Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES

SKRINING RABIES PADA BAHAN BIOLOGI TERSIMPAN SERUM


CHIROPTERA DI DAERAH ENDEMIS RABIES PROVINSI SULAWESI
TENGAH

Tim Pengusul:
1. drh. Ayu Pradipta Pratiwi
2. Arum Sih Joharina, S.Si
3. drh. Aryo Ardanto
4. Mega Tyas Prihatin, Amd., AMKL

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN VEKTOR DAN


RESERVOIR PENYAKIT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2016

1
SUSUNAN TIM PENELITI

Keduduk
Keahlian /
No. Nama an dalam Uraian Tugas
Kesarjanaan
Tim
Kedokteran Ketua Bertanggung jawab atas
1 drh.Ayu Pradipta Pratiwi
Hewan Pelaksana pelaksanaan penelitian
Membantu pelaksanaan
2 Arum Sih Joharina, S.Si Biologi/S1 Anggota
penelitian
Kedoketeran Membantu pelaksanaan
3 Drh.Aryo Ardanto Anggota
Hewan penelitian
Mega Tyas Prihatin, Membantu pelaksanaan teknis
4 Teknisi/Analis Anggota
Amd.AK laboratorium

2
SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN

3
4
5
6
7
8
9
10
11
KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkat dan rahmatnya sehingga penelitian yang berjudul “Skrining Rabies pada Bahan
Biologi Tersimpan Serum Chiroptera di Daerah Endemis Rabies Provinsi Sulawesi
Tengah” dapat terselesaikan dengan lancar. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian
dari Riset Pembinaan Kesehatan tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Litbang
Kementerian Kesehatan RI.
Penelitian ini merupakan penelitian dasar untuk mendeteksi keberadaan
virus Rabies pada Chiroptera dengan memanfaatkan bahan biologi tersimpan (BBT) serum
Chiroptera di laboratorium biologi molekuler Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir
Penyakit di Salatiga. Saat ini, penelitian Rabies pada Chiroptera masih terabaikan,
sedangkan kasus Rabies di Indonesia belum juga tuntas selama puluhan tahun. Chiroptera
sebagai salah satu reservoir kemungkinan berperan dalam kejadian kasus rabies di
Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penularan penyakit
Rabies oleh Chiroptera yang dapat menjadi kewaspadaan dini penyakit Rabies oleh karena
Chiroptera di Indonesia.
Peran serta berbagai pihak tidak luput dalam membantu pelaksanaan
penelitian ini, diantaranya laboratorium biologi molekuler B2P2VRP, Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah, DKK Donggala, DKK Parigi Moutong, DKK Toli – Toli, dan
DKK Tojo Una – Una sebagai wilayah pengumpulan data dari penelitian sebelumnya.
Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak ikut
membantu terlaksananya penelitian dan penyusunan laporan Risbinkes ini.

Salatiga, November 2016


Ketua pelaksana penelitian,

drh.Ayu Pradipta Pratiwi


NIP. 198908272014022003

12
RINGKASAN EKSEKUTIF

SKRINING RABIES PADA BAHAN BIOLOGI TERSIMPAN SERUM


CHIROPTERA DI DAERAH ENDEMIS RABIES PROVINSI SULAWESI
TENGAH

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonotik yang disebabkan oleh virus
neurotropic dari genus Lyssavirus family Rhabdoviridae. Penyakit ini bersifat akut dengan
tingkat case fatality rate (CSR) 100%. Penyakit ini ditularkan oleh hewan berdarah panas.
Menurut data WHO, 150 negara telah tertular rabies dan pada tahun 1988 menjadi
endemik di 72 negara, termasuk Indonesia. Rabies pertama kali ditemukan di Indonesia
pada tahun 1884 dan sampai sekarang kejadian kasus rabies masih belum tuntas.
Hewan berdarah panas baik domestik maupun liar dilaporkan menjadi reservoir
virus Rabies. Beberapa jenis Chiroptera di Amerika Utara dan Amerika Selatan dilaporkan
sebagai reservoir virus rabies serta lebih dari 50 jenis Chiroptera di bagian barat hemispere
terinfeksi rabies. Sejumlah 30 dari 39 jenis Chiroptera dilaporkan telah terinfeksi virus
Rabies di Amerika Serikat dan Kanada. Pada tahun 1986, dari 550 Chiroptera yang
diperiksa di Denmark, 104 diantaranya positif rabies
Data kasus rabies dari Subdit Pengendalian Zoonosis, Dit.PPBB, Ditjen PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, Provinsi Sulawesi Tengah termasuk dalam 6 besar
provinsi dengan kasus rabies tertinggi di Indonesia sepanjang tahun 2010-2013. Tujuan
penelitian ini untuk mendeteksi adanya virus rabies pada serum Chiroptera yang dikoleksi
pada ekosistem hutan, non hutan, dan pantai di Kabupaten Parigi Moutong, Donggala,
Toli-Toli,dan Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah

Cara kerja
Sampel yang digunakan merupakan Bahan Biologi Tersimpan (BBT) dari Uji Coba
Riset Khusus Vektora tahun 2014 di Kabupaten Donggala dan Pelaksanaan Riset Khusus
Vektora tahun 2015 di Kabupaten Parigi Moutong, Tojo Una- Una, dan Toli – Toli,
Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah sampel yang dilakukan uji ELISA adalah 224 sampel.
Sampel disimpan di deep freezer Labolatorium Biologi Molekuler dan Biorepository

13
B2P2VRP Salatiga. Pengujian ELISA dilakukan di laboratorium Biologi Molekuler
B2P2VRP dengan menggunakan ELISA Kit Produksi PUSVETMA Surabaya. Hasil positif
apabila nilai titer Ab ≥ 0,5 Equivalent Unit (EU).

Hasil utama dan Relevansi


Semua sampel yang diuji menunjukkan nilai titer antibodi yang berkisar antara
0,1– 0,6 IU (Internasional Unit). Adanya titer antibodi yang muncul menunjukkan telah
terpaparnya Chiroptera oleh Rabies, meskipun tidak ada sampel serum Chiroptera yang
menimbulkan penyakit Rabies, karena hasil titer yang diperoleh dari pemeriksaan secara
ELISA dibawah standart yang menyatakan positip menimbulkan penyakit rabies .

Kesimpulan dan Saran


Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan sampel yang diuji hasilnya negatif
terhadap timbulnya penyakit rabies, namun semua sampel menunjukkan nilai titer
antibodi rabies antara 0,1 – 0,6 IU meskipun hasil titer tersebut secara pemeriksaan ELISA
tidak bisa dinyatakan sebagai titer yang positip menimbulkan penyakit rabies. Hal ini bisa
dikatakan bahwa ada kemungkinan Chiroptera di Kabupaten Donggala, Parigi Moutong,
Toli – Toli, dan Tojo Una – Una pernah terpapar dengan rabies. Upaya pencegahan dini
sangat diperlukan terkait dengan adanya kemungkinan infeksi Rabies melalui Chiroptera,
melalui beberapa tindakan seperti penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ketika
melakukan kontak dengan Chiroptera (kelelawar), selalu mencuci tangan saat selesai
kontak dengan kelelawar, dan pencegahan Chiroptera untuk masuk di lingkungan rumah.

14
ABSTRAK

Rabies merupakan penyakit zoonotik dengan tingkat case fataliy rate (CSR) 100%.
Data WHO menyebutkan, penyakit ini tersebar di 150 negara dan endemik di 72 negara
termasuk Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya virus Rabies pada
serum Chiroptera yang dikoleksi pada ekosistem hutan, non hutan, dan pantai di
Kabupaten Parigi Moutong, Domggala, dan Tojo Una – Una Provinsi Sulawesi Tengah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif - deskriptif dengan desain penelitian cross-
sectional.Sebanyak 224 sampel diuji ELISA dengan menggunakan ELISA Kit dari
Pusvetma Surabaya. Hasil positif apabila EU sampel ≥ 0,5 Equivalent Unit (EU). Semua
sampel yang diuji menunjukkan nilai titer antibodi yang berkisar antara 0,1– 0,6 IU. Nilai
titer Ab yang muncul menunjukkan adanya kemungkinan paparan Rabies pada Chiroptera
di empat kabupaten tersebut. Hasil titer yang diperoleh dari pemeriksaan secara ELISA
dibawah standart yang menyatakan positip rabies. Keseluruhan sampel yang diperiksa
meunjukkan hasil negatif.

Kata kunci : Rabies, Serum, Chiroptera, ELISA

ABSTRACT

Rabies is a zoonotic disease with case fataliy rate (CSR) of 100%. DataWHO said
the disease is spread in 150 countries and endemic in 72 countries, including Indonesia.
This study was conducted to detect the presence of rabies virus in serum collected
Chiroptera on forest ecosystems, non-forest, and beaches in the district of Parigi Moutong,
Domggala, and Tojo Una - Una Central Sulawesi. This research is kuantitatif deskriptif
with cross sectional. 224 samples were tested using ELISA with ELISA Kit from Pusvetma
Surabaya. A positive result if the EU samples ≥ 0.5 Equivalent Unit (EU). All samples
tested showed an antibody titer values ranging from 0,1 0.6 IU. Ab titer value appears
indicating the possibility of exposure to rabies in Chiroptera four districts. Titer results
obtained from the examination under the standard ELISA stated positive rabies. Overall
samples examined conveniently indicates negative results

Key words : Rabies, Serum, Chiroptera, ELISA

15
DAFTAR ISI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES ................................................................. 1

SUSUNAN TIM PENELITI ................................................................................................. 2

SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN ................................................................................. 3

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 12

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................... 13

ABSTRAK .......................................................................................................................... 15

ABSTRACT ........................................................................................................................ 15

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 16

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... 18

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... 19

I.PENDAHULUAN............................................................................................................. 20

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 20


1.2. Perumusan Masalah Penelitian .............................................................................. 24
II.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................................... 24

III.HIPOTESIS .................................................................................................................... 25

IV.METODE PENELITIAN ............................................................................................... 26

5.1 Kerangka Teori ...................................................................................................... 26


5.2 Kerangka Konsep ................................................................................................... 26
5.3 Design dan Jenis Penelitian.................................................................................... 27
5.4 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 27
5.5 Populasi dan Sampel .............................................................................................. 27
5.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan Sampel atau Penarikan Sampel ............................ 28
5.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................................................. 28
5.8 Variabel .................................................................................................................. 28
5.9 Definisi Operasional .............................................................................................. 29

16
5.10 Bahan dan Cara Pengumpulan Data....................................................................... 30
5.11 Bahan dan Prosedur Kerja...................................................................................... 30
a.Alat ...................................................................................................................... 30
b.Prosedur kerja ..................................................................................................... 30
5.12 Manajemen dan Analisis Data ............................................................................... 32
V.HASIL ............................................................................................................................. 33

5.1. Jumlah dan jenis spesies ................................................................................. 33


5.2.Hasil Uji ELISA ............................................................................................... 35
V.PEMBAHASAN .............................................................................................................. 42

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 44

VII.UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................... 45

VIII.DAFTAR KEPUSTAKAAN ....................................................................................... 46

X.LEMBAR PENGESAHAN ............................................. Error! Bookmark not defined.

17
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Jumlah Sampel Serum Chiroptera ..................................................................... 33

Tabel 1. 2. Jumlah Sampel Serum Chiroptera yang dialiquot ............................................. 33

Tabel 1. 3. Jumlah Sampel Serum Chiroptera yang diuji ELISA ........................................ 34

Tabel 1. 4. Jenisa Spesies Chiroptera .................................................................................. 34

Tabel 1. 5. Hasil Uji ELISA ................................................................................................. 36

Tabel 1. 6. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Donggala ..... 36

Tabel 1. 7. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Donggala ............................... 37

Tabel 1. 8. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Parigi Moutong
.......................................................................................................................... 37

Tabel 1. 9. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Parigi Moutong ..................... 38

Tabel 1. 10. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Toli – Toli . 39

Tabel 1. 11. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Toli – Toli ........................... 39

Tabel 1. 12. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Tojo Una –
Una.................................................................................................................... 40

Tabel 1. 13. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Tojo Una – Una ................... 41

18
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan etik penelitian .............................................................................. 48

Lampiran 2. Dokumentasi penelitian................................................................................... 49

Lampiran 3. Poster Hasil Penelitian .................................................................................... 53

19
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai keanekaragaman
fauna di dunia. Keanekaragaman fauna ini berpotensi munculnya berbagai penyakit
zoonotik yang pernah maupun baru muncul. Beberapa penyakit zoonotik sampai saat
ini masih mendapat perhatian serius dari pemerintah, salah satunya adalah penyakit
rabies. Rabies dianggap salah satu penyakit penting di Indonesia karena bersifat fatal,
dapat menimbulkan kematian, dan menimbulkan dampak psikologis bagi orang yang
terpapar (1). Menurut data WHO, 150 negara telah tertular rabies dan pada tahun 1988
menjadi endemik di 72 negara, termasuk Indonesia. Rabies pertama kali ditemukan di
Indonesia pada tahun 1884 pada seekor kuda oleh Schoorl, kemudian pada seekor
kerbau di Bekasi oleh Esser pada tahun 1889. Pada tahun 1890, rabies kembali
ditemukan pada seekor anjing di Jakarta oleh Penning. Tahun 1909, 2 buah kasus
rabies ditemukan pada kucing di Bondowoso dan Jember. Rabies ditemukan pertama
(2)(3)
kali pada manusia pada tahun 1907 . Kasus kematian rabies di Indonesia rata- rata
mencapai 150-300 kasus setiap tahunnya(4).
Data kasus rabies dari Subdit Pengendalian Zoonosis, Dit.PPBB, Ditjen
PP dan PL Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, Provinsi Sulawesi Tengah
termasuk dalam 6 besar provinsi dengan kasus rabies tertinggi di Indonesia sepanjang
tahun 2010-2013(2). Data kasus rabies selama tahun 2010 di Provinsi Sulawesi Tengah
adalah 3 kasus rabies, 21 kasus tahun 2011, 4 kasus tahun 2012, dan 8 kasus pada
(5)
tahun 2013 . Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan Kabupaten
Parigi Moutong, Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli – Toli, dan Kabupaten Tojo
Una-Una merupakan kabupaten- kabupaten dengan kasus rabies tinggi di Provinsi
Sulawesi Tengah. Laporan resmi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2010 menyebutkan jumlah kasus rabies di Kabupaten Parigi Moutong mencapai
147 kasus dengan 122 positif pemeriksaan laboratorium, Kabupaten Donggala
mencapai 112 kasus dengan 84 positif laboratorium, 81 kasus di Kabupaten Toli-Toli

20
dengan 30 positif pemeriksaan labolatorium, dan10 kasus di Kabupaten Tojo Una-Una
dengan 4 positif pemeriksaan laboratorium (6).
Secara geografis, Kabupaten Toli-Toli, Donggala, dan Parigi Moutong
berbatasan secara langsung. Kabupaten Toli- Toli berbatasan dengan Kabupaten Poso
yang merupakan kabupaten dengan kasus rabies tertinggi di Provinsi Sulawesi
Tengah. Sedangkan Kabupaten Poso berbatasan langsung dengan Kabupaten Parigi
Moutong. Kedekatan secara geografis dan kemampuan Chiroptera untuk dapat terbang
sampai dengan puluhan kilometer memungkinkan adanya penularan rabies yang
semakin meluas.
Indonesia telah mencanangkan ordonansi rabies sejak tahun 1926 untuk
melakukan usaha-usaha terkait dengan pencegahan dan penanganan penyakit rabies
(7)
. Sampai saat ini, berbagai upaya masih dilakukan pemerintah untuk menekan kasus
rabies di Indonesia, seperti, pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR),
vaksinasi, dan eliminasi. Namun, berbagai upaya terebut belum mencapai hasil
maksimal (3).
Hewan domestik maupun satwa liar dilaporkan mampu menjadi reservoir
virus rabies. Salah satu satwa liar yang diketahui mampu menularkan rabies adalah
chiroptera. Ordo chiroptera terbagi menjadi megachiroptera (pemakan buah) dan
microchiroptera (pemakan serangga). Beberapa jenis megachiroptera dan
micochiroptera di Australia dinyatakan positif rabies. Cynopterus sp., Eidolon sp.,
Epomophorus sp., Micopteropus sp., Pteropus sp., dan Rousettus sp., merupakan
spesies dari subordo megachiroptera yang diketahui dapat menularkan virus rabies.
Anggota subordo microchiroptera dideteksi dapat menularkan virus rabies,
diantaranya Diclidurus sp., Saccolaimus sp., Nycteris sp., Noctilio sp., Mormoops sp.,
Pteronotus sp., Artibeus sp., Carollia sp., Choeronycteris sp., Chrotopterus sp.,
Desmodus sp., Diaemus sp., Diphylla sp., Glossophaga sp., Leptonycteris sp.,
Macrotus sp., Phyllostomus sp., Uroderma sp., Antrozous sp., Eptesicus sp., Euderma
sp., Histiotus sp., Idionycteris sp., Lasionycteris sp., Lasiurus sp., Miniopterus sp.,
Myotis sp., Nycticeius sp., Pipistrellus sp., Plecotus sp., Rhogeessa sp., Vespertilio
sp., Eumops sp., Molossus sp., Tadarida sp., Hipposideros sp., Desmodus sp.,
Diphylla sp., Uroderma sp., Chaerophon sp., Tadarida., Chalinolobus sp., Vespadelus
sp., Macroderma sp.,Saccolaimus sp., dan beberapa jenis yang lainnya (8), (9).

21
Jenis megachiroptera, Epomophorus wahlbergi diketahui menjadi reservoir rabies di
Afrika (10).
Beberapa jenis Chiroptera di Amerika Utara dan Amerika Selatan
dilaporkan sebagai reservoir virus rabies serta lebih dari 50 jenis Chiroptera di bagian
(11)
barat dari hemisphere terinfeksi rabies . Sejumlah 30 dari 39 jenis chiroptera di
Amerika Serikat dan Kanada juga dilaporkan telah terinfeksi virus rabies. Pada tahun
1986, dari 550 Chiroptera yang diperiksa di Denmark, 104 diantaranya positif rabies.
Selain di negara tersebut, beberapa chiroptera yang diperiksa di negara Finlandia, Uni
Soviet, Belanda, Jerman, Spanyol dan Perancis terlaporkan positif rabies. Kasus
rabies pada manusia akibat gigitan microchiroptera dilaporkan pernah terjadi Afrika
(10)
Selatan . Kasus infeksi rabies pada manusia yang ditularkan oleh chiroptera
terlaporkan di beberapa negara Amerika Latin, seperti Argentina, Bolivia, Brazil,
Chile, Colombia, Cuba, Republik Domonika, Ekuador, Al Salvador, Mexico,
(12)
Nicaragua, Paraguay, Peru, Suriname, dan Venezuela . Sebuah laporan pernah
menyebutkan beberapa chiroptera dari Asia terinfeksi rabies yang mempunyai kaitan
(11)
erat dengan virus rabies yang berasal dari Afrika . Sampai saat ini belum ada
laporan resmi adanya penularan rabies melalui gigitan chiroptera di Indonesia.
Namun, dengan tingginya kasus rabies di Indonesia, tentu saja hal ini menjadi salah
satu bentuk kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya penularan rabies dari
chiroptera.
Rabies ditularkan melalui luka gigitan maupun non gigitan. Penularan
kasus rabies dilaporkan pernah terjadi secara aerosol. Seorang entomologi yang
pernah bekerja di sebuah gua wilayah Texas yang dihuni oleh koloni besar Mexican
Free-tailed bats positif Rabies tanpa adanya riwayat gigitan. Kasus rabies non
gigitan ini terjadi pada tahun 1956. Tiga tahun kemudian, rabies dikonfirmasi positif
setelah kematian pada seorang konsultan pertambangan yang sebelumnya bekerja di
gua-gua di Mexico dan Texas. Konsultan tersebut masuk ke sebuah rumah sakit pada
tanggal 1 Juni 1959 dengan keluhan sesak napas dan muntah – muntah. Tidak ada
bukti pasti mengenai gigitan dari Chiroptera terhadap konsultan tersebut, meskipun
terdapat laporan bahwa konsultan tersebut pernah keluar dari sebuah gua dengan
pendarahan sebuah luka di wajahnya. Kasus lain menyebutkan seorang dokter hewan
yang puluhan tahun bekerja di bidang pembuatan vaksin rabies dari otak kambing
teridentifikasi rabies. Pada penyelidikan lanjutan, pembuatan vaksin tersebut

22
menggunakan alat yang menghasilkan visible aerosol. Kasus ini terjadi pada tahun
1972. Selang lima tahun kemudian, kasus penularan rabies pada labolatorium terjadi
pada seorang teknisi yang bekerja dalam sebuah penelitian pembuatan vaksin oral
rabies dengan aerosolized virus. Teknisi terebut sempat mengalami koma, sampai
akhirnya dapat pulih kembali meskipun mengalami gangguan neurologis (13).
Virus rabies masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka ataupun
melalui mukosa, seperti konjungtiva mata, mulut, genitalia ektsterna, dan lain – lain
(3),(14)
. Masa inkubasi virus tergantung pada jumlah virus yang masuk, kondisi
jaringan tempat gigitan, sistem kekebalan tubuh, dan jarak tempat gigitan dari sistem
syaraf pusat. Sekitar 90% kasus rabies ditularkan oleh anjing atau kucing, karena
hewan tersebut paling sering melakukan kontak dengan manusia, meskipun mamalia
lain juga diketahui sebagai reservoir rabies. Pada dasarnya, semua mamalia peka
tehadap infeksi rabies, namun masing – masing mempunyai tingkat kepekaan yang
berbeda- beda. Anjing, serigala, dan rubah termasuk dalam golongan yang memiliki
kepekaan tinggi terhadap virus rabies. Racon, sigung, dan chiroptera masuk dalam
kepekaan sedang, tupai masuk dalam golongan hewan dengan kepekaan rendah
terhadap virus rabies (5).
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeteksi adanya virus rabies
yang ditularkan melalui chiroptera. Serum chiroptera merupakan sampel yang
dikoleksi selama pelaksanaan uji coba Rikhus Vektora di Kabupten Donggala,
Provinsi Sulawesi Tengah dan pelaksanaan Sampel serum disimpan dalam deep
freezer di Labolatorium Biologi Molekuler B2P2VRP Salatiga dengan suhu -70˚C.
Sampel dikoleksi dari ekosistem hutan, non hutan, dan pantai. Hutan merupakan suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang didominasi pepohonan yang dalam
(15)
persekutuan alam dan lingkungannaya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya .
Pantai merupakan tepi laut yang meluas ke arah daratan sehingga batas pengaruh
lautnya masih dapat dirasakan (16).
Deteksi virus rabies pada penelitian ini menggunakan metode ELISA. Uji
ELISA digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam sampel serum chiroptera yang
terkumpul. Deteksi antibodi digunakan untuk mengetahui titer antibodi. Titer antibodi
digunakan untuk mengetahui estimasi dari respon imun dalam melawan virus rabies.
Metode ELISA banyak dikembangkan untuk menguji virus rabies. Metode ini dapat

23
dilakukan secara dini, tepat dan akurat. Hal ini tentu saja sangat menentukan tindakan
yang akan diambil selanjutnya (17).

1.2. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas,timbul pertanyaan apakah chiroptera di
daerah endemis rabies di Provinsi Sulawesi Tengah sudah terinfeksi rabies?

II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

2.1 Tujuan umum :


Mendeteksi adanya virus rabies pada serum chiroptera yang dikoleksi pada
ekosistem hutan, non hutan, dan pantai di Kabupaten Parigi Moutong, Donggala,
Toli-Toli,dan Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah
Tujuan khusus :
a. Melakukan uji skrining virus rabies pada serum chiroptera yang dikoleksi pada
ekosistem hutan, non hutan, dan pantai di Kabupaten Parigi Moutong,
Donggala, Toli-Toli, dan Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah
b. Menghitung prevalensi rabies di ekosistem hutan, non hutan, dan pantai di
Kabupaten Parigi Moutong, Donggala, Toli-Toli, dan Tojo Una-Una Provinsi
Sulawesi Tengah

2.2 Manfaat Penelitian :


1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi pada Dinas Kesehatan
Daerah tentang keberadaan rabies pada Chiroptera di Kabupaten Parigi
Moutong, Donggala, Toli-Toli,dan Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah
sebagai upaya peningkatan kewaspadaan terhadap rabies.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada program untuk
pembuatan kebijakan sistem kewaspadaan dini terhadap penyakit rabies yang
ditularkan chiroptera kepada manusia.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empiris dan ilmiah
tentang skrining rabies untuk bidang IPTEK

24
III. HIPOTESIS

Chiroptera di Kabupaten Parigi Moutong, Donggala, Toli-Toli,dan Tojo Una-


Una Provinsi Sulawesi Tengah terinfeksi virus rabies.

25
IV. METODE PENELITIAN

5.1 Kerangka Teori

RABIES

Virus Rabies GEJALA


KLINIS

RESERVOIR : PENULARAN : MANUSIA


Chiroptera GIGITAN DAN
NON GIGITAN

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus neurotropik dari


genus Lyssavirus, family Rhabdoviridae. Virus rabies dapat ditularkan oleh
mamalia. Chiroptera merupakan salah satu mamalia yang menjadi reservoir virus
rabies. Rabies dapat menular kepada manusia melalui gigitan maupun non gigitan.
Kulit yang terluka maupun mukosa yang terbuka merupakan jalan masuknya virus
rabies ke tubuh manusia.

5.2 Kerangka Konsep

LINGKUNGAN
RISIKO

POSITIF RABIES
CHIROPTERA

ELISA
26
SERUM
CHIROPTERA
NEGATIF RABIES
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonotik yang penting di Indonesia.
Virus rabies berkembang dalam tubuh chiroptera sebagai salah satu reservoirnya
dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan maupun non gigitan.3-4 Virus rabies
yang terdeteksi dalam serum chiroptera merupakan peringatan terhadap adanya
virus rabies pada chiroptera. Virus rabies pada Chiropera dideteksi menggunakan
uji ELISA.

5.3 Design dan Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif - deskriptif dengan desain
penelitian cross-sectional.

5.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Oktober 2016 di Laboratorium
Biologi Molekuler Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.

5.5 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah bahan biologi tersimpan dari koleksi serum di
laboratorium biologi molekuler Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah serum chiroptera tersimpan pada -70ºC di
laboratorium biologi molekuler Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga yang berasal dari
penangkapan chiroptera selama pelaksanaan uji coba Riset Khusus Vektor dan
Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) di Kabupaten Donggala pada tahun 2014
dan pelaksanaan pengumpulan data Riset Khusus Vektora Tahun 2015 di
Provinsi Sulawesi Tengah.

27
5.6 Besar Sampel, Cara Pemilihan Sampel atau Penarikan Sampel
Penarikan sampel dilakukan dengan cara non-probability sampling.
Besar sampel adalah total serum chiroptera yang masuk dalam kriteria inklusi.

5.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


a. Kriteria inklusi:
Serum chiroptera yang tersimpan di laboratorium biologi molekuler B2P2VRP,
berasal dari chiroptera yang ditangkap di Kabupaten Parigi Moutong,
Donggala, Toli-Toli, dan Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah yang jumlah
aliquotnya memenuhi syarat untuk dilakukan uji ELISA.
b. Kriteria eksklusi:
Sampel serum chiroptera tersimpan yang volumenya kurang memenuhi untuk
dilakukan uji ELISA di laboratorium biologi molekuler B2P2VRP.

5.8 Variabel
a. Variabel bebas
Variabel bebas penelitian ini adalah serum chiroptera.
b. Variabel terikat
Variabel terikat penelitian ini adalah ditemukannya virus rabies yang
terdeteksi dengan uji ELISA.

28
5.9 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Pengumpulan Data

Chiroptera Satu-satunya ordo dari mamalia Chiroptera didapattkan dengan


yang dapat terbang sampai menggunakan mist net serta harpa
puluhan kilometer, hidup secara net di 3 ekositem, dengan masing –
berkelompok, dan beraktivitas masing ekosistem mewakili titik
pada malam hari jauh dan dekat pemukiman
Bahan Spesimen klinis, materi Bahan biologi tersimpan diperoleh
Biologi biologis lain yang disimpan dari pelaksanaan uji coba Rikhus
Tersimpan atau dapat merupakan sisa Vektora 2014 dan pelaksanaan
(BBT) penelitian, sisa pelayanan Rikhus Vektora 2015 di provinsi
kesehatan yang sengaja Sulawesi Tengah
disimpan untuk pemeriksaan
yang dilakukan di masa
mendatang
Serum Bagian dari plasma darah yang Serum Chiroptera diperoleh dari
di dalamnya terlarut berbagai bahan tersimpan di Laboratorium
macam protein, diantaranya Biologi Molekuler B2P2VRP
berupa zat anti bodi
Rabies Penyakit yang disebabkan oleh Rabies pada serum chiroptera
virus neurotropik dari genus didapatkan melalui berbagai
Lyssavirus family macam uji, yang diantaranya adalah
Rhabdoviridae yang menyerang uji ELISA.
sistem saraf, mamalia dapat
bertindak sebagai reservoir,
serta dapat menularkan kepada
manusia
Titer Estimasi dari respon imun untuk Titer antibodi rabies didapat dari uji
antibodi melawan virus rabies ELISA.
rabies
ELISA Metode imunologi untuk Keberadaan virus Rabies

29
mendeteksi keberadaan antigen dibuktikan dengan hasil ELISA
atau antibody dalam suatu positif pada pemeriksaan sampel
sampel. serum Chiroptera
Prevalensi Jumlah keseluruhan sampel Prevalensi didapatkan dengan
positif yang diperiksa pada menghitung jumlah sampel positif
suatau wilayah pada waktu dibandingkan jumalh total sampel
tertentu dikalikan

5.10 Bahan dan Cara Pengumpulan Data


Serum chiroptera sebagai sampel penelitian diperoleh dari hasil koleksi
chiroptera yang berasal dari penangkapan selama pelaksanaan uji coba Riset
Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) di Kabupaten Donggala
pada tahun 2014 dan pelaksanaan pengumpulan data Riset Khusus Vektora Tahun
2015 di Provinsi Sulawesi Tengah. Data diperoleh dari hasil uji ELISA terhadap
serum chiroptera berupa titer antibodi rabies.

5.11 Bahan dan Prosedur Kerja


a. Alat
a. ELISA reader
b. Mikropipet multichannel
c. Mikropipet
b. Bahan :
a. ELISA kit
b. Aquades
c. Tube 1,5ml
d. Micropipet tips
e. Tissue

c. Prosedur kerja
1) Prosedur kerja
1. Semua reagen yang dibutuhkan disiapkan pada suhu ruang hingga
selesai pengerjaan sampel

30
2. Serum kontrol positif K4EU; K2EU; K1EU; K0,5EU; K0,25EU; dan
K0,125EU ; kontrol ST 1 EU, serum kontrol negatif, dan serum
sampel yang sudah diencerkan dimasukkan ke dalam sumuran
mikroplat sebanyak 100µl
3. Tutup mikroplat dengan plastik absorben dan inkubasikan pada suhu
37°C selama 60 menit
4. Buka tutup plastik absorben dan buang cairan dalam mikroplat,
lakukan pencucian dengan volume 200µL PBST setiap sumuran
sebanyak 4-5kali dan tapping hingga tidak ada gelembung udara di
dalam sumuran
5. Tambahkan konjugat protein A pengenceran 1:16.000 sebanyak
100µL pada semua sumuran di mikroplat
6. Tutup mikroplat dengan plastik absorben dan inkubasikan pada suhu
37°C selama 60 menit.
7. Buka tutup plastik absorben dan buang cairan dalam mikroplat,
lakukan pencucian dengan volume 200µL PBST setiap sumuran
sebanyak 4-5kali dan tapping hingga tidak ada gelembung udara di
dalam sumuran
8. Tambahkan substrat 100µL pada setiap sumuran dan tempat gelap
selama 10 menit
9. Tambahkan larutan stopper 100µL pada setiap sumuran dan baca
dengan alat ELISA reader dengan panjang gelombang 405nm.
Interpretasi Hasil :
1. Hasil positif jika nilai Equivalent Unit (EU) sampel ≥ 0,5EU

Alur kerja cara skrinning Rabies pada Bahan Biologi Tersimpan (BBT)
serum Chiroptera dapat dilihat pada gambar berikut:

31
CHIROPTERA CHIROPTERA CHIROPTERA CHIROPTERA
TERTANGKAP TERTANGKAP DI TERTANGKAP TERTANGKAP
DI KABUPATEN KABUPATEN DI KABUPATEN DI KABUPATEN
DONGGALA PARIGI MOUTONG TOJO UNA-UNA TOLI -TOLI

SAMPEL SAMPEL SAMPEL SAMPEL


SERUM SERUM SERUM PER SERUM
PER SPESIES PER SPESIES SPESIES PER SPESIES
CHIROPTERA CHIROPTERA CHIROPTERA CHIROPTERA

JUMLAH SAMPEL JUMLAH SAMPEL JUMLAH SAMPEL JUMLAH SAMPEL


2,5 µl 2,5 µl 2,5 µl 60 µl

PENGUJIAN ELISA

INTERPRETASI
HASIL

Gambar 1. Cara Kerja Skrinning Rabies pada Bahan Biologi Terismpan Serum
Chiroptera

5.12 Manajemen dan Analisis Data


a. Manajemen Data
Data primer yang diperoleh ditabulasi, dikode dan dikelompokkan
berdasarkan asal spesies untuk selanjutnya dianalisis.
b. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif

32
V. HASIL

5.1. Jumlah dan jenis spesies


Serum Chiroptera didapatkan selama pelaksanaan uji coba Rikhus Vektora
2014 di Kabupaten Donggala dan pelaksanaan Rikhus Vektora tahun 2015 di
Kabupaten Parigi Moutong, Toli – Toli, dan Tojo Una – Una. Jumlah sampel yang
diperoleh selama penelitian adalah 327 ( Tabel 1). Sampel yang dapat dilakukan
aliquot sejumlah 288 (Tabel 2). Sampel aliquot yang dapat digunakan untuk uji
ELISA berjumlah 224 sampel, dengan jumlah sampel terbanyak berasal dari
Kabupaten Donggala (Tabel 3).

Tabel 1. 1. Jumlah Sampel Serum Chiroptera


Jumlah Sampel
Kabupaten
n %
Donggala 106 (32,4)
Parigi Moutong 50 (15,3)
Toli - Toli 77 (23,5)
Tojo Una - Una 94 (28,7)
Total 327 (100)

Tabel 1. 2. Jumlah Sampel Serum Chiroptera yang dialiquot


Jumlah Sampel
Kabupaten
N %
Donggala 67 (23,3)
Parigi Moutong 50 (17,4)
Toli – Toli 77 (26,7)
Tojo Una – Una 94 (32,6)
Total 288 (100)

33
Tabel 1. 3. Jumlah Sampel Serum Chiroptera yang diuji ELISA
Jumlah Sampel
Kabupaten
N %
Donggala 64 (28,6)
Parigi Moutong 44 (19,6)
Toli – Toli 53 (23,7)
Tojo Una – Una 63 (28,1)
Total 224 (100)

Berdasarkan jenis spesies Chiroptera, sampel serum berasal dari 31 jenis


Chiropera dan terbanyak adalah Rousettus celebensis sebanyak 63 sampel yang
tersebar merata di empat Kabupaten sampling (Tabel 4).

Tabel 1. 4. Jenis Spesies Chiroptera


KABUPATEN
JENIS SPESIES Parigi Toli - Tojo
Donggala
Moutong Toli Una-Una
Megachiroptera Rousettus sp. 0 1 15 0
Dobsonia sp. 0 0 5 0
Rousettus celebensis 17 15 15 16
Styloctenium wallacei 3 5 1 1
Cynopterus sp. 0 8 8 0
Nyctimene sp. 0 1 1 0
Acerodon celebensis 1 0 1 0
Dobsonia exoleta 0 2 1 3
Macroglossus minimus 2 2 1 2
Dobsonia crenulata 1 0 0 10
Thoopterus nigrescens 5 2 0 1
Acerodon sp. 1 0 0 0
Cynopterus brachyotis 1 13 0 1
Cynopterus horsfieldi 2 0 0 0
Pteropus sp. 6 0 0 0

34
Rousettus
amplexicaudatus 0 1 0 14
Cynopterus luzoniensis 0 0 0 1
Dobsonia cf. viridis 0 0 0 1
Dobsonia viridis 0 0 0 3
Thoopterus sp. 0 2 0 0
Macroglossus sp. 0 1 0 0
Cynopterus sphinx 0 2 0 0
Cynopterus cf.minutus 0 2 0 0
Cynopterus minutus 0 1 0 0
Cynopterus
cf.luzoniensis 0 0 0 1
Eonycteris speleae 0 2 0 8
Harpyionycteris
celebensis 0 0 0 1
Microchiroptera Kerivoula sp. 0 0 5 0
Hipposideros sp. 4 1 0 0
Pipistrellus collinus 1 0 0 0
Myotis sp. 0 3 0 0

5.2.Hasil Uji ELISA


Hasil pemeriksaan terhadap 224 sampel dari empat Kabupaten menunjukkan hasil
negatif untuk menimbulkan penyakit rabies atau tidak menunjukkan titer antibodi yang
cukup untuk dikatakan positif dapat menimbulkan penyakit rabies (Tabel 5). Sampel
dikatakan positif dapat menimbulkan sakit rabies apabila nilai EU sampel ≥ 0,5 Equivalent
Unit (EU). 0,5 EU merupakan pengenceran kontrol positif dan nilai dari 0,5 EU didapatkan
melalui pembacaan dengan ELISA reader bersamaan dengan pembacaan sampel (Petunjuk
Kerja ELISA Kit Rabies Pusat Veteriner Farma.

35
Tabel 1. 5. Hasil Uji ELISA terhadap serum Chiroptera

Hasil Positif
Kabupaten Jumlah sampel
N %
Parigi Moutong 44 0 -
Donggala 64 0 -
Toli - Toli 53 0 -
Tojo Una - Una 63 0 -
Total 224 0 -

5.2.1. Sampel yang berasal dari Kabupaten Donggala


Sejumlah 64 sampel serum Chiroptera yang diuji dengan menggunakan metode
ELISA menunjukkan hasil negatif (Tabel 7). Namun, semua sampel menunjukkan nilai titer
antibody, berkisar antara 0,1 – 0,2 EU/ml (Tabel 6). Titer antibodi terbanyak berada pada
angka 0,1 IU/ml (63 sampel) dan 0,2 IU/ml (1 sampel).

Tabel 1. 6. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Donggala
Konsentrasi (IU/ml)
Jenis Chiroptera 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
n % n % n % N % n % n % n %
Megachiroptera
Rousettus sp. 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Rousettus celebensis 15 (23) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Styloctenium wallacei 4 (6,3) 1 1,6 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus sp. 8 (13) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Nyctimene sp. 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia exoleta 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Macroglossus minimus 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Thoopterus nigrescens 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus brachyotis 13 (20) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Rousettus amplexicaudatus 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Thoopterus sp. 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Macroglossus sp. 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

36
Cynopterus sphinx 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus cf.minutus 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus minutus 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Eonycteris speleae 2 (3,1) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Microchiroptera
Hipposideros sp. 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Myotis sp. 3 (4,7) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Total 63 (98) 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

Tabel 1. 7. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Donggala


Jumlah sampel positif
Ekosistem Jumlah sampel
n (%)
Hutan Dekat Pemukiman 10 0 -
Hutan Jauh Pemukiman 4 0 -
Non Hutan Dekat Pemukiman 25 0 -
Non Hutan Jauh Pemukiman 8 0 -
Pantai Dekat Pemukiman 15 0 -
Pantai Jauh Pemukiman 2 0 -
Total 64 0 -

5.2.2. Sampel yang berasal dari Kabupaten Parigi Moutong


Hasil uji ELISA terhadap 44 sampel dari Kabupaten Parigi Moutong menunjukkan
hasil negatif, baik dari ekosistem hutan, non hutan, maupun pantai (Tabel 9). Namun,
semua sampel yang diuji menunjukkan nilai titer antibody. Titer antiboi yang muncel
berkisar antara 0,1 – 0,6 IU/ml. Titer antibodi terbanyak didapatkan pada angka 0,1IU/ml
pada tujuh jenis Megachiroptera dan 2 jenis Microchiroptera (Tabel 8).

Tabel 1. 8. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten ParigiMoutong
Konsentrasi (IU/ml)
Jenis Chiroptera 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
n % N % n % n % n % n % n %
Megachiroptera
Rousettus celebensis 8 (18) 7 (16) 0 - 1 (2,3) 0 - 1 (2,3) 0 -
Styloctenium wallacei 1 (2,3) 2 (4,5) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

37
Acerodon celebensis 0 - 0 - 0 - 1 (2,3) 0 - 0 - 0 -
Macroglossus minimus 1 (2,3) 1 (2,3) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia crenulata 1 (2,3) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Thoopterus nigrescens 2 (4,5) 3 (6,8) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Acerodon sp. 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 1 (2,3) 0 -
Cynopterus brachyotis 0 - 1 (2,3) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus horsfieldi 2 (4,5) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Pteropus sp. 1 (2,3) 1 (2,3) 3 6,8 0 - 1 (2,3) 0 - 0 -
Microchiroptera
Hipposideros sp. 3 (6,8) 1 (2,3) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Pipistrellus collinus 1 (2,3) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Total 20 (45) 16 (36) 3 (6,8) 2 (4,5) 1 (2,3) 2 (4,5) 0 (0)

Tabel 1. 9. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Parigi Moutong


Jumlah sampel positif
Ekosistem Jumlah sampel
N (%)
Hutan Dekat Pemukiman 9 0 (0)
Hutan Jauh Pemukiman 6 0 (0)
Non Hutan Dekat
Pemukiman 2 0 (0)
Non Hutan Jauh Pemukiman 19 0 (0)
Pantai Dekat Pemukiman 1 0 (0)
Pantai Jauh Pemukiman 7 0 (0)
Total 44 0 (0)

5.2.3. Kabupaten Toli – Toli


Hasil uji ELISA terhadap 53 sampel Chiroptera di ekosistem hutan, non hutan, dan
pantai Kabupaten Toli – Toli menunjukkan hasil negatif (Tabel 11). Titer antibodi yang
muncul berkisar antara 0,1 – 0,4 IU/ml (Tabel 10). Titer antibodi tertinggi didapatkan
pada jenis Dobsonia sp.

38
Tabel 1. 10. Nilai Titer Antibody Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Toli – Toli
Jenis Chiroptera Konsentrasi (IU/ml)
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
n % N % n % n % n % n % n %
Megachiroptera
Rousettus sp. 9 (17) 5 (9,4) 1 (1,9) 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia sp. 3 (5,7) 1 (1,9) 0 - 1 (1,9) 0 - 0 - 0 -
Rousettus celebensis 11 (21) 5 (9,4) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Styloctenium wallacei 1 (1,9) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus sp. 6 (11) 2 (3,8) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Nyctimene sp. 1 (1,9) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Acerodon celebensis 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia exoleta 1 (1,9) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Macroglossus minimus 1 (1,9) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Microchiroptera
Kerivoula sp. 3 (5,7) 2 (3,8) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Total 36 (68) 15 (28) 1 (1,9) 1 (1,9) 0 - 0 - 0 -

Tabel 1. 11. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Toli – Toli
Jumlah sampel positif
Ekosistem Jumlah sampel
n (%)
Hutan Dekat Pemukiman 9 0 -
Hutan Jauh Pemukiman 5 0 -
Non Hutan Dekat Pemukiman 7 0 -
Non Hutan Jauh Pemukiman 3 0 -
Pantai Dekat Pemukiman 18 0 -
Pantai Jauh Pemukiman 11 0 -
Total 53 0 -

5.2.4.Sampel yang berasal dari Kabupaten Tojo Una – Una


Sejumlah 63 sampel Chiroptera dari Kabupaten Tojo Una – Una menunjukkan hasil
negatif (Tabel 13). Titer antibody yang muncul berkisar antara 0,1 – 0,6 IU/ml(Tabel

39
12).Satu sampel serum dari jenis Rousettus celebensis menunjukkan nilai titer antibodi
yang cukup tinggi yakni 0,6 IU/ml.

Tabel 1. 12. Nilai Titer Antibodi Uji ELISA serum Chiroptera di Kabupaten Tojo Una –
Una
Konsentrasi (IU/ml)
Jenis Chiroptera 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
n % n % n % N % n % n % n %
Megachiroptera
Rousettus celebensis 0 - 6 (9,5) 10 (16) 1 (1,6) 0 - 0 - 0 -
Styloctenium wallacei 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia exoleta 0 - 2 (3,2) 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 -
Macroglossus minimus 2 (3,2) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia crenulata 4 (6,3) 5 (7,9) 0 - 1 (1,6) 0 - 0 - 0 -
Thoopterus nigrescens 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus brachyotis 0 - 0 - 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 -
Rousettus amplexicaudatus 4 (6,3) 5 (7,9) 3 (4,8) 0 - 0 - 1 (1,6) 0 -
Cynopterus luzoniensis 0 - 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia cf. viridis 0 - 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Dobsonia viridis 0 - 3 (4,80 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Cynopterus cf.luzoniensis 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Eonycteris speleae 0 - 8 (13) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Harpyionycteris celebensis 1 (1,6) 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
Total 14 (22) 31 (49) 15 (24) 2 (3,2) 0 - 1 (1,6) 0 -

40
Tabel 1. 13. Hasil Uji ELISA Sampel Chiroptera Kabupaten Tojo Una – Una
Jumlah sampel positif
Ekosistem Jumlah sampel
n (%)
Hutan Dekat Pemukiman 14 0 -
Hutan Jauh Pemukiman 0 0 -
Non Hutan Dekat Pemukiman 20 0 -
Non Hutan Jauh Pemukiman 8 0 -
Pantai Dekat Pemukiman 15 0 -

Pantai Jauh Pemukiman 6 0 -


Total 63 0 -

41
V. PEMBAHASAN

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonotik yang menjadi prioritas nasional.
Meskipun belum pernah ada data penulaan rabies oleh Chiroptera di Indonesia, beberapa
jenis chiroptera di Amerika Utara dan Amerika Selatan dilaporkan sebagai reservoir virus
rabies serta lebih dari 50 jenis Chiroptera di bagian barat dari hemisphere terinfeksi rabies
(11)
. Sejumlah 30 dari 39 jenis chiroptera di Amerika Serikat dan Kanada juga dilaporkan
telah terinfeksi virus rabies (10).
Sampel Chiroptera yang terkumpul sebanyak 327 sampel. Jumlah sampel serum
terbanyak didapatkan dari Kabupaten Tojo Una – Una , dari jumlah tersebut, hanya 288
sampel yang bisa di aliquot dan 224 sampel yang diuji ELISA. Terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi dalam penurunan kualitas sampel Bahan Biologi Tersimpan
(BBT) serum Chiroptera. Salah satu faktor yang berpengaruh pada kualitas serum adalah
suhu. Perubahan suhu sejak dari proses pengambilan di lapangan sampai ke lokasi
penyimpanan dapat mempengaruhi kualitas serum. Pengaruh tersebut terutama dalam hal
stabilitas protein dan aktivitas enzim. Untuk dapat meminimalkan degradasi protein dari
serum selama proses transportasi pengiriman sampel dari lapangan ke laboratorium,
processing di laboratorium serta proses pengolahan cepat dan efisien dari sampel dengan
(18)
menggunakan gel pack atau ice pack . Serum yang digunakan dalam pengujian Rabies
(19)
sebaiknya disimpan pada suhu -20°C atau dibawahnya . Sementara itu, aliquot sampel
sebaiknya juga disiapkan sesuai jumlah yang dibutuhkan saat pengujian untuk mencegah
(18)
penurunan kualitas sampel karena thawing atau refrozen beberapa kali . Suhu
penyimpanan serum agar dapat mempertahankan kualitasnya adalah berkisar 4 ° C dan -
196 ° C selama berhari-hari, bulan atau tahun (20).
Jenis Chiroptera yang ada dalam penelitian ini sebanyak 31 jenis (27 jenis
Megachiroptera dan 4 jenis Michiroptera). Rousettus celebensis merupakan jenis
Chiropetra yang paling dominan. Jenis dan jumlah Chiropetra tertangkap dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya sumber pakan dan keberadaan tempat bertengger (bagi jenis
Microchiroptera). Dari beberapa jenis Chiroptera yang diuji, dilaporkan menunjukan hasil
positif yang sama pada pemeriksaan rabies di Australia, yaitu Cynopterus sp., Rousettus
(13),(14).
sp.,Pteropus sp., Myotis sp., dan Hipposideros sp. Australian Bat Lyssa virus
(rabies related lyssa virus) merupakan salah satu genera dari Lyssa virus yang memiliki
kedekatan dengan Rabies. Australian Bat Lyssa virus sebelumnya hanya ditemukan

42
terbatas di wilayah Australia, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa neutralizing
antibody dari jenis tersebut juga ditemukan pada Chiroptera di Philipina(8). Provinsi
Sulawesi Tengah yang terletak diantara Australia dan Filiphina memiliki kemungkinan
menjadi jalur migrasi Chiroptera dari Australia menuju Filiphina. Penularan Rabies antar
Chiroptera dapat terjadi melalui kebiasaan migrasi musiman pada beberapa spesies.
Jangkaun jarak tempuh migrasi Chiroptera sampai 500 km, bahkan ada yang mencapai
2000 km. Selain itu, berdasarkan natural behaviour (kebiasaan hidup berkoloni menjadi
faktor predisposisi yang memungkinkan terjadi penularan antar spesies (8).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel negatif untuk menimbulkan
penyakit rabies. Meskipun demikian, semua sampel menunjukkan adanya titer antibodi
rabies. Titer antibodi yang muncul berkisar antaras 0,1 – 0,6 IU/ml. Titer antibodi
merupakan estimasi respon imun terhadap virus Rabies. Hasil positif merupakan indikasi
adanya infeksi rabies, namun hasil negatif tidak menutup kemungkinana pernah terjadi
(21)
infeksi virus rabies . Masa inkubasi virus rabies pada Chiroptera dapat berlangsung
selama beberapa minggu sampai dengan 6 tahun, dengan rata–rata 2–3 bulan. Hal ini
(19)
bergantung kepada jumlah virus dan lokasi masuknya virus . Antibodi dapat ditemukan
dalam serum 2 minggu pasca paparan. Antibodi IgM dapat ditemukan pada serum dan
pada beberapa kasus juga ditemukan pada Cerebo Spinal Fluid (CSF ) dengan konsentrasi
rendah (25). Kemungkinan rendahnya nilai titer antibodi dikarenakan masa infeksi dari virus
pada Chiroptera sudah memasuki masa laten.
Sebuah studi eksperimental pada Chiroptera yang diinokulasi Rabies menyebutkan
bahwa Chiroptera tersebut memunjukkan hasil negatif setelah satu tahun inokulasi
(8)
dilakukan . Sementara itu, pemeriksaan pada sebuah koloni Chiroptera yang berada di
alam menunjukkan 33% positif terinfeksi, meskipun Chiroptera tersebut tidak
(8)
menunjukkan gejala . Hal ini kemungkinan antibodi Chiroptera menurun secara cepat,
dan terkadang terdeteksi pada level yang rendah dua bulan pasca inokulasi (8).
Hal ini tentu saja menjadi peringatan dini terhadap kemungkinan infeksi yang
sudah pernah terjadi. Beberapa tindakan dapat dilakukan dengan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) ketika melakukan kontak dengan Chiroptera (kelelawar), selalu
mencuci tangan saat selesai kontak dengan kelelawar, dan pencegahan Chiroptera untuk
masuk di lingkungan rumah.

43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan sampel menunjukkan
hasil negatif untuk menimbulkan penyakit rabies . Meskipun demikian, semua
sampel menunjuikkan nilai titer antiboberkisar antara 0,1 – 0,6 IU/ml. Hal ini
kemungkinan terjadi paparan virus rabies sebelumnya pada Chiroptera di
Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Toli – Toli, dan Tojo Una – Una.

b. Saran.
- Upaya pencegahan dini sangat diperlukan terkait dengan adanya kemungkinan
infeksi Rabies melalui Chiroptera, seperti penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) ketika melakukan kontak dengan Chiroptera (kelelawar), selalu
mencuci tangan saat selesai kontak dengan kelelawar, dan pencegahan
Chiroptera untuk masuk di lingkungan rumah.

44
VII. UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terlaksananya penelitian dan penyusunan laporan ini kami ucapkan terima
kasih pada Kepala Badan Litbang Kesehatan yang telah memberikan dana terhadap
penelitian ini, Kepala Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit, Ketua PPI
B2P2VRP, Ibu Dra.Noer Endah Pracoyo, M.Kes dan Dra.Blondine CH, M.Kes sebagai
pembimbing penelitian, Arum Sih Joharina, S.Si, drh. Aryo Ardanto, dan Mega Tyas
Prihatin sebagai anggota tim penelitian, serta semua pihak yang telah membantu
pelakasanaan peelitian yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

45
VIII. DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Damayanti R, Rahmadani I, Fitria Y. Deteksi Antigen Virus Rabies Pada Preparat


Ulas Otak Dengan Direct Rapid Immunohistochemistry Test. 2014;19(1):52–8.
2. Pusat Dan Informasi Kementerian Kesehatan Ri. 2014. Situasi Dan Analisis Rabies.
3. Nugroho D.K, Pudjiatmoko. Diarmitha Ik, Tum S., Dan Schoonman L. 2013.
Analisa Data Surveilans Rabies (2008- Analisa Data Surveilans Rabies (2008-2011)
Di Propinsi Bali, Indonesia. Osir, June 2013, Volume 6, Issue 2, P. 8-12
4. Ppemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan, Upt Surveilans, Data,
Dan Informasi. 2010. Profil Kesehatan
5. Rahayu, A. 2008. Rabies. Elib.Fk.Uwks.Ac.Id.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenagh Tahun 2010.
7. Soedjoedono, R.R. Status Zoonosis Di Indonesia. Lokakarya Nasional Penyakit
Zoonosis
8. Mc.Coll, K.A., N.Tordo., A.Aguilar Setien. 2000. Bat Lyssavirus Infections. Rev.
Sci. Tech. Off. Int. Epiz : 19 (1), 177-196
9. Australian Veterinary Eergency Plan, Disease Strategy Australian Bat Lyssavirus.
2009. Promary Industries Ministerial Council, Canberra, Act
10. Oelofsen Mj And Ms Smith. 1993. Rabies And Bats In A Rabies-Endemic Area Of
Southern Africa : Application Of Two Commercial Test Kits For Antigen And ,
Antibody Detection. Onderstepoort Journal Of Veterinary Research (60):257–260.
11. Krebs Jw, Mark L.Wilson, And James E.Childs. 1995. Rabies Epidemiology ,
Prevention , And Future Research. Journal Of Mamalogy : 76 (3) : 681-694
12. Schneider, M.C. Et Al. 2009. Rabies Transmitted By Vampire Bats To Humans : An
Emerging Zoonotic Disease In Latin America. Rev Panam Salud Publica/Pan Am J
Public Health 25(3):260–269.
13. Johnson, N. R. Phillpotts, And A. R. Fooks. 2006. Airborne Transmission Of
Lyssaviruses. Journal Of Medical Microbiology: 55, 785–790
14. Tanzil K. 2014. Penyakit Rabies Dan Penatalaksanaannya. E-Journal Widya
Kesehatan Dan Lingkungan :1 (1) : 61-67
15. Kepres. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia

46
16. Sutikno. 1999.. Karakteristik Bentuk Pantai Mater Perkuliahan Geogr Pesisir Dan
Kelautan. Yogyakarta : UGM
17. Yuliani, MGA, Jola Rahmahani, dan Suwarno. 2007. Deteksi Virus Rabies dalam
Air Liur d an Otak Menggunakan Antibodi Protein G sebagai Bahan Diagnostik
dengan Teknik Indirect Double A ntibody Sandwich. Media Kedokteran Hewan :
23( 3): 192–196.
18. Tuck, MK et al., 2009. Standard Operating Procedures for Serum and Plasma
Collection Early Detection Research Network Consensus Statement Standard
Operating Procedure Integration Working Group. J Proteome Res: 8(1): 113–117.
19. WHO. WHO Expert Consultation in Rabies.
20. Gislefoss RE. 2010. Doctoral Disertation : Quality aspects of long-term stored
samples Studies in the Janus Serum Bank of Norway. Institute of Clinical
Biochemistry, Oslo University hospital, University of Oslo.
21. Consales, C. A. And Bolzan, V. L. 2007. Rabies review: immunopathology,
clinical aspects and treatment. . J.Venom. Anim. Toxins incl. Trop. Dis: 13 (1) .

47
IX. LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan etik penelitian

48
Lampiran 2. Dokumentasi penelitian

Deep Freezer tempat penyimpanan sampel Aliquot sampel serum Chiroptera

Mesin ELISA Reader Persiapan alat dan bahan uji ELISA

KIT ELISA uji Rabies Persiapan reagen

49
Homogenisasi kontrol positif Pengukuran pH PBST

Hasil pengukuran pH PBST Pengenceran sampel

50
Inkubasi sampel selama 1jam Pembukaan plastik absordben setelah inkubasi
sampel

Pencucian sampel dengan PBST Panambahan konjugat protein A

Penutupan sampel dengan alumunium foil Sampel yang akan ditambahkan larutan stopper

51
Pembacaan sampel menggunakan ELISA Hasil pembacaan dengan ELISA reader
reader

52
Lampiran 3. Poster Hasil Penelitian

53
54

Anda mungkin juga menyukai