REM
Disusun Oleh :
Baharudin 1802311026
Fikri Zaidan 1802311024
Muhsthofa Kamal 1802311051
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi ......................................................................................................... 2
Kata Pengantar .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II TEORI REM
1.1 Pengertian Rem ……..................................................................... 5
1.2 Energi yang diserap Rem .................................................................... 5
1.3 Panas yang dilepaskan pada saat pengereman .................................... 8
1.4 Material untuk kampas rem ............................................................ 12
1.5 Jenis jenis dari rem ……….............................................................. 13
1.6 Rem balok tunggal atau rem sepatu .................................................... 14
1.7 Balok dengan tumpuan atau rem sepatu ..............................................
18
1.8 Balok ganda atau rem sepatu ............................................................ 19
1.9 Rem blok tunggal .............................................................................. 22
1.10 Rem blok ganda …......................................................................... 31
1.11 Rem pita …………......................................................................... 36
1.12 Pita dan blok rem .......................................................................... 41
1.13 Rem pengembang dalam ............................................................... 45
BAB III PENUTUP
3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
m
bergerak dengan kecepatan v1( ). Lalu kecepatan tersebut
s
m
diperlambat hingga v2( ) menggunakan rem. Sehingga, perubahan dari
s
energi kinetik dari gerakan translasi tersebut menjadi,
1
E1= . m[ ( v 1 )2− ( v 2 )2 ]
2
E1 adalah energi yang diserap oleh rem. Jika bagian atau body yang
bergerak direm hingga berhenti, maka v2 = 0, artinya,
1 2
E 1= . m . ( v 1 )
2
2. Saat gerakan berupa gerakan rotasi murni.
Kita dapat menganggap bagian bergerak tersebut memiliki moment
massa inersia I (terhadap sumbu) berputar dengan kecepatan angular
rad rad
ω1 ( ). Lalu kecepatan angular tersebut diperlambat hingga ω 2 ( )
s s
menggunakan rem. Sehingga, perubahan dari energi kinetik dari
bagian berputar atau berotasi tersebut menjadi,
1
E2= . I [( ω1 )2−( ω2 )2 ]
2
E1 adalah energi yang diserap oleh rem. Jika bagian atau body yang
berputar direm hingga berhenti, maka ω2 = 0, artinya,
1
E2= . m . ( ω1 )2
2
3. Saat gerakan berupa kombinasi (translasi dan rotasi).
Kita dapat menganggap bagian bergerak ini mengalami gerakan linier
dan angular, contoh roda penggerak lokomotif dan roda dari mobil
yang bergerak. Pada kasus seperti ini, energi kinetik bagian tersebut
adalah jumlah dari energi kinetik translasi dan energi rotasi. Sehingga,
E=E1 + E2
m
Jika v1 dan v2 ( ¿ adalah kecepatan dari objek sebelum dan sesudah
s
direm, sehingga perubahan energi potensial yang akan kita dapatkan
adalah
Keterangan :
- t = waktu pengereman
E=E1 .+ E 2+ E3
Kita juga dapat mencari energi yang harus diserap oleh rem dengan
mempertimbangkan usaha yang digunakan oleh pengereman atau gaya
gesek dalam t detik. Sehingga dapat kita ketahui,
E=Ft . π .d . N . t
N1+ N2
Dengan N dapat kita cari, N=
2
Besarnya Ft bergantung pada kecepatan akhir(v2) dan lamanya
pengereman(t). Nilainya akan maksimum ketika v2 = 0.
Kita tahu bahwa besarnya torsi yang harus diserap oleh rem adalah,
d
T =F t .r atau T=F t .
2
Keterangan :
- Ft = gaya gesek yang bekerja secara tangensial pada permukaan
kontak dari brake drum
- d = diameter dari brake drum
- r = radius dari brake drum
- N1 = kecepatan brake drum sebelum pengereman
- N2 = kecepatan brake drum sesudah pengereman
- N = kecepatan rata-rata dari brake drum
J
dalam atau watt
s
- Hg = heat generated ; panas yang dihasilkan
- μ = koefisien gesek
- RN = gaya normal yang terjadi pada permukaan rem yang berkontak
dalam newton
- P = tekanan normal antara permukaan rem yang saling berkontakan
N
dalam
m2
- A = area permukaan rem yang saling berkontakan dalam m2
m
- V = kecepatan tambahan(peripheral) dari brake drum
s
Panas yang dihasilkan bisa juga didapatkan dengan cara memperhitungkan
jumlah energi kinetik atau potensial yang diserap. Dengan kata lain,
H g =Ek + E p
Lalu panas yang dilepaskan dapat diestimasikan dengan,
H d =C . ( t 1−t 2 ) . A r
Keterangan :
- Hd = heat dissipated; panas yang dilepaskan ke lingkungan
- C = faktor pelepasan panas atau koefisien dari heat tranfer
W
dalam 2
m .℃
- t1 – t2 = perbedaan temperatur antara permukaan yang panas
dengan
lingkungan sekitar yang terpapar radiasi panas dari rem dalam oC
- Ar = area permukaan rem yang panas dan meradiasikan panasnya
dalam m2
pernyataan rumus diatas memberikan perkiraan yang cukup, tetapi hanya
menginformasikan indikasi dari kapasitas panas yang dilepaskan dari rem.
Namun, hasil pasti dari pelepasan panas dapat ditemukan dengan
dilakukan dengan percobaan.
pada rem, sangat susah untuk menghitung nilai persis dari kenaikan
temperature. Seperti yang sudah kita tahu, nilai dari p.v dapat juga
dianggap kenaikan temperatur. Dalam hal ini, berdasarkan percobaan
menunjukkan bahwa jika nilai p.v tinggi, maka ausnya kampas rem akan
besar pula dan umur rem kecil. Sehingga, nilai p.v harus lebih kecil dari
pada nilai titik batas atas dari kampas rem untuk mendapatkan umur
kampas rem yang lama. Berikut adalah tabel yang memberikan
rekomendasi nilai p.v.
Karena mobil akan berhenti dengan jarak tempuh 50 m, maka gaya rem tangensial yang dibutuhkan :
Dari sini kita tahu torsi rata-rata yang dibutuhkan untuk menghentikan mobil
Rem hidrolik dan eektrik tidak bisa membuat elemennya berhenti bekerja
dan biasanya digunakan untuk mentransformasikan energi yang besar
ketika rem memperlambat gerak beban, sebagai contoh dinamometer
laboratorium, truk besar, dan lokomotif listrik. Rem ini juga digunakan
untuk memperlambat atau mengkontrol kecepatan dari kendaraan pada
saat berjalan menuruni gunung atau turunan.
Rem mekanik, berdasarkan arah bekerjanya gaya, rem mekanik dapat
dibagi menjadi 2 grup berikut :
1. Rem radial.
Pada grup rem ini, gaya yang bekerja pada brake drum memiliki arah
radial. Rem radial dapat dibagi lagi menjadi rem external dan rem internal.
Tergantung pada bentuk elemen yang bergesek, rem ini bisa berupa rem
blok atau rem sepatu dan rem pita.
2. Rem axial
Pada grup rem ini, gaya yang bekerja pada brake drum memiliki arah
axial. Rem axial dapat berupa rem cakram dan rem kerucut. Analisis pada
rem ini adalah mirip dengan kopling.
Karena kita lebih memperhatikan rem mekanik, maka selanjutnya kita
akan membahas lebih dekat tentang rem mekanik tersebut.
Rem balok tunggal. Garis gaya aksi tangensial pas di titik tumpu tuas
Kasus 2
Saat garis gaya aksi pengereman tangensial(F t) melewati jarak ‘a’ dibawah
titik tumpu O, dan roda pengereman berputar searah jarum jam,
Rem balok tunggal. Garis gaya aksi tangensial melewati titik tumpu tuas dibawah ‘a’
supaya terjadi keseimbangan, kita ambil momen di titik tumpu O, dan kita
dapatkan,
Saat roda pengereman berputar tidak searah jarum jam, maka untuk
mencapai keseimbangan didapatkanlah
Kasus 3
Saat garis gaya aksi pengereman tangensial(Ft) melewati jarak ‘a’ diatas
titik tumpu O, dan roda pengereman berputar searah jarum jam,
Rem balok tunggal. Garis gaya aksi tangensial Ft melewati titik tumpu tuas diatas ‘a’
supaya terjadi keseimbangan, kita ambil momen di titik tumpu O, dan kita
dapatkan,
Saat roda pengereman berputar melawan arah jarum jam, maka keseimbangan momen di titik
dan rem ini memiliki umur yang lebih panjang dan bisa menghasilkan torsi
pengereman yang besar.
Saat gaya P diberikan pada tuas bell crank, lalu pegas akan
terkompresi dan rem terlepas. Tipe rem ini biasanya digunakan pada crane
listrik dan gaya P dihasilkan oleh elektromaknet atau solenoid. Saat arus
dimatikan, tidak ada gaya di tuas bell crank dan rem akan ikut serta
memberikan gaya pada pegas secara otomatis dan artinya tidak ada
gerakan kebawah dari beban.
Pada rem balok ganda, aksi pengereman digandakan dengan
penggunaan dua balok dan dua balonk tersebut dioperasikan dengan gaya
yang sama. Dalam hal ini, torsi pengereman pada rem balok ganda atau
rem sepatu adalah
T B= ( F t 1+ F t 2 ) r
Dimana Ft1 dan Ft2 adalah gaya pengereman pada dua balok.
Contoh soal :
Sebuah rem sepatu ganda seperti gambar dibawah, dapat menyerap torsi
sebesar 1400 N.m. Diameter dari brake drum adalah 350 mm dan sudut
kontak untuk sepatunya 100o, jika koefisien gesek antara brake drum dan
kampas adalah 0,4. Cari : 1. Gaya pegas yang diperlukan untuk mengatur
pengereman; 2. Ukuran dari rem sepatu, jika tekanan bearing pada material
kampas tidak melebihi 0.3 N/mm2.
Maka,
Perlu diketahui bahwa, jika sudut kontak kurang dari 60°, maka dapat
diasumsikan bahwa tekanan normal antara blok dan drum adalah
seragam.
Ada tiga kasus dalam rem blok tunggal :
Kasus pertama :
Jika panjang tuas rem adalah l, jarak engsel tuas sampai garis kerja RN
adalah x, dan gaya yang diberikan kepada tuas adalah P, dan jika garis
kerja gaya Ft melalui engsel tuas seperti ditunjukkan pada
gambar 1.1, maka dari keseimbangan momen pada
titik tumpuan O, akan diperoleh :
Torsi pengereman :
Atau Torsi
pengereman :
Atau
Torsi pengereman :
Kasus ketiga
Bila engsel menjauhi garis kerja gaya Ft, dengan jarak dalam arah
mendekati sumbu poros, maka untuk arah putaran sesuai dengan
jarum jam,
Atau
Torsi pengereman :
Torsi pengereman :
Catatan :
1. Dari ketiga kasus diatas dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan
gaya pengereman yang sama, besarnya gaya P berbeda dan tergantung
pada arah putaran.
Dilihat dari persamaan diatas ketika drum rem berputar berlawanan
arah jarum jam dalam kasus 2 (gambar 1.2.b) dan ketika berputar
searah jarum jam dalam kasus 3 (Gambar. 1.3.a), persamaan (i) dan
(ii) adalah sama, yaitu RN × x = Pl + μ.RN.
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa momen gaya gesekan (μ.
RN. ) ditambahkan ke momen gaya (P.l). Artinya, gaya gesek
membantu untuk menerapkan rem, tipe rem seperti dinamakan self
energizing brakes.. Ketika Gaya gesekan cukup besar untuk
menerapkan rem tanpa gaya eksternal, maka model rem tersebut
dinamakan self-locking brake. Dari ekspresi di atas, kita melihat
bahwa jika x ≤μ. , maka P akan negatif atau sama dengan nol. Ini
berarti tidak ada gaya eksternal yang dibutuhkan untuk menerapkan
rem sehingga rem akan melakukan penguncian sendiri. Oleh karena
kondisi self-locking brake adalah x ≤μ. .
2. Dalam perancangan rem seharusnya self energizing bukan self-
locking.
3. Untuk menghindari self-locking, x harus lebih besar dari μ.a.
4. Jika Ab adalah daerah permukaan blok, maka tekanan bantalan
di blok,
Pb = RN / Ab
Ab = Lebar sepatu (blok) × panjang proyeksi sepatu (blok) = w (2r sin
θ)
Dalam perencanaan rem, persyaratan terpenting yang harus dipenuhi
adalah besarnya momen pengereman yang harus sesuai dengan yang
diperlukan. Disamping itu, besarnya energy yang diubah menjadi
panas harus pula diperhatikan, terutama dalam hubungannya dengan
bahan gesek yang dipakai. Pemanasan yang berlebihan bukan hanya
akan merusak bahan lapisan rem, tetapi juga menurunkan koefisien
gesekannya.
Drum rem biasanya dibuat dari besi cor atau baja cor. Bahan rem
harus memenuhi persyaratan keamanan, ketahanan, dan dapat
mengerem dengan halus. Disamping itu juga harus mempunyai
koefisien gesek yang tinggi, keausan kecil, kuat, tidak melukai
permukaan drum, dan dapat menyerap getaran.
Contoh permasalahan :
1. Sebuah rem blok tunggal ditunjukkan pada Gambar. 1.6.
Diameter drum adalah 250 mm dan sudut kontak adalah 90 °. Jika
gaya yang diberikan pada akhir tuas sebesar 700 N dan koefisien
gesekan antara drum dan lapisan adalah 0,35.
Tentukan torsi yang dapat ditransmisikan oleh rem blok.
Jawab :
Diketahui :
d = 250 mm r = 125 mm
2θ = 900 =
P = 700 N μ = 0,35
Karena sudut kontak lebih dari 600, maka koefesien geseknya
setara dengan :
Jawab :
μ = 0,3
a. Untuk :
• Gaya (P) untuk searah jarum jam ditunjukkan sesuai gambar 1.8
Kita dapat mencari berdasarkan torsi rem :
b. Jarak titik tumpuan dengan blok rem (x), searah jarum jam dapat
dilihat pada gambar 1.8. yaitu :
Sistem pengoprasian rem blok ganda sama dengan rem blok tunggal,
hanya saja torsi yang dihasilkan adalah :
Contoh permasalahan :
1. Sebuah rem blok ganda, seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
1.11 mampu menyerap torsi 1400 Nm. Diameter rem drum adalah 350
mm dan sudut kontak untuk sepatu masing-masing 100 °.
Jika koefisien gesekan antara rem drum dan lapisan adalah 0.4;
tentukan : a. Gaya pegas yang diperlukan untuk mengatur rem; dan
b. Lebar dari sepatu rem, jika tekanan bantalan pada bahan lapisan
tidak lebih dari 0,3 N/mm2.
Gambar 1.11
Jawab : Diketahui :
Jika diketahui kapasitas torsi 1400 Nm, maka gaya (S) adalah :
Kita lihat gaya normal maksimum berada di sisi kiri sepatu. Oleh
karena untuk mendesain sepatu digunakan gaya normal maksimum
yaitu RN2, sehingga,
Pb = RN / Ab
Gambar 1.12
Tentukan :
1. Gaya pegas yang diperlukan untuk mengatur rem.
2. Carilah lebar sepatu rem jika tekanan bantalan pada bahan
lapisan tidak lebih dari 0,5 N/mm2.
3. Hitung gaya yang dibutuhkan untuk diberikan oleh thrustor
untuk melepaskan rem itu.
Jawab :
Diketahui :
Kita lihat gaya normal maksimum berada di sisi kiri sepatu. Oleh
karena untuk mendesain sepatu digunakan gaya normal maksimum
yaitu RN2, sehingga,
Pb = RN / Ab
Dimana :
l = Panjang tuas dari titik tumpu (OC), dan b = jarak tegak lurus dari
O ke garis aksi dari T1 atau T2.
Daya yang diserap (P) dapat dicari dengan persamaan :
Catatan:
1. Ketika pita rem melekat pada tuas, seperti ditunjukkan pada
Gambar. 1,14 (a) dan (b), maka gaya (P) harus ke
arah atas dengan tujuan untuk mengencangkan pita pada
drum.
2. Model lain pita rem terpasang pada tuas seperti ditunjukkan
pada Gambar. 1,15 (a) dan (b), maka gaya (P) harus ke arah bawah
untuk mengencangkan pita.
Contoh permasalahan :
Catatan
OD adalah titik dimana jarak tegak lurus antara O dengan T2
Gbr. 25.33.
Band dan
blok rem.
Biarkan T1 = Ketegangan di sisi ketat,
T2 = Ketegangan di sisi kendur,
μ = Koefisien gesekan antara balok dan gendang,
T1 '= Ketegangan pada pita antara blok pertama dan kedua,
T2 ', T3' dll. = Ketegangan pada pita antara blok kedua dan ketiga, antara
blok ketiga dan keempat dll.
Pertimbangkan salah satu blok (katakan blok pertama) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. 25.33 (b). Ini berada dalam kesetimbangan
di bawah aksi pasukan berikut:
1. Ketegangan di sisi kencang (T1),
2. Ketegangan di sisi kendur (T1 ') atau ketegangan pada pita antara blok
pertama dan kedua,
3. Reaksi normal drum pada balok (RN), dan
4. Kekuatan gesekan (μ.RN).
Menyelesaikan
Menyelesaikan kekuatan
kekuatan secara
secara radial,
radial,
Karena OA> OB, maka gaya di C harus bertindak ke bawah. Juga, drum
berputar searah jarum jam, oleh karena itu akhir pita yang terpasang pada
A akan kendur dengan tegangan T2 (paling tidak ketegangan) dan ujung
pita yang menempel pada B akan kencang dengan tegangan T1
(ketegangan terbesar). Pertimbangkan salah satu blok (katakan blok
pertama) seperti yang ditunjukkan Gbr. 25.35. Ini berada dalam
keseimbangan di bawah tindakan berikut ini empat kekuatan:
1. Ketegangan di sisi kencang (T1),
Kita sekarang akan mempertimbangkan gaya yang bekerja pada rem seperti itu,
ketika drum berputar di arah berlawanan arah jarum jam seperti yang ditunjukkan
pada Gambar. 25.36 (b). Dapat dicatat bahwa untuk arah berlawanan arah jarum
jam, sepatu sebelah kiri dikenal sebagai sepatu utama atau utama sedangkan
sepatu sebelah kanan dikenal sebagai trailing
atau sepatu sekunder.
Misalkan r = Jari-jari internal pelek roda.
b = Lebar lapisan rem.
p1 = Intensitas maksimum tekanan normal,
pN = Tekanan normal,
F1 = Kekuatan yang diberikan oleh cam pada sepatu terkemuka, dan
F2 = Paksa diberikan oleh cam pada trailing shoe.
di A akan proporsional untuk perpindahan radial dari titik itu. Tingkat keausan
lapisan sepatu bervariasi langsung sebagai jarak tegak lurus dari O1 ke OA, yaitu
O1B. Dari geometri gambar tersebut,
Sekarang untuk sepatu terkemuka, luangkan waktu sejenak tentang titik tumpu
O1, F1 × l = MN - MF dan untuk mengikuti sepatu, luangkan waktu sejenak
tentang titik tumpu O2, F2 × l = MN + MF Catatan: Jika MF> MN, maka rem
menjadi terkunci sendiri. Contoh 25.15. Gbr. 25.37 menunjukkan pengaturan dua
sepatu rem yang bekerja pada internal permukaan drum rem silinder. Gaya
pengereman F1 dan F2 diterapkan seperti yang ditunjukkan dan masing-masing
pivot sepatu pada titik tumpu O1 dan O2. Lebar kampas rem adalah 35 mm.
Intensitas Tekanan pada titik A adalah 0,4 sin θ N / mm2, di mana θ diukur seperti
yang ditunjukkan dari kedua poros. Itu koefisien gesek adalah 0,4. Tentukan torsi
pengereman dan besarnya gaya F1 dan F2.
3.1 Kesimpulan
Dengan hasil Analisis Kami dan berdasarkan sunber yang kami
dapatkan selama membuat makalah ini bahwa dapat di simpulkan :
Rem yaitu alat untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan
menghentikan kendaraan atau untuk memungkinkan parkir pada tempat
yang menurun. Peralatan ini sangat penting pada keselamatan dan
menjamin untuk pengendaraan yang aman. Rem juga bias diartikan
sebagai kebutuhan sangat penting untuk keamanan berkendaraan dan juga
dapat berhenti ditempat manapun, dan dalam berbagai kondisi dapat
berfungsi dengan baik dan aman.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin Kami sampaikan sebagai berikut :
1. Untuk Keamanan Kontrol selalu Rem pada kendaraan anda
2. Jangan Sampai Kanvas Rem Melebihi batas maksimum pemakaian
(Kampas rem tipis/tidak layak pakai)
3. Lakukan Pengontrolan Rutin Pada Rem Anda
4. Apabila Rem Rusak segera perbaiki karna itu sangat berbahaya