Grup Riset:
CENTER FOR STUDIES ON ANIMAL DISEASES
GRUP RISET
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
Halaman Pengesahan
(Prof. Dr.drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS) (drh. Kadek Karang Agustina, MP)
NIP. 195810051984031002 NIP. 198408042008121001
Mengetahui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana
Halaman Judul i
Lembar pengesahan ii
Daftar isi iii
Abstrak iv
Pendahuluan 1
Tinjauan Pustaka 4
Materi dan Metode 9
Hasil dan Pembahasan 13
Penutup
I. Identitas Peneliti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies Entamoeba pada babi di Bali
yang bersifat zoonoisis. Hasil dari penelitian ini merupakan langkah awal dalam menentukan
strategi pengendalian penyakit zoonosis. Sampel yang dipergunakan berupa 183 feses babi
yang berasal dari peternakan babi diseluruh wilayah pulau Bali. Metode yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah kombinasi dari pemeriksaan coproscopical dan molekuler. Setiap
sampel feses diawetkan kedalam dua media masing-masing SAF untuk pemeriksaan
coproscopical dan Kalium dicromat untuk pemeriksaan molekuler. Sampel-sampel yang
positif terinfeksi Entamoeba pada pemeriksaan coproscopical dilanjutkan dengan
pemeriksaan molekuler menggunakan teknik PCR. Sampel positif dilakukan ekstraksi DNA
selanjutnya di PCR menggunakan primers Entamoeba secara umum, hasil yang positif lalu
diuji dengan primers khusus Entamoeba polecki yang diketahui bersifat zoonosis. Hasil dari
penelitian ini adalah sebanyak 84,7% dari 183 sampel dinyatakan positif pada pemeriksaan
coproscopical. Setelah dilanjutkan dengan uji PCR menggunakan primers umum Entamoeba
yaitu Entam 1 (F) : (5’-GTT GAT CCT GCC AGT ATT ATA TG-3’) dan Entam 2 (R) : (5’-
CAC TAT TGG AGC TGG AAT TAC-3’) terdapat 46,45% sampel yang positif. Namun
setelah dikonfirmasi dengan primer spesifik untuk Entamoeba polecki yaitu Epoleckii1 (F) :
(5’-TCG ATA TTT ATA TTG ATT CAA ATG-3’) dan Epoleckii2 (R) : (5’-CCT TTC TCC
TTT TTT TAT ATT AG-3’) ternyata seluruh sampel menunjukkan hasil negatif. Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak terdeteksinya Entamoeba polecki yang bersifat
zoonosis pada babi yang dipelihara di Bali.
BAB I
PENDAHULUAN
Produksi babi merupakan bagian penting dalam menunjang perekonomian banyak
negara. Populasi babi terus meningkat dari tahun ke tahun terkait meningkatnya konsumsi
masyarakat akan daging babi. Ternak babi baik domestik maupun liar sangat rentan terhadap
berbagai penyakit infeksi maupun parasit. Beberapa penyakit hanya menyerang babi dan
terdapat pula penyakit yang dapat ditransmisikan ke hewan lainnya bahkan kepada manusia
(Mohamadi and Petri, 2006). Khusus di Bali, ternak babi merupakan komoditi unggulan
dimasyarakat. Hampir sebagian besar masyarakat Bali memelihara ternak babi sebagai usaha
pokok maupun sampingan dikeluarganya. Dinas Peternakan Provinsi Bali melaporkan hasil
cacah jiwa ternak, populasi babi pada tahun 2011 mencapai 924.297 ekor. Itupun masih
sangaat berpotensi untuk bertambah seiring perkembangan peternakan babi yang terus
meningkat dari tahun ketahun (Sumantra. 2011).
Babi mempunyai peranan penting bagi masyarakat baik sebagai sumber protein
hewani, pendapatan, lapangan pekerjaan, tabungan serta penghasil pupuk (Disnak, 1999).
Babi memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain yaitu laju pertumbuhan yang
cepat, mudah dikembangbiakkan, mudah mencari sumber pakan serta nilai karkas cukup
tinggi sebagai penyedia protein hewani bagi manusia (Nugroho dan Whendrato. 1990).
Bertolak belakang dengan potensi yang dimiliki ternak babi, justru kebanyakan
masyarakat Bali memelihara babinya dengan cara tradisional dan semi-intensif. Cara
pemeliharaan tersebut memberikan peluang yang lebih besar terhadap penularan penyakit
zoonosis. Contohnya seperti makanan yang masih tergantung pada sisa-sisa dari dapur,
dikandangkan tetapi kadang-kadang dilepas dengan sistem perkandangan tradisional, sistem
pemeliharaannya hanya semata-mata ditujukan kepada kepentingan adat-istiadat dan kurang
memperhatikan aspek ekonomisnya sehingga kurang memperhatikan faktor faktor produksi
dalam usaha peternakan babi (LIPTAN, 1996).
Permasalahan terkait penyakit zoonosis sudah sangat meluas, dimulai dari masyarakat
pedesaan menuju wilayah yang lebih besar hingga mempengaruhi epidemiologi seluruh
dunia. Hal ini terjadi akibat perubahan yang mendasar pada beberapa dekade terakhir dimana
laju urbanisasi yang tidak terkontrol dan tidak terrencana, peningkatan populasi yang sangat
tinggi sehingga terjadi peningkatan peralihan fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup
seperti meningkatnya kebutuhan akan konsumsi daging telur dan susu serta produk asal
hewan lainnya. Meningkatnya jumlah kendaraan serta dampak dari sektor pariwisata yang
juga memperluas dampak dari penyakit zoonosis (Mohamadi and Petri, 2006). Salah satu
penyakit zoonosis yang terkait dengan buruknya sanitasi dan higiene masyarakat adalah
Entamoebiasis yang diakibatkan oleh protozoa Entamoeba spp yang mana dapat bersumber
dari feses ternak babi.
Pada pola peternakan babi tradisional, masyarakat kurang memperhatikan aspek
higiene dimana kotoran babi berserakan dihalaman rumah mereka. Fenomena ini sangatlah
berbahaya karena dapat berperan sebagai sumber penularan penyakit. Salah satu penyakit
zoonosis yang dapat ditularkan adalah entamoebiasis yaitu penyakit yang diakibatkan oleh
infeksi Entamoeba spp. Spesies entamoeba yang bersifat zoonosis yang dapat menyerang
manusia dan babi adalah E. polecki (Smith, 2004; Mohamadi and Petri, 2006; ). Ada
beberapa spesies Entamoeba yang tidak bersifat zoonosis yang juga terdapat dalam feses babi
yaitu Entamoeba coli, E. suis dan E. suginggivalis (Soulsby, 1982; Levine, 1990). Sejauh ini
belum prnah ada data maupun laporan mengenai prevalensi Entamoeba baik dari aspek
morfologis maupun molekular yang terdapat pada babi di Bali.
Spesies Entamoeba yang memiliki sifat zoonosis selain mengakibatkan penyakit pada
babi juga mengakibatkan penyakit diare pada manusia. Kejadian entamoebiasis didunia
diperkirakan mencapai 500 juta orang per tahun dan mengakibatkan kematian 40.000-
100.000 orang per tahun (Duc, et al. 2011). Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih
merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa di
masyarakat oleh karena seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus pada saat atau musim-
musim tertentu yaitu pada musim kemarau dan pada puncak musim hujan. Diare hingga kini
masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini
morbiditas diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan
yang tertinggi di antara negara-negara di Asean (Sunoto, 1990). Data menunjukkan kejadian
diare di Indonesia sangat tinggi, tercatat hampir 60 juta kejadian diare pertahunnya dimana
60-80% diderita oleh anak dibawah usia 5 tahun. Bahaya dari infeksi Entamoeba adalah diare
yang mengakibatkan dehidrasi ringan sampai berat, anemia, hingga kematian (Adisasmito,
2007).
Insiden tertinggi disentri yang diakibatkan Entamoeba ditemukan pada anak-anak usia
1-5 tahun (Nelson, 2000). Disentri amoeba ditularkan lewat feko-oral, baik secara langsung
melalui tangan, maupun tidak langusng melalui air minum atau makanan yang tercemar.
Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba. Laju infeksi yang
tinggi didapat di tempat-tempat penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara
sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis
banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang.
Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain amoeba memegang
peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat
beberapa cara, misalnya : pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan
kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Penyakit ini
cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum
yang tercemar (Soewandojo, 2000).
Metode diagnostik yang umum dilakukan yntuk mengidentifikasi Entamoeba adalah
dengan melakukan pemeriksaan feses, dengan metode ini dapat dilihat bentukan tropozoite
dari Entamoeba. Namun metode tersebut memiliki kelemahan yaitu sangat sulit untuk bisa
membedakan guna mengidentifikasi spesies Entamoeba yang mengakibatkan infeksi.
Disamping itu juga sampel feses yang dipergunakan dalam pemeriksaan harus feses segar
(kurang dari 30 menit) (Verweij, et al. 2003; Mohamadi and Petri, 2006).
Metode diagnostik moderen yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi Entamoeba
adalah metode molekuler yaitu polymerase chain reaction (PCR). Metode ini sangat mudah
dilakukan, sensitifitasnya sangat tinggi sehingga dengan mudah dapat mengidentifikasi
spesies Entamoeba yang menginfeksi. Telah berhasil dilakukan penelitian di Cambridge
University dimana uji molekuler (PCR) dilakukan untuk membedakan E. histolitica dan E.
dispar (Vianna, E.N., et al. 2009).
BAB II.
PERUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN LUARAN PENELITIAN
1. Perumusan Masalah
Melihat masih banyaknya masyarakat Indonesia khususnya di pulau Bali dengan pola
hidup yang kurang memperhatikan higiene, sosial ekonomi yang rendah serta tingginya
frekwensi dan peluang kontak dengan ternak babi dan limbahnya yang mencemari
lingkungan, mengakibatkan tingginya resiko terjangkit penyakit zoonosis khususnya yang
diakibatkan oleh parasit golongan protozoa yaitu Entamoeba. Maka sangat diperlukan suatu
penelitian dengan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat spesies Entamoeba yang
memiliki sifat zoonosis pada ternak babi di Bali?
2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies entamoeba yang
bersifat zoonosis yang terdapat pada feses babi secara molekuler. Dengan diketahuinya
spesies Entamoeba yang terdapat pada babi, akan memberikan gambaran dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut terlebih beberapa spesies Entamoeba bersifat
zoonosis.
3. Luaran Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai data awal keberadaan
jenis-jenis Entamoeba yang teridentifikasi terdapat pada ternak babi baik yang bersifat
zoonosis maupun non-zoonosis. Hasilnya pula dapat dijadikan acuan oleh pemerintah dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit zoonosis.
Pendidikan kesehatan masyarakat veteriner dan strategi pencagahan terhadap penyakit
entamoebiasis sangat perlu untuk dilakukan mengingat transmisi penyakit ini melalui sanitasi
lingkungan yang buruk dan juga melalui pencemaran makanan dan air. Mengurangi kontak
langsung dengan babi dan menjaga kebersihan lungkungan dari limbah dan kotoran babi.
Selain manfaat langsung seperti disebut diatas, hasil penelitian ini nantinya akan
dipublikasikan pada jurnal yang terakreditasi, mengingat pentingnya hasil penelitian ini untuk
diinformasikan kepada masyarakat umum.
BAB III
STUDI PUSTAKA
1. Ternak Babi
Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagaikomoditas ekspor
nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan
Hongkong. Salah satu keunggulan ternak babi dibanding ayam adalah volume impornya
dapat dikatakan nol, sedangkan impor ayam pada tahun 2000 mencapai 14.017,4 ton (Deptan,
2012).
Masyarakat Bali memiliki minat yang tinggi terhadap ternak babi, selain senagai
sumber protein hewani ternak babi juga dipergunakan dalam upacara-upacara keagamaan
sehingga ternak babi memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Masyarakat Bali banyak
memanfaatkan ternak babi sebagai usaha sampingan yang cukup menjanjikan keuntungan.
Selain rasa yang enak, protein daging babi mengandung asam amino esensial yang lengkap
dan proporsinya lebih besar jika dibandingkan protein nebati. Sehingga kebutuhan akan
daging babi makin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk di pulau Bali. Tercatat
peningkatan pemotongan ternak babi di Bali meningkat 5,4 % pertahun. (Ahira, 2011)
Berdasrkan data statistik peternakan tahun 2010 Bali merupakan daerah ke dua di
Indonesia yang memiliki populasi babi terbanyak setelah Nusa tenggara timur, namun Bali
memiliki tingkat kepadatan ternak babi tertinggi di Indonesia. Populasi babi di Bali pada
tahun 2010 tercatat sebanyak 930.465 ekor. Berdasarkan hasil survey tahun 2005, bahwa
rata-rata kepemilikan peternak rakyat di provinsi Bali 29,3 ekor (Deptan, 2012). Data terakhir
menyebutkan pada tahun 2011 Bali memproduksi babi sebanyak 927. 739 ekor (DPKP Bali,
2012)
Disamping potensi ternak babi yang menjanjikan, terdapat beberapa kendala dalam
beternak babi. Kendala utama adalah manajemen penyakit dan pencemaran lingkungan.
Ternak babi rentan terhadap serangan penyakit, banyak penyakit yang bersifat zoonosis yang
menyerang babi. Penyakit tersebut bisa diakibatkan oleh virus, bakteri, cacing dan juga
protozoa (Llinares et al. 2006)
Umumnya usaha ternak babi adalah pembibitan dan penggemukan peternakan rakyat
dengan sumber bibit berasal dari sekitarnya atau sekitar 61,25% sedangkan 25% dari
peternakan sendiri. Dalam hal performance babi di Indonesia masih sangat memprihatinkan
dengan tingginya kematian induk, Jawa Barat 25,49%, Bali 19,6%, Kalbar 14,33% dan
Sumut 10,40% (Deptan, 2012).
2. Protozoa
Protozoa adalah organisme satu sel (sel tunggal), tetapi telah memiliki fungsi :
metabolisme, pergerakan, digesti, respirasi, sekresi, reproduksi, pertahankan hidup dan lain-
lain diselenggarakan oleh organela sel. Protozoa merupakan “eukaryotic” dimana intinya
diselubungi oleh membran atau selaput, berbeda dengan “prokaryotic”, contohnya bakteri,
dimana intinya tidak diselubungi oleh membran atau dengan kata lain tidak terpisah dengan
sitoplasma (Cook, 2004; Soulsby. 1982).
Subfilum Sarcodina memiliki ordo Amoebida (Ehrenberg, 1830), Famili:
Endamoebidae (Amoeba), Vahlkampfiidae dan Hartmanellidae. Famili Endamoebidae
terkenal dengan Amoeba yang berpredileksi di dalam saluran pencernaan vertebrata dan
invertebrata. Anggotanya yang terpenting: (1) Entamoeba, (2) Endolimax, (3) Iodamoeba dan
(4) Dientamoeba (Levine, 1990).
Genus Entamoeba berpredileksi pada saluran pencernaan vertebrata dan invertebrata.
Terdapat beberapa spesies Entamoeba yang memiliki sifat zoonosis dan pernah dilaporkan
ditemukan pada babi, antara lain E. poleckii, E. histolitica, E. suis dan E. coli. (Berrilli, et al.
2011; Levine, 1990; Kuroki, et al. 1989; Smith and Meerovitch, 1985; Soulsby, 1982;).
a. Entamoeba polecki
E. polecki merupakan protozoa yang berpredileksi di lumen usus. Hewan yang
berperan sebagai reservoar utama adalah babi dan monyet. Secara morfologi sulit
membedakannya dengan E. histolitica (Smith, 2004). Penularan pada manusia terjadi akibat
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kista E. polecki. Pada tahun 1985 telah
ditemukan kista E. polecki pada feces manusia di Asia Tenggara. Namun belum diketahui
secara pasti apakah penyakit yang ditimbulkan oleh E. polecki berdiri sendiri karena terdapat
infeksi gabungan pada setiap pasien yang diperiksa (Gay et al, 1985).
Meskipun E. polecki jarang ditemukan pada manusia, ia memiliki epidemiologi luas
dan relatif tak terduga. Penyakit ini lebih umum di daerah pedesaan daripada daerah
perkotaan. Paling umum, E. Polecki dikaitkan dengan Papua Nugini, di mana studi
memperkirakan bahwa prevalensi setinggi 19 persen dari populasi. Hal ini tidak
mengherankan mengingat ekonomi dan budaya negara ini di mana babi memainkan peran
kunci dan banyak babi bahkan diperbolehkan untuk tinggal di tempat tinggal. Ada tiga
negara lain di mana E. Polecki adalah endemik, termasuk Kamboja, Venezuela, dan Vietnam.
Selain itu, infeksi E. polecki telah dilaporkan di Asia Tenggara pada pengungsi yang tinggal
di lokasi lain, yaitu Perancis, Minnesota, dan Venezuela (Cook, 2004).
Trofozoit Entamoeba poleckii berbentuk bulat dengan diameter bervariasi yang
berkisar antara 10 µm sampai lebih dari 20 µm. Pada pewarnaan, nucleus memiliki
karyosome kecil yang terletak ditengah-tengah yang terlihat merata atau berkumpul pada satu
atau kedua kutub. Pewarnaan vakuola pada trofozoit juga terlihat adanya bakteri dan ragi
yang tertelan. Kromatin tepi terlihat seperti butiran granuler pada selaput inti. Granuler halus
saling bersentuhan satu sama lain atau memiliki ruang-ruang kecil di antaranya, tapi tidak
merata seperti dalam trofozoit atau kebanyakan protozoa lainnya.Kista E. polecki berukuran
antara 9,5-17,5 µm, namun yang umum dijumpai adalah antara 12-15 µm dan berbentuk
bulat. Mereka hampir selalu uninuclear dan berisi banyak materi chromatoidal dengan ujung
runcing. Vakuola glikogen juga ditemukan dalam banyak kista, selain badan inklusi
berbentuk bulat atau bulat telur. Seperti dalam trofozoit, kromatin tepi umumnya
terdistribusikan tidak seragam (Burrows, 1959 dalam Cook, 2004).
Host reservoir E. polecki adalah babi dengan siklus hidup seperti pada gambar 3.1
dibawah (Cook, 2004):
4. Ekstraksi DNA
Tahapan isolasi DNA Entamoeba spp. Mengacu pada prosedur suplaiyer (Qiagen,
2007). Sebanyak 180-220 mg sampel feses dimasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge 2 ml
dan letakkan pada kotak yang berisi es. Tambahkan 1,4 ml buffer ASL pada masing masing
tabung yang berisi sampel, divortex selama 1 menit atau hingga sampel homogen. Masukkan
tabung kedalam waterbath dengan suhu 960C selama 5 menit. Vortex selama 15 detik lalu
sentrifuge dengan kecepatan maksimum selama 1 menit hingga terbentuk endapan didasar
tabung. Ambil 1,2 ml supernatan dan lmasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge 2 ml yang
baru, endapannya dibuang. Tambahkan 1 tablet InhibitEX pada masing masing tabung,
langsung divortex hingga seluruh tablet tersuspensi dalam larutan sampel. Inkubasikan
suspensi pada suhu kamar selama 1 menit supaya partikel inhibitor teradsorbsi pada matriks
InhibitEX. Centrifuge sampel pada kecepatan maksimum hingga terbentuk endapan (ikatan
inhibitor dan matriks InhibitEX). Ambil seluruh supernatan lalu masukkan ke dalam tabung
mikrosentrifuge 1,5 ml baru, endapannya dibuang. Centrifuge sampel pada kecepatan
maksimum selama 3 menit.
Ambil lalu masukkan 200 µl supernatan pada tabung mikrosentrifuge 1,5 ml baru lalu
tambahkan 15µ proteinase K dan 200 µl buffer AL kemudian divortex selama 15 detik.
Inkubasikan pada suhu 70oC selama 10 menit. Tambahkan 200 µl etanol 96-100% sebagai
lisator dan vortex hingga tercampur.
Ambil cairan yang telah lisis dengan hati-hati agar tidak terbentuk gelembung udara
dan cairan tidak tertempel didinding tabung, lalu masukkan kedalam QiAmp spin column
yang diletakkan pada tabung mikrosentrifuge 2 ml. Tutup tabung QiAmp spin column lalu
centrifuge pada kecepatan penuh selama 1 menit, filtratnya dibuang dan ambil QiAmp spin
column untuk diletakkan pada tabung mikrocentrifuge yang baru. Tambahkan 500 µl buffer
AW1 kedalam QiAmp spin column lalu centrifuge pada kecepatan maksimum selama 1
menit, buang filtratnya dan letakkan QiAmp spin column pada tabung mikrocentrifuge 2 ml
yang baru dan tambahkan 500 µl buffer AW2, centrifuge pada kecepatan maksimum selama
3 menit. Buang filtratnya dan ulangi centrifuge pada kecepatan maksimum selama 1 menit.
Ambil QiAmp spin column dan masukkan kedalam tabung mikrocentrifuge 1,5 ml yg baru.
Tambahkan dengan meletakkan 50 µl buffer AE pada membran QiAmp spin column, inkubasi
selama 1 menit pada temperatur kamar. Centrifuge selama 1 menit pada kecepatan
maksimum. DNA tertampung bersama filtrat pada tabung mikrocentrifuge 1,5 ml.
5. Proses PCR
Reaksi PCR dilakukan pada total volume 25 µl yang mengandung 2 µl DNA
template, 5 µl PCR buffer, 1,5 µl MgCl2, 0,2 µl dNTPs, 0,1 µl Taq polymerase, 1 µl F
Primer, 1 µl R Primer dan 14,2 µl dH2O.
Deteksi Entamoeba secara umum dilakukan dengan menggunakan primer Entam 1
(F): (5’-GTT GAT CCT GCC AGT ATT ATA TG-3’) dan Entam 2 (R): (5’-CAC TAT TGG
AGC TGG AAT TAC-3’). Amplifikasi dilakukan pada mesin Thermalcycler Model TC25/H
dengan kondisi predenaturasi pada suhu 95oC selama 3 menit, diikuti 35 siklus dengan
kondisi reaksi sebagai berikut: denaturasi pada suhu 95oC selama 30 detik, annealing pada
suhu 57oC selama 30 detik dan polimerisasi pada suhu 72oC selama 30 detik. Pada bagian
akhir ditambahkan dengan polimerasi pada suhu 72oC selama 2 menit.
Sampel yang menunjukkan lebih dari satu band dilanjutkan dengan pengulangan PCR
menggunakan Primer spesifik untuk E. polecki yaitu Epolecki1 (F): (5’-TCG ATA TTT
ATA TTG ATT CAA ATG-3’) dan Epolecki2 (R): (5’-CCT TTC TCC TTT TTT TAT ATT
AG-3’). Amplifikasi dilakukan pada mesin Thermalcycler Model TC25/H dengan kondisi
predenaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit, diikuti 35 siklus dengan kondisi reaksi sebagai
berikut: denaturasi pada suhu 94oC selama 30 detik, annealing pada suhu 55oC selama 30
detik dan polimerisasi pada suhu 72oC selama 30 detik. Pada bagian akhir ditambahkan
dengan polimerasi pada suhu 72oC selama 2 menit (Verweij et al., 2001).
6. Elektroforesis
Setelah reaksi PCR selesai dilanjutkan pada tahapan elektroforesis. Langkah kerjanya
sebagai berikut; Siapkan agarose 1,5% (75 mg + 50 ml TAE buffer) yang ditambahkan
sebanyak 2µl DNA Stainer. Masing-masing produk PCR diambil 5 µl dan dicampur dengan
2 µl loading dye. Kolom pertama diisikan DNA Ladder berukuran 100 bp. Elektroforesis
dilakukan pada tegangan 90 volt selama 35 menit. Visualisasi band yang muncul dilakukan
dengan UV transilluminator, kemudian difoto menggunakan kamera digital yang dilengkapi
dengan UV filter.
7. Purifikasi Produk PCR
Sampel yang menunjukkan adanya band pada gel elektroforesis selanjutnya
dimurnikan menggunakan DNA Purification Kit produksi Invitrogen. Gel yang terdapat band
dipotong menggunakan pisau scalpel steril tepat pada bandnya. Masukkan potongan gel
kedalam tabung spin khusus yang tersedia dalam kit lalu tambahkan binding buffer kira-kira
empat kali volume sampel, centrifuge pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Buang
cairannya dan ambil spin tube, tambahkan 650 µl washing buffer lalu centrifuge pada
kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Buang cairannya dan ulangi centrifuge pada kecepatan
maksimum selama 2-3 menit. Ambil spin tube dan masukkan kedalam tube baru lalu
tambahkan 30 µl elution buffer dan inkubasikan pada suhu ruang selama 1 menit. Centrifuge
pada kecepatan maksimum selama 2 menit, cairan tersebut mengandung produk DNA yang
siap untuk diproses selanjutnya.
8. Sequencing DNA dan Analisa Hasil Sequencing
DNA hasil purifikasi dikirim ke Laboratorium Eijkman untuk dilakukan analisa
sequencing. Hasil sequencing yang didapatkan kemudian dianalisa dan dibaningkan dengan
Gene Bank untuk menentukan spesies Entamoeba.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 278 sampel feses babi (dari total 400 sampel
yang direncanakan) yang diambil dari peternakan babi dengan sistem peternakan tradisional
di seluruh wilayah pulau Bali diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1 dibawah adalah bentuk Entamoeba yang teramati dibawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran 400x. Terdapat babarapa variasi morfologi dan ukuran dari
Entamoeba yang ditemukan. Sehingga pada pengamatan ini tidak dapat dilakukan
identifikasi terhadap spesies Entamoeba yang menginfeksi babi tersebut, maka diperlukan
pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan molekuler.
Gambar 4.1 Morfologi Entamoeba pada pemeriksaan coproscocal dengan pembesaran 400x
Sebanyak 155 sampel feses babi yang positif pada pemeriksaan coproscopical
dilakukan ekstraksi DNA dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan molekuler menggunakan
teknik PCR. Proses PCR dilakukan dalam dua tahapan yaitu yang petama menggunakan
primer umum Entamoeba diperoleh hasil seperti gambar 4.2 berikut.
A B
4.1 Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada seluruh sampel feses babi
yang berasal dari peternakan yang tersebar di Bali yang diperiksa menggunakan metode
molekuler tidak satupun yang teridentifikasi merupakan spesies Entamoeba yang bersifat
zoonosis yaitu E. polecki.
4.2 Saran
Perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan metode yang lebih sensitif dan akurat
untuk mendeteksi spesies Entamoeba yang bersifat zoonosis.
Mengingat penyakit yang ditimbulkan oleh protozoa jenis Entamoeba spp sangat
terkait dengan sanitasi lingkungan dan personal higiene, diharapkan kepada masyarakat
khususnya peternak babi tetap untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak
membuang limbah ternaknya langsung ke lingkungan.
AGENDA PELAKSANAAN KEGIATAN
Bulan ke:
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Peyusunan
proposal
Persiapan
bahan dan alat
Pengambilan
sampel
Pemeriksaan
SAF
Ekstraksi
DNA
PCR
Analisis hasil
Penyusunan
laporan
Evaluasi
BAB VII
PEMBIAYAAN
Perincian pembiayaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Anggaran untuk pelaksana (honor dan upah) : Rp. 3.850.000;
2. Anggaran untuk bahan habis pakai : Rp. 36.650.000;
3. Anggaran untuk perjalanan : Rp. 2.500.000;
4. Anggaran ntuk pengolahan data, laporan dan publikasi : Rp. 2.000.000;
Total biaya : Rp. 45.000.000;
Perincian biaya penelitian selengkapnya terdapat pada lampiran 1.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi Dan Balita di Indonesia. Makara
Kesehatan, Vol. 11, NO. 1, JUNI 2007: 1-10
Ahira, A. 2011. Industri dan Peternakan Babi. http://www.anneahira.com/babi.htm
Bakir B, Tanyuksel M, Saylam F. 2003 Investigation of waterborn parasites in drinking water
sources of Ankara, Turkey. J Microbiol ;41:148-51
Berrilli, F., C. Prisco, K.G. Friedrich, P.D. Cerbo, D.D. Cave and C.D. Liberato. 2011.
Giardia duodenalis assemblages and Entamoeba species infecting non-human
primates in an Italian zoological garden: zoonotic potential and management traits.
Parasites & Vectors 2011, 4:199
Burrows, RB. 1959. Morphological Differentiation of Entamoeba hartmanni and E. polecki
from E. histolytica. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, Sep 8 (8):
583-589.
Coen, D. M. dan S.J. Scarf. 1990. Enzymatic amplification of DNA by the polymarase chain
reaction. standard procedures and optimization. Dalam Ausubel, F. M., Brent, R.,
Kingston, R. E., Moore, D. D., Seidman, J. G., Smith, J. A. und Struhl, K. (Eds):
Current Protocols in Molecular Biology. Greene Pub. und Wiley, New York, 15.1.1-
15.1.7.
Cook, R. 2004. Entamoeba polecki. Microbiology & Immunology. www.stanford.edu
Deptan, 2012. Pedoman Pelaksanaan Penataan Usaha Budidaya Babi Ramah Lingkungan
Tahun 2012.
DPKP Bali, 2012. Potensi Babi di Bali. Indonesia Investment Coordinating Board. Direktorat
Pengembangan Potensi Daerah BKPM.
Duc, P.P., H.N. Viet, J. Hattendorf, J. Zinsstag, P.D. Cam, P. Odermatt. 2011. Risk Factors
For Entamoeba histolytica Infection In An Agricultural Community In Hanam
Province, Vietnam. Parasites & Vectors 2011, 4:102 doi:10.1186/1756-3305-4-102
Feldman. 1998. Sleisenger & Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease. Edisi ke 6.
London; W.B. Saunders Company; Pages: 1648-79
Gandahusada S, Ilahude HH, Pribadi W, penyunting. 2002. Parasitologi Kedokteran. Edisi
ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Gay, J.D., T.L. Abell, J.H. Thompson and V. Loth. 1985. Entamoeba polecki infection in
Southeast Asian refugees: multiple cases of a rarely reported parasite. Mayo Clin
Proc. 1985 Aug;60(8):523-30.
Herold, K.E and A. Rasooly. 2009. Lab On A Chip Technology. Biomolecular Separation
and Analysis. Caister Academic Press. 978-1-904455-47-9
Innis, M.A. and D.H. Gelfand. (1990). Optimization of PCRs. In Innis, M. A., Gelfand, D.
H., Sninsky, J. J. und White, T. J. (Eds) : PCR Protocols : A Guide to Methods and
Applications, Academic Press, California, 3-12.
Intarapuk, A., T. Kalambaheti, N. Thammapalerd, P. Mahannop, P. Kaewsatien, A.
Bhumiratana and D. Nityasuddhi. 2009. Identification of Entamoeba histolityca and
Entamoeba dispar by PCR Assay of fecal Specimens Obtained From Thai/Myanmar
Border Region. Southeast Asian J Trop Med Public Health Vol 40 No. 3 May 2009
Pages: 425-434
Kaufmann, J. 1996. Parasitic infections of domestic animals. A diagnostic manual.
Birkhäuser Verlag.
Kennedy, S. and N. Oswald. 2011. PCR Troubleshooting and Optimization: The Essential
Guide. Caister Academic Press. 978-1-904455-72-1
Korman SH dan R.J. Deckelbaumn. 1993. Enteric Parasites. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,
penyunting. Pediatric Gastrointestinal Disease, pathophysiology, diagnosis,
management. Philadelphia: W.B.Saunders Company. Pages: 652-69.
Kuroki, T., S Yamai, T Koyama. 1989. Entamoeba polecki infection in a South East Asian
refugee in Japan. Japanese Journal of Medical Science and Biology (1989). Vol: 42,
Issue: 1, Pages: 25-29
Levine, ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Diterjemahkan oleh Prof. Dr.
Gatut Ashadi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lineares, F.J.B., L.N. Martinez, F.G. Orenes, H. Araes, M.D.P. Murcia and R. Moral. 2006.
Detection of intestinal parasites in pig slurry: A preliminary study from five farms in
Spain. Livestock Science 102 (2006) Pages: 237–242.
Liptan, 1996. Beternak Babi. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) LPTP Koya Barat, Irian
Jaya No. 06/96.
Markell, J, and Krotoski. 1999. Medical Parasitology, 8th Edition," Philadelphia, PA, 1999.
Mohamadi, S.S. and W.A. Petri. 2006. Zoonotic Implications Of The Swine-Transmitted
Protozoal Infections. Veterinary Parasitology 140 (2006) Pages:189–203
Mullis, K. 2006. Discovery of PCR. PCR Station. http://www.pcrstation.com/inventor-of-pcr/
Nelson, W.E. 2000. Penyakit protozoa. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 2.
EGC. Jakarta
Owen RL. 1989. Parasitic diseases. Dalam: Sleisenger M, Fordtran JS, penyunting.
Gastrointestinal Disease: Pathophysiology, diagnosis, management. Edisi ke 4.
Philadelphia:W.B.Saunders Company;. Pages: 1153-91.
Santos H.L.C., R. Bandea, L.A.F. Martins, H.W.D. Macedo, R.H.S. Peralta, J.M. Peralta,
M.I. Ndubuisi and A.J.D. Silva. 2010. Differential identification of Entamoeba spp.
Based on the analysis of 18S rRNA. Springer-Verlag, Parasitol Res (2010) 106,
Pages: 883–888.
Sendow, I dan R.M.A. Adjid, 2005. Penyakit Nipah Dan Situasinya di Indonesia. Wartazoa
Vol. 15 No. 2 Th. 2005
Smith, D.S. 2004. Entamoeba Polecki. Human Biology/Microbiology & Immunology103.
Smith, J.M and E. Meerovitch, 1985. Primates as a source of Entamoeba histolytica, their
zymodeme status and zoonotic potential. J Parasitol. 1985 Dec;71(6) Pages: 751-6.
Soewandojo, E. 2002. Amebiasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi Ketiga. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta
Soulsby, E.J.L. 1982. Helminth, Artropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed.
Bailliere Tindall, London
Sukprasert, S., P. Rattaprasert, Z. Hamzah, O.V. Shipin and P.C. Petmitr. 2008. PCR
detection of Entamoeba spp from surface and waste water samples using genus-
specific primers. The Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health
01/2008; 39:6-9
Sumantra, 2011. Bali Tidak Lagi Datangkan Babi Dari Luar. Antara News. Sunday, July 3
2011 11:11 WIB.
Sunoto, 1990. Buku Ajar Diare. Departemen Kesehatan RI, Ditjen PPM dan PLP; Jakarta
Verweij, J.J., A.M. Polderman and C.G. Clark. 2001. Genetic Variation among Human
Isolates of Uninucleated Cyst-Producing Entamoeba Species. J Clin Microbiol. 2001
April; 39(4) Pages: 1644–1646.
Verweij, J.J., Laeijendecker, D., Brienen, E.A., van Lieshout, L., Polderman, A.M., 2003.
Detection and identification of Entamoeba species in stool samples by a reverse line
hybridization assay. J. Clin. Microbiol. 41 Pages: 5041–5045.
Vianna, E.N., J.O. Costa, C.K.S Santos, M.C.Cury, E.F. Silva, A.O. Costa and M.A Gomes.
2009. An alternative method for DNA extraction and PCR identification of
Entamoeba histolytica and E. dispar in fecal samples. Cambridge University Press
2009, Parasitology (2009), 136, Pages: 765–769.
Zaidman I. 1993. Intestinal Amoebiasis. Dalam: Bouchier IA, Allan RN, Hodgson HJ,
Keighley MR, penyunting. Gastroenterology, Clinical Science and Practice. Edisi ke-
2. London: W.B. Saunders Company. Pages: 1451-9.
LAMPIRAN
18 Reagen PCR 250 PCR Reagen dalam proses PCR (dNTPs, 6.500.000
MgSo4, Taq polimerase, dH2O)
2.1 LABORATORIUM
Laboratorium yang akan dijadikan tempat penelitinini ada di empat lokasi antara lain:
Laboratorium CSAD di kampus Bukit Jimbaran, Laboratorium parasitologi FKH-Unud,
Laboratorium Biomedik FKH-Unud dan Laboratorium Ejkman Jakarta. Laboratorium CSAD
merupakan laboratorium hasil kerjasama FKH Unud dengan Giesen University guna
menyelenggarakan penelitian-penelitian dibidang penyakit hewan. Disana tersedia peralatan
yang memadai untuk mendiagnosa penyakit yang disebabkan oleh parasit. Laboratorium
Biomedik merupakan laboratorium molekuler yang dimiliki oleh FKH Unud, disana
merupakan pusat penelitian dibidang molekuler, yang menyediakan beberapa mesin PCR
serta perlengkapan penunjang lainnya.
Peralatan utama yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat fasilitas
pemeriksaan parasit yang terdiri dari centrifuge dan mikroskop stereo, seperangkat peralatan
untuk ekstraksi DNA antara lain mikrocentrifuge, vortex, waterbath dan inkubator,
seperangkat peralatan PCR serta seperangkat peralatan sequencing DNA.
LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI
1. Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1. Drh. Kadek Karang Agustina,
Nama Lengkap (dengan gelar) L
MP
2. Jabatan Fungsional Asisten ahli
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198408042008121001
5. NIDN 0004088401
6. Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 4 Agustus 1984
7. Alamat Rumah Br.Merta sari, Penatih Dangin Puri
8. Nomor Telepon/Faks /HP 081353306020
9. Alamat Kantor Kampus FKH-Jl PB Sudirman
10. Nomor Telepon/Faks 0361 223791
11. Alamat e-mail karang_dvm@yahoo.co.id
12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 4 orang;
13. Mata Kuliah yg diampu 1. Kesmavet I dan II
2. Ilmu penyakit Zoonosis
3. Epidemiologi Veteriner
4. Dasar Komunikasi Veteriner
5. Etika Veteriner
B. Riwayat Pendidikan
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2011 Penerapan Kombinasi Metode Hibah PHKI Rp. 25.000.000;
Pembelajaran Diskusi Kelompok dan
Student Centered Learning untuk
Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa
2. 2012 Prevalensi Toxocara vitulorum Pada DIPA - Dosen Rp. 7.500.000
Induk dan Anak Sapi Bali di Wilayah Muda
Bali Timur
3 2013 Kandungan Antioksidan, Gizi dan DIPA - Dosen Rp. 7.500.000;
Kualitas Telur Asin Dengan Media Muda
Kulit Buah Manggis (Gracinia
Mangostana L)
Pendanaan
Judul Pengabdian Kepada
No. Tahun Jml (Juta
Masyarakat Sumber *)
Rp.)
1. 2010 Pelayanan kesehatan dan pemberian vaksin SE DIPA Unud 4.000.000
pada ternak sapi di Desa Bona Kecamatan
Blahbatuh Gianyar
2. 2011 Sosialisasi penyakit rabies di Desa Buana Giri DIPA Unud 4.000.000
Kecamatan Bebandem Karangasem
No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1. Prosiding. Seminar Nasional Sapi Bali Studi Biologi Denpasar -
Perkembangan Metacestoda 2012
Taenia saginata Pada Sapi
Bali
2. International Workshop of Improvement Parasitiasis on Pig, Dog and Makassar -
and Sustainability of Sweetpotato - Pig Human in Papua, Indonesia 2012
Production Systems To Support
Livelihoods in Highland Papua and West
Papua, Indonesia
3. Proc. International Seminar on Timor List of Animal Diseases and Timor Leste
Leste’s Quarantine Regulations. August Animal Diseases Requiring - 2010
26th, 2010. Quarantine Provisions in
Timor Leste.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian : Hibah Grup Riset
Denpasar, 30 Oktober 2013
Pengusul,
I. IDENTITAS DIRI
1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Drh, I Made Damriyasa MS. L
1.2 Jabatan Fungsional Guru Besar
1.3 NIP/NIK/No. identitas lainnya 19621231 198803 1017
1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 31 Desember 1962
1.5 Alamat Rumah Jl. Tukad Badung XXIV No 11 Denpasar
1.6 Nomor Telepon/Faks -
1.7 Nomor HP 0817340627
1.8 Alamat Kantor Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali.
1.9 Nomor Telepon/Faks 0361 223791
1.10 Alamat e-mail madedamriyasa@yahoo.com
1.11 Lulusan yg telah dihasilkan S-1= 65 orang ; S-2= - orang;
S-3= 3 orang
1.12 Mata Kuliah yg diampu Parasitologi (S1)
Patologi Klinik Veteriner (S1)
Imunologi Parasit (S2)
Ekologi Parasit (S2)
Epidemiologi (S2)
Parasitologi lanjutan (S3)
Biokimia Patogen (S3)
2.1. Program: S1 S2 S3
2.2. Nama PT Universitas Universitas Justus Liebig
Airlangga Airlangga University Giessen
Surabaya Surabaya Germany
2.3. Bidang Ilmu Kedokteran Hewan Kedokteran Dasar Parasitologi
2.4. Tahun Masuk 1981 1990 1996
2.5. Tahun Lulus 1987 1993 2001
2.6. Nama Pembim- Dr. drh. D. N. K. Prof. Dr. Purnomo Prof. Dr. Horz
bing/ Promotor Laba Mahaputra MSc Zahner
Keterangan:
*- : CSAD (Center for Studies on Animal Diseases): Laboratorium kerjasama antara FKH
Universitas Udayana dengan Institute of Parasitology JLU Giessen, Jerman; penggalian
dananya diprakarsai oleh Prof. Dr. Christian Bauer (Visiting Professor di FKH Unud).
V. DAFTAR PUBLIKASI
2 Tenter, A.M., Seineke, P., Simon, K., Heckerozh, A.R., Damriyasa, IM., Bauer,
C., and H. Zahner (1999): Aktuelle Studien zur Epidemiologie von Toxoplasma-
Infetionen. Proc. German Veterinary Medical Society. 1999. p. 247-264
4 Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, IM., Apsari IAP., Schares G.,
Noeckler K., Schein E. and Baur C. (2000). Parasite infections in semi-
domesticated dogs in Bali, Indonesia. Proc. 18th. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet.
Parasitol., Stressa-Italy. Abstr. Nr. E35p
5 Damriyasa, IM., N.A. Suratma, IM. Dwinata and C. Bauer (2000). Faecal
survey on endoparasite infections in breeding sows in two districts of Bali,
Indonesia. Proc. 19th. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol., Stuttgart
6 Damriyasa, IM., C. Bauer, K. Noeckler, A.M. Tenter and H. Zahner (2000).
Survey on zoonotic parasite infections in pigs in southern Bali, Indonesia. Proc.
19 th. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol., Stuttgart
8 Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and
C. Bauer (2001). Faecal and serological survey on Endoparasite infections of
sows in Bali, Indonesia. Proc. 18th. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-
Italy. Abstr. Nr. E35p
9 Damriyasa, IM., R. Edelhofer, R. Volmer, C. bauer and H. Zahner (2001).
Current seroprevalence of Toxoplasma gondii infections in sows in two regions
of Germany. Proc. 18th. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy.
Abstr. Nr. A2p
11. Damriyasa, IM., R. Volmer, C. Bauer and H. Zahner (2002). Sarcoptes- und
Haematopinus-Befall bei Schweinen: Prävalenz und Risikofaktoren in
hessischen Ferkelzeugbetrieben. Proc. Meet. “ Bekaempfung und Epidemiologie
von Parasitosen”, Dtsch. Veterinaermed. Ges. Travemouende/D. 2002. Abstr.
No. 19
13 Bart S., Vallejo G., Failing K., Damriyasa IM., Bauer C., Bauerfeind R. (2003).
Seroprevalence of Shigatoxin producing Eschiricia coli in breeding sows in
Hesse, Germany. Int. J. of Medical Microbiology 293 (2003). Suppl. No. 36,
139-140
16. Damriyasa, IM. 2004. Parasite problems contributing diare and death.
International pig production Workshop, 27-29 March 2004, Hue-Vietnam.
17. Damriyasa, IM. 2004. Pig production in Bali , International pig production
Workshop, 27-29 March 2004, Hue-Vietnam.
18. I.M. Putra, C. Cargill, IM Damriyasa, A.A. Putra, L. Kosay, S. Mahalaya, W.
Tiffen, P. Keteren, D. Peters. 2004. Survey Penyakit Babi di Kabupaten
Jayawijaya, Papua, Indonesia. Seminar Nasional BPTP Papua, 5-6 Oktober
2004, Jayawijaya.
19. Damriyasa IM., N.S. Dharmawan, IBK Ardana, AAS Kenderan, 2004.
Pemberantasan ekto dan endoparasit pada babi untuk meningkatkan
produktivitas ternak rakyat di desa Bebandem Karangasem. Udayana Mengabdi
3 (1) p. 7-8
29. Damriyasa, IM., N.A. Suratma, C. Bauer. 2006. Survey on intestinal parasite
infections of children in Bali, Indonesia. 22. Jahrestagung der DGP an der VMU
Wien p. 135
30. Damriyasa, IM., C. Bauer. 2006. First survey on helminth infections of goats in
Bali, Indonesia. 22. Jahrestagung der DGP an der VMU Wien p. 136
33. Yudistira D.G. I.M. Dwinata, IM Damriyasa, N.S. Dharmawan. 2006. Survey
on helminth infections of elephants in Elephant Safari Park Bali. Proc. 2nd.
ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23
2006. p. 22
43. H. W. Palm., I.M. Damriyasa, Linda, I.B.M. Oka, 2008; Molecular genotyping
of Anisakis Dujardin, 1845 (Nematoda: Ascaridoidea: Anisakidae) larvae from
fish of Balinese and Javanese waters, Indonesia. Helminthologia, 45, 1:3-12,
2008
44. AL-KHLIEF, A., DAMRIYASA, I.M.., BAUER, C., MENGE, C. & HERBST,
W. (2009): Serosurvey for infections with Leptospira serovars in pigs from Bali,
Indonesia. Deutsche Tierärztliche Wochenschrift 116, 389-391
48. I.M. DWINATA, N. ADI SURATMA, I.B. M. OKA, A.A.G. ARJANA AND
I.M. DAMRIYASA (2009) Isolation of Toxoplasma gondii in Village Chicken
in Bali, Proc. International Conference on Biotechnology, Bali, September, 15-
16, 2009.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan hibah Penelitian Kompetensi.
A. Identitas diri
Nama Lengkap : Prof. Dr. Nyoman Sadra Dharmawan, MS.
Tempat/tgl lahir : Karangasem, Bali / 5 Oktober 1958
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Dosen pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
NIP : 19581005 198403 1 002
NIDN : 0005105812
Pangkat/Gol. : Pembina Utama / IV/e
Jabatan Fungsional : Guru Besar (sejak 1 Mei 2002)
Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali. Telp/Fax: 0361223791
Alamat Rumah : Jl. Sekar Tunjung XVI No. 99 A Denpasar, Bali
No. HP : 081338776965
E-mail : nsdharmawan@yahoo.com; nsdharmawan@unud.ac.id
B. Riwayat Pendidikan :
1965-1970 : SD Bebandem, Karangasem, Bali
1971-1973 : SMP Negeri Karangasem, Bali
1974-1976 : SMA Negeri I Denpasar, Bali
1977-1981 : (S1) pada FKH-UGM Yogyakarta
1981-1982 : Profesi Dokter Hewan pada FKH-UGM Yogyakarta
1988-1990 : (S2) pada PPS-IPB Bogor
1992-1995 : (S3) Program Sandwich pada Prince Leopold Institute of Tropical
Medicine, Antwerpen, Belgia dan PPS-IPB Bogor.
C. Riwayat Pekerjaan :
1983-sekarang : Dosen pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
2002-sekarang : Dosen Program Pendidikan Doktor (S3) Ilmu Kedokteran Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
2010-sekarang : Dosen Program Pendidikan Doktor (S3) Ilmu Peternakan Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
2010-sekarang : Dosen Program Studi Kedokteran Hewan (S2) Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
1997-2001 : Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
2001-2005 : Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Udayana
2006-2009 : Sekretaris Badan Penjaminan Mutu Universitas Udayana
2005-sekarang : Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Indonesia
2009-sekarang : Ketua Kelompk Riset Center for Studies on Animal Diseases FKH
Universitas Udayana
2007-sekarang : Anggota Tim Pengembang Quality Assurance Direktorat Akademik
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
H. Penghargaan
1. Penerima “Anugrah Pengabdian Udayana” bagi dosen berprestasi di bidang
pengabdian kepada masyarakat Universitas Udayana. Piagam Anugrah dari Rektor
Universitas Udayana Tahun 2010.
2. Penerima Tanda Kehormatan ”Satya Lancana Karya Satya 20 Tahun” atas kesetiaan,
pengabdian, kejujuran, kecakapan dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas
sebagai Pegawai Negeri Sipil selama 20 tahun atau lebih secara terus menerus
terhadap Negara Republik Indonesia, sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap
pegawai lain. Bintang dan Piagam Tanda Kehormatan dari Presiden Republik
Indonesia. Tahun 2010.
3. Penerima ”Widya Pataka” atas pengabdian dan komitmen intelektualitasnya dalam
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Bali melalui buku. Piagam Anugrah
dari Gubernur Bali. Tahun 2009.
Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian GRUP
RISET yang berjudul “Identifikasi Molekuler Spesies Zoonotic Entamoeba Pada Feses
Babi di Bali Sebagai Upaya Awal Pengendalian Penyakit Zoonosis” dengan jumlah
usulan dana sebesar Rp. 45.000.000; Apabila proposal ini disetujui maka kami secara
bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas
sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Ketua
Anggota Anggota
(Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS) (Prof.Dr.drh. N. Sadra Dharmawan, MS)
NIP. 196212311988031017 NIP. 195810051984031002
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
Kepada Yth.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Udayana
Di – Bukit Jimbaran
Dengan Hormat,
Bersama ini kami kirimkan proposal penelitian : Grup Riset, dengan judul:
Identifikasi Molekuler Spesies Zoonotic Entamoeba Pada Feses Babi di Bali Sebagai
Upaya Awal Pengendalian Penyakit Zoonosis . Dimana seluruh Tim Peneliti berasal dari
Grup Riset: Center for Studies on Animal Disease.