Anda di halaman 1dari 32

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

BAB III

DATA PERENCANAAN ELEVATOR BARANG

3.1 Jenis Mesin Yang Akan Di Pakai

Ada beberapa hal yang penting yang harus di ketahui sebelum melakukan

perancangan lift barang ini.Hal-hal tersebut adalah tinggi total dari lantai satu ke

lantai berikutnya ,kapasitas beban yang akan di angkat,frekuensi kerja yang terjadi

pada lift setiap harinya,ukuran lubang (hoist way) yang tersedia.

Ada dua pilihan jenis mesin penggerak yang dapat di pilih sebagai

pengangkat kereta/box lift.Pertama dapat di gunakan jenis mesin pengangkat lift

yang menggunakan motor traksi,biasanya mesin jenis ini di gunakan pada lift

penumpang dan dapat juga di gunakan pada lift barang.

Pemilihan mesin tersebut tentunya terkait dengan lingkup kerja yang akan

di lakukan oleh lift barang ini.Hal tersebut meliputi kapasitas beban yang akan di

angkat,tinggi angkat maksimum dan frekuensi kerja lift naik turun setiap harinya

TEKNIK MESIN 19
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

dalam hitungan jam. maka dalam tugas akhir ini penulis memilih mesin

penggerak menggunakan motor traksi ( Traction machine ).

Gambar 3.1 motor traksi

3.2 Bobot Pengeimbang ( Counter Weight )

Pengertian keseimbangan ada 2 macam yaitu : static balance dan dynamic

balance

a. Static balance ialah keseimbangan badan kereta duduk pada rangka dan

landas, yang ditumpu oleh karet isolasi peredam getaran. Bagian ujung atas

badan kereta ditumpu dengan rol-rol karet pada sisi kiri-kanan dan

“bersandar” pada rangka kereta (stiles).

b. Dynamic balance ialah keseimbangan antara berat kereta kosong plus

sejumlah beban muatan tertentu (overbalance) terhadap berat bobot imbang

(bandul), (counterweight). Dengan demikian bobot imbang lebih berat dari

pada kereta kosong. Kelebihan bobot imbang tersebut terhadap kereta

TEKNIK MESIN 20
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

disebut overbalance. Besaran faktor kesimbangan (overbalance atauOB)

biasanya sebagai berikut :

 Lift berkapasitas Q = 1200 kg keatas, OB = 0,40 Q sampai 0,425 Q

 Lift berkapasitas Q = 600 kg s/d 1150 kg, OB =0.45Q

 Lift berkapasitas Q = 300 kg s/d 580 kg, OB =0.50 sampai 0,55 Q

Ada kalanya OB dinyatakan dalam % dari kapasitas, yaitu yang paling

popular 42,5%, 45%, 50%.

Contuer weight (bobot pengeimbang)


Gambar 3.2

3.2.1 Manfaat bobot imbang

Angka-angka kesimbangan tersebut diatas diperoleh dari rata-rata beban

didalam kereta yang diangkut naik maupun turun sepanjang hari, dengan

demikian lift diharapkan lebih banyak bekerja dalam keadaan seimbang, dengan

penghematan tenaga listrik yang terpakai. Pada saat lift bekerja naik maupun

turun dalam keadaan sempurna seimbang, maka besaran arus (Ampere) listrik

yang terpakai paling rendah dan nilainya sama, saat naik maupun turun.

Tenaga listrik yang minim tersebut hanya dipakai untuk mengatasi

hambatan dan gesekan (friction) yang mungkin timbul antara sepatu luncur

TEKNIK MESIN 21
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

dengan rel pemandu dan hambatan pada bantalan-bantalan roda puli, roda kereta,

roda pemandu, juga akibat tekukan-tekukan tali dan heat loss dalam motor.

Kinerja mesin lift tergantung dari perbedaan antara berat pada sisi kereta

dan berat pada sisi bobot imbang. Jika pada pagi hari digedung kantor lift

berangkat dari lantai bawah dengan muatan penuh, maka beban yang diangkat

hanya (1-0,425) x kapasitas, yaitu jika besaran overbalance dipilih 42,5%.

Selanjutnya kereta akan turun langsung kelantai bawah dalam keadaan kosong

dengan menarik beban sebesar 0,425 x kapasitas yaitu selish berat bobot imbang

terhadap berat kereta kosong. Kinerja tersebut tidak jauh berbeda prinsip dengan

sumur senggot dikampung dimana diujung lain dari gelagar bambu dibebani

dengan batu, sehingga tiap-tiap kali air sumur yang ditimba seberat 4 kg hanya

diangkat dengan gaya sebesar 2 kg.

Jika kereta lift dengan muatan penuh dalam keadaan arah turun, maka

sebenarnya motor diputar oleh gerakan kereta turun, dengan gaya sebesar (1-

0,425) x kapasitas. Motor berubah menjadi generator, yang menghasilkan tenaga

listrik untuk lift sebelahnya atau peralatan lain dalam bangunan (regenerating

system dalam close loop circuit). Konsumsi tenaga listrik yang diserap oleh

seluruh unit lift dalam bangunan kantor hanya kurang lebih 5%, dibandingkan

untuk tata udara (AC) sebesar 60% dari kebutuhan seluruh bangunan.

3.3 Tarikan dan gesekan ( Traction and Slip )

3.3.1 Gaya gesek

Kemampuan traksi (traction ability) dari mesin hanya mengandalkan gaya

gesek antara tali baja dengan roda puli (traction sheave) dari besi tuang: Besamya

TEKNIK MESIN 22
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

gaya gesek ialah seiisih antara tegangan pada tali tegang dikurangi oleh tegangan

pada tali kendor atau G = T, -T, (daiam keadaan statis). Faktor yang menentukan

kekuatan gaya gesek ialah:

a. Dua jenis bahan yang bergesek. Daiam hal ini antara baja dengan

besi tuang. Koefisien gesek f = 0.11 jika kering, dan 0.9 jika

berminyak. Tarikan akan lebih baik jika tali baja tidak berlebihan

berminyak.

b. Sudut kontak (arc of contact) tali memeluk roda puli. Umpama,

tarikan akan lebih baik jika sudut kontak a = 180° (3.14 radian)

dibanding sudut kontak 165° (2.88 radian), yaitu jika mesin

menggunakan roda penyimpang (deflector sheave), lihat gambar

3.3

c. Bentuk alur (groove) dudukan tali pada permukaan keliling roda

puli, yaitu ada 3 macam : Alur bentuk V atau disebut flat seating

Alur bentuk U atau disebut round seating dan Alur bentuk U

dengan undercut dibagian dasar alur. Lihat gambar 3.4

TEKNIK MESIN 23
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Gambar 3.3

Gambar 3.4

Tali baja cenderung akan tergilincir (slip) pada permukaan keliling roda

puli tarik, jika gaya gesek G iebih kecil dari selisih T1-T2, atau cenderung akan

terjadi geser (creep) oleh karena gaya gesek G dengan T1-T2 Pergeseran tersebut

akan berulang-ulang terjadi tiap-tiap saat lift mau berhenti dan mau berangkat,

menyebabkan perubahan bentuk alur.

3.3.2 Hubungan Traksi

Rumus hubungan traksi (traction relation) batas mulai slip (creep) dalam

keadaan statis ialah sebagai berikut:

TR = / = eµα ................................................................... (3.1)4

Dan rumus besaran gaya gesek adalah :

Dimana :
TEKNIK MESIN 24
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

G = T1-T2 = T2 (eµα -1)........................................................... (3.2)5

TR = T1/T2 disebut hubungan traksi (traction relation) dalam keadaan statis

T1 = adalah gaya pada sisi tali tegang

T2 = adalah gaya pada sisi tali kendor

e = adalah angka dasar logaritma, yaitu 2.718

f = adalah koefisien gesekan antara dua macam bahan, besi tuang dengan baja

09 sanpai dengan 1,10 tergantung kering atau berminyak.

= adalah sudut kontak (arc of contact) dalam radian, yaitu

180° = 3. 14 radian

k = adalah koefisien bentuk alur atau keadaan permukaan benda yang bergesek

µ = adalah koefisien friksi antara dua benda yang bergesek, µ = fk.

Lihat data di bawah ini besaran k sesuai rumus matematik.

Besaran k secara empiris adalali sebagai berikut :

±1.0 untuk round seating (U-groove)

±1.1 untuk bentuk alur U dengan undercut 30°

± 1 .2 untuk bentuk alur U dengan undercut 45°

±1.3 untuk bentuk alur U dengan undercut 90° dan

± 1.4 untuk bentuk alur U dengan undercut 105°

Agar tidak terjadi slip TR = T1 / T2 harus lebih kecil dari efkα , dimana e fkα

disebut traction availability dari (Ta ) roda puli

Ta = e fkα ............................................................................................ (3.3)5

Catatan : statis ialah benda berhenti (diam) atau bergerak konstan tanpa aselerasi

ataupun deselerasi.

TEKNIK MESIN 25
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Rumus matematik untuk menetapkan besaran faktor k dari alur adalah

Sebagai berikut :

a. Bentuk alur U dengan undercut β0

k = 4 x (1 - sin B/2) / (π - β - sin β) Contoh sudut undercut 90 ( 3.14/2

rad) k = 4 x (1 - sin 45°) / (π - π/2 - sin 90°)

= 4 x (1 - 0.707) / 1.57 - 1 = 4 x 0.29 / 0.57 = 2.04

Besaran k tersebut akan menurun sampai 1.3 setelah terjadi abrasi

b. Bentuk alur V dengan sudut °

K = l / (sin /2) Jika sudut alur V = 60°, maka k = 1 / sin 30 = 1 / 0,5 =

2.0

3.3.3. Batas slip dinamis

a. Jika T1 / T2 lebih besar dari e fkα, maka akan terjadi geser (slip) antara

roda tarik yang berputar dengan tali baja, berarti kereta dengan beban

nominal penuh muatan tidak dapat diangkat atau bobot imbang tidak

mau turun walaupun roda puli tetap berputar. Usahakan T1/ T2 lebih

kecil 20% dari batas slip statis (e fkα).

b. Dalam perencanaan T1/ T2 harus paling sedikit sama dengan 0.8 kali e fkα

(atau 80%) karena adanya gaya dinamis saat perlambatan dan

percepatan. Dengan demikian, maka saat terjadi percepatan (lift

berangkat) dan perlambatan (lift mau berhenti) tidak terjadi slip. Jika

besaran percepatan/perlambatan a = 1.10 m/s2, maka besaran hubungan

traksi (traction relation) TR berubah menjadi sebagai berikut:

TRD = Cd x TR .........................................................................................................(3.4)5

TEKNIK MESIN 26
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Dimana :

TRD adalah hubungan traksi dinamis

Cd adalah faktor dinamis (dynamic constant) lihat table III-3

= (1 + a/g) / (1 – a/g) =1,225 untuk a =1,10 m/s2

a adalah percepatan

g adalah percepatan gaya tarik bumi = 9,80 m/s2

Sehingga (1 + a/g) = 1,113 dan (1- a/g) = 0,887, dan Cd =1,2113 /

0,887 = 1,225, maka hubungan traksi statis berubah menjadi traksi dinamis T RD =

1,225 TR

Agar tidak terjadi slip (geser) saat lift dengan beban nominal

mengalami percepatan dan perlambatan, maka Cd x (T1 /T2) harus lebih kecil

dari atau sama dengan e fk

TRd =Cd.TR ≤ T ............................................................... (3.5)5

Dimana Ta = e fkα disebut sebagai batas maksimal traksi yang dapat

diperoleh dari roda puli

No. Percepatan,a(m/s2) Cd = (1+a/g)/(1-a/g) 1/Cd


1 0.8 1.180 0.85
2 0.9 1.203 0.83
3 1.0 1.228 0.82
4 1.1 1.225 0.80
5 1.15 1.268 0.79
6 1.2 1.281 0.78
7 1.25 1.290 0.77
Tabel 1.1
Faktor Dinamis, Cd (berdasarkan g = 9,80 m/s2)

TEKNIK MESIN 27
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

3.3.4. Perbandingan berat kereta terhadap kapasitas

Berat kereta kosong harus memenuhi syarat tertentu agar tali tetap tegang,

sehingga tidak terjadi slip. Dalam praktek biasanya berat kereta kosong P = 1.8

kali atau bahkan sampai 2.2 kali kapasitas angkat untuk lift berkapasitas diatas

1300 kg. Lift kecil dengan kapasitas dibawah 600 kg berat kereta kosong 1.0

sampai 1.5 kali kapasitasnya.

Berat kereta terhadap kapasitasnya sangat mempengaruhi tegangan tali,

hubungan traksi, dan mencegah terjadinya slip saat aselerasi dan deselerasi. Lift-

lift kecil untuk perumahan, mempunyai kekhususan dimana berat kereta kosong

kira-kira sama dengan kapasitas angkat. Maka untuk menghindari slip, pada roda

tarik puli di buatkan alur tali bentuk V-groove atau flat seating, dengan sudut 32°

sampai dengan 60° dimana nilai e fkα = dapat mencapai 1.85.

3.4 Penentuan jumlah lembar tali baja tarik lift

Keselamatan penumpang lift sangat bergantung dari tali baja tarik. Oleh

karena itu faktor keamanan untuk tali baja tarik cukup besar, yaitu 12 untuk lift

berkecepatan 420 m/m, dan menurun sampai 8 untuk lift berkecepatan 45 m/m..

Dalam perhitungan menentukan jumlah lembar tali gaya-gaya dinamis diabaikan.

Hanya gaya statis yang dipertirnbangkan, dengan faktor keamanan yang

mencakup kemungkinan timbulnya tambahan tegangan saat aselerasi dan

deselerasi, tekukan tali dan juga efisiensi cara pengikatan ujung tali dengan soket

tirus pada sling rangka kereta dan bobot imbang. Penghitungan dengan asumsi

kereta berada dilantai dasar dengan beban penuh, sehingga berat sendiri tali baja

ikut diperhitungkan.

TEKNIK MESIN 28
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Gambar 3.5 Konstruksi tali baja

Penghitungan jumlah lembar tali juga harus didasarkan pada batas patah

tali yang tercantum dalam sertifikat uji yang dikeluarkan oieh pabrikan atau badan

penguji resmi.

Jumlah lembar tali dihitung dengan rumus :

fk ( P  Q  Tb)
n= .................................................................. (3.6)5
Bp.i

dimana :

n adalah jumlah lembar tali (dibulatkan keatas) adalah faktor keamanan,

fk adalah faktor keamanan, lihat daftar lampiran -

P adalah berat kereta kosong (kg)

Q adalah kapasitas nominal atau muatan penuh

Tb adalah berat sendiri dari tali baja (kg)

Bp adalah batas patah tali baja (kgf atau N)

i adalah faktor sistem pentalian atau roping

3.5 Kemuluran Tali

Tali baja akan mengalami kemuluran yang nyata selama tahun pertama

operasi lift, kemudian tali akan tetap stabil atau mungkin mengalami kemuluran
TEKNIK MESIN 29
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

yang sangat kecil, sampai suatu ketika diatas 5 tahun terjadi kembali kemuluran

nyata oleh sebab beberapa elemen kawat telah patah dan diikuti susutnya diameter

tali. Kemuluran awal adalah akibat konstruksi tali. Pintalan dari beberapa kawat,

dan lilitan yang dipuntir mengelilingi inti serat berusaha akan "duduk" secara

alami setelah dikenakan beban tarik. Biasanya maksimal kemuluran tahap awal

ialah 0.6 % dari panjang tali. Umpama lift dengan lintas 50 m, mengalami

kemuluran sepanjang 0.006 x 50.000 mm = 300 mm. Kemuluran elastisitas dapat

dihitung dengan rumus Hooke, sebagai berikut:


5
τ = E.ε atau ε = τ / E ............................................................. (3.7)

Dimana

τ adalah tegangan tarik dalam N/mm2 = ( P + Q ) g/At dan

At adalah luas metalik tali baja.

E adalah modulus elastisitas dari tali baja bernilai dari (0,7 – 1,0) x 105

N/mm2

ε adalah kemuluran relatif tali atau regangan = δ / 1 o

Dimana

1o adalah panjang tali awal dan

δ adalah kemuluran tali absolute (elastic rope elongation), dalam mm.

3.5.1 Umur tali

Tali baja mempunyai umur kegunanan (useful life). Panjang umur

menghasilkan kerja yang memuaskan tergantung hal-hal berikut ini:

a. Cara pentalian (roping) atau jumlah tekukan selama dioperasikan.

Sistem pentalian (roping) 1 : 1 lebih awet dibanding 2:1, lebih-


TEKNIK MESIN 30
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

lebih jika mesin dipasang dibawah, umur lebih pendek oleh sebab

arah tekukan yang berlawanan.

b. Tekanan/tegangan (dalam kgf per tali) pada keliling roda puli dan

hubungannya dengan kecepatan. Lihat table 3.2.

Tali dengan diameter Batas wajar Tt


12.7 ÷ 13 mm Kgf / tali
Konstruksi 8 x 19 FC
U-Groove 900 U/C U-Groove 1050 U/C
CAR SPEED ROPE MAXIMUM AVERAGE MAXIMUM AVERAGE
(m/m) SPEED SERVICE SERVICE SERVICE SERVICE
2:1 roping (m/m)
30 60 650 820 468 585
45 90 610 760 428 535
60 120 560 700 390 487
90 180 500 625 346 432
120 240 450 565 320 401
150 300 432 540 306 383
180 360 415 519 295 368
210 420 403 503 286 357
240 480 393 491 279 348
300 600
Tabel 3.2 tekanan tali baja batas wajar mesin geared gearless

c. Diameter roda puli (traction sheave) dan diameter roda lain yang dilalui

tali, (umpama car sheave dan cwt sheave pada 2 : 1 roping) dan bentuk

alur.

d. Diameter roda puli minimal 40 kali diameter tali walaupun dalam

paraktek 50 - 60 kali.

e. Keseragaman tegangan dari tiap-tiap lembar tali (penyetelan tegangan

dilakukan 2 kali setelah selesai pemasangan selang waktu kira-kira satu

minggu).

f. Jenis konstruksi tali dianjurkan dengan jumlah minimal lilitan

(strands) ialah 8 agar cukup lemas atau luwes (flexible). Material elemen

TEKNIK MESIN 31
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

kawat luar yang langsung kontak dengan alur roda dari "baja lunak",

dimana luas kontak 8 pilinan lebih baik.

g. Jumlah start stop per hour (SPH), dan perjalanan lift naik turun

mempengaruhi jumlah frekuensi tekukan tali. Untuk bangunan kantor

batas yang dapat diterima ialah 180 SPH, untuk perumahan/ruko 80

SPH.

h. Besaran hubungan traksi (traction relation) terhadap batas slip dan

besaran ascierasi.

i. Lingkungan (corrosive environment) dan pemeliharaan.

j. Cara penanganan (handling), cara penyimpanan dan, pelumasan anti

karat.

Dalam perencanaan, maka tali minimal harus dapat berguna selama 5

tahun, sedangkan roda puli dapat berumur melebihi 10 tahun. Dalam kenyataan

banyak roda puli berumur sampai 20 tahun, dan banyak tali baja berumur kurang

dari 5 tahun. Umur kegunaan tali (useful life) sangat bergantung pada jam

"terbang" atau jam operasinya.

3.6. Tekanan atau Tegangan

Salah satu penentu umur tali adalah besarnya tekanan atau tegangan per

lembar tali pada roda puli, maka perlu adanya pembatasan besarnya tekanan

tersebut. agar tali menjadi awet, seperti yang diharapkan oleh kontraktor instalasi lift..

Rumus tekanan tali adalah sebagai berikut :

TEKNIK MESIN 32
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Tt ≥ T 1 / n

Satuan dalam N/m pertali............................... (3.8)5

Tt adalah batas wajar tekanan, yang disediakan oleh produsen (tabel 3.2)

T1 adalah tegangan total tali pada sisi kereta dengan kereta bermuatan

nominal.

n adalah jumlah lembar tali

Tekanan atau tegangan tali dalam BS 5655 (EN 81.1) disebut "specific

pressure", p, satuan dalam N/mm2. Besaran spesific pressure atau tekanan spesifik

dari tali dapat dihitung dengan rumus sebagai benkut:

1. Untuk alur bentuk U dengan under-cut β radian, adalah

/
ρ= x ................................................................ (3.9)5

Dimana,

Ti = P + Q + Tb adalah gaya statis pada tali tegang dalam ( N )

n = adalah jumlah lembar tali

d = adalah diameter tali (mm)

D = diameter roda puli (mm)

β = sudut under-cut (radian)

Tb = berat tali baja

Menurut BS5655 besaran p atau tekanan spesifik dari tali dibatasi tidak Iebih dari

12 ,5  4 .V
Pmaks =
1V

N/mm2 ........................................................... (3.10)4

TEKNIK MESIN 33
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Dimana :

V adalah kecepatan tali dalam m/s.

Catatan: dalam hal pentalian 2:1, kecepatan tali 2 kali kecepatan kereta.

3.7. Efisiensi dan daya

Pengertian efisiensi (hasil guna) adalah angka perbandingan antara kerja

yang dihasilkan dengan energi yang diumpan. Selisih dari keduanya adalah energi

yang hilang menjadi panas akibat gesekan (friction) dibantalan, sepatu atau roda

luncur pada rel pemandu, tekukan tali, gesekan roda gigi dan heat loss motor

listrik. Hasil kerja nyata (usaha mekanis) berupa energi potensial yaitu beban yang

diangkat, kali jarak kerja (lintas). Daya P (power) adalah kelanjutan energi

berkaitan dengan satuan waktu. Jika energi meningkat dengan waktu (lift naik

beban penuh), maka daya maksimal adalah hasil pembagian energi persatuan

waktu (satuannya adalah Newton meter permenit (N m/m) atau horse power (hp)

atau kilo Watt (kW).

Efisiensi sangat bergantung dari sistem pesawat lift yang dipilih. Biasanya

sistem yang baik atau efisien, menuntut harga jual barang yang lebih mahal pada

awal investasi, tetapi setelah sekian tahun akan menjadi lebih hemat (ekonomis).

Efisiensi sistem lift terdiri dari beberapa unsur efesiensi subsistem :

 Efisiensi tarikan = ± 0.90

 Efisiensi mesin = ± 0,95 mesin tanpa gigi reduksi (gearless machine)

= ± 0,55 s/d 0,80 menggunakan transmisi gigi reduksi

(geared machine, yaitu worn gear atau helical gear).

TEKNIK MESIN 34
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

 Efisiensi motor = ± 0,97 (3% hilang sebagai heat loss).

 Efisiensi tranmisi gigi reduksi (reduction-gear) adalah sebagai berikut:

a. Roda gigi ulir / cacing (worn gear) efisiensinya tergantung jumlah gigi ulir

1. Dengan satu gigi ulir = ± 0,55

2. Dengan dua gigi ulir = ± 0,60

3. Dengan tiga gigi ulir = ± 0,75

b. Roda gigi helical (helical gear) = 0,8

Cara menghitung efisiensi total system lift :

= . .

Dimana = efisiensi total system

Daya atau power output dari system instalasi dapat dirumuskan sebagai

berikut :

. (1 − ) ....................................................... (3.11)4
=
6120.

Dimana

( kW)

Q = kapasitas nominal lift (kg)

OB = kecepatan nominal lift (m/menit)

= efisiensi total system = = . .

6120 = angka konversi kg.m/menit ke kW

kW = 6120 kg m/men

TEKNIK MESIN 35
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

1 hp = 4562 kg m/menit, atau = 0.746 kW

3.8. Rel Pemandu

Dalam BS5655 (EN 81.1) dan juga SNI03.2190 revisi 1999, ada 3 macam

rumus-praktis menentukan ukuran rel, masing-masing untuk 3 macam jenis

pesawat pengaman yang bekerja oleh sebab over speed, yaitu:

1. Pesawat pengaman mendadak (instantaneous), saat mana terjadi perlambatan

kurang lebih 40 m/s2, terjadi tegangan tekuk Γ

............................................................. (3.12)5
Γ = 25 ( + ) /
2. Pesawat pengaman agak luwes (captive roller), saat mana terjadi perlambatan

kurang lebih 20 m/s2 terjadi tegangan tekuk Γ.

....................................................... (3.13)5
Γ = 15 ( + ) /

2. Pesawat pengaman berangsur (gradual clamp), saat mana terjadi perlambatan

10 m/s2 (kira-kira sama dengan gravitasi), maka terjadi tegangan tekuk Γ

Γ = 10 ( + ) / ...................................................... (3.14)5

Γ : Tegangan tekuk dizinkan maksimal 140 N/mm2 untuk rel baja liat

(ductile), mutu Fe370 atau Γ = 170 N/m2 untuk baja mutu Fe430.

P + Q : Bobot berat kereta ditambah beban kapasitas nominal, dalam kg

: Faktor tekuk (buckling factor), korelasinya dengan (L/r),yaitu koefisien

kelangsingan (ratio of slenderness),

dimana

L : jarak rentang braket dan

r : radius girasi penampang rel.

TEKNIK MESIN 36
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Ar : Luas penampang atau irisan rel, dalam mm2.

rail (female)

rail (male) rail lift


gambar 3.6

Penggunaan rel kereta untuk beban-beban muatan tertentu. Sedangkan

besaran dan ukuran rel untuk bobot imbang lebih kecil daripada rel untuk kereta

dan jarak rentang braketnya sebaiknya sama untuk rel kereta maupun untuk rel

bobot imbang. Jika di maksudkan untuk ketahanan akibat getaran gempa bumi,

maka jarak braket maksimal 2.5 m. Jika bobot imbang dilengkapi juga dengan

pasawat pengaman, maka ukuran relnya dan jarak rentang braketaya sama dan

sesuai dengan rel pemandu kereta.

Salah satu ujung rel "dimatikan" (diikat) dengan struktur bangunan.

Biasanya ujung rel paling bawah yang dimatikan di dasar pit (supported rails).

Sebaliknya untuk lift kecil dan kecepatan rendah, ujung atas rel yang dimatikan,

atau ikut di cor beton lantai kamar mesin (suspended rails) dan ujung bawah

berjarak kira-kira 10 cm dari dasar pit. Kedua ujung jalur rel tidak boleh

dimatikan sekaligus pada struktur bangunan, agar rel tidak bengkok atau berubah

bentuk jika terjadi pergeseran relatif posisi bangunan (building compression)


TEKNIK MESIN 37
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

terhadap rel. Cara mematikan ujung rel pada struktur dapat dengan fixed clip pada

rel dengan braket. Ujung lain dari jalur rel bebas tidak meyentuh bagian bawah

lantai kamar mesin, yaitu pada sistim supported rails. Atau tidak menyentuh dasar

(pit) pada sistim suspended rail. Biasanya berjarak kira-kira 10 cm dari dasar pit.

Catatan :

a. Jarak rentang braket boleh lebih pendek (lebih dekat) dari pada

ketentuan dalam layout drawing dari pabrikan. Tetapi tidak boleh

lebih renggang

b. Ujung-ujung pada masing-masing rel sebelah kiri dan kanan harus

beda, jika kiri berbentuk male maka kanan berbentuk female

rnenghadap ke atas. (lihat gambar 3.5).

c. Rel-rel yang tidak lurus dan atau terpuntir jangan sekali-kali

digunakan. Harus dikirim dulu ke bengkel untuk diperbaiki. Jika tidak

mungkin diperbaiki dan diluruskan, maka rel sebaiknya diapkir saja.

3.9 Penentuan ukuran rel

Penentuan ukuran rel dan jarak rentang braket menggunakan rumus

besaran tegangan tekuk (EN80.1), sebagai berikut:

a. Rumus dalam satuan N/mm 2


Γ = 15 ( + ) /
dengan pesawat pengaman type lebih luwcs (captive roller).

TEKNIK MESIN 38
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

b.Rumus Γ = 10 ( + ) / ; jika pesawat pengaman

type berangsur dimana, Γ harus lebih kecil atau sama dengan Γ yang

diizinkan ( Γ ≤Γ ).

Dimana

P : berat kereta plus peralatan (kg)

Q : beban nominal atau contract capacity (kg)

Ar : luas penampang atau irisan rel (mm2)

: faktor tekuk (buckling factor); korelasi dan (lamda)

: koefisien kelangsingan (ratio of slenderness);

= ........................................................................ (3.15)5

dimana,

L : jarak rentang antara dua braket yang berjejer (mm).

r : radius putaran (radii of gyration) dari penampang profil rel,

.......................................................................... (3.16)5
=

Ix : momen inersia terkecil dari rel, (mm4).

3.10 Penyangga atau peredam lift

Penyangga (buffer) berfungsi menahan gaya tumbuk (impact) dari kereta atau

bobot imbang yang terjatuh menimpa dan membentur penyangga, jika pesawat

pengaman terlambat bekerja, atau bekerja pada saat kereta telah menjelang lantai

terbawah.

TEKNIK MESIN 39
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Panjang langkah penyangga, jika penyangga tertekan penuh oleh kereta

bermuatan penuh atau oleh bobot imbang, dihitung minimal atas dasar gaya tarik

bumi.

a. Untuk kecepatan lift s/d 60 m/menit, ditetapkan langkah minimal sama

dengan dua kali jarak perhentian akibat gaya tarik bumi, yaitu 1 2 V02/g

dan digunakan penyangga pegas (pengumpul energi tumbukan). Jika V 0 =

1.15 V, maka panjang langkah, L = 2 x 1 2 (1,15 x V)2 / g ; dimana g =

9,81 m/s2,

L = 0,135.V2

b. Untuk kecepatan diatas 60 m/menit, ditetapkan minimal sama dengan

jarak perhentian gaya berat bumi = l/2 V02/g, dan digunakan penyangga

hidrolis atau disebut peredam karena bersifat penyerap energi tumbukan,

jika

V0 = 1.15 V, maka panjang langkah, L = ½ (l,15.V)2/g, atau

L = 0,0675.V2
Dimana :

L : panjang langkah penyangga (m)

V : kecepatan lift (m/menit atau m/s)

3.11 Gaya reaksi Penyangga

Gaya reaksi R0 atas gaya tumbuk (impact force) pada penyangga oleh

kereta atau bobot imbang yang "jatuh bebas" dan membentur penyangga besarnya

TEKNIK MESIN 40
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

ditetapkan oleh BSI5655 (EN 81.1) tidak boleh lebih dari 40 (P + Q) Newton.

Rumus gaya reaksi:

R0 ≤ 40 (P + Q) N................................................... (3.17)5

Inilah jumlah gaya reaksi yang harus dapat ditahan oleh lantai beton dasar pit.

Gaya reaksi awal penyangga R0, besarnya hanya bergantung dengan kecepatan

lift saat membentur torak atau piston yaitu V0 sebesar 115% kecepatan nominal (V),

atau

V0 = 1,15 . V

Secara sederhana gaya reaksi tersebut mengikuti turunan rumus dari Newton.

R0 = m (g + a0) N............................................................... (3.18)5

Dimana

m : P + Q (kg)

P : berat kosong kereta (kg), Q : muatan maksimal (kg)

g : gravitasi bumi (9,8 m/s2)

a0 : perceptan awal (m/s2) saat terjadi benturan

sehingga
R0 = (P + Q) (g + a0)

Menurut ANSI A17. 1 demi kenyamanan penumpang lift, kejutan yang

terjadi saat kereta menimpa atau membentur peredam, benturan harus dibatasi

aselerasinya a0 = 2,5 . g = 2,4 m/s2.

TEKNIK MESIN 41
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Besarnya a0 = 24.5 m/s2 boleh terjadi asalkan dalam selang waktu tidak

boleh lebih singkat dari 0.04 detik oleh karena itu peredam hidrolik harus

direncanakan khusus untuk berbagai besaran kecepatan jatuh (sebesar 1.15 V).

Peredam hidrolik untuk lift berkecepatan 300 m/menit atau lebih tinggi,

diiengkapi dengan pegas dibawah torak sehingga torak akan menekan pegas

sebelum menekan minyak hidrohs. Atau ada pula piston yang dilengkapi dengan

tabung gas nitrogen, sehingga piston akan menekan gas nitrogen .sebelum

akhirnya menekan minyak hidrolis. Ataupun piston dilengkapi dengan kombinasi

pegas dan tabung gas nitrogen tersebut. Setelah selesai peristiwa benturan piston

akan terus ditekan turun menekan minyak dengan perlambatan tidak lebih dari g.

Buffer
Gambar 3.7

TEKNIK MESIN 42
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Jumlah dan besamya lubang pelarian minyak (porting) harus direncanakan

untuk itu. Jarak awal piston turun dapat dihitung dengan rumus

(g + a0) = (1.15 V)2 / 2s, atau

( 1,15 . ) (m).................... (3.19)5


= 12
+

Kemudian setelah terjadi benturan, langkah piston selanjutnya mengalami

perlambatan sebesar 9.8 m/s2, sampai terhenti. Jika kecepatan lift tersebut telah

diredam menjadi V maka langkah piston selanjutnya ialah:

( ) (m)................................................... (3.20)5
= 12

Sehingga jumlah langkah peredam (Lt) = L + S

Catatan :

a. Langkah peredam tercantum dalam daftar untuk lift berkecepatan 3.0 m/s

ialah minimal 0.63 m (SNI. 03-2190-1999). Peredam harus diuji dipabrik

negeri asal pembuat atau dilaboratorium resmi pengujian teknis atas

beberapa jenis model untuk kecepatan nominal tertentu. Pengujian

dilakukan tiga kali dan jika lulus, maka dikeluarkan sertifikat tanda lulus

uji atas gambar rancangan teknis peredam hidrolis tersebut. Kontraktor,

perasahaan jasa instalasi lift harus memegang salinan sertifikat tanda lulus

uji peredam hidrolis, sehingga dilapangan tidak perlu dilakukan pengujian

peredam saat selesai pemasangan, untuk memperoleh izin pengunaan lift.

TEKNIK MESIN 43
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

b. Panjang langkah peredam (buffer stroke) kereta dan bobot imbang sama;

tidak dibeda-bedakan, walaupun massa kereta yang jatuh menimpa

peredam sebesar (P+Q) kg dan yang menimpa peredam bobot imbang

lebih kecil, yaitu Z = (P + 0.45 Q) kg. Langkah peredam hanya bergantung

dari kecepatan saat kereta atau bobot imbang menimpanya.

c. Kedalaman pit sangat tergantung dari langkah peredam dan tinggi silinder

serta tinggi penguat atau pendukung silinder (buffer stand). Kadang-

kadang buffer stand sengaja dibuat tinggi untuk memperoleh ruang aman

minimal 0,6 m yang dipersyratkan oleh peraturan dan SNI.

d. Ruang aman (refuge space) ada dua, yaitu didasar pit dan dibagian teratas

ruang luncur, dibawah lantai kamar mesin. Jika bobot imbang jatuh bebas

membentur peredam, maka kereta akan melonjak keatas tetapi masih

tersisa 0.6 m bagi teknisi jongkok dengan arnan diatas atap kereta. Tinggi

overhead bagian teratas ruang luncur dihitung dari permukaan Iantai

teratas ialah jumlah tinggi rangka kereta dengan peralatan diatasnya,

ditambah runby, ditambah langkah peredam, ditambah lonjakan kereta

(1/2 langkah) dan terakhir ditambah ruang aman (refuge space).

3.12 Cara-cara Pengamanan Pada lift

3.12.1 Toleransi Lari

Toleransi lari atau luang lari atau runby ialah jarak antara permukaan atas

penyangga dengan "plat bentur" kereta atau bobot imbang. Luang lari diperlukan

saat terjadi overtravel, kereta diberi kesempatan merosot dalam batas toleransi,

sebelum membentur penyangga. Atau mungkin kereta meluncur keatas

TEKNIK MESIN 44
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

melampaui batas lintas, bersamaan dengan itu bobot imbang merosot kebawah

dalam batas toleransi

sebelum membentur penyangga. Jarak toleransi lari yang dianjurkan ssbagai

pedoman adalah sebagai berikut:

a. Pada peredam hidrolis toleransi lari bobot imbang 23 cm. Toleransi

minimal 5 cm dengan syarat peredam dapat ditekan oleh bobot imbang

sampai sedalam 25% dari langkah. Panjang tali baja yang mulur

menyebabkan toleransi lari berkurang secara berangsur menjadi 5 cm. Hal

ini terjadi biasanya setelah lift beroperasi satu tahun. Tali harus

diperpendek agar toleransi lari bobot imbang kembali menjadi 23 cm. Jika

suatu saat toleransi lari kedapatan telah berkurang mencapai 5 cm, maka

kondisi ini kemungkinan besar akan menjadi sumber kerusakan dan

kecelakaan.

Keterangan :

Jika terjadi overtravel dimana bobot imbang telah lebih dulu membentur

penyangga, padahal kereta belum sampai menyentuh saklar henti batas lintas atas

(directional limit switch), maka motor akan bekerja terus menerus, oleh sebab

saklar tersebut belum terputus oleh tuas kereta. Roda puli tarik akan berputar

terus, sementara kereta dan tali tetap diam, sehingga terjadi slip dan keduanya

menjadi rusak.

Pada penyangga pegas toleransi lari (runby) adalah sebagai berikut:

 Kecepatan lift 75 m/menit = 11 cm

 Kecepatan lift 15 m/menit = 15 cm

TEKNIK MESIN 45
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

 Kecepatan lift 30 m/menit = 22cm

 Kecepatan lift 60 m/menit = 30 cm, maksimal 60 cm,

Jika tinggi overhead memungkinkan. Toleransi lari minimal ialah 7 cm

akibat kemuluran tali, dengan Catatan overtravel kereta maksimal 5 cm diatas

lantai terminal atas, dimana pada saat itu directional limit switch terputus (lepas)

oleh sentuhan tuas.

3.12.2 Saklar Batas Lintas

Setiap lift haras dilengkapi dengan saklar-saklar mekanis pengaman batas

lintas (travel limit switches) yang dilengkapi dengan roller karet, dan akan

memutuskan arus listrik jika kereta bergerak melewati lantai-lantai terakhir

(terminal landing floors) diujung paling atas dan paling bawah, serta tuas kereta

menyentuh roler tersebut.

Masing-masing pada ujung atas dan bawah terdapat atau terpasang dua

saklar. Saklar yang mula-mula tersentuh oleh tuas kereta ialah normal atau

directional limit switch pada saat kereta secara tidak normal melewati permukaan

lantai sejauh 5 cm. Kemudian saklar berikutnya yaitu final limit switch tersentuh

tuas yang sama jika kereta masih berlanjut melewati lantai sejauh tambahan 15

atau sampai dengan 20 cm dari permukaan lantai, dan memutus arus dan motor

berhenti bekerja.

Jika bobot imbang merosot dan membentur penyangga maka luas kereta

pada lantai teratas telah lebih dulu rnemutus aras dengan cara menyentuh saklar

batas (limit switch), karena posisi saklar tersebut maksimal hanya 5 cm, yaitu

jarak lebih pendek dari pada toleransi lari minimal bobot imbang sepanjang 7 cm.

TEKNIK MESIN 46
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Oleh karena itu jika toleransi lari bandul atau bobot imbang telah mencapai 5 cm

akibat dari kemuluran tali baja tarik, maka tali tersebut harus diperpendek.

Disamping dua saklar yang berjejer tersebut diatas, suatu cara pengamanan

tambahan perlu dipasang, yaitu saklar pelamban laju kereta (slow down switch)

pada kedua ujung terminal atas dan bawah. Saat kereta memperlambat lajunya,

tuas membentur saklar tersebut dan terjadi perlambatan, sesuai dengan

percepatannya.

3.12.3 Kemerosotan Kereta

Keselamatan penumpang selama pesawat pengaman bekerja harus

terhindar dari kejutan atau benturan. Oleh karena itu kereta akan berhenti akibat

dari pesawat pengaman harus secara berangsur-angsur, terutama untuk lift-lift

berkecepatan 90 m/menit keatas.

3.12.4 Saklar henti pengaman

Seluruh saklar henti pengaman, yaitu pemutus arus tenaga ke motor, harus

dipasang secara seri, sehingga satu saja dari saklar-saklar tersebut yang putus atau

terbuka akan menyebabkan motor berhenti bekerja. Saklar tersebut dari jenis

mekanis ataupun tombol, dan secara normal menutup atau menyambung satu

sama lain secara seri.

Pada umumnya urutan-urutan saklar dimuIai dan terminal di pusat kendali

ialah sebagai berikut:

 Saklar batas lintas normal (atas dan bawah)

 Saklar batas lintas akhir(atas dan bawah)

 Saklar darurat di pit bagi teknisi (tombol atau tungkai)

TEKNIK MESIN 47
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

 Saklar kecepatan lebih governor (OS)

 Saklar alat pengaman (SOS)

 Saklar thermal pada motor, bekerja jika motor menjadi panas

 Saklar darurat dikereta (berbentuk tombol atau tungkai)

 Saklar darurat diatap keteta (berbentuk tombol atau tungkai)

 Saklar pintu-pintu akses darurat, bekerja jika pintu akses dibuka

 Saklar kontak pintu-pintu lantai (door contact)

 Saklar kontak pintu kereta (gate contact)

 Saklar pita putus (broken tape switch)

 Saklar pemutus akibat tali baja mulur

 Saklar puli penegang tali kompensasi, di pit

 Saklar peredam hidrolik, di pit

Saklar darurat berupa tombol, ungkit atau tungkai (toggle), bekerja secara

normal dan berwarna merah. Ruang luncur ekspress harus dilengkapi dengan

pintu-pintu akses darurat pada jarak-jarak maksimal 11 m, dan pintu tersebut

harus pula dilengkapi dengan saklar henti pengaman.

Contoh jarak tempuh perhentian atau kemerosotan kereta (d) saat pesawat

pengaman bekerja atau Saat governor terhentak atau jatuh (tripped) atas dasar

rumus, dimana perlambatan kira-kira berkisar mulai dari 0,2 g sampai maksimal

1,0 g dengan nilai g = 9,81 m/s2, maka nilai perlambatan dibatasi mulai dari 1,95

m/s2 sampai dengan 9,81 m/s2. Jarak kemerosotan kereta dihitung dengan rumus :

= 1 2.
(m)....................................................................... (3.21)5

TEKNIK MESIN 48
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

Dimana, V : besaran kecepan lebih (overspeed) saat governor jatuh (tripped) dan

pesawat pengaman bekerja.

3.13 Kecepatan dan Frekuensi pada lift

Pada instalasi lift yang menggunakan kendali kecepatan VVVF (Variable

Voltage Variable Frequency} dapat bebas direncanakan diameter puli dari

minimal 40 sampai 60 kali diameter tali baja. Batas minimal diameter puli yang

diizinkan SNI ialah 40 kali diameter tali baja, akan tetapi hal ini cenderung

memperpendek umur tali. Oleh karena itu perencanaan diameter puli diarahkan 55

sampai 60 kali diameter tali, dengan cara memilih besaran frekuensi dan jumlah

pole. Jika diameter tali baja (d ) 13 mm, maka diameter puli tarik minimal sama

dengan 40 x 13 = 520 mm. Lihat daftar hubungan kecepatan dengan

frequency dalam lampiran 5.

Perhitungan Frekuensi pada Gearless dan geered Machine dengan rumus

sebagai berikut:

= (rpm) ............................................................................ (3.22)5


.

120 . (1 − ) .
= Atau = (Hz)
120 (1 − )

Dimana,

: kecepatan putar (radial speed) dari puli atau as motor (dalam rpm)

D : diameter puli (m)

: 3,14
TEKNIK MESIN 49
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN ELEVATOR BARANG DENGAN KAPASITAS 2 TON

: frekuensi (Hz) dari motor AC

: slip (3%)

P :jumlah pasangan pole

TEKNIK MESIN 50
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Anda mungkin juga menyukai