SKRIPSI
OLEH:
TASYA GITA FITRI
1907010154
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
Pada kenyataannya tidak semua satuan wilayah memiliki pemimpin yang baik di
dalam institusinya. Berbagai macam bentuk kepemimpinan diterapkan oleh masing-
masing pemimpin sehingga membuat institusi tersebut memiliki tingkat kepuasan kerja
anggotanya yang berbeda. Misalnya di KODIM 0701/Banyumas memiliki pemimpin
bersifat otoriter sehingga membuat anggotanya saat bekerja memiliki tekanan dan sulit
untuk meningkatkan kemampuannya dalam bekerja terlebih jika akan diadakannya
program institusi. Namun, di KODIM 0703/Cilacap memiliki pemimpin yang bersikap
demokratis sehingga para anggota dapat bekerja dengan maksimal dan mengerahkan
semua kemampuannya untuk berkontribusi dalam suatu program yang akan diadakan
(Ruti & Mappatompo, 2018).
Oleh karena itu, adanya fenomena tersebut diatas perlu diperhatikan lagi bahwa
kepuasan kerja itu sangatlah penting bagi segala aspek dunia kerja karena jika pekerjaan
tersebut hanya disukai oleh pekerja namun pekerja tidak merasa puas dengan pekerjaan
atau lingkungannya juga sangat mempengaruhi psikologis individu itu sendiri. Dan
pentingnya seorang pemimpin yang mampu mengayomi juga menjadi keunggulan
tersendiri bagi institusi dan para anggotanya. Karena selain dari dalam diri dan
lingkungan, sikap pemimpin terhadap bawahannya juga sangat berpengaruh terhadap
tingkat kepuasan kerja (Ruti & Mappatompo, 2018).
B. RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini dirumuskan masalah yaitu, adakah pengaruh antara kepemimpinan
Dandim 0703/Cilacap terhadap kepuasan kerja Anggota Satuan Kodim 0703/Cilacap?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari diberlakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana kepemimpinan dan apa pengaruh kepemimpinan Komandan Kodim
0703/Cilacap serta tingkat kepuasan kerja Anggota Satuan Kodim 0703/Cilacap
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan terwujudnya tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat untuk :
a) Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan terhadap
pembaca maupun subjek dalam penelitian tentang bagaimana sistem kepemimpinan dan
tingkat kepuasan kerja. Penelitian ini juga dapat dijadikan pembelajaran oleh
masyarakat, pembaca bahkan subjek supaya ketika dihadapkan dengan permasalahan
bagaimana tingkat kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh kepemimpinan dalam sebuah
instansi atau organisasi dengan memperhatikan aspek-aspek yang sudah dijelaskan
dalam penelitian ini. Penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman untuk mengevaluasi
diri agar dapat memberikan motivasi agar dapat menjalani pekerjaannya semaksimal
mungkin dengan membaca literasi dan mempelajarinya.
b) Manfaat praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini untuk menjadi acuan bagaimana
menjalankan kepemimpinan secara baik dan menjadikan pedoman untuk terus berlatih
agar menjadi pemimpin yang ideal bagi anggota satuannya sesuai dengan syarat
pemimpin ideal yang sudah dijelaskan di penelitian ini. Dan dapat digunakan sebagai
bahan referensi untuk bahan peneletian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawannya.
E. PERBEDAAN DENGAN PENELITIAN SEBELUMNYA
Pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan, Kapabilitas,
Komitmen Terhadap Anggota Satuan Kodim 0203/LKT” (Irianti, 2019) meneliti
tentang adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan, kapabilitas
dan komitmen kerja. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa kepemimpinan
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja anggota satuan Kodim 0203/LKT dan
menunjukan kapabilitas yang berpengaruh secara parsial terhadap kinerja anggota
satuan Kodim 0203/LKT. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
saya buat terletak pada fokus penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Endah fokus
penelitiannya yaitu tentang komitmen kinerja anggota satuan. Sedangkan penelitian
yang akan saya lakukan meneliti tentang kepuasan kerja anggota satuan. Penelitian juga
berbeda dari penelitian yang lain karena belum ada penulis yang meneliti di tempat
penelitian yang akan saya lakukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KEPUASAN KERJA
1. Konsep Kepuasan Kerja
Menurut Newstrom, seorang pakar dalam bidang ini, menyebut bahwa kepuasan
kerja adalah perasaan suka dan tidak suka seorang karyawan dalam memandang
pekerjaan mereka. Sedangkan para pakar lainnya, seperti Wexley dan Yuki mengatakan
bahwa kepuasan kerja adalah cara seorang karyawan merasakan sesuatu tentang
pekerjaannya. Perasaan yang dimaksud bisa dilihat dari berbagai faktor penunjang
seperti struktur organisasi, hubungan antar pegawai, dan prospek karier.
Menurut Abdurrahmat (2006) kepuasan kerja adalah bentuk sikap emosional yang
menandakan bahwa setiap individu menyenangkan dan mencintai pekerjaan yang
digelutinya. Kepuasan kerja dalam pekerjaan ialah kepuasan kerja yang dapat dinikmati
dalam pekerjaan dengan mendapatkan hasil dari pencapaian tujuan kerja, penempatan,
perlakuan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang dapat menikmati
kepuasan kerja dalam pekerjaan ini, akan memilih untuk lebih mengutamakan
pekerjaannya daripada balas jasa atau upah yang ia dapatkan dari pekerjaan tersebut.
Karyawan akan merasa lebih puas apabila balas jasanya sebanding dengan hasil kerja
yang dilakukan (Fathi'ah, 2018).
Menurut Achmad dkk (2010), kepuasan kerja difungsikan untuk dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan, meningkatkan produktivitas, menurunkan tingkat absensi,
meningkatkan loyalitas karyawan dan mempertahankan karyawan untuk tetap bekerja di
suatu perusahaan. Karyawan yang mendapatkan kepuasan kerjanya ialah karyawan yang
memiliki tingkat kehadiran dan perputaran kerja yang baik, pasif dalam serikat kerja,
dan memiliki prestasi kerja yang lebih baik dari karyawan lainnya. Sedangkan karyawan
yang tidak memperoleh kepuasan kerja akan memberikan dampak bagi perusahaan
berupa kemangkiran karyawan, perputaran kerja, kelambanan dalam menyelesaikan
pekerjaan, pengunduran diri lebih dini, aktif dalam serikat kerja, terganggu kesehatan
fisik dan mental karyawannya (Fathi'ah, 2018).
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja merupakan sebuah ungkapan yang menunjukan bagaimana perasaan
individu ketika mereka melakukan sebuah pekerjaan. Kepuasan kerja dapat dilihat dari
beberapa aspek yang mampu mengidentifikasi apakah seorang individu merasa senang
dan puas dengan pekerjaannya atau tidak.
Menurut Jewell dan Siegall beberapa aspek dalam mengukur kepuasaan kerja yaitu:
a. Faktor instrinsik. Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri karyawan dan dibawa
oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat kerjanya (Fathi’ah, 2018).
b. Faktor ekstrinsik Menyangkut hal-hal yang berasal dari luar karyawan, antara lain
kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian
dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan diantaranya
adalah balas jasa yang adil dan layak, berat ringannya pekerjaan, suasana dan
lingkungan pekerjaan, penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian, sikap pimpinan
dalam kepemimpinannya, sikap pekerjaan monoton atau tidak, dan peralatan yang
menunjang pelaksanaan pekerjaan (Fathi’ah, 2018).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Effendy
yaitu :
a. Upah yang cukup
Upah yang cukup untuk kebutuhan merupakan keinginan setiap karyawan. Untuk
tercapainya hal tersebut usaha yang bisa dilakukan para karyawan yaitu dengan
memaksimalkan diri dalam bekerja atau menambah pengetahuannya dengan mengikuti
kursus (Sujati, 2018).
b. Perlakuan yang adil
Setiap karyawan pasti memiliki keinginan untuk diperlakukan secara adil, bukan hanya
dalam hubungannya dengan upah, tetapi dalam segala hal. Dan cara untuk dapat
menciptakan persepsi yang sama antara atasan dengan bawahan mengenai makna adil
yang sesungguhnya, maka perlu diadakan komunikasi yang baik antara atasan dengan
bawahan (Sujati, 2018).
c. Ketenangan bekerja
Semua karyawan tentu menginginkan ketenangan, bukan hanya ketenangan dalam
hubungannya dengan pekerjaan, tetapi juga menyangkut kesejahteraan keluarganya.
Karena jika karyawan memiliki ketenangan atau kesejahteraan dalam bekerja dan
keluarganya akan membawa dampak yang positif untuk karyawan termasuk dalam
pengembangan diri dalam pekerjaannya sehingga karyawan mampu memaksimalkan
diri dalam bekerja (Sujati, 2018).
d. Perasaan diakui
Semua karyawan tentu ingin diakui sebagai karyawan yang berharga dan sebagai
anggota kelompok yang dihormati dan dihargai. Hal ini berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan diluar tugas pekerjaan yang akan membangun kemistri antar karyawan dan
juga antara atasan dan bawahan (Sujati, 2018).
e. Penghargaan atas hasil kerja
Para karyawan menginginkan agar hasil karyanya dihargai, hal ini bertujuan agar
karyawan merasa bangga dan puas dalam bekerja sehingga karyawan akan selalu
bekerja dengan semaksimal mungkin agar mendapat hasil yang terbaik (Sujati, 2018).
f. Penyalur perasaan
Perasaan tertentu yang sedang dihadapi para karyawan bisa menghambat gairah kerja.
Misalkan karyawan tersebut sedang galau sehingga fokusnya terpecahkan antara
masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Hal ini dapat diatasi melalui komunikasi
dua arah secara timbal balik yang baik dan tidak menghakimi (Sujati, 2018).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu faktor internal yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri masing-masing individu dan faktor eksternal yaitu faktor
yang berawal dari luar diri individu misalnya lingkungan kerja, gaji, lingkungan
keluarga, penghargaan dan lain sebagainya. Dua faktor tersebut memiliki kedudukan
yang sama dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
B. KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
1. Pengertian Kepemimpinan Demokratis
Kemunculan pemimpin menjadi panutan terlebih jika pemimpin yang berani adil
dan bijaksana adalah tipe pemimpin yang harus diusahakan terus dicari walaupun sulit.
Pemimpin sangatlah berperan dalam upaya memajukan sebuah organisasi. Oleh karena
itu, bukanlah satu hal yang berlebihan jika kita mengatakan bahwa pemimpin
merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Keberhasilan atau
kegagalan suatu organisasi sebagian besar di tentukan oleh kepemimpinan.
kepemimpinan diperlukan untuk mengatur segala sesuatunya agar berjalan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang kita ketahui bahwa hampir semua aspek
kehidupan kita pasti ada seorang pemimpin. Ada beberapa kepemimpinan dan salah
satunya adalah kepemimpinan tipe demokratis (Syamsidar & Yustikarini, 2019).
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang dinilai paling
ampuh untuk membawa kesuksesan perusahaan. Gaya kepemimpinan ini dapat
memberikan motivasi tersendiri bagi karyawannya. Pemimpin seperti ini akan
bergantung pada bawahan mereka untuk menetapkan sendiri tujuan dan cara bawahan
dalam hal pencapaian tujuan bersama, dan tugas pemimpin adalah menjalin komunikasi
yang baik dengan bawahannya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan seorang
karyawan dalam penyelesaian pekerjaannya di dalam perusahaan untuk pencapaian
tujuan dari perusahaan (Kurniawan, 2018).
Gaya Kepemimpinan Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang banyak
menekankan pada partisipasi anggotanya dari pada kecendrungan pemimpin untuk
menentukan diri sendiri. Pemimpin tidak menggunakan wewenangnya untuk membuat
keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi
selalu berdiskusi dan meminta pendapat dari bawahannya mengenai keputusan yang
akan diambil dan keputusan diambil secara mufakat. Pemimpin akan mendorong
bawahannya untuk selalu memberikan pemikiran yang kritis dan maju sehingga
bawahannya juga mampu belajar dalam mengambil sebuah keputusan dan mampu
meningkatkan kemampuannya dalam berpendapat serta mampu mengendalikan diri dan
menerima tanggung jawab yang besar. Pemimpin akan lebih sportif dalam menerima
masukan-masukan dari para bawahannya, meskipun wewenang terakhir dalam
keputusan terletak pada pimpinan (Leunupun & Lee, 2021).
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis menentukan bersama tujuan
kelompok serta perencanaa langkah-langkah pekerjaan yang ada dilakukan melalui
musyawarah untuk mufakat. Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya
kepemimpinan dimana penentuan tujuan organisasi serta perencanaan langkah-langkah
untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan bersama-sama oleh pemimpin beserta
bawahannya. Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yaitu pengambilan keputusan
dilakukan secara sepakat, mampu bersikap loyal terhadap bawahan, pembagian tim
kerja yang adil, mampu berkomunikasi secara baik dengan bawahan, memberikan
kepercayaan terhadap bawahan, memiliki kepercayaan diri yang tinggi namun tidak
angkuh, tanggungjawab dan mampu berorientasi terhadap tugas, memiliki peran
kepemimpinan yang bijaksana, serta melakukan pemberian reward dan punishment pada
bawahan (Rosanti & Nuzulia, 2012).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang dinilai paling baik
dalam membangun sebuah organisasi terlebih lagi di dalam lingkungan kerja. Gaya
kepemimpinan demokratis ini memberikan kebebasan untuk karyawan atau bawahannya
untuk meningkatkan kemampuan, memberikan pendapat serta saling menghargai
sehingga dengan gaya kepemimpinan ini hubungan antara pemimpin dan bawahan juga
tidak terlihat kaku dan otoriter karena pemimpin juga tetap membutuhkan bawahannya
dalam menjalankan tugas serta mencapai tujuan bersama.
2. Aspek-Aspek Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang menerapkan gaya demokratis tidak sembarangan menggunakan
wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan
tertentu kepada bawahannya, tetapi ia memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengutarakan berbagai pendapat dan pemikiran untuk menentukan hasil
keputusan yang akan diambil. Pemimpin akan lebih sportif dalam menerima masukan-
masukan dari para bawahannya, meskipun wewenang terakhir dalam keputusan terletak
pada pimpinan (Rosanti & Nuzulia, 2012). Kepemimpinan Demokratis memiliki
beberapa aspek yaitu :
a. Pengambilan Keputusan. Pemimpin memberikan kesempatan pada bawahan untuk
menentukan cara penyelesaian pekerjaan.
b. Sikap terhadap bawahan. Pemimpin mendengar pendapat, ide, dan saran dari bawahan.
c. Kepercayaan terhadap bawahan. Pemimpin mengajak bawahan untuk berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan.
d. Pola komunikasi. Pemimpin sangat memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan
bawahan.
e. Pemberian reward dan punishment pada bawahan. Menindak para bawahan yang
melanggar disiplin organisasi dan etika kerja.
f. Peran kepemimpinan. Melakukan pendekatan yang bersifat korektif dan edukatif kepada
bawahan.
C. Kerangka Berpikir
Kepuasaan kerja adalah tingkat kebanggaan yang dirasakan oleh seseorang
karyawan atas pekerjaannya dalam organisasi. Kepuasaan kerja didefinisikan sebagai
tingkat rasa puas individu yang mendapatkan reward atau penghargaan yang setimpal
dari berbagai aspek dalam situasi pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja. Jadi
kepuasaan kerja menyangkut kondisi psikologis individu didalam organisasi yang
diakibatkan oleh apa yang ia rasakan dari lingkungan kerjanyanya (Rifai, Achmad,
2020).
Gaya Kepemimpinan Demokratis yaitu gaya seorang pemimpin yang
menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi.
Pemimpin yang memiliki sikap demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan
kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi
mereka untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin tidak bekerja dengan
membanggakan atau mengagungkan kekuasaannya, tetapi mereka selalu mengutamakan
bawahannya, pemikiran, pendapat, ide, kritik dan saran dari bawahan juga selalu
didengarkan dan akan menjadi bahan pertimbangan saat mengambil keputusan, namun
dibalik itu semua wewenang sepenuhnya tetap ada ditangan pemimpin (Syamsidar &
Yustikarini, 2019).
Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian dari masyarakat yang
dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas dengan mengabdi kepada negara
dan bangsa, serta memelihara pertahanan dan keamanan Nasional. Sebagai komponen
utama dalam fungsi pertahanan, maka Tentara Nasional Indonesia ditempatkan sebagai
lembaga prime yang memiliki fungsi koordinatif dengan lembaga lain dalam bidang
pertahanan. Prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah warga negara Indonesia terpilih
yang terdidik dan dipersenjatai serta dipersiapkan untuk perang, sehingga dalam
kehidupannya sehari-hari temperamen prajurit Tentara Nasional Indonesia cenderung
keras (Fadhlurrahman, 2019).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Febrianti, 2019) tentang Persepsi
Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan Kepuasan Kerja Karyawan didapatkan hasil
bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan
demokratis dengan kepuasan kerja karyawan. Artinya semakin tinggi persepsi gaya
kepemimpinan demokratis, maka tingkat kepuasan kerja juga semakin tinggi. Namun
sebaliknya, jika semakin rendah persepsi gaya kepemimpinan demokratis, maka tingkat
kepuasan kerja juga akan rendah.
Dan pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Yonitri, 2016) tentang
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan Kepuasan Kerja Karyawan
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara gaya
kepemimpinan demokratis terhadap kepuasan kerja karyawan. Semakin tinggi atau
positif gaya kepemimpinan maka akan semakin tinggi juga tingkat kepuasan kerja
karyawan. Namun gaya kepemimpinan mempengaruhi hanya beberapa persen saja dan
masih ada beberapa faktor lain yang lebih mempengaruhi tingkat kepuasan kerja
karyawan diantaranya yaitu gaji atau pendapatan, pangkat, umur, jaminan finansial, dan
sebagainya.
Pelatihan kepemimpinan diri bertujuan untuk meningkatkan kapasitas diri
individu dalam mengontrol, memotivasi, dan mengarahkan dirinya melalui serangkaian
penggunaan strategi perilaku dan kognitif tertentu untuk menyikapi keadaan diri
maupun lingkungannya. Dengan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan hasil
pelatihan, diharapkan peserta memiliki kemampuan untuk mempergunakannya dalam
konteks nyata pekerjaan sehingga mampu memimpin dirinya sendiri. Pada tahapan
selanjutnya peserta yang dapat memimpin dirinya sendiri akan berdaya untuk
melakukan segala upaya yang dapat membantunya merasa lebih puas.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diajukan sebuah hipotesis adalah
bahwa pelatihan kepemimpinan akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
B. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Moh
Nazir, 2005).
1. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan sebuah ungkapan yang menunjukan bagaimana perasaan
individu ketika mereka melakukan sebuah pekerjaan. Kepuasan kerja dapat dilihat dari
beberapa aspek yang mampu mengidentifikasi apakah seorang individu merasa senang
dan puas dengan pekerjaannya atau tidak.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2013). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan
tabel penentuan jumlah sampel Krejcie dan Morgan, jika jumlah populasi 80 maka
sampel yang digunakan yaitu 66 (Krejcie & Morgan, 1970). Populasi anggota prajurit
Kodim 0703/Cilacap sejumlah 80 anggota, sehingga sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 66 anggota prajurit.
E. Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah
semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah
diperoleh secara lengkap (Muhson, 2006). Metode analisis dalam penelitian ini akan
menggunakan uji validitas untuk mengetahui bagaimana pengaruh kedua variabel
tersebut dan uji reliabilitas untuk menunjukkan konsistensi dan stabilitas skor dari data
kedua variabel. Kemudian, untuk mempermudah perhitungan statistik maka dilakukan
analisis dengan menggunakan software SPSS 2.0 for Windows.
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Aprila, N., & Sepriani, E. (2017). Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan
akuntabilitas Organizational Citizenship Behavior Di Institusi Militer (TNI_AD) Kota Bengkulu.
Jurnal Akuntansi, 13-34.
Arifin, N., & Komaruddin. (2009). Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Kapabilitas, Komitmen
Terhadap Kinerja Anggota Satuan Komando Distrik Militer 0709 Jepara. Jurnal
Dinamika Ekonomi&Bisnis, 171-186.
Sari, K. r. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja dan Turnover Intention Karyawan Hotel Grand Duta Syariah Di Kota Palembang.
Sujati, Y. G. (2018). Kepuasan Kerja : Arti Penting, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Dan
Implikasinya Bagi Organisasi.
Widjojo, A. R., & Sanuddin, F. D. (2013). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Semen Tonasa. MODUS, 217-231.
BIBLIOGRAPHY Almigo, N. (2004). Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja
Karyawan (The Relation Between Job Saticfaction and The Employees Work Productivity).
Jurnal PSYCHE, 50-60.
Astuti, R., & Iverizkinawati. (2018). Pengaruh Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Sarana Agro Nusantara Medan. Jurnal Ilman, 26-
41.
Fathi'ah, A. A. (2018). Hubungan Tingkat Stres Kerja Dengan Kepuasan Kerja Karyawan. 7-
30.
Harahap, D. S., & Khair, H. (2020). Pengaruh Pencurian Terhadap Masyarakat Sekitar.
Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Hukum, 69-88.
indrawati, a. d. (2013). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dan Kepuasan
Pelanggan Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Denpasar. jurnal management, strategi
bisnis dan kewirausahaan, 135-142.
Ruti, A., & Mappatompo, A. (2018). kompetensi terhadap kepuasan kerja dan kinerja aparatur
sipil negara pada dinas kebudayaan dan kepariwisataan provinsi sulawesi selatan. 228-
238.
Krejcie, R. ., & Morgan, D. (1970). Small-Sample Techniques. The NEA Research Bulletin,
30, 607–610.