Anda di halaman 1dari 9

Dampak Pandemi Terhadap Mobilitas Manusia di Asia Tenggara

Sylvia Yazid1 dan Lie, Liliana Dea Jovita2


1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan, Indonesia, s_yazid@unpar.ac.id
2
Magister Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan, Indonesia, jovitaliliana@gmail.com

Pendahuluan tahun. Sehingga, kondisi darurat yang tadinya


dipandang sebagai sementara, akan segera
Tahun 2020 menjadi tahun di mana menjadi keniscayaan atau normal yang baru atau
seluruh dunia dihadapkan pada situasi yang the new normal. Walaupun saat ini hampir
belum pernah dialami sebelumnya, bahkan seluruh perhatian tertuju pada penanganan
cenderung belum diantisipasi. Beberapa bulan dampak, perlu mulai dipikirkan the new normal
memasuki tahun ini, semakin disadari bahwa seperti apa yang perlu diantisipasi. Kompleksitas
kondisi ini bukan sesuatu yang sifatnya permasalahan semakin tinggi karena banyaknya
sementara, yang akan berakhir dalam beberapa aspek-aspek yang masih sangat dinamis dan
bulan dan setelah itu seluruh sendi kehidupan di belum dapat diprediksi. Data yang tersedia juga
seluruh dunia akan kembali seperti semula. sangat terbatas dan terus berubah. Oleh
Pandemi yang disebabkan oleh penyebaran virus karenanya, pembahasan tentang the new normal
Covid-19 ini nampaknya masih akan menjadi perlu dilakukan secara spesifik tentang bidang-
permasalahan dunia untuk beberapa waktu ke bidang tertentu, dengan prioritas pada bidang
depan. yang paling terdampak atau bidang yang
berpotensi memunculkan masalah-masalah
Berbagai upaya dilakukan dan sebagian
besar masih berfokus pada mengatasi dampak lanjutan yang mungkin saja lebih besar.
saat ini serta menekan kecepatan penyebaran atau Tulisan ini akan berfokus pada isu
yang dikenal sebagai flattening the curve. mobilitas manusia, isu yang pada the old normal
Beberapa negara telah mengumumkan pun telah merupakan isu global yang kompleks,
keberhasilannya, namun sebagian besar masih yang melibatkan begitu banyak aktor dan
berjuang keras. Sehingga pada 11 Maret 2020, penyelesaiannya membutuhkan upaya bersama
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang seringkali sulit untuk diupayakan. Hampir
mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi seluruh negara di dunia menghadapi
global1, yang merujuk pada penyebaran penyakit permasalahan terkait mobilitas manusia namun
yang dianggap dapat menginfeksi dari orang ke jumlah negara yang memiliki komitmen untuk
orang dengan mudah dan cepat, serta terjadi berkontribusi terhadap penyelesaian masih sangat
secara berkelanjutan, di berbagai wilayah. terbatas, bahkan cenderung berkurang. Bahkan
upaya global terakhir dari Perserikatan Bangsa-
Melihat kecenderungan perkembangan
penanganan hingga saat ini, telah mulai muncul Bangsa, the Global Compact for Migration yang
prediksi bahwa kondisi ini akan berlangsung bersifat non-legally binding pun, tidak
cukup lama. Ada yang menggunakan hitungan mendapatkan dukungan penuh dari Amerika
bulan, bahkan ada yang menggunakan hitungan

1
Jamie Ducharme, “World Health Organization Means”, Time Online, 11 Maret 2020 [Diakses dari
Declares COVID-19 a 'Pandemic.' Here's What That https://time.com/5791661/who-coronavirus-
pandemic-declaration/ pada 19 April 2020].
Serikat, Australia, dan negara-negara lainnya di Sebagai langkah antisipasi untuk
Eropa. mencegah dan memperlambat tren penyebaran
Covid-19 tersebut, berdasarkan laporan WHO per
Mobilitas manusia merupakan salah satu tanggal 11 April 2020, sebanyak 167 negara telah
faktor yang turut mempercepat penyebaran virus menerapkan langkah-langkah tambahan melalui
Covid-19. Di Cina, sampai dengan 23 Januari berbagai kebijakan, yang berfokus untuk
2020 – sebelum Wuhan menetapkan status membatasi mobilitas masyarakat.3 Kebijakan-
lockdown – sebagian besar laporan mengenai kebijakan yang dimaksud meliputi pembatasan
kasus-kasus awal Covid-19 berasal dari Provinsi masuknya orang-orang dari negara-negara
Hubei (81% dari keseluruhan kasus saat itu), terdampak Covid-19, penangguhan penerbangan,
sementara mayoritas dari kasus yang dilaporkan pembatasan visa, penutupan perbatasan, hingga
terjadi di luar Kota Wuhan umumnya memiliki karantina. Penerapan berbagai kebijakan tersebut
sejarah perjalanan dari kota tersebut.2 Adanya tentu saja dapat mengganggu lalu lintas mobilitas
waktu yang dibutuhkan untuk gejala dapat manusia di tingkat regional maupun
muncul dan teridentifikasi sebagai orang internasional. Sementara itu, di level domestik
terinfeksi Covid-19 memberikan kesempatan sendiri, pemerintah di berbagai negara juga mulai
untuk virus tersebut dapat bertransmisi dari satu menerapkan kebijakan lockdown yang juga
orang ke banyak orang lainnya di lokasi-lokasi berfokus untuk membatasi ruang gerak
berbeda. Akibatnya, virus ini pun menyebar masyarakat yang ada. Pertanyaan penting yang
dengan cepat ke berbagai negara lainnya. kemudian muncul adalah kebijakan pembatasan
mobilitas seperti apakah yang dikeluarkan dan
Oleh karenanya, pembahasan tentang
dampak apa yang telah dan mungkin muncul
mobilitas manusia dan pandemi ini menjadi
akibat dari pembatasan tersebut.
menarik karena di satu sisi mobilitas manusia
telah menjadi salah satu pemicu utama dari Mobilitas Manusia di Asia Tenggara
terjadinya pandemi ini. Sementara, di sisi lain,
setelah virus menyebar sangat luas, dampak Mobilitas manusia merupakan salah satu
segera yang sangat dapat dilihat adalah pertama topik sentral di era globalisasi ini. Kemajuan di
adanya kecenderungan reversed mobility, di bidang teknologi informasi, komunikasi, serta
mana terjadi arus balik para migran temporer ke transportasi, membuat mobilitas manusia
wilayah-wilayah asal mereka dan kedua, mobility menjadi sangat mudah dan sulit untuk dibendung.
limitation berupa pembatasan atau penghentian Masyarakat kemudian berbondong-bondong
mobilitas yang kemudian berdampak terhadap untuk melakukan mobilisasi dengan berbagai
bidang-bidang lain seperti transportasi, tujuan, mulai dari aktivitas pariwisata, mencari
pariwisata, dan tentu saja ekonomi secara pekerjaan, menempuh pendidikan, hingga untuk
keseluruhan. Dengan kata lain, jika pada awalnya mencari tempat tinggal baru yang dirasa lebih
mobilitas manusia lah yang memicu pandemi, aman. Mobilitas dapat terjadi baik di tingkat
lingkaran pengaruh yang terjadi segera lokal, regional maupun internasional.
menyebabkan pandemi akhirnya mengubah pola
mobilitas manusia itu sendiri. Di kawasan Asia Tenggara, terdapat
beberapa isu besar terkait mobilitas manusia

2 3
M.U.G. Kraemer et al., “The effect of human mobility “Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report
and control measures on the COVID-19 epidemic in – 88”, WHO, 17 April 2020.
China”, Science 10.1126/science.abb4218 (25 Maret 2020),
hlm 1.
dalam beberapa tahun terakhir ini. Pertama Singapura.8 Sementara itu, mayoritas pekerja
adalah isu tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN migran Filipina dan Vietnam bekerja di luar
(MEA), yang mana salah satu unsur penting yang ASEAN.
ditekankan dalam MEA adalah adanya aliran
bebas tenaga kerja terampil antar-negara anggota Pola migrasi intra-ASEAN tahun 1995-
ASEAN.4 Dalam praktiknya, aliran pekerja 2015 sebagian besar berada dalam lingkup kerja
migran di sektor domestik juga masih cukup sama bilateral antara home country dan host
dominan. Sementara isu kedua adalah isu tentang country. Inisiatif dari seluruh negara ASEAN
pergerakan pengungsi di kawasan Asia Tenggara, baru terlihat dengan pembentukan MEA pada
yang mana sebagian besar diantaranya Desember 2015. Pola migrasi pun turut berubah.
merupakan pengungsi Rohingya.5 Sebelumnya, mayoritas pekerja migran intra-
ASEAN didominasi oleh pekerja di sektor
Pola mobilitas masyarakat Asia agrikultur, industri, dan domestic services.
Tenggara, khususnya terkait pekerja migran, Dengan adanya MEA, maka mobilitas pekerja
dapat diamati sejak tahun 1970-1980an.6 juga semakin difokuskan kepada pekerja yang
Perkembangan industri di Timur Tengah pada memiliki keterampilan tinggi.
periode tersebut menarik warga dari Indonesia,
Filipina dan Thailand untuk bekerja di sana. Terkait mobilitas forced migrant,
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara telah menghadapi
Singapura dan Malaysia tahun 1970an dan setidaknya dua krisis pengungsi besar, yaitu
perkembangan industri di Thailand tahun 1990an krisis pengungsi Indocina pada tahun 1970an,
membuat ketiga negara ASEAN tersebut menjadi dan krisis pengungsi beberapa tahun belakangan
destinasi dari pekerja migran. ini yang melibatkan etnis Rohingya. Puncak dari
pergerakan pengungsi di akhir tahun 1970an
Dari pertengahan 1990-an, pola terjadi ketika rezim Indocina baru mengambil
mobilitas kemudian bergeser dengan kendali atas orang-orang Vietnam, Khmer dan
bertambahnya migrasi intra-ASEAN. Terdapat Laos.9 Thailand merupakan negara yang paling
peningkatan pekerja migran sebesar tiga kali terdampak akibat besarnya arus pengungsi yang
lipat, dari 2,1 juta pada tahun 1995 menjadi 6,9 masuk. Negara Asia Tenggara lain yang juga
juta pada tahun 2015.7 Berdasarkan data stok menjadi tujuan pengungsi pada saat itu adalah
migrasi bilateral dari PBB, pola migrasi intra- Malaysia, Indonesia dan Filipina.10
ASEAN dari tahun 1995-2015 terbagi ke dalam
beberapa rute utama, yaitu pekerja migran dari Sementara itu, dalam satu dekade
Kamboja, Laos, dan Myanmar menuju Thailand terakhir, mayoritas pengungsi yang bergerak di
(Greater Mekong Subregion/GMS), migrasi dari kawasan Asia Tenggara didominasi oleh
Indonesia ke Malaysia, serta rute Malaysia – pengungsi Rohingya. Penindasan etnis Rohingya

4 6
Aiko Kikkawa dan Eric B. Suan, “Trends and Amarjit Kaur, “Labour migration trends and policy
patterns in intra-ASEAN migration”, dalam Skilled challenges in Southeast Asia”, Policy and Society 29
Labor Mobility and Migration: Challenges and (2010), hlm 386.
7
Opportunities for the ASEAN Economic Community, Aiko Kikkawa dan Eric B. Suan., op.Cit., hlm 6.
ed. Elisabetta Gentile, (Cheltenham: Edward Elgar 8
Ibid.
Publishing, 2019), hlm 4. 9
Caroline Lavoie dan Raymond B. Knock, “The ASEAN
5
“Refugee Movements in South-East Asia: 2018 – and International Response to the Southeast Asian Refugee
June 2019”, UNHCR, (2019), hlm 2. Crisis: A Canadian Perspective”, Southeast Asian Journal
of Social Science, Vol. 18, No. 1 (1990), hlm 44.
10
Ibid., hlm 45-46.
di Myanmar membuat angka pengungsi semakin moda transportasi. Penerapan kebijakan ini dapat
bertambah. Sebagian besar pengungsi Rohingya menekan angka penyebaran Covid-19 apabila
menjadikan Bangladesh sebagai tujuan utama.11 dijalankan dengan benar. Namun, tidak (atau
Sebagian kecil di antaranya kemudian kembali belum) adanya sanksi tegas bagi mereka yang
melakukan perpindahan dari Bangladesh menuju melanggar membuat masyarakat menjadi tidak
negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, taat dalam mematuhi peraturan yang ada.
Thailand dan Indonesia.12 Akibatnya, kebijakan yang ada dipandang kurang
efektif.
Kebijakan Pembatasan Sosial
Malaysia
Adanya pandemi Covid-19 membuat
mobilitas manusia di kawasan Asia Tenggara Tidak jauh berbeda dengan Indonesia,
menjadi sangat terbatas. Terlebih, dengan jumlah Pemerintah Malaysia juga menerapkan kontrol
penderita Covid-19 yang semakin meningkat di perbatasan, serta kebijakan pembatasan sosial
kawasan tersebut, diprediksi bahwa kawasan yang disebut movement control order (MCO).14
Asia Tenggara dapat menjadi hotspot Covid-19 Penerapan kebijakan di Malaysia dapat dikatakan
selanjutnya. Sebagai langkah antisipasi, berbagai lebih efektif dibandingkan dengan Indonesia
kebijakan telah diterapkan, termasuk kebijakan dikarenakan adanya sanksi berupa denda bagi
pembatasan interaksi, pembatasan gerak, dan mereka yang melanggar.
penghentian operasional moda transportasi darat,
laut, dan udara. Berikut ini adalah penjelasan Namun, pembuatan kebijakan tersebut
lebih lanjut mengenai upaya penanganan Covid- cenderung lebih mengutamakan kepentingan
19 di Asia Tenggara, dengan mengambil contoh warga Malaysia dan mengesampingkan
dari empat negara ASEAN dengan kasus Covid- kepentingan pekerja migran serta pengungsi yang
19 terbanyak saat ini. datang ke Malaysia. Isu kebijakan terhadap
pekerja migran menjadi krusial ketika berbicara
Indonesia tentang Malaysia karena hingga saat ini Malaysia
masih merupakan salah satu negara tujuan utama
Terdapat beberapa kebijakan yang pekerja migran di Asia Tenggara, baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, mulai berdokumen maupun tidak berdokumen. Terkait
dari penutupan perbatasan dan larangan masuk, hal tersebut, pada 22 April 2020, Departemen
pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hingga Imigrasi menangguhkan semua operasi
larangan mudik.13 PSBB yang diterapkan oleh pelanggaran hukum selama masa MCO
Indonesia meliputi himbauan kegiatan belajar, berlangsung15 meski masih terdapat
bekerja dan beribadah yang dilakukan dari permasalahan lainnya yang perlu diperhatikan
rumah, pembatasan aktivitas di tempat atau terkait pekerja migran. Penerapan kebijakan
fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial MCO membuat pekerja migran di Malaysia
budaya, serta pembatasan hingga penghentian menjadi terancam, baik oleh ancaman ekonomi

11
“Refugee Movements in South-East Asia: 2018 – program/southeast-asia-covid-19-tracker-0 pada 23 April
June 2019”, UNHCR, (2019), hlm 4. 2020].
14
12
Ibid. Ibid.
15
13
“National Responses to COVID-19 in Southeast Asia”, “MCO: Immigration halts operations against illegal
Center for Strategic and International Studies, 23 April immigrants”, Malaymail, 22 April 2020, [diakses dari
2020, [diakses dari https://www.malaymail.com/news/malaysia/2020/04/22/mc
https://www.csis.org/programs/southeast-asia- o-immigration-halts-operations-against-illegal-
immigrants/1859235 pada 24 April 2020].
akibat pemutusan hubungan kerja (terutama bagi beroperasi.18 Sama seperti Malaysia, pemerintah
pekerja harian yang tidak dapat bekerja karena Singapura juga telah memberlakukan denda bagi
MCO), maupun ancaman kesehatan karena akses para pelanggar sehingga penerapan kebijakan
yang terbatas terhadap tes dan fasilitas tersebut menjadi lebih efektif.
kesehatan.16
Sementara itu, pemerintah Singapura
Tidak hanya pekerja migran, Malaysia juga dianggap masih mengesampingkan pekerja
juga merupakan salah satu negara tujuan dari migran yang ada. Hal ini terlihat dari merebaknya
pengungsi Rohingya. Ketakutan akan penyebaran penyebaran virus di asrama pekerja migran yang
Covid-19 membuat pemerintah Malaysia penuh sesak dalam beberapa minggu terakhir.19
mencegat kapal yang diperkirakan berisi 200
pengungsi Rohingya untuk memasuki perairan Filipina
Malaysia.17 Keputusan pemerintah Malaysia Sama seperti ketiga negara yang
tersebut mendapat kritikan dari Human Rights disebutkan sebelumnya, Filipina juga telah
International dan Amnesty International. menetapkan adanya pembatalan penerbangan
Singapura domestik dan internasional, serta pembatasan
sosial hingga akhir April 2020. Penerapan
Singapura juga telah melakukan kebijakan pembatasan sosial dipusatkan di Pulau
penutupan perbatasan bagi pengunjung jangka Luzon, yaitu pulau dengan populasi terbanyak
pendek, serta pembatasan sosial yang disebut dan merupakan pusat kegiatan ekonomi di
circuit breaker hingga 1 Juni 2020. Istilah circuit Filipina.20 Tidak jauh berbeda, pembatasan sosial
breaker mengacu pada imbauan untuk tetap di yang dimaksud meliputi imbauan untuk tetap
rumah guna memutus rantai transmisi Covid-19 tinggal di rumah dan hanya bepergian untuk
di masyarakat, yang meliputi imbauan untuk membeli kebutuhan barang-barang pokok, serta
tetap tinggal di rumah, kegiatan belajar-mengajar keperluan medis. Hanya saja, penerapan
yang dilakukan secara online, akses terkontrol di kebijakan ini sempat disertai dengan adanya
area yang rentan terhadap keramaian seperti ancaman dari Presiden Duterte yang akan
pasar, penutupan sebagian besar tempat kerja, memberlakukan darurat militer apabila orang-
serta penerapan aturan-aturan keamanan orang tidak mematuhi peraturan tersebut.21
tambahan di tempat kerja yang masih Keputusan Presiden Duterte ini dipandang

16 19
Guna Subramaniam, “Impact of Covid-19 on Migrant Rebecca Ratcliffe, “'We’re in a prison': Singapore's
Workers in SE Asia Countries of Focus”, Institute for migrant workers suffer as Covid-19 surges back”, The
Human Rights and Business, 9 April 2020, [diakses dari Guardian, 23 April 2020, [diakses dari
https://www.ihrb.org/focus-areas/migrant-workers/covid- https://www.theguardian.com/world/2020/apr/23/singapore
19-migrant-workers-south-east-asia-update-3 pada 23 April -million-migrant-workers-suffer-as-covid-19-surges-back
2020]. pada 24 April 2020].
17 20
“Malaysia: Allow Rohingya Refugees Ashore, Covid-19 Andreo Calonzo, “Philippines Extends Lockdown of
No Basis for Pushing Back Boats”, Human Rights Watch, Main Island Until End of April”, Bloomberg, 7 April 2020,
18 April 2020, [diakses dari [diakses dari
https://www.hrw.org/news/2020/04/18/malaysia-allow- https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-04-
rohingya-refugees-ashore pada 24 April 2020]. 06/philippine-president-likely-to-extend-lockdown-to-april-
18 30 pada 23 April 2020].
“Circuit Breaker extension and tighter measures: What
21
you need to know”, [diakses dari Alan Robles, “Coronavirus: fears grow of ‘martial-law
https://www.gov.sg/article/circuit-breaker-extension-and- like’ lockdown in the Philippines”, South China Morning
tighter-measures-what-you-need-to-know pada 23 April Post, 20 April 2020, [diakses dari
2020]. https://www.scmp.com/week-
asia/economics/article/3080765/coronavirus-fears-grow-
martial-law-lockdown-philippines pada 23 April 2020].
berlebihan, dan justru akan menambah menutup sementara kegiatan produksinya. Ini
kekhawatiran warga Filipina. menyebabkan para pekerja terpaksa dirumahkan,
dengan ketidakpastian kapan atau apakah mereka
Selain upaya dari masing-masing negara, akan bekerja kembali. Hal ini akan menjadi
upaya bersama di tingkat ASEAN juga terlihat masalah besar bagi pekerja harian di sektor non-
dengan diadakannya pertemuan virtual KTT esensial, yang tidak dapat bekerja akibat adanya
Khusus ASEAN Plus Tiga tentang Covid-19 pada pembatasan sosial. Kebijakan yang dinilai lebih
14 April 2020.22 Dalam deklarasi final yang mementingkan warga negara daripada pekerja
dihasilkan, terlihat bahwa rencana kerja sama di asing tersebut juga menuai polemik karena
tingkat ASEAN lebih difokuskan pada kerja sama minimnya tes Covid-19 dan fasilitas kesehatan
di sektor medis - seperti pertukaran informasi yang disediakan pemerintah untuk mereka.
kesehatan, kerja sama penelitian dan Sementara itu, pola mobilitas pekerja migran juga
pengembangan vaksin, hingga pemberian mengalami perubahan akibat kebijakan-
bantuan alat-alat medis – serta kerja sama di kebijakan tersebut. Pekerja migran yang semula
sektor ekonomi. KTT ini tidak menyinggung atau bekerja di negara lain kini kembali ke negara
pun membahas kerja sama yang bisa dilakukan asalnya akibat penutupan tempat kerja. Inilah
terkait pembatasan mobilitas yang diberlakukan yang terjadi dengan Filipina, yang merupakan
masing-masing negara. Padahal, kebijakan salah satu negara pemasok pekerja migran
pembatasan mobilitas tersebut dapat berpengaruh terbesar. Ribuan pekerja migran Filipina
terhadap pergerakan masyarakat di Asia memutuskan untuk kembali, sehingga
Tenggara, khususnya bagi pekerja migran dan mengakibatkan remitansi yang diterima Filipina
pengungsi, yang selama ini mengandalkan tahun ini diperkirakan menurun hingga 30%.23
kemudahan mobilitas yang ada.
Dampak Kebijakan terhadap Mobilitas
Dampak terhadap Mobilitas Masyarakat Asia Pengungsi Rohingnya di Asia Tenggara
Tenggara
Isu lain yang menjadi perhatian adalah
Penutupan perbatasan dan pembatasan bagaimana dampak dari kebijakan pembatasan
sosial yang telah diberlakukan oleh sejumlah sosial ini berpengaruh terhadap mobilitas para
negara di ASEAN dapat dipastikan akan pengungsi, dalam kasus Asia Tenggara adalah
memberikan dampak yang signifikan terhadap pengungsi Rohingya. Selama beberapa tahun
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tulisan terakhir, orang-orang Rohingya yang mengalami
ini akan membahas secara khusus dampak yang penindasan di Myanmar telah mencari
dialami oleh dua elemen masyarakat yang paling perlindungan ke negara-negara lain, termasuk ke
rentan terhadap pemberlakuan kebijakan terkait negara-negara ASEAN seperti Malaysia,
Covid-19, yaitu pekerja migran dan pengungsi. Thailand dan Indonesia.
Dampak Kebijakan terhadap Mobilitas Pekerja Di tengah merebaknya wabah Covid-19,
Migran di Asia Tenggara Amnesty International telah menerima laporan
Adanya penerapan pembatasan sosial bahwa bahwa setidaknya terdapat tiga hingga
membuat sebagian besar pelaku industri harus lima kapal yang masing-masing diperkirakan
mengangkut ratusan pengungsi Rohingya terlihat

22 special-asean-summit-coronavirus-disease-2019-covid-19/
“Declaration of the Special ASEAN Summit on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)”, ASEAN, 14 pada 22 April 2020].
23
April 2020, [diakses dari https://asean.org/declaration- Alan Robles, Loc., Cit.
di pesisir Malaysia dan bagian selatan Thailand.24 perubahan yang pastinya akan dihadapi oleh
Adanya penolakan terhadap masuknya kapal- masyarakat. Pembatasan sosial yang
kapal tersebut membuat kekhawatiran baru menyebabkan banyak usaha harus ditutup akan
bahwa pengungsi Rohingya akan terjebak di mengakibatkan bertambahnya pengangguran,
kapal di tengah lautan dan tidak dapat mencapai sehingga ketika pandemi ini berakhir, bahkan
negara lain karena kontrol perbatasan yang sekarang pun, orang-orang yang membutuhkan
semakin diperketat. Oleh sebab itu, baik UNHCR pekerjaan telah meningkat jumlahnya.
maupun IOM telah menegaskan bahwa dalam
konteks pandemi sekali pun, hak prerogatif Bila direfleksikan dari fenomena migrasi
negara untuk mengatur masuknya orang asing ke tenaga kerja di Asia Tenggara, mobilitas pekerja
wilayah mereka tidak dapat digunakan untuk migran ke luar negeri umumnya didasari oleh
menolak hak orang untuk mencari suaka.25 faktor ekonomi dan menjadi solusi bagi negara
dalam mengatasi masalah pengangguran. Dengan
Kesimpulan kondisi saat ini, dapat dikatakan permasalahan
yang sebelumnya telah mulai ditemukan
Pandemi Covid-19 mengakibatkan solusinya, nantinya akan kembali kepada kondisi
adanya perubahan dalam pola mobilitas sebelumnya bahkan bisa menjadi lebih buruk dari
masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Asia sebelumnya. Apalagi jika mengingat ketika
Tenggara. Sebagai upaya untuk flattening the perbatasan mulai dibuka, masih dibutuhkan
curve, masyarakat kini diminta untuk beraktivitas waktu agar mobilitas masyarakat kembali seperti
dari rumah dan tidak melakukan perjalanan yang keadaan normal, terlebih dengan adanya
tidak diperlukan. Sejauh ini upaya tersebut masih kekhawatiran akan adanya gelombang baru
dianggap sebagai upaya yang paling efektif. penularan Covid-19.
Adanya pembatasan sosial diharapkan dapat
meminimalisir transmisi virus Covid-19 dari Hal-hal inilah yang akan menjadi
manusia ke manusia. Namun di sisi lain, tantangan baru bagi masyarakat Asia Tenggara,
penanganan yang lebih difokuskan pada warga termasuk keberlanjutan masyarakat ekonomi
negara masing-masing ini menjadikan pekerja ASEAN dan penanganan masalah pengungsi
migran dan pengungsi sebagai kelompok yang pasca-pandemi. Konektivitas ASEAN pasca
paling rentan. Pola mobilitas pekerja migran dan pandemi harus diperkuat kembali, demikian juga
pengungsi pun mengalami perubahan. Akibat dengan penyediaan lapangan kerja dan
Covid-19, jumlah pekerja migran yang kembali pembuatan kebijakan-kebijakan terkait
ke negaranya semakin bertambah, sementara pengungsi yang harus diperbarui. Oleh sebab itu,
pengungsi semakin kesulitan untuk mendapatkan dibutuhkan adanya upaya-upaya dan kerja sama
perlindungan suaka. yang lebih konkret dari negara-negara ASEAN,
terutama untuk mengantisipasi the new normal
Belum adanya kepastian kapan pandemi yang akan dihadapi masyarakat ASEAN
ini berakhir juga menimbulkan kekhawatiran nantinya. Besar kemungkinan, termasuk di
baru tentang the new normal. Sekalipun keadaan antaranya upaya restarting berbagai upaya
kembali normal pasca pandemi ini, keadaan regional yang selama ini telah berjalan dengan
normal yang baru tidak lagi sama dengan keadaan
normal seperti sebelum pandemi terjadi. Banyak

24 excuse-sacrifice-lives-more-rohingya-seek-safety-boat/
“COVID-19: no excuse to sacrifice Rohingya lives at
sea”, Amnesty International, 17 April 2020, [diakses dari pada 22 April 2020].
25
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2020/04/covid-no- Ibid.
melakukan formulasi ulang platform kerjasama what-you-need-to-know pada 23 April
kawasan. 2020].

Ducharme, Jamie. “World Health Organization


Declares COVID-19 a 'Pandemic.' Here's
What That Means.” Time Online, 11
Referensi Maret 2020 [Diakses dari
https://time.com/5791661/who-
Amnesty International. “COVID-19: no excuse to coronavirus-pandemic-declaration/ pada
sacrifice Rohingya lives at sea.” 17 April 19 April 2020].
2020 [Diakses dari
https://www.amnesty.org/en/latest/news/ Human Rights Watch. “Malaysia: Allow
2020/04/covid-no-excuse-sacrifice- Rohingya Refugees Ashore, Covid-19
lives-more-rohingya-seek-safety-boat/ No Basis for Pushing Back Boats.” 18
pada 22 April 2020]. April 2020 [Diakses dari
https://www.hrw.org/news/2020/04/18/
ASEAN. “Declaration of the Special ASEAN malaysia-allow-rohingya-refugees-
Summit on Coronavirus Disease 2019 ashore pada 24 April 2020].
(COVID-19).”14 April 2020 [Diakses
dari https://asean.org/declaration- Kaur, Amarjit. “Labour migration trends and
special-asean-summit-coronavirus- policy challenges in Southeast Asia.”
Policy and Society 29 (2010): 385-397.
disease-2019-covid-19/ pada 22 April
2020]. Kikkawa, Aiko., dan Eric B. Suan. “Trends and
patterns in intra-ASEAN migration.”
Calonzo, Andreo. “Philippines Extends
Lockdown of Main Island Until End of Dalam Skilled Labor Mobility and
April.” Bloomberg, 7 April 2020, Migration: Challenges and
[Diakses dari Opportunities for the ASEAN Economic
Community, ed. Elisabetta Gentile.
https://www.bloomberg.com/news/articl
es/2020-04-06/philippine-president- Cheltenham: Edward Elgar Publishing,
likely-to-extend-lockdown-to-april-30 2019.
pada 23 April 2020]. Kraemer, M.U.G., dkk. “The effect of human
mobility and control measures on the
Center for Strategic and International Studies.
“National Responses to COVID-19 in COVID-19 epidemic in China.” Science
Southeast Asia.” 23 April 2020 [Diakses 10.1126/science.abb4218 (25 Maret
dari 2020).
https://www.csis.org/programs/southeast Lavoie, Caroline., dan Raymond B. Knock. “The
-asia-program/southeast-asia-covid-19- ASEAN and International Response to
tracker-0 pada 23 April 2020]. the Southeast Asian Refugee Crisis: A
“Circuit Breaker extension and tighter measures: Canadian Perspective”. Southeast Asian
What you need to know.” [Diakses dari Journal of Social Science, Vol. 18, No. 1
https://www.gov.sg/article/circuit- (1990): 43-65.
breaker-extension-and-tighter-measures-
“MCO: Immigration halts operations against Septriari, Dian. “ASEAN must not neglect
illegal immigrants.” Malaymail, 22 migrant workers, refugees in COVID-19
April 2020 [Diakses dari response: Activists.” The Jakarta Post, 15
https://www.malaymail.com/news/mala April 2020 [Diakses dari
ysia/2020/04/22/mco-immigration-halts- https://www.thejakartapost.com/seasia/2
operations-against-illegal- 020/04/15/asean-must-not-neglect-
immigrants/1859235 pada 24 April migrant-workers-refugees-in-covid-19-
2020]. response-activists.html pada 24 April
2020].
Ratcliffe, Rebecca. “'We’re in a prison':
Singapore's migrant workers suffer as Subramaniam, Guna. “Impact of Covid-19 on
Covid-19 surges back.” The Guardian, Migrant Workers in SE Asia Countries of
23 April 2020 [Diakses dari Focus.” Institute for Human Rights and
https://www.theguardian.com/world/202 Business, 9 April 2020, [diakses dari
0/apr/23/singapore-million-migrant- https://www.ihrb.org/focus-
workers-suffer-as-covid-19-surges-back areas/migrant-workers/covid-19-
pada 24 April 2020]. migrant-workers-south-east-asia-update-
3 pada 23 April 2020].
Robles, Alan. “Coronavirus: fears grow of
‘martial-law like’ lockdown in the UNHCR. “Refugee Movements in South-East
Philippines.” South China Morning Post, Asia: 2018 – June 2019.”
20 April 2020 [Diakses dari
https://www.scmp.com/week- WHO. “Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
asia/economics/article/3080765/coronav Situation Report – 88.” 17 April 2020.
irus-fears-grow-martial-law-lockdown-
philippines pada 23 April 2020].

Anda mungkin juga menyukai