Anda di halaman 1dari 12

Prokrastinasi Akademik: Frekuensi dan Korelasi Perilaku-

Kognitif
Laura J.Solomon dan Esther D.Rothblum
University of Vermont

Studi ini meneliti frekuensi prokrastinasi pelajar perguruan tinggi dalam tugas
akademik dan penyebab dari perilaku tersebut. Sebagian besar mahasiswa
melaporkan memiliki masalah dengan prokrastinasi pada beberapa tugas
akademik tertentu. Self-report prokrastinasi jelas berkorelasi dengan jumlah kuis
mandiri yang dilakukan mahasiswa pada akhir semester. Sebuah analisis faktor
dari penyebab prokastinasi menunjukkan bahwa faktor Fear of Failure (Ketakutan
akan Kegagalan) dan Aversiveness of the Task (Keengganan Mengerjakan Tugas)
menjadi penyebab paling umum. Sekelompok kecil subjek yang homogen
menyetujui aitem pada faktor Fear of Failure yang berkorelasi secara signifikan
dengan pengukuran melalui self-report (self-report measures) pada depresi,
kognitif irasional, harga diri rendah, perilaku menunda belajar, kecemasan, dan
perilaku yang kurang asertif. Kelompok subjek yang lebih besar dan relatif
heterogen melaporkan prokrastinasi sebagai akibat dari Aversiveness of the Task.
Faktor Aversiveness of the Task tidak berkorelasi secara signifikan dengan
depresi, kognitif irasional, harga diri rendah, dan perilaku menunda belajar. Hasil
ini menunjukkan bahwa prokrastinasi bukan semata-mata penurunan dalam
kebiasaan belajar atau manajemen waktu, tetapi melibatkan interaksi yang
kompleks dari komponen perilaku, kognitif, dan afektif.

Prokrastinasi, tindakan tidak pembatalan mata kulaih (Semb,


penting yang menunda-nunda Glick, & Spencer, 1979), dan
tugas sampai pada titik kecenderungan mahasiswa untuk
ketidaknyamanan subjektif melakukan prokrastinasi akan
(menimbulkan perasaan tidak semakin meningkat seiring
nyaman pada seseorang yang dengan semakin lamanya studi
melakukannya), adalah masalah mereka: prokrastinasi mahasiswa
yang sangat umum. Ellis dan baru yang paling sedikit dan
Knaus (1977) memperkirakan mahasiswa tingkat akhir yang
bahwa 95% pelajar perguruan paling banyak (Semb et al., 1979)
tinggi melakukan prokrastinasi.
Asesmen prokrastinasi akademik
Terdapat bukti bahwa
hampir sepenuhnya berfokus pada
prokrastinasi mengakibatkan
pengukuran kebiasaan belajar, seperti
rusaknya kinerja akademik,
durasi waktu belajar dan sikap belajar
termasuk nilai buruk dan
(e.g., Ziesat, Rosenthal, & White,
1978), dan pelajaran yang diselesaikan prokrastinasi dengan pengukuran
dalam pembelajaran mandiri (e.g., perilaku.
Miller, Weaver, & Semb, 1974). Namun
Studi kami memiliki tiga tujuan
prokarastinasi melibatkan lebih dari
penelitian: (a) untuk menentukan
sekedar buruknya manajemen waktu
frekuensi prokrastinasi akademik di
dan keterampilan belajar. Data anekdot
kalangan pelajar perguruan tinggi dan
dari pelaku prokrastinasi dan dari
menilai sejauh mana mereka merasa
pengamatan klinis pelaku prokrastinasi
prokrastinasi merupakan masalah dan
(Burka & Yuen, 1982) menunjukkan
ingin mengubah perilaku tersebut; (b)
banyak kemungkinan penyebab lainnya
untuk menilai secara sistematis
yang mendasari pola perilaku tersebut.
penyebab prokrastinasi agar lebih
Beberapa kemungkinan penyebab
memahami kognisi yang berkontribusi
prokrastinasi adalah kecemasan akan
pada pola perilaku; dan (c) untuk
evaluasi, kesulitan dalam mengambil
membandingkan self-report
keputusan, membelot, kurang asertif,
prokrastinasi dengan pengukuran
ketakutan akan konsekuensi
perilaku prokrastinasi dan untuk
keberhasilan, perasaan benci terhadap
memstandardisasi skala self-report dari
tugas, dan penetapan standar performa
bidang-bidang yang berpotensi
yang terlalu tinggi (perfeksionisme).
berkaitan (mis., kecemasan, kebiasaan
Belum ada upaya sistematis untuk
belajar, depresi, harga diri, kognitif
meneliti penyebab dari prokrastinasi.
irasional, dan perilaku asertif).
Selain itu, terlepas dari sifat objektif
prokrastinasi (yaitu, keberhasilah atau Metode
kegagalan seseorang untuk memenuhi
tenggat waktu; seorang siswa Subjek
mengumpulkan makalah secara Subjek penelitian adalah 342
terlambat atau tepat waktu), hanya tiga pelajar perguruan tinggi yang terdaftar
studi yang telah memasukkan dalam dua sesi mata kuliah pengantar
pengukuran perilaku (behavioral psikologi pada semester gasal tahun
measures) ke dalam asesmen 1982 dan yang menyatakan
prokrastinasi (Blatt & Quinlan, 1967; kesediaannya untuk berpartisipasi
Dossett, Latham, & Saari, 1980; Green, di penilaian kelompok dalam kelas.
1982). Pengukuran perilaku yang Sampel diambil dari 101 laki-laki dan
digunakan dalam ketiga studi diatas 222 perempuan (19 subjek tidak
adalah prompt vs penundaan mengisi jenis kelamin pada lembar
penyelesaian persyaratan lulus mata jawaban). 264 subjek adalah mahasiswa
kuliah menggunakan kuesioner survei baru, 43 mahasiswa tahun kedua, 13
yang harus diisi dalam tenggat waktu mahasiswa tahun ketiga, 3 mahasiswa
tertentu. Tak satu pun dari studi diatas tahun keempat, dan 19 orang tidak
yang mengaitkan self-report memberikan tahun akademik
mereka. 90% subjek berusia 18-21 behavioural delay dan tekanan
tahun. psikologis, tingkat prokrastinasi dan
tingkat dimana prokrastinasi menjadi
Salah satu sesi dari mata kuliah
masalah dijumlahkan untuk setiap tugas
pengantar psikologi ialah mahasiswa
akademik (skor 2-10) serta di keenam
diharuskan mengambil kuis mandiri
bidang fungsi akademik (skor total 12
(self-paced quiz) setelah menyelesaikan
-60). Sebagai tambahan, subjek diminta
setiap bab. Selain itu, mahasiswa akan
untuk menilai menggunakan skala
mendapat sks tambahan karena
Likert 5-poin sejauh mana mereka ingin
berpartisipasi dalam eksperimen
mengurangi perilaku prokrastinasi pada
psikologi. Untuk tujuan penelitian,
setiap tugas akademik (1 = tidak ingin
mahasiswa diundang untuk
mengurangi; 5 = sangat ingin
berpartisipasi dalam satu dari tiga sesi
mengurangi).
eksperimen yang dijadwalkan selama
semester gasal. Seratus mahasiswa Bagian kedua dari PASS
(29% dari mahasiswa yang sudah menyajikan skenario prokrastinasi
menyelesaikan baterai tes dalam kelas) (keterlambatan dalam menulis makalah)
menghadiri salah satu sesi eksperimen dan daftar berbagai kemungkinan
ini. penyebab prokrastinasi pada tugas-
tugas: (a) kecemasan akan evaluasi, (b)
Pengukuran Melalui ‘Self-Report’
perfeksionisme, (c) kesulitan membuat
Kami mengembangkan keputusan, (d) bergantung dan selalu
Procrastination Assessment Scale- meminta tolong kepada orang lain, (e)
Student (PASS)1 yang terdiri dari dua keengganan mengerjakan tugas dan
bagian. Bagian pertama menilai hal rendahnya toleransi frustasi, (f)
umum dari prokrastinasi di 6 bidang kurangnya kepercayaan diri, (g)
fungsi akademik: menulis makalah, kemalasan, (h) kurang asertif, (i)
belajar untuk ujian, mengikuti tugas ketakutan akan kesuksesan, (j)
membaca mingguan, melaksanakan kecenderungan untuk merasa kewalahan
tugas administrasi, menghadiri dan manajemen waktu yang buruk, (k)
pertemuan, dan mengerjakan tugas membelot, (l) pengambilan risiko, dan
akademik umum.2 Subjek diminta untuk (m) pengaruh teman sebaya.3
menilai menggunakan skala Likert 5-
Dua pernyataan dicantumkan
poin sejauh mana mereka menunda-
untuk masing-masing penyebab-
nunda tugas (1 = tidak pernah menunda-
penyebab diatas, dan para mahasiswa
nunda; 5 = selalu menunda -nunda) dan
diminta untuk menilai pernyataan satu
sejauh mana prokrastinasi tugas menjadi
sama lain menggunakan skala Likert 5-
masalah bagi mereka (1 = bukan
poin sesuai dengan seberapa banyak
masalah sama sekali; 5 = selalu
pernyataan tersebut mencerminkan
masalah). Karena definisi
penyebab perilaku prokrastinasi
prokrastinasi menekankan pada
mereka. Misalnya, pernyataan untuk terlambat subjek datang ke sesi
penyebab ‘kecemasan akan evaluasi’ eksperimen. Artinya, mahasiswa yang
adalah “Anda khawatir dosen tidak memilih untuk berpartisipasi dalam sesi
menyukai pekerjaan anda” dan “Anda yang diadakan selama minggu terakhir
kuatir akan mendapatkan nilai buruk.” kelas berpotensi mewakili sekelompok
pelaku prokrastinasi yang tergolong
Pengukuran Perilaku
parah.
Kuis mandiri. Para subjek dalam
Nilai mata kuliah. Sebagai
mata kuliah pengantar psikologi
pengukur kinerja akademik, nilai mata
mengambil 23 kuis mandiri sepanjang
kuliah diperoleh mahasiswa pada bagian
semester. Jumlah kuis mandiri yang
pembelajaran mandiri dalam mata
diambil subjek selama 5 minggu
kuliah pengantar psikologi.
terakhir semester dijadikan sebagai
indeks perilaku prokrastinasi. Artinya, Prosedur
para mahasiswa yang mengerjakan
Pada sesi penilaian dalam kelas,
sebagian besar kuis mereka di minggu-
mahasiswa mata kuliah pengantar
minggu terakhir semester dianggap
psikologi (mahasiswa dibagi menjadi
sebagai pelaku prokrastinasi yang
dua kelompok) diminta untuk mengisi
tergolong parah dibanding mahasiswa
baterai kuesioner yang mengukur harga
yang menyisakan lebih sedikit kuis di
diri (Rosenberg Self-Esteem Scale;
akhir semester. Sebuah distribusi
Rosenberg, 1965), kecemasan (State-
frekuensi dari jumlah kuis mandiri yang
Trait Anxiety Inventory-Trait version;
diambil oleh seluruh mahasiswa selama
Spielberger, Gorsuch, & Lushene,
periode ini menunjukkan kisaran 0
1966), ketepatan waktu dan kebiasaan
sampai 23 dan median 12,5.
belajar yang terorganisir (the Delay
Waktu partisipasi eksperimen. Avoidance scale of the Survey of Study
Pada sesi pembelajaran mandiri dalam Habits and Atitudes; Brown &
mata kuliah pengantar psikologi, Holtzman, 1966), asersi (The Collage
mahasiswa menerima sks tambahan Self-Expression Scale; Galassi, DeLo,
untuk berpartisipasi dalam eksperimen Galassi, & Bastien, 1974), prokrastinasi
psikologi. Dengan demikian (PASS), depresi (Beck Depression
dimungkinkan merekrut subjek untuk Inventory; Beck & Beanmesdorfer,
berpartisipasi dalam salah satu dari tiga 1974), and kognitif irasional (Ellis Scale
sesi penilaian kelompok yang of Irrational Cognition; MacDonald &
dijadwalkan sepanjang semester Games, 1972). Mahasiswa pada salah
gasal; sesi ketiga dijadwalkan selama satu sesi mata kuliah menerima
minggu terakhir kelas. Tujuan sesi kuesioner sesuai urutan yang
asesmen kelompok ini adalah untuk ada; mahasiswa pada sesi lain menerima
menentukan, sebagai pengukur kuesioner dengan urutan terbalik untuk
tambahan prokrastinasi, seberapa
mengimbangi pengaruh dari urutan isi PASS. Rata-rata yang dihasilkan sangat
kuesioner. mirip, M = 32,61 untuk kelompok ID
yang salah; M = 33,53 untuk kelompok
Pada sesi pembelajaran mandiri
ID yang benar; t (340) = .316, p> .
dalam mata kuliah pengantar psikologi,
10. Dengan demikian, subjek yang
mahasiswa diminta untuk berpartisipasi
benar menandai nomor ID mereka tidak
dalam eksperimen psikologi. Mereka
menunjukkan perbedaan populasi
diberi surat yang
terkait dengan self-report prokrastinasi,
mencantumkan tanggal dan waktu sesi
dan analisis selanjutnya dilakukan pada
eksperimen dan diundang untuk
kelompok ini saja.
menghadiri salah satu dari tiga sesi
pilihan mereka. Sesi penilaian
dijadwalkan pada awal (15 Oktober),
Frekuensi Prokrastinasi
pertengahan (10 November), dan akhir
(15 Desember) semester. Pada sesi ini, Data frekuensi prokrastinasi pada
subjek diminta untuk menyelesaikan berbagai tugas akademik menunjukkan
PASS lagi. bahwa 46% subjek melaporkan jika
mereka hampir selalu atau selalu
Pada akhir semester, kami
menunda-nunda menulis makalah,
memperoleh nilai mata kuliah dan
27,6% menunda-nunda untuk belajar
jumlah kuis mandiri yang diambil
ujian, dan 30,1% menunda-nunda tugas
mahasiswa selama lima minggu terakhir
membaca mingguan. Pada tingkat yang
semester dari asisten dosen psikologi.
lebih rendah, subjek menunda tugas
Hasil dan Diskusi administrasi (10,6%), tugas kehadiran
(23,0%), dan kegiatan sekolah secara
Analisis data menunjukkan bahwa
umum (10,2%).
51 dari 342 subjek salah menandai
nomor ID mereka pada setidaknya satu Dalam hal sejauh mana subjek
dari empat lembar jawaban. merasa prokrastinasi merupakan
Perbandingan dapat dilakukan pada masalah bagi mereka, 23,7%
kuesioner tertentu terkecuali untuk 51 melaporkan bahwa itu hampir selalu
subjek tersebut, karena nomor ID atau selalu menjadi masalah ketika
mereka tidak dapat dicocokkan di menulis makalah, dan 21,2%
seluruh lembar jawaban. Untuk mengatakan itu menjadi masalah ketika
memisahkan 51 subjek tersebut dengan belajar untuk ujian, dan 23,7%
291 mahasiswa yang menandai nomor mengatakan itu masalah ketika
ID mereka dengan benar di semua melakukan tugas membaca
lembar jawaban, kami melakukan t-test mingguan. Prokrastinasi tidak terlalu
untuk menemukan perbedaan kedua menjadi masalah dalam tugas lainnya
kelompok tersebut pada total suara dan kegiatan sekolah pada umumnya.
setuju mereka akan prokrastinasi pada
Mengenai sejauh mana subjek Kuis mandiri. Banyaknya kuis
dilaporkan ingin mengurangi mandiri yang diambil subjek selama
kecenderungan mereka dalam lima minggu terakhir semester memiliki
prokrastinasi, 65,0% menyatakan bahwa keterkaitan khusus dengan self-report
mereka ingin atau pasti ingin prokrastinasi akademik subjek pada
mengurangi prokrastinasi saat menulis PASS. Korelasi positif yang signifikan
makalah, 62,2% ingin menguranginya ditemukan antara jumlah kuis dan self-
ketika belajar untuk ujian, dan 55,1% report prokrastinasi pada penulisan
ingin menguranginya saat melakukan makalah (r = .24, p < .001), belajar
tugas membaca mingguan. Untuk tugas untuk ujian (r = .19, p < .01), dan tugas
lainnya, lebih sedikit subjek yang ingin membaca mingguan (r = .28, p < .
mengurangi perilaku prokrastinasi 0005). Dengan demikian, subjek yang
mereka. melaporkan sering melakukan
prokrastinasi pada tugas-tugas tersebut
Tingginya frekuensi self-report
juga menunda mengerjakan kuis
prokrastinasi pada penulisan makalah,
mereka. Korelasi antara jumlah kuis
belajar untuk ujian, dan melakukan
yang diambil pada akhir semester dan
tugas membaca mingguan menunjukkan
prokrastinasi pada tugas administrasi
bahwa tugas-tugas ini cenderung
dan tugas kehadiran tidak
dipandang paling penting oleh
signifikan. Hasilnya hanya berdasarkan
mahasiswa, dan mungkin tugas-tugas
pada subjek di bagian pembelajaran
tersebut yang memiliki efek terbesar
mandiri (n = 161).
pada kinerja akademik. Tugas-tugas
seperti menghadiri kelas atau rapat, Tidak mengherankan bahwa kuis
mengisi formulir, dan registrasi mata mandiri berkorelasi paling signifikan
kuliah kurang penting bagi dengan self-report prokrastinasi pada
mahasiswa; akibatnya, mahasiswa tugas membaca mingguan, suatu
menganggap prokrastinasi tidak terlalu kegiatan yang sebenarnya dapat
menjadi masalah pada tugas-tugas diselesaikan dalam waktu yang relatif
tersebut. singkat. Ini menunjukkan spesifisitas
situasional dari prokrastinasi. Namun,
Kami melakukan analisis ragam
korelasinya relatif rendah. Ada beberapa
untuk melihat adanya tidaknya
penyebab yang mendasari hal
pengaruh jenis kelamin pada perilaku
tersebut. Pertama, sebagian besar
prokrastinasi. Hasil menunjukkan
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
bahwa tidak ada pengaruh yang
pengantar psikologi adalah mahasiswa
signifikan untuk prokrastinasi akademik
baru yang mungkin tidak dapat
maupun total dari self-report
memprediksi beban kuliah yang akan
prokrastinasi.
mereka terima. Mahasiswa di kelas
Pengukuran Perilaku Prokrastinasi yang lebih senior mungkin telah
memperlihatkan adanya hubungan yang
kuat antara skor PASS dan pemilihan Nilai mata kuliah. Nilai mata
waktu kuis mandiri. Sayangnya, jumlah kuliah tidak berkorelasi secara
sampel mahasiswa tingkat atas kami signifikan dengan self-report
tidak cukup untuk melakukan prokrastinasi. Hubungan yang tidak
analisis. Kedua, dosen mata kuliah signifikan ini terlihat jelas pada semua
terus-terusan mendesak mahasiswa jenis tugas akademik. Dalam hal ini
untuk menyelesaikan kuis mandiri hasil kami tidak mendukung
mereka. Akibatnya, ini bukan lagi hasil Semb et al. (1979), yang
menjadi tugas yang sepenuhnya diatur melaporkan adanya hubungan antara
sendiri oleh mahasiswa dan distribusi prokrastinasi dan kinerja akademik yang
kuis yang telah selesai mungkin agak buruk. Dalam studi kami, pelaku dan
dibatasi karena hal tersebut. bukan pelaku prokrastinasi memiliki
peluang yang sama dalam mendapatkan
Kehadiram pada sesi eksperimen.
nilai tinggi. Dengan demikian,
Seratus mahasiswa menghadiri satu dari
meskipun frekuensi mahasiswa yang
tiga sesi eksperimen. Kami melakukan
melaporkan prokrastinasi dan yang
analisis varian untuk menentukan
menganggap prokrastinasi mereka
hubungan antara self-report
sebagai masalah relatif tinggi, sampel
prokrastinasi dan kehadiran dalam sesi
mahasiswa ini tidak dapat dengan
eksperimen yang diadakan pada awal,
mudah diidentifikasi oleh kinerja
tengah, atau akhir semester. Hasilnya
akademik.
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan untuk sesi eksperimen Kurangnya korelasi antara self-
sehubungan dengan self-report report prokrastinasi dan nilai mata
prokrastinasi pada tugas-tugas kuliah mungkin merupakan
administrasi, F (2,99) = 3,41, p < .05. methodological artefict. Asesmen self-
Diketahui, subjek yang hadir pada sesi report prokrastinasi yang digunakan
terakhir melakukan prokrastinasi tugas dalam studi ini (PASS) meminta
administrasi secara signifikan lebih dari mahasiswa untuk melaporkan
subjek yang hadir pada dua sesi kecenderungan prokrastinasi pada
sebelumnya (Ms = 4,02, 4,10, dan 5,75 kegiatan akademik secara umum tanpa
untuk sesi eksperimen awal, tengah, dan berfokus pada mata kuliah psikologi
akhir, masing-masing, untuk jumlah mereka. Namun, pengukuran kinerja
self-report prokrastinasi dan sejauh akademik kami hanya didasarkan pada
mana prokrastinasi menjadi masalah). nilai mahasiswa dalam mata kuliah
Tidak ada pengaruh lain yang pengantar psikologi. Barangkali tes
signifikan. Sekali lagi, hasil ini hubungan antara prokrastinasi dan
menunjukkan spesifisitas situasional kinerja akademik yang lebih valid akan
dari prokrastinasi. mencakup laporan tentang
kecenderungan melakukan prokrastinasi
pada setiap mata kuliah yang diambil
oleh mahasiswa beserta nilai dari mata p < .05), tetapi pada tingkat yang lebih
kuliah tersebut. Hingga prosedur rendah dibanding dengan pengukuran-
semacam itu dilaksanakan, hubungan pengukuran yang sudah disebutkan
antara prokrastinasi dan prokrastinasi sebelumnya, tidak ada korelasi yang
akademik akan tetap tidak jelas. signifikan antara prokrastinasi dan
asersi. Jika prokrastinasi semata-mata
merupakan penurunan keterampilan
belajar atau manajemen waktu seperti
yang dikatakan oleh studi-studi
sebelumnya (Miller et al., 1974; Ziesat
Perbandingan Prokrastinasi et al., 1978), kami berharap
Menggunakan Pengukuran Melalui prokrastinasi berkorelasi dengan
Self-Report kebiasaan belajar dengan
mengesampingkan sebagian besar
Karena ini merupakan studi
pengukuran melalui self-report
eksplorasi dari variabel yang
lainnya. Meskipun kami memang
berkontribusi pada prokrastinasi, jumlah
menemukan korelasi antara
skala self-report mengukur kognisi,
prokrastinasi dan kebiasaan belajar,
afek, atau perilaku, mungkin berkaitan
pengukuran kognitif dan afektif adalah
dengan prokrastinasi dalam studi
aspek yang tidak kalah
ini. Meskipun tidak mungkin untuk
penting. Khususnya, individu yang
menarik kesimpulan tentang kausalitas
melaporkan prokrastinasi yang parah
dari korelasi di bawah ini, hubungan
dan yang menganggap prokrastinasi
antara prokrastinasi dan bidang-bidang
sebagai masalah juga melaporkan
kognitif, perilaku, serta afektif lainnya
pengaruh depresi, harga diri rendah, dan
mungkin dapat membuka jalan untuk
kognisi irasional. Penjelasan tentang
penelitian yang lebih dalam.
korelasi ini mungkin merupakan sebuah
Pengukuran melalui self-report respon terpola (response set). Artinya,
yang berkorelasi paling signifikan individu melaporkan sedikit
dengan total skor pada PASS adalah kecenderungan melakukan prokrastinasi
depresi (r = .44, p < .0005), pengukuran dan juga menyetujui banyak indeks
afektif (affective measure); kognisi kesehatan mental positif lainnya (yaitu,
irasional (r = .30, p < .0005) dan harga respons kepatutan sosial), atau mereka
diri (r = -.23, p < .0005), dua mendukung pola pikir, afek, dan
pengukuran kognitif (cognitive perilaku negatif (yaitu, respon terpola
measures); dan ketepatan waktu dan negatif). Penjelasan lain mungkin saja
kegiatan belajar yang terorganisir (r = prokrastinasi berkaitan dengan afek dan
-.24, p < .0005), pengukuran perilaku. kognisi negatif tentang diri sendiri.
Prokrastinasi secara signifikan
Struktur Faktor Penyebab Prokrastinasi
berkorelasi dengan kecemasan (r = .13,
Kami melakukan analisis faktor merupakan dua penyebab utama
penyebab prokrastinasi pada prokrastinasi.
subjek. Analisis ini terdiri dari
Analisis ragam perbedaan jenis
penyelesain sumbu utama dengan
kelamin pada dua penyebab utama
korelasi kuadrat pada diagonal-
prokrastinasi menghasilkan perbedaan
diagonal, diikuti oleh rotasi varimax
yang signifikan pada faktor Fear of
dari faktor-faktor penyebab
Failure. Perempuan secara signifikan
prokrastinasi dengan nilai eigen,
lebih cenderung menyetujui aitem yang
sebelum rotasi, lebih besar dari atau
mencerminkan faktor ini (skor rata-rata
sama dengan x. Aitem dimasukkan
untuk 5 aitem adalah 8,52). Tidak ada
sebagai pemuatan yang signifikan pada
perbedaan jenis kelamin yang signifikan
suatu faktor jika nilai faktornya lebih
pada persetujuan atas aitem yang
besar dari atau sama dengan 50.
mencerminkan keengganan
Faktor pertama menyumbang mengerjakan tugas.
49,4% dari varians, tampaknya
Frekuensi Pesetujuan Penyebab
mencerminkan ketakutan akan
Prokrastinasi
kegagalan. Aitem taps faktor 1
berkaitan dengan kecemasan memenuhi Meskipun suatu faktor dapat
harapan orang lain (kecemasan akan menyebabkan sebagian besar varian
evaluasi), kekhawatiran memenuhi tidak bergantung pada faktor lainnya,
suatu standar (perfeksionisme), dan ini tidak mencerminkan frekuensi
kurangnya kepercayaan diri. Faktor aitem-aitem penyusun faktor yang
kedua menyumbang 18% dari varians disetujui oleh subjek. Kami membuat
dan berkaitan dengan keengganan tabulasi frekuensi untuk setiap aitem,
mengerjakan tugas serta yang terdiri dari persentase subjek yang
kemalasan. Aitem-aitem mencerminkan sangat menyetujui setiap aitem (yaitu,
kurangnya energi dan ketidaknyamanan menandai 4 atau 5 pada skala 5 poin di
pada tugas. Faktor 3 melalui masing- mana 1 = sama sekali tidak
masing 7 tap ketergantungan, mencerminkan mengapa saya
pengambil risiko, kurang asertif, melakukan prokrastinasi dan 5 = sangat
membelot, dan kesulitan membuat mencerminkan mengapa saya
keputusan. Karena kelima faktor ini melakukan prokrastinasi).
memiliki nilai eigen setelah rotasi
Persetujuan subjek atas aitem-
varimax yang kurang dari atau sama
aitem yang merupakan faktor Fear of
dengan 1,50, mereka tidak dimasukkan
Failure berkisar antara 6,3% hingga
dalam analisis lebih lanjut. Dengan
14,1%. Sebaliknya, dukungan aitem
demikian, analisis faktor menunjukkan
yang merupakan faktor Aversiveness of
bahwa ketakutan akan kegagalan dan
the Task berkisar antara 19,4% hingga
keengganan mengerjakan tugas
47,0%.
Aitem-aitem lain yang didukung buruk. Ketika faktor Fear of Failure
oleh setidaknya 20% dari subjek adalah berkorelasi dengan pengukuran melalui
"Anda memiliki banyak hal lain yang self-report, faktor ini berkorelasi secara
harus dilakukan" dan "Anda merasa signifikan tidak hanya dengan depresi (r
kewalahan oleh tugas", dimana = .41, p < .0005), kognisi irasional (r = .
keduanya merujuk pada kesulitan dalam 30, p < .0005), ketepatan waktu dan
mengatur waktu. Selain itu, aitem kebiasaan belajar yang terorganisir (r =
"Anda mengalami kesulitan mengetahui -.48, p < .0005), dan harga diri (r = -.26,
apa yang seharusnya dimasukkan p < .005) tetapi juga dengan kecemasan
kedalam makalah Anda," mengacu pada (r = .23, p < .0005). Ada juga korelasi
kesulitan dalam membuat keputusan, negatif yang lebih rendah tetapi
didukung oleh 32,2% subjek. signifikan antara faktor Fear of Failure
dan asersi (r = -.12, p < .05).
Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat dua kelompok pelaku Kelompok pelaku prokrastinasi
prokrastinasi. Pertama, kedua terdiri dari sekelompok besar
sekelompok mahasiswa homogen yang subjek yang relatif heterogen
relatif kecil melaporkan jika melaporkan prokrastinasi sebagai akibat
prokrastinasi disebabkan oleh ketakutan dari keengganan mengerjakan
akan kegagalan. Yaitu, meskipun hanya tugas. Yaitu, 19% hingga 47% dari
6% hingga 14% pelajar yang subjek menyetujui setidaknya satu aitem
menyetujui aitem-aitem yang yang merupakan faktor Aversiveness of
merupakan faktor Fear of Failure the Task sebagai penyebab utama
sebagai penyebab prokrastinasi, faktor mereka melakukan prokrastinasi.
ini menyumbang hampir 50% dari Karena faktor ini hanya menyumbang
varians, lebih banyak 4 kali lipat dari 18% dari varians, mahasiswa mungkin
varians faktor lainnya. Dengan menyetujui aitem-aitem lain yang tidak
demikian, mahasiswa yang menyetujui termasuk dalam faktor ini. Ini sangat
aitem dari faktor ini cenderung kontras dengan hasil temuan untuk
menyetujui aitem ini secara faktor Fear of Failure. Dengan
sepenuhnya. Faktor Fear of Failure demikian, keengganan mengerjakan
mencakup hal-hal yang berkaitan tugas bukan menjadi penyebab utama
dengan kecemasan akan evaluasi, mahasiswa melakukan prokrastinasi
penetapan standar performa yang terlalu akademik. Aitem-aitem faktor
tinggi (perfeksionisme), dan Aversiveness of the Task berhubungan
kepercayaan diri yang rendah. Dengan dengan ketidaksukaan terlibat dalam
demikian, mahasiswa dalam kategori ini kegiatan akademik dan kurangnya
melakukan prokrastinasi karena mereka energi. Agaknya, mahasiswa yang
tidak dapat memenuhi harapan mereka mendukung aitem-aitem tersebut juga
sendiri atau orang lain, atau karena mendukung aitem-aitem yang
kekhawatiran tentang kinerja yang mencerminkan kesulitan dalam
membuat keputusan dan memanajemen diakibatkan oleh ketakutan akan
waktu, dua bidang yang sering disetujui. kegagalan juga berkorelasi dengan
kebiasaan belajar serta dengan
Ketika faktor Aversiveness of the
komponen kognitif dan afektif. Dengan
Task dikorelasikan dengan pengukuran
demikian prokrastinasi harus dianggap
melalui self-report, faktor ini ditemukan
sebagai suatu fenomena
berkorelasi secara signifikan dengan
kebiasaan, afektif, dan kognitif;
depresi (r = .36, p < .0005),
menganggap prokrastinasi hanya salah
kepercayaan irasional (r = .23, p < .
satu fenomena di atas dianggap
0005), dan ketepatan waktu serta
mengabaikan kompleksitas
kebiasaan belajar yang terorganisir (r =
prokrastinasi. Kedua, individu yang
-.53, p < .0005). Namun, perlu dicatat
melakukan prokrastinasi karena
bahwa faktor Aversiveness of the Task
ketakutan akan kegagalan dapat
tidak berkorelasi secara signifikan
dibedakan dengan mereka yang
dengan kecemasan atau asertif, dan
melakukan prokrastinasi karena
korelasi faktor ini dengan harga diri (r =
keengganan mengerjakan tugas dengan
-.13, p = .013) meskipun signifikan
adanya kecemasan dan harga diri yang
tetapi cukup rendah. Dengan demikian,
rendah. Akibatnya, sulit untuk
ada satu perbedaan antara mahasiswa
berpendapat bahwa terdapat korelasi
yang melakukan prokrastinasi karena
yang tinggi antara prokrastinasi dengan
keengganan mengerjakan tugas dan
karakteristik negatif, seperti depresi
mahasiswa yang melakukan
parah atau kognisi irasional, disebabkan
prokrastinasi karena ketakutan akan
oleh kepatutan sosial atau karena respon
kegagalan yakni bahwa pada akhirnya
terpola negatif. Jika itu yang terjadi,
juga melaporkan kecemasan yang parah
prokrastinasi pada kedua kelompok di
dan harga diri yang
atas menyetujui kecemasan dan harga
rendah. Pemeriksaan aitem-aitem yang
diri yang rendah.
merupakan faktor Fear of Failure
berfokus pada temuan bahwa aitem- Bertolak belakang dengan asumsi
aitem tersebut mengindikasikan sebelumnya, manajemen waktu
kecemasan akan evaluasi dan bukanlah faktor independen yang
kepercayaan diri yang rendah. menjelaskan perilaku prokrastinasi.
Meskipun aitem yang merupakan
Terdapat dua poin penting
manajemen waktu sangat disetujui,
disini. Pertama, prokrastinasi yang
mahasiswa secara bersamaan
dihasilkan dari keengganan
menyetujui penyebab kognitif, afektif,
mengerjakan tugas berkorelasi tidak
dan perilaku lainnya sebagai alasan
hanya dengan kebiasaan belajar,
prokrastinasi.
pengukuran perilaku melalui self-report,
tetapi juga dengan jumlah komponen Sebagai kesimpulan, penting
kognitif dan afektif. Prokrastinasi yang untuk diingat
bahwa prokrastinasi bukan sekedar keterampilan belajar (Green, 1982;
penurunan kebiasaan belajar dan Richars, 1975; Ziesat et al., 1978).
manajemen waktu tetapi juga Bentuk perawatan ini mungkin
melibatkan interaksi kompleks merupakan komponen yang
komponen perilaku, kognitif, dan penting; namun, belum cukup untuk
afektif. Untuk kelompok pelaku merubah perilaku prokrastinasi. Dengan
prokrastinasi yang melaporkan demikian, mahasiswa yang diperhatikan
ketakutan akan kegagalan, strategi yang
oleh konselor dan dosen karena masalah
dapat digunakan adalah strategi
prokrastinasi cenderung memiliki
intervensi yang mengatasi kecemasan
masalah yang lebih dari sekedar
akan evaluasi, perfeksionisme, dan
penurunan kualitas manajemen
kepercayaan diri yang rendah. Untuk
waktu. Tidak mungkin jika intervensi
kelompok pelaku prokrastinasi yang
yang berhasil untuk prokrastinasi hanya
lebih heterogen yang diakibatkan karena
terdiri dari satu unsur strategi
keengganan mengerjakan tugas,
perawatan. Baru-baru ini beberapa
prosedur manajemen kontingensi
dokter telah mulai menggunakan
mungkin menjadi salah satu aspek
intervensi untuk prokrastinasi yang
penting dari intervensi.
menggabungkan strategi perilaku
Sebelumnya, psikolog konseling kognitif (Burka & Yuen, 1983); hal
telah berupaya untuk merubah perilaku tersebut dapat menjadi jalan yang
prokrastinasi dengan meningkatkan menjanjikan untuk penelitian lebih
kualitas manajemen waktu dan lanjut.

1
Salinan PASS tersedia dari penulis atas permintaan     
2
Dalam studi percontohan yang meneliti frekuensi relatif prokrastinasi di bidang
akademik, domestik, dan sosial, siswa melaporkan bahwa prokrastinasi menjadi
masalah yang paling umum di bidang akademik. Keenam bidang akademik
mencakup sebagian besar tugas-tugas sekolah yang memungkin untuk ditunda.
3
Daftar kemungkinan penyebab prokrastinasi dihasilkan dari studi percontohan dimana
mahasiswa sarjana dan psikologi klinis diminta
mengindikasi mengapa mereka melakukan prokrastinasi pada tugas akademik. Format
open-ended digunakan. Semua tanggapan dikategorikan dan dimasukkan ke dalam
PASS.

Anda mungkin juga menyukai