Anda di halaman 1dari 25

SUBDURAL HEMATOMA (SDH)

Abd. Rahman
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin
2020
Learning Outcome

 Mampu mengenali kondisi-kondisi penyakit yang termasuk dalam traumatologi


dan kegawatdaruratan medik trauma kepala berdasarkan etiopatogenesis,
manifestasi klinis, dan penegakan diagnosis
 Mampu memahami prinsip dan tata cara penanganan kondisi-kondisi tersebut
 Mampu melakukan penanganan awal pada kondisi-kondisi tersebut
 Mampu menentukan rujukan yang paling tepat untuk penanganan kondisi-kondisi
tersebut
 Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan
Pendahuluan
 Perdarahan diantara lapisan dura dan araknoid
 Cedera yang paling mematikan berhubungan
dengan trauma kapitis
 Sering timbul setelah trauma kapitis hebat
bersamaan dengan kerusakan otak yang parah
 Tidak berhubungan dengan fraktur pada
tengkorak dan dapat terjadi tanpa adanya lesi
lain yang terlihat
 Insidens SDH  72% jatuh, 24% KLL
Faktor Risiko

 Usia tua
 Konsumsi obat-obat antikoagulan
 Alkoholisme
 Gangguan perdarahan
Etiologi

 Akibat trauma akumulasi darah akibat lacerasi


parenkim otak atau robeknya pembuluh darah
superfisial atau bridging vein yang mengalami
akselerasi dan deselerasi saat terjadi pergerakan kepala
 Pecahnya aneurisma atau malformasi pembuluh darah
subdural
Patomekanisme
 Akselarasi dan deselarasi  gesekan otak dengan bagian
menonjol dan dengan dura
 Rotasi (angular)  penekanan jaringan, peregangan, dan
pergeseran antar jaringan
 Perdarahan terjadi akibat ruptur bridging vein yg
menghubungkan vena kortikal dgn sinus venosus dalam
duramater
 SDH dapat terjadi pada sisi benturan (coup), pada sisi
kontralateral (countre coup), maupun keduanya.
 Kerusakan parenkim otak terjadi oleh gaya
akselarasi/deselarasi yang sama
Klasifikasi

 Berdasarkan waktu dan gambaran CT Scan:


 SDH akut  0-3 hari, hiperdens
 SDH subakut  3 hari-3 minggu, isodens-
hipodens
 SDH kronik  3 minggu-tahunan ,
hipodens
Gejala Klinik

 SDH AKUT (0-3 hr)


 Penurunan kesadaran
 Pupil anisokor
 Hemiplegia kontralateral
 Lusid interval tidak jelas
 SDH SUBAKUT (3 hr-3 minggu)
 Cephalgia
 Penurunan kesadaran
 Blurred vision
 Late Hemiparesis contralateral
 SDH KRONIK (3 minggu-tahunan)
 Cephalgia kronik
 Penurunan kesadaran-koma
 Perubahan mental
 Penurunan fungsi intelek
 Papil udem
 Pupil anisokor
 Letargi
 Kejang
SDH Kronik

 Biasanya terjadi pada pasien dewasa umur 63 tahun


 Cenderung membesar  penurunan massa otak dan penambahan
ruang subdural
 Faktor risiko :
 Kejang,
 Penggunaan shunt,
 Koagulopati dan
 Pasien tua mengalami trauma ringan
Diagnosis

 Anamnesis
 Riwayat trauma dengan penurunan kesadaran
 Riwayat pingsan, mual, muntah
 Mekanisme trauma
 Pemeriksaan Fisik
 Primary survey
 Secondary survey
Pemeriksaan Penunjang

 Skull X-Ray
 Head CT Scan
 Head MRI
Head CT Scan
“CRESCENT -SHAPED”

a. SDH akut b. SDH subakut c. SDH kronik


Head MRI
SDH Sub Akut

High signal intensity of T1W & T2W


Penatalaksanaan
 Initial assesment
 GCS ≤8 INTUBASI
 Tanda herniasi  Hiperventilasi (pCO2 ~30-35 mm Hg)
 Jaga TD Normal/tinggi
 Manitol
 Furosemid
 Antikonvulsan
 Tindakan operatif
 Kraniotomi, pembukaan dura, evakuasi hematoma dengan irigasi
memakai cairan garam fisiologis.
 Burr hole explorative bila tidak ada fasilitas CT Scan
Indikasi Operasi
 Terjadi penurunan kesadaran yang progresif
 GCS >6 dengan fungsi batang otak masih baik
 SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift
 Perdarahan >40 ml
 Midline shift >5mm
 Fraktur depresi terbuka
 Fraktur depresi tertutup + tanda herniasi
Komplikasi

 Infeksi luka
 Kebocoran CSF
 Meningitis
 Encephalitis
 Kejang
Prognosis
 Umumnya penanganan yang cepat dan tepat pada pasien
memberikan hasil yang memuaskan, pasien dapat sembuh total
tanpa gejala sisa.
 Makin muda usia, makin berkurang pengaruh lamanya koma
terhadap restitusi mental
 Reaksi motorik abnormal (dekortikasi/deserebrasi) biasanya
tanda penyembuhan akan tidak sempurna
 Angka mortalitas tinggi pada SDH dengan lesi parenkim otak,
mencapai sekitar 50%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai