Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN KASUS KELOLAAN

KEPALA RUANGAN
DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR
TANGGAL 14 JUNI S/D 17 JUNI 2023

Disusun untuk memenuhi

Tugas Praktek Manajemen Kebidanan

OLEH :
NAMA : ARFILA SARI
NIM : 2215901102

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

KEPALA RUANGAN
DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR
TANGGAL 14 JUNI S/D 17 JUNI 2023

OLEH :

NAMA : ARFILA SARI

NIM : 2215901102

Bukittinggi, Juni 2023


Menyetujui

CI Lapangan CI Akademik

( Ns. Yosefina, S. Kep ) ( Nita tri Putri, MPH )


Kata Pengantar

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semesta alam yang menguasai
seluruh isi langit dan bumi, yang senantiasa mengenggam hati-hati manusia.
Dengan limpahan rahmat, karunia dan petunjuknya, akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi. Salawat dan salam untuk Rasul mulia Muhammad SAW, semoga kita
semua selalu meneladani segala sisi kehidupan beliau. Laporan individu di ruang
Ponek Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi. Ini dibuat sebagai salah satu
tugas pada Program Studi Profesi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Fort
De Kock.
Laporan ini dibuat tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta dorongan
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada CI Lapangan dan CI Akademik serta bidan d i
ruangan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi yang telah
memberi bimbingan selama mengikuti praktek Siklus Manajemen Kebidanan
yang berperan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittinggi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan
hati terbuka penulis menerima saran atau kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap laporan ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri.

Bukittinggi, Juni 2023

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya
dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa ini. Peran
kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan
tujuan suatu organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia
untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan suatu seni untuk mengatur individu dan masyarakat,
serta memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan oleh sesorang
pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain Jadi gaya
kepemimpinan adalah salah satu cara bagi seorang pemimpin untuk
menggerakkan bawahannya dalam menjalankan segala aktivitas kerja dengan baik
dan maksimal. Hasibuan (2015) mengungkapkan bahwa pelaksanaan
kepemimpinan cenderung akan menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas,
dan internal motivasi pada para bawahan dengan cara persuasive. Hal ini akan
diperoleh karena kecakapan, kemampuan dan perilakunya.
Loyalitas adalah kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan fisik
dan perasaan seseorang (Robbins dan Coulter, 2015). Loyalitas karyawan
merupakan hal yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap karyawan di
perusahaan ataupun instansi manapun. Loyalitas akan muncul jika seorang
pemimpin mampu menjaga kenyamanan di lingkungan kerjanya. Kenyamanan
tersebut merupakan hasil dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan
diterapkan di dalam unit kerja yang dipimpinnya. Hal ini tercermin pada gaya
kepemimpinan seorang atasan.
Dengan demikian sangatlah penting bagi para pemimpin untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat agar loyalitas karyawan dapat terjaga.
Saat ini loyalitas para karyawan bukan sekedar menjalankan tugas-tugas serta

4
kewajibannya sebagai karyawan yang sesuai dengan uraian-uraian tugasnya atau
disebut juga dengan job description, melainkan berbuat seoptimal mungkin untuk
menghasilkan yang terbaik dari organisasi (Sutanto, 2012). Keberhasilan seorang
Pemimpin tidak terlepas dari bantuan orang-orang disekitaranya, serta
kemampuan dalam mempengaruhi pikiran orang-orang tersebut untuk menyetujui
dan apa yang diharapkan pimpinannya dalam mencapai suatu tujuan.
Seni yang dilakukan seorang pemimpin dalam mengelola suatu organisasi
perusahaan sering melekat dengan karakter pemimpinnya, sering pula jenis usaha
memerlukan karakter yang serasi dengan jenis dan skala usaha yang dijalankan.
Suasana kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan.
Pencapaian visi dan misi perusahaan tidak dapat dilaksanakan secara efektif,
bilamana tidak didukung dengan suasana lingkungan tempat karyawan bekerja,
yang dapat mempengaruhi semangat kerja. Suasana kerja meliputi suasana fisik
dan suasana non fisik. Adapun faktor-faktor yang membentuk suasana kerja
dalam suatu organisasi perusahaan adalah lingkungan yang bersih, penerangan
yang cukup, pertukaran udara yang baik, jaminan terhadap keamanan, tingkat
kebisingan, hubungan kerja yang harmonis dan lain lain. Suasana kerja yang baik
akan mendorong karyawan senang bekerja, semangat bekerja dan meningkatkan
tanggungjawab, untuk melakukan pekerjaan lebih baik menuju ke arah
peningkatan produktivitas.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dibuat rumusan
masalah “Manajemen Kepemimpinan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi”

C. TUJUAN PRAKTIK
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana Manajemen
Kepemimpinan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEBIDANAN

A. Pengertian Pemimpin
Dalam kehidupan atau suatu kelompok yang melakukan aktivitas
kerjasama untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efesien, maka aktivitas
kerjasama tersebut perlu ditata atau diatur. Seseorang yang mampu mengatur
semua kegiatan kerja kelompok tersebut disebut pemimpin. Keberhasilan atau
bahkan kegagalan organisasi, sebagian besar ditentukan oleh pemimpin.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari baik lansung maupun tidak lansung
dapat mengalami kepemimpinan seseorang dalam berbagai bentuk. Misal dalam
kehidupan di masyarakat seseorang mengalami kepemimpinan RT, RW, Lurah,
Camat dan sebagainya. Dalam kehidupan kerja seseorang mengenal
kepemimpinan Kasubag, Kabag, Direktur dan sebagainya. Bahkan tidak jarang
dalam praktik seseorang berada dalam dua posisi yaitu sebagai pihak yang di
pimpin dan juga bertindak sebagai pemimpin.
Pengertian pemimpin (leader) bersal dari kata dalam bahasa inggris a
leader yang persamaan katanya a guide a conductor a commander. Dari kata
tersebut maka pengertian pemimpin dapat diartikan seorang yang karena
kecakapan pribadinya dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk
mengerahkan upaya bersama kearah pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Pengertian pemimpin juga dapat dijelaskan melalui beberapa fungsi yang harus
dilakukan pemimpin dalam memberikan pimpinan terhadap pengikut atau
bawahannya yakni seseorang yang mempunyai fungsi dalam suatu kelompok
untuk melakukan aktivitas menata, mengatur, mengarahkan, mengawasi,
menggerakkan, memotivasi orang-orang yang melakukan aktivioitas kerjasama
untuk mencapai suatu tujuan.
B. Jenis-jenis Pemimpin
Ada macam-macam jenis pemimpin, dan didalam kehidupan masyarakat
dikenal antara lain adanya pemimpin formal, pemimpin informal. Berdasarkan

6
bidang keahliannya dapat dibedakan pemimpin keagamaan, ekonomi,
kebudayaan, pendidikan, politik dan lain-lain.
Pemimpin formal adalah seseoarang yang ditunjuk oleh lembaga
bedasarkan keputusan resmi sebagai pemimpin, untuk memangku jabatan dalam
struktur organisasi dengan segala hak dan kewajibannya dalam suatu usaha
mencapai tujuan organisasi. Pemimpin informal adalah seseorang yang ditunjuk
sebagai pemimpin dalam sustu komunitas social tertentu yang tidak berdasarkan
suatu keputusan formal, namun mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku
kelompok atau masyarakat.
C. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Pasolong (2015) Kepemimpinan adalah (cara atau teknik = gaya)
yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya
dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan (leadership) telah didefenisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Stoner merumuskan
kepemimpinan menejerial sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya. Kepemimpinan dalam menajemen adalah sub fungsi ke
dua dari actuating. Dengan demikian kepemimpinan pada umumnya adalah apa
yang harus dipunyai, dijalankan atau dipergunakan oleh setiap orang yang
berkedudukan sebagai pemimpin.
D. Gaya Kepemimpinan
Menurut Lippit dan White dalam Pasolong (2015) terdapat tiga gaya
kepemimpinan, yaitu:
1) Kepemimpinan Otokratis
Yaitu gaya kepemimpinan otoritarian dapat pula disebut tukang
cerita. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa
yang mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-
kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada
bawahan.
2) Kepemimpinan Demokratik

7
Yaitu gaya kepemimpinan yang dikenal pula sebagai gaya
partisipatif. Gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang ambil
bagian pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan lebih
memungkinkan akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada
sasaran dan tujuan organisasi. Pendekatan tidak berarti para pemimpin
tidak membuat keputusan, tetapi justru seharusnya memahami terlebih
dahulu apakah yang menjadi sasaran organisasi sehingga mereka dapat
mempergunakan pengetahuan para anggotanya, Sudriamunawar dalam
Pasolong (2015).
3) Kepemimpinan Laissez Faire.
Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini bukan
berarti tidak adan ya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa
suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-
teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka
mencapai sasaran–sasaran dan kebijakan organisasi.
E. Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen
Pengertian kepemimpinan dan manajemen sering dipandang sebagai hal
yang sama, identik ataupun dipakai silih berganti meski sebenarnya terdapat
perbedaan diantara keduanya. Sebagai misalnya manejer suatu perusahaan juga
sering disebut sebagai pimpinan perusahaan, sebaiknya pimpinan suatu Dinas atau
lembaga pemerintahan juga sering disebut sebagai manejer.
Kepemimpinan dan manajemen seringkali dirumuskan dalam posisi yang
sama, lebih luas satu terhdap lainnya. Miftah Toha menyatakan bahwa manajemen
dan kepemimpinan tersebut berbeda. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai
pengertian agak luas disbanding dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis
pemikiran khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan
organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap
saat dan dimanapun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai
tujuan seseorang atau tujuan kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi asalkan
seseorang menunjukkan kemampuan mempengaruhi perilaku orang-orang lain

8
kea rah tercapai suatu tujuan tertentu. Pandangan lain menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi-fungsi
manajemen sebagai sekelompok pengetahuan sendiri.
Manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pejabat
pimpinan (manajer) untuk mengarahkan, menggerakkan, dan mengerahkan
sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisian.
Rangkaian kegiatan tersebut menimbulkan fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut : planning, organizing, actuating & controlling. Fungsi actuating itulah
yang didalamnya mengandung leadership, yang kemudian merasuk kedalam
fungsi-fungsi lainnya, sehingga tujuan-tujuan oraganisasi dapat dicapai.
F. Pengertian Manajemen Pelayanan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yangdigunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secarasistematis mulai dari
pengkajian, analisis data didagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2015).
Proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu
dan anak,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
G. Kepemimpinan Dalam Pengaturan Klinis
Kepemimpinan merupakan seni untuk meminta seseorang melakukan
sesuatu yang anda yakini sebaiknya dikerjakan. Kepemimpinan dalam bahasa
inggris adalah “leadership” yang berasal dari kat “lead” yang berarti “pergi”.
Pemimpin secara umum memiliki gambaran kemana akan “pergi”-suatu arah
dimana seseorang dipengaruhi untuk mengikuti. Pemimpin merupakan orang
yang memeperlihatkan cara dan mendapatkan ”gambaran jelas” tentang sesuatu.

9
Menejemen berkaitan erat dengan kepemimpinan. Asal kata manajemen
diambil dari kata “manajer” mengambil kendali kerja sehari-hari” untuk mencapai
hasil yang di inginkan. Organisasi yang sukses membutuhkan kepemimpinan dan
manajemen. Seorang penulis telah membuat konsep tentang kedua fungsi dengan
menyatakan bahwa” manajemen mendorong ketepatan dan menaikki tangga
kesuksesan, kepemimpinan menentukan apakah tangga yang dinaikki bersandar
pada dinding yang kokoh”.
Lingkungan asuhan kebidanan sekarang membutuhkan bidan yang
mengatur tujuan klinis klien juga melakukan peran kepemimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh, perawat memainkan peran “berputar
berlawanan arah” dalam mendapatkan cara untuk mengatur pelayanan klinis
untuk menurunkan biaya. Gerakan kedepan pemberdayaan staf dalam beberapa
tahun terakhir memampukan bidan dalam berbagai tempat kerja untuk
melaksanakan tanggung jawabnya yang pada awalnya ditujukan pada manajer.
Staf dan ketenagaan menetapkan standar asuhan, mementukan jadual dan
ketenagaan dan memantau kualitas hasil perawatan. Lingkungan pelayanan
kesehatan dimasa yang akan datang cenderung melanjutkan tren ini dengan
jumlah manajer lebih sedikit, lebih mengacu pada pengaturan tim secara mandiri
lintas department dan manajer kasus yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap pemanfaatan sarana yang ada. Hal ini membuat pengembangan
keterampilan kepemimpinan dan manajemen sama pentingnya untuk
mengembangkan keterampilan klinis, ketrampilan ini dikembangkan dengan cara
yang sama dengan ketrampilan klinis melalui teori, penerapan, dan praktik.

10
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDNAN
DI RUANG PONEK

A. KEPALA RUANGAN
Kepala ruang merupakan manajer tingkat bawah/lini yang memegang
peranan cukup penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan
melalui fungsi manajemen pelayanan. Fungsi pengorganisasian di manajemen
pelayanan kebidanan adalah sebagai alat yang mengatur kegiatan terkait personal,
finansial, material dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah
disepakati bersama (Simamora, 2012). Kegiatan Kepala Ruangan pada fungsi
pengorganisasian adalah melaksanakan pembagian kerja, pendelegasian tugas,
koordinasi kerja dan manajemen waktu. Selain itu dengan pendelegasian, seorang
pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih
penting seperti perencanaan dan evaluasi (Alamsyah, 2012).
Supervisi merupakan pemberian bantuan, bimbingan/ pengajaran, dukungan
pada seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai kebijakan dan prosedur,
mengembangkan keterampilan baru, pemahaman yang lebih luas tentang
pekerjaannya sehingga dapat melakukannya dengan lebih baik. Supervisi yang
dilakukan oleh kepala ruangan harus dilakukan secara objektif yang bertujuan
untuk pembinaan perawat. Pelaksanaan supervisi bukan hanya untuk mengawasi
apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya,
sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang berlaku tetapi supervisi juga
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap
pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah
segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli dkk.,
2009).
Tanggung jawab kepala ruang pada penugasan tim :
1. Menetapkan standar kinerja staf
2. Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang
dipimpinnya

11
3. Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk
mengembangkan ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
4. Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang
prosedur tim keperawatan
5. Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
6. Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
7. Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya
8. Peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan
keperawatan,
9. Bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang
berkualitas,
10. Menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari
kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Wewenang
Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Ruang Umum mempunyai wewenang
sebagai berikut:
1. Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
2. Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan tenaga
keperawatan
3. Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat
inap
4. Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang Kepala Ruang Rawat Inap Umum.
5. Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Unit Keperawatan / Kepala
Bagian Pelayanan Medik / Keperawatan / Kepala Rumah Sakit untuk
kelancaran pelaksanaan pelayanan.
Uraian Tugas
1. Melaksanakan Fungsi Perencanaan (P1) meliputi :
a. Menyusun rencana kerja Ruang Rawat Inap
b. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap yang bersangkutan

12
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk ruang rawat inap, koordinasi dengan
Kepala Unit/ Keperawatan/ Kepala Sub Unit Pengembangan
Keperawatan.
2. Melaksanakan Fungsi Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) meliputi :
a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat, melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas
di ruang rawatnya.
b. Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga kebidanan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit
c. Melaksanakan orientasi tenaga kebidanan baru/tenaga lain yang
akan kerja di ruang rawat berkoordinasi dengan Kepala Sub Unit
Pengembangan
d. Memberikan bimbingan kepada siswa/mahasiswa keperawatan
yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek
e. Memberi bimbingan kepada pasien/keluarganya meliputi :
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari.
f. Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar berkoordinasi dengan
Kepala Sub Unit Asuhan Kebidanan
g. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
kebidanan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya
h. Memberi kesempatan/ijin kepada staf kebidanan untuk mengikuti
kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi Kepala Sub Unit /
Unit / Unit Keperawatan/Pengembangan Kebidanan
i. Mengupayakan pengadaan peralatan dan pemeliharaan alat agar
selalu dalam keadaan siap pakai
j. Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,
khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien

13
k. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan
l. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
kebidanan dan kegiatan lain secara tepat dan benar bekerja sama
dengan Kepala Sub Unit kebidanan
m. Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan
lingkungan ruang rawat inap
n. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat
inap.
o. Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien
p. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya
q. Menyimpan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan
diruang rawat dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke
Sub Unit Medical Record bila pasien keluar/pulang dari ruang
rawat tersebut.
r. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan kebidanan
serta kegiatan lainnya diruang rawat, disampaikan kepada
atasannya
s. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
t. Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian
dinas
3. Melaksanakan Fungsi Pengawasan Pengendalian dan Penilaian
meliputi :
a. Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan kebidanan yang
telah ditentukan
b. Mengawasi dan menilai siswa / mahasiswa keperawatan untuk
memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan
yang telah ditentukan

14
c. Melakukan penilaian kenerja tenaga kebidanan yang berada
dibawah tanggung jawabnya
d. Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
kebidanan, peralatan dan obat-obatan
e. Mengawasi dan menilai mutu asuhan kebidanan sesuai standar
yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan Tim
Pengendalian Mutu Asuhan kebidanan
Fungsi kepala ruang :
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta
merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai
tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview,
mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf,
dan sosialisasi staf.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber
daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan
etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam
mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak
dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan,
personalia dan lain – lain.

15
B. Laporan Kepala Ruangan
Kali ini saya menganalisis prilaku kepemimpinan kepala ruangan Anak
Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi menggunakan kuesioner. Dari hasil
kuesioner yang diberikan kepada kepala ruangan yaitu pemimpin masih banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan,
tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan
yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin. Pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak mengarahkan dan
banyak memberikan dukungan. Pemimpin disini mau menjelaskan keputusan dan
kebijaksanaan yang diambil dan mau menerima pendapat dari pengikut/anggota
timnya, tapi masih tetap harus terus memberikan pengawasan dan pengarahan
dalam penyelesaian tugas-tugas pengikut/anggota.
Kemudian kepala ruangan juga memiliki perilaku pemimpin yang tinggi
dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi
kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara
bergantian. Dimana, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah
ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung
jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada
pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas. Dalam hal ini pemimpin menyusun keputusan-
keputusan bersama-sama dengan para pengikut, dan mendukung usaha-usaha
dalam menyelesaikan tugas.
C. Management Kepala Ruangan Ponek
1. Perencanaan
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana strategi
rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang
nyata, dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan yang
matang sangat membantu dalam upaya melakukan perbaikan atau improvisasi
apabila dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan

16
demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari:
a. Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
b. Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
c. Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
d. Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
e. Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
f. Aturan,berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi:
a. Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi
tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang ada
b. Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan masalah)
c. Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui
rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan
tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai
jelas, terdapat pembatasan waktu perencanaan berlangsung, terdapat
indikator pencapaian target, risiko, dan ketidakpastian jelas
d. Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan
masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai
pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan,
masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan
merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang.
Perencanaan meliputi:
a. Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)

17
Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan
kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan
yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
b. Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
Meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/service, permintaan
perlengkapan rutin/barang habis pakai
c. Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat,
penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan dan
sebagainya.
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga kebidanan di RS (Depkes RI),
Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi:
1) Menyusun rencana kerja kepala ruang
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan kebidanan di
ruang rawat yang bersangkutan
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga kebidanan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala
perawat instalasi/kepala instalasi.
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RSUP Dr.
Sardjito (RSUP Dr. Sardjito, 2007), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1)
meliputi :
1) Menyusun jadwal dinas.
2) Merencanakan koordinasi.
3) Menyusun perencanaan tahunan
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan
melalui penugasan suatu kelompok tenaga kebidanan, menentukan cara
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical maupun horiantal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga bidan diruang menggunakan
pendekatan system penugasan tim primer kebidanan. Pengorganisasian secara
vertical, terdapat kepala ruangan, ketua tim, dan bidan pelaksana. Setiap tim

18
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang meliputi
struktur organisasi, daftar dinas ruangan, daftar pasien
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam suatu organisasi
(Sutopo, 2010). Dalam hal ini, struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi pekerjaan. Sedangkan system penugasan yang digunakan adalah
tim, dimana ruangan dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi ketua
tim. Ketua tim membawahi beberapa bidan pelaksana yang memberikan
asuhan kebidanan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur
organisasi dapat digambarkan dalam suatu bagan.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang terdiri dari :
1) Kepala ruangan membagi bidan yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui
suatu uji.
2) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas.
3) Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim.
4) Jika suatu ketika satu tim kekurangan bidan pelaksana karena kondisi
tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan bidan pelaksana dari tim
lain ke tim yang kekurangan.
5) Kepala ruangan berhak merubah anggota tim jika dipandang perlu
dalam waktu yang ditentukan.
6) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift.
7) Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika
ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (bidan
pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
8) Ketua tim menetapkan bidan pelaksana untuk masing-masing pasien.
9) Ketua tim mengendalikan asuhan kebidanan yang diberikan kepada
pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh bidan pelaksana
anggota timnya.
10) Kolaborasi denga tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh ketua tim.

19
11) Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.
12) Bidan pelaksana melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Daftar Dinas Ruangan
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, bidan yang bertugas, dan
penanggung jawab shift. Daftar dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat
dalam waktu yang telah disepakati. Pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh
ketua tim. Setiap tim memiliki anggota yang shift pagi, sore, malam dan
yang lepas dari dinas malam serta yang libur
c. Daftar Pasien
Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat ketua tim,
nama bidan pelaksana yang bertanggung jawab kepada pasien, dan alokasi
bidan saat menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien adalah daftar
sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam.
Setiap pasien memiliki bidan yang bertanggung jawab secara total selama
dirawat. Pada setiap shift dinas ada bidan yang bertanggung jawab terhadap
pasien secara total selama shift tersebut. Daftar pasien menggambarkan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan yang
diberikan sehingga terwujud kebidanan pasien yang holistic. Daftar pasien
diisi oleh ketua tim sebelum operan. Alokasi pasien terhadap bidan yang
dinas pagi, sore dan malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal
dinas.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan,
jika perlu dilakukan pendelegasian, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu dikelola. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang
manajer harus melakukan upaya menciptkan iklim motivasi, mengelola waktu
secara efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik,
mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan system
pendelegasian dan supervisi. Beberapa bentuk komunikasi di ruang adalah operan,
preconference dan postconference.

20
a. Pedoman Operan Antar Shift
Operan antar shift adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan
antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari shift malam ke shift pagi dan
dari shift pagi ke shift sore dipimpin oleh kepala ruangan. Sedangkan
operan dari shift sore ke shift malam dipimpin oleh penanggung jawab shift
sore.
Waktu kegiatan : Awal pergantian shift ( pukul 07.00, 14.00, 21.00)
Tempat : Kantor Bidan
Penanggung jawab : Kepala ruangan atau Penanggung jawab (Pj) shift
Kegiatan :
1) Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
2) Pj shift yang memberikan operan, menyampaikan :
a) Kondisi pasien, diagnose Kebidanan, tindakan yang sudah
dilakukan, hasil asuhan
b) Tindak lanjut untuk shift berikutnya
3) Bidan shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah
disampaikan.
4) Karu memimpin ronde ke kamar pasien
5) Karu merangkum informasi operan dan memberikan saran tindak lanjut.
6) Karu memimpin do’a bersama dan menutup acara
7) Bersalaman
b. Pedoman Preconference
Yaitu komunikasi katim dan bidan pelaksana setelah selesai operan
mengenai rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim
atau PJ Tim. Jika hanya ada 1 bidan yang berdinas pada shift tersebut,
preconference ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap bidan
(rencana harian), dan tambahan dari katim
Waktu kegiatan : Setelah operan
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim

21
Kegiatan :
1) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam
2) Katim/PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksana mengacu pada rencana asuhan keperawatan yang dibuat oleh
katim
3) Perawat pelaksanan menyampaikan rencana kegiatan pasiennya
4) Katim/PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu.
5) Katim/PJ tim memberikan reinforcement (penguatan)
6) Katim/PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat bekerja
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
(kepala ruangan, kepala tim dan bidan pelaksana) sesuai dengan perannya
masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan
dengan peran dan fungsi bidan. Rencana harian dibuat sebelum operan
dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
c. Pedoman Postconference
Yaitu komunikasi Katim dan bidan pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan dilakukan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isi
postconference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Postconference dipimpin oleh Katim
atau Pj Tim.
Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/Pj
Kegiatan :
1) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam
2) Katim/PJ tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
3) Katim/PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
4) Katim/PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya
5) Katim/PJ tim menutup acara dengan salam.

22
4. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalan pengendalian yaitu usaha sistematis yang
bertujuan untuk menetapkan standar prestasi kerja yang sesuai dengan tujuan
perencanaan, untuk merancang system umpan balik informasi, membandingkan
prestasi yang sesunggunya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk
menetapkan apakah ada penyimpangan, dan mengukur signifikansinya serta
mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan bahwa sumber daya
digunakan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Kegiatan
pengendalian pada model MPKP antara lain dalam bentuk pengukuran BOR,
ALOS, audit dokumentasi asuhan keperawatan, survey kepuasan pasien/keluarga,
penilaian kinerja.
D. Kajian Kepala Ruangan Ponek

No Tindakan yang Diobservasi Tanggal : Hari ke :


Ya Tidak Ya Tidak
1 Menyusun dan mengkoordinasikan √
seluruh kegiatan pelayanan diruang
rawat dan kerjasama diruang rawat
serta kerjasama dengan petugas
lain
diruang rawat
2 Kepala ruangan mengidentifikasi √
jumlah bidan yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan
klien bersama ketua tim
3 Menyusun jadwal / daftar dinas √
dengan tenaga bidan
4 Mengevaluasi atau mengendalikan √
pendayagunaan tenaga bidan dan obat-
obatan
5 Kepala ruangan mengatur, √
membimbing dan menilai pelaksanaan
asuhan bidan
6 Membuat laporan harian / mengenai √

23
pelayanan askep dan kegiatan lain
diruangan

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
tugas kepala ruang tergolong dalam kategori sangat baik (100%). Kepala ruang
dinilai sudah optimal dalam melakukan pembagian tugas, menindaklanjuti laporan
permasalahan pasien dan ruangan, memfasilitasi serta mendukung kelancaran
tugas ketua tim dan bidan pelaksana.
No Tindakan yang Diobservasi Tanggal : Hari ke :
Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengadakan pre konfrensi bidan di √
Ruangan
2 Mengadakan post konfrensi bidan √
Diruangan
3 Kepala ruangan terlibat dalam √
konfrensi bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi
4 Ketua tim terlibat dalam konfrensi √
bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi
5 Anggota tim terlibat dalam √
konfrensi bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi

24
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi operan pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan operan jaga tergolong dalam kategori sangat baik (100 %).
Pelaksanaan operan sudah dilakukan diruang Anak, dalam pelaksanaannya
semua yang berdinas ikut serta dalam melakukan operan seperti Kepala ruangan,
ketua tim dan anggota tim.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pada gaya kepemimpinan di ruangan Anak menunjukkan bahwa adanya
gaya kepemimpinan yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan. Dalam gaya ini
pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir
sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi
dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut
tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Pemimpin
dalam gaya seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang
diambil dan mau menerima pendapat dari pengikut. Tetapi pemimpin dalam gaya
ini masih tetap harus terus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam
penyelesaian tugas-tugas pengikut.

A. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi
Disarankan bagi kepala ruang, ketua tim dan bidan pelaksana dalam
menerapkan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang ada di ruangan.
2. Bagi Universitas Fort De Kock
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi mengenai
gaya kepemimpinan bagi perpustakaan Universitas Fort De Kock dapat
menambah bacaan atau teori tentang gaya kepemimpinan khususnya di
bidang kebidanan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Cetakan Kedua.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Hasibuan. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Aksara.

Natalia, F. (2011). Analisia kepemimpinan transaksional dan transformasional


untuk meningkatkan kerjasama tim dan kinerja waktu proyek. Tesis, tidak
dipublikasikan. Jakarta: UI.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek


keperawatan Profesional, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Pasolong, Harbani. 2015. Kepemimpinan Birokrasi (cetakan keempat). Bandung:


Alfabeta.

Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta :


Penerbit Salemba Empat.

Simamora. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suarli, S dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis.


Jakarta: Erlangga.

Thoha, Mihtah. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta:PT Rajagrafindo,


2016.

Varney, H. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

27
LAPORAN KASUS KELOLAAN

KEPALA TIM
DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TANGGAL 14 S/D 17 JUNI 2023

Disusun untuk memenuhi

Tugas Praktek Manajemen Kebidanan

OLEH :
NAMA : ARFILA SARI
NIM : 2215901102

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022/2023

28
LEMBAR PENGESAHAN

KEPALA TIM
DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TANGGAL 14 S/D 17 JUNI 2023

OLEH :

NAMA : ARFILA SARI


NIM : 2215901102

Bukittinggi, Juni 2023


Menyetujui

CI Lapangan CI Akademik

( Ns. Yosefina, S. Kep )


( Nita Tri Putri, MPH )

i
Kata Pengantar

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semesta alam yang menguasai
seluruh isi langit dan bumi, yang senantiasa mengenggam hati-hati manusia.
Dengan limpahan rahmat, karunia dan petunjuknya, akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi Tanggal 14 S/D 17 Juni 2023. Salawat dan salam untuk Rasul mulia
Muhammad SAW, semoga kita semua selalu meneladani segala sisi kehidupan
beliau. Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi ini dibuat sebagai salah satu tugas pada Program Studi Profesi
Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock.
Laporan ini dibuat tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta dorongan
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada CI klinik dan CI Akademik serta bidan dan perawat
ruangan di Ruang Ponek Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi yang telah
memberi bimbingan selama mengikuti praktek Siklus Manajemen Kebidanan
yang berperan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittinggi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan
hati terbuka penulis menerima saran atau kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap laporan ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri.

Bukittinggi, Juni 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepemimpinan merupakan suatu sumber daya sosial utama dan sangat


penting.Setiap organisasi memiliki gaya kepemimipinan dan fungsi kinerja yang
berbeda-beda yang tercermin dalam mutu pelayanan.Salah satunya adalah
organisasi bidang pelayanan medis yaitu rumah sakit.Rumah sakit merupakan
sebuah organisasi yang besar, untuk menjalankan kepemimpinan di organisasi
yang besar diperlukan pemikiran dan tindakan yang besar pula serta kebijakan dan
keputusan yang matang, bukanlah perkara mudah menjalankan hal tersebut. Di
perlukan keterampilan dan kemampuan yang luar biasa dan teori – teori serta
metode dalam melaksanakan kepemimpinan yang baik dari organisasi tersebut.
Kebutuhan kepemimpinan saat ini jauh lebih besar daripada masa lalu, karena
organisasi saat ini sangat rumit dan menghadapi berbagai tantangan yang sangat
kuat baik dari tekanan internal maupun eksternal organisasi.
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan melibatkan berbagai
kelompok profesi dengan berbagai latar pendidikan. Banyak orang mengira bahwa
kepemimpinan di rumah sakit hanya bisa terpusat pada direktur rumah sakit.
Padahal sebenarnya kepemimpinan harus ada disetiap orang yang memimpin unit
baik pada jalur struktural maupun jalur fungsional, atau disetiap lini di rumah
sakit. Salah satunyaadalahkepalaruangan, kepala ruang merupakan pimpinan
langsung dari perawat pelaksana yang berhubungan langsung dengan proses
penanganan pasien di ruang rawat dan memiliki peran yang kritis dalam
mendukung budaya keselamatan pasien dengan kepemimpinan efektif untuk
menciptakan lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien.Pemimpin yang
efektif sanggup mempengaruhi paraanggotanya untuk mempunyai optimisme
yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada tujuan dan misi yang
telahditetapkan. Hal inimembawapengaruhbesar bahwa setiap pemimpin
berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalam membina,
menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensianggota di lingkungan kerjanya
agar dapat mewujudkan stabilitas dan peningkatan produktivitas yang berorientasi
pada tujuan yang ada.
Pemimpin yang handal tentunya dapat melakukan pantauan langsung serta
mengarahkan dan memberikan masukan positif bagi anggotanya, hal ini akan
memunculkan minat pegawai untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan hasil
kinerja yang maksimal. Beberapa penelitian mengatakan bahwa kepemimpinan
memberi pengaruh terhadap kinerja anggotanya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Didimus, Indar, dan Hamzah (2013) didapatkan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kinerja perawat adalah kepemimpinan yang ada diruangan
tersebut. Penelitian Natalia (2010) memaparkan bahwa model kepemimpinan
memengaruhi kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kieu (2010) menemukan
bahwa kepemimpinan adalah salah satu kontributor paling signifikan untuk
kinerja organisasi. Kinerja adalah kualitas hasil karya personil baik kualitas
maupun kuantitas dalam suatu organisasi.Penampilan hasil kerja tidak terbatas
kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personil dalam lingkungan tersebut. Sehingga penulis
merasa tertarik untuk mengetahui gaya kepemimpinan di Ruang Ponek Rumah
Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dibuat rumusan
masalah “Manajemen Kepemimpinan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi.”

C. TUJUAN PRAKTIK
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana Manajemen
Kepemimpinan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEBIDANAN

A. Pengertian Kepemimpinan (Leadership)


Pengertian kepemimpinan banyak dikemukakan para ahli seperti : Robert
G Owens (1995) Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu pihak
yang memimpin dengan yang dipimpin. Robert Kreitther dan Angelo dan Kinicki
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi anggota untuk mencapai tujuan
organisasi secara sukarela. Hadari Nawawi Kepemimpinan adalah kemampuan /
kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerjasama
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Menurut Pasolong (2015) Kepemimpinan adalah (cara atau teknik = gaya)
yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya
dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan (leadership) telah didefenisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Stoner merumuskan
kepemimpinan menejerial sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya. Kepemimpinan dalam menajemen adalah sub fungsi ke
dua dari actuating. Dengan demikian kepemimpinan pada umumnya adalah apa
yang harus dipunyai, dijalankan atau dipergunakan oleh setiap orang yang
berkedudukan sebagai pemimpin.
Jadi kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain atau
kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Disebut ilmu karena ada teorinya yaitu teori kepemimpinan
yang meliputi teori kepemimpian klasik seperti gaya kepemimpinan model
Taylor, gaya kepemimpinan model Mayo, studi Iowa , studi Ohio, studi Michigan
dan teori kepemimpinan modern yang meliputi teori orang besar (Great man),
sifat – sifat (trait), prilaku (behavioral), situasional (kontingensi), transaksional
dan transformasional.

5
Disebut seni karena sama-sama mendapat ilmunya, tetapi penerapannya
berbeda-beda tergantung kemampuan memimpin, komitmen pengikut dan
situasinya. Dari kesimpulan dapat diketahui kata kunci kepemimpinan adalah
mempengaruhi. Yang perlu ditekankan yaitu dalam kepemimpinan terdapat
aktivitas mempengaruhi dan dipengaruhi. Perbedaan mempengaruhi dan
dipengaruhi terdapat pada arah pengaruh yakni bersifat searah, sedangkan saling
mempengaruhi bersifat timbal balik.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa pengertian kepemimpinan adalah sesuatu usaha untuk menggarahkan,
membimbing dan memotivasi dan bersama-sama mengatasi masalah dalam proses
pencapain tujuan.

B. Pengertian Pemimpin
Pengertian pemimpin (leader) berasal dari kata dalam bahasa inggris a
leader. Dari kata tersebut maka pengertian pemimpin dapat diartikan seorang yang
karena kecakapan pribadinya dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya
untuk mengarahkan upaya bersama kearah pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Selain itu, pemimpin berfungsi juga untuk mempelopori, mengarahkan pikiran
pendapat orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain (Usman,
2011 ).
Dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas kerjasama untuk
mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, maka aktivitas kerjasama
tersebut perlu ditata atau diatur. Seseorang yang mampu mengatur suatu kegiatan
kerja kelompok tersebut disebut pemimpin. Keberhasilan atau bahkan kegagalan
suatu organisasi, sebagian besar ditentukan oleh aktvitas pemimpin.
Pemimpin dapat bersifat resmi (formal) dan tidak resmi (non formal).
Pemimpin resmi diangkat atas dasar surat keputusan resmi dari orang yang
mengangkatnya dan biasanya mendapat gaji, sedangkan pemimpin tidak resmi
diangkat tanpa surat keputusan dan biasanya tanpa gaji. Seseorang dapat diangkat
sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan dari anggota lainnya. Kelebihan
itu ada yang berasal dari dalam dirinya dan ada pula yang berasal dari luar
dirinya.

6
Kelebihan dari dalam dirinya memiliki bakat sebagai pemimpin dan
memiliki sifat- sifat pemimpin yang efefktif. Kelebihan dari luar diri karena ia
dikenal dan hubungan baik dengan yang sedang berkuasa, punya banyak teman,
dari keturunan orang yang kaya atau turunan bangsawan atau penguasa.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari baik langsung maupun tidak
langsung dapat mengalami kepemimpinan seseorang dalam berbagai bentuk.
Misal dalam kehidupan dimasyrakat sesorang mengalami kepemimpinan RT, RW,
Lurah, Camat dan sebagainya. Dalam kehidupan kerja seseorang mengenal
kepemimpinan Kasubag, Kabag, Direktur dan sebagainya. Bahkan tidak jarang
dalam praktik seseorang berada dalam dua posisi, yaitu sebagai pihak yang
dipimpin dan juga bertindak sebagai pemimpin.
Jadi perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan, pemimpin adalah
peran seseorang dalam sistem tertentu, seseorang dalam peran formalnya belum
tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu untuk
memimpin. Selain itu, pemimpin juga berupa pengakuan dari anak buah atau
bawahannya, akibat proses yang telah dilewati dalam membawakan tujuan-tujuan
organisasi yang dipimpinannya.
Sedangkan, kepemimpinan adalah yang berhubungan dengan sikap,
tindakan, keterampilan dan tingkat pengaruh yang di miliki seseorang, oleh sebab
itu kepemimpinan bisa di miliki oleh orang yang bukan “pemimpin”.

C. Tujuan Leadership
Adapun tujuan leadership adalah sebagai berikut (Usman, 2011) :
1) Sarana untuk mencapai tujuan
Kepemimpinan adalah sarana penting untuk mencapai tujuan. Dengan
memperhatikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut, maka kita bisa mengetahui jiwa
kepemimpinan dari seseorang.
2) Memotivasi orang lain
Tujuan kepemimpinan yang lain adalah untuk membantu orang lain
menjadi termotivasi, mempertahankan serta meningkatkan motivasi di
dalam diri mereka. Dengan kata lain, pemimpin yang baik adalah

7
pemimpin yang bisa memotivasi pengikut atau bawahan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

D. Ciri-ciri Leadership
Menurut Vietzal Rivai dan Boy Raffi Amar dalam buku pemimpin dan
kepemimpinan dalam organisasi mengatakan seorang pemimpin dalam suatu
organisasi harus memiliki kriteria tertentu layaknya seorang pemimpin yang
sejati, kriteria tersebut yaitu :
3) Pengaruh
Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang–orang yang
mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
Pengaruh itu menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang
lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin.
4) Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan
kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota
biasa.
5) Kekuasaan/power
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan
bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas
tertentu.
6) Wewenang
Wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada
pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan
suatu hal/ kebijakan. Wewenang disini juga dapat dialihkan kepada
karyawan oleh pimpinan apabila pemimpin percaya bahwa karyawan
tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik,
sehinggakaryawan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu
campurtangan dari segi sang pemimpin.
7) Kewibawaan

8
8) Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
9) Pengikut
Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan /power dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak
memiliki pengikut yang berada dibelakangnya yang memberi
dukunganmengikuti apa yang dikatakan pemimpin.

E. Jenis-jenis Pemimpin
Ada macam-macam jenis pemimpin, dan didalam kehidupan masyarakat
dikenal antara lain adanya pemimpin formal, pemimpin informal. Berdasarkan
bidang keahliannya dapat dibedakan pemimpin keagamaan, ekonomi,
kebudayaan, pendidikan, politik dan lain-lain.
Pemimpin formal adalah seseoarang yang ditunjuk oleh lembaga
bedasarkan keputusan resmi sebagai pemimpin, untuk memangku jabatan dalam
struktur organisasi dengan segala hak dan kewajibannya dalam suatu usaha
mencapai tujuan organisasi. Pemimpin informal adalah seseorang yang ditunjuk
sebagai pemimpin dalam sustu komunitas social tertentu yang tidak berdasarkan
suatu keputusan formal, namun mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku
kelompok atau masyarakat.

F. Teknik-teknik dalam Leadership


Terdapat beberapa teknik-teknik kepemimpinan. Dalam pelaksanaan
kepemimpinan, seorang pemimpin harus berusaha untuk meningkatkan
kecakapan, kemampuan serta pengetahuan para pegawai, sehingga pada akhirnya
akan tercapai prestasi kerja yang optimal. Untuk pencapaian tujuan kepemimpinan
tersebut, maka seorang pemimpin harus memperhatikan teknik-teknik
kepemimpinan dalam pelaksanaan kepemimpinannya. Adapun teknik-tekniknya
sebagai berikut :
10) Teknik Pematangan dan Penyiapan Pengikut
Pemimpin dalam pelaksanaan kepemimpinan harus berusaha melakukan
pematangan dan penyiapan pengikut, agar para bawahan dapat mengikuti

9
keinginan pemimpin di dalam proses tujuan organisasi. Pada dasarnya
pematangan dan penyiapan pengikut dapat dilaksanakan melalui teknik
penerangan maupun propaganda. Dalam teknik penerangan seorang
pemimpin harus berusaha menerangkan maksudnya secara jelas dan benar
kepada bawahan, sehingga mereka dapat memahami keinginan pemimpin
dalam pencapaian tujuan organisasi. Agar berhasil dalam melaksanakan
teknik penerangan, seorang pemimpin harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti baik lisan maupun tulisan. Kemudian materi yang
digunakan harus obyektif dan menunjukan fakta yang sebenarnya.
11) Teknik Human Relation
Human relation adalah rangkaian atau proses kegiatan memotivasi
bawahan, melalui pemberian motivasi atau dorongan agar mau bergerak ke
arah yang dikehendaki. Pada dasarnya setiap manusia apabila memasuki
suatu organisasi, baik yang bersifat formal maupun non formal akan
mempunyai motivasi yang baik terlepas bagaimana memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai kebutuhan
hidup yang beraneka ragam baik kebutuhan yang bersifat material maupun
kebutuhan psikologis.
12) Teknik Menjadi Teladan
Teknik menjadi teladan merupakan teknik yang digunakan oleh pemimpin
dalam menggerakan dan mempengaruhi bawahan. Dalam teknik ini
seorang pemimpin berusaha menjadikan dirinya panutan atau teladan bagi
orang lain, sehingga bawahan akan mengikuti keteladanan tersebut.
13) Teknik Persuasi dan Pemberian Perintah
Untuk mempengaruhi atau menggerakan para bawahan, seorang pemimpin
harus mampu melakukan persuasi dan pemberian perintah dengan baik.
Persuasi bertujuan bukan untuk memaksa, akan tetapi mempengaruhi
sikap orang lain dengan cara halus tidak kasar atau dengan paksaan,
sehingga dalam keadaan tertentu orang-orang akan bertingkah laku sesuai
dengan yang dikehendaki oleh orang yang melakukan persuasi, namun
sesuai pula dengan keinginannya.
14) Teknik Penggunaan Sistem Komunikasi yang Cocok

10
Kegiatan seorang pemimpin dalam mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah laku bawahan di dalam
pencapaian tujuan organisasi tidak akan terlepas dari kegiatan komunikasi.
Dengan demikian seorang pemimpin harus menguasai teknik komunikasi
yang baik, sehingga setiap informasi atau pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik dan sebaliknya setiap informasi dari bawahan akan
mudah diterima oleh pemimpin. Komunikasi untuk pemimpin penting
karena sebagai sarana untuk mengkomunikasikan visinya kepada orang
lain, meyakinkan dan menumbuhkan kepercayaan kepada bawahan akan
visinya. Selain itu, pemimpin tidak saja menyebarkan informasi melalui
kata-tata dan tindakannya, tetapi pemimpin juga menyebarkan keyakinan,
komitmen dan semangat pada bawahannya.
15) Teknik Penyediaan Fasilitas
Untuk meningkatkan kemapuan pegawai di dalam melaksanakan tugasnya,
maka seorang pemimpin harus memperhatikan kebutuhan akan fasilitas
kerja yang diperlukan oleh para pegawai, sehingga akan tercapai hasil
kerja yang optimal.

G. Prinsip Leadership
Prinsip kepemimpinan menurut Bernez, yaitu sebagai berikut (Usman,
2011) :

1) Mengadakan peningkatan secara terus menerus


2) Mengakui masalah secara terbuka. Keterbukaan sebagai kekuatan yang
bisa mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat,
dan juga sama secepatnya dapat mewujudkan kemampuan.
3) Memberikan wewenang pada setiap karyawan. Melalui pelatihan
berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab, pengambilan
keputusan, akses sumber-sumber data dan anggaran, timbal balik
reputasi perusahaan, dan penghargaan, maka para karyawan memilih
kekuatan untuk cara memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan
urusan perusahaan.

11
H. Gaya Kepemimpinan
Menurut Lippit dan White dalam Pasolong (2015) terdapat tiga gaya
kepemimpinan, yaitu:
4) KepemimpinanOtokratis
Yaitu gaya kepemimpinan otoritarian dapat pula disebut tukang
cerita. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa
yang mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-
kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada
bawahan.
5) Kepemimpinan Demokratik
Yaitu gaya kepemimpinan yang dikenal pula sebagai gaya
partisipatif. Gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang ambil
bagian pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan lebih
memungkinkan akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada
sasaran dan tujuan organisasi. Pendekatan tidak berarti para pemimpin
tidak membuat keputusan, tetapi justru seharusnya memahami terlebih
dahulu apakah yang menjadi sasaran organisasi sehingga mereka dapat
mempergunakan pengetahuan para anggotanya, Sudriamunawar dalam
Pasolong (2015).
6) Kepemimpinan Laissez Faire.
Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini bukan
berarti tidak adan ya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa
suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-
teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka
mencapai sasaran–sasaran dan kebijakan organisasi.
Gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard, adalah kepemimpinan yang
didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi dan perilaku tugas. Ashar
Sunyoto Munandar menyebutkan empat dasar perilaku pemimpin atas dasar
hubungan dan perilaku tugas yaitu :
1) Perilaku tugas tinggi dan hubungan rendah
2) Perilaku tugas tinggi dan hubungan tinggi
3) Perilaku tugas rendah dan relasi tinggi

12
4) Perilaku tugas rendah dan relasi rendah.
Sedangkan menurut Thoha tahun 2016, empat gaya dasar kepemimpinan
sebagai berikut:
1) Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan (G1).
Gaya ini ditunjukkan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberikan batasan peranan pengikut dan memberitahu tentang apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan
masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
pemimpin. Dalam gaya 1 (G1), seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang
banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini
memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi pengikutnya,
dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas.
2) Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan (G2).
Gaya kepemimpinan yang kedua dari hasil analisis kepemimpinan
inidirujuk sebagai konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin
masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan
keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan
perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang
keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin. Dalam gaya 2 (G2), pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak
mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya seperti
ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil dan mau
menerima pendapat dari pengikut. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap
harus terus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-
tugas pengikut.
3) Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3)
Dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya
3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan

13
pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini
sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan
tugas. Pada gaya 3 (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyak
memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini
pemimpin menyusun keputusan-keputusan bersama-sama dengan para pengikut,
dan mendukung usaha-usaha dalam menyelesaikan tugas.
4) Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan (G4)
Dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-
sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah
yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan
kepada bawahan. Sekarang bawahan yang memiliki kontrol untuk memutuskan
tentang bagaimanana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin
memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan
pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan
untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
Adapun gaya 4 (G4), pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit
pengarahan.

I. Pola Dasar Kepemimpinan


Ada 2, yaitu :
16) Kepemimpinan formal, adalah kepemimpinan yang bersifat resmi
dalam organisasi, diatur sesuai pangkat, jabatan, herarki, dan struktur
dalam organisasi.
17) Kepemimpinan informal, adalah kepemimpinan yang tidak
berdasarkan atas herarki, akan tetapi lebih di dasarkan pada pengakuan
nyata dari orang – orang di sekitarnya karena kemampuan
mengangkat, kemampuan ilmu, kemampuan membina hubungan kerja,
dan lain – lain.

J. Teori kepemimpinan
18) Teori “ Trait“ (Bakat)

14
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pimpinan
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain, teori ini disebut
dengan “Great Man Theory”. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan
Great Man Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan
seseorang dapat dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana
teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi,
dan lingkungan lainnya (Marqus dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).
Swanburg (2001) menyatakan ciri – ciri pemimpin menurut teori bakat
adalah: a) inteligensi : Sifat yang berhubungan dengan inteligensi termasuk
pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa
pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu
faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin. b) Kepribadian : sifat
kepribadian seperti kemampuan beradaptasi, kepercayaan diri, kreativitas dan
integritas personal dihubungkan dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang
pemimpin adalah orang yang efektif mengetahui bagaimana memotivasi
semangat kerja para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi. c)
Kemampuan : Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran,
kemasyuran, dan keterampilan interpersonal untuk memberikan symbol,
memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya dalam
system tersebut.
19) TeoriPerilaku
Nursalam (2002) menyatakan bahwa teori perilaku lebih menekankan
kepada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer
menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari
sebuah perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus
pegawai.
Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor yang
dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang menyatakan bahwa setiap
manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang
mengadakan interaksi dengan dunia individu lain (Swanburg, 2000).

15
K. Pendekatan kepemimpinan
Secara umum, kita mengenal 3 pendekatan, yaitu kepemimpinan untuk
memimpin suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits
theory), pendekata berdasarkan perilaku kepemimpinan (behavior theory), dan
pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory).
20) Berdasarkan sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat
dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan sifat – sifat dari mereka yang menjadi pemimpin
dan mereka yang bukan pemimpin.
b. Membandingkan sifat – sifat dari pemimpin yang efektif dan
pemimpin yang tidak efektif.
Sifat – sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara
lain :
 Selalu antusias
 Mengenal dirinya sendiri
 Waspada
 Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
 Merasa bertanggung jawab
 Mempunyai rasa humor
21) Berdasarkan perilaku
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di
bawah ini :
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif.
b. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan cara –
cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan
mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif,
motivasi bawahannya, dan melaksanakan control.
22) Berdasarkan situasi

16
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi.
Terdapat 3 variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektif, yaitu :
a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang
Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai
berikut :
 Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
 Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
 Menaati peraturan
 Disiplin
 Mendengarkan informasi dari bawahan
 Tanggap terhadap situasi
 Membantu bawahan
 Tanggung jawab dan tugas

L. Macam-macam level kepemimpinan


Proses kepemimpinan berjalan begitu panjang, rumit dan melibatkan
banyak elemen. Menjadi pemimpin yang efektif bukanlah seperti mendapatkan
keuntungan dalam hari ini, sebagaimana jika kita berinvestasi di pasar modal.
Proses ini bukan terjadi dalam waktu sekejap, melainkan merupakan hasil
pertumbuhan sehari-hari. Kemampuan untuk tumbuh sepanjang waktu dapat
ditingkatkan apabila kita memahami lima tingkatan kepemimpinan. Sebagaimana
tersebut diatas, menguraikan lima tingkatan kepemimpinan sebagaimana terlihat
dalam bagan di bawah: Entry level kepemimpinan adalah yang disebut dengan
position level atau Urgyen Rinchen Sim menyebutnya positional level.
23) Position
Leadership from position. Tingkatan ini merupakan tingkatan
terendah atau dasar dari kepemimpinan. Pemimpinan pada tingkatan
ini menduduki posisinya karena jabatan. Keahlian maupun besarnya
usaha tidak dipersyaratkan untuk menduduki level kepemimpinan ini.

17
Semua orang dapat menjadi pemimpin pada tingkatan ini tanpa usaha
sekalipin dan tanpa kemampuan yang memadai Walaupun pemimpin
ada karena jabatannya, para pengikut seringkali kondisi taat. Mereka
harus taat karena adanya ketentuan yang berlaku. Kemampuan
memimpin para pemimpin tingkatan ini benar-benar didasarkan pada
jabatan saja, tidak ada hubungannya dengan kemampuan lain termasuk
bakat.
Permasalahan dalam tingkat position ini adalah adanya pengaruh.
Hal ini akan menjadikannya sebagai seorang diktator. Pemimpin pada
tingkatan ini dapat sukses apabila ia dapat mengetahui dengan tepat
pekerjaanya, mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab,
menguji kewenangannya serta melakukan lebih dari yang diharapkan.
Tanpa hal tersebut ia tidak akan menjadi pemimpin tetapi hanya
sebagai bos atau atasan saja.
24) Permission level
Tingkatan kedua adalah permission level (Maxwell) permission
leader (Sim) atau leadership from respect (Poolice). Pada tingkatan
position leader, pemimpin melakukan tugasnya berdasarkan
kewenangan (right). Dalam permission leader, pemimpin tidak hanya
menggunakan right saja, tetapi juga berdasarkan hubungan yang baik
(relationship). Dapat terjadi pemimpin pada entry level memimpin
karena kedudukan dan jabatanya, tetapi semua orang dapat menerima
dan bahkan memang mengharapkan sebagai pimpinan. Akibat
keinginan dari orang yang dipimpinnya ini maka terjalinlah hubungan
kerja yang sinergis. Para pengikut tersebut sangat bahagia dalam
melakukan pekerjaannya. Mereka mengikuti pimpinan bukan lagi
karena keharusan, melainkan sudah berdasarkan keinginan (want to).
Mereka mengizinkan pemimpin untuk memimpin mereka. Oleh karena
itu, seluruh waktu, energi, dan semua sumber daya dikerahkan untuk
mengimbangi keinginan dan semangat para pengikut. Kepemimpinan
level kedua ini dimulai dengan hati bukan dengan pemikiran. Para
pengikut tidak peduli seberapa banyak yang pemimpin ketahui sampai

18
mereka tahu seberapa besar kepedulian pemimpin. Dengan kata lain
para pengikut hanya ingin tahu bahwa pemimpin peduli, sebelum
mereka peduli apa yang pemimpin ketahui.
Pemimpin dengan tingkatan kedua ini akan memimpin
pengikutnya dengan saling berhubungan antara pemimpin dan
pengikut. Boleh jadi awalnya pemimpin menjadi pemimpin karena
jabatan atau kedudukannya. Seiring berjalannya waktu ia mulai
mempelajari para pengikutnya dan menjalin hubungan dengan baik.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan profesional. Agar seorang
pemimpin level kedua ini berhasil, pemimpin harus memfokuskan
perhatiannya pada para pengikut. Sangat efektif mempelajari dan
melihat kehidupan pengikut melalui mata mereka. Pemimpin juga
harus mampu menangani orang yang susah diatur serta menetapkan
rencana karier para pengikutnya agar hidupnya lebih baik lagi.
Kemampuan hubungan profesional inilah kunci kesuksesan pemimpin
pada tingkat kedua ini
25) Production level
Production level (Maxwell), production leader (Sim), dan
leadership from result (Pollice). Dalam level ini people follow you
because of what you have done for the organization. Mereka melihat
kualitas dan kuantitas hasil kerja pemimpin. Mereka kagum atas
prestasi pemimpinnya sehingga mereka mengikuti perintah dan
kebijakan pemimpin. Mereka ingin bergabung dengan keberhasilan
dan prestasi pemimpinnya. Level ini menyenangkan bagi pemimpin
karena segalanya dapat menghasilkan yang baik. Keuntungan atau
kinerja yang meningkat, pembangkangan pengikut sangat rendah,
bahkan para pengikut bermoral bagus serta semua masalah dengan
mudah diselesaikan. Agar lebih efektif di level ini, seorang pemimpin
dapat berinisiatif dan menerima tanggung jawab yang tumbuh dengan
dibangunnya tujuan organisasi. Mulailah dengan diri sendiri dan
akhirilah dengan para pengikut.
26) People development

19
People development leader (Sim) dan people development
(Maxwell). Pemimpin semakin menunjukkan peningkatan kemampuan
dirinya. Dalam level yang ketiga, hasil kerja yang bagus dari
pemimpin menarik minat para pengikutnya untuk melakukan hal yang
sama dan berhasil bersama-sama. Setelah kondisi ini terwujud,
pemimpin yang telah naik level mampu menularkan kehebatan,
kelebihan, kemampuan dan seluruh energi positifnya kepada orang
yang dipimpinnya. Dalam keseharian kita sering menemui pemimpin
yang hebat, produktif dan sangat berkualitas. Kehebatannya
dikabarkan ke seluruh dunia baik oleh dirinya sendiri maupun oleh
pengikutnya. Kehebatan itu tidak ada artinya apa-apa kalau hanya
dapat dimiliki sendiri dan tidak optimal bagi organisasi. Cerita dan
propaganda tentang hebatnya “saya” sang pemimpin adalah sia-sia
ketika tidak berdampak pada organisasi. Seharusnya kehebatan
pemimpin ini akan bergulir seperti bola salju yang semakin membesar
apabila ditularkan kepada orang lain. Hal inilah yang dimaksud dengan
kata development oleh ketiga pakar tersebut di atas. Seorang pemimpin
hebat bukan hanya karena kekuasaannya saja, melainkan hebat karena
kemampuannya untuk memberikan kekuatan kepada orang lain agar
menjadi hebat juga. Orang akan loyal kepada pemimpinnya karena
melihat pertumbuhan pribadinya seiring dengan kesempatan yang
tersedia dalam organisasi. Agar dapat efektif dalam level ini,
pemimpin harus memberikan prioritas pada upaya pengembangan
sumber daya manusia. Sadari bahwa pengikut kita merupakan sumber
daya yang sangat bernilai untuk dapat mendukung tujuan organisasi
dengan kompetensinya yang tinggi.
27) Mentorship (pollice)
Mentorship (pollice), personhood leader (sim) atau pinnacle level
(maxwell). Menurut penelitian terpisah dari john mayberry, darek
nowakowski, dan clare proctor, tidak lebih dari 5 persen pemimpin
mampu mencapai tingkatan kelima ini. Bahkan menurut maxwell,
biasanya orang yang berada pada tingkatan ini adalah para negarawan

20
atau para konsultan. Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yang
dapat dicapai oleh seorang pemimpin. Pada level ini, pengikut bersedia
taat karena mereka memiliki respect terhadap pimpinan. Pimpinan
pada level ini disebut juga pemimpin sejati yang memiliki kemampuan
menyeluruh dan komplit. Kemampuan itu tidak hanya terbatas
kemampuan personal yang bersifat teknis maupun profesional,
melainkan juga termasuk kemampuan komunikasi dan interpersonal.
Tidak ada sikap yang lebih tinggi dari para pengikut kecuali sikap
hormat. Tingkatan ini dapat dicapai secara otomatis jika seorang
pemimpin melakukan hal pada level pertama sampai dengan keempat
dengan sangat bagus dan sepanjang waktu. Orang akan sangat
kehilangan ketika pemimpin pada level ini meninggalkan organisasi
atau meninggal dunia. Pemimpin ini meninggalkan indelible mark bagi
organisasi dan seluruh pegawai yang dipimpinnya.

M. Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen


Pengertian kepemimpinan dan manajemen sering dipandang sebagai hal
yang sama, identik ataupun dipakai silih berganti meski sebenarnya terdapat
perbedaan diantara keduanya. Sebagai misalnya manejer suatu perusahaan juga
sering disebut sebagai pimpinan perusahaan, sebaiknya pimpinan suatu Dinas atau
lembaga pemerintahan juga sering disebut sebagai manejer.
Kepemimpinan dan manajemen seringkali dirumuskan dalam posisi yang
sama, lebih luas satu terhdap lainnya. Miftah Toha menyatakan bahwa manajemen
dan kepemimpinan tersebut berbeda. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai
pengertian agak luas disbanding dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis
pemikiran khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan
organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap
saat dan dimanapun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai
tujuan seseorang atau tujuan kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi asalkan
seseorang menunjukkan kemampuan mempengaruhi perilaku orang-orang lain

21
kea rah tercapai suatu tujuan tertentu. Pandangan lain menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi-fungsi
manajemen sebagai sekelompok pengetahuan sendiri.
Manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pejabat
pimpinan (manajer) untuk mengarahkan, menggerakkan, dan mengerahkan
sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisian.
Rangkaian kegiatan tersebut menimbulkan fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut : planning, organizing, actuating & controlling. Fungsi actuating itulah
yang didalamnya mengandung leadership, yang kemudian merasuk kedalam
fungsi-fungsi lainnya, sehingga tujuan-tujuan oraganisasi dapat dicapai.

N. Pengertian Manajemen Pelayanan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secarasistematis mulai dari
pengkajian, analisis data didagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2015).
Proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu
dan anak,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

O. Kepemimpinan Dalam Pengaturan Klinis


Kepemimpinan merupakan seni untuk meminta seseorang melakukan
sesuatu yang anda yakini sebaiknya dikerjakan. Kepemimpinan dalam bahasa
inggris adalah “leadership” yang berasal dari kat “lead” yang berarti “pergi”.
Pemimpin secara umum memiliki gambaran kemana akan “pergi”-suatu arah

22
dimana seseorang dipengaruhi untuk mengikuti. Pemimpin merupakan orang
yang memeperlihatkan cara dan mendapatkan ”gambaran jelas” tentang sesuatu.
Menejemen berkaitan erat dengan kepemimpinan. Asal kata manajemen
diambil dari kata “manajer” mengambil kendali kerja sehari-hari” untuk mencapai
hasil yang di inginkan. Organisasi yang sukses membutuhkan kepemimpinan dan
manajemen. Seorang penulis telah membuat konsep tentang kedua fungsi dengan
menyatakan bahwa” manajemen mendorong ketepatan dan menaikki tangga
kesuksesan, kepemimpinan menentukan apakah tangga yang dinaikki bersandar
pada dinding yang kokoh”.
Lingkungan asuhan kebidanan sekarang membutuhkan bidan yang
mengatur tujuan klinis klien juga melakukan peran kepemimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh, perawat memainkan peran “berputar
berlawanan arah” dalam mendapatkan cara untuk mengatur pelayanan klinis
untuk menurunkan biaya. Gerakan kedepan pemberdayaan staf dalam beberapa
tahun terakhir memampukan bidan dalam berbagai tempat kerja untuk
melaksanakan tanggung jawabnya yang pada awalnya ditujukan pada manajer.
Staf dan ketenagaan menetapkan standar asuhan, mementukan jadual dan
ketenagaan dan memantau kualitas hasil perawatan. Lingkungan pelayanan
kesehatan dimasa yang akan datang cenderung melanjutkan tren ini dengan
jumlah manajer lebih sedikit, lebih mengacu pada pengaturan tim secara mandiri
lintas department dan manajer kasus yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap pemanfaatan sarana yang ada. Hal ini membuat pengembangan
keterampilan kepemimpinan dan manajemen sama pentingnya untuk
mengembangkan keterampilan klinis, ketrampilan ini dikembangkan dengan cara
yang sama dengan ketrampilan klinis melalui teori, penerapan, dan praktik.

P. Level kepemimpinan dalam Kebidanan


Menurut Kron dan Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut :
28) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
teknik kepemimpinan

23
29) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
30) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim
31) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan terhadap sekelompok pasien. Bidan ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu
dalam satu group kecil yang saling membantu.

Bagan Model Pelayanan Kebidanan TIM


Keterangan :
: Garis komando
------ : Garis koordinasi

Q. Proses Terbentuknya Leadership


Leadership merupakan sebuah proses dimana seorang pemimpin (leader),
mempengaruhi pengikutnya (follower) tanpa menggunakan cara paksaan untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang
harus dapat mempengaruhi seluruh pengikut yang dipimpinnya melalui cara-cara
yang positif untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana kepemimpinan
transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk mengubah dan
24
mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang
didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan
terhadap para bawahan (Lamonica, 2018).

Leader Follower Goal

R. Leadership Dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan
mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan masyarakat, serta membantu
menghasilkan generasi bangsa yang cerdas. Pelayanan yang demikian karena
pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak masa sebelum konsepsi,
masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Pelayanan kebidanan
yang berkualitas akan memberi hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan
maupun provider dan pelayanan yang bermutu.
Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan seorang pemimpin
yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan yang diberikan oleh
organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada mutu
(Fatmanadia, 2012).
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam
organisasi dan manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi
dan kesehatan masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149
pasal 8).
1. Peran Bidan sebagai Leadership
Bidan sebagai seorang pemimpin harus mampu :
a) Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi
kebijakan kesehatan.
b) Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik
kebidanan di masyarakat.

25
c) Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta
mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
d) Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif,
dengan perspektif luas dan kritis.
e) Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan
pembaharuan praktik kebidanan.
Dalam pelayanan kebidanan banyak harapan yang difokuskan oleh orang
yang berbeda dan bekerja sama dalam pelayanan kebidanan dan kepada bidan itu
sendiri. Klien atau pasien menginginkan bidan dapat memberi pelayanan yang
berkualitas. Selain keterampilan dan pengetahuan diperlukan kematangan pribadi
bidan dalam memberi pelayanan karena bidan juga menjadi tokoh masyarakat dan
panutan bagi kaum wanita. Bidan harus menjalankan tugas dengan tanggung
jawab moral karena pelayanan yang diberikan menyangkut kehidupan ibu dan
anak, pencapaian kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga, serta menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Untuk itu bidan perlu memperhatikan poin–poin berikut
ini untuk mengembangkan kematangan dirinya (Fatmanadia, 2012):
a) Teliti
b) Bertanggu jawab
c) Jujur
d) Disiplin tinggi
e) Hubungan manusia yang efektif
f) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
g) Memahami standar profesi kebidanan
h) Mengerti asas dan tujuan penyelenggaraan praktek kebidanan
i) Bekerja berdasarkan ketentuan dan landasan hukum pelayanan
kebidanan.
2. Keterampilan Bidan sebagai Leadership
Adapun keterampilan bidan sebagai leadership adalah sebagai berikut:
a) Mengenali keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dan menolak
setiap tugas atau tanggung jawab diluar wewenang dan tanggung
jawab bidan.

26
b) Menerima tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik
kebidanan.
c) Menggunakan kemampuan untuk berfikir secara proaktif,
perspektif luas dan kritikal dalam konteks penyelesaian masalah.
3. Penerapan Ilmu Kepemimpinan Bagi Bidan
Banyak teori maupun konsep yang dibahas oleh para pakar atau ahli
mengenai pemimpin atau kepemimpinan. Serta banyak teori-teori tentang
kepemimpinan modern yang ditawarkan untuk diterapkan agar berhasil dan
sukses dalam memimpin, terutama dalam menciptakan praktek bidan yang sukses.
Namun keberhasilannya dalam memimpin belum baik. Terbukti banyak bidan di
Indonesia yang belum bisa menjadi bidan yang sukses, karena konsep
kepemimpinan yang diterapkan tidak cocok atau ada konsep yang lebih baik,
berikut ini adalah beberapa hal yang harus diterapkan agar menjadi bidan yang
sukses (Fatmanadia, 2012):
a) Memiliki karakter yang kuat
Pemimpin yang sukses memiliki karakter yang kuat. Selalu berani
mengambil tantangan, dan yakin bahwa resiko yang diambilnya akan
memberikan keuntungan bagi orang lain.
b) Sigap dan selalu fokus
Bidan yang sukses akan cepat bertindak dalam segala hal, baik dalam
kondisi mendesak maupun kondisi normal, seorang pemimpin harus
bisa mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.
c) Rendah hati
Menumbuhkan sikap rendah hati agar orang lain bisa menyenangi
sikap kita, jika menjadi pemimpin, dan mempunyai bawahan maka
meluangkan waktu untuk dapat mengontrol pekerjaan bawahan.

27
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDNAN
DI RUANG PONEK

A. KETUA TIM
Ketua tim adalah seorang bidan yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga kebidanan dalam melaksanakan pelayanan. Secara
keseluruhan, ketua tim memiliki lima tugas dan tanggung jawab yaitu
membuat perencanaan, membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi,
mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien, mengembangkan kemampuan anggota, serta
menyelenggarakan konferensi (Nursalam, 2014).

Bagan Model Pelayanan Kebidanan


Tanggung jawab ketua tim :
 Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang
tepat.
 Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan
berkesinambungan. Dapat dilakukan serah terima tugas.

28
 Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu,
membimbing anggota tim untuk mencatat tindak kepemimpinan
yang telah dilakukan.
 Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap
tindakan keperawatan tercatat.
 Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau
laporan anggota tim
Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat inap
mempunyai wewenang sebagai berikut :
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Karu.
2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.
Uraian Tugas
1) Melaksanakan dan memelihara kebersihan ruangan dan
lingkungannya.
2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
3) Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, menyusun rencana
keperawatan serta melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi
kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya.
4) Memelihara paralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
5) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
berkolaborasi dengan fisio terapi/dokter.
6) Melakukan tindakan Emergency kepada pasien sesuai PROTAP
yang berlaku selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah
dilakukan kepada dokter jaga/dokter yang merawat.
7) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi.
8) Berperan serta dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan
Mutu Asuhan Kebidanan.
9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai daftar dinas yang dibuat oleh Karu.

29
10) Mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Karu.
11) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang
keperawatan melalui pertemuan ilmiah.
12) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan
Keperawatan yang tepat dan benar sesuai SAK.
13) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti
secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian atau operan
dinas.
14) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai keadaan dan kebutuhan sebatas
kewenangannya.
15) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi :
- Surat keterangan istirahat bila diperlukan
- Resep obat untuk di rumah
- Petunjuk diet dengan berkoordinasi dengan staf gizi, Dll.

B. Laporan Ketua Tim


Dari hasil analisis didapatkan gaya kepemimpinan ketua Tim
menunjukkan ciri kepemimpinan dengan tinggi tugas dan tinggi hubungan
serta komunikasi dua arah yang baik antara ketua tim dengan bidan
pelaksana. 3 yang baik antara kepala ruang dengan perawat pelaksana.
Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
cukup besar dan juga bawahan diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan dan menampung keluhan.
Ketua tim memberikan wewenang dan tindakan pengambilan
keputusan secara musyawarah bersama jika ada masalah langsung
berdiskusi adanya feedback. Bidan pelaksana diberi kesempatan untuk
menyampaikan saran dan pertimbangan serta keberhasilan organisasi
menjadi tanggung jawab bersama, disamping itu dengan gaya
kepemimpinan demokratis kepala ruangan merangsang bawahannya
berpartisipasi dalam keputusan yang akan dibuat.

30
Gaya kepemimipinan ketua tim ini adalah Kepemimpinan
Partisipatif. Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam
kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja
sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan.
Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan.
Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan
dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin dengan gaya partisipatif
akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan
demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima
tanggung jawab yang lebih besar.

C. Management RuanganAnak
1. Perencanaan
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana
strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan,
peluang yang nyata, dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu dalam upaya
melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan kegiatan
usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian perencanaan
dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi. Kerangka
perencanaan terdiri dari:
g. Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
h. Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
i. Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
j. Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
k. Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
l. Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi:
m. Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang

31
terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi
yang ada
n. Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan
masalah)
o. Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah
tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu
perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target,
risiko, dan ketidakpastian jelas
p. Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa
lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan
sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang
disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu
dan sekarang.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk
mencapai tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga kebidanan,
menentukan cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical
maupun horiantal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga bidan diruang menggunakan
pendekatan system penugasan tim primer kebidanan. Pengorganisasian
secara vertical, terdapat kepala ruangan, ketua tim, dan
bidanpelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah
pasien. Pengorganisasian di ruang meliputi struktur organisasi, daftar
dinas ruangan, daftar pasien
d. Struktur Organisasi

32
Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2010). Dalam hal ini, struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.
Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Sedangkan system penugasan yang digunakan adalah tim, dimana
ruangan dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi ketua tim.
Ketua tim membawahi beberapa bidan pelaksana yang
memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien. Struktur organisasi dapat digambarkan dalam
suatu bagan.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang terdiri
dari :
13) Kepala ruangan membagi bidanyang ada menjadi 2 tim dan
tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim
yang terpilih melalui suatu uji.
14) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur
jadwal dinas.
15) Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim.
16) Jika suatu ketika satu tim kekurangan bidan pelaksana
karena kondisi tertentu, kepala ruangan dapat
memindahkan bidan pelaksana dari tim lain ke tim yang
kekurangan.
17) Kepala ruangan berhak merubah anggota tim jika
dipandang perlu dalam waktu yang ditentukan.
18) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift.
19) Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim,
sedangkan jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan
oleh anggota tim (bidan pelaksana) yang paling kompeten
di antara anggota tim.
20) Ketua tim menetapkan bidan pelaksana untuk masing-
masing pasien.

33
21) Ketua tim mengendalikan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun
oleh bidan pelaksana anggota timnya.
22) Kolaborasi denga tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh
ketua tim.
23) Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.
24) Bidan pelaksana melaksanakan asuhan kebidanan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Daftar Dinas Ruangan
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, bidan yang
bertugas, dan penanggung jawab shift. Daftar dinas disusun
berdasarkan tim dan dibuat dalam waktu yang telah disepakati.
Pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh ketua tim. Setiap tim
memiliki anggota yang shift pagi, sore, malam dan yang lepas dari
dinas malam serta yang libur
f. Daftar Pasien
Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat ketua tim, nama bidanpelaksana yang bertanggung jawab
kepada pasien, dan alokasi bidan saat menjalankan dinas di tiap
shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien memiliki
bidan yang bertanggung jawab secara total selama dirawat. Pada
setiap shift dinas ada bidan yang bertanggung jawab terhadap
pasien secara total selama shift tersebut. Daftar pasien
menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga terwujud kebidanan
pasien yang holistic. Daftar pasien diisi oleh ketua tim sebelum
operan. Alokasi pasien terhadap bidan yang dinas pagi, sore dan
malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

34
Dalam pengarahan, jika perlu dilakukan pendelegasian, pekerjaan
diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu dikelola. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer
harus melakukan upaya menciptkan iklim motivasi, mengelola waktu
secara efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang
terbaik, mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan
system pendelegasian dan supervisi. Beberapa bentuk komunikasi di
ruang adalah operan, preconference dan postconference.
a. Pedoman Operan Antar Shift
Operan antar shift adalah komunikasi dan serah terima
pekerjaan antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari shift
malam ke shift pagi dan dari shift pagi ke shift sore dipimpin oleh
kepala ruangan. Sedangkan operan dari shift sore ke shift malam
dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
Waktu kegiatan : Awal pergantian shift ( pukul 07.00, 14.00,
21.00)
Tempat : Kantor Bidan
Penanggung jawab : Kepala ruangan atau Penanggung jawab (Pj)
shift
Kegiatan :
8) Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
9) Pj shift yang memberikan operan, menyampaikan :
o Kondisi pasien, diagnose Kebidanan, tindakan yang sudah
dilakukan, hasil asuhan
o Tindak lanjut untuk shift berikutnya
10) Bidan shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah
disampaikan.
11) Karu memimpin ronde ke kamar pasien
12) Karu merangkum informasi operan dan memberikan saran
tindak lanjut.
13) Karu memimpin do’a bersama dan menutup acara
14) Bersalaman

35
b. Pedoman Preconference
Yaitu komunikasi katim dan bidan pelaksana setelah selesai
operan mengenai rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh katim atau PJ Tim. Jika hanya ada 1 bidan yang
berdinas pada shift tersebut, preconference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap bidan (rencana harian), dan
tambahan dari katim
Waktu kegiatan : Setelah operan
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim
Kegiatan :
7) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam
8) Katim/PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing
perawat pelaksana mengacu pada rencana asuhan keperawatan
yang dibuat oleh katim
9) Perawat pelaksanan menyampaikan rencana kegiatan pasiennya
10) Katim/PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu.
11) Katim/PJ tim memberikan reinforcement (penguatan)
12) Katim/PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat bekerja
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
perawat (kepala ruangan, kepala tim dan bidan pelaksana) sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi bidan. Rencana
harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat
operan dan preconference.
c. Pedoman Postconference
Yaitu komunikasi Katim dan bidan pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan dilakukan sebelum operan kepada
shift berikutnya. Isi postconference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Postconference dipimpin oleh Katim atau Pj Tim.

36
Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/Pj
Kegiatan :
6) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam
7) Katim/PJ tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
8) Katim/PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
9) Katim/PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya
10) Katim/PJ tim menutup acara dengan salam.
4. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalan pengendalian yaitu usaha
sistematis yang bertujuan untuk menetapkan standar prestasi kerja
yang sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk merancang system
umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang sesunggunya
dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada
penyimpangan, dan mengukur signifikansinya serta mengambil
tindakan yang diperlukan guna memastikan bahwa sumber daya
digunakan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Kegiatan pengendalian pada model MPKP antara lain dalam bentuk
pengukuran BOR, ALOS, audit dokumentasi asuhan keperawatan,
survey kepuasan pasien/keluarga, penilaian kinerja.

D. Kajian Ketua Tim Ruang Ponek

No Tindakan yang Diobservasi Tanggal : Hari ke :


Ya Tidak Ya Tidak
1 Anggota tim telah melakukan tindakan √

37
sesuai dengan kelompok lainnya.
2 Anggota tim memberikan asuhan √
kebidanan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya
3 Anggota tim bekerja sama dengan √
sesama anggota tim dan antar tim
4 Anggota tim memberi laporan kepada √
ketua tim
5 Anggota tim melakukan implementasi √
kepada pasien masing-masing

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas ketua Tim tergolong dalam kategori sangat baik
(100%). Ketua Tim dinilai sudah optimal dalam melakukan tindakan
sesuai dengan kelompok lain, memberikan asuhan sesuai dengan tanggung
jawabnya, bekerjasama antar tim, membuat laporan dan melakukan
implementasi asuhan.

No Tindakan yang Diobservasi Tanggal : Hari ke :


Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengadakan pre konfrensi bidan di √
Ruangan
2 Mengadakan post konfrensi bidan √
Diruangan
3 Kepala ruangan terlibat dalam √
konfrensi bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi
4 Ketua tim terlibat dalam konfrensi √
bidan
 Pre konfrensi

38
 Post konfrensi
5 Anggota tim terlibat dalam √
konfrensi bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi operan pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan operan jaga tergolong dalam kategori sangat baik (100
%). Pelaksanaan operan sudah dilakukan diruang Ponek, dalam
pelaksanaannya semua yang berdinas ikut serta dalam melakukan operan
seperti Kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.

39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis kepemimpinan yang telah dilakukan
kepada kepala ruangan Anak, ketua tim dan bidan pelaksana didapatkan
kepala ruangan memiliki gaya kepemimpinan tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan, ketua tim memiliki gaya kepemimpinan partisipatif, dan bidan
pelaksana memiliki gaya kepemimpinan komunikasi dua arah

B. SARAN
a. Bagi Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi
Disarankan bagi kepala ruang, ketua tim dan bidan pelaksana dalam
menerapkan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada di ruangan.
b. Bagi Universitas Fort De Kock
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi mengenai
gaya kepemimpinan bagi perpustakaan Universitas Fort De Kock
dapat menambah bacaan atau teori tentang gaya kepemimpinan
khususnya di bidang kebidanan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Cetakan Kedua.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Fatmanadia. 2012. Kepemimpinan Dan Advokasi Dalam Pelayanan Kebidanan.


Jakarta : Rineka Cipta

Hasibuan. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Aksara.

Lamonica. E. EL. 2018. Nursing Journal : Nursing Leadership and Management


Experience.

Natalia, F. (2011). Analisia kepemimpinan transaksional dan transformasional


untuk meningkatkan kerjasama tim dan kinerja waktu proyek. Tesis, tidak
dipublikasikan. Jakarta: UI.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek


keperawatan Profesional, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Pasolong, Harbani. 2015. Kepemimpinan Birokrasi (cetakan keempat). Bandung:


Alfabeta.

Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta :


Penerbit Salemba Empat.

Simamora. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suarli, S dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis.


Jakarta: Erlangga.

Thoha, Mihtah. 2016. KepemimpinandalamManajemen. Jakarta:PT Rajagrafindo,

Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara. Jakarta

Varney, H. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

41
LAPORAN KASUS KELOLAAN

BIDAN PELAKSANA
DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

TANGGAL 14 JUNI S/D 17 AGUSTUS 2023

Disusun untuk memenuhi


Tugas Praktek Manajemen Kebidanan

OLEH :
NAMA : ARFILA SARI
NIM 2215901102

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022/2023

42
LEMBAR PENGESAHAN

BIDAN PELAKSANA
DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TANGGAL 14 JUNI S/D 17 AGUSTUS 2023

OLEH :

NAMA : ARFILA SARI

NIM : 2215901102

Bukittinggi, Juni 2023


Menyetujui

CI Lapangan CI Akademik

( Ns. Yosefina, S.Kep ) ( Nita Tri Putri, MPH )

i
Kata Pengantar

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semesta alam yang menguasai
seluruh isi langit dan bumi, yang senantiasa mengenggam hati-hati manusia.
Dengan limpahan rahmat, karunia dan petunjuknya, akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi. Salawat dan salam untuk Rasul mulia Muhammad SAW, semoga kita
semua selalu meneladani segala sisi kehidupan beliau. Laporan individu di ruang
Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi ini dibuat sebagai salah satu
tugas pada Program Studi Profesi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Fort
De Kock.
Laporan ini dibuat tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran serta dorongan
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada CI Lapangan dan CI Akademik serta bidan dan
perawat ruangan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi yang
telah memberi bimbingan selama mengikuti praktek Siklus Manajemen
Kebidanan yang berperan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan individu di Ruang Anak Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittinggi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan
hati terbuka penulis menerima saran atau kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap laporan ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri.

Bukittinggi, Juni 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepemimpinan merupakan suatu sumber daya sosial utama dan sangat


penting.Setiap organisasi memiliki gaya kepemimipinan dan fungsi kinerja yang
berbeda-beda yang tercermin dalam mutu pelayanan.Salah satunya adalah
organisasi bidang pelayanan medis yaitu rumah sakit.Rumah sakit merupakan
sebuah organisasi yang besar, untuk menjalankan kepemimpinan di organisasi
yang besar diperlukan pemikiran dan tindakan yang besar pula serta kebijakan dan
keputusan yang matang, bukanlah perkara mudah menjalankan hal tersebut. Di
perlukan keterampilan dan kemampuan yang luar biasa dan teori – teori serta
metode dalam melaksanakan kepemimpinan yang baik dari organisasi tersebut.
Kebutuhan kepemimpinan saat ini jauh lebih besar daripada masa lalu, karena
organisasi saat ini sangat rumit dan menghadapi berbagai tantangan yang sangat
kuat baik dari tekanan internal maupun eksternal organisasi.
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan melibatkan berbagai
kelompok profesi dengan berbagai latar pendidikan. Banyak orang mengira bahwa
kepemimpinan di rumah sakit hanya bisa terpusat pada direktur rumah sakit.
Padahal sebenarnya kepemimpinan harus ada disetiap orang yang memimpin unit
baik pada jalur struktural maupun jalur fungsional, atau disetiap lini di rumah
sakit. Salah satunyaadalahkepalaruangan, kepala ruang merupakan pimpinan
langsung dari perawat pelaksana yang berhubungan langsung dengan proses
penanganan pasien di ruang rawat dan memiliki peran yang kritis dalam
mendukung budaya keselamatan pasien dengan kepemimpinan efektif untuk
menciptakan lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien.Pemimpin yang
efektif sanggup mempengaruhi paraanggotanya untuk mempunyai optimisme
yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada tujuan dan misi yang
telahditetapkan. Hal inimembawapengaruhbesar bahwa setiap pemimpin
berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalam membina,
menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi anggota di lingkungan kerjanya

1
agar dapat mewujudkan stabilitas dan peningkatan produktivitas yang berorientasi
pada tujuan yang ada.
Pemimpin yang handal tentunya dapat melakukan pantauan langsung serta
mengarahkan dan memberikan masukan positif bagi anggotanya, hal ini akan
memunculkan minat pegawai untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan hasil
kinerja yang maksimal. Beberapa penelitian mengatakan bahwa kepemimpinan
memberi pengaruh terhadap kinerjaanggotanya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Didimus, Indar, dan Hamzah (2013) didapatkan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kinerja perawat adalah kepemimpinan yang ada diruangan
tersebut. Penelitian Natalia (2010) memaparkan bahwa model kepemimpinan
mempengaruhi kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kieu (2010) menemukan
bahwa kepemimpinan adalah salah satu kontributor paling signifikan untuk
kinerja organisasi. Kinerja adalah kualitas hasil karya personil baik kualitas
maupun kuantitas dalam suatu organisasi.Penampilan hasil kerja tidak terbatas
kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personil dalam lingkungan tersebut. Sehingga penulis
merasa tertarik untuk mengetahui gaya kepemimpinan di RSUD Lubuk Sikaping
Kabupaten Pasaman.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dibuat rumusan
masalah “Manajemen Kepemimpinan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi”

C. TUJUAN PRAKTIK
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana Manajemen
Kepemimpinan di Ruang Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi”

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEBIDANAN

A. Pengertian Pemimpin
Dalam kehidupan atau suatu kelompok yang melakukan aktivitas
kerjasama untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efesien, maka aktivitas
kerjasama tersebut perlu ditata atau diatur. Seseorang yang mampu mengatur
semua kegiatan kerja kelompok tersebut disebut pemimpin. Keberhasilan atau
bahkan kegagalan organisasi, sebagian besar ditentukan oleh pemimpin.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari baik lansung maupun tidak lansung
dapat mengalami kepemimpinan seseorang dalam berbagai bentuk. Misal dalam
kehidupan di masyarakat seseorang mengalami kepemimpinan RT, RW, Lurah,
Camat dan sebagainya. Dalam kehidupan kerja seseorang mengenal
kepemimpinan Kasubag, Kabag, Direktur dan sebagainya. Bahkan tidak jarang
dalam praktik seseorang berada dalam dua posisi yaitu sebagai pihak yang di
pimpin dan juga bertindak sebagai pemimpin.
Pengertian pemimpin (leader) bersal dari kata dalam bahasa inggris a
leader yang persamaan katanya a guide a conductor a commander. Dari kata
tersebut maka pengertian pemimpin dapat diartikan seorang yang karena
kecakapan pribadinya dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk
mengerahkan upaya bersama kea rah pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Pengertian pemimpin juga dapat dijelaskan melalui beberapa fungsi yang harus
dilakukan pemimpin dalam memberikan pimpinan terhadap pengikut atau
bawahannya yakni seseorang yang mempunyai fungsi dalam suatu kelompok
untuk melakukan aktivitas menata, mengatur, mengarahkan, mengawasi,
menggerakkan, memotivasi orang-orang yang melakukan aktivioitas kerjasama
untuk mencapai suatu tujuan.

3
B. Jenis-jenis Pemimpin
Ada macam-macam jenis pemimpin, dan didalam kehidupan masyarakat
dikenal antara lain adanya pemimpin formal, pemimpin informal. Berdasarkan
bidang keahliannya dapat dibedakan pemimpin keagamaan, ekonomi,
kebudayaan, pendidikan, politik dan lain-lain.
Pemimpin formal adalah seseoarang yang ditunjuk oleh lembaga
bedasarkan keputusan resmi sebagai pemimpin, untuk memangku jabatan dalam
struktur organisasi dengan segala hak dan kewajibannya dalam suatu usaha
mencapai tujuan organisasi. Pemimpin informal adalah seseorang yang ditunjuk
sebagai pemimpin dalam sustu komunitas social tertentu yang tidak berdasarkan
suatu keputusan formal, namun mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku
kelompok atau masyarakat.

C. Pemimpin yang efektif


Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
1. Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 6 komponen :
a. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi
kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan
dan dalam bidang profesinya.
b. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami
kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
c. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
e. Mengambil tindakan
2. Hellander (1974)
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang
yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif
kegiatan.

4
3. Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin,
yaitu :
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem
manusia (hubungan antar manusia).
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan
bawahan.
c. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
d. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang
memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
4. Gibson (Lancaster dan Lancaster,1982)
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan
:
a. Kewaspadaan diri (self awarness)
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang
pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin
merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya.
b. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok
meliputi : norma, nilai-nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan,
ekspresi dan keakraban kelompok.
c. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting
karena setiap individu unik dan masing-masing mempunyai kontribusi
yang berbeda.

D. Tujuan Leadership
Adapun tujuan leadership adalah sebagai berikut (Usman, 2011) :
1) Sarana untuk mencapai tujuan
Kepemimpinan adalah sarana penting untuk mencapai tujuan.
Dengan memperhatikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan
5
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, maka kita bisa
mengetahui jiwa kepemimpinan dari seseorang.

2) Memotivasi orang lain


Tujuan kepemimpinan yang lain adalah untuk membantu orang
lain menjadi termotivasi, mempertahankan serta meningkatkan
motivasi di dalam diri mereka. Dengan kata lain, pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang bisa memotivasi pengikut atau
bawahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

E. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Pasolong (2015) Kepemimpinan adalah (cara atau teknik = gaya)
yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya
dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan (leadership) telah didefenisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Stoner merumuskan
kepemimpinan menejerial sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya. Kepemimpinan dalam menajemen adalah sub fungsi ke
dua dari actuating. Dengan demikian kepemimpinan pada umumnya adalah apa
yang harus dipunyai, dijalankan atau dipergunakan oleh setiap orang yang
berkedudukan sebagai pemimpin.

F. Pimpinan dan kepemimpinan


Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses
atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Pimpinan tingkat pertama (Lower Manager)
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para
pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan
langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi
peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
2. Pimpinan tingkat menengah (Middle Manager)

6
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower
Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi
timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager , yakni pimpinan
puncak (di atas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan
memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya.
Konseptual skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep-
konsep, identifikasi, dan penggambaran hal - hal yang abstrak.
Sedangkan techmnical skill adalah keterampilan dalam melakukan
pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan
ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama manusia
lain.
3. Pimpinan puncak (Top Manager)
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan
organisasi tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan
administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill
yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Tugas-tugas pimpinan :
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir
konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat

G. Peranan pemimpin
1. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu
kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial,
mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan
mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan
kerja di luar kelompok.
2. Sebagai inovator atau pembaharu

7
3. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di
lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar
kepada bawahan dan mewakilikelompok sebagai pembicara.
4. Menghimpun kekuatan
5. Merangsang perdebatan masyarakat
6. Membuat kedudukan perawat di media massa
7. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat
yang tepat
8. Mempertahankan kegiatan
9. Memelihara formaf desentralisasi organisasi
10. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik
11. Mempelajari pengalaman
12. Jangan menyerah tanpa mencoba

H. Gaya Kepemimpinan
1) Kepemimpinan Otokratis
Yaitu gaya kepemimpinan otoritarian dapat pula disebut tukang
cerita. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa
yang mereka inginkan dan cenderung m

engekspresikan kebutuhan- kebutuhan tersebut dalam bentuk


perintah-perintah langsung kepada bawahan.

2) Kepemimpinan Demokratik
Yaitu gaya kepemimpinan yang dikenal pula sebagai gaya
partisipatif. Gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang ambil
bagian pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan lebih
memungkinkan akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada
sasaran dan tujuan organisasi. Pendekatan tidak berarti para pemimpin
tidak membuat keputusan, tetapi justru seharusnya memahami terlebih
dahulu apakah yang menjadi sasaran organisasi sehingga mereka dapat
mempergunakan pengetahuan para anggotanya, Sudriamunawar dalam
Pasolong (2015).

8
3) Kepemimpinan Laissez Faire
Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini bukan
berarti tidak adan yang sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa
suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-
teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka
mencapai sasaran–sasaran dan kebijakan organisasi.

4) Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin
mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan dengan agak lengkap.
Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan
kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan
pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan
dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan.
Dalam hal ini bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjan
(kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan). Kematangan
pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis
dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang
erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.

5) Kepemimpinan Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya
dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan
bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar
pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan
layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk,
memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan
bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi
kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan
dalam kehidupan organisasi.

I. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :

9
1. Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini
adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang
pemimpin dilahirkan, artinya bakat - bakat tertentu yang diperlukan
seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.
2. Teori situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (Situasional
Theory). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang
sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi
pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang
menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin.
3. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan
sehari - hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil
dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang
baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang
menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat -
bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.

J. Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen


Pengertian kepemimpinan dan manajemen sering dipandang sebagai hal
yang sama, identik ataupun dipakai silih berganti meski sebenarnya terdapat
perbedaan diantara keduanya. Sebagai misalnya manejer suatu perusahaan juga
sering disebut sebagai pimpinan perusahaan, sebaiknya pimpinan suatu Dinas atau
lembaga pemerintahan juga sering disebut sebagai manejer.
Kepemimpinan dan manajemen seringkali dirumuskan dalam posisi yang
sama, lebih luas satu terhdap lainnya. Miftah Toha menyatakan bahwa manajemen
dan kepemimpinan tersebut berbeda. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai
pengertian agak luas disbanding dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis
10
pemikiran khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan
organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap
saat dan dimanapun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai
tujuan seseorang atau tujuan kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi asalkan
seseorang menunjukkan kemampuan mempengaruhi perilaku orang-orang lain
kea rah tercapai suatu tujuan tertentu. Pandangan lain menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi-fungsi
manajemen sebagai sekelompok pengetahuan sendiri.
Manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pejabat
pimpinan (manajer) untuk mengarahkan, menggerakkan, dan mengerahkan
sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisian.
Rangkaian kegiatan tersebut menimbulkan fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut : planning, organizing, actuating & controlling. Fungsi actuating itulah
yang didalamnya mengandung leadership, yang kemudian merasuk kedalam
fungsi-fungsi lainnya, sehingga tujuan-tujuan oraganisasi dapat dicapai.

K. Pengertian Manajemen Pelayanan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yangdigunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secarasistematis mulai dari
pengkajian, analisis data didagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2015).

11
Proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu
dan anak,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

L. Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan
mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu
menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada
perempuan sejak masa sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan balita. Tentu saja pelayanan kebidanan yang berkualitas akan
member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan maupunprovider dan
pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan
seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus
berorientasi pada mutu.
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam
organisasi & manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi
dan kesehatan masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149
pasal 8). Bidan sebagai seorang pemimpin harus :
a. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi
kebijakan kesehatan.
b. Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik
kebidanan di masyarakat.
c. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta
mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan
perspektif luas dan kritis.
e. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan
pembaharuan praktik kebidanan.

12
Tugas pokok kepemimpinan :
1) Menyatupadukan orang yang berbeda motivasinya dengan motivasi
yang sama.
2) Mengusahakan satu kelompok dinamis secara sadar.
3) Menciptakan lingkungan kerja baik dan penuh integritas
4) Memberi inspirasi dan mendorong anggotanya untuk bekerja seefektif
mungkin.
5) Menumbuhkan kesadaran lingkungan yang senantiasa mengalami
perubahan (dinamis).

M. Pendekatan kepemimpinan
Secara umum, kita mengenal 3 pendekatan, yaitu kepemimpinan untuk
memimpin suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits
theory), pendekata berdasarkan perilaku kepemimpinan (behavior theory), dan
pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory).
4) Berdasarkan sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat
dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan sifat – sifat dari mereka yang menjadi pemimpin
dan mereka yang bukan pemimpin.
b. Membandingkan sifat – sifat dari pemimpin yang efektif dan
pemimpin yang tidak efektif.
Sifat – sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara
lain :
 Selalu antusias
 Mengenal dirinya sendiri
 Waspada
 Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
 Merasa bertanggung jawab
 Mempunyai rasa humor
5) Berdasarkan perilaku

13
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di
bawah ini :
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif.
b. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan cara –
cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan
mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif,
motivasi bawahannya, dan melaksanakan control.
6) Berdasarkan situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi.
Terdapat 3 variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektif, yaitu :
a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang
Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai
berikut :
 Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
 Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
 Menaati peraturan
 Disiplin
 Mendengarkan informasi dari bawahan
 Tanggap terhadap situasi
 Membantu bawahan
 Tanggung jawab dan tugas

N. Kepemimpinan Dalam Pengaturan Klinis


Kepemimpinan merupakan seni untuk meminta seseorang melakukan
sesuatu yang anda yakini sebaiknya dikerjakan. Kepemimpinan dalam bahasa
inggris adalah “leadership” yang berasal dari kat “lead” yang berarti “pergi”.
Pemimpin secara umum memiliki gambaran kemana akan “pergi”-suatu arah

14
dimana seseorang dipengaruhi untuk mengikuti. Pemimpin merupakan orang
yang memeperlihatkan cara dan mendapatkan ”gambaran jelas” tentang sesuatu.
Menejemen berkaitan erat dengan kepemimpinan. Asal kata manajemen
diambil dari kata “manajer” mengambil kendali kerja sehari-hari” untuk mencapai
hasil yang di inginkan. Organisasi yang sukses membutuhkan kepemimpinan dan
manajemen. Seorang penulis telah membuat konsep tentang kedua fungsi dengan
menyatakan bahwa” manajemen mendorong ketepatan dan menaikki tangga
kesuksesan, kepemimpinan menentukan apakah tangga yang dinaikki bersandar
pada dinding yang kokoh”.
Lingkungan asuhan kebidanan sekarang membutuhkan bidan yang
mengatur tujuan klinis klien juga melakukan peran kepemimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh, perawat memainkan peran “berputar
berlawanan arah” dalam mendapatkan cara untuk mengatur pelayanan klinis
untuk menurunkan biaya. Gerakan kedepan pemberdayaan staf dalam beberapa
tahun terakhir memampukan bidan dalam berbagai tempat kerja untuk
melaksanakan tanggung jawabnya yang pada awalnya ditujukan pada manajer.
Staf dan ketenagaan menetapkan standar asuhan, mementukan jadual dan
ketenagaan dan memantau kualitas hasil perawatan. Lingkungan pelayanan
kesehatan dimasa yang akan datang cenderung melanjutkan tren ini dengan
jumlah manajer lebih sedikit, lebih mengacu pada pengaturan tim secara mandiri
lintas department dan manajer kasus yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap pemanfaatan sarana yang ada. Hal ini membuat pengembangan
keterampilan kepemimpinan dan manajemen sama pentingnya untuk
mengembangkan keterampilan klinis, ketrampilan ini dikembangkan dengan cara
yang sama dengan ketrampilan klinis melalui teori, penerapan, dan praktik.

O. Macam-macam level kepemimpinan


Proses kepemimpinan berjalan begitu panjang, rumit dan melibatkan
banyak elemen. Menjadi pemimpin yang efektif bukanlah seperti mendapatkan
keuntungan dalam hari ini, sebagaimana jika kita berinvestasi di pasar modal.
Proses ini bukan terjadi dalam waktu sekejap, melainkan merupakan hasil
pertumbuhan sehari-hari. Kemampuan untuk tumbuh sepanjang waktu dapat

15
ditingkatkan apabila kita memahami lima tingkatan kepemimpinan. Sebagaimana
tersebut diatas, menguraikan lima tingkatan kepemimpinan sebagaimana terlihat
dalam bagan di bawah: Entry level kepemimpinan adalah yang disebut dengan
position level atau Urgyen Rinchen Sim menyebutnya positional level.
1) Position
Leadership from position. Tingkatan ini merupakan tingkatan
terendah atau dasar dari kepemimpinan. Pemimpinan pada tingkatan
ini menduduki posisinya karena jabatan. Keahlian maupun besarnya
usaha tidak dipersyaratkan untuk menduduki level kepemimpinan ini.
Semua orang dapat menjadi pemimpin pada tingkatan ini tanpa usaha
sekalipin dan tanpa kemampuan yang memadai Walaupun pemimpin
ada karena jabatannya, para pengikut seringkali kondisi taat. Mereka
harus taat karena adanya ketentuan yang berlaku. Kemampuan
memimpin para pemimpin tingkatan ini benar-benar didasarkan pada
jabatan saja, tidak ada hubungannya dengan kemampuan lain termasuk
bakat.
Permasalahan dalam tingkat position ini adalah adanya pengaruh.
Hal ini akan menjadikannya sebagai seorang diktator. Pemimpin pada
tingkatan ini dapat sukses apabila ia dapat mengetahui dengan tepat
pekerjaanya, mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab,
menguji kewenangannya serta melakukan lebih dari yang diharapkan.
Tanpa hal tersebut ia tidak akan menjadi pemimpin tetapi hanya
sebagai bos atau atasan saja.
2) Permission level
Tingkatan kedua adalah permission level (Maxwell) permission
leader (Sim) atau leadership from respect (Poolice). Pada tingkatan
position leader, pemimpin melakukan tugasnya berdasarkan
kewenangan (right). Dalam permission leader, pemimpin tidak hanya
menggunakan right saja, tetapi juga berdasarkan hubungan yang baik
(relationship). Dapat terjadi pemimpin pada entry level memimpin
karena kedudukan dan jabatanya, tetapi semua orang dapat menerima
dan bahkan memang mengharapkan sebagai pimpinan. Akibat

16
keinginan dari orang yang dipimpinnya ini maka terjalinlah hubungan
kerja yang sinergis. Para pengikut tersebut sangat bahagia dalam
melakukan pekerjaannya. Mereka mengikuti pimpinan bukan lagi
karena keharusan, melainkan sudah berdasarkan keinginan (want to).
Mereka mengizinkan pemimpin untuk memimpin mereka. Oleh karena
itu, seluruh waktu, energi, dan semua sumber daya dikerahkan untuk
mengimbangi keinginan dan semangat para pengikut. Kepemimpinan
level kedua ini dimulai dengan hati bukan dengan pemikiran. Para
pengikut tidak peduli seberapa banyak yang pemimpin ketahui sampai
mereka tahu seberapa besar kepedulian pemimpin. Dengan kata lain
para pengikut hanya ingin tahu bahwa pemimpin peduli, sebelum
mereka peduli apa yang pemimpin ketahui.
Pemimpin dengan tingkatan kedua ini akan memimpin
pengikutnya dengan saling berhubungan antara pemimpin dan
pengikut. Boleh jadi awalnya pemimpin menjadi pemimpin karena
jabatan atau kedudukannya. Seiring berjalannya waktu ia mulai
mempelajari para pengikutnya dan menjalin hubungan dengan baik.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan profesional. Agar seorang
pemimpin level kedua ini berhasil, pemimpin harus memfokuskan
perhatiannya pada para pengikut. Sangat efektif mempelajari dan
melihat kehidupan pengikut melalui mata mereka. Pemimpin juga
harus mampu menangani orang yang susah diatur serta menetapkan
rencana karier para pengikutnya agar hidupnya lebih baik lagi.
Kemampuan hubungan profesional inilah kunci kesuksesan pemimpin
pada tingkat kedua ini
3) Production level
Production level (Maxwell), production leader (Sim), dan
leadership from result (Pollice). Dalam level ini people follow you
because of what you have done for the organization. Mereka melihat
kualitas dan kuantitas hasil kerja pemimpin. Mereka kagum atas
prestasi pemimpinnya sehingga mereka mengikuti perintah dan
kebijakan pemimpin. Mereka ingin bergabung dengan keberhasilan

17
dan prestasi pemimpinnya. Level ini menyenangkan bagi pemimpin
karena segalanya dapat menghasilkan yang baik. Keuntungan atau
kinerja yang meningkat, pembangkangan pengikut sangat rendah,
bahkan para pengikut bermoral bagus serta semua masalah dengan
mudah diselesaikan. Agar lebih efektif di level ini, seorang pemimpin
dapat berinisiatif dan menerima tanggung jawab yang tumbuh dengan
dibangunnya tujuan organisasi. Mulailah dengan diri sendiri dan
akhirilah dengan para pengikut.
4) People development
People development leader (Sim) dan people development
(Maxwell). Pemimpin semakin menunjukkan peningkatan kemampuan
dirinya. Dalam level yang ketiga, hasil kerja yang bagus dari
pemimpin menarik minat para pengikutnya untuk melakukan hal yang
sama dan berhasil bersama-sama. Setelah kondisi ini terwujud,
pemimpin yang telah naik level mampu menularkan kehebatan,
kelebihan, kemampuan dan seluruh energi positifnya kepada orang
yang dipimpinnya. Dalam keseharian kita sering menemui pemimpin
yang hebat, produktif dan sangat berkualitas. Kehebatannya
dikabarkan ke seluruh dunia baik oleh dirinya sendiri maupun oleh
pengikutnya. Kehebatan itu tidak ada artinya apa-apa kalau hanya
dapat dimiliki sendiri dan tidak optimal bagi organisasi. Cerita dan
propaganda tentang hebatnya “saya” sang pemimpin adalah sia-sia
ketika tidak berdampak pada organisasi. Seharusnya kehebatan
pemimpin ini akan bergulir seperti bola salju yang semakin membesar
apabila ditularkan kepada orang lain. Hal inilah yang dimaksud dengan
kata development oleh ketiga pakar tersebut di atas. Seorang pemimpin
hebat bukan hanya karena kekuasaannya saja, melainkan hebat karena
kemampuannya untuk memberikan kekuatan kepada orang lain agar
menjadi hebat juga. Orang akan loyal kepada pemimpinnya karena
melihat pertumbuhan pribadinya seiring dengan kesempatan yang
tersedia dalam organisasi. Agar dapat efektif dalam level ini,
pemimpin harus memberikan prioritas pada upaya pengembangan

18
sumber daya manusia. Sadari bahwa pengikut kita merupakan sumber
daya yang sangat bernilai untuk dapat mendukung tujuan organisasi
dengan kompetensinya yang tinggi.
5) Mentorship (pollice)
Mentorship (pollice), personhood leader (sim) atau pinnacle level
(maxwell). Menurut penelitian terpisah dari john mayberry, darek
nowakowski, dan clare proctor, tidak lebih dari 5 persen pemimpin
mampu mencapai tingkatan kelima ini. Bahkan menurut maxwell,
biasanya orang yang berada pada tingkatan ini adalah para negarawan
atau para konsultan. Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yang
dapat dicapai oleh seorang pemimpin. Pada level ini, pengikut bersedia
taat karena mereka memiliki respect terhadap pimpinan. Pimpinan
pada level ini disebut juga pemimpin sejati yang memiliki kemampuan
menyeluruh dan komplit. Kemampuan itu tidak hanya terbatas
kemampuan personal yang bersifat teknis maupun profesional,
melainkan juga termasuk kemampuan komunikasi dan interpersonal.
Tidak ada sikap yang lebih tinggi dari para pengikut kecuali sikap
hormat. Tingkatan ini dapat dicapai secara otomatis jika seorang
pemimpin melakukan hal pada level pertama sampai dengan keempat
dengan sangat bagus dan sepanjang waktu. Orang akan sangat
kehilangan ketika pemimpin pada level ini meninggalkan organisasi
atau meninggal dunia. Pemimpin ini meninggalkan indelible mark bagi
organisasi dan seluruh pegawai yang dipimpinnya.

P. Level Kepemimpinan dalam Kebidanan


Menurut Kron dan Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut :
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
teknik kepemimpinan
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim

19
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan terhadap sekelompok pasien. Bidan ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu
dalam satu group kecil yang saling membantu.

Bagan Model Pelayanan Kebidanan TIM


Keterangan :

: Garis komando

------ : Garis koordinasi

Q. Proses Terbentuknya Leadership


Leadership merupakan sebuah proses dimana seorang pemimpin (leader),
mempengaruhi pengikutnya (follower) tanpa menggunakan cara paksaan untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang
harus dapat mempengaruhi seluruh pengikut yang dipimpinnya melalui cara-cara
yang positif untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana kepemimpinan
transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk mengubah dan
mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang

20
didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan
terhadap para bawahan (Lamonica, 2018).

Leader Follower Goal

R. Leadership Dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan
mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan masyarakat, serta membantu
menghasilkan generasi bangsa yang cerdas. Pelayanan yang demikian karena
pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak masa sebelum konsepsi,
masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Pelayanan kebidanan
yang berkualitas akan memberi hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan
maupun provider dan pelayanan yang bermutu.
Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan seorang pemimpin
yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan yang diberikan oleh
organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada mutu
(Fatmanadia, 2012).
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam
organisasi dan manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi
dan kesehatan masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149
pasal 8).
1. Peran Bidan sebagai Leadership
Bidan sebagai seorang pemimpin harus mampu :
a) Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi
kebijakan kesehatan.

b) Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik


kebidanan di masyarakat.

c) Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta


mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
21
d) Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif,
dengan perspektif luas dan kritis.

e) Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan


pembaharuan praktik kebidanan.
Dalam pelayanan kebidanan banyak harapan yang difokuskan oleh orang
yang berbeda dan bekerja sama dalam pelayanan kebidanan dan kepada bidan itu
sendiri. Klien atau pasien menginginkan bidan dapat memberi pelayanan yang
berkualitas. Selain keterampilan dan pengetahuan diperlukan kematangan pribadi
bidan dalam memberi pelayanan karena bidan juga menjadi tokoh masyarakat dan
panutan bagi kaum wanita. Bidan harus menjalankan tugas dengan tanggung
jawab moral karena pelayanan yang diberikan menyangkut kehidupan ibu dan
anak, pencapaian kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga, serta menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Untuk itu bidan perlu memperhatikan poin–poin berikut
ini untuk mengembangkan kematangan dirinya (Fatmanadia, 2012):
a) Teliti
b) Bertanggu jawab
c) Jujur
d) Disiplin tinggi
e) Hubungan manusia yang efektif
f) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
g) Memahami standar profesi kebidanan
h) Mengerti asas dan tujuan penyelenggaraan praktek kebidanan
i) Bekerja berdasarkan ketentuan dan landasan hukum pelayanan
kebidanan.
2. Keterampilan Bidan sebagai Leadership
Adapun keterampilan bidan sebagai leadership adalah sebagai berikut:
a) Mengenali keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dan menolak
setiap tugas atau tanggung jawab diluar wewenang dan tanggung
jawab bidan.
b) Menerima tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik
kebidanan.

22
c) Menggunakan kemampuan untuk berfikir secara proaktif,
perspektif luas dan kritikal dalam konteks penyelesaian masalah.
3. Penerapan Ilmu Kepemimpinan Bagi Bidan
Banyak teori maupun konsep yang dibahas oleh para pakar atau ahli
mengenai pemimpin atau kepemimpinan. Serta banyak teori-teori tentang
kepemimpinan modern yang ditawarkan untuk diterapkan agar berhasil dan
sukses dalam memimpin, terutama dalam menciptakan praktek bidan yang sukses.
Namun keberhasilannya dalam memimpin belum baik. Terbukti banyak bidan di
Indonesia yang belum bisa menjadi bidan yang sukses, karena konsep
kepemimpinan yang diterapkan tidak cocok atau ada konsep yang lebih baik,
berikut ini adalah beberapa hal yang harus diterapkan agar menjadi bidan yang
sukses (Fatmanadia, 2012):
a) Memiliki karakter yang kuat
Pemimpin yang sukses memiliki karakter yang kuat. Selalu berani
mengambil tantangan, dan yakin bahwa resiko yang diambilnya akan
memberikan keuntungan bagi orang lain.
b) Sigap dan selalu fokus
Bidan yang sukses akan cepat bertindak dalam segala hal, baik dalam
kondisi mendesak maupun kondisi normal, seorang pemimpin harus
bisa mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.
c) Rendah hati
Menumbuhkan sikap rendah hati agar orang lain bisa menyenangi
sikap kita, jika menjadi pemimpin, dan mempunyai bawahan maka
meluangkan waktu untuk dapat mengontrol pekerjaan bawahan.

23
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
DI RUANG PONEK

I. BIDAN PELAKSANA
Bidan pelaksana merupakan jabatan bidan terampil dalam jenjang
jabatan tenaga fungsional khusus bidan yang yang diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/Per/VII/2009. Bidan Sebagai
Pelaksana Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
Tanggung jawab anggota tim
 Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk
setiap klien di unit tersebut. Misalnya pada saat jam makan
siang staf dan rapat tim
 Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam
rencana keperawatan secara teliti termasuk program
pengobatan
 Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang
dilakukan serta respon yang ditunjukkan klien
 Menerima bantuan dan bimbingan ketua
tim Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang
rawat inap mempunyai wewenang sebagai berikut :
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Karu.
2) Memberikan Asuhan Kebidanan kepada pasien/keluarga sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.
Uraian Tugas
1) Melaksanakan dan memelihara kebersihan ruangan dan
lingkungannya.
2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang
berlaku.

24
3) Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, menyusun
rencana keperawatan serta melakukan tindakan Kebidanan
serta evaluasi kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya.
4) Memelihara paralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
5) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
berkolaborasi dengan fisio terapi/dokter.
6) Melakukan tindakan Emergency kepada pasien sesuai
PROTAP yang berlaku selanjutnya segera melaporkan tindakan
yang telah dilakukan kepada dokter jaga/dokter yang merawat.
7) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi.
8) Berperan serta dalam membahas kasus dan upaya
meningkatkan Mutu Asuhan Kebidanan.
9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai daftar dinas yang dibuat oleh Karu.
10) Mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Karu.
11) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang
Kebidanan melalui pertemuan ilmiah.
12) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan
Kebidanan yang tepat dan benar sesuai SAK.
13) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti
secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian atau
operan dinas.
14) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai keadaan dan kebutuhan sebatas
kewenangannya.
15) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi :
- Surat keterangan istirahat bila diperlukan
- Resep obat untuk di rumah

25
- Petunjuk diet dengan berkoordinasi dengan staf gizi,
Dll
Tugas bidan pelaksana
Dalam asuhan kebidanan sebagai bidan yang profesional salah satu
peran sebagai bidan pelaksana. Bidan sebagai pelaksana secara
langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan kebidanan
kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran bidan sebagai
perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu bidan menggunakan
metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi
masalah kesehatan. Peran bidan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung.
J. Laporan Bidan Pelaksana
Dari hasil analisis didapatkan bahwa bidan pelaksana menyatakan
bahwa kenyamanan dalam bekerja semuanya harus diciptakan antar teman.
Selama ini bidan pelaksana belum menemukan atau belum
merasakan suatu masalah yang sangat menggangu pekerjaan. Selain itu
bahwa ketika terdapat masalah antar bidan satu dengan yang lainnya
maka salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengkomunikasikan
secara personal karena kadangkala permasalahan muncul hanya
disebabkan oleh ego dari masing-masing bidan namun hal ini juga bukan
merupakan solusi yang paling baik karena terkadang cara komunikasi
yang dilakukan untuk masing-masing individu berbeda-beda. Salah satu
solusi untuk menjaga kenyamanan adalah dengan menjagatoleransi
antar bidan.
K. Management Ruangan Ponek
1. Perencanaan
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama
rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan,kelemahan, peluang yang nyata, dan ancaman eksternal yang
harus diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat
membantu dalam upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila
dalam perjalanan kegiatan usaha keluaran yang tidak diharapkan.

26
Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu
dan efisiensi. Kerangka perencanaan terdiri dari:
q. Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
r. Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
s. Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
t. Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
u. Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
v. Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi:
w. Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang
terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi
yang ada
x. Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan
masalah)
y. Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah
tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu
perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target,
risiko, dan ketidakpastian jelas
z. Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa
lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan
sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang
disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu
dan sekarang.

27
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk
mencapai tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga kebidanan,
menentukan cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical
maupun horiantal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga bidan diruang menggunakan
pendekatan system penugasan tim primer kebidanan. Pengorganisasian
secara vertical, terdapat kepala ruangan, ketua tim, dan
bidanpelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah
pasien. Pengorganisasian di ruang meliputi struktur organisasi, daftar
dinas ruangan, daftar pasien
g. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2010). Dalam hal ini, struktur organisasi
menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.
Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Sedangkan system penugasan yang digunakan adalah tim, dimana
ruangan dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi ketua tim.
Ketua tim membawahi beberapa bidan pelaksana yang
memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien. Struktur organisasi dapat digambarkan dalam
suatu bagan.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang terdiri
dari :
25) Kepala ruangan membagi bidanyang ada menjadi 2 tim dan
tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim
yang terpilih melalui suatu uji.
26) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur
jadwal dinas.
27) Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim.

28
28) Jika suatu ketika satu tim kekurangan bidan pelaksana
karena kondisi tertentu, kepala ruangan dapat
memindahkan bidan pelaksana dari tim lain ke tim yang
kekurangan.
29) Kepala ruangan berhak merubah anggota tim jika
dipandang perlu dalam waktu yang ditentukan.
30) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift.
31) Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim,
sedangkan jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan
oleh anggota tim (bidan pelaksana) yang paling kompeten
di antara anggota tim.
32) Ketua tim menetapkan bidan pelaksana untuk masing-
masing pasien.
33) Ketua tim mengendalikan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun
oleh bidan pelaksana anggota timnya.
34) Kolaborasi denga tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh
ketua tim.
35) Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.
36) Bidan pelaksana melaksanakan asuhan kebidanan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Daftar Dinas Ruangan
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, bidan yang
bertugas, dan penanggung jawab shift. Daftar dinas disusun
berdasarkan tim dan dibuat dalam waktu yang telah disepakati.
Pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh ketua tim. Setiap tim
memiliki anggota yang shift pagi, sore, malam dan yang lepas dari
dinas malam serta yang libur
i. Daftar Pasien
Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat ketua tim, nama bidan pelaksana yang bertanggung jawab
kepada pasien, dan alokasi bidan saat menjalankan dinas di tiap

29
shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi
tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien memiliki
bidan yang bertanggung jawab secara total selama dirawat. Pada
setiap shift dinas ada bidan yang bertanggung jawab terhadap
pasien secara total selama shift tersebut. Daftar pasien
menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas
asuhan keperawatan yang diberikan sehingga terwujud kebidanan
pasien yang holistic. Daftar pasien diisi oleh ketua tim sebelum
operan. Alokasi pasien terhadap bidan yang dinas pagi, sore dan
malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam pengarahan, jika perlu dilakukan pendelegasian, pekerjaan
diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu dikelola. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer
harus melakukan upaya menciptkan iklim motivasi, mengelola waktu
secara efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang
terbaik, mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan
system pendelegasian dan supervisi. Beberapa bentuk komunikasi di
ruang adalah operan, preconference dan postconference.
a. Pedoman Operan Antar Shift
Operan antar shift adalah komunikasi dan serah terima
pekerjaan antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari shift
malam ke shift pagi dan dari shift pagi ke shift sore dipimpin oleh
kepala ruangan. Sedangkan operan dari shift sore ke shift malam
dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
Waktu kegiatan : Awal pergantian shift ( pukul 07.00, 14.00,
21.00)
Tempat : Kantor Bidan
Penanggung jawab : Kepala ruangan atau Penanggung jawab (Pj)
shift

30
Kegiatan :
15) Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
16) Pj shift yang memberikan operan, menyampaikan :
o Kondisi pasien, diagnose Kebidanan, tindakan yang sudah
dilakukan, hasil asuhan
o Tindak lanjut untuk shift berikutnya
17) Bidan shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah
disampaikan.
18) Karu memimpin ronde ke kamar pasien
19) Karu merangkum informasi operan dan memberikan saran
tindak lanjut.
20) Karu memimpin do’a bersama dan menutup acara
21) Bersalaman
b. Pedoman Preconference
Yaitu komunikasi katim dan bidan pelaksana setelah selesai
operan mengenai rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh katim atau PJ Tim. Jika hanya ada 1 bidan yang
berdinas pada shift tersebut, preconference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap bidan (rencana harian), dan
tambahan dari katim
Waktu kegiatan : Setelah operan
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim
Kegiatan :
13) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam
14) Katim/PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing
perawat pelaksana mengacu pada rencana asuhan keperawatan
yang dibuat oleh katim
15) Perawat pelaksanan menyampaikan rencana kegiatan pasiennya
16) Katim/PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu.
17) Katim/PJ tim memberikan reinforcement (penguatan)

31
18) Katim/PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat bekerja
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
perawat (kepala ruangan, kepala tim dan bidan pelaksana) sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi bidan. Rencana
harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat
operan dan preconference.
c. Pedoman Postconference
Yaitu komunikasi Katim dan bidan pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan dilakukan sebelum operan kepada
shift berikutnya. Isi postconference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Postconference dipimpin oleh Katim atau Pj Tim.
Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim/Pj
Kegiatan :
11) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam
12) Katim/PJ tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
13) Katim/PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
14) Katim/PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya
15) Katim/PJ tim menutup acara dengan salam.
4. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalan pengendalian yaitu usaha
sistematis yang bertujuan untuk menetapkan standar prestasi kerja
yang sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk merancang system
umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang sesunggunya
dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada
penyimpangan, dan mengukur signifikansinya serta mengambil
tindakan yang diperlukan guna memastikan bahwa sumber daya

32
digunakan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Kegiatan pengendalian pada model MPKP antara lain dalam bentuk
pengukuran BOR, ALOS, audit dokumentasi asuhan keperawatan,
survey kepuasan pasien/keluarga, penilaian kinerja.
L. Kajian Bidan Pelaksana Ruang Ponek

No Tindakan yang Diobservasi Tanggal : Hari ke :


Ya Tidak Ya Tidak
1 Anggota tim telah melakukan tindakan √
sesuai dengan kelompok lainnya.
2 Anggota tim memberikan asuhan √
kebidanan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya
3 Anggota tim bekerja sama dengan √
sesama anggota tim dan antar tim
4 Anggota tim memberi laporan kepada √
ketua tim
5 Anggota tim melakukan implementasi √
kepada pasien masing-masing

Analisa Data
Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas Bidan Pelaksana tergolong dalam kategori sangat baik
(100%). Bidan Pelaksana dinilai sudah optimal dalam melakukan tindakan
sesuai dengan kelompok lain, memberikan asuhan sesuai dengan tanggung
jawabnya, bekerjasama antar tim, membuat laporan dan melakukan
implementasi asuhan.

No Tindakan yang Diobservasi Tanggal : Hari ke :


Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengadakan pre konfrensi bidan di √
ruangan
2 Mengadakan post konfrensi bidan √

33
Diruangan
3 Kepala ruangan terlibat dalam √
konfrensi bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi
4 Ketua tim terlibat dalam konfrensi √
bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi
5 Anggota tim terlibat dalam √
konfrensi bidan
 Pre konfrensi
 Post konfrensi

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi operan pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan operan jaga tergolong dalam kategori sangat baik (100
%). Pelaksanaan operan sudah dilakukan diruang Ponek, dalam
pelaksanaannya semua yang berdinas ikut serta dalam melakukan operan
seperti Kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.

34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

E. KESIMPULAN
Pada gaya kepemimpinan di ruangan Anak menunjukkan bahwa
adanya gaya kepemimpinan yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan.
Dalam gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan
masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti
dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku mendukung,
dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang
dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Pemimpin dalam gaya seperti
ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil dan mau
menerima pendapat dari pengikut. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih
tetap harus terus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam
penyelesaian tugas-tugas pengikut.

F. SARAN
a. Bagi Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.
Disarankan bagi kepala ruang, ketua tim dan bidan pelaksana
dalam menerapkan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada di ruangan.
b. Bagi Universitas Fort De Kock
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi
mengenai gaya kepemimpinan bagi perpustakaan Universitas Fort
De Kock dapat menambah bacaan atau teori tentang gaya
kepemimpinan khususnya di bidang kebidanan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Cetakan Kedua.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Hasibuan. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Aksara.

Natalia, F. (2011). Analisia kepemimpinan transaksional dan transformasional


untuk meningkatkan kerjasama tim dan kinerja waktu proyek. Tesis, tidak
dipublikasikan. Jakarta: UI.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek


keperawatan Profesional, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Pasolong, Harbani. 2015. Kepemimpinan Birokrasi (cetakan keempat). Bandung:


Alfabeta.

Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta :


Penerbit Salemba Empat.

Simamora. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suarli, S dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis.


Jakarta: Erlangga.

Thoha, Mihtah. KepemimpinandalamManajemen.Jakarta:PTRajagrafindo, 2016.

Varney, H. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

36
DOKUMENTASI

37

Anda mungkin juga menyukai