Kelompok : 9 (Sembilan)
Kelas : 4D
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Metode, Media,
dan Model Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di Sekolah Dasar” ini
dengan tepat waktu. Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan masukan dan bahan
pertimbangan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bapak Hermiyanzi dan Bapak Hariyanto selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Inklusi yang telah memberikan penulis tugas sebagai tambahan
pengetahuan dalam makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan juga para pembaca
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metode, Media, dan Model Pembelajaran ?
2. Bagaimana Metode Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di
Sekolah Dasar ?
3. Bagaimana Media Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di
Sekolah Dasar ?
4. Bagaimana Model Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di
Sekolah Dasar ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Metode, Media, dan Model Pembelajaran
2. Mengetahui Metode Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di
Sekolah Dasar
3. Mengetahui Media Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di
Sekolah Dasar
4. Mengetahui Model Pembelajaran yang tepat bagi anak kelas rendah di
Sekolah Dasar
1
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Ceramah yaitu cara penyampaian bahan belajar secara lisan yang
dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar.. Metode ceramah
menurut Hasibuan dan Moedjiono (1993:13) menjelaskan bahwa: Metode
ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi
lisan. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah merupakan
seuatu cara belajar-mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara
monologue sehingga pembicaraan bersifat satu arah. Metode ini
merupakan yang paling banyak digunakan dalam kesempatan
penyampaian informasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini
diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau
menyampaikan pesan kepada orang lain.
2
a. Kelemahan dari metode ini adalah siswa cenderung pasif, dan
kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, karena
siswa menganggap semua informasi yang didapatkan hanya dari
pengajar sehingga ada keterbatasan dari siswa untuk lebih
memperluas informasi yang diberikan pengajar dengan metode
tersebut.
Metode outdoor study atau metode di luar kelas adalah metode dimana
guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa
langsung dilapangan dengan tujuan mengakrabkan siswa dengan
lingkungannya. Melalui outdoor study lingkungan luar kelas dapat
digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai
motivator artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif,
kreatif dan akrab dengan lingkungan.
3
a) Pembelajaran di ruang terbuka memberi anak kebebasan untuk
belajar dengan menggunakan semua indra, dan dapat
mendorong pola pikir kreatif dan imajinatif.
b) Pembelajaran di ruang terbuka membantu memperbaiki
kemampuan belajar, prilaku dan pemahaman anak di dalam
kelas .
c) Dapat menumbuhkan rasa senang, percaya diri, harga diri,
pengendalian diri dan motivasi terhadap objek tertentu.
d) Memberikan masukan terhadap program sekolah.
e) Mendekatkan siswa dengan lingkungan sehingga dapat
memberikan pengalaman belajar yang kuat, praktis.
3. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata
simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation
artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja) Hasibuan dan
Moedjiono (2008: 27). Sedangkan menurut Hamalik dalam Taniredja, dkk
(2011: 40) simulasi adalah suatu teknik yang digunakan dalam semua
sistem pengajaran, terutama dalam desain instruksional yang berorientasi
pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-latihan ketrampilan menuntut
praktik yang dilaksanakan di dalam situasi kehidupan nyata (dalam
pekerjaan tertentu), atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri
situasi kehidupan senyatanya. Latihan latihan dalam bentuk simulasi pada
4
dasarnya berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Metode Diskusi
b. Kelemahan Diskusi
5
c) Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan
diskusi kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara
melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi
menjadi tanya jawab.
5. Metode Demonstrasi
6
menyederhanakan proses pembelajaran dan menjadikannya lebih mudah
dipahami dalam tindakan saat proses pembelajaran berlangsung. Model
pembelajaran berperan penting dalam mengisi kegiatan pembelajaran.
Guru harus mengaitkan model-model pembelajaran pada materi yang akan
diajarkan kepada siswa.
7
1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pembelajaran
pada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang
harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
2. Mereview pengetahuan dan keterampilan persyarat. Tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Fase ini, guru menyampaikan
materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh,
mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan –pertanyaan untuk menilai tingkat
pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap
ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu
atau kelompok.
8
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua
kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil
pembahasannya.
9
pendapat, dan mengolah informasi yang di dapat maupun dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah model pembelajaran jigsaw
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.
2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topic yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-
masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam
kelompok ahli.
4. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengitegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai
dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan
dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
pembelajaran oleh para pembaca, dan kepada semua pihak yang membaca
makalah ini kiranya dapat memberi masukan, kritik, dan saran yang
sifatnya membangun guna perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M., Chamalah, E., Wardani, O. P., & Gunarto, H. (2013). Model dan
metode pembelajaran. Semarang: Unissula.
12