap air.
Bila diminta, kontraktor harus menunjukkan gambar mengenai metodapembuatan cofferdam yang
dipakainya kepada Konsultan MK untuk disetujui.
Cofferdam atau palung untuk pembuatan pondasi, secara umum, harus dibuat di bawah dasar alas
pondasi dan dibuat sedapat mungkin kedap air. Umumnya, dimensi interior cofferdam itu harus
sedemikian rupa sehingga memberikan cukup kebebasan untuk pembuatan acuan (form) dan
pemeriksaannya, dan memudahkan proses pemompaan air keluar.
Bila menurut Konsultan MK, keadaan tidak memungkinkan untuk mengeringkan galian sebelum
membuat alas pondasi, Konsultan MK dapat memerintahkan pembuatan

lapisan beton penutup dengan ukuran tertentu, dan Lapisan tersebut harus diletakkan sebagaimana
tampak pada gambar atau mengikuti petunjuk Konsultan MK.
Lalu galian harus dikeringkan dan alas pondasi diletakkan.

Bila digunakan palung berbeban, dan beban tersebut dipakai untuk menanggulangi tekanan
hidrostatik yang bekerja terhadap dasar lapisan pondasi penutup, maka harus digunakan penyemat
(jangkar) khusus untuk mentransfer seluruh berat palung terhadap lapisan pondasi.
Bila lapisan pondasi penutup dibuat di bawah air, maka cofferdam harus dibuat pada muka air
yang rendah.

Cofferdam dibuat untuk melindungi beton dari kerusakan karena naiknya muka air dan dari erosi.
Di dalam cofferdam atau palung tak boleh ditinggalkan kayu-kayuan dan lain-lain, tanpa ijin
Konsultan MK.
Bila pekerjaan memompa air diijinkan dilakukan dari bagian galian pondasi, maka harus dicegah
agar jangan ada bahan beton yang ikut terbawa keluar.
Setiap pekerjaan memompa yang dibutuhkan selama perletakkan beton, atau selama waktu
sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya harus menggunakan pompa yang sesuai dan air diletakkan
di luar acuan beton.
Pemompaan air untuk mengeringkan ini tidak boleh dikerjakan sebelum lapisan cukup keras dan
kuat untuk melawan tekanan hidrostatik.
Kecuali bila tidak ditentukan lain, cofferdam atau palung, dengan segala pelengkapnya, harus
dibongkar oleh Kontraktor segera setelah selesai pekerjaan sub-struktur.
Pemindahannya harus sedemikian rupa sehingga tidak merusak pekerjaan yang telah diselesaikan.

d. Pemeliharaan Saluran

Jika tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan di luar caisson, palung, cofferdam atau sheet
piling; dan saluran air yang berdekatan dengan pondasi tidak boleh terganggu tanpa ijin Konsultan
MK.
Jika ada pekerjaan galian atau pengerukkan yang dilakukan sebelum caisson; palung dan cofferdam
terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor
harus mengurug kembali galian-galian itu sesuai kembali dengan muka tanah semula, dengan
memakai bahan yang telah disetujui oleh Konsultan MK.
Bahan-bahan yang tertinggal pada daerah aliran air akibat dari pembuatan pondasi atau galian
lainnya harus dibuang agar saluran itu bersih dari segala macam halangan.

Pasal 5 URUGAN DAN PEMADATAN

5.1. PEKERJAAN URUGAN

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan Tanah ini untuk :


- Bangunan Gedung kepadatan tanahnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja atau petunjuk
MK/Perencana.
- Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3% atau sesuai
Gambar Kerja.

60
5.2. BAHAN URUGAN.

- Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang memenuhi persyaratan
sebagai bahan urugan.
- Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila
tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari
Konsultan MK.
- Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan
urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh Proyek.
- Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Konsultan MK, baik mengenai kualitas
bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di-dalam lokasi pekerjaan.
- Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah, dan lain-lain, tidak boleh
dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan ditempatkan pada
daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Konsultan MK.
- Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping setebal 30 cm.
- Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi standar,
harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

5.3. PENGURUGAN.
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari humus,
akar tanaman, benda-benda organis, sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi
kualitas pekerjaan ini.

b. Urugan harus bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran, dan atau yang
dapat mempengaruhi kepadatan urugan.
Tanah Urugan dapat diambil dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak
mengandung bahan-bahan seperti tersebut diatas dan atau telah disetujui Konsultan MK.

c. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis langsung dipadatkan sampai mencapai
permukaan atau peil yang diinginkan.
Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 15 cm atau 20 cm.
setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari CM yang menyatakan bahwa lapisan
dibawahnya telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan dan seluruh prosedur pemadatan ini
harus ditulis dalam berita acara yang disetujui Konsultan MK.

d. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum pekerjaan
pengurugan dimulai.
Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.

e. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang bersangkutan dibawah
ini dalam bab ini .

f. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan
yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur-alur pada bagian
teratas untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
g. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai yang tercantum didalam
gambar kerja.

h. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, Jalan dan pengerasan, tidak perlu dipadatkan
dengan mesin cukup ditimbris dengan Tangan.

5.4. PEMADATAN.

a. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih dahulu.

61
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan pemadatan bahan - bahan
urugan dan juga memperbaiki kekurangan - kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.

c. Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk pemadatan
bahan urugan yang ada.
Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan MK.

e. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 30
cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified proctor) dari kepadatan kering
maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO T99.

f. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan, pemadatan harus
dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air
optimum.

g. Kontraktor diwajibkan melakukan Test kepadatan tanah apabila diminta oleh Direksi / MK sebanyak
titik yang ditentukan oleh MK yang harus disaksikan oleh MK dan dibuatkan Laporan tertulis untuk
tiap titik meliputi area 150 m2.

5.5. PEKERJAAN PERATAAN TANAH.

Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang direncanakan, perataan
pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelebihan tanah tersebut dapat
diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh Konsultan MK.

62
BAB VII. SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1 PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1.1. Persyaratan Mutu dan Bahan Beton

1.1.1. Mutu Beton

Beton yang dipergunakan untuk Pekerjaan Struktur Bangunan Ruang Kelas Belajar ini harus
mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :
.
a. Struktur Atas :
Pelat Lantai K-300.
Kolom ,& Balok Praktis K-175

d. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur, harus menggunakan beton Ready Mix
,dan kecuali untuk beton praktis dapat menggunakan beton Konvensional (Site Mix),dan
sebelumnya harus sudah mendapat persetujuan MK.

e. Lantai Kerja.
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr.

1.1.2. Baja Tulangan


Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai
berikut :

Mutu baja tulangan s/d diameter D 13 mm adalah BJTP U-24.


Mutu baja tulangan > diameter D 13 mmadalah BJTD U-39 (besi ulir).

1.1.3. Cetakan (Bekisting)

a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini harus memakai multiplex tebal minimum 12 mm
atau Papan kayu Kls.II dengan tebal 2 cm . Bekisting dari multiplex /papan tersebut harus
diperkuat dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan
yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan MK.

b. Steiger cetakan/bekisting kolom & balok harus dari pipa-pipa besi (scaffolding) atau kayu /dolken
dan sama sekali tidak diperkenankan memakai bambu.

1.1.4. Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor secara terputus,
untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya.
Bonding Agent yang digunakan adalah SIKATOP 77D atau setaraf dicampur dengan air dan
semen.
Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

1.1.5. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton.
Bahan admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk Sika atau yang setaraf , dengan
takaran 0.8% dari berat semen.

63
Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan
dari Konsultan MK.

1. 2 Persyaratan Bahan Beton

1.2.1. Bahan S e m e n

1.2.1.1Persyaratan Umum.

a) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris BS 12.
b) Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, dan TIGA RODA serta
memenuhi persyaratan NI-8.
Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
c) Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca sepanjang waktu
dan perletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari kelembaban.

1.2.1.2. Pemeriksaan.

Konsultan MK dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu
sebelum dipergunakan.
Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan MK untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut.
Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan MK, harus tidak
dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka
Konsultan MK dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan atas biaya kontraktor.

1.2.1.3. Tempat Penyimpanan.

a) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat
harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu
pengambilan.

b) Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari tanah, harus
cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau
kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup
untuk menyimpan tiap muatan truck semen secara terpisah-pisah dan menyediakan jalan yang
mudah untuk mengambil contoh, menghitung sak-sak dan memindahkannya.
Semen dalam sak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.

c) Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan, Kontraktor
hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang diterima ditempat pekerjaan.
Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya.
Semua sak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh
Konsultan MK.

d) Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang
semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi segala timbangan untuk keperluan
penyelidikan.

64
e) Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang semen
dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen
seluruhnya.

f) Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk MK/Direksi bila dikehendakinya, jumlah
dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian pekerjaan.

1.2.2. Bahan Pasir dan Kerikil

a) Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir dan
kerikil.
Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan
penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan MK.

b) Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan dari
Konsultan MK.
Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran buangan disemua tempat
penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian
rupa sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat
dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada
banjir atau air rembesan.
Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan
kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang
cukup.
Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan
pengiriman bahan berikutnya.

1.2.3. Bahan Pasir

a) Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah Pasir alam yaitu pasir yang
dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan MK/Direksi.

b) Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar
(pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut. Kontraktor harus bertanggung
jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus
menyerahkan pada Konsultan MK sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan,
contoh yang cukup, seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14
hari sebelum diperlukan.

c) Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-bahan lain
yang tidak dikehendaki, segala macam tanah pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus
disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
merugikan kegunaan dari timbunan.

e) Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika
dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam
substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

f) Pasir harus mempunyai 'modulus kehalusan butir' antara 2 sampai 32 atau jika diselidiki dengan
saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan
sebagai berikut :

Saringan no. Persentase satuan timbangan


tertinggal di saringan
4 0 - 15

65
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3-7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 20 persen atau kurang, maka
batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20 persen.

1.2.4. Bahan Agregrat Kasar (Kerikil)

a) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui.


Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu.

b) Kebersihan dan Mutu


Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian- bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau
yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang
merusak dalam jumlah yang merugikan.
Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai tiga persen dari
beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori.
Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

c) Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm, sampai 25 mm
dan harus memenuhi syarat-syarat dengan semua ketentuan-keten-tuan yang terdapat di NI-2
PBI-l971.

1.2.5. Bahan A i r

Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi /mortar dan spesi injeksi harus bebas dari
lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan MK untuk
menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-l971 untuk
bahan campuran beton.

1.2.6. Bahan Baja Tulangan

a) Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standard Indonesia
untuk beton NI-2, PBI-l971 atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan MK.
Konsultan MK berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan MK sesuai
dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar
rencana.

b.) Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk
dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan
dengan beton.

66
c). Ukuran diameter baja tulangan, harus sesuai dengan gambar rencana, dan tidak diperkenankan
adanya toleransi bentuk ukuran . Diameter besi ulir adalah diameter luar.

1.3. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton

1.3.1. Kelas dan mutu beton

a). Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971.
Bilamana tidak ditentukan lain kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari
contoh kubus yang bersisi 15 (1 0,06) cm diuji pada umur 7 hari , 14 hari dan 28 hari.

b). Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda
uji harus memberikan hasil 'bk (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari yang
ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI. 1971.

1.3.2. Komposisi Campuran Beton.

a). Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang ditentukan
sebelumnya.
Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada
kekentalan yang baik/tepat.

b). Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini, untuk
beton Site Mix ,harus dipakai "campuran yang direncanakan" (designed mix).

Campuran yang direncanakan dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi


kekuatan karakteristik yang disyaratkan.

c). Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air
semen ditentukan sebagai berikut :
- Faktor air semen untuk pondasi pelat ,sloof, maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk kolom, dan balok, maksimum 0,60.

d). Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan MK atas biaya Kontraktor. Perbandingan
campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability,
kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan kontraktor tidak berhak atas claim yang
disebabkan perubahan yang demikian.
Dibuat dengan perbandingan volume sbb. :

Macam Campuran Penggunaan


B1- 1: 1 1/2 : 2 ½ Untuk semua beton bertulang kedap air spt.
Pelat atap, luifel ,ground reservoir dan kolam

B2 1:2:3 Untuk semua beton bertulang spt. Sloof,


poer, pondasi pelat, pelat lantai,
kolom,balok-balok dll.
B3 1:3:5 Untuk semua beton tak bertulang, rabat,
neut, beton angker dan batu tepi.

1. Beton harus dibentuk dari campuran semen Portland, pasir beton, kerikil dan air seperti
ditentukan sebelumnya dengan perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai
pada kekentalan yang tepat.

2. Penakaran semen dan agregat (halus dan kasar), harus dengan kotak-kotak takaran yang
sama volumenya.

67
Banyaknya air untuk campuran beton ditentukan sedemikian rupa, sehingga mudah dikerjakan
sesuai penggunaannya dan akan menghasilkan kepadatan beton yang tepat, kekedapan serta
kekuatan yang dikehendaki.

3. Semua pengadukan jenis beton harus menggunakan mesin pengaduk (beton molen) yang
berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Pengadukan harus rata, sehingga warna dan
kekentalannya sama setiap kali membuat adukan.

4. Untuk beton macam B 1 dan B2 harus memenuhi mutu beton berkekuatan K.300 menurut
PBI-1971.
Untuk beton praktis (sloof,kolom & ring balok) menggunakan beton dengan mutu K.175.
Untuk mutu beton ini (K.300 & K.175), harus dipakai “campuran yang direncanakan” (design-
mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari percobaan-percobaan campuran yang
memenuhi karakteristik yang disyaratkan.
Kalau rumus campuran hasil percobaan ternyata kurang dari rumus campuran pada point-d).
maka rumus point d). yang harus dipakai.

5. Untuk beton macam B3 dibuat dari campuran yang jumlah semennya tidak kurang dari 225
Kg untuk setiap m3.

1.3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a.) Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton
dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi
(perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer). Penambahan air untuk
mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering
sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan.

b). Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm dan tidak
melampaui 12 cm, untuk segala beton yang dipergunakan.
Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-l971. Konsultan MK berhak untuk menuntut nilai
slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton
kerkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

c). Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan MK melalui pengujian biasa dengan
kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI- l971.
Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan MK sesuai NI-2 PBI-l971.

Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh


pemeriksaan yang representatif.

Meskipun hasil pengujian kubus–kubus beton seperti diuraikan diatas memuaskan, konsultan MK
berhak menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
Konstruksi beton yang sangat keropos
Bentuk dan posisi beton tidak sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata, seperti yang direncanakan.

1.3.4 Baja tulangan

a). Baja tulangan sebelum dipasang harus bersih dari kotoran, karat lepas, serpih-serpih, minyak
gemuk atau lapisan lainnya yang akan merusak atau mengurangi daya lekat pada beton.

b).. Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-
ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi.

68
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali dengan cara yang dapat
merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukkan dalam gambar tidak boleh
dipakai.

Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya
dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh Konsultan MK.

c).. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan
tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bindraat)
dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam
perenggang.
Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat,
sehingga tidak akan ada batang yang turun.

d). Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar ,apabila dipakai dimensi
tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal
ini kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan MK.

e), Pada umumnya pengujian untuk besi tulangan dilakukan sesuai PBI-1971 yaitu mempunyai
kekuatan leleh minimum 3900 Kg/cm2 & 2400 Kg/cm2. Jika besi tulangan tersebut tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan, maka kelompok yang tidak memenuhi syarat tersebut harus
disingkirkan dan tidak boleh digunakan.

1.3.5. Selimut Beton


Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan,
serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada
mas-ing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pondasi Poer sisi bawah = 7 cm sisi lainnya 4 cm
b. Balok sloof = 4 cm
c. Kolom = 4 cm
d. Balok = 3 cm
e. Pelat Lantai = 2 cm

1.3.6. Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan pada
gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan MK. Overlap pada
sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah
ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan
MK.

1.3.7. Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup
untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapat-kan
persetujuan dari Konsultan MK.

1.3.8. Mengaduk

a). Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu
'batch mixer'.
Konsultan MK berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna
yang merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila
diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi.

69
Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

b). Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih-lebihan (lamanya) yang
membutuhkan penam-bahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.

1.3. 9. Rencana Cetakan

a.) Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana.
Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan MK sebelum
pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung
jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-
kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.

b). Sewaktu-waktu Konsultan MK dapat meng-afkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat
diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang diafkir
dan menggantinya atas bebannya sendiri.

1.3.10. Konstruksi Cetakan

a). Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton.

b). Semua cetakan beton harus kokoh.


Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa
merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus tersedia.

c). Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak
akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

1.3.11. Pengangkutan Beton

a). Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga
beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa
adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

b). Dalam hal ini, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ketempat pengecoran
sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil
dan spesinya.

c). Beton lift atau concrete pump digunakan untuk angkutan vertical, sedang untuk alat angkut
horizontal bisa menggunakan kereta dorong.
Tidak diizinkan menggunakan ember – ember secara beranting

1.3.12. Pengecoran

a), Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton
sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong,
pengikatan dan lain-lainya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan MK.

70
b.) Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan)
harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.

Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor,
harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban/air dari beton yang baru di cor tidak akan
diserap.

c) Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan MK.

Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang


mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya.

d). Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan MK atau wakilnya yang ditunjuk serta staf Kontraktor
yang setaraf ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul telah memadai.

e). Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ketempat posisi
terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan
antara kerikil dan spesinya.

Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari
tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja
tulangan, tidak diijinkan.
Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter.

f). Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian rupa sehingga
spesi/mortar terpisah dari agregat kasar.

g). Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat dalam
slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran.

h). Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-
kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang
diletakkan.

i). Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, hujan atau angin sampai beton
tersebut mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat, harus
dilakukan perawatan beton sebagai berikut :
- Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton, dibasahi sampai cetakan tersebut dibongkar.
- Membasahi selama 14 hari terus menerus segera sesudah permukaan beton cukup keras.

1.3.13. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan

a.) .Waktu dan cara pembukaan dan pemindahaan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan MK.
Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton.
Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan
permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan
MK.

b). Umumnya, diperlukan waktu minimum 3 hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding–dinding yang
tidak bermuatan dan cetakan–cetakan disamping lainnya, tujuh hari untuk dinding–dinding pemikul,
dan 21 hari untuk balok-balok dan plat atap.

c). Permukaan dari bekisting harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan untuk
maksud mencegah secara efektif lekatnya beton pada bekisting dan akan memudahkan

71
melepaskan bekisting beton.Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Pengawas
Lapangan.
Penggunaan minyak bekisting harus hati hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan
mengakibatkan kurangnya daya lekat

d), Bahan–bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus dikumpulkan dan disingkirkan
keluar lapangan agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

f). Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran berkisting ini harus sesuai dengan PBI – 1971
.

1.3.14. Perlindungan (Protection)

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan


terakhir oleh Konsultan MK.

1.3.15. Perbaikan Permukaan Beton

b) Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata
ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan
harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri.
Kecuali bila Konsultan MK memberikan izinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal
mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.

c). Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil,
kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, ketidak rataan dan bengkak
harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda.
Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi pinggiran
yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat (terkunci) ditempatnya.

Pasal 6. PEKERJAAN STRUKTUR BAJA DAN LOGAM LAINNYA

Pekerjaan baja meliputi pekerjaan struktural dan pekerjaan logam-logam lainnya yang non
structural

6.1 Pekerjaan baja structural

6.1.1 Lingkup pekerjaan


a.) Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua bahan, tenaga kerja/ahli, peralatan, perlengkapan
lainnya serta pemasangan dari semua pekerjaan baja yang bersifat struktural seperti ditunjukan
dalam gambar tetapi tidak terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dibawah ini:
b). Membuat dan memasang konstruksi balok rangka baja besi siku pada bangunan sesuai gambar.
Rangka-rangka harus kuat, rata dan kaku dalam satu bidang (koplanar), kecuali jika ada instruksi
lain dari Pengawas Lapangan.

c). Menyediakan barang-barang angker, begeul, pelat-pelat,penjepit dan penyambung lengkap


dengan mur, baut ringnya yang harus dibuat dibengkel (work shop) menurut bentuk, ukuran dan
cara ketentuanya yang tercantum dalam gambar.

d). Membuat dan memasang pagar depan, railling tangga dengan konstruksi las, kecuali bagian-
bagian tertentu yang menggunakan mur baut

f). Membuat pintu pagar, pintu ruang genset dan ruang pompa ,lengkap dengan rail,engsel & kunci
sesuai bentuk dan ukuran yang tercantum dalam gambar.

72
6.1.2 Syarat-syarat umum pemasangan
a.) Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan bentuk dan ukuran serta ketentuan yang
tercantum dalam gambar.
Kwalitas pekerjaan harus bertaraf kelas satu, diselesaikan bebas dari putaran, tekukan dan
hubungan terbuka, semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga dalam
pemasangan tidak diperlukan bahan pengisi, kecuali jika dalam gambar detail menunjukan hal
tersebut.

b). emua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang dengan hati-hati agar
menghasilkan tampak yang rapi. Semua perlengkapan atau barang atau pekerjaan lain yang
perlu demi kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam
gambar atau syarat disini, harus disediakan pula oleh kontraktor kecuali jika diperlihatkan atau
disuratkan lain.

c). Kontraktor tidak diijinkan menumpuk bagian-bagian pekerjaan yang telah distel di lapangan
pekerjaan dalam keadaan tidak teratur. Bilamana menurut pertimbangan Konsultan Pengawas
dianggap terlalu lama waktunya antara waktu mengangkut bagian-bagian itu dan memasang-nya,
maka bagian-bagian yang tertumpuk setelah mendapat peringatan pertama, harus dijaga dengan
cara yang tepat supaya tidak terjadi kerusakan akibat perubahan-perubahan cuaca/ udara.

d). Kekuatan dari bahan las yang dipakai, paling kecil sama dengan kekuatan baja yang dipakai,
yaitu kelas E 60 atau grade SAW-1 sesuai ASTM-A 233.

f). Dalam pemasangan, Kontraktor harus mengambil ukuran-ukuran yang sesungguhnya di


lapangan, tidak melulu dari gambar kerja, agar bisa terpasang tepat pada tempatnya, terutama
bagian-bagian pekerjaan yang terhalang oleh benda lain.

g). Sebelum bagian-bagian konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu sudah diberi
lubang dan dibersihkan dari tahi besi, maka bagian-bagian tersebut harus diperiksakan kepada
Pengawas Lapangan dalam keadaan belum dicat

h). Konstruksi baja yang telah selesai dikerjakan harus dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara–
hujan dan lain-lain dengan cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

i). Setiap pekerjaan yang buruk atau tidak sesuai dengan persyaratan akan ditolak dan harus
diganti.

6.1.3 Bahan-bahan

a.) Semua bahan baja yang digunakan harus baru, dari jenis yang sama kualitasnya, bebas dari
karat, lubang-lubang, puntiran-puntiran atau cacat lainnya. Batang profil tekan tidak diijinkan
bengkok lebih dari 1/400 kali panjang batangnya.

b). Mutu baja profil, pelat-pelat simpul, baut-baut dan paku-paku keling harus memenuhi persyaratan
minimal, dalam hal ini dipakai baja jenis Bj-37 dengan kekuatan leleh min. 2400 Kg/cm2 sesuai
dengan PPBBI 1983.

c). Baut-baut dan mur yang digunakan harus dari jenis baut hitam dengan tegangan baut dan
tegangan leleh minimal 3600 Kg/cm2 (spesifikasi material JIS B 1051). Ukuran baut harus sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar.

73
6.1.4 Syarat teknis pelaksanaan

1). Penyambungan dan pemasangan.


Pengelasan harus dilaksanakan dengan teliti, logam yang dilas harus bebas retak dan cacat lain
yang bisa mengurangi kekuatan sambungan. Permukaan yang dilas harus sama, halus, rata dan
kelihatan teratur. Las-las yang menunjukkan cacat harus dipotong dan dilas kembali.

2). Pekerjaan las harus dikerjakan dalam bengkel. Pekerjaan yang dilakukan di lapangan harus sama
standarnya dengan pekerjaan las yang dilakukan di dalam bengkel. Tidak diperbolehkan
melakukan pengelasan dalam keadaan basah atau hujan.

3). Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik) dengan ketentuan:
Tebal las minimum : 4 mm
Panjang las minimum : 40 mm
Panjang las maksimum : 40 x tebalnya.

(d) 4). Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku atau disetujui Pengawas
Lapangan. Las yang dipakai yaitu las tumpul dan las sudut. Mutu las minimal sama dengan mutu
profil yang bersangkutan. Semua pekerjaan las yang tampak harus dihaluskan hingga sama
dengan permukaan sekitarnya. Konsultan Pengawas berhak mengadakan test terhadap hasil
pengelasan di Balai Penelitian Bahan atas biaya Kontraktor, jika hasil pekerjaan pengelasan
dinilai meragukan.

5), Sambungan baut harus menggunakan baut hitam (HTB). Lubang baut harus dibor (tidak boleh
dipons) dengan toleransi tidak lebih dari 1 mm terhadap diameter baut. Baut-baut, mur, elektroda
dan sebagainya harus disimpan dalam kotak tertutup dan terlindung dari kelembaban udara.

6). Untuk konstruksi kap, sebelumnya harus diberikan lawan lendut (kontra zeeg) sebesar 1/600 x
panjang bentangan.

7). Pengelasan di atas harus dilaksanakan pada saat konstruksi telah dalam keadaan diam.

8). Bagian-bagian profil baja harus diangkat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi puntiran-puntiran,
bila perlu digunakan ikatan-ikatan sementara untuk mencegah timbulnya tegangan yang melewati
tegangan yang diijinkan. Ikatan sementara tersebut dibiarkan dalam keadaan terpasang sampai
pemasangan seluruh konstruksi selesai.

9). Memotong dan menyelesaikan bekas irisan

- Bagian-bagian bekas irisan harus rata, bersih dan lurus, sekali-sekali tidak diperbolehkan
terdapat bekas-bekas jalur, beram-beram bergerigi.

- Bila bekas pemotongan/pembakaran dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas


irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya 2,5 cm hingga tidak tampak
lagi jalur-jalur.

- Bagian-bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi, bekas-bekas potongan/irisan tidak


perlu dibuang.

10). Meluruskan, mendatarkan dan melengkungkan

- Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya diperbolehkan pada bagian non structural.
Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan-gilingan lengkung, sedang untuk
melengkungkan pelat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh 3 kali tebal
pelat, demikian juga untuk batang-batang di bidang dan badannya.

74
- Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas.

- Melengkungkan dalam keadaan panas harus segera dilakukan setelah bahannya yang
dipanaskan menjadi merah tua.

- Melengkungkan dan memukul martil tidak boleh dilakukan bilamana bahan yang dipanaskan
tidak lagi memancarkan cahaya.

11). Menembus, mengebor dan meluaskan lubang

(e) -Pada keadaan akhir, diameter lebar untuk baut yang dibubut dengan tepat dan sebuah baut
hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm daripada
diameter batang baut tersebut.

- Semua lubang baut harus dibor. Untuk lubang-lubang dari bagian konstruksi yang disambung
dan yang harus dijadikan satu dengan alat penyambung, dibor sekaligus sampai diameter
sepenuhnya dan apabila tidak sesuai, maka perubahan-perubahan lubang tersebut dibor
atau diluaskan dan penyimpangannya tidak boleh lebih dari 0,5 mm.

- Semua lubang yang dibuat harus benar-benar bulat berdiri siku-siku pada bidang-bidang dan
bagian-bagian konstruksi yang akan disambung
12). Paku keeling, baut-baut dan mur-mur

- Baut, mur dan paku keeling yang dipergunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran
yang sesuai dengan ukuran dalam gambar.

- Baut, mur dan paku keeling, selain harus bermutu tinggi, harus berkekuatan minimal sama
dengan kekuatan baja profil dan pelat simpul.

- Pemasangan paku keeling dan mur baut harus kokoh dan kekokohannya merata antara satu
dengan yang lainnya.

13). Perlindungan pekerjaan-pekerjaan baja

a.Pengecatan
1. Kulit giling dan permukaan korosi harus dibuang dengan menggunakan semprotan pasir
atau sikat baja atau dengan cara lain yang sama efektifnya sampai permukaannya
memperoleh warna metallic yang merata.

2. Setelah dibersihkan, permukaannya dicat dasar dengan meni besi yang tebalnya 30-35
milimikron. Baja yang diberi cat sebelum dikirimkan ketempat pekerjaan harus diperiksa.
Cat dasar yang kurang baik harus dibuang, digosok dan dicat dasar lagi.

3. Galvanisasi
- Dimana ditentukan ada pekerjaan galvanisasi, maka yang dikehendaki adalah
galvanisasi celup panas.
- Bahan yang dipakai adalah zinc chromate primer, lead zinc iron, alkyd based
primer, semuanya warna terang.

14). Pelat-pelat baja yang digalvanisir

a. Untuk talang-talang horizontal dan ducting untuk penyedot udara (exhauster)


dipergunakan bahan seng baja yang digalvanisir dengan ketentuan di bawah ini:
- BJLS : 32

75
- Tebal pelat : 0,46 mm
- Berat tiap m2 : 380 gram

b. Semua pekerjaan ini harus dibuat sesuai gambar dengan standard paling baik. Pinggiran dan
gulungannya harus lurus dan rata, tidak ada lekukan. Kelem patriannya harus betul- betul kedap
air dan tidak tercecer atau melimpah.

b. Solder pemateri harus dari mutu yang baik, terdiri atas 0,5 timah biasa dan 0,5 timah hitam. Untuk zat
peleburnya digunakan muriatic acid.

6.1 Pekerjaan Logam Lainnya

6.1.1 Lingkup pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi pengadaan semua bahan, tenaga kerja/ ahli, peralatan, perlengkapan lainnya
yang diperlukan serta pemasangan dari semua pekerjaan logam lainnya yang
kebanyakan bersifat non structural, antara lain:
a. Perlengkapan yang berhubungan dengan pekerjaan ME, plumbing/ drainage. b.
Talang-talang air.
c. Teralis besi untuk pengaman ruangan/peralatan, railing tangga Angker dan lain-lain yang lazim
diperlukan untuk kesempurnaan pekerjaan konstruksi pada umumnya.

6.1.2 Bahan-bahan
Kecuali dinyatakan lain, maka semua bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus dari baja
jenis Bj.37 atau baja yang digalvanisir celup panas / logam bukan besi yang disetujui oleh Konsultan
MK.

6.1.2 Syarat-syarat pelaksanaan


Pada dasarnya semua pekerjaan logam ini, meskipun bersifat non structural, pelaksanaannya tidak
boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan pelak-sanaan pekerjaan baja structural seperti diuraikan
pada pasal 6.

A. SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL/ELEKTRIKAL

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat umum instalasi Mekanikal/Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas/ menambahkan hal-hal yang
tercantum dalam Buku Syarat-syarat Administratip. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat Administratip saling melengkapi dengan
Syarat-syarat Umum Teknis Mekanikal / Elektrikal.

PASAL 2. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

2.1 Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan undang-undang dan
peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dari
Jawatan Keselamatan Kerja.

2.2 Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah ditetapkan sebagai
peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal ini, bila tidak ada petunjuk dari Direksi /
Pengawas.

2.3 Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga akhli dalam instalasi Mekanikal / Elektrikal, untuk dapat
dipertanggung-jawabkan.

2.4 Tenaga akhli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi dengan Direksi/Pengawas
pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
1
2.5 Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan operasionil. Testing harus
dilaksanakan di hadapan Direksi / Pengawas.

2.6 Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung-jawab Kontraktor dan
Kontraktor harus mengganti / memperbaiki hal tersebut di atas.

2.7 Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian, adalah tanggung-jawab Kontraktor.

2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan-bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas pekerjaan dan
lain-lain, untuk sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-standar sebagai berikut :

2.8.1 Peraturan Umum Instalasi Listrik th. 2000.


2.8.2 Peraturan yang telah ditentukan PLN lainnya.
2.8.3 Peraturan-peraturan yang telah ditentukan Pemda Bogor.
2.8.4 Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
2.8.5 Penanggulangan Bahaya Kebakaran, peraturan DKI No. 3 tahun 1975.
2.8.6 Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi No. 59/DP/1980.
2.8.7 Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No. 48.
2.8.8 Peraturan Pokok Teknik Penyehatan mengenai air minum dan air buangan, rancangan 1968 Dirjen Cipta
Karya, Direktorat Teknik Penyehatan.
2.8.10 Algemeene Voorwarden Voor Drink Water Instalatir (AVWI).
2.8.11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173 / Men.Kes/ Per / VIII / 77, tentang
Pengawasan Pencemaran Air dari Badan Air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan
kesehatan.

2
2.8.12 Peraturan-peraturan dan standard yang telah disesuaikan dengan peraturan dan standar Internasional
dari KRT, ASME, ASHRAE, ASTM, VDE, BS, NEC, IEC, dll.
2.8.13 Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja.
2.8.14 Peraturan-peraturan yang ditentukan dalam spesifikasi ini maupun yang terdapat dalam gambar-gambar.
2.8.15 Pedoman Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik 1980 (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI).
2.8.16 Pedoman penanggulangan bahaya kebakaran th. 1980 (Departemen PU).
2.8.17 Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung tahun 1985
(Departemen PU).
2.8.18 N.F.P.A dan F.O.C. sebagai pelengkap.
2.8.19 Peraturan Telekomunikasi 1989.
2.8.20 Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.

Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Mekanikal / Elektrikal ini selain dari per-
syaratan-persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya.

2.9 Pekerjaan dianggap selesai apabila :

2.9.1 Telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari Direksi / Pengawas.

2.9.2 Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga Pemilik dapat
membenarkannya.

2.9.3 Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama-sama dengan Direksi / Pengawas, Konsultan
Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.

2.10 Kontraktor.

2.10.1 Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.

2.10.2 Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah badan pelaksana yang telah terpilih dan
memperoleh kontrak kerja untuk penyediaan dan pemasangan instalasi Mekanikal / Elektrikal ini sampai
selesai.

2.10.3 Kontraktor harus memiliki tenaga akhli yang mempunyai PAS PLN Kelas C untuk pekerjaan instalasi listrik
dan PAS PAM Kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan kebakaran (pemipaan) sebagai
penanggung-jawab di bidangnya masing-masing.

Kontraktor bertanggung-jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal / Elektrikal dalam proyek ini dan
menempatkan paling tidak seorang tenaga akhli yang setiap saat dapat berdiskusi dan dapat memutuskan
setiap persoalan teknis dan administrasi di lapangan.

2.10.4 Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang ditentukan oleh
Direksi/Pengawas.

2.10.5 Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang, peraturan-peraturan, persyaratan
umum, maupun suplementernya, persyaratan standar internasional, persyaratan pabrik pembuat
unit-unit peralatan, buku-buku dokumen pelelangan, bundel gambar-gambar serta segala petunjuk tertu-
lis yang telah dikeluarkan.

2.10.6 Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Direksi / Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk, bilamana
menurut pendapatnya pada dokumen-dokumen pelelangan, gambar-gambar atau lainnya terdapat
hal-hal yang kurang jelas.

3
2.10.7 Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari pihak-pihak
Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi
kelancaran pekerjaannya.

Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan saran-saran perbaikan untuk
segenap pihak. Apabila hal ini dilakukan, Kontraktor tetap bertanggung-jawab atas segala kerugian-keru-
gian yang ditimbulkan.

2.11 Koordinasi Dengan Pihak Lain.

2.11.1 Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan koordinasi / penyesuaian pelaksanaan
pekerjaannya dengan seluruh disiplin pekerjaan lainnya atas petunjuk akhli sebelum pengerjaan dimulai
maupun pada waktu pelaksanaan.

Gangguan dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari.

Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya koordinasi menjadi tanggung - jawab Kontraktor.

2.11.2 Kontraktor wajib bekerja-sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran pelaksanaan proyek ini,
terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor sipil maupun arsitektur.

2.11.3 Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh / sedapat mungkin digunakan
peralatan-peralatan yang seragam dan merek yang sama untuk seluruh proyek ini agar mudah
pemeliharaannya.

2.11.4 Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak lain atau yang dibeli
dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi sistem ini, Kontraktor bertanggung-jawab penuh atas
segala peralatan dan pekerjaan ini.

2.11.5 Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi, dan memberikan petunjuk kepada Kontraktor lainnya untuk
melakukan penyambungan kabel-kabel, pemasangan sensor-sensor, perletakan peralatan / instalasi,
pembuatan sparing dan lain-lainnya pada dan untuk peralatan Mekanikal / Elektrikal agar sistem
Mekanikal / Elektrikal keseluruhan dapat berjalan dengan sempurna.

Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung-jawab penuh atas peralatan - peralatannya tersebut.

2.12 Penolakan Pekerjaan Sistem Mekanikal / Elektrikal.

Apabila sistem pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal atau tidak memenuhi persyaratan
dalam spesifikasi dan gambar, ternyata Kontraktor gagal untuk melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang
cukup menurut Direksi / Pengawas serta pihak yang berwenang, maka keseluruhan atau sebagian dari sistem ini
sebagaimana kenyataannya, dapat ditolak dan diganti.

Dalam hal ini pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas dengan baik
atas biaya dan tanggung-jawab Kontraktor.

2.13 Pengawasan Instalasi.

2.13.1 Shop Drawing.

Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar kerja/shop drawing rangkap 4
(empat).

4
Gambar kerja tersebut haruslah gambar yang telah dikoordinasikan dengan semua disiplin pekerjaan
pada proyek ini dan disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada.

Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas.

2.13.2 Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya kepada Direksi /
Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya secara tertulis untuk dapat dipasang.

Seluruh contoh harus sudah diserahkan di dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah Kontraktor
memperoleh SPK.

2.13.3 Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu pelaksanaan, skedul tenaga kerja, skedul pengadaan
peralatan dan net-work planing yang terrinci untuk setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada Direksi /
Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.

Skedul dan net-work planing harus diserahkan dalam waktu 15 hari kalender sesudah menerima SPK.

2.13.4 Kontraktor harus mengadakan :

a. Laporan kegiatan pekerjaan harian


b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material mingguan
c. Laporan prestasi pekerjaanbulanan beserta foto-foto dokumentasi.

2.13.5 Untuk setiap tahap pekerjaan sistem Mekanikal dan Elektrikal yang telah selesai dikerjakan, Kontraktor
harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Direksi / Pengawas atau pihak yang ditunjuk yang
menerangkan bahwa tahap pekerjaan sistem Elektrikal dan Mekanikal telah selesai dikerjakan sesuai
dengan persyaratan yang ada.

Tahap-tahap pekerjaan sistem ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada jadwal perincian waktu yang
diserahkan oleh Kontraktor.

2.13.6 Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial run pekerjaan sistem Mekanikal dan Elektrikal ini harus
dihadiri pihak Direksi / Pengawas, Konsultan, Akhli atau pihak-pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi /
Pengawas.

Untuk ini harus dibuatkan berita acaranya bersama pemegang merek peralatan yang diuji dan dari
Kontraktor yang bersangkutan. Peralatan untuk pengujian harus berkualitas baik dan sudah ditera.

Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.13.7 Kontraktor wajib melaporkan kepada Direksi / Pengawas atau Akhli yang ditugaskan apabila sekiranya
terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan.

2.13.8 Untuk pekerjaan di luar jam kerja, biaya yang dikeluarkan Direksi / Pengawas untuk pengarahan dan
pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor.

2.14 Pembersihan Lapangan.

2.14.1 Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan yang digunakan.

Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi pembersihan lapangan tersebut.

5
2.14.2 Setelah kontrak selesai, Kontraktor harus memindahkan semua sisa bahan pekerjaan dan peralatannya,
kecuali yang masih diperlukan selama masa pemeliharaan.

2.14.3 Kontraktor harus melindungi daerah kerja di dalam gedung/bangunan dengan Portable Fire Extinguisher
class A/B/C (15 lbs) atau jenis lain untuk setiap luasan sesuai dengan peraturan yang berlaku atas biaya
Kontraktor.

2.15 Petunjuk Operasi, Pemeliharaan, dan Pendidikan.

2.15.1 Pada saat penyerahan untuk pertama kali, Kontraktor harus menyerahkan :

a. gambar-gambar jadi (as-built drawing), dalam bentuk gambar cetak sebanyak 3 (tiga) set dan dalam
bentuk kalkir Sevia sebanyak 1 (satu) set.
b. katalog spare-parts.
c. buku petunjuk operasi dalam bahasa Indonesia.
d. buku petunjuk perawatan atas peralatan yang terpasang dalam kontrak ini juga dalam bahasa
Indonesia.

Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik sebanyak 3 (tiga) set dan kepada Direksi /
Pengawas 2 (dua) set.

Bila gambar dan data-data tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor belum bisa
diprestasikan 100 %.

2.15.2 Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek mengenai operasi dan perawatannya kepada
petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas secara cuma-cuma sampai cakap
menjalankan tugasnya, minimal 3 orang selama 3 bulan sebelum penyerahan pertama dan 3 bulan
sesudah penyerahan pertama proyek ini dilakukan.

Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini terlebih dahulu kepada Direksi / Pengawas.
Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanaannya menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.15.3 Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan yang dibuat
dalam bahasa Indonesia kepada Direksi / Pengawas dan sebuah lagi hendaknya dipasang dalam suatu
kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruang mesin utama atau tempat lain yang ditunjuk
Direksi / Pengawas.

2.16 Service dan Garansi.

Keseluruhan instalasi Mekanikal dan Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu) tahun sesudah tanggal saat sistem
diterima oleh Direksi / Pengawas secara baik (setelah masa pemeliharaan).

2.16.1 Kontraktor harus bertanggung-jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama masa garansi, termasuk
penyediaan suku cadang.

2.16.2 Kontraktor wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau sistim yang tidak
sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka
waktu 180 (seratus delapan puluh) hari setelah proyek ini diserah-terimakan untuk pertama kalinya.

6
2.16.3 Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk mengoperasikan/merawat
peralatan Mekanikal / Elektrikal dan mendatangkan 1 (satu) orang supervisor sekali seminggu untuk
memeriksa atau melakukan penyetelan peralatan selama masa pemeliharaan.

2.16.4 Kontraktor harus memberikan service secara cuma-cuma untuk seluruh sistim Mekanikal / Elektrikal
selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah proyek ini diserah-terimakan pertama kali dan
garansi 1 (satu) tahun kalender setelah serah terima kedua.

2.17 I j i n.

2.17.1 Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan instalasi ini
harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor.

2.17.2 Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta keterangan resminya yang mungkin diperlukan untuk
pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan oleh Kontraktor atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi /
Pengawas dengan semua biaya atas beban Kontraktor.

2.17.3 Kontraktor harus bertanggung-jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatentkan serta kemungkinan
tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.

Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut di atas.

2.17.4 Kontraktor harus menyerahkan semua ijin atau keterangan resmi yang diperolehnya mengenai instalasi
proyek ini kepada Direksi / Pengawas atau pihak yang ditunjuk, sebelum penyerahan kedua dilakukan.

2.17.5 Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Direksi / Pengawas setiap akan memulai suatu
tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur).

2.17.6 Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak, pemerintahan setempat, badan
yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan.

Dalam hal ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan ijin tersebut harus dibayar oleh
Kontraktor, termasuk biaya memperbanyak gambar yang diperlukan untuk pengurusan IMB.

2.18 Korelasi Pekerjaan.

2.18.1 Pekerjaan galian dan penimbunan tanah untuk keperluan instalasi Mekanikal / Elektrikal, dilaksanakan
oleh Kontraktor. Kontraktor harus sudah memperhitungkan pengangkutan tanah bekas galian /
pembersihan.

2.18.2 Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada dinding, lantai, langit-langit
untuk jalannya pipa dan kabel, dilaksanakan oleh Kontraktor berikut perapihan / finishing-nya kembali.

2.18.3 Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-kabel listrik dari peralatan-peralatan ke panel yang
disediakan oleh Kontraktor listrik sesuai dengan gambar dokumen tender.

Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut apakah sudah sesuai dengan
peralatan yang akan disambungkan. Segala akibat yang timbul akibat penyambungan ini menjadi
tanggung-jawab Kontraktor.

7
2.18.4 Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin dilakukan oleh Kontraktor. Kontraktor harus memberikan
data-data, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan peralatan yang diperlukan kepada Direksi /
Pengawasuntuk mendapat persetujuan.

2.18.5 Semua fasilitas yang diperlukan pada saat proyek berjalan, yaitu air, listrik, saniter darurat harus
disediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar untuk mendapatkan persetujuan
Direksi / Pengawas.

2.18.6 Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus diberi lapisan isolasi peredam
getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan perbaikan dan pemeliharaan dari segi teknis.

Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar kerja kepada Direksi / Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.Segala akibat pekerjaan tersebut harus sudah diperhitungkan dalam penawaran oleh
Kontraktor.

2.18.7 Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus ditutup kembali seperti
semula dan dirapikan / difinish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi bekas-bekas pembobokan.

2.18.8 Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus menyerahkan gambar / data teknis
listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan dipasang, agar peralatan tersebut dapat beroperasi
dengan baik berikut pengamanannya.

Jika hal ini tidak dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

2.19 Sub Kontraktor.

2.19.1 Apabila diperlukan tenaga-tenaga akhli khusus karena tenaga-tenaga pelaksana yang ada tidak mampu
melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian dan lain-lain, Kontraktor dapat menyerahkan
sebagianins-talasinya kepada Sub Kontraktor lain setelah mendapatkan persetujuan secara tertulis dari
Direksi / Pengawas.

2.19.2 Kontraktor masih harus bertanggung-jawab sepenuhnya atas segala lingkup pekerjaannya, baik yang
dilaksanakannya sendiri maupun terhadap pekerjaan yang diserahkan kepada Sub Kontraktor
(di-subkontrak-kan).

2.20 Site Manager.

2.20.1 Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh seorang yang cukup
berpengalaman dan diberi wewenang oleh penandatangan kontrak untuk mengambil keputusan di
lapangan.

Ia bertanggung-jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan instalasi pada proyek ini dan harus selalu berada
di lapangan (site). Bila ia akan meninggalkan site harus ada orang lain yang secara tertulis diberikan
wewenang untuk mewakilinya.

2.20.2 Nama, perincian pengalaman kerja Site Manager harus disertakan oleh Kontraktor pada saat penawaran
dilakukan.

2.20.3 Bilamana ternyata menurut pendapat pihak Direksi / Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak yang
berwenang, Site Manager yang ditunjuk kurang cakap menjalankan tugasnya, Kontraktor harus
menggantinya dengan orang lain.

2.20.4 Selama Site Manager belum ditunjuk, penanda-tangan kontrak yang harus bertindak sebagai Site
Manager.

8
2.21 B a h a n.

2.21.1 Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli peralatan utama Mekanikal /
Elektrikal juga brosur asli pipa, kabel, pipa konduit, katup-katup, detektor, sensor dan lainnya beserta
data-data teknis dan mengisi daftar skedul dari peralatan tersebut.

Pada brosur-brosur peralatan / bahan yang ditawarkan harus diberi tanda dengan warna yang jelas.

2.21.2 Apabila ada data-data serta bahan yang diajukan menyimpang dari yang disebutkan di dalam
gambar-gambar dan spesifikasinya, maka nilai evaluasi penawaran Kontraktor tersebut akan dikurangi
dan Kontraktor tetap harus menggantinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.

2.21.3 Semua pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar, tanpa persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang harus diperbaiki dan diubah sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah
disepakati bersama, atas tanggungan biaya Kontraktor.

2.21.4 Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan baik, tidak bercacat, sesuai
dengan spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus menjaga kebersihan serta melindungi semua
bahan-bahan yang digunakan dalam instalasi ini sebelum dipasang.

2.21.5 Bilamana ternyata dipakai / digunakan bahan / peralatan lama, bekas dipergunakan, bercacat atau rusak,
Kontraktor harus menggantinya dengan bahan-bahan atau peralatan yang baru dan tetap sesuai dengan
spesifikasi dan gambar, atas biaya tanggungan Kontraktor.

2.21.6 Tidak diperkenankan mendatangkan bahan / peralatan masuk ke site sebelum contoh atau brosurnya
disetujui oleh Direksi / Pengawas. Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan
dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan / peralatan tersebut harus
dikeluarkan dari site dalam waktu 1 x 24 jam sejak diketahuinya penyimpangan itu oleh Direksi /
Pengawas.

Bila hal ini belum dilakukan maka bahan tersebut segera akan dimusnahkan.

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta peralatan-peralatan utama,
peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja, pembuatan alat-alat, pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan
air untuk keperluan pengujian dan keperluan kerja.

Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan
pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian lebih lanjut dapat dilihat pada Syarat-syarat Khusus
Teknik) :

3.1. Sistim Mekanikal.

a. Instalasi plumbing (air bersih, air kotor dan air bekas) beserta pemompaannya
b. Instalasi tata udara (ventilasi dan air conditioner)

3.2. Sistim Elektrikal.

a. Instalasi sistem distribusi listrik , panel-panel daya dan kontrol motor.

9
b. Instalasi penerangan dan stop kontak
c. Instalasi penangkal petir
d. Instalasi telepon.
e. Instalasi kabel data
f. Instalasi fire alarm

3.3. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan persyaratan dokumen
pelelangan dan gambar-gambar yang ada.

3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistem instalasi Mekanikal / Elektrikal sesuai dengan gambar dokumen,
spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.

3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat menanyakan lebih lanjut
kepada Direksi / Pengawas, Konsultan atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.

3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung-jawab atas kerugian-kerugian yang
mungkin terjadi.

3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Mekanikal / Elektrikal harus berdasarkan
gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknik, serta adendum lainnya.

3.8. Bila dalam spesifikasi ini terdapat klausal-klausal / butir-butir yang ditulis / disebutkan kembali, hal ini bukan berarti
klausalnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas spesifikasinya.

3.9. Kontraktor harus memperhitungkan di dalam harga instalasi Mekanikal / Elektrikal segala biaya pengujian di pabrik
pembuatnya dan memberikan ijin untuk disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Pemilik.

Sistim pengujian harus disampaikan secara tertulis 1 (satu) bulan sesudah menerima SPK.

B. SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS INSTALASI LISTRIK

PASAL 1. UMUM

Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal
pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun di luar
bangunan Gedung.

Dalam hal ini Syarat-syarat Teknis Umum Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Khusus Teknik
ini.

PASAL 2. PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK.

Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah 220/380V PLN sebesar 53 KVA, diterima oleh
SDP-ATS yang diletakkan di bangunan khusus (Power House).

Melalui panel SDP-ATS selanjutnya didistribusikan ke panel-panel sub-distribusi dan panel daya / penerangan gedung
secara radial.

Sistem distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi tiga fasa - empat kawat 220 / 380 V mengikuti sistem
PNP (Pentanahan Netral Pengaman).

10
Sebagai sumber daya cadangan digunakan 1 (satu) unit diesel-generator set berkapasitas 50 kVA yang dilengkapi dengan
panel otomatis - AMF (Automatic Mains Failure).

Daya cadangan ini digunakan untuk mencatu seluruh penerangan bangunan, sebagian beban air conditioner dan seluruh
sistem pemompaan air bersih dan hydrant.

Antara sumber daya PLN dengan diesel-genset diberikan fasilitas interlock.

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem listrik sebagai suatu sistem keseluruhan maupun
bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian, pengesahan terhadap seluruh
material berikut pemasangan/instalasinya oleh badan resmi PLN, LMK dan / atau Badan Keselamatan Kerja, serta
serah-terima dan pemeliharaan / garansi selama 12 bulan.

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem
listrik sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk
menunjang bekerjanya system / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Khusus Teknik atau
gambar dokumen.

3.1 Pekerjaan di Bangunan Kantor dan RuangPanel (Power House).

3.1.1 Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel utama tegangan rendah SDP-ATS, PP-DGS, LP-1,
LP-2 LP-3,LP-4 ( roof garden ) dan PP-UPS.

3.1.2 Pengadaan dan pemasangan seluruh kabel daya tegangan rendah jenis NYY dan NYFGbY yang
menghubungkan :
.
- SDP-ATS ke LP-1, LP-2, LP-3, LP-4 dan PP-UPS,
- GENSET ke SDP-ATS.
- dan kabel daya lainnya.

Kabel penghubung tersebut lengkap dengan terminasi (sepatu kabel) yang diperlukan.

3.1.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan daya (stop kontak), lengkap dengan
armatur, power receptacle outlet dan alat-alat bantu yang diperlukan.

3.1.4 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pentanahan, baik pentanahan sistem listrik maupun badan
(body) peralatan listrik.
Melakukan pengujian tahanan isolasi (meger test 500 V) terhadap kabel-kabel daya tegangan rendah dan kabel
instalasi penerangan / stop kontak.

11
PASAL 4. GAMBAR-GAMBAR.

Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara khusus teknik pekerjaan listrik yang di dalamnya dicantumkan
besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu lainnya.

Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Gambar-gambar arsitektur, struktur, mekanikal / elektrikal, dan kontrak lainnya haruslah menjadi referensi untuk koordinasi
dalam pekerjaan secara keseluruhan.

Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya kembali. Setiap kekurangan /
kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Akhli, Direksi / Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk itu.

PASAL 5. KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI.

5.1 Peralatan Instalasi Tegangan Rendah.

Meliputi pengadaan dan pemasangan power receptacle outlet (stop-kontak), saklar, kotak-kotak tarik (pull box),
kabinet/panel daya, kabel, alat-alat bantu dan semua peralatan lain yang diperlukan untuk mendapatkan
penyelesaian yang memuaskan dari sistem instalasi daya tegangan rendah 220/380 V dan penerangan.

5.1.1 Kotak-kotak (doos) Outlet.

a. Jenis.

Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PUIL, AVE atau standar lain.
Kotak-kotak ini bisa berbentuk single/multi gang box empat persegi atau segi delapan. Ceiling box
dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang dengan baik dan benar.

b. Ukuran.

Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat yang diperlukan.
Setiap kotak harus cukup besar untuk menampung jumlah dan ukuran conduit, sesuai dengan
persyaratan, tetapi tidak kurang dari ukuran yang ditunjuk atau dipersyaratkan.

c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type).

Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut di bawah ini harus dari tipe yang diberi gasket tahan
cuaca :

- tempat-tempat yang kena matahari.


- tempat-tempat yang kena hujan.
- tempat-tempat yang kena minyak.
- tempat-tempat yang kena udara lembab.
- tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.

d. Outlet Pada Permukaan Khusus.

Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok beton, marmer,
frame besi, bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan harus mempunyai sudut dan
sisi-sisi tegak.

12
5.1.2 Saklar dan Stop Kontak.
a. Bahan Doos.

Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding dan
receptacles otlet harus dari bahan galvanized steel dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1 cm x
10,1 cm untuk peralatan tunggal dan 11,9 cm x 11,9 cm untuk dua peralatan dan kotak-kotak multi
gang untuk lebih dari dua peralatan.

b. Cara Pemasangan.

Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanism dengan rating minimum 10 A/250 V. Saklar pada
umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok, kecuali ditentukan lain pada gambar.

Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian 140 cm di atas lantai yang
sudah selesai.

Saklar-saklar tersebut harus dipasang pada doos (kotak) yang sesuai.

Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.

Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 110 cm atau 30
cm dari permukaan lantai yang sudah selesai atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.

Saklar dan Stop Kontak ex JUNG TOP LINE atau setara.

c. Jumlah Kutub.

Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan) dengan rating
minimum 10 A/220 V. Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan diberi
saluran pentanahan.

d. Pendukung dan Pengikat.

Kotak-kotak pelat baja harus didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai bentuk yang
tetap.

5.1.3 Kabel-kabel.

Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi kabel tegangan rendah, kabel
kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan untuk melengkapi dan
menyempurnakan pemasangan serta operasi dari semua sistem dan peralatan.

a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600 V).

Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE , SPLN
dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin), kecuali untuk peralatan
khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.

Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak dan dipilin (stranded).

Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diijinkan adalah 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian kontrol
pada sistem remote control yang kurang dari 30 meter panjangnya bisa menggunakan kabel
dengan ukuran 1,5 mm2.

13
Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus dari jenis NYFGbY dan kabel instalasi di dalam
bangunan dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk kabel kontrol).

Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada di dalam konduit atau dipasang di atas
cable tray/cable rack dan diklem/diikat dengan pengikat kabel (cable tie) sesuai dengan
kebutuhannya.

Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam bangunan harus
diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah sebesar
40 %.

Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar).

b. Kabel Tanah Tegangan Rendah.

Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN, dan
LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanam langsung di dalam tanah.

Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak dan dipilin
(stranded).

Ukuran kabel daya / instalasi terkecil adalah 2,5 mm2, kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem
yang pemakaian kontrol pada sistem remote yang kurang dari 30 meter panjangnya (bisa
menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2).

Cara penanaman kabel secara langsung di dalam tanah (direct burrial) harus sesuai dengan
gambar rencana, termasuk cara persilangan dengan pipa air dan kabel telekomunikasi dan kabel
tegangan menengah 20 kV.

Apabila diperlukan penyambungan kabel di dalam tanah, harus dilakukan dengan alat penyambung
khusus (jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin - cold pour system.

Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan
cara dan metode penyambungan mengikuti anjuranpabrik pembuat jointing kit yang digunakan
sehingga diperoleh hasil penyambungan yang andal, tahan terhadap lembab, mempunyai sifat
isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi.

Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar), jointing kit ex RAYCHEM atau setara.

c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.

Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya harus diadakan
dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar dan titik cahaya serta stop
kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar.

Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis NYM
dan diletakkan di dalam konduit PVC high-impact heavy gauge.

Luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5 mm2, kecuali tercatat lain.

Home run untuk rangkaian instalasi bertegangan 220 volt yang panjangnya lebih dari 40 meter dari
panel daya ke stop kontak pertama harus mempunyai luas penampang minimum 4 mm2 (kapasitas
hantar arus minimum 20 A).

14
d. Splice / Pencabangan.

Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan - sambungan di dalam


pipa konduit.

Sambungan atau pencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak cabang atau kotak sambung
yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.

Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus kuat secara elektris dengan
solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered.

Dalam membuat pencabangan atau sambungan, konektor harus dihubungkan pada


konduktor-konduktor dengan baik sedemikian rupa, sehingga semua konduktor tersambung dan
tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

e. Kabel Kontrol.

Di tempat-tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel kontrol motor, starter dan
peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis stranded annealed copper yang fleksibel.

Isolasi harus dari PVC, tahan lembab dan ozon dengan rating tegangan sampai 600 V.

Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 mm2 untuk panjang lebih
dari 30 m) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan dari peralatan yang dikontrol, dengan
pertimbangan-pertimbangan mengenai panjang circuit dan sebagainya.

Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar).

f. Bahan Isolasi.

Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, varnished cambric,
asbes, gelas, tape sintetis, resin, splice case, composition dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui
untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain yang tertentu dan harus dipasang dengan
cara yang disetujui, menurut anjuran perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.

g. Pemasangan Kabel.

1. Pemasangan di Permukaan.

a. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan.

Semua kabel harus dipasang di dalam konduit PVC high-impact heavy gauge, dipasang
di permukaan pelat beton langit-langit dengan klem pendukung yang sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus di cat dengan cat anti karat.

Semua kabel harus dipasang lurus/sejajar dengan rapi dan teratur. Pembelokan kabel
harus dilakukan dengan jari-jari lengkungan tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik
(minimum 15 kali diameter kabel).

Konduit ex CLIPSAL atau setara.

15
b. Kabel Daya Penghubung Antarpanel.

Kabel-kabel daya diletakkan di atas cable tray, di klem pada cable tray dengan cable
ties (pita plastik pengikat kabel).

Pemasangan cable tray harus mengikuti jalur yang direncanakan secara rapi dan
digantung atau disangga secara kokoh dengan penggantung/penyangga besi yang
diklem ke pelat beton.

Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan


penunjang seperti tray, klem, besi penunjang, penggantung dan peralatan lainnya, baik
untuk kabel yang dipasang horizontal maupun vertikal.

Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada biaya pemasangan


kabel tersebut.

c. Kabel Daya dari Panel Daya Motor ke Motor-motor Pompa.

Jenis kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di dalam konduit metal
tahan karat (galvanized/white metal conduit) yang diletakkan di atas pelat lantai.

Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju motor dengan faktor pengisian
40 %.

Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju menuju motor, kabel ditarik ke
terminal motor melalui flexible metal conduit yang juga tahan karat.

Ukuran konduit fleksibel ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit dan disambung
dengan cara sedemikian rupa, sehingga benar-benar kedap air. Demikian juga
penyambungan pipa fleksibel terhadap box terminal motor.

Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan contoh konduit fleksibel serta
cara penyambungannya terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas untuk disetujui.

2. Pemasangan di Dalam Dinding.

Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang di dalam dinding harus diletakkan
di dalam konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran minimum 3/4".

Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus dilakukan setelah pipa selesai
ditanam.

3. Pemasangan Menembus Dinding.

Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang terbuat dari pipa
PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang kabel.

i. Penggunaan Warna Kabel.

Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGbY untuk tegangan fasa, netral dan nol harus
mengikuti peraturan yang disebutkan oleh PUIL 1987, yaitu :

16
1. Sistem tegangan 220 V, 1 fasa :

hitam : fasa biru


: netral kuning/hijau :
pentanahan

2. Sistem tegangan 220/380 V, 3 fasa :

merah : fasa R
kuning : fasa S
hitam : fasa T
biru : netral (N)
kuning/hijau : pentanahan (G)

j. Pendukung Kabel.

Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di atas panel daya dan panel daya
motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung lain-lainnya.

Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan, sehingga
tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.

k. Konduit Tertanam.

Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam/tersembunyi harus juga dipasang secara
tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.

5.1.4 Kabinet Panel Daya.

Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 1,7 mm untuk panel yang dipa-
sang menempel di dinding dan minimum 2 mm untuk jenis floor standing, kecuali yang sering kena
basah/hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang tahan kelembaban atau konstruksi khusus.

Kabinet untuk panel daya/kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti dipersyaratkan
untuk panel daya yang besarnya menurut kebutuhan, sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang
dipakai tidak perlu sesak.
Frame/rangka panel harus ditanahkan.

Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel panel daya
serta penutupnya.

Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan baik, rapi dan benar.

a. Finishing.

Semua rangka, penutup, cover plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat tahan karat
dengan diberi cat dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan
warna dan merek cat sebelumnya harus dimintakan persetujuannya ke Direksi/Pengawas.

Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium plating atau dengan
zinc chromate primer dan di cat dengan cat akhir sistem bakar (oven).

17
b. K u n c i.

Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "catch and flat key lock". Jenis kunci untuk setiap
kabinet harus dari tipe "common key", sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah sama. Pada
masing-masing kabinet harus disediakan dua anak kunci.

c. Tinggi Pemasangan Panel.

Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel dengan mudah
masih dapat dijangkau. Tergantung pada tipe/macam panel, bila dibutuhkan
alas/pondasi/penumpu/penggantung, Kontraktor harus menyediakan dan memasang, sekalipun
tidak tertera pada gambar.

d. L a b e l.

Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group, pemutus daya
(CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan fungsinya untuk
mengindikasikan / mengidentifikasikan penggunaan / nama alat tersebut.

Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.

5.1.5 Sistem "Race Way"

Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit beserta perlengkapannya
dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.

a. Ukuran.

Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa melayani dengan baik jumlah
dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PUIL dan lain-lain.

Diameter minimum konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran dengan faktor pengisian kabel
maksimum 40 %.

b. Bahan.

Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan uPVC high-impact heavy
gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099.

Konduit metal untuk instalasi daya pompa yang digunakan harus dari jenis heavy gauge galvan-
ized welded steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 : part I & II class 4.

c. Pemasangan.

1. Race Way yang Ditanam di Dinding.

Penanaman konduit di dalam dinding beton yang sudah jadi dilakukan dengan jalan
membobok dinding beton dengan pahat.

Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya, sesuai dengan ukuran dan
jumlah konduit yang akan dipasang.

Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding sesuai dengan kondisi semula.

18
Selama dilakukannya pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit harus ditutup untuk
mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.

2. Race Way yang Dipasang di Permukaan.

Race way yang dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipasang sejajar atau
tegak-lurus dengan dinding bagian struktur atau pertemuan bidang-bidang vertikal dengan
langit-langit.

Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit-langit, harus digunakan
klem-klem khusus untuk pipa sejajar.

Ujung-ujung pipa pada peralatan harus dipasang dengan sekrup dengan kuat. Semua ujung
pipa yang bebas harus ditutup/dilengkapi dengan plat kuningan yangsesuai.

Untuk daerah yang lembab, semua peralatan pembantu, fitting-fitting, klem dan lain-lainnya
harus digalvanisir atau di cat tahan karat dan harus digunakan pendukung supaya pipa
bebas dari permukaan korosif.

Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus dicat satu jalan sebelum
dipasang, dan sekali lagi sesudah dipasang, dengan warna yang ditentukan oleh
Direksi/Pengawas.

Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus dicat dengan warna
sebagai berikut :

a. Pipa penerangan dan daya - orange


b. Pipa kabel telepon - hijau
c. Pipa kabel fire alarm - merah
d. Pipa kabel tata-suara - kuning
e. Pipa kabel BSS - biru
f. Pipa jabel data - hitam

3. Race Way yang Dipasang di Dalam Tanah.

Race way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus mempunyai dua lapis
cat aspal pada permukaan sebelah luar sebelum dipasangkan. Di atas race way tersebut
harus diberi patok penunjuk.

Pipa/race way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi standar SII.

4. Race way Melintas / Menembus Dinding.

Bila pipa melintas tembok, penyekatruangan, lantai, langit-langit dan lain-lain, maka lubang
harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui oleh debu, lembab (uap air),
api dan asap.

5. Cable Trench.

Kedalaman parit kabel (cable trench) untuk penanaman kabel di bawah tanah minimal 80
cm dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain, misalnya saluran air, cable trench
dapat dan harus ditanam setelah pengerasan tanah.

19
Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah pengerasan badan
jalan atau bila sebelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas persetujuan Direksi/Pengawas.

6. Konduit Logam Flexibel Tahan Air.

Konduit logam flexibel yang tahan air harus dipakai pada kondisi di mana ada kemungkinan
pengerasan, getaran atau penempatan dalam atmosfir yang korosif, lembab atau berupa
minyak. Termasuk dalam hal ini adalah pemakaian pada kabel masuk ke terminal motor
pompa.

Suatu bungkus (sheath) yang tahan cairan dari polivinyl chlorida (PVC) harus menonjol pada
inti baja yang flexibel.

Sambungan antara konduit yang kaku, fitting dari konduit dan sebagainya dengan konduit
fleksibel harus dibuat dengan fitting jenis "insulated throat type" yang dianjurkan oleh pembuat
dari konduit logam tahan cairan tersebut.

Suatu konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan pentanahan (earth continuity)
harus pula dimiliki oleh race way / konduit ini.

7. Pengakhiran dan Sambungan.

Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan lain-lain, dengan dua
lock nut dan sebuah insulating bushing insert yang harus terbuat dari thermoplastic atau "fibre
minded" yang dimatikan untuk mencegah rusaknya kawat dan kabel dan tidak mengurangi
kontinuitas dari sistem grounding dari race way.

Sambungan untuk race way/pipa logam elektrikal harus dari jenis yang tahan hujan atau fitting
dengan konsentrasi tinggi dengan sistem penguncian interlock compressed.

8. Pentanahan.

Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan ekstra rendah
(50 VAC) harus ditanahkan secara efektip.

Bahan-bahan logam/metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk pelindung


kabel (sheath/armour), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak, armatur, saklar
dengan penutup metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu untuk pentanahan.

Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor pentanahan tidak diperbolehkan.

Dalam hal ini harus digunakan konduktor pentanahan tersendiri yang terbuat dari tembaga
dengan daya hantar yang tinggi.

Luas penampang minimum konduktor pentanahan adalah 6 mm2 dan dimasukkan ke dalam
konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus menggunakan penyambung mekanis
yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.

Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :

a. Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm.

20
b. Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm.

c. Pentanahan untuk penangkal petir maksimum 2 ohm

d. Pentanahan untuk peralatan elektronik harus dibawah 1 ohm

5.1.7 Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya

a. U m u m.

Panel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker, indikator, magnetic
contactor, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan untuk
pemasangan dan operasi yang sempurna dari segenap sistem dan peralatan-peralatannya.

Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki pengalaman yang luas di bidang
manufacturing dan perencanaan panel-panel tegangan rendah dan dapat memberikan keterangan
bahwa panel-panel tersebut telah beroperasi dengan baik selama paling sedikit 3 tahun.

Penawaran harus meliputi reference list sebagai suatu bukti.

b. Panel-panel.

Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kecuali ditentukan lain.

Seluruh assembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat,
dicoba dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan minimum dengan penyesuaian dan/atau
penambahan seperti disyaratkan di bawah ini :

1. Umum.

Setiap panel daya utama harus dari jenis indoor, dead-front, terbuat dari plat baja (metal
clad).

Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur atau rangka profil baja yang
diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak dalam pengiriman atau pemasangan.

Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromekanis serta termal akibat
hubung- singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1 detik).

Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas dan sisi-sisinya dengan
pelat-pelat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa dicapai dari depan maupunbelakang.

Semua alat ukur atau tombol pemilih yang dipersyaratkan harus dikelompokkan pada sisi
depan yang berengsel.

Tutup yang berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan
gerendel/kunci.

Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain-lain harus dipasang pada
sisi belakang dari penutup yang berengsel tersebut.

21
Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grill (louvres) ventilasi untuk membatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang dipersyaratkan
dalam standar VDE/IEC untuk peralatan yang tertutup.

Penutup panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup
(screwed on/bolted on).

Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan


terkena percikan air.

Tebal pelat baja yang digunakan minimum 2 mm.

2. Pull Box.

Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan, harus dipasang
sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi yang sama dengan switch
board pada bagian atas dari switch board.

Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus dari bagian-bagian yang bisa dibuka lepas.
Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbestos atau bahan tahan api yang serupa.

Kabel menuju individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-lubang yang
terpisah- pisah pada dasar pull box ini.

Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang struktur harus bisa dilepas dengan
mudah supaya memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit kabel atau bus duct
yang diperlukan.

Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga terhindar


kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc proofing).

Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan ventilasi dan pemasangan
peralatan circuit breaker yang bisa dipindah-pindahkan bilamana perlu.

3. Konstruksi.

Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan seperti ditunjuk dalam gambar untuk
melaksanakan fungsi yang diperlukan.

Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda menurut
keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan operasi yang dimaksud
dapat dicapai.

Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti dalam urutan yang
tepat untuk mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi).

Tempat struktur bus-bar dan hubungan - hubungannya harus dibangun dan ditunjang
untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi tertentu tersebut.

Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk menjamin daerah
kontak yang baik.

22
4. Ventilasi

Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine. Untuk menjaga
benda-benda asing masuk melalui lubang tersebut, pada bagian dalam harus diberi lapisan
pelat yang juga dilubangi (di-punch).

5. Papan Nama.

Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama yang dipasang
pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat dengan mudah. Cara-cara
pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutus daya atau
alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan mengenai hal ini harus diajukan dalam
gambar kerja.

Mimic diagram berwana biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan komponen-kompo-
nen dan tanda-tanda untuk komponen tersebut.

6. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari.

Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan - ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem pemasangan, pendukung
dan sebagainya, untuk peralatan yang dipasang di kemudian hari.

Kemungkinan penyambungan di kemudian hari dapat berupa peralatan baru, misalnya


saklar, pemutus daya, kontaktor dan lain-lain.

7. Bus-Bar / Rel Daya.

Bus-Bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar dengan rapi
sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi.

Jarak antar rel daya harus memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam PUIL 1987.

Bus-Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard drawn high conductivity" yang
memenuhi standar B.S. 1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara menyeluruh dengan
ukuran sesuai dengan kemampuan 150 % dari arus beban terpasang.

Ukuran bus-bar disesuaikan dengan peraturan PUIL 2000.

Semua Bus-Bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat dari bahan
yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya porselain atau moulded insulator,
sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis yang terjadi
akibathubung-singkat.

Rel daya dicat dengan warna yang sesuai dengan penandaan fasa menurut PUIL.

Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70 oC.

Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full neutral) yang
diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang telanjang, diklem dengan
kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem untuk pengaman dari peralatan yang perlu
ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi bus-bar adalah 3 fasa - 4 kawat - 5 bus.

23
Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan arus lebih besar
dari 63 A harus dilakukan melalui batang-batang tembaga dari jenis yang sama dengan
bus-bar.

Untuk arus yang lebih kecil, diijinkan menggunakan kabel berisolasi PVC (NYY atau NYA).

Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan ukuran-ukuran


dari bus-bar dan susunannya

Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan cara - cara
untuk penyambungan di kemudian hari.

Apabila saluran keluar (out going feeder) yang menuju ke satu teminal terdiri atas beberapa
buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu kabel pada satu
terminal atau bus-bar.

Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan batang tembaga
tambahan untuk menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal yang berlainan.

8. Alat-alat Ukur.

Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang ditunjukkan di
dalam gambar rencana.

Bila digunakan amperemeter selector switch (saklar pindah), pada saat pemindahan
pengukuran arus, saklar pindah untuk amperemeter harus berada pada posisi off, dan pada
posisi ini trafo arus harus dalam keadaan terhubung-singkat.

Meter-meter harus dari type besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang secara tegak
lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan penunjukan melingkar
(minimum 90o), skala linier, dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran
96 mm x 96 mm.

Posisi dari saklar putar untuk voltmeter dan amperemeter harus ditandai dengan jelas.

a. Amperemeter (A-m)
Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar 120 %
dari batas atas penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan penunjuk
berwarna merah (index pointer) untuk menandai besarnya arus beban penuh.

Amperemeter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5 kW atau lebih
pada salah satu fasanya.

Amperemeter harus mampu untuk menahan pergerakan yang timbul akibat arus start
motor dan mempunyai skala overload yang rapat (compressed) untuk keperluan
pembacaan arus start tersebut.

Pada amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukkan nol (zero


adjusment) berupa sekrup pemutar dibagian depan.

b. Voltmeter (V-m)
Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai skala penunjukan
yang lebar.

24
Voltmeter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman jenis HRC dengan
arus nominal 3 A.

Pada voltmeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukkan nol (zero


adjustment) berupa sekrup pemutar di bagian depan.

9. Trafo Arus.

Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor type), jenis
jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-standar VDE untuk
keperluan pengukuran.

Pemasangan harus dilakukan secara kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis yang
timbul pada waktu terjadinya hubung-singkat 3 fasa simetris.

Trafo arus untuk amperemeter juga boleh digunakan bersamaan dengan kWh-meter
dengan syarat tidak mengurangi ketelitiannya.

Bila ternyata ketelitian terganggu, harus digunakan trafo arus khusus (terpisah).

10 Kabel-Kabel Kontrol.

Kabel kontrol (control wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di pabrik / bengkel
secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis.

Ukuran kabel kontrol minimum 2,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan tegangan nominal 600
volt.

Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus dipasangkan sepatu kabel
dengan ukuran kabelnya dan dikencangkan dengan alat penekan (press-tang/kerf tang)
secara baik, sehingga dapat dicegah terjadinya hubung longgar (lost contact).

Setiap pemasangan ujung kawat kontrol atau pengukuran pada terminal peralatan harus
cukup kencang dan kokoh.

11 Merk Pabrik.

Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik.

Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya


pada rangka panel.

12. Peralatan Pengaman / Pemutus Daya.

a. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih besar dari 63 A dan lebih kecil dari
800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit breaker - MCCB) yang
memenuhi standar B.S. 4752 Part 1 1977 atau IEC 157.1 dan sesuai untuk
temperatur operasi 40 oC (fully tropical ized) dan mampu beroperasi untuk tegangan
660 VAC dengan rating 1000 VAC.

25
- MCCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed" baik pada posisi
horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance.

- Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan
silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan
membuka kontak - kontak utamanya secara menyapu (wiping action).

- Mekanisme operasi harus dari jenis " quick make" dan "quick break" secara
simultan pada ketiga / keempat kutubnya sewaktu opening, closing maupun trip.

Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama menutup kembali
tanpa sengaja.

- Handel togel MCCB harus dapat membuka semua kutub (kontak utama) secara
bersamaan (simultan). Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub
harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara bersamaan.

- MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing - masing kutubnya


yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban lebih (overload - inverse time)
secara mekanis dengan bimetal, pengatur arus hubung-singkat
(overcurent - instantaneous) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).

Untuk motor protection, hanya dipasang magnetic overcurrent protection.

- Pada MCCB dengan rating 250 A - 630 A thermal-magnetic trip unit harus dari
jenis interchangeable trip unit, sedangkan untuk MCCB di atas 630 A
menggunakan solid-state relay yang dienergize oleh CT yang terpasang di dalam
MCCB sehingga tidak memerlukan catu daya dari luar MCCB.

- Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu ON, OFF dan TRIP.

- Kapasitas pemutusan arus kesalahan (interrupting / breaking capacity) tidak


kurang dari 50 kA.

b. Miniature Circuit Breaker (MCB).

MCB digunakan rangkaian cabang dengan arus sampai 63 A, harus memenuhi per-
syaratan B.S. 4752 /Part 1 1977 atau IEC157.1 (fully tropicalized), mampu beroperasi
untuk tegangan sampai 660 VAC dengan rating 1000 VAC.

- MCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed", baik pada posisi
horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance.

- Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan
silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan
membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping action).

- Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah kontak utama
menutup kembali tanpa sengaja.

- Handel togel MCB tiga fasa harus dapat membuka semua kutub (kontak utama)
secara bersamaan (simultan).

26
Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus menyebabkan ketiga
kutub membuka secara bersamaan.

- MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih (overload-inverse


time) secara mekanis dengan bimetal dan arus hubung-singkat (overcurent-
instantaneous) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).

Arus nominal dari MCCB dan MCB harus sesuai dengan gambar, dengan kapasitas
pemutusan (breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut.

Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung-singkat 3 fasa simetris


yang mungkin terjadi pada titik-titik beban dan menganjurkan jenis MCCB serta MCB
yang sesuai. Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang disarankan untuk
digunakan harus disertakan pada saat penawaran pekerjaan.

c. Fused Knife Switch.

Fused knife switch yang digunakan harus memenuhi persyaratan B.S. 5419 : 1977
(fully tropicalized)

- Kecepatan penutupan dan pembukaan saklar harus bebas dari kecepatan


gerak tangan operator dengan mode quick make / quick break.

- Pemasangan fused knife switch di dalam panel harus sedemikian rupa,


sehingga pada kondisi membuka, penutup switch tidak menghalangi pintu panel
untuk ditutup.

- Semua fuse yang digunakan harus dari jenis HRC (high rupturing capacity)
yang memenuhi standar B.S. 88 dan mempunyai fusing factor kelas Q1 dan
kategori kerja AC 46.

- Fuse carrier dan holder harus terbuat dari keramik atau dari high density
phenolic moulding yang memenuhi persyaratan B.S. 771 / 159.

e. Kontaktor.

Kontaktor-kontaktor atau rele kontrol harus memenuhi persyaratan B.S. 5424 |Part 1 :
1977.

- Rating kontaktor atau rele harus sesuai dengan gambar dan tidak kurang
dari 10 A. Rating tersebut harus merupakan rating kontinyu.

- Semua kontak (kutub) kontaktor atau rele harus dilapis dengan perak (silver).

- Coil dari kontaktor atau rele harus mempunyai rating tegangan 220 V, 50 Hz.

13. Terminal Pembantu.

Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan beberapa kabel yang
disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor harus juga menyediakan terminal pembantu
yang diperlukan.

27
Terminal pembantu tersebut harus terbuat dari bahan yang sama dengan terminal utama
dengan kapasitas hantar arus yang sesuai dan dilubangi sesuai dengan ukuran sepatu kabel
yang digunakan. Setiap mur-baut yang digunakan harus dikencangkan dengan baik agar
terhindar dari kemungkinan hubungan-longgar (contact lost).

5.1.8 Peralatan Penerangan.

1. Umum

Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan serta alat-alat lain
yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna dari semua peralatan penerangan.
Fixture harus seperti yang disyaratkan dan ditunjuk pada gambar-gambar.

2. Kualitas dan Pengerjaan.

Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun khusus harus dari
kualitas terbaik.

Pengerjaan harus kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan standar komersil yang
utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul, atau seperti yang disyaratkan di sini.

Armatur ex ARTOLITE atau setara.

3. Jenis Armature.

a. Lampu-lampu Flourescent (TL)

Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe.

Untuk twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadakan efek
stroboskopis.

Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja sehingga
mencapai minimum 0,96. Balast harus dari tipe low losses.

Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi standar
PLN/SII/LMK.

b. Lampu Down Light.

Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang tertentu menggunakan jenis lampu
sesuai dengan gambar rencana. Pada daerah selasar bangunan kantor utama menggunakan
reflektor gold sedangkan untuk pemasangan di dalam ruangan lainnya menggunakan reflektor
silver.

c. Lampu Baret.

Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca susu dengan lampu
pijar (incandescent) atau lampu TL circle 32 W sesuai dengan kebutuhan.

d. Lampu Taman.

28
Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana arsitektur lengkap dengan tiang yang
diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasangkan box berisi fuse 2 A dan terminal
penyambungan kabel.

Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYM 3 x 2,5 mm2 dengan salah
satu inti kabel dipasangkan ke badan metal lampu untuk pentanahan.

Jenis lampu mercury adalah mixed type (ML) yang penyalaannya tidak memerlukan ballast.

4. Pemasangan.

Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh tukang yang
berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui Direksi/ Pengawas.

Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan lain yang perlu agar
diperoleh hasil pemasangan yang baik.

Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga betul-betul lurus.

Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak boleh mempunyai
sela-sela di antara bagian-bagian fixture dan permukaan - permukaan di sebelahnya.

Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).

Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan tersebut harus siap
untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi sempurna serta bebas dari semua cacat
/kekurangan.

Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus menyala secara
lengkap.

.
PASAL 6 . PENGUJIAN DAN PENYETELAN PERALATAN DAN SISTEM.

6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian (testing), penyetelan serta
commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.

6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang tergabung dalam pekerjaan
renovasi sistem listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh
kontraktor.

Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan
pengujian dan commisioning.

6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan Direksi/Pengawas antara
lain :

a. Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian (section) maupun keseluruhan
(overall).

b. Pengujian pentanahan panel.

c. Pengujian kontinuitas konduktor/kabel.

29
d. Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.

e. Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out)

f. Load testing.

g. Penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan mencatat data setelan yang
dilakukan.

h. Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan resmi yang ditunjuk
Direksi/Pengawas.

6.4 Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di atas atau standar-standar
yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.

C. SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS PEKERJAAN TELEPON

PASAL 1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan telepon yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor
dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan instalasi telepon ini meliputi :

2.1. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi telepon (PABX) lengkap dengan peralatan - peralatan yang
diperlukan, sehingga sistem bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan perencanaan.

2.2. Menyelesaikan seluruh perijinan yang diperlukan sehingga dapat terjamin kelancaran pekerjaan hingga dilakukan
serah terima pekerjaan.

2.3. Melaksanakan pengujian terhadap instalasi sesuai dengan standar PT. TELKOM dengan disaksikan oleh
Direksi/Pengawas yang akan menyatakan bahwa instalasi berfungsi dengan baik dan dapat diterima.

2.4. Melaksanakan pemeliharaan sistem (garansi) sekurang-kurangnya selama 12 (dua belas) bulan, termasuk
penyediaan suku-cadangnya.

PASAL 3. PRINSIP PERENCANAAN.

Yang dimaksud dengan instalasi telepon adalah instalasi PABX dengan saluran terbagi menjadi dua bagian yaitu :

- TRUNK, adalah saluran yang berhubungan langsung ke saluran jaringan telepon PT. TELKOM atau saluran yang
digunakan untuk interkoneksi antar PABX

- EXTENSION, adalah saluran cabang dari PABX yang dihubungkan ke pesawat telepon intern.

30
Mode operasi yang dapat diprogramkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap pesawat telepon extension adalah sebagai
berikut :

- Direct Access, yang memungkinkan hubungan antara pesawat telepon extension dengan pesawat telepon luar
(saluran PT. TELKOM) secara otomatis tanpa bantuan operator.

- Indirect Access, diperlukan bantuan operator agar saluran extension dapat berhubungan dengan saluran PT. TELKOM.

- No Access, mencegah sama sekali hubungan suatu saluran extension dengan saluran PT. TELKOM

- Toll Access, yang memungkinkan hubungan interlokal secara langsung dari suatu saluran extension tanpa bantuan
operator

Pada gambar rencana dapat dilihat titik outlet saluran extension. Status mode yang diinginkan akan ditentukan kemudian.

Setiap titik outlet di dalam gambar rencana tersebut merupakan titik outlet lengkap dengan hand set (pesawat telepon).

Selanjutnya operasi sistem yang diinginkan dapat diuraikan seperti di bawah ini :

A. OPERASI SISTEM

1. Flexible Numbering Scheme

Penomoran pesawat extension (cabang) berupa 2 atau 3 angka yang dapat dipilih secara bebas.

2. DTMF Transmitter + Receiver

Dapat menggunakan pesawat DTMF 12 atau 16 keypad (Q23) dengan atau tanpa FLASH key dan dapat
disambungkan ke CO line/sentral PTT DTMF atau decadic (pulse signalling).

3. Synthesized Music on Hold

PABX telah dilengkapi dengan chip IC synthezised music untuk keperluan Music on Hold bila diinginkan
(switchable).

4. External Music on Hold

Dapat dihubungkan dengan sumber musik luar (misalnya tape) untuk menggantikan Synthesized Music on Hold
diatas (switchable), dilengkapi dengan rangkaian pemutus arus untuk tape tersebut yang akan bekerja bila ada yang
menggunakan fasilitas hold atau transfer .

5. Paging All Zones

Mempunyai rangkaian paging untuk minimal 4 zone yang dapat dihubungkan dengan sound-system yang ada.
Semua extension dapat memanggil melalui paging dengan menggunakan pesawat teleponnya sendiri dan orang
yang dituju dapat menjawab/ menghubungi melalui pesawat extension yang terdekat.

6. SMDR ACCESS

Bila diperlukan dapat dilakukan Station Message Detail Recording (SMDR) dengan perekaman pada printer serial.

Perekaman printer antara lain :

- judul : nama perusahaan, hari, tanggal, bulan, tahun.

31
- isi : nomor ext, nomor trunk, jenis hubungan (lokal, SLJJ, internasional), tanggal, bulan, tahun, waktu,
duration (jam, menit, detik) jumlah pulsa (bila ada pulsa balik dari PT. TELKOM), nomor yang
diputar keluar (maks. 32 digit).

7. Night Service

Setelah operator pulang, incomming call dapat dijatuhkan ke dua extension yang berlainan, misalnya ke extention A
dan B.

Dapat juga disambungkan dengan extra bell, yang memungkinkan setiap orang dapat mengambil panggilan masuk
tersebut dengan memutar kode untuk NCP (Night Service Call Pick-up).

8. 12 Volt Battery Back-Up

Bila listrik PLN padam, PABX harus dapat bekerja dengan sumber tenaga dari batere selama lebih- kurang 8 jam.

9. DOD Barring

Setiap extension dapat diprogram untuk bekerja secara direct access, indirect access, no access dan toll access.

10. Busy Lamp Field (BLF) / Direct Station Sel (DSS)

Setiap pesawat operator dapat disambungkan dengan BLF/DSS yang berfungsi sebagai indikator, single button
transfer, call pick-up, call forwarding, membantu dalam pemrograman.

Setiap BLF/DSS berisi 30 buah LED dengan rangkaian 2 buah (60 extension).

11. Programming

Dapat dengan mudah melakukan programming (pemasukan data) melalui operator dengan password tertentu
sehingga kerahasiaan terjamin.

12. Internal Electronic Directory

Setiap extension dapat diprogramkan nama yang bersangkutan sehingga apabila operator memanggil atau
dipanggil, pada operator console terdisplay nama orang pada extension tersebut (minimum 9 karakter).

B. OPERASI EXTENSION / STATION

1. Jenis Pesawat Yang Dipakai


Dapat digunakan multi line station (masing-masing 1 port) atau single line station (masing-masing 1 port).

Dalam hal single line station digunakan decadic push-button (10 atau 20 pps) atau DTMF 12 atau DTMF 16 tombol.

2. Internal Call
Setiap extension dapat berhubungan dengan extension lain yang ada di dalam sistem PABX, kecuali bila diprogram
no access.

3. Internal / External Inquiry Call

Selama seseorang (pihak A) sedang berbicara dengan B, salah satu dari mereka dapat memanggil pihak ketiga (C)
baik di dalam (intern) maupun di luar (PT. TELKOM) bila ia diberi fasilitas keluar langsung (DOD / direct access).

32
4. Back and Forth (BNF)

Dari proses inquiry di atas, dapat dilakukan BNF, yaitu bila pihak A yang melakukan inquiry call, ia dapat memilih
berhubungan dengan B atau C bergantian. Pihak yang tidak terlibat akan diberi nada tunggu atau musik (bila
dipasang music on hold).

5. Internal / External Transfer

Dari proses BNF di atas, A dapat mentransfer hubungan dari C ke pihak B yang sedang menunggu, yaitu dengan
menutup / release pesawat teleponnya.

Dengan demikian C terhubung langsung dengan B.

6. Automatic Transfer

A sedang berhubungan dengan pihak luar (PTT) dan dapat mentransfernya ke pesawat B tanpa harus berbicara
dahulu dengan pihak B.

7. Internal Conference (3 pesawat cabang)

Dari inquiry call atau BNF, pihak A (yang pertama kali melakukan inquiry call) dapat melakukan 3 - party
conference, yaitu berbicara bertiga antara A, B dan C sekaligus.

8. External Conference (2 internal + 1 external)

Sama dengan internal conference, tetapi salah satu dari B atau C adalah pihak luar (PTT)

9. Automatic Callback on Busy Station (ACB)

Seluruh extension dapat menggunakan fasilitas ini tanpa pembatasan. Bila A ingin menghubungi B, ternyata B
sedang sibuk (mendengar nada sibuk), maka A dapat mengaktifkan ACB dan akan mendengar special tone, yang
menandakan ACB telah aktif.

Bila B selesai berbicara dan menutup pesawatnya, maka pesawat A berdering dengan nada lain sedangkan B
berdering dengan nada normal. Program ACB ini harus dapat dicancel.

10. Booking Trunk

Bila A ingin mengambil line PTT, sedangkan saluran trunk penuh, maka ia dapat mem-book trunk tersebut. Bila
salah satu trunk telah bebas, maka pesawat A berdering seperti nada ACB dan bila diangkat akan terdengar tone
PTT.

Program ini harus juga bisa dicancel.

11. Do Not Disturb (DND)

Program ini memungkinkan seseorang tidak dapat diganggu atau dipanggil oleh extension lain.

Hanya operator yang dapat memanggil pesawat yang sedang dalam kondisi DND. Seluruh extension dapat
menggunakan fasilitas ini kecuali operator.

Bila operator menekan DND, maka status berubah menjadi night service.

Program ini juga harus dapat dicancel.

33
12. Busy Override (intrusion)

Fasilitas ini diberikan kepada extension yang memerlukannya, misalnya Kepala Bagian atau Sekretaris
(programmable).

Program ini memungkinkan penerobosan ke dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan memberikan
nada beeb berulang-ulang, kecuali pihak yang akan diterobos mempunyai fasilitas tidak bisa diterobos (protection
against intrusion).

Hanya operator yang bebas menerobos ke mana saja.

13. Protection Against Intrusion

Fasilitas pencegahan penerobosan oleh pesawat lain, kecuali oleh operator.

14. Follow-Me (FM)

Yaitu fasilitas yang dapat memindahkan / membelokkan panggilan ke pesawat lain yang diinginkan. Pesawat
tersebut hanya dapat dipanggil oleh pesawat yang di follow-me, sedangkan operator tidak dapat menggunakan
fasilitas ini.

15. Individual Call Pick-Up (ICP)

Bila pesawat B berdering, maka A dapat memanggil panggilan untuk B tersebut dari tempatnya.

16. Night Service Call Pick-Up (NCP)

Bila operator di dalam kondisi night service, maka setiap extension dapat mengambil panggilan yang masuk
(incoming), yaitu bila extension night service (yang ditunjuk) atau extra bell berdering.

17. Direct Outward Dialling (DOD)

Fasilitas ini untuk hubungan keluar / line PT. TELKOM bagi extension yang diperbolehkan (direct access).

18. Speed Dialling (SD)

Nomer luar / PT. TELKOM dapat disingkat menjadi 3 atau 4 angka. Harus dapat menyimpan sampai 90 nomer
sebagai "common speed dialling".

Jenis speed dialing yang bisa dipakai adalah lengkap, yaitu hanya memutar nomer SD-nya atau tidak lengkap, yaitu
setelah memutar nomer SD-nya dan ditambah nomer tertentu/sisa dari nomer PT. TELKOM yang bersangkutan
dengan maksud agar lebih bersifat rahasia.

19. Call Park

Bila A sedang berbicara dengan luar (PTT), maka ia dapat memparkir lawan bicaranya dan bisa diambil kembali di
mana saja dari setiap extension yang ada. Selama parkir, pihak luar mendengar nada tunggu atau music bila diberi
music on hold.
Terdengar special tone yang menyatakan program ini sudah aktif.

20. Call Hold

Bila A sedang bicara dengan luar (PT. TELKOM), maka ia dapat menghold pihak luar tersebut dan mengambil
kembali dari pesawatnya sendiri.

34
Selama dihold pihak luar mendengar nada tunggu atau musik dan A dapat mengadakan hubungan baru intern atau
extern (PTT).

21. Consultation Hold

Bila A ingin mentransfer hubungan luar (PTT) ke pesawat B dan ternyata B sibuk, ia dapat langsung menutup
pesawatnya dan pihak luar mendapat nada tunggu atau musik, sedang di pesawat B akan terdengar nada beeb
sekali, tidak diulang.

22. Sending Message to Operator

Bila A menghubungi operator atau extension yang menggunakan operator consule dan tidak ada jawaban atau
tidak diangkat, maka A dapat memutar nomer tertentu dan pada display operator consule tertulis nomer extension A
yang menandakan bahwa A tadi telah menghubungi operator.

Minimum dapat diterima 2 message (pesan).

23. Direct Access

Setiap extension dapat diberikan fasilitas ini.

Bila A mengangkat pesawat teleponnya dan tidak melakukan dial apa-apa dalam selang waktu tertentu (misalnya 4
detik), maka ia akan tersambung langsung ke salah satu pilihan seperti sebagai berikut :

- operator
- internal extension
- trunk (PT. TELKOM)

C. OPERASI SISTEM MULTI LINE STATION

1. Semua cara operasi station (B 1 - B 23) harus dimiliki oleh operator console (multi line station).

2. LCD Screen Display (16 characters)


Operator Console harus mempunyai display LCD untuk informasi :

- trunk yang dipakai


- nomer luar (PT. TELKOM) yang diputar
- nomer dan nama extension yang dipanggil
- nomer dan nama extension yang memanggil
- lamanya pembicaraan luar (PT. TELKOM)
- tanggal dan jam
- message waiting

3. Programmable Keys / Button


Terdapat sejumlah tombol yang dapat diprogram sesuai dengan keinginan si pemakai, misalnya untuk DOD, speed
dialling ke rumah, filtering, forwarding ke sekretaris dan lain sebagainya.

4. One Button = One Function


Setiap tombol mempunyai fungsi sendiri-sendiri, sehingga tidak perlu menghafal kode-kode seperti pada single line
station. Dibedakan fungsi tombol- tombol tersebut, yaitu :
- programmable keys

35
- keypad keys (16 keys)
- control keys
- facilities keys

5. Total Hands Free

Bisa dioperasikan dengan mode hands free baik untuk internal maupun external (PTT). Dilengkapi pula dengan
pengatur volume suara.

6. Intercom

Bila tombol hands free ditekan , bila ada panggilan secara otomatis akan terhubung tanpa harus mengangkat
hand-set dan dapat berbicara langsung melalui microphone yang ada (mode hands free).

Bila lawan bicara telah menutup teleponnya, secara otomatis ia terputus (release).

7. External Conference (2 PTT + 1 internal)

Dapat melakukan 3- party conference antara 2 saluran PT. TELKOM dengan 1 saluran intern.

8. Filtering

Dapat berfungsi sebagai Chief Secretary di mana setiap panggilan untuk Kepala Bagian / Direktur ditampung
dahulu oleh Sekretarisnya untuk dikonsultasikan apakah akan diterima atau tidak.

9. Group Listening

Memungkinkan orang lain mendengarkan suatu pembicaraan dengan menekan sebuah tombol khusus.

Dalam mode hands free, group listening secara otomatis berlangsung.

10. Station Test / Self Test

Dapat mengetahui dengan mudah dan cepat apakah operator console dalam kondisi baik atau rusak.

11. Different Ring Tones

Terdapat kemungkinan pemilihan irama bell

12. User Password

Memiliki kemungkinan penggunaan password sesuai yang diinginkan.

13. Individual Locker (Padlock)

Dengan menggunakan user password, pemilik dapat mengamankan pesawatnya sehingga tidak dapat digunakan
oleh orang lain untuk mengadakan hubungan extern (PTT), sedangkan hubungan intern masih dapat dilakukan.

14. Call Forwarding (CF)

Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Seperti Follow-Me untuk single line


2. Fixed CF dengan menggunakan programmable keys.

36
15. Time Delay Forwarding (TDF)

Sama halnya dengan fixed CF, diprogram dengan programmable keys.

Bila extension ini dipanggil dan dalam waktu tertentu tidak diangkat (misalnya 10 detik), maka panggilan akan
dibelokkan ke extension yang telah ditentukan, misalnya ke Sekretaris.

16. Redial of Last Number Stored

Dapat men-dial kembali nomer luar (PT. TELKOM) yang telah disimpan. Program ini dapat dicancel.

17. Alarm Clock (Meeting Reminder)

Bila pada jam tertentu ingin diingatkan adanya acara (misalnya rapat), dapat diprogramkan waktu yang akan
membunyikan alarm.

18. Individual Speed Call

Mempunyai fasilitas individual speed call minimal 10 nomer.

19. Data Transmission in Q23 Code

Setelah berhubungan dengan PT. TELKOM atau intern, dengan menekan sebuah tombol khuhus, ke 16 buah
keypads berfungsi sebagai DTMF dan akan dikirim langsung ke pihak luar. Dengan demikian dapat digunakan
untuk mengirim kode-kode (DTMF Q23), misalnya untuk membuka password dan lain sebagainya di pihak lawan.

Bila fungsi ini telah aktif maka suara dari pihak lawan tidak dapat terdengar lagi.

20. Flash Key

Selain berfungsi sebagai flashing on private trunk line, juga dapat digunakan untuk mengambil kembali trunk line
normal yang sedang digunakan setelah diketahui nomer luar sedang sibuk atau telah memutar nomer luar yang
salah.

D. OPERASI OPERATOR CONSOLE

1. Semua mode operasi multi line station di atas, kecuali Do Not Disturb (DND), Call Forwarding, Intercom, Filtering,
Background Music.

2. Operator Station Call


Setiap extension dapat memanggil operator dengan memutar 1 atau 2 digit (misalnya 9).

3. Message Center
Apabila operator memanggil extension A (memakai multi line) dan tidak ada jawaban, ia dapat mengirim pesan
(message) bahwa telah ada panggilan dari operator.

4. Do Not Disturb Override


Operator dapat menghubungi setiap extension walaupun sedang dalam posisi Do Not Disturb (DND).

5. Personalized Call Routing (PCR)


Operator dapat mengarahkan incomming call setiap trunk-line ke extension yang ia tunjuk. Untuk 1 trunk-line dapat
diarahkan maksimum ke 8 extension yang berlainan dan semua trunk-line yang ada dapat diprogram ke satu
extension atau lebih.

37
6. Trunk Reservation

Dengan fasilitas ini operator dapat mencadangkan 1 trunk-line untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak.

7. Night Service Button

Bila operator pulang, dengan menekan tombol "DND" maka terjadi mode night service.

8. Display of Power Failure (Running of Battery)

Operator dapat mengetahui apakah sistem PABX sedang menggunakan tenaga dari batere atau listrik PLN.

PASAL 4. PERSYARATAN UMUM KONTRAKTOR PELAKSANA.

4.1. Instalasi telepon harus dikerjakan oleh kontraktor yang secara teratur mengerjakan pekerjaan instalasi telepon.

4.2. Kontraktor harus mengerjakan instalasi telepon sesuai dengan peraturan atau standar PT. TELKOM.

4.3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana, kecuali bilamana perlu dapat diusulkan untuk dilakukan
perubahan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada Pemberi Tugas. Perubahan tadi dapat dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.

4.4. Kontraktor harus menyerahkan daftar pekerja pelaksana dengan kualifikasi akhli serta nama penang-
gung-jawabnya.

4.5. Dalam waktu 30 hari setelah dinyatakan sebagai pelaksana, Kontraktor diharuskan untuk menyerahkan daftar
bahan yang akan dipasang lengkap dengan katalog, spesifikasi dari pabrik, wiring diagram dll.

PASAL 5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1. Pengawatan instalasi telepon di dalam tembok bangunan dilakukan secara inbouw (tertanam) dengan sparing
kabel menggunakan pipa PVC high impact - heavy gauge yang memenuhi standar SII atau di dalam partisi
antarruang.

5.2. Kabel instalasi di dalam bangunan yang digunakan adalah indoor telephone cable yang memenuhi standar PT.
TELKOM (STEL-K-002 dan STEL-K-011) dengan diameter minimal 0,6 mm2, diletakkan di dalam konduit PVC
high-impact heavy gauge yang dipasangkan ke pelat lantai di atas plafond.

5.3. Sambungan antara MDF (Main Distribution Frame) dengan IDF (Intermediate Distribution Frame) harus
menggunakan multicore indoor telephone cable (ITC), sedangkan dari IDF ke masing-masing pesawat extension
menggunakan 2 (two) pairs telephone cable.

5.4. Tidak diperkenankan ada sambungan kabel di dalam pipa sparing dan di setiap ujung, persimpangan,
pencabangan atau pembelokan harus menggunakan friction box dari bahan metal.

5.5. Kabel yang digelar di atas plafon / ceiling harus dimasukkan ke dalam pipa PVC high impact - heavy duty,
diletakkan di atas rangka dan diklem dengan kokoh.

5.6. Instalasi kabel di luar bangunan (yang menghubungkan antar bangunan) menggunakan kabel tanah berperisai baja
(Jelly Filled Armoured Underground Telephone Cable) multicore yang memenuhi standar PT. TELKOM
STEL-K-007.

38
5.7. Penyambungan kabel tanah diusahakan tidak dilakukan, akan tetapi bilamana terjadi harus menggunakan mof
kabel khusus yang sesuai dan diberi kelebihan panjang secukupnya.

5.8. Kedalaman galian untuk kabel tanah harus memperhatikan gangguan mekanis yang mungkin timbul.

Di atas kabel diletakkan bata pelindung dengan konstruksi sesuai dengan rencana.

Untuk kabel tanah yang melintasi jalan, digunakan sparring pipa GIP kelas medium.

PASAL 6. PERSYARATAN MATERIAL

6.1. PABX

a. Peralatan PABX yang digunakan harus mempunyai fasilitas yang memungkinkan operasi sistem diatas
terpenuhi dan telah mendapat sertifikat dari PT. TELKOM.

b. Mampu bekerja dengan baik dalam kondisi temperatur 0 - 45 oC dengan gradient 5 o C tiap jam, kelembaban
relatif (RH) 20 - 80 % dengan gradient 10 % perjam (tropicalized).

c. Bagian switching PABX harus dari type bekerja cepat secara elektronis (Electronic PABX) tanpa menimbulkan
bunyi yang mengganggu.

d. Kapasitas PABX yang digunakan adalah 8 trunk dan 30 extension (8/30).

e. Teknologi yang digunakan harus paling akhir, minimal mempunyai kemampuan sebagai berikut :

- TDM (Time Division Multiplexing)


- SPC (Stored Program Control)
- Microprocessor Controlled, dilengkapi dengan EPROM (128 K x 8 bit), static RAM (16 K x 8 bit) dan
CMOS RAM (16 K x 8 bit) untuk setiap multi line dan DSS/BLF.

Programming harus dapat dilakukan dari operator console.

f. Setiap kemungkinan penambahan trunk dan extension di kemudian hari harus dimungkinkan dengan
memasangkan card (module) yang sesuai.

g. Sumber tegangan utama yang digunakan adalah listrik PLN 220 volt (fluktuasi 10 %), 50 Hz dan sebagai
sumber daya cadangan digunakan batere 12 V, 110 AH untuk memungkinkan beroperasi selama 8 jam
otonomi.

Dilengkapi dengan floating rectifier / charger.

Khusus untuk back-up CMOS RAM digunakan batere Ni-Cd 3,6V / 100 mAH.

h. Sistem pengkabelan menggunakan hubungan bintang (dari PABX), multi-line station menggunakan 3 pair
cable dan single line station menggunakan 1 pair cable dengan DC loop resistance 1600 ohm termasuk
tahanan pesawat telepon.

6.2. Pesawat Telepon (Handset)

Pesawat telepon (hand set ) yang digunakan harus sesuai dengan sistem kerja PABX, dengan tekhnologi terbaru,
dari jenis desk top / wall mountable telephone, decimal key pad, last number redial, one- hook button, electronic
ringer with volume control.

39
Jumlah serta jenis unit-unit pesawat telepon sesuai dengan uraian lingkup pekerjaan.

a. Analog Telephone Handset.

Telepon analog yang digunakan harus merupakan telepon serbaguna yang bisa dipilih mode signal
operasinya yaitu DTMF (Dual Tone Multy Frequency) dan Pulse (Decadic).

Peralatan ringing menggunakan electronic tone ringer dengan piezoelectric disc sebagai tranducer yang bisa
dipilih kekerasan dan karakter suaranya (paling tidak empat pilihan).

Harus juga memiliki fasilitas last number redial. Nomer redial dapat dihilangkan dari memory selama
melakukan panggilan untuk memungkinkan pemrograman nomer baru yang diterima selama melakukan
pembicaraan.

Karakteristik teknis :

Signalling DTMF :

- frequency : CCITT req Q23


- tolerance : +/- 1,5 % (temperature/age)
- levels : CEPT specification

Signalling (Decadic Pulse) :

- speed : 10 Hz
- ratio : 40/60
- interdigital pause : 80 ms

Transmission :

- sending : SLR + 1 db on 1500 ohms line


- receiving : RLR - 10 db on 1500 ohms line
- sidetone : STMR > + 7 db
0-1500 ohms line,48V and 2x200 ohms feeding
- microphone : electret

- receiver : electromagnet
- distortion : < 5% for sending and receiving

Feeding :

- public or private, polarity independent, 60 V, 2 x 500 ohms or 48 V, 2 x 200 ohms to 2x 800 ohms

Environmental Range :

- operation : - 15 oC to + 45 oC
- storage : - 40 oC to + 70 oC

Line Connection :

- 2 wire

40
Digit Store :

- 1 x 23 characters for last number redialing

Push Button Unit:

- conductive rubber contact and presspoint contact.

R - Button :

- earth on timed break signalling

b. Digital Telephone Handset.

Telepon digital yang digunakan harus memiliki kemampuan-kemampuan sbb. :

- 3 access line
- 12 programmable keys
- alphanumeric display (2 * 20)
- hands-free operation
- volume control
- tone ringer character and adjustable volume
- transfer
- mute function

Pada saat dioperasikan sebagai unit extension, harus memiliki kemampuan tambahan sebagai berikut :

- message waiting
- call diversion
- call back
- additional line
- free on second access
- external number redial
- dial-by-name
- call pick-up
- conference
- intrusion
- hot-line

Karakteristik teknis :

Transmission (CEPT recommendations) :

- sending : SLR + 6 db
- receiving : RLR + 3 db
- sidetone : STMR + 18 db
- microphone : electret
- receiver : electromagnet
- distortion : < 5% for sending and receiving

Feeding :
- public or private, polarity independent, 60 V, 2 x 500 ohms or 48 V, 2 x 200 ohms to 2 x 800 ohms

41
Environmental Range :

- operation : - 15 o C to + 45 oC
- storage : - 40 o C to + 70 oC

Line Connection :

- 2 wire

Push Button Unit :

- conductive rubber contact and presspoint contact.

R - Button :

- earth on timed break signalling

Tone Ringer :

- three different characters and two level, alternatively switched off.

c. Operator Console.

Operator console yang diinginkan adalah dari jenis digital, dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

- 34 programmable keys
- 4 soft keys
- 3 access line
- 4 x 20 characters
- alphanumeric display
- hands-free operation
- volume control
- tone ringer character and adjustable volume
- transfer
- mute function

6. 3. Main Distribution Frame (MDF) dan Intermediate Distribution Frame (IDF).

Unit MDF yang digunakan minimum berkapasitas 30 pairs dan unit IDF/CTB berkapasitas 30 dan 20 pairs.

Kabinet terbuat dari pelat baja dengan ketebalan minimum 2 mm, dicat bakar, lengkap dengan peralatan-peralatan
yang diperlukan, antara lain back mounted frame, mounting material, label holder, jumper wire guide, rag bolt & nut,
sealing putty dan connection module jenis tekan sisip LSA-PLUS dan alat-alat bantu lainnya.

Terminal koneksi kabel harus mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, tidak terpengaruh oleh iklim, debu dan
serangga, mempunyai tahanan kontak yang rendah (kurang dari 1 mohm) serta tidak terpengaruh oleh getaran
(lalu-lintas kendaraan), kendurnya sekrup dan kesalahan faktor manusia.

42
Bahan dari kontak adalah tembaga khusus dengan elastisitas tinggi dan permukaannya dilapis perak sehingga anti
korosi, dengan posisi penempatan yang baik agar dapat memberi tekanan yang maksimum pada konduktor di titik
kontaknya.

Metode pemasangan konduktor adalah tekan-sisip yang akan membuka isolasi kabel hanya pada titik kontaknya,
sehingga memberikan kondisi tahan terhadap pengaruh udara luar (gas tight).

Pemasangan MDF dan IDF harus sedemikian rupa, sehingga diperoleh hasil pemasangan yang rapi, kokoh dan
mudah diperiksa (dibuka).

PASAL 7. TRAINING.

Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan minimum 7 (tujuh) hari training
di lapangan kepada Operator dari pihak Pemberi Tugas sampai dapat diterima kecakapannya.

PASAL 8. KETENTUAN LAIN.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mamasukkan shop drawing kepada Direksi/Pengawas untuk
memeproleh persetujuan, mengenai :

8.1. Connection diagram

8.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan

8.3. Data-data spesifikasi

8.4. Konfigurasi sistem PABX

Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final Inspection), kalibrasi dan lain-lain harus
dilakukan pihak Kontraktor dengan dihadiri oleh pihak Direksi/Pengawas dan Konsultan

PASAL 9. MEREK.

- PABX dan handset ex PANASONIC , NEC atau setara

- Kabel instalasi ex SUPREME atau setara

- Cable conduit ex CLIPSAL atau setara

- Telephone receptacle outlet ex JUNG atau setara

D. SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan
oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

43
PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah semua pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir jenis non-conven-
tional non-radioactive, termasuk batang penerima (air terminal), down conductor, pentanahan dan bak kontrolnya serta
peralatan lainnya yang berkaitan dengannya, sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang ter-
tera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah
terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem
penangkal petir sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk
menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau gambar
dokumen.

PASAL 3. PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN MATERIAL.

3.1. Air Terminal.

a. Air terminal harus dari jenis non-radioactive, self powered dan tidak mempunyai bagian-bagian yang bergerak.

b. Air terminal harus dari jenis yang mempunyai respons dinamis terhadap terjadinya down leader dari petir
dengan membangkitkan elektron-elektron bebas dan menyebabkan foto ionisasi antara bagian yang
ditanahkan dan bagian yang terisolasi.

c. Radius perlindungan paling tidak 100 m. dalam bentuk collective volume. Arus petir minimum yang bisa
mengaktifkan air terminal adalah 1500 A pada impuls 8/20 us dan harus mampu menyalurkan seluruh level
arus petir yang mungkin terjadi.

d. Air terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam frekuensi radio (high frequency RFI),
kecuali pada saat terjadinya sambaran balik (main return strike).

e. Bentuk air teminal harus sedemikian rupa, sehingga mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pelepasan
ion korona pada ujung runcingnya saat terjadi kondisi statis dari guruh.

f. Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.

g. Secara keseluruhan air teminal harus terisolasi dari bangunan yang dilindunginya pada seluruh kondisi
operasi.

3.2. Down Conductor.

a. Konduktor / penghantar arus petir menuju pentanahan (down conductor) harus dari jenis triaxial cable yang
dibuat khusus untuk pemakaian penyaluran arus petir yang mampu mencegah terjadinya side flashing.

b. Ukuran sesuai dengan anjuran pabrik pembuat air terminal (luas penampang konduktor tembaga inti minimum
50 mm2) dan telah lulus pengujian dari LMK.

44
c. Konduktor harus mampu menahan gaya tarik ke atas sebesar 200 kg.

d. Pada ketinggian 3 meter di atas tanah dan tempat-tempat dimana memungkinkan tersensentuhnya konduktor
oleh manusia, konduktor harus dilindungi oleh pipa PVC kelas AW dengan diameter minimum 2”.

e. Cara pemasangan konduktor harus sesuai anjuran pabrik, dengan radius belokan minimum 0,5 m dan diklem
setiap jarak 2 meter.

f. Hubungan antara konduktor dengan air terminal dan elektroda pentanahan harus dilakukan melalui sepatu
kabel yang dipasang secara tekan dengan crimping tool.

g. Rating tegangan impuls antara konduktor inti dengan konduktor luar dan antara konduktor luar dengan lapisan
konduktif min. 250 kV pada kondisi bentuk gelombang 1/50 us.

3.3. Integral Terminating Resistor.

Integral terminating resistor harus sanggup menyerap komponen-komponen frekuensi tinggi dari suatu sambaran
petir. Di samping itu, harus dapat mengurangi kenaikan tegangan tanah sampai 50 %.

3.4. Elektroda Pentanahan.

Konstruksi elektroda pentanahan harus sesuai dengan gambar rencana. Besarnya tahanan pentanahan harus
tidak lebih dari 2 ohm (dalam hal ini, bila diperlukan untuk mencapai nilai tersebut, elektroda pentanahan dapat
diparalel).Lokasi pentanahan dapat dilihat pada gambar rencana, dilengkapi dengan bak kontrol pasangan bata
untuk memungkinkan pemeriksaan secara berkala terhadap besarnya tahanan pentanahan.

3.5. Lightning Stroke Counter.

Di sisi bagian bawah down conductor, di dalam bak kontrol pentanahan, dipasangkan alat pencatat jumlah
sambaran kilat (lightning stroke counter) dari jenis tahan air, kokoh dan mudah dipasang.

Alat ini harus bekerja secara elektronis dan akan mencatat setiap sambaran kilat dengan arus lebih besar dari 1500
A. Alat ini harus mempunyai power sendiri (self powered) dan dapat menghitung sambaran kilat sampai 9999 kali.

3.6. Teknis Pelaksanaan.

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat gambar kerja / shop drawing dan gambar
detail sebanyak 5 rangkap untuk disetujui oleh Direksi / Pengawas. Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar
kerja telah mendapat persetujuan.

b. Air terminal disangga / dipasang dengan pipa fibreglass (FRP) diameter 2”, sesuai dengan gambar rencana.

c. Jarak titik pentanahan penangkal petir dengan titik pentanahan lainnya (sistem listrik dan PABX) minimum 3
meter.

d. Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau peralatan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.

3.7. Merek.

Peralatan utama penangkal petir ex LPI - Dynasphere System 3000.

45
E. SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM

PASAL 1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Fire Alarm yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. PRINSIP PERENCANAAN.

Jenis fire alarm yang digunakan adalah pre signal system, yang hanya akan mengaktipkan alarm pada zone yang
mendeteksi adanya kebakaran.

Sistem pengkabelan unit-unit deteksi mengikuti kelas B - 2 kawat yang diakhiri dengan end of line (EOL) resistor untuk
memungkinkan mengalirnya arus supervisi pengkabelan.

Kemampuan deteksi dari smoke detector yang digunakan adalah sekitar 70 m2, sedangkan kemampuan heat detector
mempunyai daerah deteksi sekitar 40 m2.

Pengkabelan detektor menggunakan kabel NYA ukuran 2,5 mm2 yang diletakkan di dalam konduit PVC high-impact heavy
gauge.

Untuk memungkinkan sistem tetap beroperasi pada saat terjadinya pemadaman sumber daya utama, FACP dilengkapi
dengan charger dan stand-by battery yang mampu digunakan minimal 20 jam.

Untuk menghasilkan sinyal alarm secara audio, digunakan vibrating bell berkekuatan min. 90 dB pada tiap zone, sedangkan
sinyal visual dihasilkan oleh alarm lamp berwarna merah.

Manual station dipasang untuk memungkinkan diaktipkannya sistem secara manual apabila seseorang melihat adanya
kebakaran sebelum detektor-detektor bereaksi.

Pada proyek ini digunakan 2 sistem fire alarm terpisah, masing-masing untuk bangunan utama dan bangunan power house.

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN.

3.1. Pengadaan, pemasangan serta penyetelan unit pengontrol (fire alarm control panel - FACP / master control fire
alarm - MCFA) berbasis mikroprosesor, kapasitas 6 zone untuk bangunan Kantor Utama .

3.2. Pengadaan serta pemasangan unit deteksi (detection unit/detector).

3.3. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.

3.4. Pengkabelan sistem fire alarm dari FACP sampai unit-unit deteksi/detektor.

3.5. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga sistem tersebut dapat berfungsi dengan baik dan benar.

PASAL 4. KOMPONEN-KOMPONEN

Komponen-komponen yang termasuk dalam unit-unit deteksi adalah manual station serta fire detector.

Jenis fire detector yang digunakan adalah :

46
a. Heat Detector

b. Smoke Detector

Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan. Dipilih detector yang sesuai untuk
masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan dengan
kemungkinan pengumpulan asap digunakan detector yang lebih peka, yaitu smoke detector.

4.1. Combination ROR & Fixed Temperature Heat Detector.

- operating voltage : 16 - 32 VDC


- stand-by current : 100 uA max.
- alarm current : 47 mA max.
- operating temperature : 135 oF
- relative humidity : 20 % - 85 %
- temperature rise : 15 oF / menit

4.2. Fixed Temperature Heat Detector.

- operating voltage : 16 - 32 VDC


- stand-by current : 100 uA max.

- alarm current : 47 mA max.


- operating temperature : 135 oF
- relative humidity : 20 % - 85 %

4.3. Ionization Smoke Detector.

Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas di ruangan yang dideteksi.

- operating voltage : 16 - 32 VDC


- stand-by current : 100 uA max.
- alarm current : 47 mA max.
- operating temperature : 0 - 38 oC
- relative humidity : 20 % - 85 %
- sensitivity : 0,55-1,17 %/feet
- kecepatan kerja detektor : 3 detik
- kecepatan asap yang dapat di deteksi : max 300 feet

4.4. Manual Call Point.

Manual call point yang digunakan adalah dari jenis surface mounted, dilengkapi dengan kaca penutup (break
glass), sistem kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum di reset kembali.

Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan kaca, dilakukan dengan menusukkan
kunci khusus. Semua manual call point harus dilengkapi dengan kaca cadangan. Untuk menjamin operasi yang
lama, alarm contact harus dilapis emas (gold plated).

4.5. Alarm Bell.


Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 VDC polarized dengan 6 gong, kecuali disebut
lain dalam gambar. Pemasangan pada ketinggian 75 cm di bawah langit-langit dengan cara "semi flush",
minimum output suara adalah 90 dB atau lebih besar pada jarak 10 ft.

47
4.6. Alarm Horn.

Alarm horn harus cocok untuk pemakaian di dalam gedung maupun di luar gedung. Semua alarm horn bekerja
pada 24 VDC polarized dengan level suara minimum 95 dB pada jarak 10 ft. Type pemasangan adalah semi flush
mounted.

4.7. Fire Alarm Control Panel (FACP).

Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal module dan zone module dengan kapasitas 6
zone.

Keseluruhan module harus disusun sedemikian rupa, sehingga penggantian module yang rusak dapat dilakukan
dengan mudah tanpa mengganggu fungsi module lainnya. Semua indikator harus dapat dilihat dengan mudah
dan jelas melalui jendela kaca pada pintu panel.

Panel kontrol bekerja pada tegangan 24 VDC yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut :

a. Lampu Indikator.

- lampu "alarm" (merah) dan lampu gangguan / "trouble" (kuning) untuk setiap zone pada zone module
atau common trouble lamp dengan trouble selector.

- lampu "power on" (hijau) yang menyatakan sumber daya tersedia dan sistem sedang dalam keadaan
berfungsi.

- lampu "AC power failure", yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian instalasi (short circuit
rangkaian pada ground).

- lampu "low battery" yang menyatakan bahwa tegangan stand-by battery sudah tidak normal.

- lampu "bell circuit trouble" yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian bell/horn.

- lampu "common alarm" yang menyatakan terjadinya alarm di sistem akibat detektor bekerja.

- lampu "common trouble" yang menyatakan terjadinya trouble di sistem tersebut.

b. Tombol-tombol / Switch.

- "reset switch" yang berfungsi untuk mengembalikan ke kondisi normal setelah terjadi trouble atau alarm.

- "silence switch" yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bel bila alat tersebut berbunyi.

- "alarm lamp test switch" yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu-lampu alarm masih berfungsi
dengan baik.
c. Catu Daya.

Sistem fire alarm bekerja dengan tegangan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan alat-alat dengan
tegangan AC, misalnya AC bell dan lamp, dan harus mempunyai catuan ganda, yaitu :

- primary supply 220 VAC

- secondary supply 24 VDC

48
Agar tetap beroperasi selama catu primer 220 V terputus, digunakan catu daya cadangan berbentuk
stand-by battery yang mampu beroperasi selama minimum 20 jam (termasuk operasi bell dan alarm). Catu
daya cadangan diletakkan di dalam FACP. Jenis batere yang digunakan adalah Ni-Cad.

Alat pengisi batere di letakkan di dalam FACP yang dilengkapi dengan booster power supply untuk
memperbesar kapasitas arus bagi keperluan bell dan lain sebagainya.

4.8. Cara Kerja Sistem.

a. Keadaan Normal.

Bilamana tidak terjadi gangguan/trouble atau deteksi kebakaran (alarm), maka sistem dalam keadaan normal
yang ditandai dengan menyalanya lampu indikator hijau (AC pilot lamp). Dalam hal ini sistem mendapat
catuan daya sumber daya utama 220 VAC dan batere.

b. Keadaan Darurat.

Apabila sumber daya utama padam maka sistem mendapat catu dari stand-by battery.
Hal-hal yang terjadi pada FACP :

Lampu kuning akan menyala (trouble lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar (buzzer).

c. Keadaan Alarm.

Keadaan alarm akan terjadi apabila detektor mendeteksi adanya asap/panas/api atau manual call point
diaktifkan.

Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja otomatis.

Lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning pada FACP akan menyala, menunjukkan zone yang terjadi
alarm. Dengan demikian daerah/ruangan yang dalam keadaan bahaya akan segera dapat diketahui.

d. Keadaan Gangguan (Trouble).

Bila terjadi gangguan pada sistem (pada detector circuit atau pada panel kontrol), maka :

- lampu kuning yang terdapat pada FACP harus menyala dengan diiringi suara buzzer yang bisa
didengar jelas.

- lampu kuning yang terdapat pada zone module dari zone yang terganggu harus menyala.

PASAL 5. TEKNIS PELAKSANAAN.

5.1. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman di bidang pekerjaan ini dan
pengerjaannya harus teratur.

5.2. Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada hantaran, sambungan hanya terdapat pada box
terminalnya. Pengawatan harus menggunakan konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran disesuaikan
dengan jumlah kawatnya.

Masing-masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebut, supaya mudah dalam perbaikannya
apabila ada kerusakan.

49
5.3. Kabel dari FACP ke CTB setiap zone masing-masing 2 pairs.

Kabel yang digunakan :

a. Kabel detector : NYA 1,5 mm2

b. Kabel bell : NYA 2,5 mm2

5.4. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built drawing) beserta
petunjuk-petunjuk operasional lainnya.

5.5. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan, harus dilakukan pemeriksaan ulang sebelum dilakukan pengetesan
secara keseluruhan.

5.6. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan lain, sehingga apabila
ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi, menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

PASAL 6. TRAINING.

Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan minimum 7 hari training di
lapangan kepada operator dari pihak Pemberi Tugas sampai dapat diterima kecakapannya.

PASAL 7. KETENTUAN LAIN.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memasukkan shop drawing kepada Direksi/Pengawas untuk mempero-
leh persetujuan, mengenai :

7.1. Connection diagram.

7.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan.

7.3. Data-data spesifikasi.

7.4. Konfigurasi FACP.

Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final inspection), kalibrasi dan lain-lain
harus dilakukan pihak Kontraktor dengan dihadiri oleh pihak Direksi/Pengawas dan Konsultan.

PASAL 8. M E R K.

Seluruh komponen sistem fire alarm harus diusahakan sedapat mungkin dari satu merk untuk menjamin service setelah
sistem terpasang.

- Komponen utama fire alarm ex CHUBB atau setara.

- Kabel instalasi ex SUPREME atau setara

- Cable conduit ex CLIPSAL atau setara

50
F. SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS PEKERJAAN KABEL DATA

PASAL 1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Kabel Data yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. PRINSIP PERENCANAAN.

Jaringan kabel data yang dirancang menggunakan kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) merupakan sebagian dari jaringan
kabel data terstruktur yang memenuhi spesifikasi Category – 6 guna menunjang kecepatan transmisi data sampai dengan
155 Mbit/detik

Kabel UTP Category – 6 (Cat-6) akan ditarik dari lokasi hub / path panel / modular jack panel (pusat kabel) di ruang server
lantai dua menuju masing-masing outlet di meja melalui dinding turun kelantai menggunakan conduit menuju kemasing-
masing meja sesuai dengan gambar rencana di lantai – 1 dan lantai – 2. Terminasi di masing-masing ujung kabel Cat-6
menggunakan RJ-45 untuk selanjutnya disambungkan ke hub dan work station.

Kabel serat optik untuk back bone dan peralatan lain (path panel / hub) akan disediakan oleh Pemberi Tugas.

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN.

3.1. Pengadaan serta pemasangan seluruh kabel data jenis Cat-6 mulai dari lokasi hub / path panel di ruang server
lantai tiga sampai ke titik-titik outlet di meja melalui dinding turun kelantai menggunakan conduit menuju kemasing-
masing meja sesuai dengan gambar rencana di lantai – 1,2 dan lantai – 3.

3.2. Pengadaan serta pemasangan terminasi kabel jenis RJ-45.

3.3. Mengadakan pengujian menyeluruh terhadap kabel data yang dipasang sehingga sistem tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan benar.

PASAL 4. KOMPONEN-KOMPONEN

4.1. Kabel Data UTP Cable Cat-6 – 4 pairs.

- category : EIA/TIA category – 6


- max DC resistance : 28.6 ohm/1000 ft, 5 % unbalance
- mutual capacitance at 1 kHz : 14 nF/1000 ft
- mutual capacitance unbalance (pair to ground) : 400 pF/1000 ft
- attenuation (dB/1000 ft)
at 1.0 MHz : 6.6
at 4.0 MHz : 13
at 8.0 MHz : 18
at 10.0 MHz : 20
at 16.0 MHz : 25
at 20.0 MHz : 28
at 25.0 MHz : 32
at 100 MHz : 67
- characteristic impedance (ohm) :
at 0.064 MHz : 125 + 15

51
- pair to pair NEXT (dB) at 1000 ft :
at 1.0 MHz : 62
at 4.0 MHz : 53
at 8.0 MHz : 48
at 10.0 MHz : 47
at 16.0 MHz : 44
at 20.0 MHz : 42
at 25.0 MHz : 41
at 100 MHz : 32

Kabel data ex BELDEN DATATWIST® SIX 1583A 4PR24 CAT-6 atau setara

4.2. Modular 8-pos./8-cond RJ-45 Outlet.

- specifications : EIA/TIA T568B


- jack wires : 50 micro-inch lubricated gold plating over
1000 micro-inch nickel underplate
- connector : insulation displacement connector accept 24-AWG
solid wire
- data rate : compatible with 10 Mbps IEEE 802.3 10Base-T
application. Fully support 100 Mbps TP-PMD at
328 ft (100 m) over UTP per ANSI X3T9.5

compatible with 16 Mbps IEEE 802.3 Token Ring


application
- insulation resistance : 500 Mohm (minimum)
- dielectric withstand voltage : 1000 VAC rms, 60 Hz min contact-to-contact and
1500 VAC rms, 60 Hz min to exposed conductive
surface
- contact resistance : 20 mohm (maximum)
- plug insertion life : special lubrication process provides for a minimum
of 750 plug insertions
- contact force : 3.5 oz (99.2 g) minimum using FCC-approved
modular plug
- plug retention force : 30 lb (133 N) minimum between modular plug and
jack

PASAL 5. TEKNIS PELAKSANAAN.

5.1. Pemasangan kabel data harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman di bidang pekerjaan ini dan
pengerjaannya harus teratur.

5.2. Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada kabel data. Penarikan kabel data di dalam underfloor
cable duct harus secara hati-hati sehingga kabel tidak terluka pada saat penarikan.

5.3. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built drawing).

5.4. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan, harus dilakukan pemeriksaan ulang sebelum dilakukan pengetesan
secara keseluruhan.

5.5. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan lain, sehingga apabila
ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi, menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

52
G. SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING/SANITASI

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing/Sanitasi yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing (pembuangan air kotor, air bekas dan
penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti
yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah
terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.

Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :

Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem
plumbing/sanitasi sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum
untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :

2.1. Instalasi Air Bersih.

2.1.1 Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar bangunan, lengkap berikut
sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya.

2.1.2 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing serta
peralatan-peralatannya.

2.1.3 Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh pompa yang dise-
diakan oleh Kontraktor.

2.1.4 Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan untuk seluruh sistem
pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik dan aman.

2.1.5 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

2.2. Instalasi Air Kotor / Air Buangan.

2.2.1 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan lengkap dengan peralatannya yang berada di
dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan lain sebagainya.

53
2.2.2 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari dalam bangunan menuju saluran drainase
dan septictank.

2.2.3 Pembuatan septic tank dan sumur resapan, lengkap dengan pemipaan vent-out, pembuatan sump pit
dan pemompaannya (sump pump) termasuk panel kontrol yang diperlukan.

2.2.4 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.

2.2.5 Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.

2.2.6 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

PASAL 3. TEKNIS PELAKSANAAN.

UMUM

3.1. Pengecatan.

3.1.1 Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga, semua unit yang dirakit
di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus
sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.

3.1.2 Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau dinyatakan lain dalam spesifikasinya
atau untuk bahan alumunium.

3.1.3 Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir dengan cat besi merek ICI
dengan merek sebagai berikut :

- pipa air bersih : biru (ICI R 404-41001)

- pipa drain/waste : hitam (ICI R 404-40009)

- gantungan/support : hitam (ICI R 404-40009)

- panah pengarah : putih (ICI R 404-101)

3.1.4 Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi peralatannya dengan cat.

Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang pada
peralatan-peralatan itu kepada Direksi/Pengawas.

3.2. Peralatan.

3.2.1 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat - tempat rendah ter-
tutup.

3.2.2 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat ukur yang tidak akan
dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.

3.2.3 Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi serta simetris.

3.2.4 Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat - tempat tertentu untuk
menunjukan arah aliran dengan cat.

54
3.2.5 Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve beserta penampungannya
pada tempat yang memungkinkan terjadinya pengumpulan udara.

3.3. Ukuran (dimensi).

Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus ditaati oleh Kontraktor.

Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat perbedaan antara suatu dengan
yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi/Pengawas.

Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran yang diperlukan guna
memudahkan pelaksanaan.

PASAL 4. INSTALASI AIR BERSIH

4.1. Pipa.

Pipa dengan diameter 1" s/d 3", baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang menuju fixtures
menggunakan galvanized iron pipe (GIP) medium class yang memenuhi standar BS 1387/1967.

Pipa ex BAKRIE atau setara.

4.2. Fitting.

Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.

4.3. Valves.

Valve dengan diameter lebih kecil dari 3" diperkenankan menggunakan sambungan ulir (screwed).

Valve pada fixture terbuat dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture tersebut,
harus mengkilat tanpa cacat.

Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya.

Semua valve dari merek KITAZAWA atau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi dengan brosur/
katalog dari pabrik pembuat.

Kelas valve yang digunakan adalah pn 150 (150 psi).

4.4. Bak Kontrol untuk Water Meter dan Valve.

Bak kontrol untuk pipa penyambungan dari jaringgan utama sistem distribusi air bersih, dibuat dari beton tulangan
besi yang dilengkapi dengan tutup beton yang dapat dengan mudah dibuka/diangkat serta dikunci.

4.5. Pemasangan Pipa.

4.5.1 Pipa Tegak.

Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok/lantai.


Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok sesuai pada
kebutuhan pipa.

55
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak kelihatan dari luar.

Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-bekas
dari bobokan.

4.5.2 Pipa Mendatar.

Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan penyangga
(support) atau penggantung (hanger).

Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan.

4.5.3 Penyambungan Pipa.

a. Sambungan ulir.

Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan diameter sampai 40 mm (1
1/2 ").

Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting dapat masuk pada pipa
dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat henep
dan zinkwite dengan campuran minyak.

Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda.

Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer.

Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

b. Sambungan Lem.

Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa dan
menurut rekomendasi pabrik.

Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press khusus.

Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.

c. Sambungan Las.

Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum.

Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las / elektrode yang sesuai.

Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mendapatkan ijin tertulis dari
Direksi/Pengawas.

Setiap bekas sambungan las harus segera di cat dengan cat khusus untuk itu.

d. Sleeves.

Sleeve untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus beton.

56
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang longgar di luar pipa maupun
isolasi.

Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau baja.

Untuk yang diinginkan kedap air harus dilengkapi dengan sayap/flens/water stop.

Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air (water
proofing) harus dari jenis flushing sleeves.

Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk.

4.5.4 Penanaman Pipa di Dalam Tanah.

a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.

b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm.

c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm untuk penempatan
sambungan pipa.

d. Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.

e. Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug padat setebal 15 cm dihitung dari atas pipa.

f. Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok/penguat dari beton agar fitting- fitting tidak bergerak
jika beban tekan diberikan.

g. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula.

4.5.5 Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.

a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolis sebesar 15
kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi perubahan/penurunan tekanan.

b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.

c. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas atau yang kuasakan untuk itu.

d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak
dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil dengan baik.

e. Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya pemakaian air dan listrik.

4.5.6 Pengujian Sistim Kerja (Trial Run).

Setelah semua instalasi air bersih lengkap, termasuk penyambungan ke pipa distribusi, Kontraktor
diharuskan melakukan pengujian terhadap sistim kerja (trial run) dari seluruh instalasi air bersih, yang
disaksikan oleh Direksi/Pengawas atau yang ditunjuk untuk itu sampai sistim bisa bekerja dengan baik.

4.5.7 Pekerjaan Lain-lain.


Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah pembobokan dinding/
selokan, penggalian dan pengangkutan tanah hasil galian dan lain-lainnya yang ditemui di site, serta
memperbaiki kembali seperti semula.

57
PASAL 5. INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN.

5.1. Material.

5.1.1 Pipa di Dalam Bangunan.

Pipa dengan ukuran 1 1/2"- 4" baik pipa utama maupun pipa cabang menggunakan PVC class AW.
Pipa PVC ex RUCIKA atau setara.

5.1.2 Pipa di Luar Bangunan.

Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan pipa PVC class AW.
Pipa PVC ex RUCIKA atau setara.

5.1.3 Accessories.

a. Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan cara injection moulding.

b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless- steel.

c. Saringan air hujan/roof drain terbuat dari besi tuang atau fiber glass, yang mempunyai bentuk badan
cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.

5.2. Cara Pemasangan Pipa.

5.2.1 Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).

a. Pipa Mendatar.

Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 - 2 %. Perletakan pipa harus diusahakan berada pada
tempat yang tersembunyi baik di dinding/tembok maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.

Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus menggunakan fitting dengan sudut
45 o (misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius.

b. Pipa di Dalam Tanah.

Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan tebal/tinggi timbunan minimal 80
cm diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah/lantai.

Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm.

Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug dengan tanah
sampai padat. Konstruksi permukaan tanah/lantai bekas galian harus dikembalikan seperti semula.

Penanaman pipa.

Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat
galian yang dalamnya 50 mm.

Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas (vertikal) harus diberi
landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar perencanaan.

58
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 - 2 % dari titik mula di dalam gedung
sampai ke saluran drainage.

5.2.2. Pipa Saluran Luapan Septic Tank.

Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan kemiringan 1 - 2 % darititik
permulaan septic tank ke sumur resapan.

Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman kurang dari 80 cm, pada bagian
atas pipa harus dilindungi pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm, pelat beton tersebut tidak tertumpu
pada pipa.

5.2.3. Penyambungan Pipa.

a. Pipa PVC dengan diameter 3" ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar harus disambung
dengan rubber ring joint (RRJ).

b. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.

c. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas
dari kotoran dan lemak.

d. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari pipa yang akan saling
melekat.

e. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan disambung harus bebas
dari benda-benda/kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air di dalam pipa.

5.3. Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean Out.

Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar perencanaan. Penyambungan dengan pipa harus
dilakukan secara ulir (screw) dan membentuk sudut 45 o dengan pipa utamanya.

5.4. Pengujian.

5.4.1. Seluruh sistim air kotor/buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum disambung keperalatan.
Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah 12,5 kg/cm2.

5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup rapat.

Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum pemipaan disambungkan ke
peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air.

Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi pengurangan volume air.

5.4.3. Peralatan dan bahan untuk bahan pengujian disediakan oleh Kontraktor.

5.4.4. Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-kekurangannya.

5.4.5. Direksi/Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu.

5.4.6 Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan, maka biaya pengujian /
pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab Kontraktor.

59
5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh Direksi/Pengawas.

PASAL 6. PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR-POMPA.

6.1. Pompa Air Bersih.

6.1.1 Pompa-pompa dari jenis non-self priming dengan efisiensi minimum 70% pada sekitar + 10% dari titik
kerjanya.

6.1.2 Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum.

6.1.3 Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal.

6.1.4 Badan pompa menggunakan besi cor (cast iron) kualitas ductile yang khusus untuk air minum.

6.1.5 Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless- steel atau sejenisnya yang khusus untuk air
minum.

6.1.6 Poros menggunakan baja tahan karat (stainless- steel), shaft seal faces terbuat dari tungsten carbide.

6.1.7 Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan khusus selain air.

6.1.8 Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

6.1.9 Pompa dikonstruksikan menyatu dengan motornya pada landasan baja yang tunggal (base plate).

6.1.10 Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan (drainage) bocoran air ke saluran buang terdekat
(lihat gambar rencana).

6.1.11 Secara utuh pompa dan motor tidak boleh menimbulkan getaran dan suara di atas normal (50 dbA*).

6.1.12 Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct driven) dengan kopling fleksibel.

6.1.13 Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari priming tank.

6.1.14 Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop switch yang mendapat sinyal dari water level
control yang diletakkan di dalam ground reservoir.

6.2. Motor Untuk Pompa Air Bersih.

6.2.1 Motor adalah dari jenis motor induksi rotor sangkar.

6.2.2 Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220/380V, 3 fasa, 50 Hz.

6.2.3 Motor di atas 2,5 kW menggunakan starter star-delta otomatis, sedangkan untuk motor dengan daya
kurang dari 2,5 kW menggunakan starter direct-on-line (DOL).
Perintah start secara otomatis berasal dari pressure switch yang diletakkan di pemipaan header.

6.2.4 Belitan motor menggunakan isolasi kelas F.

6.2.5 Motor setidaknya dilindungi dengan :

60
- automatic short-circuit / over current protector
- automatic thermal protection relay
- automatic under voltage dan phase failure cut off relay
- earth fault relay

6.2.6 Rotor, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

H. SYARAT-SYARAT TEKNIK PEKERJAAN TATA UDARA.

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat teknis pekerjaan tata udara yang di uraikan disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum
Teknis Pekerjaan Mekanikal/ Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Teknis ini.

PASAL 2. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang dicakup dalam pekerjaan instalasi ini adalah pengertian bekerjanya sistem tata udara secara keseluruhan maupun
bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material, instalasi (termasuk pembobokan dan
perapihan kembali), testing & commissioning dan pemeliharaan.

Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan dari
pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut :

2.1. Split system air conditioner, terdiri atas :

2.1.1 Out door Condensing Unit (OCU)

2.1.2 Indoor Fan Coil Unit (FCU)

2.1.3 Sistem pemipaan refrigerant beserta isolasinya dan alat-alat bantu yang diperlukan.

2.1.4 Sistem pemipaan drainage (pengembunan) beserta isolasinya dan alat-alat bantu yang diperlukan.

2.1.5 Instalasi listrik daya dan kontrol antara OCU dan FCU lengkap dengan konduit yang diperlukan.

2.2. Pekerjaan Exhaust Fan Toilet dan Ruang-ruang Mesin, terdiri atas :

2.2.1 Exhaust Fan beserta rangka dan starter switch


.
2.3. Integrasi dan pengujian sistem / instalasi sampai berfungsi dengan baik dan dapat diterima.

Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat menanyakan lebih
lanjut kepada Direksi / Pengawas, Konsultan atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.

Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung-jawab atas kerugian-kerugian
yang mungkin terjadi.

61
Dalam hal ini, Kontraktor harus memperhitungkan di dalam harga air conditioner system segala biaya
pengetesan di lapangan serta pengadaan listrik kerja.

Sistim / tata cara pengetesan harus disampaikan secara tertulis dua minggu sebelum jadwal pengetesan.

PASAL 3. PELAKSANAAN INSTALASI A/C .

3.1. Pengecatan.

Kontraktor harus mengecat semua rangka penggantung, rangka penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan
dan unit-unit yang diperlukan serta bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat dasar sesudah itu dicat
lagi dengan persyaratan pengecatan yang harus sesuai untuk bahan masing- masing. Cat yang digunakan adalah
ICI atau setara.

3.2. Peredam Getaran.

Kontraktor harus menyediakan dan memasang peredam getaran (vibration damper) pada seluruh peralatan yang
menimbulkan getaran (terutama OCU).
Type disesuaikan dengan mesin yang bersangkutan berdasarkan rekomendasi pabrik.

3.3. Pipa Pembuangan (Drain).

3.3.1 Kontraktor harus memasang saluran-saluran pipa pembuangan (drainage pipe) di semua indoor fan coil
unit (FCU) yang kemudian dihubungkan ke saluran pembuangan, sesuai dengan gambar rencana atau
sesuai dengan kondisi lapangan atas petunjuk Direksi/Pengawas.

3.3.2 Pipa drain dan fitting-fittingnya harus dari jenis PVC (polyvinyl chloride) kelas AW dengan metode
penyambungan antar pipa atau antara pipa dengan fitting menggunakan solvent cement (SCJ - solvent
cement joint).

Merek pipa dan fitting RUCIKA atau setara.

3.3.3 Untuk mencegah pengembunan, pipa pembuangan harus diisolasi dengan bahan isolasi yang sesuai.

Untuk pipa drain yang terbuka (tidak tertanam di dalam dinding) pipa drain harus disolasi dengan CFC-
free, flexible closed cell elastomeric tubing insulation ex Armstrong (Armaflex) atau setara. Sedangkan
pipa drain yang tertanam di dalam dinding harus diisolasi dengan self adhesive insulating tape ex
Armstrong (Armaflex) atau setara.

3.3.4 Metode pemasangan pipa drain ke unit FCU harus sesuai dengan rekomendasi pabrik, sesuai dengan
gambar rencana.

3.3.5 Pemasangan pipa drain harus rapi dan kokoh. Untuk pipa drain yang dipasang di antara plafon dengan
pelat lantai diatasnya, pipa diletakkan di atas rak kabel / rak pipa atau digantung dengan penggantung
pipa.

Untuk pemasangan pipa drain yang digantung, jarak antarpenggantung tidak lebih dari 2 meter.
Penggantung pipa harus terbuat dari pelat baja strip 30 mm x 3 mm, dilengkapi dengan batang baja
diameter 1/2" yang ujung-ujungnya berulir untuk levelling. Pemasangan penggantung ke pelat baja
dilakukan dengan ramset / dynabolt.

62
Penggantung harus dicat dengan lapisan cat dasar (primer) dan dicat akhir dengan cat besi ex ICI warna
hitam (R 404-40009).

3.4. Pemipaan Refrigerant.

3.4.1. Pemipaan refrigerant liquid side dan gas side serta equalizing (untuk tipe VRV plus) menggunakan pipa
tembaga berkualitas tinggi type L (berdasarkan American Standard Specification, Copper Tubes, ASTM
B88 Seamless Copper Water Tube) atau jenis oxidized phosphorous seamless copper pipe menurut
standar JISH3300-C1220T.

Ketebalan pipa tembaga / pipa refrigerant tersebut paling tidak sebagai berikut :

DIAMETER TEBAL DINDING


1/4" ( 6.4 mm) 0.762 mm
3/8" ( 9.5 mm) 0.889 mm
1/2" (12.7 mm) 1.016 mm
5/8" (15.9 mm) 1.067 mm
3/4" (19.1 mm) 1.143 mm
1" (25.4 mm) 1.270 mm

Merek pipa tembaga adalah CRANE ENFIELD atau setara.

3.4.2. Pemipaan dilengkapi dengan accessories yang diperlukan, antara lain isolasi, elbow dan lain
sebagainya sesuai dengan standar pabrik sehingga diperoleh instalasi pemipaan yang memuaskan.

3.4.3. Dimensi (diameter) pipa tembaga yang digunakan untuk masing-masing peralatan (OCU dan FCU), baik
liquid maupun gas side harus sesuai dengan standar pabrik sehingga diperoleh sistem operasi serta
performance yang memuaskan.

3.4.4. Seluruh pemipaaan refrigerant sisi gas (gas side), harus diisolasi dengan thermaflex, sedangkan
pemipaan sisi cairan (liquid side) tidak diisolasi.

3.4.5. Untuk satu jalur pemipaan, dari OCU menuju FCU, pipa refrigerant gas dan liquid diikat bersama
dengan cable ties dan diberi label untuk penandaan yang mempermudah perawatan.

3.4.6. Metode pemasangan pipa refrigerant ke unit-unit OCU adalah flare connection (liquid side) dan brazing
connection (gas side) atau dengan cara sesuai rekomendasi pabrik.

Sedangkan untuk unit FCU, metode penyambungan untuk kedua sisi adalah flare connection.

3.4.7. Penyambungan pipa refrigerant dengan fitting menggunakan metoda solder, dengan bahan pengisi
tanpa flux jenis hard solder yang memenuhi standar JIS BCup-2 (phosphor copper solder).

Soldering temperature 735 - 840o C, breaking strength 25 kg/mm2, jointing distance 0.05 - 0.2 mm.

Setiap penyambungan dengan solder harus dilakukan dengan teliti, hasil penyolderan padat, arah
penyolderan ke bawah atau ke samping (dihindarkan ke arah atas).

3.4.8. Harus diusahakan penggunaan panjang pipa yang maksimal untuk mengurangi titik penyambungan /
titik solder antarpipa.

3.4.9. Semua pipa refrigerant harus dipasang secara rapi dan sejajar, diletakkan di posisi sesuai dengan
gambar rencana.

63
3.4.10 Bila diperlukan penyangga, ukuran penyangga/klem disesuaikan dengan ukuran pipa dan isolasinya
sedemikian,rupa sehingga tidak merusak isolasinya serta memudahkan pemeliharaan / perbaikan
pemipaan di kemudian hari.

3.5. Pemasangan FCU dan OCU.

3.5.1. Pemasangan unit FCU dan OCU harus sedemikian rupa, sehingga pembersihan maupun perbaikannya
dapat dilakukan dengan mudah.

Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi / Pengawas tentang cara dan urutan pembersihan /
perbaikan peralatan tersebut.

3.5.2. Semua FCU dipasang benar-benar mendatar dan harus ditumpu dengan baik. Gantungan harus
dipasang pada konstruksi struktur dengan kuat menggunakan dynabolt, dengan ukuran yang sesuai
dengan kebutuhan.

Hasil akhir pemasangan FCU terhadap plafon harus bebar-benar rapi dan rapat, tanpa celah antara
panel dengan plafon.

3.5.3. Posisi pemasangan unit-unit outdoor (OCU) direncanakan di lantai tambahan (balkon) khusus untuk
OCU, di atas kanal CNP 10 cm.

Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa kembali posisi penempatan OCU dan menya-
rankan posisi yang terbaik untuk mencapai operasi yang memuaskan.

Untuk meredam getaran, di antara unit OCU dengan kanal C sebagai penumpu diselipkan vibration
damper jenis neophrene rubber pad dengan ketebalan minimum 5 cm atau sesuai dengan rekomendasi
pabrik.

3.6. Persyaratan Peralatan A/C.

3.6.1. Umum.

Kontraktor harus memasang unit-unit outdoor (out door condensing unit / OCU) dan unit-unit indoor
(indoor fan coil unit / FCU) jenis air cooled split system, controller, pemipaan, drain dan lain sebagainya
secara lengkap sesuai dengan gambar dokumen, skedul, spesifikasi serta sesuai persyaratan pabriknya.

3.6.2 A/C harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. A/C harus mempunyai kapasitas pendingin dan volume udara seperti yang ditunjukkan dalam
skedul / gambar rencana.

b. Seluruh FCU harus dilengkapi dengan rangka isolasi (installation casing), bak air kondensasi
(drain pan), saringan pembersih udara (cleanable filter), pipa drain yang diisolasi, motor effisiensi
tinggi, fan (kipas) jenis direct fan dan motor.

c. Fan FCU harus mempunyai tiga pilihan putaran kecepatan, yaitu high, medium dan low serta off.
Putaran pada kecepatan medium tidak boleh melebihi 800 rpm.

d. Seluruh A/C harus dilengkapi dengan thermostat, expansion valve, compressor, condenser dal
perlengkapan lainnya, sehingga sistem dapat bekerja dengan sempurna.

64
e. Putaran fan motor FCU pada kecepan tinggi (high speed) tidak boleh melebihi Noise Criteria (NC)
40.Seluruh bagian yang bergerak harus diseimbangkan terlebih dahulu (balanced) oleh pabrik.

f. Seluruh motor fan indoor, motor fan condenser dan compressor harus dilengkapi dengan penga-
man arus lebih.

g. Pengontrolan unit-unit FCU dilakukan secara elektronik terhadap start-stop, temperature setting,
air flow rate dan lain sebagainya melalui infrared remote controller (wireless).

h. Controller dilengkapi dengan LCD display yang akan menampilkan seluruh kemampuan pengon-
trolan dan inspeksi.

i. Merk yang digunakan adalah DAIKIN atau yang setara.

PASAL 4. PENGUJIAN.

4.1. Sebelum dilakukan pengujian (testing & commissioning), Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengujian
untuk disetujui oleh Direksi / Pengawas paling lambat 2 (dua) minggu sebelum jadwal pengujian dilakukan.

4.2. Semua pengujian dilakukan setelah sistem berjalan dengan baik secara kontinyu selama 12 jam.

4.3. Pengukuran dan pengujian terakhir harus dilakukan setelah sistem sesuai atau mendekati persyaratan teknis
yang direncanakan.

4.4. Semua peralatan pengujian dan pengukuran harus ditera sebelum dan setelah dipergunakan.

Alat uji dan alat ukur harus disediakan secara lengkap oleh Kontraktor.

4.5. Pengukuran dan pengujian harus dilakukan pada saat suhu udara luar mencapai 29o C - 35o C.

Demikian spesifikasi teknis ini dibuat.

23 September 2019
PT.Multi Karya Pratama

Martin Halomoan Siahaan


Direktur

65

Anda mungkin juga menyukai