Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan  yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian  khusus, dan  juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih
mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh
dalam menjalankan amanat pendidikan. Sekolah merupakan suatu institusi yang dirancang
untuk membawa peserta didik pada proses belajar, di bawah pengawasan guru. Pendidikan di
sekolah dilakukan dalam suatu proses yang disebut pembelajaran. Belajar merupakan
perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.
Sedangkan pembelajaran merupakan  proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem
lingkungan belajar yang terdiri dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan
belajar  mengajar, metode, media, sumber belajar (Sutikno, 2008:37).
Keberhasilan proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS sangat
ditentukan oleh metode, media, dan sumber belajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar ruangan.
Untuk mempermudah dalam proses pembelajaran, maka guru harus memiliki
pemahaman dan kemampuan dalam merancang dan menerapkan metode, media, dan sumber
belajar yang gunakan dalam proses pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara memahami metode, media, dan sumber belajar?
2.      Bagaimana cara merancang metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas tinggi?
3.      Bagaimana cara menerapkan metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas tinggi?

C.    Tujuan
1.      Memahami pengertian metode, media, dan sumber belajar.
2.      Memahami tentang cara merancang metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas tinggi.
3.      Memahami tentang cara menerapkan metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode, Media, dan Sumber Belajar

1.      Metode
Metode mengajar adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya.
Dalam memilih metode, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
a.       Tujuan pembelajaran
b.      Kemampuan guru terhadap materi dan metode yang akan dipilih
c.       Kemampuan peserta didik belajar
d.      Situasi atau kondisi saat belajar
e.       Fasilitas yang dimiliki (media dan sumber belajar )
f.       Fasilitas yang dimiliki
g.      Evaluasi yang dimiliki
Namun ada beberapa metode yang memiliki keunggulan dan kelemahan, di antaranya:
a.       Metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan kelompok
pengunjung ( dalam hal ini peserta didik ).
Keunggulan dari metode ini bila peserta didiknya berjumlah banyak dan baik juga untuk
menjelaskan materi yang banyak, namun dengan waktu yang terbatas.
Kelemahan dari metode ini apabila guru kurang menguasai bahan atau materi serta alat
peraga yang terbatas, dan kurang baik apabila seorang guru tidak pandai berbicara.
b.       Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara 3
atau lebih topik tertentu, dengan seorang pemimpin.
Keunggulan dari metode ini ialah pendengar atau peserta didik dapat ikut serta
mengemukakan pendapatnya. Hal ini akan memperluas pandangan dari masing-masing
kelompok dan memupuk rasa kesatuan dan persatuan.
Kelemahannya dari metode ini ialah kurang baik jika dipakai dalam kelompok yang
besar. Di samping itu, informasi yang diperoleh peserta terbatas pada topik diskusi. Jika
moderator kurang terampil dalam memimpin diskusi maka akan terjerumus ke dalam masalah
lain
c.     Panel
Adalah pembicaraan yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik.
Pada diskusi panel diperlukan 3 panelis atau lebih dan seorang pemimpin diskusi atau
moderator.
Keunggulan dari metode ini ialah dapat membangkitkan pemikiran bagi para peserta dan
mendorong memberikan analisis. Dalam diskusi panel diperlukan pandangan yang berbeda-
beda.
Kelemahan dari metode ini ialah mudah tersesat ke dalam masalah lain. Selain itu tidak
semua peserta dapat mengambil bagian dalam pembicaraan. Apalagi jika panelis terlalu
banyak bicara.
d.    Studi kasus
Studi kasus ialah sekumpulan situasi masalah, termasuk detail-detail yang memungkinkan
kelompok menganalisis masalah itu.
Keunggulan dari metode ini ialah dapat disajikan secara tertulis, lisan, difilmkan, direkam
atau diceritakan. Selain itu, dapat ditugaskan sebelum diskusi dimulai.
Kelemahannya dari metode ini ialah membutuhkan keterampilan untuk menuliskan suatu
masalah. Memerlukan waktu yang lama. Sulit mencari moderator yang terampil.
e.     Metode brainstorming
Metode brainstorming adalah semacam cara pemecahan masalah, di mana anggota
mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Tidak ada
kritik, evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
Keunggulannya dari metode ini ialah dapat membangkitkan pendapat baru dan
merangsang semua anggota untuk mengambil bagian. Selain itu juga membangkitkan reaksi
berangkai dalam mengeluarkan pendapat. Menghemat waktu dan dapat dipakai pada
kelompok besar maupun kecil. Tidak memerlukan pemimpin diskusi yang hebat, di samping
itu tidak membutuhkan peralatan yang banyak.
Kelemahannya dari metode ini ialah mudah terlepas dari kontrol. Selain itu anggota
kelompok cenderung membuat evaluasi segera setelah pendapat diajukan. Terkadang tidak
semua anggota bisa menerima pendapat tersebut.

f.      Diskusi formal


Adalah metode pemecahan masalah yang sistematis, mencakup :
1)      Penyampaian permasalahan
2)      Pengumpulan data
3)      Mempertimbangkan pemecahan yang mungkin
4)      Memilih cara pemecahan yang terbaik
Keunggulannya dari metode ini ialah dapat membangkitkan pemikiran yang logis,
mendorong analisis secara menyeluruh. Prosedur yang dipakai dapat diterapkan pada
bermacam-macam problema dapat membangkitkan pemusatan pikiran pada masing-masing
peserta dan meningkatkan keterampilan dalam mengenali problema.
Kelemahannya dari metode ini ialah membutuhkan waktu yang banyak dan sulit, jika
dipakai pada kelompok yang besar. Selain itu memerlukan pemimpin yang benar-benar
terampil. Kadang sulit memperoleh hasil diskusi yang tuntas.
g.    Metode tanya jawab
Metode ini dapat dipakai pada hal-hal berikut:
1)      Menanyakan kembali pelajaran/materi yang diajarkan
2)      Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerja sama peserta didik
3)      Memimpin pengamatan dan pemikiran peserta didik
Keunggulannya adalah:
1)      Peserta didik lebih aktif karena tidak hanya mendengarkan
2)      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sehingga guru mengetahui apa
yang belum dimengerti oleh peserta didik
3)      Guru mengetahui pemahaman peserta didik terhadap apa yang telah diterangkan.
Kelemahannya adalah:
1)      Dengan tanya jawab, pembicaraan kadang-kadang menyimpang dari poko pembicaraan
2)      Membutuhkan waktu yang lebih lama.
h.    Metode kerja kelompok
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang membagi
peserta didik dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode kerja kelompok dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut ;
1)      Mengatasi kekurangan alat dan sumber belajar.
2)      Mengatasi perbedaan kemampuan belajar peserta didik.
3)      Mengatasi adanya perbedaan minat belajar peserta didik.
4)      Mengatasi tugas pekerjaan yang sangat banyak atau sangat luas.
Kelebihannya adalah:
1)      Dapat memupuk rasa kerja sama
2)      Tugas yang luas dapat diselesaikan dengan cepat
3)      Timbul persaingan yang sehat
Kekurangannya adalah:
1)      Adanya sifat-sifat seseorang yang ingin menonjol atau sebaliknya yang lemah merasa rendah
diri dan selalu bergantung kepada orang lain.
2)      Orang yang kurang cakap akan menghambat kelancaran tugas atau didominasi oleh
seseorang.

2.      Media
Media dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan sebagai berikut ;
a.       Media visual
Merupakan media yang dapat dipandang. Media ini dapat dibagi menjadi 2, di antaranya ;
1)      Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang tidak dapat dipantulkan pada
layar. Hal itu dikarenakan bahan yang dipakai tidak transparan atau tidak tembus cahaya.
Beberapa media yang termasuk jenis ini antara lain ;
a)      Gambar mati atau gambar diam
b)      Ilustrasi
c)      Karikatur
d)     Poster
e)      Bagan
f)       Diagram
g)      Grafik
h)      Peta
2)      Media visual yang diproyeksikan
Media ini dapat dipantulkan pada layar karena bahan yang dipakai tembus cahaya.
b.       Media audio
Merupakan jenis media yang hanya dapat didengar.
c.        Media audio-visual
Media ini selain dapat dilihat juga dapat didengar. Contohnya, slide suara dan televisi.
Slide suara merupakan media visual yang diiringi suara, orang sering menyebut film bingkai.
Televisi merupakan suatu media yang menampilkan gambar yang bergerak.

3.      Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala bentuk penyajian bahan atau materi yang dapat
dijadikan sumber untuk belajar. Contohnya, buku-buku, majalah, surat kabar, peta.

B.     Merancang dan Menerapkan Penggunaan Metode, Media, dan Sumber Belajar IPS SD
Kelas Tinggi Berdasarkan Pendekatan Kognitif

1.      Pengertian Pendekatan Kognitif


Pendekatan kognitif adalah suatu pendekatan yang menekankan pada kecakapan
intelektual. Aspek-Aspek yang termasuk kognitif adalah pengetahuan, Pemahaman,
Penerapan, Analisis, Sintesis dan evaluasi. Salah satu metode pembelajaran yang berdasarkan
pendekatan kognitif adalah latihan inkuiri.

2.      Cara Merancang Metode  Pembelajaran IPS SD yang Berlandaskan Pendekatan


Kognitif
Metode latihan inkuiri didasarkan atas terjadinya konfrontasi intelektual. Dalam hal
ini guru harus mampu menyajikan peristiwa-peristiwa yang membangkitkan peserta didik
untuk terjadinya konfrontasi intelektual.
Tahap-tahap penerapan metode latihan inkuiri:
1)      Menyajikan masalah
2)      Mengumpulkan data dan verifikasi data
3)      Mengumpulkan unsur baru
4)      Merumuskan penjelasan
5)      Menganalisis terhadap proses inkuiri
Dalam hal ini guru harus memperhatikan hal-hal beriku:
1)      Rencanakan waktu yang akan digunakan.
2)      Peserta didik dapat melakukan secara kelompok.
3)      Lanjutkan latihan inkuiri dengan jalan diskusi.
4)      Gunakan sumber-sumber yang sesuai masalah sebanyak-banyaknya.

3.      Menerapkan Metode Pembelajaran IPS SD yang Berlandaskan Pendekatan Kognitif


Sebagai contoh, kita ambil kurikulum sekolah dasar kelas 6 semester 2 sebagai
berikut:
1)      Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
2)      Materi Pokok
Gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
3)      Hasil belajar
a.       Membandingkan gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara-negara tetangga.
b.      Mendeskripsikan gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara-negara tetangga.
4)      Indikator
a.       Menunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia.
b.      Membandingkan ciri-ciri gejala alam Indonesia dengan negara-negara tetangga.
c.       Membandingkan ciri-ciri gejala sosial Indonesia dengan negara-negara tetangga.
d.      Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.

Setelah memahami hal-hal di atas, maka langkah selanjutnya adalah:


1)      Menyajikan Masalah
Guru mengajukan masalah dengan pertanyaan, “Bagaimana gejala alam dan sosial di
Indonesia jika dibandingkan dengan negara tetangganya?
2)      Menumpulkan Data dan Verifikasi Data
Peserta didik mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku-buku, internet, surat
kabar yang berkaitan dengan masalah yang dirumuskan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengkaji situasi gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga sehingga
peserta didik memahami situasi secara objektif. Pada tahap verifikasi data ditanyakan situasi,
kondisi dan objek secara sistematis.

3)      Mengumpulkan Unsur Baru


Guru dan peserta didik mencocokkan secara langsung antara informasi dengan rumusan
masalah yang dirumuskan dan menemukan unsur-unsur  baru yang dapat digunakan untuk
menjawab masalah.
4)      Merumuskan Penjelasan
Guru membantu peserta didik dalam merumuskan penjelasan untuk menjawab atas masalah
secara mendetail, rapi dan sistematis.
5)      Menganalisis Proses Inkuiri
Peserta didik menganalisis pola-pola penemuannya dan peserta didik menilai efektivitas
proses inkuiri yang dilakukan. Kemudian, memperbaiki kekurangan yang ada.
Penerapan penggunaan metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan kognitif
ini pada dasarnya dimulai konfrontasi intelektual dan diakhiri dengan penemuan
jawaban  atas masalah secara ilmiah melalui metode-metode ilmiah. Kegiatan ini
menekankan pada kemampuan intelektual melalui mengorganisasikan data, merumuskan
masalah, membangun konsep dan merumuskan pernyataan atas masalah yang ada.

C.    Merancang dan Menerapkan Penggunaan Metode, Media, dan Sumber Belajar IPS SD
Kelas Tinggi Berdasarkan Pendekatan Sosial

1.      Pengertian Pendekatan Sosial


Pendekatan sosial mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat dan
memusatkan perhatian kepada proses sosial yang merupakan negosiasi sosial.
Pendekatan sosial berangkat dari dua asumsi; pertama masalah-masalah sosial
diidentifikasi atas dasar kesepakatan yang diperoleh dalam proses sosial dan menggunakan
prinsip sosial pula. Kedua, proses-proses sosial yang demokratis perlu perlu dikembangkan
untuk memperbaiki masyarakat dalam arti seluas-luasnya dan terus menerus. Berdasarkan
dua asumsi di atas, maka konsekuensi penggunaan metode pembelajaran IPS SD harus
membebani peserta didik untuk mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat,
yang pada gilirannya kelak akan mampu membangun masyarakat dan mampu mengadakan
hubungan antar pribadi.

2.      Cara merancang metode  pembelajaran IPS SD yang berlandaskan pendekatan Sosial


Tahap-tahap penerapan metode latihan inkuiri:
1.      Tahap orientasi
2.      Tahap hipotesis
3.      Tahap definisi
4.      Tahap eksplorasi
5.      Tahap pembuktian hipotesis
6.      Tahap generalisasi

3.      Menerapkan Metode Pembelajaran IPS SD yang Berlandaskan Pendekatan Sosial.


Sebagai contoh kita ambil kurikulum Sekolah dasar kelas V semester 2 sebagai
berikut:
1)      Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami keadaan penduduk dan pemerintahan di Indonesia.
2)      Materi Pokok
Penduduk dan sistem pemerintahan di Indonesia.
3)      Hasil belajar
a.       Mengidentifikasi keadaan penduduk di Indonesia.
b.      Mendeskripsikan peran dan tanggung jawab pemerintah.
4)      Indikator
a.       Menjelaskan perkembangan jumlah penduduk, penggolongan, persebaran dan kepadatan
penduduk di Indonesia.
b.      Menginterpretasi berbagai grafik penduduk.
c.       Menjelaskan permasalahan penduduk di Indonesia.
d.      Mengidentifikasi bentuk, sebab dan akibat perpindahan penduduk yang terjadi di Indonesia.
e.       Menguraikan pengertian pemerintahan, pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat.
f.       Menjelaskan sistem pemerintahan demokrasi.
g.      Memberi contoh tugas dan tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat.

Setelah memahami hal-hal di atas maka langkah selanjutnya adalah:


1)      Tahap orientasi
Peserta didik dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan masalah yang berkaitan
dengan jumlah penduduk yang meledak, persebaran penduduk yang tidak merata dan
kepadatan yang tinggi. Salah satu akibatnya adalah munculnya masalah sosial yaitu
kemiskinan. Rumusan masalahnya adalah: “ Faktor-faktor apa yang menyebabkan
kemiskinan di suatu daerah?”. Jadi masalah pokoknya adalah terjadinya kemiskinan.
2)      Tahap Hipotesis
Peserta didik dengan bantuan guru menyusun hipotesis, yaitu:
a.       Kondisi fisik suatu daerah mempunyai hubungan dengan terjadinya kemiskinan.
b.      Kualitas sumber daya manusia mempunyai hubungan dengan terjadinya kemiskinan.
3)      Tahap Definisi
Peserta didik membahas pengertian dari istilah-istilah yang ada dalam hipotesis:
a.       Kondisi fisis adalah keadaan lingkungan alam yang mempunyai pengaruh terhadap peri
kehidupan manusia, misalnya keadaan sumber daya alam pada suatu daerah.
b.      Kualitas sumber daya manusia adalah derajat kemampuan manusia untuk mengolah sumber
daya alam yang ada dengan teknologi yang dimiliki.
c.       Kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
struktural/buatan. Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan sebagai akibat
terbatasnya sumber daya alam atau daya dukung sumber daya alam terhadap kehidupan
manusia rendah. Kemiskinan struktural/buatan adalah kemiskinan yang ditimbulkan sebagai
akibat perubahan ekonom, teknologi dan pembangunan itu sendiri. Atau karena kelembagaan
yang ada menyebabkan sebagian masyarakat tidak memperoleh kesempatan yang sama untuk
menguasai sumber daya sehingga menjadi miskin.
4)      Tahap Eksplorasi
Peserta didik mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan mengembangkan
hipotesis dengan implikasinya serta asumsi-asumsi yang mendasarinya.
5)      Tahap Pembuktian
Peserta didik melakukan pembuktian dengan jalan melakukan pengumpulan data melalui
metode-metode pengumpulan data melalui metode-metode yang sesuai dengan masalah yang
dibahas. Setelah data lengkap, kemudian diadakan analisis data dan dihubungkan dengan
hipotesisnya untuk dipastikan apakah hipotesis itu diterima atau tidak.
6)      Tahap Generalisasi
Peserta didik dengan bantuan guru menyusun pernyataan terbaik sebagai jawaban atas
masalah yang dibahas, yaitu:
a.       Kondisi fisik yang jelek akan mendukung terjadinya kemiskinan di suatu daerah.
b.      Kualitas sumber daya manusia yang mendukung terjadinya kemiskinan di suatu daerah.

D.          Merancang dan Menerapkan Penggunaan Metode, Media, dan Sumber Belajar IPS SD
Kelas Tinggi Berdasarkan Pendekatan Personal

1.      Pengertian Pendekatan Personal


Pendekatan Personal ini lebih menekankan pada proses yang membantu  individu
dalam membentuk dan mengorganisasikan kenyataan-kenyataan yang kompleks. Keadaan
emosional peserta didik perlu diperhatikan agar peserta didik dapat mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungan.
Melalui pendekatan personal peserta didik diharapkan dapat melihat diri pribadi dan
sebagai pribadi yang berada di tengah-tengah kelompok. Setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu perlu adanya sikap dan perlakuan
yang berbeda kepada setiap individu

2.      Cara merancang metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal


Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal yang akan
dipilih sebagai contoh adalah metode pertemuan kelas. Metode ini berdasarkan pada teori
Glasser yang mempunyai dua asumsi,pertama,bahwa manusia itu mempunyai dua kebutuhan
dasar yaitu cinta dan harga diri. Kedua, kebutuhan tersebut berakar dalam hubungan antar
manusia. Masalah individu muncul apabila ia tidak dapat memenuhi dua kebutuhan pokok.
Metode pertemuan kelas,dilihat dari fokus pembicaraan dalam diskusi menurut
Glasser dibedakan menjadi tiga tipe:
1.      Tipe Pertemuan Pemecahan Masalah Sosial
Dalam pertemuan ini peserta didik berusaha mengembangkan tanggung jawab untuk belajar
dan berperilaku dengan jalan memecahkan masalahnya di dalam kelas.
2.      Tipe Pertemuan Terbuka
Guru memulai pertemuan dengan pertanyaan ”apa yang menarik perhatian kalian?”. Peserta
didik diberi kebebasan dalam memikirkan dan menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik
berinisiatif untuk berdiskusi dengan memunculkan suatu topik yang menarik berdasarkan
pengalamannya.
3.      Tipe Pertemuan Terarah dan Terbuka
Pada dasarnya sama dengan tipe kedua ,akan tetapi permasalahannya diarahkan kepada hal-
hal yang sedang dipelajari peserta didik.

Beberapa pedoman guru dalam menerapkan metode pertemuan kelas antara lain :
1.      Guru mengarahkan  interaksi dalam kegiatan belajar mengajar.
2.      Kepemimpinan guru sebagai penengah.
3.      Dalam tahapan tertentu guru harus mendorong peserta didik untuk berinisiatif.
4.      Guru mengembangkan hubungan yang sangat , menarik dan sensitif.
5.      Guru mendorong  peserta didik untuk bertanggung jawab mendiagnosis perilaku sendiri dan
menolak perilaku yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6.      Guru secara keseluruhan  mengidentifkasikan, memilih dan menaati alternatif perilaku.
7.      Guru harus mampu menciptakan iklim  terbuka dan mengendalikan kelompok untuk menilai
perilaku, mengambil kesepakatan dan menilai tindak lanjut.

Langkah-langkah penerapan metode pertemuan kelas :


1.      Menciptakan iklim yang mengandung keterlibatan guru berupaya untuk  menciptakan iklim
yang mengundang keterlibatan peserta didik.
2.      Menyajikan masalah untuk diskusi.
3.      Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi
4.      Mengidentifikasikan alternatif tindakan.
5.      Merumuskan kesepakatan.
6.      Perilaku tindak lanjut

3.      Menerapkan  metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan pendekatan personal


Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas V semester 1, sebagai
berikut:
1.      Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh-tokoh
Pergerakan Nasional.
2.      Materi Pokok
Perjuangan melawan penjajah dan Pergerakan Nasional Indonesia.
3.      Hasil belajar
a.       Mengidentifikasi tokoh-tokoh penting Pergerakan Nasional dan tokoh-tokoh perjuangan
setempat.
b.      Mengidentifikasi peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan
Indonesia.
4.      Indikator
a.       Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh-tokoh penting Pergerakan Nasional (misal R. A.
Kartini, Dewi Sartika, Ki Hajar Dewantoro, Douwes Dekker).
b.      Membuat laporan tentang tokoh pejuang yang ada di provinsinya.
c.       Menceritakan peristiwa Sumpah Pemuda.
d.      Menceritakan peranan masing-masing tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928.
e.       Menceritakan peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan Indonesia.

Setelah memahami hal-hal di atas, maka langkah selanjutnya adalah :


1.      Menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan.
Guru dalam iklim tahap ini berusaha mendorong peserta didik berperan serta dan berbicara
mengenai Sumpah Pemuda. Guru menyeleksi pendapat-pendapat peserta didik mengenai
Sumpah Pemuda tanpa celaan dan penilaian. Peserta didik diberi kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya.
2.      Menyajikan masalah untuk diskusi.
Penyajian masalah dapat berasal dari guru dan peserta didik dalam bentuk pertentangan
sederhana mengenai sumpah pemuda. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan guru adalah:
a.       Memberikan pembenaran perilaku peserta didik;
b.      Turut campur tangan jika peserta didik cenderung ke arah mencela dan mengkritik.
c.       Menugasi kelompok untuk menjelaskan sumpah pemuda.
Kemudian, guru dan peserta didik mengidentifikasi norma-norma sosial dari peristiwa
Sumpah Pemuda yang dapat dijadikan contoh yang baik bagi pembentukan sikap peserta
didik dalam menghadapi masalah-masalah sosial.
3.      Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi.
Untuk dapat membuat pertimbangan nilai pribadi, peserta didik harus mengidentifikasi nilai-
nilai yang terkandung dalam peristiwa Sumpah Pemuda. Nilai-nilai tersebut adalah berikut
ini:
a.       Nilai kebersamaan untuk mencapai tujuan luhur.
b.      Nilai persatuan dan kesatuan bangsa.
c.       Nilai kebulatan tekad untuk mencapai kemerdekaan.
d.      Nilai menghargai pendapat dan karya orang lain.
4.      Mengidentifikasi alternatif tindakan.
Pesta didik menunjukkan nilai-nilai dari peristiwa Sumpah Pemuda. Kemudian, peserta didik
menyeleksi untuk dijadikan alternatif tindakan dalam memecahkan masalah sosial sehari-
hari. nilai-nilai yang ditemukan itu merupakan suatu hasil penggalian dari Sumpah Pemuda
yang dapat digunakan untuk menyikapi masalah-masalah sosial.
5.      Merumuskan kesepakatan
Peserta didik merumuskan  dan menyepakati sikap dan perilaku serta menaatinya.
6.      Perilaku tindak lanjut
Peserta didik menilai efektivitas perilaku baru yang diperoleh dan memperkuatnya untuk
tindakan-tindakan mendatang.
Penggunaan  metode pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan personal itu
dititikberatkan pada usaha penggalian nilai-nilai peristiwa yang terjadi,kemudian peserta
didik menyeleksi dan mencoba untuk menerapkannya dalam menyikapi masalah sosial yang
ada.

E.     Merancang dan Menerapkan Penggunaan Metode, Media, dan Sumber Belajar IPS SD
Kelas Tinggi Berdasarkan Pendekatan Modifikasi Perilaku

1.      Pengertian Pendekatan Modifikasi Perilaku


Pendekatan modifikasi perilaku adalah suatu pendekatan yang menitik beratkan
adanya kecenderungan untuk memecahkan tugas belajar-mengajar menjadi sejumlah perilaku
nyata dan sistematis.
Rumpun pendekatan perilaku:
a.       Pendekatan pengelolaan kontingensi
b.      Pendekatan mawas diri
c.       Pendekatan relaksasi
d.      Pendekatan reduksi stres
e.       Pendekatan assertive Training
f.       Pendekatan direct Training

2.      Cara merancang metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan Modifikasi


Perilaku
Salah satu pendekatan modifikasi perilaku adalah pendekatan mawas diri atau model
mengejar pengenalan diri. Pembelajaran dengan pendektan mawas diri melalui tahapan
sebagai berikut:
1.      Tahap pengenalan prinsip tingkah laku
2.      Tahap menetapkan data dasar
3.      Tahap menyiapkan program yang realistis
4.      Tahap pelaksanaan program
5.      Tahap evaluasi dan tindak lanjut

3.      Menerapkan metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan Modifikasi Perilaku


Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas V semester 2, sebagai
berikut:
1.      Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh-tokoh
Pergerakan Nasional.
2.      Materi Pokok
Pendudukan Jepang di  Indonesia.
3.      Hasil belajar
Mendeskripsikan pendudukan Jepang di  Indonesia.
4.      Indikator
a.       Menceritakan pendudukan Jepang di Indonesia.
b.      Menceritakan sebab dan akibat pergerakan tenaga romusa oleh Jepang terhadap penduduk
Indonesia.
5.      Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah mempelajari kompetensi dasar, materi pokok, hasil belajar dan indikator, guru dapat
menjelaskan materi tersebut dengan cara yang mudah diterima. Pada saat menjelaskan materi
tersebut guru dapat memberikan penilaian terhadap penjajah Jepang. Khususnya apa yang
menguntungkan dan merugikan bagi penduduk. Hal itu agar peserta didik dapat menilai
secara obyektif akibat penjajahan Jepang. Selain itu guru perlu mengomunikasikan sebab dan
akibat pergerakan tenaga romusa oleh Jepang terhadap penduduk Indonesia.

F.     Merancang dan Menerapkan Penggunaan Metode, Media, dan Sumber Belajar IPS SD
Kelas Tinggi Berdasarkan Pendekatan Ekspositori

1.      Pengertian Pendekatan Ekspositori


Pendekatan ekspositori adalah pendekatan yang menekankan pada pengolahan materi
pelajaran yang telah jadi atau siap disampaikan kepada peserta didik.
Pendekatan ekspositori guru berperan sebagai penyampai materi pelajaran,
membimbing dan mengarahkan kegiatan kepada peserta didik serta mendukung dan
memperkuat informasi agar dipelajari peserta didik.

2.      Cara merancang metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan Ekspositori


Metode ceramah sebagai contoh pendekatan ekspositori memiliki kelemahan sebagai
berikut:
1.      Kurang di berikan kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi memecahkan masalah
sehingga daya serap siswa kurang tajam.
2.      Kadang kadang pertanyaan atau penjelasan lisan sukar di tangkap. Apa lagi jika
menggunakan kata kata asing
3.      Kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik antuk mengembangkan kecakapannya
untuk mengeluarkan pendapat.
4.      Kurang cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya masih kurang.
5.      Dapat menimbulkan kebosanan peserta didik yang verbalisme.

Metode ceramah dapat di gunakan apabila terhadap hal hal berikut ini.
1.      Bahan  ceramah yang akan di berikan jumlahnya \volumenya sanggat banyak.
2.      Banyak atau materi yang akan di erik merupakan bahan baru.
3.      Para pesta didik dapat memahami informasi  melalui kata kata.

Langkah-langkah melaksanakan metode ceramah:


1.      Melakukan kegiatan pendahuluan.
2.      Menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor:
a.       Perhatian peserta didik.
b.      Menjelaskan materi pelajaran.
c.       Kegiatan pembelajaran harus bervariasi.
d.      Umpan balik dari siswa untuk guru.
e.       Motivasi perlu selalu ditimbulkan.
3.      Menutup pelajaran.

3.      Menerapkan metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan Ekspositori


Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas 6 semester 2, sebagai
berikut:

1.      Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
2.      Materi Pokok
Gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
3.      Hasil belajar
a.       Membandingkan gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara-negara tetangga.
b.      Mendeskripsikan gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara-negara tetangga.

4.      Indikator
a.       Menunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia.
b.      Membandingkan ciri-ciri gejala alam Indonesia dengan negara-negara tetangga.
c.       Membandingkan ciri-ciri gejala sosial Indonesia dengan negara-negara tetangga.
d.      Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.

Setelah memahami hal-hal di atas, maka langkah selanjutnya adalah:


1.      Melakukan kegiatan pendahuluan.
a.       Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b.      Mengemukakan pokok-pokok materi.
c.       Memberikan apresiasi. Misalnya guru bertanya: siapa yang pernah mencari kota Bangkok
dan Singapura dalam peta? Di negara apa kota Bangkok dan Singapura? Selanjutnya, guru
menjelaskan letak kota Bangkok dan Singapura.
2.      Menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor:
Untuk menyajikan materi, guru menggunakan peta Asia Tenggara. Dijelaskan letak negara-
negara di Asia Tenggara dan ibu kotanya masing-masing. Setelah itu dijelaskan ciri-ciri
gejala alam di Indonesia dibandingkan dengan gejala alam di negara-negara Asia Tenggara
yang lain. Setelah itu dijelaskan juga ciri-ciri gejala sosialnya.
3.      Menutup pelajaran.
a.       Membuat kesimpulan.
b.      Memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya atau menanggapi materi yang telah
diajarkan.
c.       Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut.
BAB III
KESIMPULAN

Pendekatan kognitif menekankan pada bagaimana individu merespons rangsangan


yang datang dengan menggunakan kemampuan intelektual yaitu melalui mengorganisasikan
data, merumuskan masalah dan membangun konsep untuk memecahkan masalah dengan
simbol-simbol verbal dan nunverbal.
Pendekatan sosial menekankan kecakapan individu yang berhubungan dengan orang
lain (masyarakat), dan memusatkan perhatian pada gejala-gejala sosial yang muncul. Metode
inkuiri sosial tepat untuk mengkaji gejala-gejala sosial. Metode inkuiri sosial memungkinkan
peserta didik berpikir dan mencari fakta-fakta, informasi atau data yang mendukung
pembuktian hipotesis.
Pendekatan personal adalah suatu pendekatan yang menekankan pada usaha
membantu peserta didik untuk mengembangkan dan pembentukan sikap. Salah satu contoh
pendekatan personal adalah metode pertemuan kelas.
Pendekatan modifikasi perilaku adalah cara mengajar yang bertujuan mengusahakan
terjadinya perilaku peserta didik.
Pendekatan ekspositori menitikberatkan pada peranan guru dalam pengolahan dan
penyampaian materi pelajaran yang telah siap diterima oleh siswa. Salah satu contoh
pendekatan eskpositori adalah metode ceramah.

DAFTAR PUSTAKA

Sardjijo, dik. (2017). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


Ahmadi, Abu. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Daradjat, Zakiah. (1984). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. (1989). Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Jamaludin, Syarif. (2002).  Strategi belajar mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (1989).  Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung : Algensindo.

Sutikno, M.Sobry. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prosfect.

Syah, Muhibbin. (2002). Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.
W.J.S. Poerwadarminta. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:   Balai
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai