Pedomanrujukan
Pedomanrujukan
BEDAH
Jika yakin pasien akan ke RS, setelah stabil→ rujuk kembali ke setelah stabil→ rujuk kembali ke
beri therapi pendahuluan perujuk perujuk
(Antibiotik dan analgetik)
2 Hemorhoid interna & Penilaian klinis, Haemorroidectomy Haemorroidectomy
Eksterna Diagnostik dan terapi Kontrol luka Kontrol luka
(Haemmorrhoid Gr I dan II)
Setelah stabil rujuk kembali ke Setelah stabil rujuk kembali ke
Rujuk ke PPK 2 / PPK 3 (RS perujuk perujuk
kelas B dan RS regional) untuk
kasus Haemorrhoid Gr III dan IV
3 Fistula ani simple Penegakan Diagnosis Terapi konservatif
Therapi pendahuluan Tindakan operatif
Setelah stabil rujuk kembali ke
Rujuk ke PPK 2 PPK 1
Fistula ani kompleks Penegakan Diagnosis Penanganan Pemeriksaan penunjang
Therapi pendahuluan (Tindakan operatif) Penangananpada fistula
Setelah stabil rujuk ke PPK 1 (Tindakan operatif)
Rujuk ke PPK 2 / 3 (RS kelas B Bila ada penyulit rujuk PPK 3
dan RS regional) Penanganan komplikasi/penyulit
1
4 Fissura ani Penegakkan Diagnosis Therapi dan tindak lanjutan
Therapi Pendahuluan
Rujuk ke PPK 2 Setelah stabil rujuk kembali ke
PPK 1
5 Cholelithiasis Deteksi gejala klinik Tindakan operasi Tindakan operasi
(Kasus gawat darurat, Bila dg penyulit rujuk ke PPK 3
permenkes 856/2009) Therapi Simptomatis Bila dg penyulit rujuk ke PPK 3 ( tersier puncak/rujukan
Rujuk ke PPK 2/3 (semua PPK 3) (tersier puncak/ rujukan nasional) nasional)
2
8 Ileus Diagnosis dini Laparotomi explorasi, atasi Laparotomi explorasi, atasi
(Kasus gawat darurat, Edukasi penyebab ileus penyebab ileus
permenkes 856/2009) Rujuk ke PPK 2/ 3 (Semua PPK Setelah stabil rujuk kembali ke Setelah stabil rujuk kembali ke
3) PPK 1 PPK 1
9 Tumor abdomen Diagnosis dini Laparotomi explorasi, (reseksi/ Laparotomi explorasi, (reseksi/
Edukasi tindakan sesuai letak & kondisi tindakan sesuai letak & kondisi
Rujuk ke PPK 2/3 (RS kelas B tumor) tumor)
dan RS regional) Setelah stabil rujuk kembali ke Setelah stabil rujuk kembali ke
PPK 1 PPK 1
Pasien yang telah di diagnosis
mengalami keganasan dan Rujuk PPK 3 bila dicurigai Bila ada penyulit dan
membutuhkan radioterapi rujuk keganasan dan membutuhkan membutuhkan radioterapi rujuk
ke PPK 3 / tersier puncak Kemoterapi ke PPK 3 puncak (rujukan
(rujukan nasional) nasional)
10 Trauma abdomen Diagnosis dini, stabilisasi pasien Laparotomi explorasi (definitif Laparotomi explorasi (definitif
(Kasus gawat darurat, rujuk ke PPK 2/3 (RS kelas B dan atau damage control) atau damage control)
Permenkes 856/2009) RS regional) Setelah stabil rujuk kembali ke Setelah stabil rujuk kembali ke
PPK 1 PPK 1
Bila ada penyulit, rujuk PPK 3
(RS kelas B dan RS regional)
11 Tumor payudara Deteksi / diagnosis dini Tatalaksana (Eksisi ) Penanganan di PPK 3
-Fibro Adenoma Mammae Simptomatis PA Jaringan Tatalaksana (Eksisi )
(FAM) Rujuk Ke PPK 2 Setelah stabil, rujuk balik PPK1 PA Jaringan
-Lesi fibrokistik Setelah baik rujuk balik PPk1
-Mastopathia
Rujuk PPK 2/3 bila bila dicurigai Jika ganas Jika ganas
keganasan Radical Mastectomy/Modified Radical Mastectomy/Modified
Radical Mastectomy atau yg Radical Mastectomy atau yg
Pasien yang telah di diagnosis terpilih terpilih
mengalami keganasan dan
membutuhkan radioterapi rujuk Rujuk PPK 3 bila membutuhkan Bila ada keganasan
ke PPK 3 (tersier) puncak/ Kemoterapi (jika tdk ada sarpras Kemoterapi
rujukan nasional pendukung) dan radioterapi Bila membutuhkan Radioterapi
rujuk ke PPK 3 puncak ( tersier
3
puncak/ rujukan nasional)
6
PENYAKIT DALAM
8
5 DM dengan gangguan kognitif Diagnosis awal Skrining kognitif Penanganan di PPK 3 (rujukan
Rujuk ke PPK 2 Rujuk PPK 3 ( rujukan nasional) nasional)
6 DM dengan komorbid TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS TERKENDALI TERKENDALI
→ Pengelolaan di PPK 2 →Pengelolaan di PPK3
→ Rujuk PPK 2 /PPK3
Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan Rujuk balik ke PPK 2 bila:
RS regional) bila: TERKENDALI
TIDAK TERKENDALI (HbA1C < 7 atau DP <170
(HbA1C > 7 atau selama 3 bulan pengelolaan)
GDP >170 selama 3 bulan
pengelolaan)
Komplikasi Akut Hiperglikemi TEGAKKAN DIAGNOSIS Rujuk kembali ke PPK 1 bila: (Pengelolaan tetap di PPK 3 bila
KLINIS TERKENDALI terjadi komplikasi dan obat
KAD-HHS TERAPI PENDAHULUAN hanya tersedia di PPK 3, PPK 3
RUJUK PPK 2 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan membuat surat keterangan
RS regional) bila:
masih dalam perawatan)
TIDAK TERKENDALI dalam 24
jam Rujuk kembali ke faskes
perujuk bila TERKENDALI
9
9 Hipertensi Esensial TANPA KOMPLIKASI: Pengelolaan di PPK 2 Pengelolaan di PPK 3
Pengelolaan di PPK 1
Masukan program Prolanis Masuk PRB bila TERKENDALI TERKENDALI tanpa komplikasi
tanpa komplikasi Masuk PRB
Rujuk PPK 2 apabila terjadi : (PPK 1 merujuk kembali ke PPK
Hipertensi dengan komplikasi 2 tiap 3 bulan) TERKENDALI dengan
(Retinopati, Nefropati, HHD, komplikasi
CHF,cerebrocardiovaskular) Pengelolaan di PPK 2 bila →Pengelolaan tetap di PPK 3
Resistensi hipertensi TERKENDALI dengan (Pasien kontrol setiap bulan di
Krisis hipertensi( hipertensi komplikasi PPK 3 karena obat nya tidak
emergency dan urgensi) ada di PRB dengan surat
Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan
Obat golongan I tidak dapat keterangan masih dalam
RS regional) bila TIDAK
memberikan hasil yang baik perawatan dari PPK 3)
TERKENDALI atau penanganan
Intolerance Obat gol ACEI
komplikasi tidak optimal
(Captopril, Lisinopril ) dan
CCB( ( Amlodipin )
-Tidak terkendali
10
11 ASHD (Peny Jantung Koroner PJK KRONIK STABIL TERKENDALI TERKENDALI
Kronik Stabil) TEGAKKAN DIAGNOSIS
KLINIS Pengelolaan tetap di PPK 2 Pengelolaan di PPK 3:
TERAPI PENDAHULUAN (Bila obat tidak tersedia di PPK (Bila obat tidak tersedia di PPK
1/apotik PRB , rujukan tiap 4 1 dan PPK2, PPK 1 merujuk ke
RUJUK PPK2/PPK3 (RS kelas B bulan dari PPK 1) PPK 3 tiap bulan/ PPK 3
dan RS regional) membuat surat keterangan
Rujuk PPK 3 bila: masih dalam perawatan)
Pengeloaan setelah rujuk balik: Obat tidak tersedia di PPK 2
Bila tersedia obat di apotik PRB, Rujuk kembali ke PPK 2 (Bila
Pengelolaan di PPK 1 dan rujuk Rujuk balik PPK 1 obat tersedia di PPK 2)
ke PPK 2 setiap 4 bulan (Bila obat tersedia di PPK1/
apotik PRB) Rujuk balik PPK 1 (Bila obat
ada di daftar obat PRB )
12 ASHD (Sindroma Koroner Sindroma Koroner Akut (SKA) TERKENDALI
Akut)
TEGAKKAN DIAGNOSIS → Pengelolaan di PPK 3
KLINIS
TERAPI PENDAHULUAN Bila stabil dan komplikasi
RUJUK PPK 3 tertangani, Rujuk kembali ke
PPK 1 sebagai ASHD Koroner
Kronik Stabil
11
14 ASHD (gagal jantung) Tegakkan dx klinis Terkendali --> Pengelolaan di Pengelolaan di PPK 3
Terapi pendahuluan PPK 2
Rujuk PPK 2 Rujuk balik ke PPK1 (PRB)
Rujuk balik ke PPK1 ( PRB) bila :
Pengelolaan pasien yang bila : Stabil dan terkendali
sudah di rujuk balik Stabil dan terkendali (rujuk tiap 3 bulan dari PPk 1 ke
Pemberian obat seperti (rujuk tiap 3 bulan dari PPK 1 ke PPK 2)
PPK 3 (RS kelas B dan PPK 2)
RS regional) melalui
Apotik PRB Rujuk PPK 3 bila tidak stabil
Rujuk ke PPK2 tiap 3 dan tidak terkendali
bulan
Rujuk ke PPK 3 (tersier
puncak/rujukan nasional) bila :
Diperlukan tindakan diagnostik
(misal pada penyakit jantung
katup) dan atau tindakan
intervensi
15 Diare Rujuk PPK 2 bila : Pengelolaan di PPK 2 Bila tidak didapatkan kelainan
Tanda dehirasi sedang-berat Bila terkendali Rujuk kembali organik rujuk kembali PPK 1
Penurunan berat badan PPK 1
Nyeri perut yang sangat
Tidak dapat dilakukan Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan
rehidrasi oral RS regional) bila :
Tidak mampu melakukan Diare kronik perlu dilakukan
rehidrasi parenteral di pelacakan dan bila fasilitas tidak
pelayanan primer memadai
Lebih dari 2 minggu
16 Disentri Rujuk PPK 2 bila : Penanganan di PPK 2
Perburukan klinis
Sepsis Bilat teratasi:
Komplikasi: hiponatremia rujuk kembali ke PPK 1
berat, hipoglikemia berat,
12
ensefalopati, megakolon, Bila tidak teratasi
prolaps rektal, peritonitis, rujuk ppk 3 (RS kelas B dan
perforasi, abses rektum, RS regional)
hemoroid
17 Goiter Tegakkan dx klinis Pengelolaan di PPK 2 (jika ada Pengelolaan di PPK 3
lab penunjang)
Rujuk ke PPK 2: Jika terkendali rujuk kembali
Jika diperlukan pemeriksan Rujuk PPK 3 jika : ke PPK 1
hormon tiroid ( tergantung Membutuhkan tindakan intervensi
fasilitas laboratorium) dx/terapi atau tidak terkendali di
ppk2
18 Pneumonia tanpa komplikasi 1. Tegakkan dx klinis Terkendali pengelolaan di PPK Pengelolaan di PPK 3
2. Terapi pendahuluan 2
3. Rujuk ke ppk 2 atau ppk Bila tidak membaik rujuk ke PPK
3 ( RS kelas B/ RS Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan 3 (tersier puncak/ rujukan
regional) RS regional) nasional)
bila:
Selama perawatan tidak
membaik
Gejala klinis berat
Disertai faktor komorbid
19 Leukemia TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS Pengelolaan di PPK.3
20 Perdarahan saluran cerna TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS Pengelolaan di PPK 2 Pengelolaan di PPK 3
13
penanganan
17
Warning signs:
Tak ada perbaikan klinis
saat demam mereda
Tak mau makan/minum
Muntah terus-menerus
Letargi, perubahan
perilaku/ penurunan
kesadaran
Pucat, extremitas dingin
Perdarahan: epistaksis,
hematemesis, melena,
menoragia, hematuria
panas 40 derajat tak
mempan dg anti piretik
Trombocyt < 125 rb
Kenaikan HMt 20% dari
sebelumnya
33 Gagal ginjal Akut Tegakkan diagnosis klinis Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis
Pengelolaan bila ada fasilitas Pengelolaan bila ada fasilitas
( Permenkes 856/2009 masuk Rujuk ke PPK 2/3 ( semua PPK HD HD
kasus gawat darurat) 3) untuk penegakkan diagnosis
Rujuk bailik PPK 1 bila stabil
Rujuk PPK 3 ( semua PPK 3) atau membaik
bila :tidak stabil/ tidak membaik
35 Sindroma Nefrotik Tegakkan diagnosis klinis Pengelolaan di PPK 2, membaik Pengelolaan di PPK 3
hingga tapp off
Rujuk ke PPK2 Rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk kembali ke PPK
bila stabil. (proteinuria 1 bila stabil (proteinuria
negatif) negatif)
19
PENYAKIT PARU
( Penanganan di PPK 1
bekerjasama dengan Puskesmas/ Sarana/Prasarana : Sarana/Prasarana :
rujukan horisontal)
Poli DOTS TB/Pojok TB ICU/Ventilator, ICCU, dokter
Rujuk PPK 2 bila: spesialis/ sub. Spesialis lainnya.
- TB paru MDR
21
Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS - Meningitis TB
regional) bila: - Perikarditis TB
- TB paru dg Impending gagal - Peritonitis TB
napas
- TB paru dg gagal Napas
- Spondilitis TB
-
Rujuk PPK 3 puncak (tersier
puncak/rujukan nasional) bila :
- TB paru MDR
- Meningitis TB
- Perikarditis TB
- Peritonitis TB
4 Pneumonia Skrining dan diagnosa klinis Penegakkan diagnosis Penegakkan diagnosis
Penanganan di PPK 3
Penanganan pendahuluan Penanganan untuk pneumonia:
- Pneumonia dg penyulit
- Pneumonia dg penyakit penyerta Saran/prasaran :
(DM/Gagal ginjal, Keganasan dll) ICU/Ventilator,CT Scan
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 (RS kelas - Pneumonia dg B20/HIV
B dan RS regional) -
Sarana/Prasarana : Rujuk PPK 3 puncak/ rujukan
Thorax Foto,USG, CT Scan nasional bila tidak tertangani di
PPK 3
Rujuk PPK 3 bila :
- Pneumonia dg Impending Gagal
Napas
- Pneumonia dg Gagal Napas
- Pneumonia dg Sepsis/Septic
Syock
5 Abses Paru Skrining dan diagnosa klinis Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis
22
Rujuk PPK 2/ PPK 3 - Abses Paru tanpa penyulit
Sarana/ prasarana:
Thorax Foto Sarana/ prasarana :
24
fasilitas/ PPK 3 Thorax Foto, Ct Scan - Tumor Paru dg Gagal
Napas
- Tumor Paru dg Penyulit
- Modalitas Terapi Tumor
Rujuk ke PPK 3 (tersier puncak / Rujuk PPK 3 untuk tatalaksana Paru ( Kemoterapi,Radio
rujukan nasional) bila : terapi, pembedahan)
Pasien yang sudah terdiagnosis Sarana/ Prasaran :
sebagai Ca Paru ( keganasan) ICU/Ventilator,USG, CT Scan
dapat Thorax, Sub spesialis Bedah
TKV, Sarana Tim Onkologi.
11 Tumor Penegakan diagnosis klinis - Penanganan di PPK 3
Mediastinum - Tumor Mediastinum
Rujuk PPK 2 kelas C dengan Penegakan Diagnosis Tanpa Penyulit Tumor
fasilitas/ PPK 3 mediastinum dg Penyulit
Sarana/Prasarana : - Tumor Mediastinum dg
Gagal Napas
Thorax Foto, Ct Scan - Tumor Mediastinum dg
Pasien yang sudah terdiagnosis Penyulit
sebagai Ca Paru ( keganasan) - Modalitas Terapi Tumor
dapat dirujuk ke PPK 3( tersier Rujuk PPK 3 untuk tatalaksana Mediastinum (
puncak/ rujukan nasional) Kemoterapi,Radio terapi,
pembedahan)
Sarana/ Prasarana :
ICU/Ventilator,USG, CT Scan
Thorax, Sub spesialis Bedah
TKV, Sarana Tim Onkologi.
12 Bronkiectasis Penegakkan diagnosis klinis Tatalaksana di PPK 2 Tatalaksana di PPK 3 Kelas
Rujuk PPK 2 - Bronkiectasis tanpa penyulit RS kelas B/ RS regional
Sarana/ prasarana: - Bronkiectasis dg Sepsis
Thorax Foto - Bronkiectasis dg Gagal
Napas
Rujuk PPK 3 kelas RS kelas B dan - Bronkiectasis dg
RS regional bila: Penyulit
- Bronkiectasis dg Sepsis Sarana/ Prasarana :
25
- Bronkiectasis dg Gagal Napas ICU/Ventilator,USG, Ct Scan ,
- Bronkiectasis dg Penyulit CT Angiografi, Sub spesialis
Bedah TKV
26
15 Edema Paru non Penegakkan diagnosis klinis Tatalaksana di PPK 2 Tatalaksana di PPK 3 kelas
Cardiogenik Rujuk PPK 2 - Edema Paru non Cardiogenik RS kelas B dan RS regional :
Tanpa penyulit - Edema Paru non
Cardiogenik dg Gagal
Tatalaksana awal Napas
Sarana/ Prasarana : - Edema Paru non
Thorax Foto, USG Cardiogenik dg Penyulit
27
SARAF
1. Migrain Tatalaksana oleh dokter di Tatalaksana kasus migrain Tatalaksana kasus migrain
layanan primer yang persisten dan tidak hilang yang persisten dan tidak hilang
Rujuk ke Spesialis Saraf (PPK dengan pengobatan analgesik dengan pengobatan analgesik
2) bila: non-spesifik. non-spesifik maupun spesifik,
Timbul komplikasi: stroke Pengobatan migren dengan serta dicurigai terdapat kelainan
iskemik, migren komplikata obat-obatan spesifik dan struktural di otak
dengan hemiparesis profilaksis. Tatalaksana kasus migren
Efek samping OAINS: dengan kemungkinan terjadi
perdarahan dan ulkus Rujuk ke PPK 3 bila dalam migren komplikasi
Terdapat tanda-tanda defek pengobatan tidak membaik atau Melakukan pemeriksaan MRI
neurologis berat terjadi migren komplikasi dan diagnostik penunjang lain
migren terus berlanjut (> 72 bila diperlukan
jam)
Frekuensi > 3x dalam
setahun
atau migren tidak hilang
dengan pengobatan
analgesik non-spesifik.
2. Nyeri Kepala Tipe Tegang Tatalaksana oleh dokter di Tatalaksana rujukan kasus
(Tension Headache) layanan primer nyeri kepala tipe tegang yang
tidak membaik.
Rujuk PPK 2 bila: Rujuk internal bila
Nyeri tak membaik lebih dari membutuhkan pelayanan
15 hari (kronik) ( spesialis spesialis lain (seperti spesialis
saraf) jiwa)
Penyulit depresi berat dengan Di PPK 2 diharapkan kasus
28
ide bunuh diri ( ke spesialis TTH dapat terselesaikan
jiwa)
Keluarga dan penderita tidak
kooperatif
3. Nyeri Kepala Kluster Identifikasi diagnosis dan Tatalaksana medis Tatalaksana medis
tatalaksana awal Pemeriksaan CT-Scan + Pemeriksaan MRI + kontras bila
Rujuk PPK 2/3 untuk kontras bila didapatkan defisit didapatkan defisit neurologi,
penegakan diagnosis neurologi, diterapi belum diterapi belum membaik selama
membaik selama 3 bulan serta 3 bulan serta keluhan makin
Bila sudah terdiagnosis Nyeri keluhan makin memberat. memberat.
kepala kuster, rujuk ke PPK 3.
4. Carpal Tunnel Syndrome Skrining diagnostic Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Tatalaksana pendahuluan dan sesuai dengan ketersediaan intervensi invasif minimal dan
merujuk ke dokter spesialis fasilitas operatif
saraf ( PPK 2/3) Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik
5. Trigger Finger Skrining diagnostic Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Tatalaksana pendahuluan dan sesuai dengan ketersediaan intervensi invasif minimal dan
merujuk ke dokter spesialis fasilitas operatif
saraf ( PPK 2/3)
6. Sindrom De Quervain Skrining diagnostic Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Terapi pendahuluan dan invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
merujuk ke dokter spesialis ketersediaan fasilitas operatif
saraf (PPK2/3) untuk diagnosis Rujukan internal Rujukan internal
dan terapi
Merujuk ke Spesialis Bedah
Ortopedi/ bedah saraf untuk
tindakan bedah
7. Epikondilitis Lateral Skrining diagnostic. Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Terapi pendahuluan dan invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
merujuk ke dokter spesialis ketersediaan fasilitas operatif
saraf (PPK 2/ PPK3)
29
8. Kapsulitis Adhesiva Bahu Skrining diagnostic. Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Terapi pendahuluan dan invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
merujuk ke dokter spesialis ketersediaan fasilitas operatif
saraf ( PPK 2/PPK3)
9. Sindrom Rotator Cuff Skrining diagnostic. Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Terapi pendahuluan dan invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
merujuk ke dokter spesialis ketersediaan fasilitas operatif
saraf (PPK 2/ PPK3)
10. Knee Pain Skrining diagnostic. Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Terapi pendahuluan dan invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
merujuk ke dokter spesialis ketersediaan fasilitas operatif
saraf (PPK 2 / PPK3)
11. Fibromialgia Skrining diagnostic Talaksana medis sesuai Talaksana medis komprehensif,
Rujuk ke PPK 2 dengan ketersediaan fasilitas intervensi non medika mentosa
Rujuk PPK 3 bila tidak membaik (CBT)
dan membutuhkan intervensi
komprehensif
12. Sprain dan Strain Otot Tatalaksana oleh dokter di Tatalaksana kasus sprain/strain Talaksana medis komprehensif,
layanan primer yang tidak membaik intervensi invasif minimal, dan
Merujuk ke Spesialis Saraf Talaksana medis dan intervensi operatif
(PPK2) sesuai algoritma invasif minimal sesuai dengan
tatalaksana ketersediaan fasilitas
Bila terdapat faktor komorbid Rujuk PPK 3 bila tidak
dirujuk ke pelayanan sekunder membaik dan membutuhkan
yang memiliki dokter spesialis intervensi komprehensif
bedah tulang
13. Neuropatika Diabetika Tatalaksana awal dan Pemeriksaan penunjang Tatalaksana medis serta
pengenalan gejala awal oleh (pemeriksaan neurofisiologi) tindakan intervensi pain jika
dokter di layanan primer Tatalaksana medis dengan diperlukan.
Manajemen nyeri sederhana: analgetik non opioid dan opioid, Pemeriksaan penunjang
analgetik non opioid serta analgetik adjuvant
Merujuk ke Spesialis Saraf Rujuk PPK 3 bila tidak
(PPK 2) untuk penegakan membaik dan membutuhkan
30
diagnosis dan penanganan intervensi komprehensif
14. Neuralgia Paska Herpes Membuat diagnosis klinik dan Tatalaksana kasus neuralgia Tatalaksana kasus neuralgia
memberikan terapi paska herpes dari layanan paska herpes intraktabel
pendahuluan. kesehatan primer
Rujuk ke PPK 2 Evaluasi terapi neuralgia paska
herpes secara
farmakologismaupun non-
farmakologis
Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik dan membutuhkan
intervensi komprehensif
15. Neuralgia Trigeminal Skrining diagnostic Tatalaksana medis sesuai Talaksana medis komprehensif,
Rujuk PPK 2/3 dengan ketersediaan fasilitas minimal invasive dan surgikal
16. Cervical Syndrome Diagnosis dan pemeriksaan Tatalaksana medis dan Talaksana medis komprehensif,
penunjang sederhana intervensi invasif minimal sesuai intervensi invasif minimal, dan
Tatalaksana awal dengan ketersediaan fasilitas operatif
Merujuk ke Spesialis Saraf Rujuk PPK 3 bila tidak
(PPK 2) sesuai algoritma membaik dan membutuhkan
tatalaksana intervensi komprehensif
17. Cervical Disc Disorder Skrining diagnostik Tatalaksana medis dan Talaksana medis komprehensif,
Tatalaksana nyeri sederhana intervensi invasif minimal sesuai intervensi invasif minimal, dan
dan merujuk ke dokter dengan ketersediaan fasilitas operatif
spesialis saraf (PPK 2/3) Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik dan membutuhkan
intervensi komprehensif
18. Nyeri Punggung Bawah Diagnostik awal Tatalaksana medis sesuai Tatalaksana medis
(LBP) Tatalaksana nyeri sederhana dengan ketersediaan fasilitas komprehensif
dan bila tidak membaik (4 Tatalaksana intervensi invasif Tatalaksana intervensi invasif
minggu) merujuk ke dokter minimal minimal (tanpa alat bantu
spesialis saraf (PPK 2) Rujuk PPK 3 apabila: pemandu, USG-guided dan C-
Tidak membaik, arm guided)
Membutuhkan intervensi Tatalaksana bedah/operatif
komprehensif
31
Membutuhkan tindakan
operatif
19. Nyeri Radikulopati Lumbal Skrining diagnostik Tatalaksana medis dan Talaksana medis komprehensif,
Tatalaksana awal dan merujuk intervensi invasif minimal sesuai intervensi invasif minimal, dan
ke dokter spesialis saraf dengan ketersediaan fasilitas operatif
(PPK2/PPK3)
20. Kelainan Diskus Tatalaksana oleh dokter di Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
Intervertebral Lumbal layanan primer invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
Merujuk ke Spesialis Saraf ( ketersediaan fasilitas operatif
PPK2 ) sesuai algoritma Rujuk PPK 3 bila
tatalaksana membutuhkan tindakan
intervensi / operatif
21. Spinal Stenosis Lumbalis Tatalaksana oleh dokter di Talaksana medis dan intervensi Talaksana medis komprehensif,
layanan primer invasif minimal sesuai dengan intervensi invasif minimal, dan
Merujuk ke Spesialis Saraf ( ketersediaan fasilitas operatif
PPK 2) sesuai algoritma Rujuk PPK 3 bila
tatalaksana membutuhkan tatalaksana
medis komprehensif, tindakan
intervensi invasif minimal dan
operatif
22. Nyeri Neuropatik pada HIV Diagnosis dan pemeriksaan Pemeriksaan penunjang seperti Pemeriksaan penunjang seperti
penunjang sederhana di faskes primer, ditambah PPK 2, ditambah imaging MRI
Manajemen nyeri sederhana : pemeriksaan immunologi Tatalaksana seperti di PPK 2,
analgesik non opioid pemeriksaan neurofisiologi ditambah tindakan intervensi
Tatalaksana medis dengan pain (neurolitik) jika diperlukan
• Rujuk ke PPK 2 (RS kelas C)/ analgesik non opioid dan opioid,
PPK 3 serta analgesik adjuvant
Rujuk PPK 3 bila :
Membutuhkan pemeriksaan
MRI
Tindakan intervensi pain
(neurolitik)
32
23. Nyeri Kanker Mendiagnosis dan merujuk Pemeriksaan penunjang
lengkap termasuk MRI, Biopsi
Rujuk PPK 3 dan EMG NCV
Tatalaksana medis dengan
analgetik
Tatalaksana intervensi dengan
blok saraf/ganglion
Perawatan paliatif (termasuk
operasi dan radiasi paliatif)
1 Epilepsi Diagnostik awal, untuk Pemeriksaan penunjang Lab, Untuk epilepsi refrakter, epilepsi
penanganan awal pasien Lumbal Pungsi, Rontgen simtomatik (etiologi tumor, post
harus dirujuk ke dokter Thorax dan EEG, CT scan trauma, epilepsi post
spesialis saraf (PPK 2) dengan kontras, USG enchepalitis,dll) epilepsi pada
abdomen (kasus ibu hamil)
pasien HIV AIDS
Tatalaksana epilepsi sesuai Talaksana medis sesuai
dengan rujuk balik dengan ketersediaan fasilitas Pemeriksaan penunjang
(Obat tersedia di apotik PRB) seperti PPK 2 ditambah EEG
Rujuk balik PPK 1 ( PRB) monitoring, MRI dan
Rujuk bulan ke 4 pemeriksaan neurobehaviour
Pemeriksaan kadar obat
dalam darah dan toksikologi,
Rujuk PPK 3 bila membutuhkan
pemeriksaan genetik,
penanganan lebih lanjut
hormonal, serologi penanda
33
tumor, biomarker, Human
Leukocyte Antigen (HLA)
Pemeriksaan PET scan,
SPECT atau MRS
Talaksana medis
komprehensif termasuk CBT
Tatalaksana bedah epilepsi
2 Status epileptikus Penegakan diagnosis dan Pemeriksaan penunjang Lab, Status epilepsi refrakter
tatalaksana awal, kemudian Lumbal Pungsi, rontgen
(Kasus gawat darurat / dirujuk ( melalui UGD di PPK2 / thorax dan EEG, CT scan Pemeriksaan penunjang
Permenkes 856/2009) dengan kontras, USG seperti PPK 2 ditambah EEG
PPK3)
abdomen (kasus ibu hamil monitoring, MRI dan
dengan status epilepsil) pemeriksaan neurobehaviour
Tatalaksana medis sesuai Pemeriksaan kadar obat
dengan ketersediaan fasilitas dalam darah dan toksikologi,
pemeriksaan genetik,
hormonal, serologi penanda
tumor, biomarker, Human
Leukocyte Antigen (HLA)
Pemeriksaan PET scan,
SPECT atau MRS
Talaksana medis
komprehensif termasuk CBT
Tatalaksana bedah epilepsi
34
Kelompok Studi Neurootologi/Vertigo
1 BPPV (vertigo perifer) Diagnosis awal Tatalaksana sesuai dengan Tatalaksana komprehensif
Tatalaksana farmakologis dan fasilitas, maksimal 3 kali control (farmakologis/non
non farmakologis Rujuk PPK III bila 3 kali farmakologis/pembedahan)
pengobatan tidak membaik sesuai indikasi
Rujuk PPK 2 bila:
Dalam 1 bulan / 3 kali
pengobatan tidak membaik
Vertigo vestibular tipe sentral
2 Meniere disease, labirintis, Diagnosis awal Penegakan diagnosis Tatalaksana komprehensif
neuritis vestibularis Rujuk PPK 2 Tatalaksana sesuai dengan (farmakologis/non
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol farmakologis/pembedahan)
(vertigo perifer selain BPPV) Merujuk ke PPK 3 bila tidak sesuai indikasi
membaik
3 Vertigo Sentral Diagnosis awal Penegakan diagnosis Tatalaksana komprehensif
Rujuk PPK2 Tatalaksana sesuai dengan (farmakologis/non
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol farmakologis/pembedahan)
Merujuk ke PPK 3 bila tidak sesuai indikasi
membaik
4 Vertigo Cervicogenik Diagnosis awal Penegakan diagnosis Tatalaksana komprehensif
Rujuk PPK2 Tatalaksana sesuai dengan (farmakologis/non
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol farmakologis/pembedahan)
Merujuk ke PPK 3 bila tidak sesuai indikasi
membaik
5 Vertigo Psikogenik Diagnosis awal Penegakan diagnosis Tatalaksana komprehensif
Rujuk PPK 2 Tatalaksana sesuai dengan multidisiplin (farmakologis/non
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol farmakologis) sesuai indikasi
Merujuk ke PPK 3 bila tidak
membaik
35
Kelompok Studi Stroke dan Pembuluh Darah
1 Transient Ischemic Attack Penegakkan diagnosis, Pemeriksaan lab, EKG, Ro Pemeriksaan penunjang
(TIA) penanganan Thorax, CT Scan, Doppler seperti di PPK 2 ditambah
Carotis, TCD MRI, Angiografi,
(Permenkes 856/2009) awal ABC Talaksana emergensi dan (CTA/MRA/DSA), Doppler
medis sesuai dengan Carotis dan TCD/TCCD
( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3) ketersediaan fasilitas Talaksana emergensi dan
medis komprehensif
2 Stroke Iskemik Penegakkan diagnosis, Pemeriksaan lab, EKG, Ro Pemeriksaan penunjang
penanganan Thorax, CT Scan dan Doppler seperti di PPK 2 ditambah
(Permenkes 856/2009) Carotis dan TCD/TCCD MRI, Angiografi
awal ABC Talaksana emergensi (CTA/MRA/DSA), Doppler
(termasuk trombolisis Carotis dan TCD/TCCD
( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3) intravena) dan tatalaksana Talaksana emergensi
medis sesuai dengan (termasuk trombolisis
ketersediaan fasilitas intravena) dan medis
Stroke Iskemik dengan faktor Tatalaksana trombektomi
pemberan dan terdapat Organ dan tindakan neurointervensi
failure dirujuk ke PPK3 lain dan tatalaksana bedah
jika diperlukan
3 Stroke Hemoragik Penegakkan diagnosis, Pemeriksaan lab, EKG, Ro Pemeriksaan penunjang
penanganan Thorax, CT Scan seperti di PPK 2 ditambah
(Permenkes 856/2009) Talaksana emergensi dan MRI, Angiografi
awal ABC medis sesuai dengan (CTA/MRA/DSA), Doppler
ketersediaan fasilitas Carotis dan TCD/TCCD
( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3) Stroke hemoragik dengan Talaksana emergensi
faktor pemberan dan terdapat (termasuk evakuasi
Organ failure dirujuk ke hematom) dan medis
PPK3 komprehensif
36
Tatalaksana neurointervensi
Tatalaksana bedah saraf
4 Perdarahan Subarahnoid Penegakkan diagnosis, Pemeriksaan lab, EKG, Ro Pemeriksaan penunjang
penanganan Thorax, CT Scan, Doppler seperti di PPK 2 ditambah
(Permenkes 856/2009) Carotis dan TCD/TCCD MRI, Angiografi
awal ABC Talaksana emergensi dan (CTA/MRA/DSA), Doppler
medis sesuai dengan Carotis dan TCD/TCCD
( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3) ketersediaan fasilitas Talaksana emergensi dan
Perdarahan subarahnoid medis komprehensif
dengan tanda-tanda Tatalaksana neurointervensi
hidrosefalus dirujuk ke PPK3 Tatalaksana bedah saraf
5 Sinkop (pingsan sesaat < 20 Diagnosis dan tatalaksana Talaksana emergensi dan Talaksana emergensi dan medis
detik) awal medis sesuai dengan komprehensif
Rujuk ke PPK 2 ketersediaan fasilitas
Bila > 20 detik Sinkop dengan faktor
Bila berulang pemberat (gangguan ginjal/
jantung) dirujuk ke PPK3
6 Koma & Penurunan Diagnosis dan tatalaksana Talaksana medis dan bedah Talaksana medis
Kesadaran awal (ABC & Resusitasi) sesuai dengan indikasi dan komprehensif
( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3) ketersediaan fasilitas Tatalaksana bedah sesuai
(Permenkes 856/2009) Penurunan kesadaran disertai indikasi
tanda-tanda gagal nafas
dirujuk ke PPK3
1 Tumor Otak Diagnostik dan tatalaksana awal Talaksana emergensi dan medis Tatalaksana medis
sesuai dengan ketersediaan komprehensif, tatalaksana
rujuk PPK 2/ PPK 3 fasilitas → intervensi, dan
rujukuntukintervensi/bedah ke
37
PPK 3 tatalaksanabedah
2 Tumor Medulla Spinalis Diagnostik dan tatalaksana awal Talaksana emergensi dan medis Tatalaksana medis
sesuai dengan ketersediaan komprehensif, tatalaksana
rujuk PPK 2/ PPK3 fasilitas → rujuk untuk intervensi, dan tatalaksana
intervensi/bedah ke PPK 3 bedah
38
4. Ensefalitis Viral Diagnosis awal Melakukan pemeriksaan Pemeriksaan penunjang
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 penunjang : Darah seperti PPK 2, ditambah
lengkap, Kimia klinik, Pungsi lumbal, PCR
Serologi darah untuk HSV HSV, CMV, HHV-6, EEG
dan CMV, CT scan kepala (high voltage periodic
+ kontras spike wave dan kompleks
Tatalaksana medis slow wave di temporal
komprehensif kasus HSV yang menunjukkan
dan VZV berikut infeksi HSV) dan MRI +
penyulitnya kontras
Tatalaksana medis
komprehensif kasus
Rujuk PPK 3 untuk seperti di PPK 2
penanganan selanjutnya/ ditambah kasus HSV
fasilitas tidak memadai yang memerlukan terapi
intravena dan resisten
terhadap asiklovir,
Epstein Barr virus, CMV
dan HHV
5. Meningitis Bakterial Tatalaksana ABC dan Resusitasi Tatalaksana medis komprehensif MRI Kepala
sesuai ketersediaan fasilitas Pungsi Lumbal
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Manajemen
Rujuk ke PPK 3 bila : komprehensif
Pasien tidak mengalami
perbaikan setelah diberi terapi
empirik selama 3-7 hari,
Mengalami status epilepsy
Refrakter,
Memerlukan tindakan
definitive untuk menurunkan
TIK
Dan atau tidak memiliki
fasilitas seperti pada PPK 3
39
6. Meningitis Tuberkulosa Tatalaksana ABC dan Resusitasi Tatalaksana medis komprehensif MRI Kepala
sesuai ketersediaan fasilitas Pungsi Lumbal
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Manajemen
Rujuk PPK 3 bila: komprehensif
Penanganan selama 3-7 hari Tatalaksana operatif
tidak membaik
Memerlukan pemeriksaan
penunjang MRI
7. Spondilitis Tuberkulosis Tatalaksana ABC dan Resusitasi Tatalaksana medis komprehensif MRI
sesuai ketersediaan fasilitas Lumbal Pungsi
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Tatalaksana medis
Merujuk pada PPK 3 untuk komprehensif dan bedah
tatalaksana medis komprehensif
dan bedah
14 Subacute Sclerosing Pan Diagnosis awal Manajemen komprehensif sesuai Manajemen komprehensif
Encephalitis Tatalaksana emergensi dengan fasilitas yang tersedia
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Rujuk ke PPK 3 jika fasilitas
tidak tersedia
1. Penyakit Parkinson - Skrining diagnosis dan - Diagnosis; kriteria penegakan - Diagnosis dan tatalaksana
tatalaksana kegawatan diagnosis klinis menggunakan tahap lanjut
- Menemukan kumpulan gejala kriteria UKPDS brain’s bank - Kriteria diagnosis
tremor, bradikinesia, rigiditas clinical criteria menggunakan MDS Clinical
dan ketidakseimbangan - Tatalaksana penyakit Diagnostic Criteriafor
postural parkinson awal bila ada dokter Parkinson Disease
- Merujuk ke PPK 2 spesialis saraf : farmakologis - Tatalaksana paripurna
dan non farmakologis secara multidisiplin.
- Terapi penyakit parkinson - Terapi pembedahan atas
lanjut dengan komplikasi yang indikasi dan keadaan
masih dapat diprediksi memungkinkan
- Merujuk ke PPK 3 bila
memerlukan tatalaksana
medis komprehensif
41
2. Restless Leg syndrome - Diagnosis awal - Penegakan diagnosis dan Tatalaksana medis
- Merujuk ke PPK 2 tatalaksana medis sesuai komprehensif
dengan ketersediaan fasilitas
- Merujuk ke PPK 3 bila
memerlukan tatalaksana
medis komprehensif
3. Hemifasial spasme - Diagnosis awal - Penegakan diagnosis dan Tatalaksana medis
- Merujuk ke PPK 2 tatalaksana medis sesuai komprehensif
dengan ketersediaan fasilitas
- Merujuk ke PPK 3 bila
memerlukan tatalaksana
medis komprehensif
4. TICS dan TOURETTE - Diagnosis awal - Penegakan diagnosis dan Tatalaksana medis
- Merujuk ke PPK 2 tatalaksana medis sesuai komprehensif
dengan ketersediaan fasilitas
- Merujuk ke PPK 3 bila
memerlukan tatalaksana
medis komprehensif
1. Palsi Serebral Penegakkan diagnosis dan Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif,
diberikan penanganan awal. ketersediaan fasilitas pemeriksaan penunjang lain
Rujuk PPK 2 untuk penanganan Rujuk PPK 3 bila membutuhkan (MRI atau CT-Scan, EEG,
selanjutnya. pemeriksaan penunjang BERA)
diagnostik (MRI atau CT-Scan,
Syarat: PPK 2 memiliki dokter EEG, BERA)
spesialis saraf, spesialis anak,
rehabilitasi anak.
42
2. Autisme Diagnosis awal Penegakan diagnosis Penanganan komprehensif di
Rujuk ke PPK II untuk Tatalaksanan di PPK 2 PPK 3 (Dapat ditangani multi
penegakan diagnosis (Apabila penanganan tetap di disiplin saraf anak, dokter
PPK 2, dokter membuat surat
spesilis anak, dokter psikiater
Pasien yang sudah terdiagnosis keterangan masih dalam
perawatan) anak, dokter rehabilitasi medis,
autism dirujuk ke PPK 3 yang
psikolog dan peralatan terapi
memiliki dokter spesialis Saraf,
Rujuk PPK 3 bila : yang lengkap.)
dokter spesialis anak, dokter
Obat-obatan dan peralatan untuk
psikiatri anak dan dokter terapi kurang lengkap dirujuk ke (Apabila penanganan tetap di
rehabilitasi anak, saraf anak PPK 3 PPK 3, dokter membuat surat
keterangan masih dalam
perawatan)
3. Paraparese atau tetraparese Diagnosis awal dan merujuk ke Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif
PPK 2 ketersediaan fasilitas, (termasuk pemeriksaan
neurofisiologi, PCR , biopsi otot
Rujuk PPK ke 3 bila :
dan terapi kortikosteroid).
Penanganan sebanyak 3 kali
tidak membaik Ditangani multi disiplin dengan
dokter rehabilitasi medis dan
peralatan terapi yang lengkap.
4. Duchenne Muscular Skrining diagnosis dan merujuk Penegakkan diagnosis awal, Talaksana medis komprehensif
Dystrophy PPK2/ PPK3 untuk penegakan (termasuk pemeriksaan
diagnosis Rujuk ke PPK 3 neurofisiologi, PCR , biopsi otot
dan terapi kortikosteroid).
Bila Sudah terdiagnosis DMP, Ditangani multi disiplin dengan
rujuk PPK 3 dokter rehabilitasi medis dan
peralatan terapi yang lengkap.
43
5. Spinal Muscular Atrophy Skrining diagnosis dan merujuk Penegakkan diagnosis awal, Talaksana medis komprehensif
(SMA) PPK2/ PPK3 untuk penegakan (termasuk pemeriksaan
diagnosis Rujuk ke PPK 3 neurofisiologi, PCR , biopsi otot
dan terapi kortikosteroid).
Bila Sudah terdiagnosis SMA, Ditangani multi disiplin dengan
rujuk PPK 3 dokter rehabilitasi medis dan
peralatan terapi yang lengkap.
6. Developmental delay Skrinign diagnosis dan merujuk Penegakkan diagnosis awal, Talaksana medis komprehensif
PPK2/ PPK3 untuk penegakan
diagnosis Rujuk ke PPK 3
8. Gangguan pemusatan dan Diagnosis awal Dapat Tatalaksana di PPk 2 ( RS Penanganan secara
perhatian (ADHD) mendiagnosis, kemudian Kelas C) komprehensif (Ditangani multi
merujuk PPK 2 kelas C/ PPK 3 disiplin : dokter spesialis saraf
yang mempunyai dokter spesialis Rujuk PPK 3 bila obat-obatan & anak, dokter spesilis anak,
saraf, dokter spesialis anak, peralatan untuk terapi kurang dokter psikiater anak, dokter
dokter psikiatri anak, dokter lengkap rehabilitasi medis dan peralatan
rehabilitasi anak. terapi yang lengkap).
44
9. Epilepsi pada anak Diagnosis awal Dapat Pasien ditangani oleh dokter Di PPK 3 pasien ditangani oleh
mendiagnosis epilepsi sesuai tipe Spesialis Saraf atau dokter Spesialis Saraf Anak dari
bangkitan, jika diagnosis epilepsi Spesialis Anak. Apabila pasien Departemen Neurologi atau dari
sudah ditegakkan, dapat mulai sudah diberi OAE ( Obat Anti Departemen IK. Anak.
dengan OAE (Obat Anti Epilepsi) Epilepsi) lini pertama sampai
lini pertama dan jika tidak dosis maksimal dan belum dapat Penanganan pasien sesuai
berhasil mengatasi bangkitan mengatasi bangkitan maka mulai dengan Sindrom Epilepsi yang
dengan monoterapi lini pertama, dengan OAE yang kedua, diderita pasien
maka dirujuk ke PPK 2/3 sedangkan OAE yang pertama
diturunkan bertahap
10. Kejang Demam Sederhana Dapat mendiagnosis dan Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif,
memberikan tatalaksana. Selesai ketersediaan fasilitas pemeriksaan penunjang lain,
bila kejang tertangani. bila diperlukan.
Rujuk PPK 3 bila membutuhkan
Rujuk PPK 2 bila : tatalaksana medis komprehensif
Tak membaik dengan obat dan memerlukan pemeriksaan
antikonvulsi penunjamg lain
Indikasi untuk EEG
Curiga Meningitis
Curiga Ensefalitis
Epilepsi
Disertai gangguan metabolik
Kejang atipikal dan berulang
11. Kejang Demam Kompleks Dapat mendiagnosis awal, rujuk Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif,
PPK2 ketersediaan fasilitas, pemeriksaan penunjang lain
(kejang fokal, durasi >15 penanganan sebanyak 3 kali
menit, kejang berulang dalam (MRI atau CT-Scan dan EEG)
45
24 jam) tidak membaik, rujuk ke PPK3
12. Kejang tanpa Demam Dapat mendiagnosis awal, rujuk Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif,
PPK2 ketersediaan fasilitas, pemeriksaan penunjang lain
penanganan sebanyak 3 kali
tidak membaik, rujuk ke PPK3 (MRI atau CT-Scan dan EEG)
13. Kejang interaktable Dapat mendiagnosis awal, rujuk Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif,
PPK2/ PPK 3 ketersediaan fasilitas, pemeriksaan penunjang lain
penanganan sampai dengan 2
jenis OAE secara maksimal dan (MRI atau CT-Scan dan EEG)
belum membaik, rujuk ke PPK3
14. Vertigo pada anak Dapat mendiagnosis awal, rujuk Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif,
PPK2/ PPK 3 ketersediaan fasilitas, pemeriksaan penunjang lain
penanganan sebanyak 3 kali
tidak membaik, rujuk ke PPK3 (MRI atau CT-Scan dan BERA)
15. Nyeri kepala pada anak Dapat mendiagnosis awal, rujuk Talaksana medis sesuai dengan Tatalaksana medis
PPK2 ketersediaan fasilitas, komprehensif, pemeriksaan
penanganan sebanyak 3 kali penunjang lain yang
tidak membaik, rujuk ke PPK3 mendukung (MRI atau CT Scan,
EEG atau lainnya)
16. Stroke pada anak Dapat mendiagnosis awal, rujuk Talaksana medis sesuai dengan Tatalaksana medis
PPK2/ PPK3 ketersediaan fasilitas, komprehensif, pemeriksaan
penanganan sebanyak 3 kali penunjang lain yang
tidak membaik, rujuk ke PPK3 mendukung (MRI atau CT Scan
atau DSA atau TCD),
tatalaksana interdisiplin
komprehensif dengan bagian
46
lain seperi rehabilitasi medis
atau neuro intervensi, bila
diperlukan
17. Cedera kepala pada anak Tatalaksana ABC & Resusitasi Talaksana medis dan bedah Talaksana medis dan bedah
awal, lalu rujuk PPK 2/ PPK 3 sesuai dengan ketersediaan koomprehensif
(Kasus gawat darurat fasilitas
Permenkes 856/2009)
18. Tumor otak dan tumor medula Pengenalan gejala dan tanda, Pemeriksaan pencitraan otak, Terapi pembedahan, radioterapi
spinalis pada anak rujuk ke Spesialis Saraf PPK rujuk untuk terapi pembedahan dan kemoterapi
2/3 dan kemoterapi serta radioterapi
1. Obstructive Sleep Apnea Skrining diagnosis Tatalaksana sesuai dengan Tatalaksana komprehensif
Merujuk 3 fasilitas (farmakologi/non-
Merujuk ke PPK 3 bila tidak farmakologi/pembedahan)
tertangani sesuai indikasi
47
2. Insomnia Skrining Diagnosis Tatalaksana farmakologis dan Tatalaksana interdisiplin
Terapi non farmakologis dan non farmakologis sesuai dengan komprehensif
farmakologis Sederhana fasilitas
Rujuk PPK 2 bila tidak Rujuk PPK 3 bila 3 kali terapi
berespon terhadap terapi tidak membaik
6. Paralisis periodic Diagnosis awal Talaksana medis sesuai dengan Talaksana medis komprehensif
hipokalemia ketersediaan fasilitas,
Rujuk PPK 2/ PPK 3 yang ketersediaan ICU
memiliki dokter spesialis saraf
dan mempunyai fasilitas ICU
49
9. Carpal Thunnel Syndrome - Tatalaksana awal dan - Pemeriksaan penunjang - Talaksana medis
pengenalan gejala awal oleh (pemeriksaan neurofisiologi) komprehensif, termasuk
dokter di layanan primer - Tatalaksana medis dengan tindakan intervensi pain dan
- Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid dan tindakan operatif bila
analgetik non opioid opioid, serta analgetik diperlukan
adjuvan
Rujuk PPK 2 - Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik dalam 3 kali terapi
10. Tenosinovitis de Quervain - Tatalaksana awal dan - Tatalaksana medis dengan - Talaksana medis
pengenalan gejala awal oleh analgetik non opioid dan komprehensif, termasuk
dokter di layanan primer opioid, serta analgetik tindakan intervensi pain dan
- Manajemen nyeri sederhana : adjuvan. tindakan operatif bila
analgetik non opioid - Bila dengan penanganan 3 diperlukan
- Rujuk PPK 2 kali tidak membaik, rujuk
PPK3.
11. Guyon Thunnel Syndrome - Tatalaksana awal dan - Pemeriksaan penunjang - Talaksana medis
pengenalan gejala awal oleh (pemeriksaan neurofisiologi) komprehensif, termasuk
dokter di layanan primer - Tatalaksana medis dengan tindakan intervensi pain dan
- Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid dan tindakan operatif bila
analgetik non opioid opioid, serta analgetik diperlukan
- Rujuk PPK 2 adjuvan
- Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik dalam 3 kali terapi
12. Plantar Fascitis - Tatalaksana awal dan - Pemeriksaan penunjang - Talaksana medis
pengenalan gejala awal oleh (pemeriksaan neurofisiologi) komprehensif, termasuk
dokter di layanan primer - Tatalaksana medis dengan tindakan intervensi pain dan
- Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid dan tindakan operatif bila
analgetik non opioid opioid, serta analgetik diperlukan
- Rujuk PPK 2 adjuvan
- Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik dalam 3 kali terapi
13. Sindroma Piriformis - Tatalaksana awal dan - Pemeriksaan penunjang - Talaksana medis
pengenalan gejala awal oleh (pemeriksaan neurofisiologi) komprehensif, termasuk
50
dokter di layanan primer - Tatalaksana medis dengan tindakan intervensi pain dan
- Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid dan tindakan operatif bila
analgetik non opioid opioid, serta analgetik diperlukan
- Rujuk PPK 2 adjuvan
- Rujuk PPK 3 bila tidak
membaik dalam 3 kali terapi
1 Sinkop Diagnosis dan tatalaksana awal Talaksana emergensi dan medis Talaksana emergensi dan medis
serta diagnostik sesuai dengan serta diagnostik komprehensif
Rujuk PPK 2 (apabila dijumpai ketersediaan fasilitas, sumber dan interdisipliner
sinkop karena trauma kepala, daya manusia yang memadai
hipoglikemia pada DM, epilepsi,
kardial,syok hipovolemia,
anemia;durasi sinkop >10
menit;frekuensi sinkop >3x/bulan)
2 Koma dan penurunan Diagnosis dan tatalaksana awal Talaksana emergensi dan medis Talaksana emergensi dan medis
kesadaran (ABC & Resusitasi), serta diagnostik sesuai dengan serta diagnostik komprehensif
ketersediaan fasilitas, sumber dan interdisipliner
(Permenkes 856/2009, kasus Rujuk PPK 2/ PPK 3 melalui daya manusia yang memadai
gawat darurat) UGD
51
Kelompok Studi Neurotrauma
1 Cedera kepala Tatalaksana ABC & Resusitasi Talaksana medis dan bedah Talaksana medis dan bedah
awal, rujuk (cedera kepala sesuai dengan ketersediaan koomprehensif cedera kepala
(Permenkes 856/2009, kasus ringan yaitu GCS 13– 15, dapat fasilitas,cedera kepala sedang, berat dan adanya komplikasi
gawat darurat) terjadi kehilangan kesadaran (CT Scan,bedah saraf), rujuk jika cedera kepala yaitu kejang
(pingsan ) kurang dari 30 menit tidak tersedia sarana tersebut. pasca trauma, hidrosefalus,
atau mengalami amnesia spastisitas, agitasi, gangguan
retrograde) kognitif, sindrom post kontusio)
2 Cedera medulla spinalis Tatalaksana ABC & Resusitasi Talaksana medis dan bedah Talaksana medis dan bedah
awal, rujuk (bedah saraf, bedah spine) sesuai komprehensif, rehabilitasi pasca
(Permenkes 856/2009, kasus dengan ketersediaan fasilitas (CT cedera medulla spinalis
gawat darurat) Rujuk PPK 2/ PPK 3 melalui Scan, MRI).
UGD
52
TELINGA HIDUNG TENGGOROK
53
b. Otitis Media Supuratif Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Kronis dengan Menerima rujukan balik dari PPK 2 Foto Rontgen Schuller atau
Penyulit atau Rujuk PPK 3 untuk terapi lanjutan setelah 3 bulan Stenver
emergency terapi pasca operasi atau kondisi CT Scan telinga
(granuloma/kolesteato Bila dengan sudah stabil (luka kering). Kultur resistensi
ma, abses, perforasi penyulit/emergency rujuk Apabila belum membaik dan perlu Pemeriksaan Oto-Mikroskopi
MT total/attic, langsung PPK 3 perawatan lanjutan dengan fasilitas Audiometri
penurunan kesadaran, yang lebih memadai, kembali di Tindakan : bedah mikro telinga
paresis facialis, nyeri rujuk ke PPK 3 Rujuk kembali ke PPK 2
kepala hebat dengan Catatan: Kriteria rujuk balik ke
tanda2 komplikasi PPK 2 pasca operasi setelah 3
intrakranial) bulan terapi atau kondisi sudah
stabil (luka kering). PPK 3
memberikan catatan selama
perawatan. (apakah
pengembalian perawatan ke
PPK 2 bisa langsung tanpa
melalui PPK 1?)
2 Speech delayed Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
klinis Bila tidak ada fasilitas OAE, rujuk Pemeriksan Timpanometri
(Terlambat bicara) Pemeriksaan pendengaran ke PPK 3 Pemeriksaan BOA
sederhana Habilitasi dan ABD bila ada fasilitas, Pemeriksaan Brain Evoked
Rujuk PPK 2 (bila ada bila tidak ada fasilitas rujuk PPK 3 Respon Audiometri (BERA)
SpTHT-KL Pemeriksaan Auditory Steady
Dan ada fasilitas OAE) State
Bila tidak ada OAE ke PPK 3 Respon (ASSR)
(OAE = Otoacoustic Emission) Habilitasi dan ABD, bila perlu
kandidasi Implantasi Kokhlea
54
3 Otitis eksterna Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana di PPK 1 Tatalaksana lanjutan Tatalakasana lanjutan
Rujuk ke PPK 2 bila dalam Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
terapi sampai 3 kali belum Pembedahan bila
membaik (atau terapi selama Rujuk PPK 3 bila: memungkinkan
7 hari) (bila ada SpTHT-KL) Dengan penyulit Konsul ke Sp lain untuk
Bila malignasi pelacakan Komorbid ( Rujukan
Rujuk PPK 3 bila: Defek permanen internal)
Ada penyulit seperti stenosis
CAE telinga dan faktor resiko
DM/penyakit sistemik
4 a. Otitis media akuta Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Penanganan di PPK 1 Tatalaksana lanjutan Tatalakasana lanjutan
Rujuk PPK 2 bila: Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
Dalam 7 hari terapi belum Rujuk PPK 3 bila : Pembedahan bila
membaik Dengan penyulit yang tidak dapat memungkinkan
Ada indikasi miringotomi diatasi (Terjadi komplikasi intra Konsul ke Sp lain untuk Co-
OMA pada bayi dengan BB temporal dan intrakranial morbid ( Rujukan internal)
kurang (BGM) /penurunan kesadaran)
Membrana timpani tidak
menutup lagi setelah 3 bulan
Rujuk PPK 3 bila :
Terjadi komplikasi intra temporal
dan intrakranial (penurunan
kesadaran)
b. Otitis media efusi Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
klinis Tatalaksana lanjutan Tatalaksana lanjutan
Rujuk ke PPK 2 (bila ada Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
SpTHT-KL) Bila fasilitas memadai, dapat Tindakan operasi (miringotomi
55
dilakukan miringotomi/pasang dan atau pasang grommet,
grommet rekonstruksi telinga tengah)
Rujuk PPK 3 bila :
Dengan penyulit yang tidak dapat
diatasi
5 Cerumen prop Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana di PPK 1 Tatalaksana lanjutan (operasi Tatalaksana lanjutan (operasi
Rujuk PPK 2 apabila: dengan anestesi local atau general) dengan anestesi local atau
dalam tatalaksana sampai 3 Rujuk PPK 3 bila : general)
kali belum membaik (atau Dengan penyulit yang tidak dapat
terapi selama 7 hari) (bila diatasi seperti kolesteatoma,
ada SpTHT-KL dan fasilitas) granuloma, laserasi kanal berat,
Penderita tidak kooperatif pasca operasi telinga atau MT
Rujuk PPK 3 apabila terdapat perforasi
penyulit seperti kolesteatoma,
granuloma, laserasi kanal berat,
pasca operasi telinga atau MT
perforasi
6 Ot hematom Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
(Hematoma auricular) klinis Terapi dan tindakan operasi kalau Pemeriksaan penunjang
Identifikasi klinis dan perlu (baik dengan anestesi local Tindakan mendikamentosa dan
manifestasinya. maupun general) operasi kalau perlu (baik
Rujuk ke PPK 2 Evaluasi pasca tindakan dengan anestesi local maupun
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan general)
Rujuk PPK 3 bila ada komplikasi Evaluasi pasca tindakan
penyulit dan komplikasi
(cauliflower)
7 Perikondritis, kondritis Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
klinis Terapi dan tindakan operasi kalau Pemeriksaan penunjang
56
Rujuk ke PPK 2 (apabila perlu (baik dengan anestesi local Tindakan mendikamentosa dan
terdapat spesialis THT-KL maupun general) operasi kalau perlu (baik
dan fasilitas minor set, Evaluasi pasca tindakan dengan anestesi local maupun
ruang tindakan steril, Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan general)
pemeriksaan penunjang : komplikasi Evaluasi pasca tindakan
laboratorium.
Rujuk PPK 3 bila ada
penyulit dan komplikasi
(cauliflower)
8 Sinus preaurikula Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
terinfeksi Tatalaksana awal Terapi dan tindakan operasi kalau Pemeriksaan penunjang
(Usul masuk diagnosis Rujuk PPK 2 apabila telah perlu (baik dengan anestesi local Tindakan mendikamentosa dan
PPK 1) diterapi 3 kali (atau selama 7 maupun general) operasi kalau perlu (baik
hari) tidak ada perbaikan Evaluasi pasca tindakan dengan anestesi local maupun
(apabila terdapat spesialis Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan general)
THT dan fasilitas memadai) komplikasi Evaluasi pasca tindakan
atau PPK 3
Rujuk PPK 3 bila ada
penyulit (terbentuk abses)
dan komplikasi
9 Benda asing di telinga Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
(Kasus gawat darurat, Tatalaksana awal Pemeriksaan penunjang (Rontgen) Pemeriksaan penunjang
Permenkes 856/2009) Evakuasi corpal Evakuasi corpal (baik local maupun (rontgen, CT scan, laboratorium)
Rujuk PPK 2 / PPK 3 bila general) Tindakan operatif (baik local
gagal dan menyebabkan Evaluasi tindakan operasi sampai maupun general)
perdarahan dinyatakan aman bagi pasien Evaluasi tindakan operasi
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit ( sampai dinyatakan aman bagi
contoh corpal menancap di tulang) pasien
10 TINITUS Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
57
klinis Pemeriksaan laboratorium dasar Pemeriksaan laboratorium untuk
Identifikasi klinis dan Pemeriksaan audiometri nada murni factor resiko
manifestasinya. (bila ada) Pemeriksaan audiometri nada
Bukan karena cerumen prop / Pemeriksaan Timpanometri (bila murni (bila ada)
otitis eksterna (kriteria rujuk) ada) Pemeriksaan Timpanometri (bila
Rujuk PPK 2 (bila terdapat Pemeriksaan OAE (bila ada) ada)
spesialis THT dan fasilitas Rujuk ke PPK 3 bila membutuhkan Pemeriksaan OAE (bila ada)
memadai) pemeriksaan lebih lanjut Pemeriksaan reflek akustik (bila
ada)
11 HEARING LOSS Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
(DEWASA) klinis Pemeriksaan laboratorium dasar Pemeriksaan laboratorium untuk
Identifikasi klinis dan Pemeriksaan audiometri nada murni factor resiko
manifestasinya. (bila ada) Pemeriksaan audiometri nada
Bukan karena cerumen prop / Pemeriksaan Timpanometri (bila murni (bila ada)
otitis eksterna ada) Pemeriksaan audiometri tutur /
Rujuk PPK 2 (bila terdapat Pemeriksaan OAE/ Otoacoustic Speech audiometri (bila ada)
spesialis THT dan fasilitas Emission (bila ada) Pemeriksaan Timpanometri (bila
memadai = audiometri nada Rujuk ke PPK 3 bila membutuhkan ada)
murni) pemeriksaan lebih lanjut Pemeriksaan OAE (bila ada)
Pemeriksaan reflek akustik (bila
ada)
12 Vertigo dan BPPV H.82 Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Bedside Testing (dengan metode Bedside Testing (dengan
Penanganan fase akut manual, frenzel atau video frenzel) metode manual, frenzel atau
vertigo selama 7-10 hari Terapi lanjutan video frenzel)
Rujuk PPK 2 bila tidak Rehabilitasi Test VEMP
membaik atau terjadi Test VHit
kekambuhan 3 kali dalam Rujuk PPK 3 apabila fasilitas tidak Test nistagmografi
sebulan (bila ada SpTHT- memadai Terapi lanjutan
58
KL) Rehabilitasi, dan tindakan
operatif bila diperlukan
HIDUNG
13 Rinosinusitis akut (tanpa Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
komplikasi, misal mata) Tatalaksana awal Nasoendoskopi Nasoendoskopi
(Usul diagnosis PPK 1) Terapi sesuai pedoman di Tatalaksana lanjutan Kultur resistensi
PPK 1 Kultur resistensi CT Scan Sinus Paranasal
Rujuk PPK 2 bila tidak Rontgen sinus ( waters, Tindakan pembedahan lanjut
berkurang setelah terapi Caldwelluck) atau endoksopik
selama 2 minggu (bila Tindakan bedah hidung sinus Evaluasi pasca tindakan operasi
terdapat spesialis THT- konvensional kurang lebih maksimal 3 bulan.
KL) Bila terdapat penyulit dan (Penanganan pasca operasi
Rinosinusitis akut dengan Skrining tanda dan gejala komplikasi, rujuk ke PPK 3 bisa di PPK 2 setelah 1 sd 3
kecurigaan komplikasi klinis bulan)
(misal: mata) Dengan komplikasi, langsung
rujuk ke PPK 2 (bila ada
SpTHT-KL)
Kejadian komplikasi pada
anak-anak langsung ke PPK
3
Rinosinusitis kronis Skrining tanda dan gejala
dengan/tanpa polip klinis
disertai penyulit Langsung rujuk ke PPK 2
(bila terdapat SpTHT-KL)
14 Rhinitis Alergi dan Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis o Skrining tanda dan gejala klinis
Vasomotor Tatalaksana awal Rhinitis alergi persisten derajat o Pemeriksaan penunjang
sedang-berat dan memerlukan (nasoendoskopi, CT Scan)
Rhinitis alergi intermiten imunoterapi Rujuk PPK 3 o Pemeriksaan tes alergi (Skin
derajat ringan di terapi di Rhinitis vasomotor : jika Prick Test)
59
PPK 1 selama 2 x 2 minggu. memerlukan konkotomi/neurektomi o Imunoterapi
Rujuk PPK 2 minggu (bila ada vidians rujuk PPK 3 o Dengan penyulit, dilakukan
SpTHT-KL) bila : operasi (reseksi submkosa
Tidak membaik selama konka inferior, posterior
2x2 Derajat sedang-berat neurektomi)
dan rhinitis alergi
persisten rujuk ke PPK 2
(bila ada SpTHT-KL) atau
PPK 3
Rhinitis vasomotor
Rujuk PPK 2 apabila:
Tidak membaik dengan
terapi selama 7 hari (bila
ada Sp.THTKL )
Bila terjadi komplikasi
polip nasal, sinusitis
paranasal, otitis media
15 Epistaksis (R.4) Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Tampon hidung anterior dan atau Nasoendoskopi → mencari
Epistaksis anterior e/c posterior sumber perdarahan
rhinitis simplek: terapi Tampon hidung anterior dan
konservatif di PPK 1. Rujuk PPK 3 bila perdarahan tetap posterior
Rujuk PPK 2 apabila : tidak dapat teratasi Tindakan pembedahan
Berulang sampai 3 kali
dalam 1 bulan
Epistaksis inferior
Epistaksis yang
menyertai demam hari ke
60
3
Epistaksis lain Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinls
klinis Pemeriksaan penunjang diagnostic Nasoendoskopi → mencari
Apabila tidak dapat Tatalaksana epistaksis (konservatif sumber perdarahan
diidentifikasi sumber atau operasi dengan bius local atau Tampon hidung anterior dan
perdarahan atau dengan total) posterior
penyulit (misal: tumor, Dengan penyulit atau tidak dapat Tindakan pembedahan
trauma, aneurisma), rujuk ke diidentifikasi, rujuk PPK 3
PPK 2 (bila ada SpTHT-KL)
atau PPK 3
16 Rhinitis akut Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Tuntas di PPK 2 Tatalaksana lanjutan
Tuntas di PPK 1 Jika terdapat factor penyulit Pemeriksaan penunjang
Rujuk ke PPK 2 ( bila ada rujuk PPK 3 (laboratorium, rontgen,
SpTHT-KL) apabila: endoskopi, CT scan
Dalam 7 hari tidak ada
perbaikan
Bila disertai tanda otitis
media akuta, sinusitis
paranasalis dan infeksi
traktus respiratorius bag
bawah
17 Benda asing di hidung Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinik
T.17 (kasus gawat Tatalaksana awal Bila perlu Rontgen apabila corpal awal.
darurat, permenkes Apabila benda asing dari benda keras Bila perlu penegakkan diagnosis
856/2009) tampak pada rinoskopi Bila perlu lakukan dengan bius total dengan menggunakan CT scan
anterior, lakukan (GA) dan atau endoskopi
evakuasi. Rujuk PPK 3 bila terdapat penyulit Dilakukan evakuasi dengan GA
61
Rujuk PPK 2/PPK 3 apabila : yang tidak bisa ditangani di PPK 2 Evaluasi pasca evakuasi
Benda asing terletak di dan terdapat komplikasi akibat
dalam/tidak tervisualisas tindakan evakuasi/eksplorasi corpal
Gagal dilakukan evakuasi
Ada perdarahan saat
evakuasi (dengan syarat
ada Spesialis THT-KL
dan fasilitas memadai)
Rujuk PPK 3 apabila dengan
penyulit/ emergency ( barang
organik atau komplikasi abses)
18 Furunkel pada hidung Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
J.34 Tatalaksana awal Perlu pemeriksaan penunjang Perlu pemeriksaan penunjang
Rujuk PPK 2 bila dalam Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan Terapi kausatif sesuai temuan
terapi sampai 3 kali adanya komplikasi yang tidak dapat (medikamentosa dan atau
belum membaik (atau ditangani (misal deformitas, operatif)
terapi selama 7 hari) komplikasi sistemik, curiga
(dengan syarat ada kegasanan)
Spesialis THT-KL dan
fasilitas memadai)
Rujuk PPK 3 bila
terdapat abses,
vestibulitis dan
penyebaran infeksi
menjadi trombophlebitis
19 Influenza J.11 Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Tuntas di PPK 2 Tatalaksana lanjutan
Tuntas di PPK 1 Jika terdapat factor penyulit rujuk Pemeriksaan penunjang
Rujuk ke PPK 2 jika PPK 3 (laboratorium, rontgen,
62
dalam 7 hari tidak ada endoskopi, CT scan)
perbaikan
(pertimbangkan rujukan
ke anak/ dalam :
masukan kolegium)
MULUT –TENGGOROK-LEHER-LAIN-LAIN
20 Benda asing di esofagus Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
klinis Bila diyakini secara klinis terdapat Pemeriksaan penunjang
Bila diyakini secara klinis benda asing di trakea dan atau (laboratorium, rontgen,
terdapat benda asing di bronkus rujuk PPK 3 endoskopi, CT scan)
esofagus langsung rujuk Tindakan operatif
PPK 3 Konsultasi dengan spesialis lain
Evaluasi tindakan operatif
sampai dinyatakan aman bagi
pasien
21 Benda asing di Trakea Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
dan atau Bronkus klinis Bila diyakini secara klinis terdapat Pemeriksaan penunjang
Bila diyakini secara klinis benda asing di trakea dan atau (laboratorium, rontgen,
terdapat benda asing di bronkus rujuk PPK 3 endoskopi, CT scan)
trakea dan atau bronkus Tindakan operatif
langsung rujuk PPK 3 Konsultasi dengan spesialis lain
Evaluasi tindakan operatif
sampai dinyatakan aman bagi
pasien
22 Tumor THT dan Kepala Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
dan Leher klinis Nasofaringoskopi Nasofaringoskopi
a. Karsinoma Nasofaring Rujuk ke PPK 2/3 untuk Biopsi, FNAB FNAB
b. Karsinoma Sinonasal penegakkan diagnosis Rujuk ke PPK 3 untuk penanganan Biopsi dengan endoskopi (lokal
c. Karsinoma Laring Rujuk PPK 3 bila dengan selanjutnya (operasi, kemoterapi, anestesi)
63
d. Tumor di leher penyulit/emergency (sesak radioterapi) Operasi dengan endoskopi
e. Tumor lidah dan nafas, perdarahan, kesulitan Terdapat penyulit/emergensi yang Operasi kasus dengan penyulit
rongga mulut menelan, kenaikan tekanan tidak dapat ditangani langsung Radiotherapi
f. Tumor telinga intrakranial, timbul abses rujuk PPK 3 Kemotherapi
g. Tumor kelenjar liur Menerima rujukan balik dari PPK 3 Kontrol setelah tindakan 6 bulan
h. Massa Leher untuk evaluasi dan monitoring pertama
setelah dilakukan terapi lengkap
23 Tonsilitis J.03 Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Terapi simptomatik dan antibiotik Pemeriksaan penunjang
Terapi simptomatik dan oral Biopsi atau tonsilektomi intoto
antibiotik oral bila Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
diperlukan Tindakan tonsilektomi sesuai Atasi penyulit dengan konsultasi
Bila tidak sembuh dalam indikasi spesialis lain
7-10 hari, demam tidak Bila terdapat penyulit (kelainan
dapat diatasi, sulit atau darah, obesitas, sleep apneu,
tidak bisa menelan, deformitas maksilofacial), curiga
kambuh > 3x dalam 1 th keganasan, kelainan jantung/darah
atau terdapat tanda-tanda rujuk PPK 3
kronis (hipertrofi
persisten, muara kripte
melebar, detritus,
halitosis) rujuk PPK 2
(Bila ada spesialis THT-
KL dan fasilitas memadai)
atau PPK 3
25 Laringitis J.04 Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Pemeriksaan laringoskopi indirek Pemeriksaan endoskopi laring
Rujuk PPK 2 (bila ada Pemeriksaan penunjang rigid maupun fleksibel
SpTHT-KL) Pemeriksaan penunjang lain
64
bila tidak membaik (3 kali Rujuk PPK 3 bila terdapat penyulit Direk laringoskopi
terapi atau selama 7 hari) (kecurigaan keganasan, gangguan Biopsi jika diperlukan (anestesi
atau ada gejala sumbatan jalan nafas) local atau general)
jalan nafas atas Terapi adekuat (medikamentosa
Laringitis kronis dan atau operatif)
Rehabilitasi jika diperlukan
26 Faringitis J.02 Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Swab orofaring dan kultur Swab orofaring dan kultur
Penanganan di PPK 1 sensitivitas kuman (bila fasilitas sensitivitas kuman
Rujuk PPK 2 apabila : tersedia) Pemeriksaan penunjang lain
Terapi sampai 3 kali Terapi simptomatik dan antibiotik Evaluasi dengan endoskop
belum membaik (atau sesuai kultur Pelacakan factor etiologi dan
terapi selama 7 hari) Pemeriksaan penunjang yang tidak predisposisi, dan kemungkinan
Terjadi Komplikasi: ada fasilitas rujuk PPK 3 kondisi imunocompromized
epiglotitis, abses Tindakan kauterisasi orofaring bila Terapi kausatif sesuai temuan
peritonsiler, abses diperlukan Tindakan kauterisasi orofaring
retrofaringeal, septikemia, Rujuk PPK 3 bila : bila diperlukan
meningitis, Pemeriksaan penunjang yang tidak
glomerulonefritis, demam ada fasilitas
rematik akut (sesak Terdapat kecurigaan kondisi
nafas, penurunan imunocompromized
kesadaran, nyeri telan
berat)
Merupakan Faringitis
luetika
27 Candidiasis mulut B.37 Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Perlu pemeriksaan penunjang Tindakan diagnostic dan
Rujuk PPK 2/ PPK 3 bila (rontgen, swab tenggorok, pelacakan etiologi (rontgen,
diterapi 3 kali (selama 7 laboratorium, dll) swab tenggorok, endoskopi, CT
65
hari) belum membaik Rujuk PPK 3 bila ada penyulit atau scan)
Rujuk PPK 3 bila penyakit komorbid lain yang Terapi medikamentosa dan atau
terdiagnosis ada penyulit memberatkan pembedahan
seperti imunokompromise
28 Parotitis B.26 Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
klinis Penegakan diagnosis Rujuk PPK 3 bila dengan penyulit ( Terapi medikamentosa sesuai
Tatalaksana awal parotitis dgn komplikasi atau kausa
Rujuk PPK 2 bila dalam terapi dengan akibat kelainan sistemik dan Bila kondisi pasien membaik
sampai 3 kali belum membaik tidak dapat ditangani di PPK 2 dan memerlukan terapi lanjutan
(atau terapi selama 7 hari) yang dapat dilakukan di PPK 1
dikembalikan ke PPK 1
Rujuk langsung PPK 2/PPK 3
bila dengan penyulit ( parotitis
dgn komplikasi/abses atau
dengan akibat kelainan
sistemik)
29 Gangguan menelan/ Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
disfagia klinis (reflek menelan, muntah, fungsi Penegakan diagnosis dan
(permenkes 856/20109) Identifikasi etiologi dan menelan fase oral-faringeal- pelacakan etiologi dengan
manifestasi klinis esofagus) esofagografi, endoskopi, CT
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Pemeriksaan esofagografi scan
melalui IGD Konsultasi dengan Spesialis lain Dilakukan tindakan medis bila
Bila dapat diketahui bahwa Rujuk PPK 3 bila tidak dapat terdapat obstruksi mekanik
kelainan diakibatkan oleh ditangani FEES (Functional Endoscopic
defek intracranial/neurologis for Evaluation of Swallowing)
rujuk sejawat Spesialis Bekerja sama dengan spesialis
Saraf lain (misal Saraf, Bedah Saraf
dan Rehabilitasi Medik)
Apabila kondisi pasien membaik
66
dan dapat dilakukan terapi
lanjutan di PPK 2 atau PPK 1,
dikembalikan untuk terapi
lanjutan
30 Limfadenitis Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Pemeriksaan penunjang (AJH, Pemeriksaan penunjang
Rujuk PPK 2 (bila laboratorium, rontgen) (laboratorium, Rontgen, CT
terdapat spesialis THT- Terapi lanjutan scan, endoskopi)
KL) bila 3 kali terapi Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan Skrining keganasan
(selama 7 hari), tidak ada komplikasi yang tidak bisa diatas Terapi lanjutan dan pelacakan
perbaikan etiologi
Rujuk langsung PPK 2/ Tindakan operatif kalau perlu
PPK 3 Bila ada penyulit Evaluasi pasca tindakan
dan komplikasi lain
(abses, kecurigaan
keganasan)
31 Ulkus mulut Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana awal Perlu pemeriksaan penunjang Tindakan diagnostic dan
Pelacakan etiologi dan (rontgen, swab tenggorok, pelacakan etiologi (rontgen,
terapi awal laboratorium, dll) swab tenggorok, endoskopi, CT
Rujuk PPK 2 (Bila ada Konsultasi dengan spesialis lain scan)
spesialis THT-KL dan Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan Terapi medikamentosa atau
fasilitas memadai bila adanya komplikasi yang tidak dapat pembedahan
diterapi 3 kali (selama 1 ditangani Konsultasi dengan spesialis lain
minggu) belum membaik Bila kondisi pasien membaik
Rujuk langsung ke PPK dan memerlukan terapi lanjutan
3 bila ada penyulit atau yang dapat dilakukan di PPK 1
diketahui adanya dikembalikan ke PPK 1
komplikasi(gangguan
67
menelan berat, sepsis)
32 Refluks Penegakan diagnosis Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
ekstragastroesofageal/ Tatalaksana awal Perlu pemeriksaan penunjang bila Tindakan diagnostik dengan alat
Refluks laringofaring Pemberian terapi awal: fasilitas memadai (misal endoskopi, /pemeriksaan penunjang
(RLF) PPI dan identifikasi fator swab tenggorok) Evaluasi factor penyulit kalau
risiko. Melacak etiologi yang lain ada
Rujuk PPK 2 (Bila ada Konsultasi dengan spesialis lain Evaluasi terapi dengan alat
spesialis THT-KL)apabila Rujuk PPK 3 bila kondisi pasien penunjang
dalam 3 kali terapi memburuk dan terdapat penyulit Konsultasi dengan spesialis lain
(selama 1 minggu) tidak yang tidak bisa diatasi oleh PPK 2 Bila kondisi pasien membaik
ada perbaikian sama dan memerlukan terapi lanjutan
sekali Bila kondisi pasien membaik dan yang dapat dilakukan di PPK 1
Pasien dikembalikan ke memerlukan terapi lanjutan yang dikembalikan ke PPK1 untuk
PPK1 apabila kondisi dapat dilakukan di PPK 1 lanjutan terapi dari PPK3
umum membaik dan dikembalikan ke PPK1 untuk
masih memerlukan terapi lanjutan terapi dari PPK2
lanjutan yang diberikan
oleh PPK2/3
33 Fraktur di bidang THT Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
- fraktur OS nasale klinis Terapi dan tindakan operasi kalau Pemeriksaan diagnostik dengan
- fraktur maksila Identifikasi klinis dan perlu (baik dengan anestesi local alat/pemeriksaan penunjang
- fraktur zygoma manifestasinya maupun general) Evaluasi faktor penyulit atau
- fraktur naso-orbita- Rujuk PPK 2/ PPK 3 Rujuk PPK 3 bila : komplikasi serta kegawatan
ethmoid Rujuk langsung ke PPK 3 Evaluasi pasca tindakan, bila ada yang ada
- fraktur frontal bila ada fraktur komplek penyulit dan komplikasi, infeksi Terapi dan tindakan operasi
- fraktur mandibula maksilofacial dan mandibula serta kegawatan yg tdk dpt diatasi kalau perlu (baik dengan
- multifraktur rujuk di PPK 2 anestesi local maupun general)
Fasilitas tidak memadai atau tdk Konsultasi dengan spesialis lain
kompeten (atau rujukan horisontal) Evaluasi pasca tindakan
68
Bila kondisi pasien membaik
Bila kondisi pasien membaik dan dan memerlukan terapi lanjutan
memerlukan terapi lanjutan yang dapat yang dapat dilakukan di PPK
dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke 1/2 dikembalikan ke PPK1/2
PPK1 untuk lanjutan terapi untuk lanjutan terapi
34 Vulnus di bidang THT Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
(Permenkes 856/209 klinis Terapi dan tindakan operasi kalau Pemeriksaan diagnostik dengan
kasus gawat darurat) Lakukan perawatan luka perlu (baik dengan anestesi local alat/pemeriksaan penunjang
sesuai kompetensi dan maupun general) Evaluasi faktor penyulit atau
manajemen terapi di PPK 1 Evaluasi pasca tindakan, bila ada komplikasi serta kegawatan
Bila ada vulnus penyulit dan komplikasi, infeksi yang ada
luas/kompleks, penyulit, serta kegawatan yg tdk dpt diatasi Terapi dan tindakan operasi
komplikasi, infeksi serta di PPK 2 rujuk ke PPK 3 kalau perlu (baik dengan
kegawatan rujuk PPK 2 Rujuk ke PPK 3 bila fasilitas tdk anestesi local maupun general)
(bila ada Spesialis THT-KL) memadai atau tidak kompeten Evaluasi pasca tindakan
atau PPK 3 melalui UGD Bila kondisi pasien membaik
Bila kondisi pasien membaik dan dan memerlukan terapi lanjutan
memerlukan terapi lanjutan yang yang dapat dilakukan di PPK
dapat dilakukan di PPK 1 1/2 dikembalikan ke PPK1/2
dikembalikan ke PPK1 untuk untuk lanjutan terapi
lanjutan terapi
35 Abses di bidang THT Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
(dapat berupa abses klinis Perlu pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
submandibula, Apabila sudah menjadi abses (rontgen, laboratorium, swab (laboratorium, rontgen, swab
peritonsiller, parafaring leher rujuk ke PPK 2 / tenggorok) tenggorok, endoskopi, CT scan)
retrofaring, dan leher PPK 3 Lakukan incisi dan eksplorasi Tindakan medikamentosa dan
dalam) sederhana operatif
Rujuk langsung PPK 3 bila : Evaluasi pasca operasi
Ada penyulit dan komplikasi Rujuk PPK 3 bila: Perlu konsultasi dengan
69
(penurunan kesedaran, sesak Abses leher dalam spesialias lain
nafas, sepsis) Ada penyulit dan komplikasi (sesak Bila kondisi pasien stabil dan
nafas, gangguan menelan, DM, tidak memerlukan tindakan di
deficit neurologis) PPK3, terapi dapat dilakukan di
PPK1, dikembalikan ke PPK1
36 Benda asing di tenggorok Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
klinis Pemeriksaan penunjang (Rontgen) Pemeriksaan penunjang
Bila diyakini secara klinis Evakuasi corpal (baik local maupun (rontgen, CT scan, laboratorium)
terdapat benda asing di general) Tindakan operatif (baik local
hipofaring dan valekula Evaluasi tindakan operasi sampai maupun general)
rujuk ke PPK 2 / PPK 3 dinyatakan aman bagi pasien Konsultasi dengan spesialis lain
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit Evaluasi tindakan operasi
sampai dinyatakan aman bagi
pasien
Catatan Rujukan:
- Apabila ada tambahan diagnosis dengan kronis, dapat di rujuk langsung ke PPK 2 (bila ada spesialis THT-KL) atau PPK 3
70
MATA
72
penderita glaukoma
Memiliki riwayat tekanan
bola mata tinggi
Penderita myopia
(kacamata minus) dan
hippermetropia (kacamata
plus) yang tinggi
Memliki riwayat penyakit
diabetes, hipertensi,
migraine, jantung.
Pemakai obat steroid
dalam jangka waktu lama
Pernah mengalami trauma
mata
PENGOBATAN/
TATALAKSANA AWAL:
Analgetik jika terasa sakit
kepala
73
atau ada indikasi lain dapat implantasi iol (ecce+iol, sics+iol,
dilakukan operasi ekstraksi lensa phacoemulsfiikasi+iol)
dan implantasi intra ocular (IOL)
lens (ECCE+iol, SICS+IOL atau
Phacoemulsifikasi+ IOL)
78
Tidak memiliki fasilitas untuk
injeksi intravitreal Anti-VEGF
atau Triamcinolone acetonide
atau laser fokal/grid
Pasien dengan Proliferative
Diabetic Retinopathy (PDR),
yaitu dengan adanya pendarahan
vitreus dan pertumbuhan jaringan
fibrovaskular di vitreus,
80
PSIKIATRI
2.
A Gangguan Mental dan Skrining Skrining Skrining
Perilaku akibat Penyalah Diagnosa awal Diagnosa Diagnosa
gunaan zat psikoaktif Penangan awal gaduh Penangan lanjutan gaduh gelisah Penangan lanjutan gelisah
gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala Penanganan awal dan lanjutan gejala
Penanganan awal gejala putus zat putus zat
putus zat Penanganan awal gejala psikiatrik yang Penanganan awal gejala psikiatrik
Penanganan awal gejala menyertai yang menyertai
psikiatrik yang menyertai Penanganan lanjutan pada: Rujuk bila:
Kondisi akut Kondisi akut tidak tertangani
Rujuk ke PPK 2/PPK 3 Ada gangguan pikiran, perasaan dan Ada gangguan pikiran, perasaan dan
bila: perilaku yang berisiko membahayakan perilaku yang berisiko membahayakan
diri sendiri dan orang lain diri sendiri dan orang lain
82
Komorbiditas dengan penyakit fisik dan Komorbiditas dengan penyakit fisik dan
gangguan jiwa berat gangguan jiwa berat
Komunikasi, informasi dan edukasi Komunikasi, informasi dan edukasi
Terapi substitusi Memerlukan rehabilitasi
Penanganan kondisi akut akibat putus Memerlukan terapi substitusi
zat
Rehabilitasi (bagi PPK 2 yang memiliki (Bila masih membutuhkan perawatan
sarana/prasarana rehabilitasi) dapat menggunakan surat keterangan
dalam perawatan untuk terapi
(Bila masih membutuhkan perawatan medikamentosa)
dapat menggunakan surat keterangan
dalam perawatan untuk terapi
medikamentosa)
85
Psikoterapi
(Bila masih membutuhkan perawatan Intervensi perilaku
dapat menggunakan surat keterangan Intervensi psikososial
dalam perawatan untuk terapi
medikamentosa) (Bila masih membutuhkan perawatan
dapat menggunakan surat keterangan
dalam perawatan untuk terapi
medikamentosa)
C Gangguan afektif bipolar Skrining Skrining Skrining
Diagnosa Diagnosa Diagnosa
Penatalaksanaan awal Penatalaksanaan lanjutan gaduh Penatalaksanaan lanjutan gaduh
gaduh gelisah gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi gelisah
Penatalaksanaan dan non farmakoterapi (komunikasi, Penatalaksanaan farmakoterapi dan
farmakoterapi dan non informasi dan edukasi). non farmakoterapi (komunikasi,
farmakoterapi (komunikasi, Penanganan lanjutan rujukan dari PPK informasi dan edukasi).
informasi dan edukasi) 1 Penanganan lanjutan rujukan dari PPK
selama 2 minggu Respon terapi tidak adekuat setelah 2 2
Rujuk PPK 2/PPK 3: minggu Respon terapi tidak adekuat
Mania sedang- dengan komorbiditas Mania sedang- dengan
Tatalaksana pasca rujuk dengan gejala psikotik dan penyakit komorbiditas dengan gejala psikotik
balik kronik yang berisiko membahayakan dan penyakit kronik yang berisiko
- Komunikasi, informasi diri sendiri dan lingkungan membahayakan diri sendiri dan
dan edukasi Mania dengan ide membahayak an lingkungan
-Konseling keluarga diri sendiri dan lingkungan Mania dengan ide membahayak an
Psikoterapi diri sendiri dan lingkungan
Psikoterapi
(Bila masih membutuhkan perawatan Intervensi perilaku
dapat menggunakan surat keterangan Intervensi psikososial
dalam perawatan untuk terapi
medikamentosa) (Bila masih membutuhkan perawatan
dapat menggunakan surat keterangan
dalam perawatan untuk terapi
medikamentosa)
86
5. GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN GANGGUAN STRES
A Gangguan Panik -Skrining -Skrining -Skrining
- Gangguan -Diagnosa -Diagnosa -Diagnosa
panik tanpa agorafobia -Penatalaksanaan awal -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut
- Gangguan panik dengan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan -Penatalaksanaan lanjutan
agorafobia - Rujuk PPK 2/PPK 3 farmakoterapi - -serangan panik berat farmakoterapi - -serangan panik berat
- Agorafobia tanpa riwayat dan berulang dan berulang
gangguan panik -Konseling -Konseling
-Psikoterapi -Psikoterapi
10 GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL DENGAN ONSET MASA KANAK DAN REMAJA
.
A Gangguan pemusatan Penatalaksanaan lanjutan
perhatian dan hiperaktivitas - Skrining - Skrining
- Rujuk PPK 2/ PPK 3 - Diagnosis
Gangguan tempertantrum
Penatalaksanaan
Gangguan depresi
Gangguan cemas
Gangguan akibat
persaingan antar saudara
89
Gangguan enuresis
Gangguan enkoperesis
Gangguan makan
Gangguan gagap
Gangguan tidur
90
PENGELOLAAN PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
92
5. Filariasis Anamnesis Anamnesis Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan fisik dan status Pemeriksaan fisik dan status
status dermatovenerologis dermatovenerologis dermatovenerologis
Tatalaksana simtomatis Pemeriksaan penunjang darah tepi Pemeriksaan penunjang darah
dan kausatif (obat untuk mengetahui adanya infeksi tepi untuk mengetahui adanya
antifilaria) cacing infeksi cacing dan pemeriksaan
Edukasi : Tatalaksana simtomatis dan kausatif sediaan daran untuk mendeteksi
o Mencegah gigitan (obat antifilaria) adanya mikrofilaria
nyamuk Edukasi : Tatalaksana simptomatis dan
o Pemberantasan o Mencegah gigitan nyamuk kausatif (obat antifilaria)
nyamuk dewasa o Pemberantasan nyamuk dewasa Edukasi :
o Pemberantasan o Pemberantasan jentik nyamuk o Mencegah gigitan nyamuk
jentik nyamuk Rujuk PPK 3 bila dibutuhkan o Pemberantasan nyamuk
Rujuk PPK 2 bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala dewasa
pengobatan operatif atau bila tidak membaik dengan pengobatan o Pemberantasan jentik nyamuk
gejala tidak membaik dengan dan bila terjadi komplikasi Jika sudah membaik rujuk
pengobatan konservatif (bila Jika membaik rujuk kembali ke PPK kembali ke PPK 2
ada SpKK dan fasilitas) atau 1
PPK 3
6. Pediculosis Anamnesis Anamnesis Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan status Pemeriksaan fisik dan status Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis dermatovenerologis dermatovenerologis
Tatalaksana simptomatis Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
(anti pruritus), etiologi (terapi (pemeriksaan mikroskopis) (pemeriksaan mikroskopis /
pedikulosid) Tatalaksana simptomatis (anti dermoskopi)
Edukasi pruritus), etiologis (terapi Tatalaksana simptomatis (anti
Rujuk PPK 2 jika terjadi pedikulosid), dan infeksi sekunder pruritus), etiologis (terapi
infestasi kronis dan tidak Edukasi pedikulosid), dan infeksi
sensitive terhadap terapi Rujuk PPK 3 jika terjadi infestasi sekunder
yang diberikan atau terjadi kronis dan tidak sensitive terhadap Edukasi
infeksi sekunder atau pada terapi yang diberikan
pasien dengan Jika membaik rujuk kembali ke PPK
imunokompromais 1
93
7. Scabies Anamnesis Anamnesis Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan status Pemeriksaan fisik dan status Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis dermatovenerologis dermatovenerologis
Tatalaksana simptomatis (anti Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
pruritus), etiologi (anti (pemeriksaan mikroskopis) (pemeriksaan mikroskopis /
scabies), dan linen. Tatalaksana simptomatis (anti dermoskopi)
Edukasi pruritus), etiologis (anti scabies), Tatalaksana simptomatis (anti
Rujuk PPK 2 jika tidak dan infeksi sekunder serta pruritus), etiologis (anti scabies),
membaik dalam 2x terapi dan tatalaksana linen dan infeksi sekunder serta
muncul komplikasi maka Edukasi tatalaksana linen
Rujuk PPK 3 bila Norwegian Edukasi
Scabies
Jika membaik rujuk kembali ke PPK
1
97
fasilitas) atau PPK 3 Rujuk ke PPK 3 jika ada erysipelas, selulitis, flegmon
komplikasi, tidak membaik Edukasi
dengan pengobatan, dan dalam
keadaan komorbid, memerlukan
kultur
17. Folikulitis Anamnesis Anamnesis Anamnesis
Superficialis, Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan fisik dan status DV
Furunkel, status DV Pemeriksaan penunjang (jika Dokumentasi fotografi (bila
Karbunkel Pemeriksaan penunjang perlu): tersedia)
(jika perlu dan fasilitas o Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan penunjang (jika
memadai): o Kultur dan resistensi dari perlu):
o Pemeriksaan mikroskopis spesimen lesi o Pemeriksaan mikroskopis
Tatalaksana sesuai Tatalaksana sesuai etiologi o Kultur dan resistensi dari
etiologi Edukasi specimen lesi
Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke o Kultur dan resistensi darah bila
Rujuk ke PPK 2 (bila ada PPK 1 diduga bakteremia
SpKK dan fasilitas) atau PPK Rujuk PPK 3 bila kasus berat Evaluasi pengobatan
3 jika : dan memerlukan kultur Tatalaksana sesuai etiologi
Ada komplikasi (erisipelas, Edukasi
sellulitis, ulkus, limfangitis,
limfadenitis supuratif,
bakteriemia (sepsis))
Tidak membaik dalam 1
minggu, dan dalam
keadaan komorbid
18. Lepra Anamnesis Anamnesis Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan fisik dan status DV
status DV Pemeriksaan penunjang: Dokumentasi fotografi (bila
Tatalaksana komprehesif o Pemeriksaan slit skin smear tersedia)
Edukasi o Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan penunjang:
Rujuk ke PPK 2 (bila ada Tatalaksana komprehesif o Pemeriksaan slit skin smear
SpKK dan fasilitas) Edukasi o Pemeriksaan mikroskopik
Rujuk PPK 3 jika terdapat Jika membaik rujuk kembali ke o Biopsy
98
efek samping obat yang PPK 1 Evaluasi pengobatan
serius, terdapat reaksi Rujuk ke PPK 3 jika terdapat Tatalaksana komprehesif
kusta, dan komplikasi relaps atau rekuren Edukasi
107
o Pengobatan antivirus oral Tatalaksana Pemeriksaan laboratorium (tzanck
bila diperlukan Edukasi : smear, direct flourescent assay,
Edukasi Rujukan ke PPK 3 PCR dan biopsi kulit) bila
Kriteria rujukan PPK 2 (bila o Pada pasien imunokompromais diperlukan
ada SpKK dan fasilitas) atau o Jika memerlukan pemeriksaan Tatalaksana Komprehensif
PPK 3 lanjutan Edukasi
o Jika ada komplikasi atau Rawat bersama multi disiplin
usia >50 tahun dengan sesuai komplikasi bila perlu
gambaran klinis berat
o Zoster Oftalmikus dan
Zoster Otikus
108
PENYAKIT JANTUNG
1 Angina Pectoris I20.8 AP CCS I-II AP CCS III-IV AP CCS III-IV PPK II
2 UAP – NSTEMI I20.0; I20.4 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Rawat Inap Non Rawat Inap bila
Revaskularisasi memerlukan
revaskularisasi
Rujuk Bila
memerlukan
revaskularisasi
3 STEMI I21.1; I21.2; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
I21.3 Rawat Inap Rawat Inap untuk
Fibrinolisis PCI
4 Infark Miokard I21.1; I21.2; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Rawat Inap Rawat Inap untuk
109
Perioperatif I21.3 Fibrinolisis PCI
5 Syok Kardiogenik I50.1 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Rawat Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
6 Kardiomiopati Dilatasi I42.0 Pemberian Terapi Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK I/II
Rawat Jalan Bila Rawat Inap Rawat Inap
kondisi stabil Medikamentosa Medikamentosa &
(Tidak didapatkan (Non Invasive) Invasive
pemberatan gejala (Bila didapatkan
& tanda gagal pemberatan gejala
jantung) & tanda gagal
jantung)
7 Kardiomiopati I42.1; I42.2 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Hipertrofi Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
(Bila terdapat
pemberatan gejala
& tanda gagal
jantung dan
110
aritmia)
8 Gagal Jantung Akut I50; I50.21; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
I50.23; Rawat Inap Rawat Inap
I50.31; Medikamentosa Medikamentosa &
I50.33; (Non Invasive) Invasive
I50.41; I50.43
9 Gagal Jantung Kronik I50.22; I50.32 Pemberian Terapi Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK I/II
Rawat Jalan Bila Rawat Inap Rawat Inap
kondisi stabil Medikamentosa Medikamentosa &
(Tidak didapatkan (Non Invasive) Invasive
pemberatan gejala (Bila didapatkan
& tanda gagal pemberatan gejala
jantung) & tanda gagal
jantung)
10 Hipertensi Primer I10 Pemberian Terapi Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK I/II
Rawat Jalan Bila Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
kondisi stabil Medikamentosa Medikamentosa &
(Tidak didapatkan (Non Invasive) Invasive
Krisis Hipertensi) (Bila didapatkan
Krisis Hipertensi)
11 Penyakit Jantung I11.0; I11.9 Pemberian Terapi Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK I/II
Hipertensi Rawat Jalan Bila Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
kondisi stabil Medikamentosa Medikamentosa &
(Tidak didapatkan (Non Invasive) Invasive
pemberatan gejala (Bila didapatkan
& tanda gagal pemberatan gejala
& tanda gagal
111
jantung) jantung)
12 Supra Ventrikular I47.1; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Takikardia Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
13 Ekstra Sistol Ventrikel I49.3 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
14 Takikardia Ventrikular I47.2 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Rawat Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
16 Atrio Ventrikular Blok I44.1 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemasangan pacu PPK II
Derajat II Tipe I dan 3 jantung sementara
Tipe II kemudian pacu
jantung permanen
bila diperluikan
112
17 Atrio Ventrikular Blok I44.2 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemasangan pacu PPK II
Derajat III 3 jantung permanen
18 Fibrilasi Atrium I48.0; I48.1; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
I48.2 Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
19 Diseksi Aorta I71.0; I71.01; Rujuk PPK 2 Rujuk Pemberian Terapi PPK II
I71.02; I71.03 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
20 Aneurisma Aorta I71.1; I71.2; Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
I71.3; I71.4 3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
21 Sindrom Raynaud’s I73.00; I73.01 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
22 Penyakit Burger I73.1 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
Rawat Inap
113
3 Medikamentosa &
Invasive
23 Stenosis Arteri Karotis I65.2 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
24 Stenosis Arteri Renalis I70.1 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
25 Iskemik Mesenterika K55.0 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
26 Iskemia Tungkai I70.21 Rujuk PPK 2/ PPK Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Kronis Tidak Kritis 3 Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
20 Aneurisma Aorta I71.1; I71.2; Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
Rawat Inap
114
I71.3; I71.4 3 Medikamentosa &
Invasive
21 Sindrom Raynaud’s I73.00; I73.01 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
22 Penyakit Burger I73.1 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
23 Stenosis Arteri Karotis I65.2 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
24 Stenosis Arteri Renalis I70.1 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
25 Iskemik Mesenterika K55.0 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
26 Iskemia Tungkai I70.21 Rujuk PPK 2/ PPK Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Kronis Tidak Kritis 3 Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
115
(Non Invasive) Invasive
28 Iskemia Ekstremitas I74.2; I74.3 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
Akut 3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
29 Emboli Paru I26 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
Invasive
30 Trombosis Vena I82.4; I82.6 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Dalam Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
31 Arteriovenous Fistula I77.0 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi PPK II
3 Rawat Inap
Medikamentosa &
116
Invasive
32 Insufisiensi Vena I87.2 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Pemberian Terapi PPK II
Kronik Rawat Jalan & Inap Rawat Inap
Medikamentosa Medikamentosa &
(Non Invasive) Invasive
33 Stenosis Mitral I05.0; I34.2 Rujuk PPK 2 Pemberian terapi Stenosis Mitral PPK II
suportif, yang memerlukan
tindakan invasif
Rujuk bila atau pembedahan
memerlukan
tindakan invasif/
Pembedahan
34 Regurgitasi Mitral I05.1; I05.2; Rujuk PPK 2 regurgitasi sedang regurgitas yang PPK II
I34.0; I34.1; yang tidak memerlukan
I23.4; I23.5 memerlukan tindakan invasif
tindakan invasif. atau pembedahan.
117
35 Stenosis Aorta I06.0; I35.0 Rujuk PPK 2 Stenosis ringan- Stenosis yang PPK II
sedang yang tidak memerlukan
memerlukan tindakan intervensi
tindakan intervensi. atau pembedahan.
36 Regurgitasi Aorta I06.1; I06.2; Rujuk PPK 2 Regurgitasi ringan Regurgitasi yang PPK II
I35.1; I35.2 sedang yang tidak memerlukan
membutuhkan tindakan intervensi/
tindakan intervensi pembedahan.
atau pembedahan
Regurgitasi berat
Rujuk bila yang tidak dapat di
memerlukan lakukan tindkan
tindakan invasif/ invasif/
pembedahan. pembedahan.
37 Stenosis Trikuspid I07.0; I07.1; Rujuk PPK 2 Stenosis- Stenosis dan PPK II
I07.2 regurgitasi trikuspid regurgitasi yang
ringan yang tidak memerlukan
memerlukan tindakan
tindakan invasif/ pembedahan/
pembedahan. invasif.
Rujuk bila
memerlukan
118
tindakan
pembedahan.
38 Kelainan Katup Mitral, I08.3 Rujuk PPK 2 Kelainan katup Kelainan katup PPK II
Aorta, Trikuspid mitral-aorta, mitral, aorta dan
trikuspid yang tidak trikuspid yang
memerlukan memerlukan
tindakan invasif/ tindakan invasif/
pembedahan. pembedahan
Rujuk bila
memerlukan
tindakan
pembedahan atau
invasif.
Rekomendasi
1. Penunjukan FasKes sebagai PPK I yang dapat menerima kasus-kasus kardiovakular harus memiliki syarat minimal berupa :
a. Memiliki dokter umum,dengan kemampuan membaca ecg untuk pasiennya sendiri
b. Memiliki alat rekam jantung (ECG)
c. Pasien yang kontrol di PPK I hanya boleh 3 bulan berturut-turut, di bulan ke 4, 8, 12, dst.. wajib kontrol ke PPK II atau III
2. Penunjukan RS sebagai PPK II yang dapat menerima rujukan kasus-kasus kardiovakular dari PPK I harus memiliki syarat minimal berupa
:
119
a. Memiliki dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah atau Spesialis Penyakit Dalam
b. Memiliki ICU/ICCU beserta sarana, prasarana dan SDM yang memadai
c. Dapat menyediakan obat-obatan kardiovaskular sesuai Formularium Nasional
d. Memilki fasilitas penunjang berupa Echocardiografi dan Treadmill Test
3. Penunjukan RS sebagai PPK III yang dapat menerima rujukan kasus-kasus kardiovakular dari PPK I harus memiliki syarat minimal
berupa :
a. Memiliki dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dengan kualifikasi Konsultan Intervensi, Echocardiografi, Rehabilitasi Jantung,
Imaging
b. Memiliki ICU/ICCU beserta sarana, prasarana dan SDM yang memadai
c. Memiliki Ruang Cath Lab untuk tindakan-tindakan invasif beserta sarana, prasarana dan SDM yang memadai
d. Memiliki Fasilitas Transesofageal Echocardiografi
e. Memilki fasilitasi Imaging Cardiology (MSCT Cardiac)
f. Dapat menyediakan obat-obatan kardiovaskular sesuai Formularium Nasional
120
PEDOMAN PENANGANAN GAWAT DARURAT DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
125
9. Perdarahan di bidang THT
10. Shock karena kelaina di bidang THT
11. Trauma ( akut) di bidang THT & kepala leher
12. Tuli mendadak
13. Vertigo gejala berat
Psikiatri 1. Gangguan panik
2. Gangguan psikotik
3. Gangguan konversi
4. Gaduh gelisah
Syaraf 1. Kejang
2. Stroke
3. Meningoencephalitis
126