Anda di halaman 1dari 119

CV.

Multi Global Makmur

1
Pemuda itu Berperan bukan Baperan
Copyright © CV. Multi Global Makmur, 2019
Penulis:
Hamdan Kurniawan Zega
ISBN: 978-623-91319-7-5

Penyunting :
Asih Tria Wulandari
Tata Letak dan Design Sampul:
Tim Prokreatif

Penerbit:
CV. Multi Global Makmur
Redaksi
Jalan Saudara Perumahan Golden Palace B30
Medan, Sumatera Utara
Web : www.penerbit.prokreatif.com
Instagram : @pro_kreatif
E-mail : multiglobal3@gmail.com

Distributor Tunggal
Tim Ruang Nulis
Instagram : @ruang_nulis
Email : ruangnulis12@gmail.com
WhatsApp : 0895 6111 58068

Cetakan Pertama, Oktober 2019


119 halaman; 14 x 21 cm

Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang memperbanyak


maupun mengedarkan buku dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit maupun penulis

2
PENGANTAR PENULIS
Bismillah walhamdulillah.

T ulisan ini, ditulis dari lubuk hati yang paling


dalam dan berharap bisa menghampiri hati para pemuda
Islam. Merupakan goresan tinta-tinta yang semoga tidak
lekang ditelan zaman. Akan selalu dikenang, meskipun
badan sudah terbujur di dalam tanah. Menjadi sedikit
semangat untuk mengobarkan jiwa muda yang masih
labil, cenderung egois, dan ingin menikmati manisnya
fatamorgana dunia yang melalaikan dan sangat hina.
Semoga memberikan manfaat untuk generasi pada zaman
ini, dan juga yang akan datang.

Sesungguhnya Imam Malik bin Anas rahimahullahu


ta’ala, merupakan seorang imam mazhab yang sangat
terkenal, karya-karyanya masih dikenang, dipelajari sampai
hari ini. Merupakan penulis kitab yang sangat terkenal
yaitu Muwattho’ Imam Malik, beliau pernah mengatakan,
“Apa-apa yang ditulis dan dipersembahkan untuk Allah

Hamdan Kurniawan Zega 3


maka akan kekal.” Karena penulis mengetahui, bahwa
mengikhlaskan niat jauh lebih sulit daripada melakukan
seluruh aktivitas. Suhail pernah ditanya tentang sesuatu
yang paling berat bagi diri. Ia menjawab, “Ikhlas, sebab
dengan ikhlas, diri tidak mendapatkan bagian dari apa
yang dikerjakan sama sekali.” 1

Dari itu penulis berharap dan memohon hanya


kepada Allah Ta’ala, semoga niat ini diikhlaskan hanya
karena mengharap rida dan pahala dari sisi-Nya, bukan
pujian manusia yang hanya sepanjang lidahnya saja.

Mengutip perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


rahimahullahu ta’ala yang mengatakan, “Islam jaya dengan
tebasan pedang dan torehan pena.” Maka dari ini penulis
berharap, semoga bisa menjadi bagian dari orang-orang
yang menjayakan Islam dengan goresan-goresan pena
dan semoga menancap dihati para pemuda Islam, untuk
bangkit dari tidur panjangnya.

Nias, September 2019

1. Tazkiyatun Nafs Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama’ Salaf,


Solo: Pustaka Arafah, 2018, hal. 16

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 4


Daftar Isi

Pengantar Penulis 3

Daftar Isi 5

Mukaddimah 7

Pedoman Transliterasi 11

Selayang Pandang 12

A. Hakikat Pemuda 18

B. Keutamaan Pemuda 34

1. Mudah Menerima Kebenaran 34

2. Mendapatkan Naungan Allah 38

3. Allah Kagum Dengan Pemuda 41

C. Kondisi Pemuda Zaman Now 46

1. Jauh Dari Masjid 48

2. Menyia-nyiakan Waktu 50

3. Pergaulan Bebas 54

D. Kemuliaan Pemuda 58

1. Ilmu 59

2. Amal Saleh 64

Hamdan Kurniawan Zega 5


3. Dakwah 67

4. Izzah 71

5. Teman yang Baik 73

E. Cinta Dalam Kehidupan Seorang Pemuda 80

F. Prinsip Hidup Seorang Pemuda 99

G. Pemuda & Perantauan 107

Penutup 114

Biodata Penulis 116

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 6


MUKADDIMAH
ُ ْ
‫اهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر أ� ْن ُف ِس َنا‬ ِ ‫إ� ّن ال َح ْم َد ِِهلل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغ ِف ُر ُه َو َن ُع ْوذ ِب‬
َ َ
‫هللا َف َال ُم ِض ّل ل ُه َو َم ْن ُي ْض ِل ْل َف َال َه ِاد َي ل ُه‬ ُ ‫َو َس ّي َئ ِت أ� ْع َما ِل َنا َم ْن َي ْه ِد ِه‬
ُ ‫هللا َو أ� ْش َه ُد أ� ّن ُم َح ّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه َص َّلى‬
‫هللا َع َل ْي ِه‬ ُ ‫أ� ْش َه ُد أ� ْن َال � َله � ّال‬
‫إ إ‬
‫الص َر ِاط‬ ّ ِ ‫َو َع َلى آ� ِل ِه َو أ� ْصحا ِب ِه َو َمن َس َار َعلى ن ْه ِج ِه القوي ِم َود َعا �لى‬
َ َ ْ َ َ َ ْ َ
‫إ‬ ِ
ّ ‫ُالم ْس َتق ْيم � َلى َي ْوم‬
‫الد ْي ِن َو َس َّل َم َت ْس ِل ْي ًما ك َـ ِث ْي ًرا‬ِ ِ ‫ِ ِإ‬

S egala nikmat hanya dari Allah Ta’ala yang

wajib untuk kita syukuri. Kalaulah untuk menghitung

nikmatnya kita tidak mampu, maka bagaimana lagi untuk

mensyukurinya. Segala puji bagi Allah yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua

sehingga penulis dapat menggoreskan kata demi kata

sehingga tersusunlah buku yang berjudul “Pemuda itu

BERPERAN bukan BAPERAN.”

Hamdan Kurniawan Zega 7


Sholawat teriring salam semoga senantisa

tercurah kepada uswatun hasanah Nabi yang mulia

Muhammad bin ‘Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

beliau adalah teladan yang agung, pemilik akhlaqul

karimah, panutan bagi orang-orang yang bertakwa yang

telah merombak seluruh tatanan kejahilan hingga menjadi

masyarakat  yang berperadaban mulia, dan beliau

telah menghabiskan hidupnya dalam berdakwah

untuk  menegakkan kalimat tauhid. Shalawat dan salam

semoga selalu tercurah juga kepada segenap keluarganya

yang mulia, para sahabatnya yang agung dan seluruh umat

muslim yang mengikuti tuntunanya sampai akhir zaman.

Buku ini mungkin hanya berisi kata hati,

yang peduli terhadap keadaan generasi Islam di zaman

ini terutama para pemudanya. Hanya untuk berbagi

sedikit pandangan untuk memberikan gambaran singkat

tentang hakikat pemuda di dalam Islam. Tentunya di

dalam penulisannya masih banyak salah dan khilaf dari

penulis, baik dari tulisan maupun pilihan kata dalam

buku ini. Tentunya penulis sangat berharap masukan

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 8


yang membangun, baik berupa kritik dan saran untuk

kesempurnaan buku ini.

Penulis juga menyadari dalam penyusunan buku

ini tentunya tidak lepas dari peran serta dan dukungan

dari berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan

baik morel, ide maupun bantuan yang lain kepada penulis.

Maka sudah sepantasnya penulis dengan rasa hormat

mengucapkan terima kasih yang sangat dalam kepada

semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini.

Hanya Allah Ta’ala sebaik-baik pemberi balasan.

Penulis berharap kepada Allah, agar Allah mengikhlaskan

niat kita, baik penulis maupun pembaca buku ini. Sehingga

buku ini dapat memberikan manfaat bagi generasi Islam,

tidak hanya sebagai angin lalu yang dirasakan sejuk

sebentar lalu kemudian hilang tanpa bekas. Berharap buku

ini menjadi pelecut semangat bagi jiwa muda yang sudah

mati, kering keronta tanpa air kehidupan. Sebagai pelepas

dahaga ditengah kekeringan jiwa yang labil. Menjadikan

jiwa yang sudah mati kembali hidup, maupun jiwa yang

Hamdan Kurniawan Zega 9


gersang kembali subur, dan mencoba memberikan satu

peran kecil didalam perjuangan agamanya yaitu Islam.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 10


PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
‫ا‬ A ‫ط‬ Th

‫ب‬ b ‫ظ‬ zh

‫ت‬ t ‫ع‬ ‘

‫ث‬ ts ‫غ‬ gh

‫ج‬ j ‫ف‬ f

‫ح‬ h ‫ق‬ q

‫خ‬ kh ‫ك‬ k

‫د‬ d ‫ل‬ l

‫ذ‬ dz ‫م‬ m

‫ر‬ r ‫ن‬ n

‫ز‬ z ‫و‬ w

‫س‬ s ‫ۿ‬ h

‫ش‬ sy ‫ء‬ ‘

‫ص‬ sh ‫ؠ‬ y

‫ض‬ dh

Hamdan Kurniawan Zega 11


SELAYANG PANDANG

P ernahkah engkau merenung seorang diri? Di

tengah keheningan malam mungkin, atau di pagi hari

waktu duha yang sejuk lagi tenang. Memperhatikan

detik demi detik waktu berlalu begitu saja. Tiada

yang mampu menahan jarum jam yang terus berputar

sepanjang hari seakan tiada bosannya. Hidup yang terus

berjalan, sebagaimana silih bergantinya siang dan malam.

Terkadang hujan turun dengan derasnya memberikan

kesegaran kepada bumi yang gersang, kemudian matahari

menyinari di siang hari yang sangat panas memberikan

manfaat bagi keberlangsungan kehidupan makhluk di

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 12


muka bumi.

Atau mungkin engkau pernah memperhatikan

lautan yang luas seakan tak berujung. Terkadang arusnya

begitu tenang, dan tidak jarang penuh gelombang yang

amat indah deburannya. Burung-burung terbang ke sana

kemari di langit yang biru.

Lalu dahan dan dedaunan di pohon-pohon yang

saling meliuk ketika angin berhembus. Menambah

indahnya ciptaan sang ilahi yang terkadang luput dari

pandangan manusia yang buta dengan dunia yang fana.

Lalu kemudian berpikir dengan semua yang ada, akankah

itu semua hanya ciptaan yang sia-sia tak berarti? Ataukah

semua itu sebagai tanda dari Arrahman Dzat yang

menciptakan alam semesta dan jadi bahan renungan untuk

kita? Kemudian kita berpikir, untuk apa kita diciptakan di

atas dunia ini. Di atas tempat yang sangat asing, penuh aral
melintang, ujian dan cobaan. Tak mungkin kita diciptakan

tanpa tujuan. Apalagi kita adalah makhluk yang istimewa

dibandingkan dengan yang lainnya. Lalu kita membuka

Hamdan Kurniawan Zega 13


kitab suci yang menjadi pedoman hidup orang beriman,

sebagai obat dari penyakit yang diderita, dan juga petunjuk

bagi makhluq yang berakal seperti manusia.

Lalu kita mulai membuka lembar demi lembar kitab

mulia tersebut. Kita membacanya untuk mengetahui apa

sebenarnya tujuan dari kehidupan ini. Hingga kita sampai

pada surat ke 51 yaitu surat Adz-Dzaariyat pada ayatnya

yang ke 56. Allah Ta’ala berfirman:

ُ ‫نس �لَّ ِل َي ۡع ُب‬


َ ۡ ‫َ َ َ َ ۡ ُ ٱ ۡ َّ َ ٱ‬
٦٥ ‫ون‬
ِ ‫د‬ ‫وما خلقت �ل ِجن و� ِإ إ‬
‫ل‬
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka beribadah

kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat: 56)

Dengan satu ayat yang mulia ini, akhirnya kita

menemukan jawaban dari tujuan penciptaan kita. Allah

Ta’ala memudahkan kita untuk mengetahuinya. Berbeda


jika kita membaca kisah Nabi yang mulia Ibrahim

‘alaihis salam ketika mencari Rabbnya, penuh liku dan

kebingungan. Sampai-sampai Allah Ta’ala menjelaskannya

dalam Al-Qur’an:

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 14


“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim

tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di

langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya)

agar dia termasuk orang yang yakin.

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah

bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Rabbku”, tetapi

tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Aku

tidak suka kepada yang tenggelam.

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia

berkata: “Inilah Rabbku “. Tetapi setelah bulan itu

terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Rabbku

tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku

termasuk orang yang sesat”

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia

berkata: “Inilah Rabbku, ini yang lebih besar”. Maka


tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai

kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa

yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku

Hamdan Kurniawan Zega 15


kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,

dengan cenderung kepada agama yang benar,

dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang

mempersekutukan-Nya.” (QS. Al-An’am: 75-79)

Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

dengan perjuangan untuk mengenal Rabbnya. Sampai-

sampai menyangka makhluk seperti bintang, bulan

dan matahari sebagai Rabbnya. Kemudian Allah

Ta’ala memberinya petunjuk. Maka Allah Ta’ala telah


memudahkan kepada kita petunjuknya. Bahwa kita

diciptakan bukan untuk mengumpulkan perbendaharaan

dunia yang menyilaukan mata. Bukan pula untuk jabatan

dan pangkat tinggi yang dieluk-elukan banyak manusia.

Namun kita diciptakan tiada lain adalah untuk beribadah

menyembah Rabb yang di langit, yang mempunyai Arsy

yang agung.

Maka setelah kita mengetahui tujuan hidup ini,

tentu kita akan memperhatikan fase dalam kehidupan


kita. Lalu apa yang harus kita lakukan ketika berada di

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 16


setiap fase tersebut. InsyaAllah kita akan membahas lebih

khusus pada buku ini ketika seseorang berada pada fase

masa mudanya. Karena fase ini adalah diantara pertanyaan

yang khusus Allah tanyakan di hari pengadilan kelak. Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ
‫َع ْن َش َبا ِب ِه ِف ْي َما أ� ْبل ُه‬
“Tentang masa mudanya, kemana ia habiskan.”

Dikarenakan masa muda adalah fase yang akan

ditanya khusus oleh Allah, maka kita harus mempersiapkan

jawabannya dengan amal yang kita kerjakan diatas dunia.

Semoga tulisan singkat ini memberikan sedikit gambaran

dan inspirasi bagi jiwa muda yang sedang kebingungan

dengan arah dan tujuan hidupnya.

Hamdan Kurniawan Zega 17


A. HAKIKAT PEMUDA

D iantara hal yang sangat penting dan perlu

diketahui oleh seorang hamba adalah fase-fase

kehidupannya di atas dunia ini. Dengan mengetahui

berbagai fase yang akan ia jalani dalam kehidupannya,

maka seorang hamba akan mencoba untuk berbuat yang

terbaik dalam setiap fase kehidupan yang sedang ia jalani.

Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup seorang

muslim, membagi fase kehidupan manusia kedalam tiga

bagian, yaitu lemah, kemudian kuat, kemudian lemah dan

beruban. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 18


َّ ‫ٱ ٱ‬
‫۞� َّ ُلل �ل ِذي َخ َل َق ُكم ّ ِمن َض ۡع ٖف ُث َّم َج َع َل ِم ۢن َب ۡع ِد َض ۡع ٖف ُق َّو ٗة ُث َّم َج َع َل‬
ۡ‫ٱ‬ ۡ‫ٱ‬ ٓ ۚ
٤٥ ‫ِم ۢن َب ۡع ِد ُق َّو ٖة َض ۡع ٗفا َو َش ۡي َب ٗة َي ۡخ ُل ُق َما َي َشا ُۚء َو ُه َو �ل َع ِل ُيم �ل َق ِد ُير‬
Artinya: “ Allah, Dialah yang menciptakan kamu

dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan

(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat

itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan

apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha

Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Ar rum : 54)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala di dalam

tafsirnya saat menjelaskan tentang ayat ini mengatakan:

“Kemudian ia keluar dari rahim ibunya, lemah, kurus dan

tak berdaya. Kemudian ia tumbuh sedikit demi sedikit

sampai dia menjadi seorang anak, lalu ia mencapai usia

baligh, dan setelahnya menjadi seorang pemuda, yang

merupakan kekuatan setelah kelemahan. Kemudian ia

mulai menjadi tua, mencapai usia paruh baya, lantas

Hamdan Kurniawan Zega 19


menjadi tua dan uzur, kelemahan setelah kekuatan, maka

ia kehilangan ketetapan hati, tenaga untuk bergerak,

serta kemampuan berperang, rambutnya menjadi kelabu

dan sifat-sifatnya zahir dan batin mulai berubah.”

Inilah fase kehidupan yang akan dijalani oleh

seorang hamba. Maka fase kehidupan ketika ia berada

dalam kondisi menjadi kuat adalah ketika dia menjadi

seorang pemuda. Menjadikannya masa paling cemerlang

dan produktif bagi setiap jiwa yang berada dalam fase

tersebut. Masa muda akan sangat memberikan manfaat

kepada agama dan peradaban pada suatu umat.

Pemuda berada pada masa usia yang memiliki

kehebatan sendiri. Jika diibaratkan matahari, maka usia

muda sama halnya ketika jam menunjukkan pukul 12.00

yang pada saat itu matahari bersinar paling terang dan

paling panas menyengat. Pemuda tentunya mempunyai

kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila

dibandingkan dengan anak kecil atau orang yang sudah

tua.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 20


Mengingat penting dan agungnya masa muda,

lalu berapakah usia seseorang ketika masa mudanya tiba?

Sesungguhnya fase yang pertama di dalam hidup kita

dikenal sebagai fase kanak-kanak. Kemudian yang kedua

fase masa muda, dan yang terakhir fase tua. Hal ini karena

kanak-kanak dan orang tua memang berada dalam fase

kelemahan, sementara kekuatan ada pada usia muda.

Namun berapakah batasan usia pada masing-

masing fase tersebut? Dalam hal ini usia balig, atau usia

15 (lima belas) tahun, merupakan batas usia dari kanak-

kanak ke masa muda dan usia empat puluh tahun, kurang

lebih, merupakan saat-saat peralihan ke usia tua.

Usia lima belas tahun adalah waktu yang tidak

terlalu lama sejak seorang anak mencapai usia baligh,

sehingga membuat seorang anak tidak perlu melewati

masa peralihan yang terlalu panjang untuk memasuki

masa muda. Tentang batas usia ini ada penjelasan dari

hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari sahabat yang

mulia Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu meriwayatkan:

Hamdan Kurniawan Zega 21


“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam  memanggil saya agar hadir ke hadapannya

menjelang perang Uhud dan ketika itu saya berusia empat

belas tahun, dan beliau tidak mengijinkan saya untuk ikut

berperang. Kemudian beliau memanggil saya untuk hadir

ke hadapannya menjelang Perang Khandaq ketika saya

berusia lima belas tahun dan beliau mengijinkan saya untuk

berperang.” Nafi’ berkata, “Saya datang kepada Umar bin

Abdul Aziz yang merupakan Khalifah pada waktu itu dan

menyampaikan riwayat tersebut kepadanya. Ia berkata,

‘Usia ini (lima belas tahun) adalah batas antara anak-

anak dan orang dewasa. Dan ia memerintahkan kepada

para gubernurnya untuk memberikan tunjangan kepada

siapa saja yang telah mencapai usia lima belas tahun.” (HR

Bukhari)

Adapun batas antara fase masa muda (dewasa) dan

tua, kurang lebih ada di sekitar usia empat puluh tahun.

Hal ini dengan memperhatikan firman Allah dalam Al-

Qur’an menyebut secara khusus tentang usia ini:

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 22


َ ‫َح َّت ٰٓى � َذا َب َل َغ أ� ُش َّد ُهۥ َو َب َل َغ أ� ۡرَب ِع‬
‫ين َس َن ٗة‬ ‫إ‬
Artinya: “…Sehingga apabila dia telah dewasa dan

umurnya sampai empat puluh tahun…”  (QS. Al-

Ahqaf: 20)

Karena pada usia inilah, seperti disebutkan Imam

Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala di dalam Tafsirnya,

“Kemampuan berpikir seseorang, pemahaman, serta

kesabarannya mencapai puncak kematangan. Juga

dikatakan bahwa biasanya seseorang tidak akan mengubah

jalannya, cara hidup dan karakternya, saat ia mencapai usia

empat puluh tahun.” Ini adalah saat seseorang mencapai


usia kematangan dan berada dalam puncak kedewasaan

dan kemandirian.

Lalu setelah mencapai puncaknya maka seseorang

akan mulai menurun, dari segi kemampuan berpikir,

tenaga dan selainnya setelah usia ini. Maka inilah usia

memulai peralihan dari masa muda seseorang menuju

masa tuanya.

Hamdan Kurniawan Zega 23


Akhi wa ukhti fillah.

Tahukah engkau wahai saudaraku!

Bahwa peranmu sangatlah besar untuk agama ini?

Bahwa seusiamu selalu diidam-idamkan di setiap

zaman?

Bahwa Engkau adalah tulang punggungnya suatu

peradaban?

Dirimu adalah motor penggerak suatu bangsa.

Maju atau mundurnya suatu peradaban, ditentukan oleh

para pemudanya. Jikalau seandainya pemudanya adalah

orang-orang yang baik, maka generasi itu akan baik pula.

Tapi sebaliknya, jika seandainya para pemudanya adalah

orang-orang yang buruk, maka sungguh generasi itu juga

akan ikut buruk dan tinggal menunggu kemunduran juga

kehancurannya.

Pemuda dalam Islam tidaklah dipandang sebelah

mata. Mereka dipandang begitu tinggi. Mempunyai

kedudukan yang sangat mulia. Dan peran pemuda

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 24


sangatlah diharapkan dalam menjayakan agama yang haq

ini. Bahkan para pemuda, adalah orang-orang yang paling

mudah dan paling cepat menerima agama yang mulia ini

dibandingkan dengan kaum tuanya.

Syaikh Abdul ‘Aziz bin Bazz rahimahullahu ta’ala

berkata, “Pemuda di setiap umat adalah tulang punggung

yang membentuk komponen pergerakan. Karena mereka

memiliki kekuatan yang produktif dan kontribusi (peran)

yang terus menerus. Dan pada umumnya, tidaklah suatu

umat akan runtuh, karena masih ada pundak para pemuda

yang punya kepedulian semangat yang membara.” 2

Lihatlah bagaimana kisah-kisah para pemuda

diawal-awal Islam. Bagaimana mereka menjadi kaum yang

paling banyak menerima agama yang haq ini dibandingkan

kaum tuanya. Bagaimana amanah besar yang diberikan

kepada para pemuda pada masa silam. Sahabat yang mulia,

Abu Bakar radhiyallahu ta’ala ‘anhu pernah berkata

kepada Zaid bin Tsabit dan ketika itu hadir pula ‘Umar bin

2 Fatwa Syaikh Ibnu Baaz, 2/365

Hamdan Kurniawan Zega 25


Al-Khattab. Beliau radhiyallahu ta’ala ‘anhu mengatakan:

ِ َّ ‫ول‬ َ ْ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ُ َ ُ َّ َ َ َ ٌ َ ٌّ َ ٌ ُ َ َ َّ
– ‫الل‬ ِ ‫ كنت تك ْـتب الوح َى ِلر ُس‬، ‫إ�نك رجل شاب ع ِاقل وال نت ِهمك‬
ْ ‫صلى هللا عليه وسلم – َف َت َت َّبع ْال ُق ْ آر� َن َف‬
‫اج َم ْع ُه‬ ِ
“Engkau itu seorang pemuda yang cerdas dan kami

pun tidak ragu padamu, engkau dahulu pernah

menulis wahyu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam, telusurilah Al-Qur’an lalu kumpulkanlah.”

(HR. Bukhari, No. 4679)

Ini juga pujian dari Abu Bakar Ash-

Shiddiq  radhiyallahu ta’ala ‘anhu pada seorang pemuda

seperti Zaid bin Tsabit yang diberi amanah untuk


mengumpulkan Al-Qur’an. Lihatlah bagaimana mulianya

seorang pemuda bernama Zaid bin Tsabit. Bagaimana dia

menjadi orang yang dipuji oleh orang yang mulia setelah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Bakar

Ash-Shiddiq radhiyallahu ta’ala ‘anhu . Dan amanah yang

sangat besar juga mulia yang tidak mungkin diberikan


kepada orang biasa, kecuali kepada seorang yang umurnya

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 26


masih muda, cerdas dan berjuang untuk kemuliaan

agamanya.

Lalu apakah engkau ingat kisahnya Mush’ab bin

Umair? Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada

seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan,

dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ia adalah Mush’ab

bin Umair. Ada yang menukilkan kesan pertama Al-Barra

bin Azib ketika pertama kali melihat Mush’ab bin Umair

tiba di Madinah. Ia berkata: “Seorang laki-laki, yang aku

belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah

dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

tentang beliau dengan mengatakan: “Aku tidak pernah

melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya,

paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi

kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim)

Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat

ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika


ia terbangun dari tidur, maka hidangan makanan sudah

Hamdan Kurniawan Zega 27


ada di hadapannya. Demikianlah keadaan Mush’ab bin

Umair. Seorang pemuda kaya yang mendapatkan banyak

kenikmatan dunia. Kasih sayang ibunya, membuatnya

tidak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan

nikmat.

Lalu apa yang terjadi kepada beliau ketika menerima

hidayah Islam? Apakah kehidupannya sebahagia dulu?

Tidak ya akhi. Kehidupannya berubah 180 derajat, jauh

dari kenikmatan duniawi. Ketika ibunya mengetahui putra

kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, dia

kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia

tidak akan makan dan minum serta terus berdiri tanpa

naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang

dingin, sampai Mush’ab meninggalkan agamanya. Saudara

Mush’ab, Abu Aziz bin Umair, tidak tega mendengar apa

yang akan dilakukan sang ibu. Lalu ia berujar, “Wahai ibu,

biarkanlah ia. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang

terbiasa dengan kenikmatan. Kalau ia dibiarkan dalam

keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya”.

Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 28


tempat mereka.

Hari demi hari, siksaan yang dialami Mush’ab

kian bertambah. Tidak hanya diisolasi dari pergaulannya,

Mush’ab juga mendapat siksaan secara fisik. Ibunya

yang dulu sangat menyayanginya, kini tega melakukan

penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena

luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu

berisi, mulai terlihat mengurus.

Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu.

Tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia nikmati. Pakaian,

makanan, dan minumannya semuanya berubah. Sahabat

mulia Ali bin Abi Thalib radhiallahu ta’ala anhu berkata:

“Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid. Lalu muncullah

Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah


yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun

menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan

dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan

Hamdan Kurniawan Zega 29


keadaannya sekarang.” (HR. Tirmidzi No. 2476)

Zubair bin Awwam mengatakan, “Suatu ketika

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk

dengan para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah

Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang

kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-

orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan

salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-

baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku

melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya

di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya

berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada

pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya.

Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha

Allah dan menolong Rasul-Nya.” (HR. Hakim No. 6640)

Saad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu berkata,

“Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair

adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 30


mengalami apa yang kami alami (intimidasi), keadaannya

pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas

dan ia merasa tertatih-tatih karena hal itu sampai-sampai

tidak mampu berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami,

lalu kami papah dia.”3

Demikianlah perubahan keadaan Mush’ab ketika ia

memeluk Islam. Ia mengalami penderitaan secara materi.

Kenikmatan-kenikmatan materi yang biasa ia rasakan

tidak lagi ia rasakan ketika memeluk Islam. Bahkan sampai

ia tidak mendapatkan pakaian yang layak untuk dirinya.

Ia juga mengalami penyiksaan secara fisik sehingga

kulit-kulitnya mengelupas dan tubuhnya menderita.

Penderitaan yang ia alami juga ditambah lagi dengan

siksaan perasaan ketika ia melihat ibunya yang sangat ia

cintai memotong rambutnya, tidak makan dan minum,

kemudian berjemur di tengah teriknya matahari agar sang

anak keluar dari agamanya. Semua yang ia alami tidak

membuatnya goyah. Ia tetap teguh dengan keimanannya.

3 Siyar Salafus Shaleh

Hamdan Kurniawan Zega 31


Renungkanlah wahai para pemuda Islam.

Sesungguhnya ia adalah di antara pemuda yang paling

tampan dan kaya di kota Mekah. Kemudian ketika Islam

datang, ia jual dunianya dengan kekalnya kebahagiaan di

akhirat. Sebab beliau tau, bahwa dunia hanya menjanjikan

kebahagiaan yang semu, sedangkan akhirat menjanjikan

kebahagiaan yang kekal dan abadi.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 32


“Kita punya banyak hal
ketika bersandar kepada Allah.
Meskipun banyak hal juga yang
tidak kita miliki. Karena cukup
bukanlah masalah memiliki
segalanya.”

‘Allamatni Asy-Syadaa’id

(Di saat Kesulitan Mengajarkanku)

Hamdan Kurniawan Zega 33


B. KEUTAMAAN PEMUDA

S etiap fase dalam kehidupan seseorang tentu

mempunyai keutamaannya sendiri-sendiri. Tidak

terkecuali masa muda bagi diri seseorang. Tentunya

dia akan mempunyai keutamaan tersendiri yang

membedakannya dengan fase sebelum dan setelahnya.

Berikut adalah beberapa keutamaan masa muda (pemuda):

1. Mudah Menerima Kebenaran

Di antara keutamaan masa muda adalah mudahnya

mereka dalam menerima kebenaran. Lunaknya hati dalam

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 34


menyambut hidayah Allah Ta’ala dibandingkan dengan

umur yang sudah tua. Ingatkah engkau bagaimana

kisahnya “Ashaabul Kahfi”. Bagaimana Allah mengisahkan

tentang mereka di dalam Al-Qur’an? Ya, mereka adalah

para anak muda. Tidakkah engkau iri dengan mereka?

Mereka adalah pemuda yang Allah sampai kisahkan

tentang mereka di dalam kitab yang mulia yaitu Al-

Qur’an. Yang akan selalu dibaca, dikenang, dipelajari dan

dijadikan pelajaran untuk umat ini sampai akhir zaman.

Kisah mereka merupakan tanda kebesaran Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala firmankan tentang mereka:

ٰ ْ ۡ‫ٱ‬
‫ص َع َل ۡي َك َن َب أ� ُهم ِب�ل َح ِ ّۚق إ� َّن ُه ۡم ِف ۡت َي ٌة َء َام ُنوا ِب َرِّب ِه ۡم َو ِز ۡد َن ُه ۡم ُه ٗدى‬
ُّ ‫َّن ۡح ُن َن ُق‬

Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad)

cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka

adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada

Tuhan mereka, dan Kami tambahkan pula untuk

mereka petunjuk”. (QS. Al-Kahfi: 13)

Inilah kisah mereka (para pemuda yang patut

dijadikan contoh). Sesungguhnya Allah Ta’ala telah

Hamdan Kurniawan Zega 35


mengisahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi

wa sallam dengan benar sesuai kenyataan yang terjadi,

tidak ada keraguan padanya, dan tidak pula terdapat

kerancuan sedikit pun. Allah Ta’ala memberitahukan,

mereka adalah sekumpulan pemuda yang menerima

kebenaran dan lebih lurus jalannya daripada generasi

tua dari kalangan mereka, yang justru menentang dan

bergelimang dengan agama yang batil.

Pemuda-pemuda tersebut hanya beriman kepada

Allah Ta’ala semata, tidak seperti kaum mereka. Maka

Allah Ta’ala mensyukuri keimanan mereka, dan kemudian

menambahkan hidayah atas diri mereka. Maksudnya,

disebabkan hidayah kepada keimanan, maka Allah

menambahkan petunjuk kepada mereka. Sebagaimana

firman Allah Ta’ala:

ْ ‫ٱ ٱ َّ ٱ‬
‫َو َي ِز ُيد � َّ ُلل �ل ِذ َين � ۡه َت َد ۡوا ُه ٗد ۗى‬
Artinya: “Dan Allah akan menambah petunjuk

kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.”

(QS. Maryam: 76)

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 36


Sebuah kesimpulan menarik dikemukakan oleh

seorang ulama muslimin yang masyhur bernama Al-

Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala, “Oleh karena

itu, kebanyakan orang yang menyambut dakwah Allah

Ta’ala dan Rasul-Nya berasal dari kalangan para pemuda.


Sedangkan para orang tua dari kaum Quraisy, kebanyakan

masih memegangi agama nenek moyang mereka, tidak

memeluk Islam kecuali sedikit saja. Demikianlah Allah

mengabarkan bahwa mereka itu adalah para pemuda.4

Lihatlah betapa mulianya usiamu saat ini?

Pernahkah engkau merasakannya?

Pernahkah engkau menganggapnya berharga?

Renungilah kisah mereka. Apakah mungkin

engkau akan menyia-nyiakan masa mudamu saat ini?

Sungguh berbahagialah pemuda yang memanfaatkan

masa mudanya dalam kebaikan dan ketaatan pada Rabb-

Nya. Dan sungguh merugilah pemuda yang menghabiskan

4 Tafsirul Qur’anil Azhim

Hamdan Kurniawan Zega 37


masa mudanya dengan kemaksiatan dan demi menggapai

kenikmatan dunia yang hanya sesaat.

2. Mendapatkan Naungan Allah

Sadarlah akhii…

Sadarlah ukhtii…

Sesungguhnya di usiamu ini, jika engkau

menghabiskannya dalam ketaatan, maka engkau akan

mendapatkan kemuliaan, berupa naungan Allah Ta’ala

di hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan dari

Allah kelak di padang Mahsyar. Sebagaimana hadits

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari sahabat yang

mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda: “Tujuh golongan yang dinaungi

oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam naungan-Nya pada

hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan Allah

subhanahu wa ta’ala”. Satu diantaranya adalah:

‫َو َش ٌّ أ‬
ِ ‫اب َن َش� ِب ِع َب َاد ِة‬
‫هللا‬

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 38


“Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam

beribadah kepada Allah,” (HR. Bukhari, No. 1423

& Muslim, No. 1031)

Hadits yang agung ini menunjukkan betapa

besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang

mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim

sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang

pemuda yang memiliki sifat sebagaimana disebutkan

dalam hadits ini.

Syaikh Salim Al-Hilali berkata: “(Hadits ini

menunjukkan) keutamaan pemuda yang tumbuh dalam

ketaatan kepada Allah, sehingga dia selalu menjauhi

perbuatan maksiat dan keburukan.”5

Imam Abul ‘Ula Al-Mubarakfuri berkata:

“(Dalam hadits ini) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam mengkhusukan (penyebutan) “seorang pemuda”

karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi

5 Bahjatun Naazhiriin (1/445)

Hamdan Kurniawan Zega 39


besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan

kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada

diri seorang pemuda, maka dalam kondisi seperti ini

untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada

Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya

(nilai) ketakwaan (dalam diri orang tersebut)”6

Ketahuilah saudaraku!

Masa penantian di padang Mahsyar sangatlah

panjang. Ditambah matahari yang Allah dekatkan, kita

dalam keadaan tidak berpakaian, tidak disunat juga

tidak beralas kaki. Menunggu pengadilan Allah yang

mencekam karena setiap diri ketakutan pada apa yang

akan ia hadapi. Hanya orang-orang tertentulah yang

dinaungi oleh Allah Ta’ala. Maka kita berharap, semoga


dengan ibadah kita di masa muda, menjadikan kita

diberikan naungan oleh Allah Ta’ala.

6 Tuhfatul Ahwadzi (7/57)

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 40


3. Allah Kagum Dengan Pemuda

Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda,

َ َ ّ َّ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ َّ َ َ َّ َّ
«‫اب ل ْي َس ْت ل ُه َص ْب َو ٌة‬
ِ ‫إ»�ن الل عز وجل ليعجب ِمن الش‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar

kagum terhadap seorang pemuda yang tidak

memliki  shabwah7.” (HR Ahmad (2/263), Ath-

Thabrani dalam “Al-Mu’jamul kabir” (17/309) 

Lihatlah saudaraku. Bagaimana Rabb semesta

alam, yang menciptakan seluruh makhluq, dari Nabi Adam

‘alaihis salam sampai hari kiamat, yang menciptakan

langit dan bumi, yang mempunyai Arsy yang agung,

kagum kepada dirimu. Ketika engkau pandai mensyukuri

nikmat besar yang Allah anugerahkan kepadamu, serta

engkau mampu berjuang menundukkan hawa nafsu pada

7 Pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya,


dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha
keras menjauhi keburukan

Hamdan Kurniawan Zega 41


saat-saat tarikan nafsu sedang kuat-kuatnya menjerat

dirimu. Ini tentu merupakan hal yang sangat sulit dan

berat, maka wajar kemudian Allah memberikan balasan

pahala dan keutamaan besar kepadamu.

Tidak ingatkah engkau kisahnya Yusuf

‘alaihissalam. Kisah ini menjadi contoh yang sangat

sempurna untuk menggambarkan bagaimana seorang

pemuda benar-benar ta’at dan takut kepada Rabbnya.

Ketika godaan maksiat benar-benar sangat besar, ia

digoda oleh istri tuannya yang sangat cantik, mempunyai

kedudukan yang tinggi, dirumah yang sangat sepi,

bahkan pintu-pintu rumah sudah ditutup, ditambah

jiwa muda Yusuf yang secara lahiriah juga menginginkan

kemaksiatan tersebut, Allah Ta’ala berfirman:

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di

rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan

dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-

pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf

berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 42


tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”.

Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan

beruntung

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud

(melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan

Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan

wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari)

Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan

dari padanya kemungkaran dan kekejian.

Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba

Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 23-24)

Inilah sosok pemuda dalam Islam yang dicintai

dan dikagumi oleh Allah Ta’ala. Ketika ia benar-benar

menjadikan cinta dan takutnya hanya kepada Allah,

sehingga memalingkannya dari semua kenikmatan dunia

untuk keridaan Rabbnya. Kemudian dia mendapatkan

rahmat dari Allah Ta’ala, mengangkatnya kepada derajat

yang tinggi, dan memberikannya ganjaran pahala yang

Hamdan Kurniawan Zega 43


besar disebabkan ketaatan tersebut. Dan itu terjadi hanya

ketika engkau menghabiskan masa mudamu di dalam

ketaatan kepada Allah.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 44


“Hidup hakikatnya ialah mengabdikan diri

dengan beribadah kepada Rabb yang Maha

Hidup dan tidak akan mati.”

Beginilah seharusnya hidup.

Hamdan Kurniawan Zega 45


C. Kondisi Pemuda
Zaman Now

L alu bagaimana kondisi pemuda di zaman now

(sekarang)? Engkau bisa melihat sendiri bagaimana

kondisi mereka. Bagaimana mayoritas mereka jauh dari

apa yang diharapkan agamanya. Pergaulan bebas sudah

identik dengan kehidupan mereka. Ya, tidak semua

mungkin, tapi bisa dikatakan sebagian besar dari pemuda

pemudi generasi ini.

Sebagian dari mereka mungkin ada yang

menghabiskan masa mudanya untuk hal-hal yang

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 46


bermanfaat. Ada yang belajar di pesantren (mondok),

belajar agama di sekolah-sekolah, membuat majelis-

majelis ilmu, aktif di kegiatan-kegiatan keagamaan,

sosial dan lain sebagainya yang itu bermanfaat untuk

diri pribadi dan umat Islam pada umumnya. Tapi ini

hanya segelintir orang saja. Ada pun sisanya, hidupnya

dihabiskan berfoya-foya, untuk menikmati dan meneguk

manisnya dunia yang hanya sementara. Menjadikan

dunia yang fana seakan-akan menjadi tujuan hidupnya.

Pemudanya yang tidak merokok dianggap tidak keren dan

kurang pergaulan bahkan dianggap kurang kelelakiannya.

Bagaimana hubungan antara laki-laki dan perempuan

(pacaran) sudah dianggap biasa. Bahkan kalau tidak

punya pacar dianggap tidak laku. Juga peran gadget dan

media sosial yang menyita waktu dengan game-game

dan lain sebagainya. Belum lagi bahaya mengkonsumsi

obat-obatan terlarang seperti narkoba dan selainnya yang

mengintai para kaulah muda tak terkecuali dari generasi

Islam.

Maka jangan heran, kita mendapatkan generasi

Hamdan Kurniawan Zega 47


Islam yang lemah di zaman ini. Generasi yang tidak

mempunyai izzah (kemuliaan) sama sekali. Mereka

bahkan tidak diperhitungkan oleh generasi ini. Mereka

tidak dianggap bahkan tidak dikenal. Mereka sibuk

dengan gadgetnya yang seakan menghipnotis mereka.

Mereka menghabiskan waktu dengannya selama berjam-

jam untuk menikmati browsing di dunia maya, bermain

game atau hanya sekedar update status di akun media


sosialnya. Mereka sudah tidak peduli dengan keadaan

sekitar mereka. Mereka seakan sudah mempunyai

dunianya sendiri, yang berbeda dengan dunia di mana

mereka sedang hidup.

Maka kita melihat kondisi yang dominan dikalangan

pemuda zaman sekarang adalah:

1. Jauh Dari Masjid

Masjid merupakan tempat suci umat Islam.

Menjadi pusat dari segala aktivitas kaum muslimin dari

zaman dahulu kala. Keberkahan juga terletak padanya.


Banteng Islam juga ada pada masjidnya. Maka tidak heran

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 48


di zaman dahulu, masjid menjadi pusat segalanya, baik itu

peribadatan kepada Allah, membahas masalah tatanan

kenegaraan, tentang ekonomi umat, bahkan tentang

latihan perang pun terkadang diadakan di masjidnya Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka lihatlah bagaimana pentingnya masjid.

Pernahkah engkau bayangkan bagaimana jika para

pemuda jauh darinya? Bukankah itu sesuatu yang

memilukan sekaligus mengkhawatirkan? Mereka ibarat

prajurit yang keluar dari bentengnya, tanpa peralatan

perang, baju besi dan selainnya, membuat musuh dengan

leluasa menembakkan pelurunya untuk mengahancurkan

pemuda dan pemudi Islam. Dan ini sudah dilakukan

bertahap oleh musuh-musuh Islam, untuk menjauhkan

para kaula muda dari masjid yang merupakan bantengnya.

Makanya seorang yang saleh dan bijak pernah

mengatakan: “Dahulu kita menuntut ilmu di masjid-masjid.

Kemudian dibukalah sekolah-sekolah, sehingga hilanglah

keberkahan. Ditempatkanlah kursi-kursi sehingga

Hamdan Kurniawan Zega 49


hilanglah ketawadhu’an (rasa rendah hati dalam diri). Dan

dibuatlah ijazah-ijazah sehingga hilanglah keikhlasan.”

Lihatlah bagaimana hilangnya keberkahan,

ketawadhu’an dan keikhlasan dimulai ketika seseorang

mulai menjauhkan diri dan keluar dari masjid. Bagaimana

kerusakan dimulai dengan meninggalkannya. Maka

wajarlah ketika melihat kondisi kaum muda di zaman

ini. Kita kehilangan kekuatan, kemuliaan juga rasa cinta

dan bangga dengan agama ini. Sebagiannya bahkan

malu menampakkan identitas Islamnya karena kejahilan

mereka dengan agama yang haq ini. Menjadikan tempat-

tempat penuh maksiat sebagi tongkrongan. Dan itu semua

dimulai dengan jauhnya para pemuda Islam dari masjid-

masjid mereka.

2. Menghabiskan waktu dengan hal-hal yang

tidak bermanfaat

Hal ini juga merupakan sesuatu yang menjadi penyakit bagi

kehidupan seorang pemuda. Dengan banyaknya waktu

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 50


yang ia punya, sedikitnya tanggung jawab yang mungkin

di emban, dan jauhnya dari pendidikan agama, membuat

ia menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Sebagian besar

mereka menghabiskan waktu dengan bermain warnet,

duduk berjam-jam menonton layar monitor, game online

sambil nongkrong di café-café, warung-warung kopi dan

kegiatan-kegiatan lainnya, yang jangankan memberikan

kontribusi agama sehingga dengannya mendapatkan

pahala di akhirat, bahkan manfaat secara timbangan dunia

pun mereka tidak mendapatkan. Padahal Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan

umatnya masalah waktu luang ini. Beliau bersabda:

ْ
‫الص َّح ُة َوال َف َر ُاغ‬ ٌ ‫ِن ْع َم َتان َم ْغ ُب‬
ّ ِ ‫ون ِفي ِه َما ك َـ ِث ٌير ِم ْن َّالناس‬
ِ ِ
“Dua nikmat, yang kebanyakan manusia tertipu

dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu

luang.” (HR. Al-Bukhari)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

sudah mengingatkan kita jauh-jauh hari. Agar kita tidak

Hamdan Kurniawan Zega 51


lalai dan mau mensyukuri kedua nikmat ini. Karena

dengan manusia memiliki tubuh yang sehat, maka ia

mampu untuk melakukan berbagai hal yang ia inginkan.

Dan dengan waktu luang yang banyak, ia mampu untuk

meluangkan waktu untuk setiap keinginan dirinya.

Dan diantara bentuk syukurnya seorang hamba

atas dua nikmat ini, adalah dengan ia menggunakannya

dalam kebaikan, ketaatan kepada Allah Ta’ala. Tidak

sebagaimana orang-orang yang menghabiskan dan

mempergunakan kedua nikmat ini dalam hal-hal yang

tidak bermanfaat bahkan cenderung bermaksiat kepada

Allah Ta’ala. Dan ketahuilah saudaraku, bahwa semua

kelalaian dan kemaksiatan, itu diawali dari orang yang

tidak mensyukuri kedua nikmat ini.

Sesungguhnya orang-orang terbaik kata Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling

bermanfaat untuk yang lainnya. Memanfaatkan nikmat

yang Allah berikan untuk memberikan manfaat kepada

orang lain. Sebagaimana sabda beliau:

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 52


‫لناس‬ ْ ُ ُ َْ‫أ‬ َُْ
ِ ‫الناس �نفعهم ِل‬
ِ ‫خير‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling

bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad,

ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini

dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul

Jami’ no:3289)

Akhi, menjadi pribadi yang bermanfaat adalah

salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang

Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan


manfaat bagi orang lain. Tidak menghabiskan

waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan

mendatangkan mudarat bagi diri sendiri dan orang

lain. Sungguh dengan memanfaatkan waktu dan juga

memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya

akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Dan jika

engkau berbuat kezaliman dan kejahatan, sesungguhnya

kejahatan tersebut juga akan kembali kepada diri sendiri.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

ۚ ۡ‫أ‬
‫إ� ۡن أ� ۡح َس ُنت ۡم أ� ۡح َس ُنت ۡم ِ َأل ُنف ِس ُك ۡۖم َو إ� ۡن أ� َس� ُت ۡم َف َل َها‬

Hamdan Kurniawan Zega 53


Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu

berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu

berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu

sendiri.” (QS. Al-Isra’: 7)

Jadi, semuanya kembali padamu sekarang. Apakah

engkau akan berbuat kebaikan, menjadi orang baik dan

itu akan kembali untukmu sendiri. Ataukah engkau akan

menjadi orang yang buruk, berbuat kejahatan bahkan

kerusakan dan itu akan kembali kepada dirimu sendiri.

Karena sesungguhnya “Balasan sesuai dengan perbuatan”.

3. Pergaulan Bebas

Sebagai makhluk sosial, tentunya kita

membutuhkan teman untuk berinteraksi. Untuk meminta

bantuan, atau sekedar berbagi kisah hidup yang dialami.

Dan ini merupakan interaksi yang setiap manusia

membutuhkannya. Tidak ada satu pun yang luput dari

kebutuhan tersebut. Akan tetapi sangat disayangkan,

pergaulan di masa muda mayoritasnya diisi dengan

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 54


perbuatan-perbuatan negatif yang keluar dari norma-

norma ajaran Islam. Para pemuda kita sudah terbiasa

berhubung dengan lawan jenis (pacaran). Gandengan

tangan sudah tidak menjadi hal tabu lagi di zaman ini.

Bahkan orang yang tidak mempunyai pasangan alias

jomblo sering dikucilkan. Dianggap tidak laku dan lain

sebagainya. Maka akhirnya perzinahan terjadi di mana-

mana, bahkan di tempat umum. Seakan rasa malu sudah

hilang dari diri-diri mereka. Ya, memang benar, mereka

sudah tidak mempunyai rasa malu. Kalaulah kepada Allah

Ta’ala, Dzat yang menciptakan seluruh makhluk, dan


kepada-Nya mereka tidak malu, maka apalagi kepada

manusia yang notabene ciptaan Allah.

Belum lagi kebiasaan menghirup asap (merokok)

yang menjadi gaya para pemudanya. Setiap pemuda

berbangga-bangga dengan merokok yang dipunya. Mereka

menganggap ini gaya, padahal ini adalah kebodohan

semata. Bagaimana tidak dianggap bodoh? Hidung yang

Allah ciptakan untuk bernapas, malah seperti knalpot

Hamdan Kurniawan Zega 55


yang terus mengeluarkan asap. Mereka menghancurkan

kesehatan mereka bahkan merusak orang di sekitarnya

karena pengaruh asap yang terhirup. Benarlah bahwa rokok

memang dibuat untuk orang-orang bodoh yang tidak bisa

membaca. Kalaulah ia adalah seorang yang cerdas dia pasti

akan menjauhi rokok. Bukankah dibungkusnya sudah

diingatkan dengan tulisan, “merokok membunuhmu”?

Bukankah orang waras manapun akan berusaha menjauhi

sesuatu yang mengancam keselamatan hidupnya? Dan

masih banyak lagi hal-hal negatif yang terjadi dalam

pergaulan pemuda, yang tidak kami sampaikan di buku

ini. Ini hanya garis besar yang semoga bisa menjadi

gambaran untuk kita tentang pergaulan mereka.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 56


“Tidak ada orang baik yang tidak
punya masa lalu. Dan tidak ada orang
buruk yang tidak punya masa depan.
Akan selalu ada kesempatan bagi yang
ingin memperbaiki diri.”

Sekarang waktunya berubah.


Apa yang engkau tunggu?
Pintu taubat terbuka
dihadapanmu.

Hamdan Kurniawan Zega 57


D. Kemuliaan Pemuda

S adarlah akan kondisi diri dan usiamu saat ini,

bahwasanya dirimu sangatlah mulia. Banyak di antara

pemuda zaman ini menyia-nyiakan masa mudanya.

Dikarenakan seseorang akan menyia-nyiakan sesuatu

ketika ia tidak tahu tentang betapa berharganya sesuatu

tersebut. Tetapi jika ia mengetahui, maka ia akan menjadi

orang yang sangat menghargai dan memanfaatkan waktu

mudanya. Sebagaimana keledai yang memikul kitab yang

banyak penuh dengan ilmu. Namun ia tidak mendapatkan

manfaat berupa ilmu sama sekali karena ia tidak mengerti

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 58


betapa berharganya kitab-kitab tersebut.

Seorang pemuda akan Allah muliakan dengan

beberapa hal diatas yang in syaa Allah akan kita paparkan

satu persatu.

1. Ilmu

Ketahuilah wahai saudaraku. Bahwa ilmu

merupakan modal utama seorang pemuda dalam

mengarungi kehidupanduniayang fana maupun kehidupan

abadi kelak di akhirat. Sesungguhnya kemuliaan seorang

pemuda, adalah dengan menuntut ilmu agama. Nasihat

yang sangat indah dari Imam Muhammad bin Idris Asy-

Syafi’i rahimahullahu ta’ala kepada para pemuda:

“Bersabarlah atas pahitnya sikap kurang


mengenakkan dari guru

Karena sesungguhnya endapan ilmu adalah

dengan menyertainya

Barangsiapa yang belum merasakan

Hamdan Kurniawan Zega 59


pahitnya belajar meski sesaat

Maka akan menahan hinanya kebodohan

sepanjang hidupnya

Barangsiapa yang tidak belajar di waktu

mudanya

Bertakbirlah 4 kali atas kematiannya

Eksistensi seorang pemuda –Demi Allah-

adalah dengan ilmu dan ketaqwaan

Jika keduanya tidak ada padanya, maka tidak

ada jati diri padanya”8

Dengarlah nasihat yang sangat indah dan

menyentuh qalbu dari beliau. Bagaimana kemuliaan

dirimu, adalah dengan belajar ilmu agama dan bertakwa

kepada Allah Ta’ala. Dan ingatlah ya Akhi. Di antara

kewajiban yang kebanyakan manusia lalai darinya adalah

kewajiban menuntut ilmu syar’i. Padahal Rasulullah

8 Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 60


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َط َل ُب ْال ِع ْلم َفر‬


‫يض ٌة َع َلى ُك ّ ِل ُم ْس ِل ٍم‬ ِ ِ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap

muslim”.9

Inilah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam yang harus diamalkan olehmu, jika engkau ingin

kebaikan ada pada dirimu. Engkau harus menjadi orang

yang mencintai dan semangat dalam menuntut ilmu.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah ta’ala juga pernah berkata:

َ ْ ْ َ
‫َم ْن ل ُي ِح ُّب ال ِعل َم ل َخ ْي َر ِف ِيه‬
“Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak

ada kebaikan untuknya.”

Ya Akhi, sesungguhnya jika kita mengetahui

keutamaan ilmu ini, maka pasti kita akan bersemangat

untuk menuntut ilmu. Jika keutamaannya semakin

membuat seseorang dekat dengan Allah, para malaikat,

9 HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani


dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224

Hamdan Kurniawan Zega 61


juga penduduk bumi dan langit rida kepada penuntut

ilmu, maka sesungguhnya itu sudah menjadi keutamaan

yang sangat agung di dalam kehidupan ini.

Sungguh sangat indah apa yang dikatakan oleh

Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala: “Seandainya

keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin

(Rabb semesta ‘alam), dikaitkan dengan para malaikat,

berteman dengan para penduduk langit, maka itu

sudah mencukupi untuk menerangkan keutamaan ilmu.

Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi

orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk

mencapainya.”10

Hanya dengan ilmu pula, engkau akan mendapatkan

nikmat yang sangat agung, yaitu rasa takut kepada Allah

Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:

ْۗ ٓ ۡ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫إ� َّن َما َي ۡخ َشى � َّ َلل ِم ۡن ِع َب ِاد ِه �ل ُع َل َٰم ُؤا‬

10 Miftah Daaris Sa’adah, (1/104)

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 62


Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di

antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS.

Fathir: 28)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu ta’ala

mengatakan: “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah

dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang-

orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal

Allah yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui

dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan

baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan

lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat

takutnya.”11

Para ulama juga berkata: “Siapa yang paling

mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah.”

Ketahuilah bahwa hanya dengan rasa takutlah,

seseorang akan tunduk dan patuh kepada Allah. Betapa

banyak pemuda, yang menghabiskan waktunya,

11 Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim

Hamdan Kurniawan Zega 63


menghabiskan umurnya dalam kemaksiatan, berlumur

dengan dosa disebabkan karena ia tidak mengenal

Rabbnya. Yang mengakibatkan ia tidak mempunyai

rasa takut sama sekali dengan Allah, tidak takut dengan

ancaman siksa-Nya dan kemudian ia binasa dalam kondisi

yang jauh dari Allah. Wa na’udzu billah min dzalika.

2. Beramal Saleh

Setelah engkau mendapatkan ilmu, maka

setelahnya adalah beramal saleh diatas ilmu tersebut.

Kaidah yang sangat indah dari seorang ulama yang hanif

Muhammad bin Isma’il atau lebih dikenal dengan Imam

Bukhori rahimahullahu ta’ala membuat satu judul bab

dalam kitab shahihnya dengan judul: “Al-‘Ilmu Qabla Al-

Qaul wa Al-‘Amal (ilmu sebelum berkata dan beramal).”

Maka dengan belajar engkau akan mengetahui


amal yang benar. Beramal sesuai dengan contoh yang

Rasulullah ajarkan sehingga tidak menyelisihinya.

Ketahuilah saudaraku, bahwa sesungguhnya

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 64


masa muda adalah masa terbaik untuk beramal saleh.

Dikarenakan tubuh masih dalam keadaan sehat dan sangat

bersemangat. Ibadahlah yang menjadikan seseorang

berbahagia dalam kehidupannya diatas dunia ini. Allah

Ta’ala berfirman:

ۖ
‫ن َف َل ُن ۡح ِي َي َّن ُهۥ َح َي ٰو ٗة َط ِّي َب ٗة‬ٞ ‫َم ۡن َع ِم َل َٰص ِل ٗحا ّ ِمن َذ َك ٍر أ� ۡو أ� َنث ٰى َو ُه َو ُم ۡؤ ِم‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal

saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-

Nahl: 97)

Lihatlah para pemuda hari ini. Mereka mencari

kebahagiaan dan ketenangan hidup di semua tempat,

di seluruh penjuru bumi namun mereka tidak


mendapatkannya. Karena kebahagiaan hadir ketika

seseorang dekat kepada Allah. Sebenarnya cukuplah


dengan merenungkan ayat ini seorang akan mendapatkan

Hamdan Kurniawan Zega 65


jawaban dari apa yang ia cari selama ini.

Kisah seorang Muhammad Al-Fatih penakluk

Konstantinopel di Instanbul Turki. Sebuah kota yang

penuh dengan keindahan dan kemewahan, juga kekuatan

maha dahsyat yang tidak bisa ditembus oleh musuh mana

pun. Berkali-kali para sultan dari kerajaan Islam berusaha

menaklukkannya karena keyakinan mereka dengan janji

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa suatu

hari umat Islam akan menaklukkannya. Namun setelah

berabad-abad lamanya, benteng kota tersebut tetap

berdiri kokoh. Lalu dengan izin Allah tampillah seorang

anak muda yang baru berusia 21 tahun menaklukkan

kota maha dahsyat tersebut. Yang menggemparkan

eropa bahkan seluruh dunia. Siapa sebenarnya pemuda

ini. Ternyata ia adalah pemuda yang dikisahkan semasa

hidupnya tidak pernah meninggalkan shalat tahajjudnya

dan puasa sunnahnya. Maka keimanan dan amal saleh

yang ia lakukan menjadikan Allah memberikannya

kemuliaan meskipun ia masih seorang pemuda. Jadi, untuk

mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan habiskanlah

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 66


waktu mudamu dalam ketaatan kepada Allah.

3. Dakwah

Agama yang mulia ini (Islam) wahai saudaraku

adalah agama dakwah. Bahkan di antara syarat dari umat

ini menjadi khaira ummah (umat terbaik) adalah dengan

berdakwah di jalan Allah Ta’ala. Mengajak manusia pada

yang ma’ruf dan mencegah mereka dari kemungkaran.

Allah Ta’ala berfirman:

ۡ‫ٱ‬ ۡ‫ُ ُ ۡ َ ۡ َ أ َّ أ ۡ َ ۡ َّ أ‬
‫اس َت� ُم ُرو َن ِب�ل َم ۡع ُرو ِف‬
ِ ‫كنتم خير �م ٍة �خ ِرجت ِللن‬
‫َ َ ۡ َ ۡ َ َ ٱۡ ُ َ َ ُ ۡ ُ َ ٱ‬
‫ون ِب� َّ ِۗلل‬ ‫وتنهون ع ِن �لمنك ِر وتؤ ِمن‬
Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan

untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan

mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. (QS. Ali-Imran: 110)

Dakwah itu menyampaikan dan memanggil serta

mengajak manusia ke jalan Allah, untuk menjalankan

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya demi mencapai

Hamdan Kurniawan Zega 67


kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan

tuntutan dan contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam.

Dakwah dalam pengertian mengajak kepada

kebaikan dan mencegah kemungkaran, sesungguhnya

merupakan tugas bagi kita semua sebagai umat Islam.

Islam mengajarkan pada lubuk hati manusia yang paling

dalam, bahwa Allah Ta’ala telah menanamkan kesadaran

moral yang senantiasa membisikkan ke arah jalan yang

benar.

Dakwah Islam wajib disebarluaskan kepada seluruh

umat manusia, agar manusia selamat dari ajaran-ajaran

yang menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya. Oleh

karena itulah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam

diutus untuk seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah

Ta’ala:
َٰ َّ ّ ٗ َّ ٓ َ َّ‫َ َ ٓ أ ۡ َ ۡ َٰ َ ل‬
‫اس َب ِش ٗيرا َو َن ِذ ٗيرا َول ِك َّن أ�ك ۡـ َث َر‬ِ ‫كافة ِللن‬ �‫وما �رسلنك إ‬
٨٢ ‫ون‬ َ ‫�ٱ َّلناس َل َي ۡع َل ُم‬
ِ

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 68


Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu,

melainkan kepada umat manusia seluruhnya

sebagai pembawa berita gembira dan sebagai

pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia

tiada mengetahui.”(QS. As-Saba’: 28)

Demikianlah tugas risalah yang dipikulkan Allah

Ta’ala kepada Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa


sallam. Isi risalah yang beliau bawa adalah “Basyîran”

(kabar gembira) dan “Nadzîran” (peringatan). Sedangkan

yang menjadi alamat risalah yang dibawa beliau adalah

“seluruh umat manusia”.12 Ada pun inti dari risalah tersebut

adalah mengajak, menyeru kepada kebaikan, mencegah

kemungkaran dan memanggil manusia kepada jalan

agama Allah Ta’ala yaitu dînul Islam.

Dakwah dalam hal ini merupakan panggilan

bagi setiap pribadi muslim terutama dirimu wahai

pemuda Islam, untuk memahami kebenaran risalah yang

12 Mohammad Natsir, Fiqhud Dakwah, Jakarta: Media


Dakwah, 2000, Cet IX, hal. 3

Hamdan Kurniawan Zega 69


disampaikan Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa

sallam yang datangnya dari Allah Ta’ala.

Di sinilah pentingnya dakwah bagi setiap muslim,

di mana di punggungmu mempunyai tanggung jawab

terhadap umat untuk membimbing, mengarahkan dan

memberikan pencerahan terus menerus dengan apa-apa

yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa

sallam dari wahyu Ilahi yang diturunkan-Nya (Al-Qur’an

Al-Karim dan Sunnah). Sehingga manusia mengikuti jalan

yang telah Rasulullah gariskan, bukan jalan-jalan lain yang

menuju ke jurang-jurang neraka.

Dan ketahuilah, dengan sebab engkau

mendakwahkan agama ini, engkau akan mendapatkan

kemuliaan yaitu pertolongan Allah Ta’ala. Bukankah Allah

telah berfirman:

ُ ‫نص ُرو ْا �ٱ َّ َلل َي‬


‫نصۡر ُك ۡم َو ُي َث ِّب ۡت‬ ُ ‫َٰي أٓ� ُّي َها �ٱ َّل ِذ َين َء َام ُنو ْٓا �ن َت‬
‫إ‬
ۡ
٧ ‫�قدامكم‬ُ َ َ ۡ ‫أ‬

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 70


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika

kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan

menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS. Muhammad: 7)

Jalan dakwah ini wahai saudaraku, adalah

jalan yang tidak memiliki ujung. Sehingga Allah tidak

memerintahkan kita untuk wafat di ujung jalan tersebut.

Namun Allah memerintahkan kita wafat di atas jalan

kemuliaan ini yaitu menyeru manusia kepada Islam.

4. Izzah (Kemuliaan)

Saudaraku, semoga Allah merahmatimu.

Ketahuilah bahwa engkau mulia dengan agamamu.

Engkau dimuliakan oleh Islam. Makanya sahabat yang

mulia, Umar bin Khattab radhiyallahu ta’ala ‘anhu

mengatakan: “Kita adalah suatu kaum yang telah

dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan Islam, maka

bila kita mencari kemuliaan selain dari Islam maka Allah

Hamdan Kurniawan Zega 71


akan menghinakan kita.”13

Maka kemuliaan dan kemajuan umat Islam adalah

ketika kita mau berpegang teguh dan bangga dalam

menjalankan agama kita. Maka meninggalkannya akan

menyebabkan kita dihinakan oleh Allah Ta’ala.

Para pemuda akan mulia dengan agamanya, dan

akan hina dengan meninggalkannya. Banyak contoh

bagaimana orang-orang yang berpegang dengan Islam

kemudian Allah muliakan. Bagaimana Bilal bin Rabah


seorang budak hitam yang dipandang hina di kaum

Quraisy pada saat itu, disiksa dengan siksaan yang sangat

menyakitkan. Namun ketika dia bertahan dengan Islam,

memegang erat agamanya membuat dia Allah muliakan

menjadi seorang muazin yang dikenal oleh seluruh kaum

muslimin sampai hari ini. Maka jangan pernah engkau

meninggalkan Islam dan malu dengannya, karena itu

hanya akan menyisakan kehinaan pada dirimu.

13 Riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/62), ia berkata shahih


dan disetujui oleh adz-Dzahabi dari Thariq bin Syihab rahimahullah

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 72


5. Teman Yang Baik

Berteman dengan orang yang baik, merupakan

perkara yang sangat penting. Hal ini akan sangat

mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku para

pemuda. Minimal ketika berteman dengan orang

baik, kita akan menjadi baik atau minimal kita akan

memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita.

Begitu juga sebaliknya jika berteman dengan orang yang

buruk. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda:

ْ ْ
‫ال َم ْر ُء َع َلى ِد ِين َخ ِلي ِل ِه َفل َي ْن ُظ ْر أ� َح ُد ُك ْم َم ْن ُي َخا ِل ُل‬
“Seorang manusia akan mengikuti agama teman

dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu

melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya.” (HR

Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378)

Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda:

Hamdan Kurniawan Zega 73


ْ َّ ‫َم َث ُل ْال َج ِليس‬
‫الس ْو ِء َك َح ِام ِل ال ِم ْس ِك َو َن ِاف ِخ‬
َّ ‫الصا ِلح َو‬
ِ ِ
ْ‫ َو� َّما أ�ن‬، ‫ َف َح ِام ُل ْالم ْس ِك � َّما أ� ْن ُي ْح ِذ َي َك‬، ‫ْال ِكير‬
‫إ‬ ‫ِ إ‬ ِ
ُ‫ َو َنافخ‬، ‫ َو� َّما أ� ْن َتج َد م ْن ُه ر ًيحا َط ّي َب ًة‬، ‫َت ْب َت َاع م ْن ُه‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫إ‬ ِ
ْ
‫ َو إ� َّما أ� ْن َت ِج َد ِر ًيحا َخ ِب َيثة‬، ‫ال ِك ِير إ� َّما أ� ْن ُي ْح ِر َق ِث َي َاب َك‬

“Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik

dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah)

seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan

shohib al-kiir (tukang tempa besi), maka penjual

minyak wangi bisa jadi dia memberimu minyak

wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya,

atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang

harum darinya. Sedangkan shohib al-kiir (tukang

tempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar

pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium

aroma yang tidak sedap darinya.” (HR Al-Bukhari

(no. 5214) dan Muslim (no. 2628)

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan

duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 74


akhlak dan tingkah lakunya, karena pengaruh baik yang

ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka, sekaligus

menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang

buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh

buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.

Al-Imam Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj atau

lebih dikenal dengan Imam Muslim rahimahullahu ta’ala

mencantumkan hadits di atas dalam Bab : “Anjuran Untuk

Berteman dengan Orang Saleh dan Menjauhi Teman

yang Buruk”. Imam An Nawawi rahimahullah ta’ala

menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan

teman yang saleh dengan seorang penjual minyak wangi

dan teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits

ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman

saleh dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia,

sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat

larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah,

dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.

(Syarh Shahih Muslim 4/227)

Hamdan Kurniawan Zega 75


Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah

ta’ala mengatakan: “Hadits di ini menunjukkan larangan

berteman dengan orang-orang yang dapat merusak

agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong

seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat

memberikan manfaat dalam agama dan dunia.” ( Fathul

Bari 4/324)

Terkadang seseorang bersedih karena sedikitnya

teman. Akhi. Janganlah engkau bersedih dengan

temanmu yang sedikit. Tapi sedihlah ketika engkau

punya teman tapi tak satu pun yang mengingatkanmu

pada Allah. Engkau akan menyesal dikemudian hari.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ٗ َ ۡ َ َ
٨٢ ‫َٰي َو ۡي َل َت ٰى ل ۡي َت ِني ل ۡم أ� َّت ِخذ ُفل ًنا َخ ِليل‬
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku

(dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab

(ku).” (QS. Al-Furqon: 28)

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullahu ta’ala

berkata : “Secara umum, hendaknya orang yang engkau

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 76


pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut: Orang

yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang

fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus

dengan dunia.” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36)

Kemudian beliau menjelaskan : “Akal merupakan

modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan

orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin

menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu.

Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah

orang yang memamahai segala sesuatu sesuai dengan

hakikatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia

menjelaskan kepada orang lain. Teman yang baik juga

harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa

banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan

tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan

berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia

tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang

tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat

dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya.

Sedangkan berteman dengan ahli bid’ah, dikhawatirkan

Hamdan Kurniawan Zega 77


dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya.

(Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)

Demikianlah para ulama menjelaskan tentang

pentingnya berteman dengan orang yang saleh.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 78


“Hari-harimu adalah bagian hidupmu.

Bila suatu hari berlalu, maka berlalulah

satu bagian hidupmu yang tidak mungkin

akan engkau dapatkan kembali. Masa

mudamu adalah ni’mat yang akan terasa

menjadi sebuah ni’mat bila engkau sudah

kehilangannya dan tak dapat kembali

kepadanya.”

Irham As-Salafy

Hamdan Kurniawan Zega 79


E. Cinta Dalam Kehidupan
Seorang Pemuda

J udul ini, mungkin yang paling ditunggu oleh

dirimu. Setelah pembahasan yang cukup serius dan

menghabiskan energi, kita akan sedikit rileks pada

pembahasan ini. Membahas tentang bagaimana hakikat

cinta ketika di usia muda. Bagaimana menempatkan cinta

yang mulai tumbuh bahkan menggebu di dalam dada, lalu

apa solusi bagi pemuda sehingga tidak terjerumus dalam

cinta yang semu lagi salah. Sebelum terlalu jauh kita

membahas, kita renungkan sejenak sajak yang dibuat oleh

penulis tentang cinta. Bacalah dengan saksama, jangan

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 80


sampai ada yang terlewat. Karena setiap baitnya, tersirat

makna yang sangat dalam.

Bismillah...

Tulisan ini, dimulai dengan berharap


keridaan dari sang Maha Cinta.

Yang mencintai makhluk-Nya, melebihi


cinta seorang ibu kepada anaknya.

Yang selalu memberikan kenikmatan


kepada hamba-Nya,
baik hamba itu taat maupun maksiat.

Yang nikmatnya tidak akan mampu


terhitung, meskipun kita menjadikan lautan
sebagai tinta, dan dahan pohon sebagai
pena untuk menghitung nikmat dengan
menulisnya.

Hamdan Kurniawan Zega 81


Cinta...

Adalah sebuah kata yang sudah dikenal,


dipahami dan dirasakan oleh umat
manusia.

Dari Nabi Adam sampai umat Nabi


Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

Dari zaman dunia dikuasai oleh Romawi


dan Persia.

Dari anak kecil, remaja, dewasa sampai


yang sudah tua

Dengan cinta, seseorang bisa merasakan


indah dan manisnya dunia.

Dengan cinta, seseorang bisa bersemangat


menggapai mimpi yang tinggi.

Dengan cinta, seseorang bisa bangkit dari


keterpurukan.

Dengan cinta, seseorang bisa merangkai


khayalan yang sangat indah.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 82


Dengan cinta pula, seseorang bisa menebar
kebahagiaan dan perdamaian di semesta
alam.

Tapi jangan lupa!

Dengan cinta, seseorang bisa tergila-gila.

Dengan cinta pula, seseorang bisa putus


asa.

Dengan cinta juga, seseorang bisa


mengubur mimpinya dalam-dalam.

Dengan cinta juga, seseorang bisa


menghancurkan masa depan yang cerah.

Perkara cinta memang pelik.

Susah untuk dimengerti.

Penuh dengan misteri, akan tetapi syarat


akan makna.

Terkadang, seseorang bisa merasakan


manisnya cinta sejati.

Tapi tidak jarang, seseorang hanya dibuai


manisnya cinta yang semu.

Hamdan Kurniawan Zega 83


Setiap kita, mungkin berharap cinta yang
membahagiakan.

Membayangkan cinta yang tulus tanpa


pamrih.

Berharap manisnya cinta, dan melupakan


rasa pahit yang mungkin terkandung di
dalamnya.

Seakan, berlayar di lautan cinta, adalah


sebuah kebahagiaan yang pasti dan tak
berujung.

Akan tetapi, mungkinkah seorang nahkoda


berlayar tanpa ombak.

Mungkinkah ketika berlayar tidak ada aral


yang melintang.

Mungkinkah dia sampai tujuan tanpa


tantangan?

Dan apakah semua nahkoda selamat


sampai tujuan?

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 84


Tidak pernahkah mendengar kabar, berapa
banyak kapal berlayar namun tidak pernah
sampai tujuan?

Pernahkah engkau membuka matamu,


melihat kapal karam di tengah lautan.

Tidak pernahkah engkau menghitung,


berapa banyak kapal hancur dihantam
ombak, di lautan yang kelihatan tenang
namun sesungguhnya menyimpan
keganasan?

Tidak, tidak, tidak.

Maksudnya tidak seperti yang engkau


pikirkan.

Diri ini tidak sedang menggambarkan


bahwa dicintai dan mencintai itu,
adalah sesuatu yang kelam.
Sesuatu yang berbahaya.

Ataupun sesuatu yang penuh dengan


tantangan, dan sangat sulit untuk dilewati.

Hamdan Kurniawan Zega 85


Diri ini hanya ingin membuka mata engkau
wahai muda mudi.

Yang mungkin sekarang sedang dimabuk


asmara karena di ombang-ambing lautan
cinta.

Yang mungkin sedang menganggap seolah


cinta yang sedang dirasa adalah cinta sejati
yang akan membawa kearah kebahagiaan.

Akhi wa Ukhti…

Sesungguhnya keadaan dan takdir setiap


orang itu berbeda-beda.

Ada yang saling mencintai dan dicintai


bersatu dalam mahligai pernikahan.

Menyelam dalam manisnya biduk


keindahan rumah tangga.

Ada juga yang saling mencintai, tapi harus


berjuang keras untuk mendapatkan izin
kedua orang tua.

Terkadang ada yang berhasil, terkadang

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 86


juga hanya menjadi perjuangan yang tabu,
tidak membuahkan hasil selain kekecewaan.

Ada cinta yang hanya bertepuk sebelah


tangan.

Ada juga yang saling mencintai, tapi harus


dipisahkan oleh restu kedua orang tua.

Ada juga yang diawal pernikahan karena


keterpaksaan, tapi setelahnya tumbuh cinta
yang membuat bahagia.

Ada yang ditinggalkan pada saat sedang


cinta-cintanya.

Mungkin karena suatu alasan atau mungkin


juga adanya orang ketiga.

Ada juga yang ditinggal menikah oleh orang


yang dicintai.

Ada juga yang menyimpan cintanya dalam


diam.

Ada juga yang hidup dalam rumah


tangga yang dibangun dengan landasan
keterpaksaan.

Hamdan Kurniawan Zega 87


Bahkan betapa banyak rumah tangga yang
dibangun dengan keterpaksaan.

Dijodohkan oleh orang tua.

Dan berbagai kasus lainnya.

Jadi, cinta dan jodoh itu, terkadang sesuai


dengan keinginanmu.

Tapi terkadang pula, dia jauh dari apa yang


engkau harapkan.

Mungkin engkau telah membuat ukiran


kisah hidup yang sangat indah dengan
orang yang engkau cintai.

Akan tetapi, jika Dia mentakdirkan engkau


berjodoh tidak dengan orang yang engkau
cinta, maka itulah takdir yang sebenarnya.

Taqdir yang harus kita terima.

Kita hadapi.

Meskipun menjadi kenyataan yang pahit.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 88


Ketahuilah!!!

Sesungguhnya Allah sang Maha Cinta,


adalah Rabb yang mengetahui yang terbaik
dalam kehidupan kita.

Kita mungkin ditakdirkan berjodoh dengan


orang yang tidak kita cintai.

Atau dengan seorang yang tidak kita kenal.

Bahkan mungkin kita dipisahkan dengan


orang yang sangat kita cintai, yang kita
anggap dialah kebahagiaan kita.

Akan tetapi akhi wa ukhti. Sekali lagi. Allah


mengetahui yang terbaik untuk kita.

Sebagaimana firman-Nya:

“ Dan mungkin saja, engkau membenci


sesuatu sedangkan dia adalah baik
bagimu. Dan mungkin saja, engkau
mencintai sesuatu, tetapi ia buruk bagimu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan
kalian tidak mengetahui”

(Q.S. Al-Baqarah: 216)

Hamdan Kurniawan Zega 89


Ketahuilah, Apa yang telah ditulis
(ditakdirkan) oleh Allah

itu lebih baik dari apa yang engkau cintai,


lebih agung dari apa yang engkau pinta,
dan lebih lembut dari yang engkau inginkan

Sesungguhnya cinta yang paling indah,


adalah cinta yang tunduk pada syari’at.

Lupakah kita sabda Nabi yang mulia.

“Kami belum pernah melihat solusi untuk


dua orang yang saling jatuh cinta,
selain pernikahan”

Maka cinta yang sebenarnya,

sejatinya diwujudkan dengan membina


mahligai rumah tangga.

Cintai orang yang telah Allah takdirkan dia


sebagai jodohmu.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 90


Karena sesungguhnya dia adalah yang
terbaik untukmu,
pilihan Rabb yang Maha Mengetahui.

Semoga Allah menjaga cinta kita, hanya


kepada makhluq yang dihalalkan oleh-Nya.

Tidak terjatuh dalam cinta semu dan salah,


yang dimurkai oleh Rabb yang Maha Cinta.

Saudaraku, ketahuilah bahwa cinta adalah fitrah

yang akan selalu ada di dalam hati setiap insan. Cinta

pada manusia mungkin banyak, cinta kepada orang

tua, keluarga dan pasangan hidup. Tapi kita secara

khusus akan membahas cinta pada lawan jenis, karena

ia merupakan problem yang sangat besar di masa muda

ini. Cinta bisa tiba-tiba bersemi di dalam dada tanpa kita

sadari. Rasa cinta datang tanpa undangan, dan mungkin

saja dia merasuk tanpa izin. Dia tak akan mengetuk pintu

untuk masuk kedalam relung hatimu. Terkadang ketika ia

datang, banyak yang salah paham. Ibarat ia bertamu, kita

Hamdan Kurniawan Zega 91


sudah menyiapkan untuknya hati, ternyata ia hanyalah

tamu yang harusnya disuguhi segelas kopi.

Maka apakah rasa ini salah? Tentu tidak, jika

diletakkan di tempat yang semestinya sesuai perintah

sang Maha Cinta.

Setiap insan tentunya ingin mereguk manisnya

cinta, baik dengan cara yang benar sehingga di ridai oleh

Allah atau bahkan dengan cara yang salah sehingga di

murkai oleh Allah. Semuanya kembali kepada pilihan kita.

Ketahuilah bahwasannya fitnah kepada manusia terjadi

pada dua hal. Yaitu fitnah syubhat dan fitnah syahwat.

Jika syubhat akan menghancurkanmu dari pemikiran

dan keyakinan, maka syahwat akan menghancurkanmu

dari hawa nafsu yang ada pada dirimu. Keduanya sangat

berbahaya meskipun engkau hanya terjatuh pada salah

satunya.

Maka, jika perasaan ini muncul, engkau hanya

punya dua pilihan yang akan menyelamatkan dirimu. Yaitu

dengan engkau membangun cinta dalam bingkai halal

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 92


dan kebahagiaan dua insan dalam rumah tangga, atau

jika belum siap engkau memilih untuk menjauh darinya

karena tidak ingin larut dalam sakitnya cinta dalam diam.

Jika engkau memilih menghalalkan dalam bingkai rumah

tangga, maka inilah yang tebaik. Sebagaimana sabda Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ْ َ
‫ل ْم أ� َر ِلل ُم َت َح َّاب ْي ِن ِم ْث َل ِّالن َك ِاح‬

“Saya belum pernah melihat solusi untuk dua orang

yang saling jatuh cinta, selain menikah.” (HR. Ibnu

Majah 1847, Mushannaf Ibn Abi Syaibah 15915


dan dishahihkan Al-Albani)

Meskipun pernikahan adalah suatu yang agung,

dan penuh konsekuensi yang maha berat. Dikarenakan

Allah Ta’ala mengambil janji tentang pernikahan dengan

perjanjian yang berat. Sebagaimana firman Allah:

ٗ ٰ ُ َ ۡ َ ‫َأ‬
١٢ ‫نكم ّ ِم َيث ًقا َغ ِليظا‬ ‫و�خذن ِم‬

Hamdan Kurniawan Zega 93


Artinya: “Dan mereka (isteri-isterimu) telah

mengambil dari kamu perjanjian yang berat.” (QS.

An-Nisaa’: 21)

Allah hanya menyebutkan miitsaaqan ghalidzha ini

kepada tiga golongan dalam Al-Qur’an. Pertama, adalah

ketika Allah mengambil perjanjian dengan Bani Isra’il.

Kedua, ketika Allah mengambil perjanjian dengan para

Nabi dan Rasul. Ketiga, ketika Allah mengambil perjanjian

kepada para suami untuk istri-istrinya.

Menyelami manisnya cinta dalam mahligai

rumah tangga. Memberikan ketenangan pada jiwa, dan

memberikan solusi untuk saling berbagi baik dalam suka

maupun duka. Maka menikah adalah yang terbaik, solusi

dari Dzat yang Maha Cinta, kepada setiap insan.

Jangan engkau mencari pilihan lain. Karena

selain dua pilihan itu, tidak ada pilihan ketiga untukmu.

Kalaupun ada, maka itu adalah pilihan yang akan

menjerumuskanmu kedalam kelamnya kemaksiatan. Yaitu

engkau menjalin hubungan diatas kemurkaan Dzat yang

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 94


Maha Indah. Dengan engkau berpacaran, bermaksiat dan

mereguk manisnya cinta dengan cara yang salah. Engkau

mungkin meraskan bahagia ketika memilih pilihan

ketiga ini. Namun ketahuilah, ia adalah kebahagiaan

yang semu. Allah akan menimpakanmu rasa sakit yang

teramat dalam ketika orang yang engkau cintai, menjalin

tali kasih dengannya dalam hubungan terlarang, lalu dia

meninggalkanmu. Kalau kata anak sekarang, “Sakitnya

tuh di sini (sambil menunujuk ke hati)”.

Maka jangan pernah mencoba untuk bermain api,

atau bermain air. Karena api akan membakarmu, dan air

pasti akan membuatmu basah. Engkau akan menyesal

ketika Allah Ta’ala membalas perbuatanmu di akhirat

dengan api neraka, dan Allah Ta’ala membalasmu di dunia,

dengan sakitnya pengkhianatan dan tetesan air mata

yang mengalir deras. Engkau tidak akan kuat saudaraku.

Engkau tidak akan kuat saudariku.

Jikalau sekarang engkau belum siap untuk

membangun biduk rumah tangga, atau jodoh mungkin

Hamdan Kurniawan Zega 95


belum datang menghampirimu, maka yang terbaik

adalah bersabar dalam penantian dengan melakukan

ketaatan kepada Allah. Karena sesungguhnya jodoh

adalah cerminan diri. Jika kita orang baik, maka Allah

akan menjodohkan kita dengan orang baik, begitupun

sebaliknya. Bukankah itu janji dari Dzat yang tidak akan

menyelisihi janji? Allah Ta’ala berfirman:

َّ ‫ون ل ۡل َخب َٰيث ۖت َو�ٱ‬ َ ۡ ‫�ٱ ۡل َخب َٰيث ُت ل ۡل َخب ِيث َ ٱ‬


‫لط ِّي َٰب ُت‬ ِ ِ ِ َ ‫ين َو�لخ ِب ُيث‬ ِ ِ ِ
َّ َّ ‫ٱ‬ َّ
‫ون ِللط ِّي َٰب ۚ ِت‬
َ ‫ين َو�لط ّي ُب‬
ِ
َ ‫ِللط ّيب‬
ِِ
Artinya: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk

laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah

buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-

wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik

dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita

yang baik (pula).” (QS. An-Nuur: 26)

Kepadamu yang dalam penantian. Selamat mengisi

hari-hari penantian dengan kegiatan yang bermanfaat dan


diatas keridaan Rabbmu. Membaca dan menghafalkan
kalamullah, menghafal hadits-hadits nabi, belajar ilmu

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 96


syar’i dengan mendatangi majelis ilmu dan kegiatan
positif lainnya. Semoga penantianmu dalam taat

membuahkan pertemuan dengan manusia yang Allah

utus untukmu, yang mencintaimu karena-Nya, engkau

bisa berbagi kebahagiaan dengannya, berbagi keluh

maupun kesah, berbagi ilmu agama, berjuang bersama

membangun keluarga sakinah, dan berjalan menuju rida-

Nya sang pencipta untuk satu tujuan mulia yaitu bersua

kembali di Jannatul Firdaus yang tinggi.

Hamdan Kurniawan Zega 97


“Iman adalah sebab terindah untuk
menjadikan setiap hamba Allah
saling cinta dan berkasih sayang.
Untuk saling menguatkan dan bukan
melemahkan. Untuk saling menolong
dan bukan mengkhianati. Untuk
saling mengingatkan dan bukan
mencela. Karena saudara iman selalu
mengokohkan bukan merapuhkan.”

Katakan, uhibbuka fillah wahai


saudaraku.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 98


F. Prinsip Hidup
Seorang Pemuda

Ini mungkin inti dari pembahasan kita. Bagaimana

“Pemuda itu berperan dalam perubahan, bukannya baperan

dalam percintaan.” Ya, pemuda harus berperan dalam

perubahan menuju ke arah yang baik di dalam peradaban

suatu umat. Bukan baper dalam masalah percintaan.

Pemuda Islam harus menjadi motor penggerak menuju

kejayaan agama yang mulia ini. Engkau ya Akhi, harus

mengambil peran didalamnya. Karena sesungguhnya

sedikit peranmu, akan membuat engkau mulia.

Sebagaimana para sahabat dahulu ketika menggali parit di

Hamdan Kurniawan Zega 99


perang Khandaq. Meski hanya sedikit galian tanah, tapi itu

tetap bernilai pahala di sisi Allah. Tidak akan pernah ada

kerugian bagi orang yang berperan untuk Islam. Bahkan

dia akan mulia di hadapan penduduk bumi, terlebih lagi

di hadapan penduduk langit.

Bahwa kita di dunia ini sedang menulis kisah hidup

kita. Menggores tinta demi tinta di atas buku kenangan.

Yang buku ini nantinya akan menjadi pengingat tentang

kehidupanmu setelah engkau pergi. Ketika engkau

menggores kebaikan selama hidupmu, engkau akan

dikenang dengan baik, dipuji dan menjadi contoh untuk

orang-orang setelahmu meskipun dagingmu sudah habis

dimakan ulat tanah. Namun jika sebaliknya, engkau

berbuat keburukan sampai akhir hayatmu, sesungguhnya

engkau akan dikenang dengannya, akan dicela, dan

orang-orang akan memperingatkan satu sama lain untuk

menjauhi perbuatanmu. Dan menjadi pelajaran bagi

orang-orang setelahmu, meskipun engkau tinggal tulang

belulang di kandung tanah.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 100


Maka tanyakan pada dirimu. Engkau ingin dikenang

seperti apa. Apakah dengan kebaikan, ataukah dengan

keburukan. Jika kebaikan, maka ubahlah hidupmu mulai

sekarang, manfaatkanlah masa mudamu.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ta’ala ‘anhuma,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

، ‫ َش َب َاب َك َق ْب َل َه َر ِم َك‬: ‫س‬ َْ ََْ َْ ْ َْ


ٍ ‫ِاغت ِنم خم ًسا قبل خم‬
‫ َو ِف َر َاغ َك‬، ‫ َو ِغ َن َاء َك َق ْب َل َف ْق ِر َك‬، ‫َو ِص َّح َت َك َق ْب َل َس َق ِم َك‬
‫ َو َح َيا ِت َك َق ْب َل َم ْو ِت َك‬، ‫َق ْب َل ُش ْغ ِل َك‬

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:

waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu

sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu

sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum

waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum

matimu.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok,

4: 341)

Karena kenangan sejarah, hanya bisa kita goreskan

Hamdan Kurniawan Zega 101


ketika ruh masih dikandung badan. Jika jasad telah

terbujur kaku, maka kenangan kita pun terputus. Lalu

orang akan mulai melihat, lembar demi lembaran kisah si

fulan apakah dia orang baik ataukah orang yang buruk.

Sesungguhnya para sahabat radhiyallahu ‘anhum

ajma’in dari kalangan Muhajirin dan Anshar adalah

manusia-manusia mulia yang pernah hidup di atas muka

bumi sudah menorehkan kisah terbaik untuk menjadi

contoh kehidupan seorang manusia setelah mereka.

Bagaimana mereka mau berjuang dengan sepenuh jiwa

dan raga untuk agama yang mulia ini. Tak terhitung harta

yang sudah mereka infaqkan di jalan Allah. Bagaimana

cintanya mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sehingga

dengan keridaan mereka, Allah Rabbul ‘Alamin pun rida

kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya:

‫وهم ِب إ� ۡح َٰس ٖن‬ َ ‫ون ِم َن �ٱ ۡل ُم َٰه ِجر َين َو�ٱ ۡ َأل‬


ُ ‫نصار َو�ٱ َّل ِذ َين �ٱ َّت َب ُع‬ َ ‫ون �ٱ ۡ َأل َّو ُل‬
َ ‫لسب ُق‬ ٰ ‫َٱ‬
ِ َّ �‫و‬
ِ ِ
ٰ ۡ‫ٱ‬ ٰ َ ْ ‫ٱ‬
‫َّر ِض َي � َّ ُلل َع ۡن ُه ۡم َو َر ُضوا َع ۡن ُه َو أ� َع َّد ل ُه ۡم َج َّن ٖت َت ۡج ِري َت ۡح َت َها � َأل ۡن َٰه ُر َخ ِل ِد َين‬
ۡ‫ٓ ۚ ٰ ٱۡ ٱ‬
٠٠١ ‫ِف َيها أ� َب ٗدا َذ ِل َك �ل َف ۡو ُز �ل َع ِظ ُيم‬

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 102


Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang

pertama-tama (masuk Islam) dari golongan

muhajirin dan anshar dan orang-orang yang

mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha

kepada mereka dan merekapun ridha kepada

Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-

surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya

selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah

kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Maka saudaraku, jika engkau ingin diridai oleh

Rabbmu, maka ikutilah jalan orang-orang terbaik

ini. Karena mereka adalah contoh yang nyata untuk

mendapatkan rida ilahi.

Tentunya semua yang kita lakukan selalu ditujukan

untuk mendapatkan keridaan Allah. Karena dengan rida-

Nya, maka kemudahan akan kita dapatkan di setiap apa

yang kita kerjakan.

Berperanlah untuk setiap pekerjaan yang dirimu

kerjakan sekarang. Apapun profesi dan keahlianmu.

Hamdan Kurniawan Zega 103


Jika engkau seorang ustaz, maka berdakwahlah

untuk menyebarkan ilmu dikalangan umat Islam.

Jika engkau seorang guru, maka ajarilah anak-

anakmu kebaikan.

Jika engkau seorang dokter, maka obatilah

pasienmu sepenuh hati. Dan ajarkanlah dia bertawakkal

kepada Allah. Karena segala bentuk kesembuhan dari sisi

Allah.

Jika engkau seorang ibu rumah tangga, maka

layanilah suamimu dengan sebaik-baiknya. Raihlah

rida darinya. Didiklah anakmu sepenuh hati dengan

mengajarkan mereka Islam. Karena mereka akan menjadi

penerus generasi ini dikemudian hari.

Begitu juga dengan semua profesi yang ada. Di

mana pun, kapan pun dan apapun profesimu, pintu peran


dalam kebaikan selalu ada dan terbuka lebar. Manfaatkan

usia yang ada, dan jangan menunggu lama untuk memulai

suatu kebaikan sebagai awal perubahan. Karena yang ada,

sudah cukup untuk memulai.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 104


Jadi, masihkah tidak mau melakukan peran untuk

perubahan kearah yang lebih baik?

Hamdan Kurniawan Zega 105


“Romantis itu,

Saat engkau mampu taat, meski


dikepung berbagai maksiat. Kita
rela meninggalkan sesuatu yang
menjauhkan diri dari-Nya lalu
berusaha untuk lebih dekat kepada-
Nya.”

Adakah yang lebih romantis dari


itu?

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 106


G. Pemuda & Perantauan

J udul ini menjadi pembahasan terakhir kita.

Bagaimana bahasan tentang perantauan juga agaknya

penting untuk diangkat. Karena sudah menjadi fenomena

dan rahasia umum bahwa merantau identik dengan para

pemuda.

Banyak di antara pemuda kita, yang mencicipi ilmu

di negeri perantauan, atau mungkin sekedar mengadu

nasib, lalu kemudian terlena dengan kebahagiaan di negeri


orang, sehingga lupa waktunya kembali. Mungkin dia

Hamdan Kurniawan Zega 107


tidak lupa untuk kembali, tetapi dia lupa kapan waktunya

pulang.

Ya, memang benar perkataan orang tua dahulu,

hendaknya kita merantau supaya kita tahu makna

pentingnya keluarga. Ketika jauh dari keluarga maka kita

tahu betapa mereka sangat menyayangi kita dan kita juga

menyayangi mereka terutama orang tua kita. Dengan

merantau kita juga  tahu bagaimana adab dan sopan-

santun dengan sesama teman dan masyarakat. Dahulunya

orang tua kita yang berurusan dengan masyarakat,

sekarang kita yang berurusan langsung dengan mereka.

Demikian juga para ulama, mereka menganjurkan

agar seseorang merantau, keluar dari kampung dan

negerinya. Lebih-lebih untuk menuntut ilmu dan mencari

pengalaman hidup. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

َ ‫� ِّني َ أر� ْي ُت ُو ُق ْو َف‬


     ‫الم َاء ُي ْف ِس ُد ُه‬ ‫إ‬
َ ْ َ ْ َ َْ ْ َ َ َ َ َ ْ
‫ إ�ن ساح طاب و إ�ن لم يج ِر لم ي ِط ِب‬ 

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 108


Merantaulah...

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan...

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh

menggenang...14

Nasihat dan umpama yang luar biasa dari seorang

ulama yang hanif. Mengibaratkan seseorang dengan air,

yang apabila ia diam maka akan cenderung dan mudah

untuk terkena berbagai kotoran sehingga merusak air

jernih yang diam tersebut. Akan tetapi jika ia bergerak

dan mengalir, maka air keruh sekalipun bisa saja menjadi

jernih.

Begitu juga apabila seseorang ingin mendapatkan


ilmu maka ia harus keluar dari rumahnya dan mencari ilmu.

Sesungguhnya Muhammad bin Isma’il atau yang lebih

dikenal dengan sebutan Imam Al-Bukhari rahimahullahu

ta’ala berkata dalam shahihnya:

‫باب الخروج في طلب العلم‬

14 Diwan Imam Syafi’i

Hamdan Kurniawan Zega 109


“Bab keluar untuk menuntut ilmu”

Seorang tabi’in terkenal Sa’id bin Al-

Musayyab rahimahullahu ta’ala berkata:

‫أ‬ ‫أ‬
‫إ�ن كنت لسير الليالي واليام في طلب الحديث الواحد‬
“Sesungguhnya aku berjalan berhari-hari dan

bermalam-malam untuk mencari satu hadits.”15

Ibnul Jauziy berkata,

‫أ‬
‫المسند‬ ‫الدنيا مرتين حتى جمع‬ ‫حنبل‬ ‫�حمد بن‬ ‫طاف إالمام‬
“Imam Ahmad bin Hanbal keliling dunia dua

kali hingga dia bisa mengumpulkan musnad.” 16

Bahkan Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

ta’ala sendiri juga  bercerita sendiri: “Aku

mengembara mencari hadits dan sunnah ke Tsughur,

wilayah Syam, Sawahil, Maroko, Al-Jazair, Makkah,

Madinah, Iraq, Wilayah Hawran, Persia, Khurasan,

15 Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi  I/395 no.569


16 Shaidul Khatir hal. 246

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 110


gunung-gunung dan penghujung dunia.”17

Para ulama telah memberikan kita banyak nasihat

terutama para pemudanya untuk merantau. Akan

tetapi, haruskah perantauan menjadikan kita tidak lagi

berkeinginan untuk kembali ke kampung halaman.

Menyebabkan kita tidak mau lagi berfikir untuk berperan

demi kemajuannya?

Perkara inilah yang menyebabkan kampung

halaman tinggallah kampung sebagaimana sebutannya.


Tak ada perubahan berarti, meski pemuda-pemudi yang

pernah dikandung dan dilahirkannya sukses dan dipuji di

negeri orang.

Oh, alangkah malang nian nasibmu wahai

kampung halaman. Engkau hanya menjadi saksi bisu

melihat tumbuh kembang mereka. Setelah mereka besar

pun, mereka meninggalkanmu. Tidakkah kau ingat wahai

pemuda, pepatah yang mengatakan, “Habis manis sepah

17 Al-Maqshadul Arsyad 1/113-114

Hamdan Kurniawan Zega 111


dibuang?”

Maka setelah engkau berhasil ditanah perantauan

wahai saudaraku, maka ingatlah kampung halaman.

Berilah kontribusi untuknya. Bangunlah tempat

tersebut sebagaimana engkau membangun tempatmu

sekarang. Jadilah cahaya untuknya sebagaimana engkau

menjadi cahaya di tempatmu sekarang. Bertegur sapalah

dengan teman-teman masa kecilmu meskipun hanya

melalui saluran telepon. Karena sesungguhnya mereka

merindukan kehadiranmu untuk sekedar berbagi

kenangan masa lalu dan juga berbagi ilmu dari tempat

nun jauh engkau mendapatkannya.

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 112


“Teruslah berjuang mengejar kebaikan
di tanah rantauan. Namun ingatlah,
mesti ada target untuk pulang. Karena
terkadang kita terlalu bahagia hingga
lupa saatnya kembali pulang.”

Renungkanlah Wahai Kawan

Hamdan Kurniawan Zega 113


PENUTUP

G oresan demi goresan pena yang telah menodai

kertas ini, semoga bisa memberikan secercah wawasan

dan kabar gembira bagimu wahai pemuda dan pemudi

Islam. Agar dirimu bisa memaknai masa di mana Engkau

berada hari ini.

Berbuatlah kebaikan.

Berikan manfaat untuk orang lain.

Jadilah engkau cahaya dikala malam.

Yang menerangi bukan membakar.

Meskipun tidak semua menyambut dengan senyum

semua kebaikan yang telah engkau lakukan.

Tetap tegar dan istiqomah dalam menjadi pelopor

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 114


kebaikan.

Sampai nanti waktunya pulang.

Nasihat dariku yang terakhir, ingatlah bahwasanya

pepatah arab mengatakan: “Pemuda hari ini, adalah

pemimpin esok hari.”

InsyaAllah, engkaulah pemuda yang dirindukan

oleh generasi ini, pelajarilah agamamu, beramal diatas ilmu

yang engkau ketahui, bertakwalah kepada Allah di mana

pun engkau berada, dakwahkan agama ini semampumu

lalu bersabar atas cobaan dijalan-Nya.

Peduli kepada orang-orang di sekitarmu juga kaum

muslimin pada umumnya, dan istiqomah-lah sampai

maut menjemputmu.

Selalu menjadi pelopor kebaikan kapan pun dan di

mana pun engkau berada. Maka itu sudah cukup, untuk

meninggalkan jejak sebagai kenangan yang indah dan

menutup kehidupan diatas cahaya kebaikan. Baarakallahu

Fiikum.

Hamdan Kurniawan Zega 115


BIODATA PENULIS

Nama : Hamdan Kurniawan Zega


TTL : Moa’wo, 07 November 1996
Riwayat Pendidikan : SD Negeri 070980 Mo’awo
MTs. Negeri Gunungsitoli
SMK Negeri 2 Gunungsitoli
Lembaga Studi Islam Arab (LSIA)
Jakarta
Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID)
Mohammad Natsir, Jakarta

Penulis hanyalah seorang anak nelayan dari pulau

kecil yang bernama pulau Nias. Lahir di sebuah desa

bernama Mo’awo, yang banyak telinga merasa asing

mendengar nama tersebut. Dilahirkan di keluarga yang

mempunyai ekonomi menengah kebawah, ayah adalah

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 116


seorang nelayan, adapun ibu hanyalah ibu rumah tangga

biasa. Hanya dengan karunia Allah dan dengan rahmat-

Nya anak ini mampu melanjutkan sekolahnya dari satu

derajat ke derajat berikutnya.

Penulis memulai sekolah dasar di SD Negeri

Moawo. Kemudian melanjutkan sekolah ke MTs. Negeri

yang terletak di desa Saombo Gunungsitoli. Ketika masih

kelas 2 MTs inilah, ayah dari penulis meninggal dunia

disebabkan sakit, rahimahullahu rahmatan wasi’ah.

Meninggalkan seorang ibu, dan ke 5 (lima) anaknya yang

masih sangat kecil. Maklum saja, pada saat itu penulis

adalah anak pertama, sedangkan anak terakhir baru

saja genap berumur setahun. Tentu saja ini menjadi

cobaan yang maha berat yang dirasakan oleh penulis

di dalam hidupnya. Namun ternyata setiap kejadian

menyimpan hikmah yang teramat dalam, dan terkadang

tidak terpikirkan oleh kita sebagai manusia. Sejak beliau

meninggal dunialah, penulis mulai berpikir lebih dewasa.

Mencoba memulai bekerja sepulang sekolah untuk

membantu perekonomian keluarga. Tentunya sangat

Hamdan Kurniawan Zega 117


kontras jika dibandingkan dengan teman-teman penulis

yang seumuran, dan mereka menghabiskan waktu dengan

bermain sepulang sekolahnya.

Kejadian ini juga, yang menjadikan penulis

memilih melanjutkan sekolah di SMK Negeri 2 dengan

jurusan otomotif (teknik mesin). Dengan harapan,

setelah selesai sekolah bisa kerja mandiri dari ilmu yang

di dapat di bangku sekolah. Selama itu juga, pekerjaan

sehari-hari sepulang sekolah, yaitu bekerja di bengkel

selalu menunggu. Suka duka, sakit dan perih tentu dirasa.

Namun pengalaman inilah yang akhirnya membentuk

kedewasaan di dalam diri penulis.

Walillahil hamd. Sesungguhnya Allah selalu


mempunyai cara untuk memberikan kebahagiaan

kepada hamba-Nya. Setelah menyelesaikan sekolah di

tingkat SMK, penulis mendapatkan kesempatan untuk

melanjutkan sekolah dengan jurusan yang sangat jauh dari

apa yang selama ini penulis tekuni. Kesempatan untuk

belajar ilmu syar’i di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID)

Pemuda itu Berperan bukan Baperan 118


Mohammad Natsir Jakarta. Tentunya perjalanannya

sangatlah berliku. Harus meninggalkan kampung

halaman, meninggalkan keluarga dan sanak saudara,

belum lagi penulis tidak mempunyai pengalaman sama

sekali di rantau orang. Singkatnya, dengan kehidupan

yang penuh suka dan duka di perantauan, jauh dari

keluarga, tiada tempat berkeluh kesah atas semua cobaan

hidup, namun satu yang menjadi kebahagiaan penulis.

Karena di tempat inilah hidayah Allah curahkan dan

menjadi saksi bisu cerita hidup penulis menjadi berubah

seperti sekarang.

Perjalanan hidup ini jika direnungi, sesungguhnya

akan membuat kita semakin cinta kepada Rabb kita Allah,

dengan semua rahmat dan karunia-Nya bagi orang-orang

yang beriman.

Hamdan Kurniawan Zega 119

Anda mungkin juga menyukai