Luisa Srihandayani
Kexia Goutama
Yoefanca Halim
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara Jakarta)
Abstract:
Forest destructions has been escalating worldwide, including in Indonesia. Therefore, the Government
issued Law Number 18 / 2013 on the Prevention and Eradiction of Deforestation (P3H) which was expected
to guarantee legal certainty with emphasis on eradication of organized forest destruction. The problem to
be discussed in this paper is about law enforcement and application of Law Number 18 / 2013 which
frequently used to criminalize the indigenous people in Indonesia. The indigenous people have been
criminalized on the ground of unlawful forest products utilization, while they merely foraging to fulfill their
basic necessities. The criminalization of indigenous people is a conclusive evidence, which proof that
Indonesian Goverment has been neglecting the indigenous people’s right. This paper use normative
approach. The conclusion of this paper analyze that the problem of the criminalization happens in
implementation level, which caused by the ignorance of law enforcement apparatus and vested interest.
Keywords: Law Enforcement, Application of Law No. 18 year 2013, Criminalization, Indigenous People.
1
Dahlan Thaib, Teori dan Hukum Konstitusi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 16.
305
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
2
Dimensi pengaturan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Rajawali Pers,
sosial yang tertuang di dalam Pasal 33 dan 34 2009), hlm. 79.
4
UUD 1945. Pasal ini merupakan konsekuensi Bagir Manan, Pertumbuhan dan
dari tujuan dari berdirinya negara Indonesia, hal Perkembangan Konstitusi Suatu Negara,
ini ditunjukkan di dalam Pembukaan UUD 1945 Bandung: Mandar Maju, 1995, hlm. 45.
5
pada alinea ke-4, yang rumusannya sebagai Salim, Hukum, Kehutanan & Hukum
berikut: “Kemudian daripada itu untuk Perkebunan di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,
membentuk suatu pemerintah 2010), Cet. 1 , hlm 17
3
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa
Hijau Undang-Undang Dasar Negara Republik
306
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
6
Undang-undang nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan", https://properti.kompas.com/read/2
Kehutanan 016/01/06/061504721/Area.Konflik.Agraria.Ter
7
Artikel, Arimbi Ramadhiani, "Area Konflik luas.di.Sektor.Perkebunan.dan.Kehutanan,
Agraria Terluas di Sektor Perkebunan dan diakses tanggal 14 April 2018.
307
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
yang canggih.8 Tetapi, justru digunakan penelitian ini hanya sebagai data
oleh aparat pemerintah untuk penunjang.9 Penelitian ini juga
mengkriminalisasi masyarakat hukum menggunakan beberapa pendekatan
adat yang melakukan perladangan yaitu pendekatan perundang-undangan
tradisional atau pemungutan hasil hutan (statute approach) dilakukan dengan
untuk pemenuhan kebutuhan hidup menelaah semua undang-undang dan
sehari-hari. Peningkatan kriminalisasi regulasi yang berkaitan dengan isu
ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah hukum yang ditangani 10. Adapun, isu
masyarakat hukum adat, masyarakat hukum yang ditangani dalam tulisan ini
lokal, dan masyarakat desa yang adalah problematika penegakan dan
dipenjarakan karena bersinggungan pengimplementasian UU P3H bagi
dengan kawasan hutan. Berdasarkan hal masyarakat hukum adat. Pendekatan
tersebut, tulisan ini akan membahas yang digunakan adalah pendekatan
mengenai bagaimana eksistensi yuridis normatif yaitu dengan mengkaji
masyarakat hukum adat dan hak ulayat atau menganalisis data sekunder yang
kehutanan di Indonesia dan bagaimana terdiri dari berbagai literatur maupun
penegakan hukum kehutanan dalam UU jurnal yang membahas mengenai
P3H ditinjau dari perspektif keadilan masyarakat adat dan hak ulayatnya.
hukum hutan adat. Hasil penelitian ini bersifat deskriptif
analitis dan preskriptif. Deskriptif
analitis yaitu suatu penelitian yang
B. Metode Penelitian
dilakukan secara deskriptif, terbatas
Metode yang digunakan dalam
pada usaha mengungkapkan suatu
tulisan ini adalah yuridis normatif yaitu
masalah dan keadaan sebagaimana
penelitian kepustakaan (Librarian
adanya, sehingga hanya bersifat
Research), berupa penelitian terhadap
mengungkap atau memaparkan suatu
data. Sedangkan data primer dalam
peristiwa maupun fakta yang ada secara
8
Konsiderans huruf e Undang-Undang Nomor yang efektif dan pemberian efek jera diperlukan
18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan landasan hukum yang kuat dan yang mampu
Pemberantasan Perusakan Hutan. “bahwa menjamin efektivitas penegakan hukum.”
9
perusakan hutan sudah menjadi kejahatan yang Rony Hanitiyo Soemitro, Metode Penelitian
berdampak luar biasa, terorganisasi, dan lintas Hukum dan Juri Metri, (Jakarta: Ghalia
negara yang dilakukan dengan modus operandi Indonesia, 1994), hlm. 5.
10
yang canggih, telah mengancam kelangsungan Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
kehidupan masyarakat sehingga dalam rangka (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 93.
pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan
308
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
11 13
Titon Slamet Kurnia dkk, Pendidikan Hukum, Husen Alting, Dinamika Hukum dalam
Ilmu Hukum dan Penelitian Hukum Di Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat
Indonesia:Sebuah Reorientasi, (Yogyakarta: Hukum Adat atas Tanah, Yogyakarta, 2010.,hal.
Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 129. 31
12 14
Maria S.W Sumardjono, Kebijakan http://www.aman.or.id/wp-
Pertanahan, antara Regulasi dan Implementasi, content/uploads/2017/02/PROFIL-
Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2001., hal.56 AMAN_Update_Bahasa_Oct2016.pdf, diakses
pada tanggal 23 Maret 2018.
309
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
kekayaan alam sebagai milik masyarakat menurut kenyataannya masih ada, harus
hukum adat itu. Hak yang dimiliki sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
masyarakat hukum adat untuk kepentingan nasional dan negara, yang
menguasai tanah serta memanfaatkan berdasarkan atas persatuan bangsa serta
kekayaannya atas tanah itu, yang berada tidak boleh bertentangan dengan
dalam lingkungan wilayah tertentu inilah undang-undang dan peraturan-peraturan
yang disebut dengan hak ulayat. Menurut lain yang lebih tinggi”. Mahkamah
Boedi Harsono, hak ulayat merupakan konstitusi melalui Putusan Nomor
wewenang dan kewajiban suatu 31/PUU-V/2007 menegaskan setidaknya
masyarakat hukum adat, yang ada lima kriteria agar masyarakat hukum
berhubungan dengan tanah yang terletak adat dikatakan “masih hidup”, baik yang
dalam lingkungan wilayahnya, yang bersifat teritorial, geneologis, maupun
merupakan pendukung utama yang bersifat fungsional yaitu: (1)
penghidupan dan kehidupan masyarakat adanya masyarakat yang warganya
yang bersangkutan sepanjang masa.15 memiliki perasaan kelompok (in- group
Eksistensi masyarakat hukum adat feeling); (2) adanya pranata
dan hak ulayat itu sendiri masih diakui pemerintahan adat; (3) adanya harta
dalam Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI kekayaan dan/atau benda-benda adat; (4)
1945 yang menyatakan bahwa “Negara adanya perangkat norma hukum adat; (5)
mengakui dan menghormati kesatuan- Khusus pada kesatuan masyarakat
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hukum adat yang bersifat teritorial juga
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih terdapat unsur adanya wilayah tertentu.
hidup dan sesuai dengan perkembangan Adapun contoh konkret pengakuan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan mengenai eksistensi masyarakat hukum
Republik Indonesia”. Adanya adat dan hak ulayatnya dapat kita lihat
pengakuan hak ulayat inipun tercantum pada UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang
dalam Pasal 3 UUPA yang menyebutkan Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua,
bahwa “Pelaksanaan hak ulayat dan hak- Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang
hak yang serupa itu dari masyarakat- dipunyai oleh masyarakat hukum adat
masyarakat hukum adat, sepanjang tertentu atas suatu wilayah tertentu yang
15
Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat Dahulu,
Kini, dan Akan Datang, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2014), hlm. 119.
310
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
16
Pasal 1 huruf s UU Nomor 21 Tahun 2001 masyarakat hukum dan daerah-daerah lainnya di
tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. dalam lingkungan Negara sebagai kesatuan”.
17 18
Memperjelas hal tersebut, Penjelasan II angka Ibid., hlm. 125.
(3) UUPA menyatakan bahwa “Kepentingan 19
Bambang Daru Nugroho, “Pengelolaan Hak
sesuatu masyarakat hukum harus tunduk pada Ulayat Kehutanan yang Berkeadilan dalam
kepentingan nasional dan Negara yang lebih luas Kaitan Pemberian Izin HPH Dihubungkan
dan hak ulayatnya pun pelaksanaannya harus dengan Hak Menguasai Negara atas Sumber
sesuai dengan kepentingan yang lebih luas itu. Daya Alam”, Jurnal Hukum Litigasi, Volume 11
Tidaklah dapat dibenarkan, jika di dalam alam Nomor 1, April 2010, hlm. 416.
20
bernegara dewasa ini sesuatu masyarakat hukum Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
masih mempertahankan isi dan pelaksanaan hak 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
ulayatnya secara mutlak, seakan-akan ia terlepas menyatakan bahwa obyek pendaftaran tanah
daripada hubungannya dengan masyarakat- meliputi: a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai
311
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
22
dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna http://www.aman.or.id/wp-
bangunan dan hak pakai. b. Tanah hak content/uploads/2015/05/Siaran-Pers-
pengelolaan c. Tanah wakaf d. Hak milik atas Pernyataan-AMAN-dalam-Memperingati-2-
satuan rumah susun e. Hak tanggungan f. Tanah tahun-Putusan-MK-35.pdf, diakses pada tanggal
Negara. 23 Maret 2018
21
Ibid., hlm. 421.
312
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
23
boleh sewenang-wenang ataupun paksa. Koalisi Anti-Mafia Hutan
seenaknya dalam mengatur mengenai mencatat terdapat 53 warga yang telah
hak ulayat masyarakat hukum adat terjerat UU P3H, 43 orang diantaranya
tersebut. Mengingat hak ulayat itu divonis bersalah dengan hukuman 18
merupakan salah satu hak paling bulan penjara. Kondisi di atas menjadi
fundamental bagi kesatuan masyarakat gambaran betapa rentannya naib petani
hukum adat yang tidak terpisahkan akibat keberadaan UU P3H. 24 Hal ini
dalam kehidupan mereka. menggambarkan bahwa masyarakat
Pada kenyataannya, berbagai hukum adat seringkali belum
landasan yuridis yang menyatakan diperhatikan dan dilindungi oleh
bahwa negara menghormati, pemerintah Indonesia.
menghargai, dan melindungi hak Perlu diketahui, pada Pasal 5 Ayat
masyarakat hukum adat tersebut belum (1) Undang-undang No. 41 Tahun 1999
dapat diwujudnyatakan secara optimal. tentang Kehutanan (UU Kehutanan),
Hal ini dapat dilihat dari salah satu disebutkan jenis-jenis hutan berdasarkan
permasalahan yang masih terus terjadi statusnya adalah:25
hingga sekarang yakni mengenai a. Hutan Negara adalah hutan yang
berada dalam tanah yang tidak
pengkriminalisasian masyarakat hukum
dibedani hak atas tanah.
adat yang berhubungan dengan kawasan b. Hutan hak adalah hutan yang
berada pada tanah yang dibebani
hutan. Berdasarkan catatan Konsorsium
hak atas tanah.
Pembaruan Agraria (KPA), konflik
Selanjutnya, Pasal 5 Ayat (2) UU
agraria sepanjang tahun 2004-2015 di
Kehutanan menyebutkan : “Hutan
sektor kehutanan berjumlah 164 konflik,
Negara dapat berupa hutan adat26, yaitu
yang secara tidak langsung juga telah
hutan Negara yang diserahkan
menyebabkan 1.673 petani dan warga
pengelolaanya kepada masyarakat
desa ditangkap dan dipidanakan secara
hukum adat.”
23
http://www.kpa.or.id/news/blog/bebaskan- merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
kakek-sudjana-hentikan-kriminalisasi-petani- dari siklus kehidupan komunitas adat
hapus-uu-p3h-jalankan-reforma-agraria/, diakses penghuninya, merupakan hak ulayat masyarakat
pada tanggal 23 Maret 2018. adat yang meliputi air, tumbuh-tumbuhan
24
Ibid. (pepohonan), binatang, bebatuan yang memiliki
25
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 Tentang nilai ekonomis (di dalam tanah), bahan galian,
Kehutanan dan juga sepanjang pesisir pantai, juga di atas
26
Menurut Mahdi (dalam Abdurahman dan permukaan air, di dalam air, maupun bagian
Wentzel, 1997:56) hutan adat adalah kawasan tanah yang berada dialamnya.
hutan yang berada di dalam wilayah adat yang
313
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
Sebelum adanya putusan MK No. adalah hak yang dimiliki oleh suatu
35/PUU-X/2012, walaupun istilahnya persekutuan hukum desa dan suku,
disebut sebagai “hutan adat”, masyarakat dimana para warga masyarakat
hukum adat sesungguhnya tidak persekutuan hukum tersebut mempunyai
memiliki kekuasaan secara penuh atas hak untuk menguasai tanah, yang
jenis hutan ini. Melalui putusan MK No. pelaksanaannya diatur oleh ketua
35/PUU-X/2012, prinsip-prinsip di atas persekutuan kepala suku atau kepala
telah dirubah secara cukup radikal. desa yang bersangkutan.28
Sehingga, prinsip pengaturan dalam UU Faktanya pemisahan hutan adat dari
No. 41 Tahun 1999 menyangkut hutan negara dan hak ulayat ini masih
eksistensi hutan adat sekarang menjadi terabaikan dan kriminalisasi masyarakat
terpisah dari hutan negara. Hal ini hukum adat masih terus terjadi. Terdapat
merujuk pada pendapat MK yang kasus yang dikemukakan oleh Yayasan
menyatakan bahwa sesuai dengan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
pengaturan dalam pasal 18B Ayat (2) yakni di mana terdapat dua anggota
UUD 1945, kesatuan masyarakat hukum kesatuan masyarakat hukum adat nagari
adat adalah suatu subyek hukum yang Koto Malintang Kecamatan Tanjung
memiliki kapasitas untuk menyandang Raya Kabupaten Agam, Agusri Masnefi
hak (dan kewajiban), dan oleh karenanya dan Erdi Datuak Samiak yang
masyarakat hukum adat sudah mendekam ditahanan Polres Agam sejak
seharusnya memiliki hak atas hutan.27 27 September 2017. Dugaan tindak
Mengingat hutan adat merupakan pidana yang dikenakan terhadap Agusri
bagian dari hak ulayat masyarakat Masnefi adalah “Melakukan penebangan
hukum adat, maka dalam pohon dalam kawasan hutan secara tidak
pemanfaatannya hutan adat diatur oleh sah”, sebagaimana yang dimaksud dalam
kepala suku. Sebagaimana ditegaskan Pasal 82 ayat (1) huruf c UU P3H dan
oleh G. Kertasapoetra dan kawan-kawan terancam hukuman penjara paling lama
dalam bukunya Hukum Tanah, Jaminan lima tahun dan denda sedikitnya lima
UUPA Bagi Keberhasilan ratus juta rupiah. Masyarakat sendiri
Pendayagunaan Tanah, hak ulayat hanya mengetahui bahwa tanah tersebut
27
Safrin Salam Vol.7 No.2 Agustus 2016, hlm. Jaminan Undang- Undang Pokok Agraria Bagi
209-224. Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta:
28
G. Kertasapoetra, R. G Kartasapoetra, AG. Bina aksara, 1985, hlm. 88
Kartasapoetra, A. Setiady, Hukum Tanah,
314
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
adalah parak, ulayat suku tanjung. Titik yang secara substansi memiliki banyak
penebangan berada pada hamparan datar kemiripan dengan UU P3H. Mengingat
dekat sawah-sawah dan peladangan UU P3H itu sendiri merupakan Lex
masyarakat yang selama ini telah mereka Specialis dari UU Kehutanan. Misalnya
kelola secara turun temurun. Masyarakat dalam Pasal 12 huruf a dan b UU P3H
sadar sebagai bagian dari warga negara yang menyatakan bahwa “Setiap orang
Republik Indonesia mereka harus dilarang: a. melakukan penebangan
menghormati hukum, karena itu pula pohon dalam kawasan hutan yang tidak
sekalipun menebang kayu di parak atau sesuai dengan izin pemanfaatan hutan
di ulayat-ulayat suku, masyarakat tetap dan b. melakukan penebangan pohon
berkoordinasi dengan jorong dan wali dalam kawasan hutan tanpa memiliki
nagari sebagai representasi pemerintah izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang
RI, dalam kasus ini sudah ada berwenang”. Pasal tersebut hampir
rekomendasi dari jorong dan wali nagari. serupa dengan Pasal 50 ayat (3) huruf e
Berbekal surat izin ini Agusri Masnefi UU Kehutanan yang menyebutkan
meminta tolong kepada bantuan Erdi Dt. bahwa “setiap orang dilarang menebang
Samiak untuk menebang dua pohon kayu pohon atau memanen atau memungut
bayur. Namun kemudian Erdi Dt. hasil hutan di dalam hutan tanpa
Samiak yang sedang menebang kayu memiliki hak atau izin dari pejabat yang
ditangkap oleh Tim Gabungan Polisi berwenang”.
Kehutanan dan Polres Agam. Ia pun Dalam kasus tertentu, pelanggaran
memperlihatkan surat yang dimilikinya terhadap hak masyarakat hukum adat ini
namun tidak dihiraukan oleh penegak cukup mengkhawatirkan yang mana
hukum. Ia langsung dibawa ke bahkan aparat penegak hukum
Kepolisian Resor Agam pada 27 menggunakan upaya kekerasan. Hal ini
September Tahun 2017.29 terjadi pada Bulan November 2011 di
Kekhawatiran masyarakat terhadap mana masyarakat adat Pekasa, didatangi
kemungkinan dikriminalisasi melalui Dinas Kehutanan Provinsi NTB bersama
UU P3H pun semakin tinggi lantaran tim gabungan Pemerintah Daerah untuk
banyak pengalaman masyarakat telah mengusir Masyarakat Adat Pekasa dai
dikriminalisasi melalui UU Kehutanan tempat tinggalnya dengan alasan tanah
29
http://www.ylbhi.or.id/2017/11/menebang- adat-ditetapkan-tersangka/ diakses pada tanggal
kayu-di-tanah-ulayat-dua-orang-masyarakat- 23 Februari 2018.
315
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
316
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
Pasal 82, tindakan setiap orang yang dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) bulan dan
memanfaatkan hutan tanpa izin ini
paling lama 2 (dua) tahun
bahkan diberi sanksi pidana. Bunyi Pasal dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp500.000,00 (lima ratus
82 UU P3H itu sendiri yakni :
ribu rupiah) dan paling banyak
(1) Orang perseorangan yang dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus
sengaja: juta rupiah).
a. melakukan penebangan
pohon dalam kawasan hutan Bila melihat dalam berbagai contoh
yang tidak sesuai dengan izin
kasus di atas, pasal-pasal seperti inilah
pemanfaatan hutan
sebagaimana dimaksud yang digunakan untuk
dalam Pasal 12 huruf a;
mengkriminalisasi masyarakat hukum
b. melakukan penebangan
pohon dalam kawasan hutan adat. Mengenai pasal-pasal demikian,
tanpa memiliki izin yang
Mahkamah Konstitusi melalui Putusan
dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang Mahkamah Konstitusi No. 95/PUU-
sebagaimana dimaksud
XII/2014 telah memberikan penafsiran
dalam Pasal 12 huruf b;
dan/atau terhadap Pasal 50 ayat (3) huruf e dan i
c. melakukan penebangan
UU Kehutanan31 yang substansinya
pohon dalam kawasan hutan
secara tidak sah sebagaimana hampir serupa dengan Pasal 11 ataupun
dimaksud dalam Pasal 12
Pasal 12 UU P3H yakni bahwa Pasal 50
huruf c dipidana dengan
pidana penjara paling singkat ayat (3) huruf e dan i dinyatakan
1 (satu) tahun dan paling
bertentangan dengan Undang-Undang
lama 5 (lima) tahun serta
pidana denda paling sedikit Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Rp500.000.000,00 (lima
1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa
ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 ketentuan yang dimaksud dikecualikan
(dua miliar lima ratus juta
terhadap masyarakat yang hidup secara
rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana turun temurun di dalam hutan dan tidak
sebagaimana dimaksud pada ayat
ditujukan untuk kepentingan
(1) dilakukan oleh orang
perseorangan yang bertempat komersial.32 Melalui penafsiran tersebut
tinggal di dalam dan/atau di
maka ketentuan larangan ataupun
sekitar kawasan hutan, pelaku
31
Pasal 50 ayat (3) huruf e dan i Undang-Undang i. menggembalakan ternak di dalam kawasan
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus
menyatakan bahwa setiap orang dilarang: untuk maksud tersebut oleh pejabat yang
e. menebang pohon atau memanen atau berwenang;
32
memungut hasil hutan di dalam hutan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat 95/PUU-XII/2014, hlm. 185.
yang berwenang;
317
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
33
Pemerkosaan Menurut Pasal 285 KUHP”, Jurnal
https://www.kontras.org/home/index.php?modul Lex et Societatis, Volume II Nomor 5, 2014, hlm.
e=pers&id=2282, diakses pada tanggal 24 Maret 56.
35
2018 Ibid.
34
Suprima Ollifica Pratasi, “Implementasi Teori
Keadilan Komutatif terhadap Pelaku
318
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
adalah kebajikan utama dari hadirnya bagi masyarakat hukum adat itu sendiri.
institusi-institusi sosial (social Apalagi, masyarakat hukum adat
institutions). Akan tetapi, menurutnya, dikriminalisasi hanya karena
kebaikan bagi seluruh masyarakat tidak memanfaatkan hasil hutan yang
dapat mengesampingkan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
menggangu rasa keadilan dari setiap hidup. Padahal melihat kedudukan
orang yang telah memperoleh rasa masyarakat hukum adat tersebut sebagai
keadilan, khususnya masyarakat bagian dari warga negara Indonesia
lemah.36 Teori keadilan John Rawls maka sesuai dengan Pasal 33 ayat (3)
menolak jika lenyapnya kebebasan bagi UUD NRI 1945, “Bumi dan air dan
sejumlah orang dapat dibenarkan oleh kekayaan alam yang terkandung di
hal lebih besar yang didapatkan oleh dalamnya dikuasai oleh negara dan
orang lain, bahkan keadilan tidak dipergunakan untuk sebesar-besar
membiarkan pengorbanan yang kemakmuran rakyat”. Hal inilah yang
dipaksakan pada segelintir orang perlu menjadi perhatian pemerintah..
diperberat oleh sebagian besar
D. Penutup
keuntungan yang dinikmati banyak
orang.37 1. Kesimpulan
Mengenai hak masyarakat hukum
a. Eksistensi masyarakat hukum adat
adat, maka seharusnya pemerintah
beserta dengan hak-hak ulayatnya
memberikan jaminan akan pemenuhan
masih dihargai, dihormati, dan
hak masyarakat hukum adat tersebut
diakui sepanjang masih hidup dan
yang sebenarnya telah diatur dalam UU
sesuai dengan perkembangan
P3H serta dilengkapi dalam Putusan
masyarakat, kepentingan nasional,
Mahkamah Konstitusi Nomor 95/PUU-
dan prinsip-prinsip Negara
XII/2014. Kenyataan bahwa masih
Kesatuan Republik Indonesia. Hal
banyak aparat penegak hukum yang
ini tercantum dalam berbagai
mengkriminalisasi masyarakat hukum
peraturan perundang-undangan
adat justru menimbulkan ketidakadilan
seperti Pasa; 18 B ayat (2) UUD
36
Pan Mohamad Faiz, “Teori Keadilan John Kehutanan dan Perlindungan terhadap
Rawls”, Jurnal Konstitusi, Volume 6 Nomor 1, Masyarakat Hukum Adat, (Bandung: Refika
2009, hlm. 139. Aditama, 2015), hlm. 117.
37
Bambang Daru Nugroho, Hukum Adat : Hak
Menguasai Negara atas Sumber Daya Alam
319
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
NRI 1945, UUPA, UU HAM, dsb. secara yuridis saja namun harus
Namun pengakuan tersebut masih terdapat peran nyata dari pemerintah
lemah lantaran belum terdapat baik itu dalam bentuk regulasi
aturan operasional yang mengatur ataupun gerakan konkret sehingga
lebih lanjut dan tidak adanya terdapat bentuk pengakuan nyata
pengaturan mengenai pendaftaran bagi masyarakat hukum adat
hutan ulayat itu sendiri sehingga sebagai bagian dari warga negara
masyarakat hukum adat tidak Indonesia yang tetap tunduk pada
memiliki bukti yang otentik yang hukum dan kepentingan nasional.
menjadi legitimasi keberadaannya. b. Perlu adanya perhatian khusus dari
b. Penegakan hukum UU P3H belum pemerintah untuk
dapat mewujudkan keadilan bagi mempertimbangkan beberapa pasal
masyarakat hukum adat di dalam UU P3H yang belum
Indonesia. Permasalahan dimulai memberikan keadilan bagi
dari tataran regulasi yang tidak masyarakat hukum adat serta
menguntungkan bagi posisi mengawasi implementasi dari
masyarakat hukum adat. Bahkan, peraturan-peraturan yang ada.
meskipun mahkamah konstitusi
telah memberikan penafsiran pada
Daftar Pustaka
UU Kehutanan yang substansiya
hampir serupa dengan materi UU A. Buku
P3H, hal itu tidak membuat Asshiddiqie, Jimly. Green Constitution:
Nuansa Hijau Undang-Undang
pemerintah mempertimbangkan Dasar Negara Republik Indonesia
kembali pengaturan UU P3H. Tahun 1945. Rajawali Pers,
Berbagai kriminalisasi terus Jakarta, 2009.
Daru Nugroho, Bambang. Hukum Adat :
berlanjut bahkan hingga sekarang
Hak Menguasai Negara atas
ini. Padahal penjaminan dan Sumber Daya Alam Kehutanan
perlindungan hak masyarakat adat dan Perlindungan terhadap
Masyarakat Hukum Adat. Refika
adalah kewajiban pemerintah.
Aditama, Bandung, 2015.
Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian
2. Saran Hukum. Kencana, Jakarta, 2010.
Manan, Bagir. Pertumbuhan dan
a. Masyarakat hukum adat tidak hanya Perkembangan Konstitusi Suatu
perlu dihargai, dihormati, dan diakui
320
Rugun Romaida Hutabarat, Luisa Srihandayani
Kexia Goutama dan Yoefanca Halim
Penegakan Hukum Kehutanan…
Vol. 16, No. 2, Oktober 2018
C. Undang-undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
321