between the sets of crosses were not metode yang menyilangkan kembali
significant. In addition, the color of the keturunannya dengan salah satu tetuanya
epidermis of rice broke the skin for the selama beberapa generasi untuk
whole set of crosses dominated by category memindahkan gen dari tetua donor ke tetua
2, namely light brown. recurrent (penerima). Metode silang balik
digunakan untuk memperbaiki varietas yang
Keywords: Backcross, Gogo Rice, Rice, sudah mempunyai karakter yang baik, tetapi
Time pollination. kurang unggul pada beberapa karakter.
Kegiatan persilangan dalam perbaikan sifat
PENDAHULUAN dan karakter tanaman sangat diperlukan
ilmu pengetahuan tentang persilangan,
Padi (Oryza sativa.L) ialah salah satu salah satunya adalah tentang polinasi
tanaman pangan yang menjadi komoditas (penyerbukan). Pada pelaksanaan proses
penting di Indonesia. Permintaan polinasi perlu diperhatikan untuk
masyarakat Indonesia akan ketersediaan menentukan waktu polinasi yang akan
tanaman pangan ini sangat tinggi, namun dilakukan. Waktu polinasi sangat perlu
hal tersebut tidak diikuti dengan jumlah untuk diperhatikan karena apabila kondisi
produksi dalam negeri. Salah satu putik masih belum reseptif maka kegiatan
penyebab tersebut adalah adanya persilangan tersebut masih belum bisa
degradasi lahan pertanian produktif dan dilakukan.
kurangnya optimalisasi lahan kurang Tujuan Penelitian ini adalah untuk
produktif. Menurut Badan Pusat Statistik mengetahui pengaruh perbedaan waktu
(BPS) Tahun 2018, luas lahan sawah di polinasi terhadap kebehasilan persilangan
Indonesia pada tahun 2013-2015 terus dan pengaruh terhadap beberapa karakter
mengalami penurunan setiap tahunnya. benih padi hasil persilangan.
Sedangkan masih terdapat 22,86 juta ha
lahan kering yang sesuai untuk BAHAN DAN METODE PENELITIAN
pengembangan tanaman pangan dan masih
belum dioptimalkan. Penelitian dilaksanakan di lahan
Perlu adanya upaya untuk mengatasi percobaan Fakultas Pertanian Universitas
permasalahan penurunan produktivitas Brawijaya pada bulan Februari - Juni 2019.
tanaman padi akibat semakin menurunnya Bahan tanam yang digunakan yaitu
luas lahan sawah optimal. Sehingga generasi BC2 yaitu BC2-SBCH dan BC2-
diperlukan adanya upaya dalam TWCH sebagai tanaman betina. Sedangkan
memperbaiki sifat tanaman padi yang untuk tetua jantan yang digunakan padi
tumbuh optimal pada lahan kering dan gogo yaitu Varietas Situ Bagendit dan
mampu berproduksi tinggi. Pemuliaan Towuti. Bahan lain yang digunakan terdiri
tanaman merupakan salah satu usaha dari glacyne bags (kantong plastik), polibag,
dalam memperbaiki sifat tanaman. kertas label, papan nama, alkohol 70%,
Sehingga didapatkan tanaman yang Pupuk Urea, Pupuk SP36 dan Pupuk KCL.
mempunyai sifat dan karakter yang mampu Alat yang digunakan dalam kegiatan
tumbuh dan berkembang pada lahan kering penelitian ini adalah gunting kecil, kamera,
dan berproduksi tinggi. jarum, sabit, cangkul, jangka sorong,
Persilangan merupakan proses timbangan analitik dan alat tulis.
pewarisan sifat dari tetua melalui peristiwa Kegiatan persilangan dilakukan pada
bergabungnya tepung sari dan putik. Pada 2 set persilangan yaitu BC2-SBCH x Situ
proses persilangan diharapkan adanya Bagendit dan BC2-TWCH x Towuti. Faktor
penggabungan sifat atau gen dari tetua yang digunakan ialah waktu polinasi (W).
yang diturunkan kepada keturunannya. Faktor W terdiri dari 2 level yaitu W1=09:30-
Terdapat beberapa metode yang dilakukan 10:30 WIB, dan W2= 12:30-13:30 WIB.
pemulia dalam kegiatan persilangan, salah Setiap perlakuan waktu penyerbukan
satunya adalah metode silang balik terdapat 6 rumpun calon tetua betina pada
(Backcross). Metode silang balik adalah setiap set persilangan. Dari 6 rumpun
266
berlangsung sampai kepala sari mulai serbuk sari (Guo et al., 2015). Selain itu,
menyusut sekitar pukul 13:00 WIB. tingginya suhu yang diterima pada saat
Tanaman padi dapat membuka bunga di periode pembungaan akan menyebabkan
bawah kondisi dingin di pagi hari dengan proses penyerbukan menjadi buruk
mendeteksi dan merespons suhu malam sehingga pengendapan serbuk sari yang
yang tinggi (Kobayasi et al., tidak mampu mencapai bagian stigma (Wu
2008).Pembukaan bunga di pagi hari et al., 2019). Menurut Kobayashi et al.,
membantu untuk menghindari kemandulan (2011), diperlukan >20 butir serbuk sari
yang disebabkan oleh stres akibat suhu yang diendapkan di stigma untuk
panas pada saat anthesis. Anthesis memastikan terjadinya keberhasilan
merupakan fase yang paling sensitif persilangan.
terhadap adanya suhu tinggi. Terjadinya Rendahnya keberhasilan persilangan
anthesis pada padi tidak hanya dipengaruhi generasi backcross ini berbanding terbalik
oleh faktor genetik, tetapi juga oleh dengan tingkat kesuburan putih dan benang
lingkungan, seperti kelembaban dan suhu sari tanaman. Menurut penelitian Isobe et
Pada tabel 2 ditunjukkan bahwa hasil al., (2002), dijelaskan bahwa semakin maju
analisis uji-t keberhasilan persilangan set generasi backcross, maka semakin
persilangan BC2-TWCH dengan Towuti meningkat kesuburan putik dan benang
terdapat adanya perbedaan sangat nyata sari. Sehingga dengan semakin subur putik
antara perlakuan waktu polinasi BC2-TWCH tanaman generasi backcross maka semakin
X TW (W1) dengan BC2-TWCH X TW (W2). tinggi tingkat keberhasilan persilangan yang
Waktu berbunga tanaman padi banyak dilakukan. Selain faktor waktu persilangan,
dipengaruhi oleh suhu panas yang diterima. faktor manusia sangat penting dan
Tingginya udara panas yang diterima akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan
mampu mengurangi kesuburan serbuk sari, persilangan padi. Seperti yang dijelaskan
mengurangi hasil dan menurunkan hasil oleh Subantoro et al., (2008), bahwa faktor
Tabel 3. Hasil analisis uji-t rata-rata lebar beras pecah kulit set persilangan BC2-TWCH dengan
towuti
Set Persilangan Uji-t
BC2-TWCH X TW (W1) dan BC2-TWCH X TW (W2) -1,737tn
BC2-SBCH X SB (W1) dan BC2-SBCH X SB (W2) -
Keterangan: SB = Situ Bagendit, TW= Towuti, W1 = Perlakuan waktu polinasi (09:30-10:30 WIB), W2 =
Perlakuan waktu polinasi (12:30-13:30 WIB), (tn) = Tidak berbeda nyata, (**) = Berbeda
sangat nyata
Tabel 4. Hasil analisis uji-t rata-rata panjang beras pecah kulit set persilangan BC2-TWCH
dengan towuti
Set Persilangan Uji-t
BC2-TWCH X TW (W1) dan BC2-TWCH X TW (W2) -1,313tn
BC2-SBCH X SB (W1) dan BC2-SBCH X SB (W2) -
Keterangan: SB = Situ Bagendit, TW= Towuti, W1 = Perlakuan waktu polinasi (09:30-10:30 WIB), W2 =
Perlakuan waktu polinasi (12:30-13:30 WIB) (tn) = Tidak berbeda nyata, (**) = Berbeda
sangat nyata
268
manusia berpengaruh terhadap beras yang paling laku dijual oleh pedagang
keberhasilan saat proses penyerbukan dan lebih disukai dipasar yaitu beras yang
silang, karena dalam proses tersebut panjang dan ramping (Wibowo dan
dibutuhkan keahlian khusus. Sehingga Indrasari, 2009).
peneliti terlebih dahulu belajar, memahami Pada tabel 5 ditunjukkan bahwa
dan berlatih melakukan kegiatan didapatkan hasil persentase warna kulit ari
persilangan untuk melatih kemampuan dan beras yang berbeda-beda. Pada set
keterampilan dalam proses persilangan. persilangan BC2-SBCH X Situ Bagendit
Perlakuan polinasi W1 memiliki persentase
Karakter Hasil 90% yang termasuk dalam kategori 2 dan
10% pada kategori 3. Sedangkan pada
Pada tabel 4 ditunjukkan bahwa hasil perlakuan polinasi W2 tidak terdapat
analisis uji-t panjang beras pecah kulit antar adanya hasil disebabkan tidak adanya
set persilangan tidak adanya perbedaan benih yang berhasil. Pada set persilangan
yang nyata antar set persilangan BC2- BC2-TWCH X Towuti perlakuan polinasi W1
TWCH X TW (W1) dan BC2-TWCH X TW memiliki persentase 80% yang termasuk
(W2). Sedangkan pada set persilangan dalam kategori 2 dan 20% dalam kategori 3.
BC2-SBCH X SB (W1) dan BC2-SBCH X SB Sedangkan pada perlakuan polinasi W2
(W2) tidak dilakukan analisis lanjut uji-t memiliki persentase lebih kecil dalam
dikarenakan pada perlakuan W2 tidak kategori 2 yaitu sebesar 90% dan 10%
terdapat data yang bisa dibandingkan dalam kategori 3.
dengan perlakuan W1. Hal ini juga terjadi Pada karakter warna kulit ari beras,
pada hasil analisis uji-t lebar beras pecah hasil biji seluruh set persilangan BC2-SBCH
kulit yang menunjukkan hasil yang sama X SB dan BC2-TWCH X TW menunjukkan
antar set persilangan pada tabel 3. hasil yang cenderung berwarna coklat muda
Berdasarkan hasil pengamatan pada (kategori 2). Hal ini disebabkan adanya
kesepuluh bulir hasil setiap set persilangan, pengaruh pemotongan 1/3 gabah pada saat
masing-masing set persilangan memiliki kegiatanemaskulasi, sehingga 1/3 kulit ari
bentuk beras ramping dengan persentase bagian atas lebih rentan akan adanya
100%. Karakter beras secara umum perubahan warna fisik beras akibat adanya
dipengaruhi oleh faktor genetik dan suhu eksternal yang diterima. Hazmi et al.,
lingkungan (Wibowo dan Indrasari, 2009). (2018), menyatakan bahwa perubahan
Selain itu pengamatan bentuk beras warna pada biji hasil persilangan
terdapat kaitannya dengan ciri khas varietas disebabkan oleh pengaruh pemotongan 1/3
tersebut dan termasuk karakter yang gabah bagian atas saat emaskulasi.
menentukan laku tidaknya dipasar. Bentuk
a b c
. . .