Anda di halaman 1dari 19

FORMAT ANALISIS SINTESA TINDAKAN

(Khusus Keperawatan Dasar II)

Nama Mahasiswa : Nathania S.V Kaunang

NIM : 19011104047

1. Jenis Tindakan : perawatan luka sederhana


Indikasi : 1. Luka bersih
2. luka bakar tak terkontaminasi dan luka steril
3. balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/eksudat
4. ingin mengkaji keadaan luka
5. mempercepat debredemen jaringan nekrotik

Kontra indikasi : Luka bersih


balutan tidak kotor dan tidak ada rembesan/eksudat
luka kotor
pada pasien yang tidak mengalami decubitus

Alat dan Bahan : 1. Set steril (pingset anatomis, pingset sirugis, gunting jaringan, com
2buah)
2. kassa steril
3. handscoon steril dan bersih
4. cairan normal saline
5. antiseptic
6. plester
7. verlak
8. nierbeken
9. gunting
10. salp atau growth factor
Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Fase pre interaksi
 Melihat catatan medis pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
2. Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
 Meminta persetujuan dari pasien
3. Tahap kerja
 Berikan posisi nyaman pasien
 Membuka balutan luka menggunakan handscoon bersih
 Obsevasi luka (kaji lokasi, berapa luas luka, tanda infeksi, nyeri tekan, atau adakah
eksudat.)
 Bersihkan luka dengan prinsip steril
 Dekatkan peralatan steril
 Buang handscoon bersih yang dipakai tadi
 Masukan kasa steril kedalam wadah
 Siapkan normal saline dalam wadah, Siapkan antiseptic dalam wadah
 Pakai handscoon bersih
 Irigasi seluruh luka, bersihkan denga kasa biasa secara sirkular
 Dan bersihkan menggunakan kassa antiseptic menggunakan sop
 Berikan salp atau growth factor disemua luka menggunakan kassa untuk merangsang
pertumbuhan jaringan pada luka
 Tutup luka dengan balutan yang tepat
4. Fase terminasi
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil.

Referensi : youtube. #Episode 36 Materi Pembelajaran : Prosedur Perawatan Luka. Jimp.thanh-thanh

2. Jenis tindakan: Pemberian medikasi oral, parenteral, topikal, dan

suppository
Indikasi : Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi injeksi intravena.
·         Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, kerana lokasi ini akan  digunakan untuk
pemasangan  fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis (cuci darah).
·         Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki)

Kontra idikasi : obat oral : pasien normal

Obat parental : untuk pasien yg mengalami masalah pendarahan atau

sedang mendapatkan terapi antikoagulan.

Obat suppository : pasien yang telah melakukan pembedahan

Alat/bahan : obat oral


Obat dalam tempatnya
Spuit 1 cc/spuit insulin
Cairan pelarut
Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
Bengkok
Perlak dan alasnya.
Buku obat
Obat suppositoria
Jel pelumas
Tisu
Dan sepasang sarung tangan bersih

Langkah-langkah pelaksanaan: 1. Pemberian obat oral


Fase pre interaksi
 Melihat catatan medis pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
 Meminta persetujuan dari pasien
Tahap kerja :
 Sebelum memberikan obat harus periksa ttv
 Memberikan sesuai dosis obat

 Kaji adanya kontra indikasi waktu pemberian obat, sukar menelan , peristaltik turun,
operasi gastro intestinal, alergi, instruksi puasa dan lain- lain
 Bantu pasien posisi duduk/ berbaring
 Berikan obat dengan tepat dan makanan / minuman yang memudahkan untuk menelan
obat mungkun lebih mudah pasien memegang obat sendiri
 Jika pasien tidak mampu memegang sendiri obatnya bantu dengan meletakan obat di
bibir/ ujung lidah kemudian minta pasien menelan
 Tetap bersama pasien sampai obat tertelan atau minta keluarga pastikan obat tertelan

Fase terminasi :
 Catat hasil
2. Pemberian obat parental
Fase pre interaksi
 Melihat catatan medis pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan dari pasien
tahap kerja :
 Pemberian obat parental melalui intramuscular
 Atur posisi nyaman pasien
 Atur ferlak
 Membersikan daerah yang akan diinjeksi
 Memakai sarung tangan
 Menentukan area yang ditentukan (palpasi area indeksi)
 Membersikan dengan alcohol pada permukaan kulit
 Melakukan aspirasi dan pastikan dara tidak masuk dalam spluit (apabila darah tidak
masuk dalam spuit maka penyuntikan berhasil)
 Mencabut jarum dari tempat penusukan
Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil.
3. pemberian obat suppository
Fase pre interaksi
 Melihat catatan medis pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Tahap kerja
 Miringkan posisi badan pasien
 Pakai sarung tangan
 Pasang verlak
 Ambil obat dan buka dari kemasannya
 Beri jel diujung obat dan ujung jari
 Anjurkan pasien menarik napas (untuk merelaksasikan sfingter ani
 Regangkan bokong pasien dengan tangan nondominan , sehingga anus terlihat
 Masukan obat supositoria perlahan-lahan ke dalam anus, sphincter anal interna serta mengenai
dinding rectal ±10 cm pada orang dewasa, ±5 cm pada bayi atau anak dorong hingga masuk ,
sambil meminta pasien untuk menarik napas dalam melalui mulut
 Minta pasien agar tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
  Tarik jari anda dan bersihkan area kanal dengan tissue
  Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang atau miring selama ± 5 menit
 Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada bengkok
 Rapikan pakaian pasien dan lingkungan
 Bereskan alat
 Mencuci tangan
 Catat nama obat, dosis, dan waktu pemberian obat pada catatan obat
 Observasi adanya efek supositoria ±30 menit setelah obat diberikan

Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil.

3. Jenis tindakan : prosedur injeksi IC, SC, IM, IV


Indikasi : injeksi ic
Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test ) 
Pasien yang akan melakukan vaksinasi
Mengalihkan diagnosa penyakit
Sebelum memasukkan obat
pasien yang tidak sadar
injeksi sc bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama
karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya
yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Injeksi im pasien yang tidak sadar

Injeksi iv seorang dengan penyakit berat

Kontra indikasi : injeksi ic


pasien yang mengalami infeksi pada kulit 
Pasien dengan kulit terluka
Pasien yang sudah dilakukan skin test
Pasien yang alergi
Injeksi sc luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
Injeksi im infeksi, lesi kulit, jaringan perut, benjolan tulang, otot atau saraf
besar didalamnya

Injeksi iv  Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi injeksi


intravena. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, kerana lokasi ini akan 
digunakan untuk pemasangan  fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan
hemodaliasis (cuci darah).  Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap
pembuluh darah vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembulah
vena di tungkai dan kaki).

Alat/bahan : handscoon 1 pasang


Bak instrument sedang
Kapas injeksi
Tempat sampah tajam dan korentang
Bengkok
Obat injeksi dalam vial atau ampul sesuai kebutubuhan
Spuit disposable steril ukuran 3 ml atau 5 ml
Plaster transparan
Karet pembendung vena/tourniquet
Perlak/pengalas
Daftar pemeberian obat
Aquades
Bak spuit

Langkah-langkah pelaksanaan :
Fase pre interaksi
 Melihat catatan medis pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Tahap kerja
1. Injeksi intravena
 Menganjurkan posisi pasien setengah duduk
 Dekatkan alat/bahan yang mudah dijangkau
 Buka spuit dlam kemasaan dan masukan kedalam bak instrument
 Memakai handscoon bersih
 Buka tutup kemasan obat
 Masukan obat kedlam spuit sesuai kebutuhan, pastikan jarum sudahterpasang
dengan benar
 Gunakan jarum steril yg berbeda untuk prosedur penyuntikan pada pasien
 Identifikasi pasien dengan 6b (benar obat, dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan
dokumentasi)
 Pasang perlak/pengalas
 Memasang tourniquet 10-12 cm diatas vena yg akan disuntik, kencangkan tourniquet
sehingga vena terlihat
 Menentukan daerah yang akan disuntik
 Anjurkar pasie mengepal tangan
 Melakukan desinfeksi menggunakan kapas desinfeksi (gunakan alcohol 70% dan
tunggu sampai kering )
 Melakukan injeksi dengan menusukan jarum kealam vena dengan menghadap vena
 Lakukan aspirasi yaitu Tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah
masuk dalam vena yang ditandai dengan daah masuk dalam spuit
 Setelah obat masuk, Tarik jarum dengan menekan bekas suntikan dengan kapas
alcohol
 Tutup bekas suntikan denga plester transparan
2. Injeksi SC (subkutan)
 Masukan obat dalam spuit dan pastikan tidak ada gelembung
 Memasang perlak
 Memakai sarung tangan
 Membersikan kulit dengan kapas alcohol dengan melingkar
 Lakukan injeksi (45 derajat) suntikan perlahan obat
 Setelah obat habis
 Cabut jarum dan buang jarung
 Kemudian plester pada tempat yang sudah diinjeksi
3. Injeksi IM (intramuscular)
 Posisikan pasien dengan posisi miring
 Pasang handscoon
 Pasang ferlak
 Desinfeksi bagian bokong yang akan diinjeksi
 Sudut injeksi IM 90 derajat
 Cabut jarum dari tempat injeksi
 Dan plester tempat penyuntikan
4. Injeksi intracutan (IC)
 Masukan obat dalam spuit
 engidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat, dosis, pasien, cara pemberian
dan waktu)
   Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
 Mengatur posisi senyaman mungkin.
 Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan di injeksi
  Pilih area penyuntikan
 Pakai sarung tangan
  Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan sirkuler
 Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
 Buka tutup jarum
 Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area penusukan
 Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan masukkan jarum
tepat                dibawah kulit dengan sudut 15 derajat
  Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula
  Cabut jarum sesuai sudut masuknya
 Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alkohol. Jangan di tekan
 Buat lingkaran pada bula degan menggunakan pulpen/ spidol. Dengan diameter + 5 cm
 Observasi kulit terhadap kemerahan dan bengkak atau reksi sistemik (10-15 menit).
  Kembalikan posisi klein

Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil.

Sumbe : youtube.erdaMutiara, youtube.jimbThanhThanth, youtube.rahmatulAzizah

5. Jenis tindakan : pemeriksaan head to toe


Indikasi : klien yang baru masuk ke tempat pelayanan
kesehatan untuk dirawat
s e c a r a r u ti n p a d a k l i e n y a n g s e d a n g d i r a w a t .
Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klie n

Kontra indikasi : Klien mengalami fraktur


Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
Adanya lesi atau luka di daerah yang akan dipalpasi dan diperkusi
Tingkat kesadaran klien yang rendah

Alat bahan : stetoskop


Nierbeken
Kasa
Stongspatel
Lampu senter
Speculum hidung
Speculum telinga
Langkah-langkah pelaksanaan :
Fase pra interaksi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Tahap kerja :
 Anjurkan pasien dalam posisi duduk
Pemeriksaann fisik pada rambut
 Perhatikan pada rambut bercabang tau tidk
 Dan kulit kepala berketombe atau tidak
Pemeriksaan fisik pada telinga
 Gunakan speculum telinga dan senter
 Perhatikan apakan ada serumen atau tidak
Pemeriksaan bagian mata
 Gunakan senter
 Buka mata klien besar
 Dan perhatikan pada bagian sklera apakah ikterik atau tidak dan pada bagian konjung
tiva apakah anemis atau tidak
Pemeriksaan pada hidung
 Gunakan speculum hidung dan senter
 Perhatikan apakah ada polip atau tidak
Pemeriksaan pada mulut
 Gunakan tong spatel dan senter
 Perhatikan bagian lidah apakah kotor atau tidak, pada bagian gigi, pada bagian bibir.
Pemeriksaan leher
 Meraba apakah ada pembengkakan kelenjar tiroid
Pemeriksaan ekstramitas atas dan abdomen
 Anjurkan pasien tidur
Pemeriksaan bagian tangan
 Tes tangan dengan mengangkat tangan klien dan menjatuhkan untuk mengetahui
apakah tangan klien kuat atau tidak
Pemeriksaan bagian abdomen
 Perhatikan apakah simetris atau tidak pada bagian perut abdomen kiri atau kanan
 Palpasi, apakah ada masa atau nyeri
 Perkusi, apakah ada bunyi timpani
 Gunakan stetoskop untuk mendengar peristaltic usus yang normalnya 10-15 kli per
menit
Pemeriksaan ekstremitas bawah
 Anjurkan pasien untuk duduk
 Mengangkat kaki sedikt
 Perkusi, dengan menggunkan reflex hamer yang normalnya pasien langsung reflex
Pemeriksaan pada bagian telapak kaki
 Lakukan reflex Babinski

Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil

Sumber : youtube.stikesKesehatanBaruDololsanggul

6. Jenis tindakan : Pengambilan urine


Indikasi : sebagai bagian dari pemeriksaan antenata
Kontra indikasi : obat-obatan tertentu yang dikonsumsi pasien dapat mempengaruhi
urinalisis. Mis, vitamin C, antibiotik
Alat/bahan : wadah urine
Sabun
Tisu antiseptic
Air steril
Label

Langkah-langkah pelaksanaan :
Fase pra interaksi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Tahap kerja :
1. Pada pria
 Lepas tutup wadah steril tanpa menyentuh bagian dalam wadah atau tutup
 Bersikan bagian ujung penis dengan antiseptic dan biarkan kering retraksi prepusium
jika pasien tidak disunat
 Berkemih ditoilet. Tahan prepusium kebelakang bila perlu
 Bawa wadah urine steril kedalam aliran urine dan tamping dengan jumlah urine yang
cukup. Jangan menyentuh bagian dalam wadah atau membiarkan wadah menyentuah
area genital
 Selesaikan berkemih didalam toilet
 Tutup specimen dengan penutup. Sentuh hanya bagian tutup dan wadah
 Beri label specimen dengan nama danwaktu pengambilan dan letakan didaerah khusus
atau sesuai kebijakan instansi
2. Pada wanita
 Lepas tutup wadah steril tanpa menyentuh bagian dalam wadah atau tutup
 Pisahkan bagian lipatan kulit (labia)
 Bersihkan dari depan kebelakang dikedua sisi lubang urinarius dengan tisu antiseptic,
menggunakan sisi bersih untuk tiap sisi
 Tahan lipatan kulit agar tetap terbuka dan mulai berkemih dalam toilet
 Bawa wadah urine kedalam aliran urine dan tamping jumlah urine yang memadai.
Jangan menyentuh bagian dalam wadah atau membiarkan wadah menyentuah area
genital
 Selesaikan berkemih didalam toilet
 Tutup specimen dengan penutup. Sentuh hanya bagian tutup dan wadah
 Beri label specimen dengan nama danwaktu pengambilan dan letakan didaerah khusus
atau sesuai kebijakan instansi
Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil

Sumber : youtube.TLMpoltekkesPLG_2018

7. Jenis tindakan : pengambilan feses


Indikasi : untuk peemeriksan lebih lanjut
Untuk melihat parasite, virus, atau bakteri yang mencangkup infeksi
Kontran indikasi : pada wanita yang sedang menstruasi dan pasien yang baru saja
menelan cairan barium
Alat bahan : Lidi kapas 
Pispot
Botol tempat tinja
Sarung tangan
Larutan clorin 0,5%
Perlak
Sabun cuci tangan
Langkah-langkah pelaksanaan :
Fase pra interaksi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Tahap kerja
 Memaai sarung tangan
 Untuk pasien yang tidak kuat brjalan, pasang perlak di bawah bokong
 Menaruh pispot di bawah bokong untuk BAB
 Mengambil tinja sedikit dengan lidi kapas dan menaruhnya ke daalm botol yangtelah
disediakan
 Membantu pasien untuk cebok
 Memberikan etiket yang jelas danmengisi formulir pengiriman ke laboratorium
 Membereskan alat
 Mencuci tangan dalam larutan clorin 0,5% lepas sarung tangan secara terbalik 
 Merendam dalam larutan clorin selama 10 menit
Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil
Sumber : youtube.TLMPoltekkesPLG_2018

8. Jenis tindakan : pemeriksaan Radiologi Torax


Indikasi :  melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)               
untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)       
untuk memeriksa keadaan jantung        
untuk memeriksa keadaan paru-paru

Kontra indikasi : Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan


Memilih teknik radiografi yang tepat

Memberikan instruksi kepada pasien

Alat bahan :  Pesawat rontgen yang sudah diatur kondisi kV dan mAs untuk pemeriksaan thorax.
  Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.
  Marker sebagai tanda objek.
  Lead apron untuk pasien hamil.
  Lysolm grid.
Manual processing
Langkah –langkah pelaksanaan :
Fase pra interaksi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan
Fase orientasi
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Memastikan identitas pasien
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Tahap kerja :

 Pasien dipersilahkan melepas pakaian serta aksesoris (misal : kalung) yang menutupi
derah dada dengan memakai pakaian yang telah disiapkan oleh petugas radiologi.
Petugas radiologi mempersiapkan alat yang akan dipergunakan dalam pemeriksaan
serta memberi tanda/ marker kanan/ kiri pada kaset yang akan dipergunakan dalam
pemeriksaan
1. Posisi PA / AP
 Posisi berdiri tegak menghadap kaset, kedua tangan diletakkan didaerah kedua panggul
dan kedua bahu mendorong scapula keluar dari daerah paru. Untuk pasien yang lemah
dapat meletakkan kedua tangannya mengelilingi kaset.
  Pasien menggunakan proteksi batas atas kaset terletak setinggi level vertebrae C7.
Batas lateral kolimasi berada di batas kulit dari iga terbawah.
 Pada pasien yang lemah, diambil posisi supine dengan kedua tangan berada disisi
samping tubuh atau diangkat mengelilingi kepala.

2. Posisi Lateral
 Pasien posisi berdiri atau supine, dan posisi tubuh miring dengan tangan ke atas.
“Central beam” terpusat ±10 cm dibawah aksila.
3. Posisi Top Lordotik
 Pasien berdiri ± 4 cm dari tiang penyangga, kemudian mencondongkan bagian dada atas
kebelakang kearah kaset dengan kedua bahu dicondongkan kedepan dan kedua tangan
diletakkan didaerah kedua panggul.

4. Untuk bayi dan penderita-penderita  yang tidak dapat berdiri hanya


 diperlukan foto dalam posisi berbaring (AP).

 Pengambilan foto (Ekpose) dilakukan pada saat pasien inspirasi penuh dengan diberikan
aba-aba, untuk pasien-pasien yang non kooperatif pengambilan foto dilakukan dengan
melihat gerakan pernafasan pada dada.
Fase terminasi :
 Bersihkan peralatan
 Mencuci tangan
 Mendokumentasi hasil

Sumber : youtube.Fakultas Kedokteran UNEJ

9. Jenis tindakan : Identivikasi pasien


Indikasi : untuk memberikan identitas pad pasien
Untuk membedakan pasien
Untuk menghidari kesalahan medis
Kontra indikasi : pada setiap pasien atau klien
Alat bahan : Gelang pasien
Langkah – langkah pelaksanaan :
 Memberikan salam, memperkenalkan diri
 Tanyakan identitas nama dan tanggal lahir pasien
 Cocokan jawaban pasien dengan identitas yang tertulis digelang
 Dilarang mengindentifikasikan pasien menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi
tempat tidur
 Untuk mencegah kesalahan identifikasi pasien, sebaiknya gelang identifikasi pasien
dibedakan
 Dengan cara biru untuk laki-laki, merah muda untuk perempuan, merah untuk pasien
dengan resiko alergi, kuning untuk pasien resiko jatuh, ungu untuk pasian DNR
 Waktu yang tepat yaitu sebelum pemberian obat, sebelum pemberian darah, sebelum
pengambilan darah, sebelum pemberian obat dan pelalksanaan tindakan

Sumber : youtube.Dunia Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai