Bagaimana Perbedaan Individu Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Di Sebuah Organisasi
Bagaimana Perbedaan Individu Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Di Sebuah Organisasi
Pengambilan keputusan di sebuah organisasi adalah suatu proses kombinasi antara individu
dan kelompok dan mengintegrasikan berbagai informasi untuk memilih satu dari beberapa
alternatif yang ada, (Baron dan Byrne (2008). Sedangkan prilaku, menurut Skiner (2008) dalam
Notoatmojo (2011), adalah reaksi seseorang terhadap rangsangan/stimulus yang diterimannya.
Sementara itu, Gibson dkk menyebutkan ada 3 variabel yang mempengaruhi prilaku individu
yaitu variable fisiologis, individu, dan psikologis. Berikut ini ilustrasi tentang bagaimana
perbedaan individu mempengaruhi pengambilan keputusan di sebuah organisasi
Sudah dapat dipastikan bahwa setiap organisasi diawaki oleh paling sedikit 2 orang, memiliki
struktur, aturan, dan tujuan yang ingin dicapai. Disisi lain, tidak ada satupan individu yang
memiliki prilaku sama dengan individu lainnya. Prilaku mereka dipengaruhi oleh persepsi,
sikap, motivasi, kepribadian, ataupun tujuan mereka masing-masing dalam merespon
obyek/target yang dihadapinya.
Dalam pengambilan keputusan di organisasi maka perbedaan individu sangat berpengaruh.
Mengapa demikian? Karena perbedaan prilaku individu mempengaruhi prilaku kelompok, dan
prilaku kelompok mempengaruhi prilaku organiasi. Sebagai contoh, saya beri ilustrasi bahwa
seluruh pegawai PT Gemar Wisata mendapat hadiah dari CEO-nya untuk berlibur selama 2
hari. Ada 3 pilihan obyek wisata yang menjadi alternatif, yaitu Bali, Ujung Kulon, Danau Toba.
Seminggu sebelum keberangkatan, Humas PT tersebut (yang ditunjuk oleh CEO untuk
memimpin rombongan) telah mendapatkan informasi dari beberapa orang karyawan bahwa
tempat yang dipilih adalah Bali karena Direktur SDM PT tersebut adalah orang Bali dan
pengaruhnya sangat kuat di PT tersebut. Disisi lain/informasi lain, sesungguhnya hanya
segelintir orang saja yang ingin berlibur ke Bali. Kebanyakan mereka ingin ke Ujung Kulon,
karena sebagian besar karyawan ingin wisata lingkungan dan belum pernah melihat hutan
konservasi Taman Wisata di Ujung Kulon. Melihat kondisi tersebut, maka pimpinan
rombongan melapor kepada CEO tentang informasi pilihan ke Bali yang diperolenya. CEO,
sebagai Pemimpin yang demokratis, maka memerintahkan kepada Humas PT untuk melakukan
voting terhadap 3 pilihan tujuan wisata. Setelah dilakukan voting, maka Taman Wisata Ujung
Kulon yang menang mutlak menjadi tempat wisata terpilih.
Begitulah kira-kira gambaran bagaimana perbedaan individu mempengaruhi pengambilan
keputusan di sebuah organisasi. Sebetulnya CEO bisa saja menentukan tujuan wisata ke Danau
Toba saja, biayanya lebih murah, karena kedudukan PT Gemar Wisata di Kabupaten
Simalungun, Tapanuli Utara. Karena CEO-nya bukan pemimpin yang otoriter maka
mekanisme top-down decision making tidak digunakan, dia memilih mekanisme buttom-up
agar kepuasan karyawan terpenuhi dengan harapan produktivitas meningkat.
Referensi:
Baron dan Byrne (2008) diakases pada tanggal 18/3/2021
di https://www.dosenpendidikan.co.id/pengambilan-keputusan/
https://www.managementstudyguide.com/top-down-versus-bottom-up-decision-making.htm