Anda di halaman 1dari 43

JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-model Pembelajaran


BSI

Dosen Pengampu:
Maulida Tifani Alfin N.H, M.Pd

Oleh :

Tri Wahzuni Hidayatul Umroh (02.1.2020.0025)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BILLFATH LAMONGAN

2021/2022
1. Metode Ceramah
merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal
ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik
dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang
berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar.

Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan:


a. Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.

Kelemahan metode ceramah:


1) Monoton dan membosankan
2) Informasi hanya satu arah, yaitu dari guru ke siswa
3) Siswa menjadi tidak aktif karena pembelajaran didominasi oleh guru
4) Umpan balik (feed back) jadi relatif rendah
5) Kurang melekat pada ingatan siswa
6) Tidak mengembangkan kreatifitas siswa

Langkah - langkah metode ceramah:


1). Membangun minat:
a. Awali dengan cerita atau gambar (visual) yang dapat menarik perhatian siswa terkait dengan
materi yang akan disampaikan.
b. Ajukan kasus atau masalah yang berkaitan dengan materi yang akan diceramahkan
c. Ajukan pertanyaan
2). Memaksimalkan pemahaman dan Ingatan
a. Berikan kata-kata kunci pada poin utama untuk membantu ingatan
b. Berikan contoh dan analogi: kemukakan ilustrasi kehidupan nyata dsalam ceramah tersebut
c. Gunakan alat Bantu visual seperti transparansi, hand out singkat dan demonstrasi
3). Melibatkan siswa dalam ceramah
a. Beri siswa kesempatan menjawab pertanyaan dan memberi contoh.
b. selingi presentasi dengan aktivitas singkat untuk memperjelas poin-poin yang disajikan
4). Memberi daya penguat ceramah
a. Ajukan masalah untuk diselesaikan dengan didasarkan pada informasi yang diberikan waktu
ceramah.
b. Suruh siswa saling me-review isi ceramah satu dengan yang lain, atau beri mereka review tes
dengan memberi skor tersendiri.

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu
topik atau pokok pernyataan atau masalah dimana para peserta diskusi berusaha untuk mencapai
suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan terhadap suatu
masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Kelebihan metode diskusi:
1) Membantu siswa berpikir atau berlatih berpikir dalam disiplin ilmu tertentu.
2) Membantu siswa belajar menilai logika, bukti, dan argumentasi (hujjah), baik pendapatnya
sendiri maupun pendapat orang lain.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memformulasikan penerapan prinsip-prinsip
tertentu.
4) Membantu siswa menyadari dan mengidentifikasi proplem dari penggunaan informasi dari
buku rujukan.
5) Memanfaatkan keahlian (sumber belajar) yang ada pada anggota kelompok.

Kelemahan metode diskusi:


1) Melibatkan partisipasi siswa dalam diskusi
2) Membuat siswa sadar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
3) Mengatasi reaksi emosional siswa
4) Memimpin diskusi tanpa banyak melakukan intervensi
5) Membuat struktur diskusi, mulai dari pengantar sampai dengan simpulan

langkah-langkah metode diskusi:


1) Mengungkapkan kembali (memarafrasekan) apa yang dikatakan oleh seorang siswa
2) Mengecek pemahaman guru tentang apa yang dikatakan siswa
3) Memberi pujian atau komentar yang lebih mencerahkan.
4) Mengelaborasi kontribusi siswa dengan memberi contoh
5) Memacu diskusi dengan mempercepat tempo, menggunakan humor atau kalau perlu
mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi.
6) Menolak ide siswa dengan santun untuk merangsang diskusi tetap berjalan.
7) Menengahi perbedaan pendapat antara siswa
8) Menarik ide-ide yang berkembang dan menunjukkan hubungan di antara ide-ide tersebut.
9) Mengubah proses diskusi dengan mengganti cara partisipasi peserta diskusi 10)Meringkas
atau mencatat bila diperlukan, ideide penting yang berkembang dalam diskusi di kelas.

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk menjajaki sejauh
mana siswa telah memiliki pengetahuan dasar mengenai materi yang akan dipelajari,
memusatkan perhatian siswa serta melihat sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh siswa.

Kelebihan metode tanya jawab terletak pada:


1) Suasana kelas lebih hidup karena murid-murid berpikir aktif.
2) Sangat positif untuk melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat secara lisan dan
teratur.
3) Siswa yang biasanya malas memperhatikan menjadi lebih hati-hati dan sungguhsungguh
mengikuti pelajaran

Kelemahan metode tanya jawab:


1) Apabila terjadi perbedaan pendapat/jawaban maka akan terjadi perdebatan sengit
2) Kemungkinan timbul penyimpangan dari pokok persoalan
3) Memakan waktu yang lama untuk merangkum bahan pelajaran.

Langkah-langkah metode tanya jawab:


1) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan apersepsi
2) Guru mengajukan pertanyaan keseluruh siswa
3) Guru memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban
4) Tanya jawab harus berlangsung dalam suasana tenang
5) Pertanyaan dapat ditujukan pada seorang siswa atau seluruh kelas
6) Guru mengusahakan agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh
guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan.Metode Demonstrasi sangat efektif digunakan untuk mengajarkan materi yang
menekankan keterampilan, prosedur langkah demi langkah, tindakan, misalnya proses
mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lainnya, atau melihat/mengetahui
kebenaran sesuatu.
Metode Demonstrasi memiliki kelebihan:
1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme.
2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3) Pembelajaran menjadi lebih menarik, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat
peristiwa yang terjadi.
4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri.
5) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kekurangan metode demonstrasi:


1) Memerlukan waktu yang lama
2) Apabila terjadi kekurangan mediametode demonstrasi menjadi kurang efisien
3) Memerlukan biaya yang cukup mahal
4) Memerlukan tenaga yang banyak

Langkah-langkah demonstrasi adalah sebagai berikut:


1) Menentukan prosedur dan perangkat yang terkait materi yang dipelajari.
2) Meminta siswa menyaksikan guru memperagakan kegiatan.
3) Meminta siswa untuk berlatih melakukan keterampilan yang diperagakan guru.
4) Melakukan latihan tahap demi tahap
5) Membuat kesimpulan bersama siswa

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


5. Metode Eksperiment (Percobaan)
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya.

Kelebihan metode eksperimen:


1) menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah pada siswa
2) memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri
3) dapat mengembangkan sikap dan prilaku kritis
4) membina siswa untuk menghasilkan terobosan baru

kekurangan metode eksperimen:


1) memerlukan peralatan percobaan yang lengkap
2) dapat menghambat laju pembelajaran, apabila penelitian berlangsung lama
3) menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam
penelitian

langkah-langkah metode eksperimen:


 langkah awal
1) mempersiapkan alat dan bahan
2) menetapkan metode eksperimen serta tujuan yang ingin dicapai
3) guru mengadakan uji eksperimen sebelum memberi tugas kepada siswa
4) guru menyediakan lembar kerjauntuk siswa melakukan eksperimen
 pelaksanaan
1) guru mendiskusikan mengenai prosedur, alat dan bahan serta hal-hal penting mengenai
eksperimen kepada seluruh siswa
2) guru membimbing, membantu, sekaligus mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa
3) siswa membuat kesimpulan dan laporan dengan lengkap sesuai dengan lembar kerja yang
dibagikan oleh guru

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


6. Metode Study Tour (Karya Wisata)
Metode Study Tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak siswa
mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat
laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh
pendidik.
Metode karyawisata memiliki Kelebihan sebagai berikut:
1) Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata
dalam pengajaran.
2) Membuat bahan yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan
yang ada di masyarakat.
3) Pengajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak

Metode karyawisata juga memiliki kekurangan sebagai berikut:


1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
2) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
3) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan
unsur studinya terabaikan
4) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan
5) Biayanya cukup mahal
6) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan
anak didik

Langkah-langkah metode karyawisata:


 Tahap perencanaan
1) Merumuskan tujuan karyawisata
2) Menetapkan objek wisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
3) Menetapkan lamanya karyawisata
4) Menyusun rencana belajar peserta didik selama karyawisaya
5) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disiapkan
 Tahap pelaksanaan
Dalam fase ini yaitu pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan bimbingan
guru. Kegiatan ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan
di atas
 Tindak lanjut
Pada akhir karyawisata peserta didik diminta laporannya baik lisan atau tertulis yang
merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karya wisata.

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


7. Model Student Team Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Univesitas John
Hopkin. Menurut Slavin (2007) model STAD ( Student Team Achievement Division) merupakan
variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknik dan banyak
subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Keunggulan dan Kelemahan STAD.
a) Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai
rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
b) Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan
pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan
bersamasama.
c) Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yangtinggi menambah
harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
d) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk
mencapai hasil yang lebih tinggi.
e) Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya.
Pembentukan kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar
bekerja sama.
Disamping itu, Soewarso (1998) mengulas beberapa kendala dan kelemahan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.
a) Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar
mandiri.
c) Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d) Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.
e) Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah menyulitkan bagi guru
untuk melaksanakannya.
f) Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan
mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-
gaya mengajar berbeda.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD


a) Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
untuk belajar.
b) Pembagian kelompok
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang
memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis
kelamin, rasa atau etnik.
c) Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari.
d) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok
e) Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari
f) Penghargaan Prestasi Tim

Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center Sidoarjo
8. Model Jigsaw Learning (Belajar Model Gergaji)

Jigsaw Learning adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan Jigsaw adalah
mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar koopenatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua
materi sendirian.
Strategi ini menarik digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materti tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan
kepada orang lain.
Kelebihan:
a. Meningkatkan hasil belajar;
b. Meningkatkan daya ingat;
c. Dapat digunakan mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;
d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu);
e. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;
f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
g. Meningkatkan sikap positif guru;
h. Meningkatkan harga diri anak;
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

Kekurangan:
Perbedaan persepsi siswa dalam memahami suatu konsep
Siswa cenderung sulit meyakinkan siswa lain bila percaya diri yang dimiliki siswa tersebut
kurang
Guru cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk merekap hasil belajar siswa berupa
nilai dan kepribadian siswa
Membutuhkan waktu yang lama dalam menguasai model pembelajaran ini
Cenderung sulit dilakukan apabila jumlah siswa lebih banyak

Langkah-langkahnya:
1. Pilihlah materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian)
2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen materi yang ada.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-
beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa
yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-
persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi.

Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center Sidoarjo

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo


Putra, Davi Sulaiman. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar Chest Pass Pada Permainan Bola Basket. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan
Kesehatan. Vol. 2 No.3
9. Model Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran berbasis masalah ini merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Realistik dengan kehidupan siswa
2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3. Memupuk sifat inquiry siswa
4. Retensi konsep jadi kuat
5. Memupuk kemampuan problem solving.
Kelemahan:
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks
2. Sulitnya mencari problem yang relevan
3. Sering terjadi miss-konsepsi
4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Trianto (2010: 98)
sebagai berikut:
1. Orientasi siswa kepada masalah => guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar => guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok => guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya => guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
untuk berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah => guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
10. Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan)
Menurut Zaini (2008: 67)) model pembelajaran Index Card Match (mencari pasangan) adalah
model pembelajaran yang cukup menyenangkan, digunakan untuk mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya. Materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan catatan peserta didik diberi
tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga peserta didik ketika
masuk ruangan kelas sudah memiliki bekal pengetahuan.
Handayani (2009: 1) menyatakan bahwa terdapat kelebihan dan dan kelemahan pada model
pembelajaran Index Card Match:
Kelebihan:
1. Menumbuhkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.
2. Materi pembelajaran yang disampaikan dapat lebih menarik perhatian peserta didik.
3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
4.Mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar.
5.Penilaian dapat dilakukan bersama pengamat/observer dan pemain (peserta didik).
6.Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat menguatkan topik/konsep yang hendak diulang
maupun topik yang baru.
Kelemahan:
1. Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugas dan presentasi.
2. Guru harus membuat persiapan yang matang dengan waktu yang lebih lama
3. Menuntut sifat tertentu dari peserta didik untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
4. Suasana kelas menjadi ”gaduh” sehingga dapat mengganggu kelas lain.
5. Kurang efektif apabila satu kelas peserta didiknya banyak (gemuk).

Langkah–langkah dalam model pembelajaran Index Card Match (mencari pasangan)


menurut Zaini (2008: 67) sebagai berikut:
1. Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah peserta
2. Didik yang ada di kelas.
3. Kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama.
4. Pada separuh kertas, ditulis pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
5. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
6. Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan
7. Pertanyaan yang sudah dibuat.
8. Sebelum dibagikan, kartu dikocok terlebih dahulu sehingga akan
9. Tercampur antara soal dan jawaban.
10. Setiap peserta didik diberi satu kartu. Guru menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan. Separoh peserta didik mendapat soal dan separohnya lagi akan mendapat
jawaban.
11. Mintalah peserta didik untuk mencari dan menemukan pasangan
12. Mereka. Jika sudah ada yang menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk/berdiri
berdekatan. Terangkan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada
peserta didik yang lain.
13. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk/berdiri berdekatan, minta
setiap pasangan bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-
teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
14. Akhiri pembelajaran ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
11. Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC
Pengertian Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) atau kooperatif terpadu
membaca dan menulis yaitu suatu model pembelajaran menyeluruh dengan cara membaca dan
menulis yang melibatkan kerja sama murid dalam suatu kelompok dimana kesuksesan kelompok
tergantung pada kesuksesan masing-masing individu dalam kelompok tersebut (Slavin, 2010: 5).
Pada model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC):
Kelebihan:
1. Setiap siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran
2. Melatih siswa untuk berani memberikan tanggapan, mengemukakan pendapat atau sanggahan
secara lisan dan tertulis
3. Mempermudah siswa memahami materi pelajaran
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis suatu peristiwa
Kelemahan:
1. Membutuhkan banyak waktu
2. Guru sulit mengatur materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai alokasi
waktu yang ditetapkan.

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan Cooperative Integrated


Reading And Composition (CIRC) adalah :
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya empat atau lima orang secara heterogen
(berbeda jenis kelamin, latar belakang, status sosial, kemampuan akademik dan lain-lain
2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik atau materi yang akan diajarkan.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan
tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada selembar kertas.
4. Perhatian siswa tehadap pelajaran guru, aktifitas siswa terhadap situasi kelompok, membantu
teman yang kesulitan, kemampuan siswa bertanya materi yang belum jelas, kemampuan siswa
mengemukakan pendapat, siswa mampu memberi sanggahan dan tanggapan, keberanian siswa
mempresentasikan hasil diskusinya, membuat kesimpulan sendiri, kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal.
5. Guru membuat kesimpulan bersama.
6. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis atau soal untuk mengetahui tingkat
kepahaman siswa pada materi yang telah diajarkan.
12. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) atau penomoran
berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif struktural khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dalam memperoleh materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.
Menurut a’la (2010: 100) pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai kelebihan dan
kelemahan sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
1. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2.Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Menurut Suyatno (2009: 53) tipe NHT (Numbered Head Together) adalah salah satu tipe
dari pembelajaran kooperatif dengan langkah sebagai berikut:
1. Mengarahkan
2. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa,memiliki nomer tertentu.
3. Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang
sama
4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-
masing sehingga terjadi diskusi kelas.
5. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa.
6. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.
13. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Macth
Menurut Suprijono (2011: 94) Merupakan tipe yang menggunakan kartu. Kartu-kartu tersebut
terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe make a macth ini yaitu
1. siswa mencari pasangan sambil belajar mengennai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan
2. teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. (Lie, 2010: 55).
kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe make a macth ini yaitu:
tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang
kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu
pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi peserta didik
kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas
pasangan pertanyaan-jawaban. (Sandjana, 2011: 95)

Langkah-langkah pembelajaran make a macth Menurut Rusman (2011: 223) sebagai


berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.
3. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.
4.Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(jawaban soal).
5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartuya sebelum batas waktu diberi point.
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lahi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya.
7. Kesimpulan.
14. Metode Talking Stick
Metode pembelajaran talking stick adalah Metode pembelajaran yang dilakukan dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa serta menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode
Talking Stick. Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat. pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan
guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari.
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan
penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi
belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya
pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru
selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang
memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua
siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Kelebihan: 1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu)
Kekurangan: 1. Membuat siswa senam jantung
2. Membuat siswa minder karena belum terbiasa
Menurut Suyatno (2009:124) Langkah-langkah Metode pembelajaran talking stick adalah
sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahakan siswa untuk
menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
6. Evaluasi
7. Penutup.
15. Metode Discovery Learning
Menurut Djamarah (2008: 22) Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak
berbentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah metode yang
mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabanya (discovery) tanpa bantuan khusus. Dengan
pemecahan masalah pelajar menemuakan aturan baru yang lebuh tinggi tarafnya sekalipun ia
mungkin tidak dapat merumuskan secara verbal.
Kelebihan:
1. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
ketrampilan dan proses kognitif siswa.
2. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer.
3. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa
4. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa
terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar
6. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan
pada diri sendiri melalui proses penemuan.
7. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru
berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
8. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran
akhir dan mutlak.
Kelemahan:
1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
2. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan
frustrasi pada siswa yang lain.
3. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
4. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang
sudah biasa dengan perencanan dan pengajaran secara teradisional.
5..Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan
memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan.
Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai
perkembangan emosional social secara keseluruhan.
6. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide–ide
mungkin tidak ada.
7. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau berfikir
kreatif, kalau pengertian– pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian proses–proses dibawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah
menjamin penemuan yang penuh arti. Penemuan masalah dapat bersifat membosankan
mekanisasi, formalitas dan pasif seperti bentuk terburuk dan metode ekspositories verbal.
(Suryosubroto, 2009:185).

Langkah-langkah metode pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:


1. Identifikasi kebutuhan siswa
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan
3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas
4. Membantu dan memperjelas (tugas/ problema yang akan dipelajari, peranan masing-masing
siswa).
5. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas–tugas siswa.
7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan. 8) membantu siswa dengan
informasi/data jika diperlukan oleh siswa.
9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses.
10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
12. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
16. Model Pembelajaran Scramble
Metode scramble merupakan metode pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan
kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal.
Kelebihan:
1. Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dengan jawaban acak.
3. Melatih kedisiplinan siswa.
Kelemahan:
1. Siswa bisa mencontek jawaban temannya.
2. Siswa tidak dilatih untuk berfikir kreatif.
3. Siswa hanya diberi bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.

Langkah-langkah pembelajaran model scramble menurut Huda (2013:304):


1. Guru menyajikan materi sesuai topik.
2. Guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Guru durasi untuk pengerjaan soal.
4. Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang telah ditentukan guru.
5. Guru mengecek durasi waktu dan memeriksa pekerjaan siswa.
6. Guru melakukan penilaian.
7. Guru memberikan apresiasi dan rekognisi kepada siswa yang berhasil, dan memberi semangat
kepada siswa yang belum cukup berhasil menjawab dengan cepat dan benar.
17. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) merupakan strategi pembelajaran yang
dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman di University of Maryland pada 1981 dan diadopsi
oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun- tahun selanjutnya. Menurut
Arends, Think Pairs Share (TPS) atau berfikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto,
2009:81).

Kelebihan:
1. Mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan
2. Menyediakan waktu berfikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa
3. Siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran
4. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi
5. Siswa dapat belajar dari siswa lain
6. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan
idenya.
Kelemahan:
1. Banyak kelompok yang melapor perlu di monitor
2. Lebih sedikit ide yang muncul
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

Langkah-langkah model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


1. Thinking (berpikir), guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai selanjutnya
siswa diminta untuk berpikir tentang materi yang akan disampaikan guru secara mandiri.
2. Pairing (berpasangan), siswa diminta berpasangan dengan teman (dalam kelompok 2 orang)
untuk mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban atau berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3. Sharing (berbagi), guru memimpin diskusi kecil. Guru meminta kepada pasangan untuk
berbagi dengan seluruh siswa di kelas tentang apa yang mereka diskusikan. Ini dilakukan dengan
cara bergiliran pasangan dan dilanjutkan sekitar seperempat telah mendapat kesempatan untuk
melaporkan. Selanjutnya guru menambah materi yang belum diungkapkan para siswa kemudian
guru memberi kesimpulan.
18. Model Role Playing
Role playing merupakan berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Menurut Sudjana (2009 89), model role playing adalah suatu cara mengajar dengan jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Role playing merupakan salah
satu jenis model pembelajaran yang bersifat kompleks. Blatner (dalam Komalasari, 2010:58).
Kelebihan:
1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuan dalam bekerja sama.
2. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu
yang berbeda.
4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
5. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Kelemahan:
1. Sebagian siswa yang tidak ikut bermain menjadi kurang aktif.
2. Banyak memakan waktu.
3. Memerlukan tempat yang luas.
4. Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan
penonton/pengamat.

Djamarah (2002: 19) mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran role playing


adalah sebagai berikut:
1. Memilih masalah. Guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar
mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaian.
2. Pemilihan peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan
karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
3. Menyusun tahap-tahap bermain peran, guru membuat dialog.
4. Menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi
pemain.
5. Pemeranan. Pada tahap ini para siswa mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing dan
sesuai dengan apa yang terdapat pada skenario bermain peran.
6. Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari
siswa.
7. Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan.
19. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL merupakan konsep
pembelajaran yang menekan- kan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2006:102).
Kelebihan:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep siswa.
3. Mengutamakan pengalaman nyata.
4. Berpikir tingkat tinggi.
5. Berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis dan kreatif.
6. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa.
7. Pengetahuan bermakna dalam kehidupan.
8. Dekat dengan kehidupan nyata.
9. Kegiatan lebih pada pendidikan bukan pengajaran.
10. Memecahkan masalah.
11. Siswa aktif.
12. Hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur bukan tes saja.

Kelemahan:
1. Pendidik harus mempunyai kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif
tentang konsep pembelajaran, potensi perbedaan individu di dalam kelas dan juga sarana dan
kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalam belajar
2. Siswa harus mempunyai inisiatif dan kreatif dalam belajar.
3. Siswa harus memiliki wawasan dalam pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran.
4. Siswa yang kurang aktif akan tertinggal karena setiap siswa diharuskan memiliki tanggung
jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.
5. Menimbulkan rasa kurang percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
6. Pengetahuan yang didapat oleh siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
7. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajar mengajar
(Mulyono, 2018:130).

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual:


1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang dianjurkan.
3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan berciptakan masyarakat belajar, seperti
melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab dan sebagainya.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
6. Lakukan penilaian secara objektif/yang sebenarnya.
20. Model Pembelajaran SQ4R
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki
cara pandang baru terhadap suatu problem. SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan
menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan
membayangkan konteks aktual yang relevan.
Kelebihan:
1. Membantu siswa untuk lebih memahami suatu bacaan.
2. Menyimpan informasi yang dipelajari dengan baik dalam sistem memori jangka panjang pada
siswa.
3. Membantu siswa untuk belajar sendiri (mandiri).
4. Membantu siswa untuk berpikir kritis
5. Meningkatkan rasa senang siswa pada pembelajaran.
Kelemahan:
1. Apabila dalam penggunaan model SQ4R siswa tidak teliti, siswa akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti materi berikutnya.
2. Apabila siswa tidak aktif di dalam proses belajar maka siswa tidak akan mendapatkan hasil
baik dalam proses belajar.
Langkah-langkah teori SQ4R adalah sebagai berikut:
1. Pembaca mulai meneliti, meninjau, menjajaki, des sepintas kilas untuk menentukan judul, bab,
subbab da keterangan gambar agar pembaca mengenal materi bacaan yang akan dibaca secara
detail dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Question (tanya)
Setelah melakukan survei, kita mungkin akan menemukan beberapa butir pertanyaan. Ajukan
beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pembimbing membaca agar terkonsentrasi dan
terarah. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam
memahami teks yang sedang dipelajari.
3. Read (baca) Sekarang mulailah membaca dengan teliti dan saksama, paragraf demi paragraf.
Sebagaimana kita ketahui, setiap paragraf mengembangkan satu pikiran pokok. Jika kita
menggabungkan keseluruhan pikiran pokok menjadi satu kesatuan, maka tercerminlah ide-ide
utama dari serangkaian paragraf-paragraf dalam satu wacana. Jika membaca dengan teliti dan
saksama dianggap sulit, maka langkah membaca ini minimal untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dirumuskan pada tahap Question.
4. Reflect (memikirkan) Aktivitas contoh-contoh atau membuat bayangan material ketika sedang
membaca teks.
5. Recite (ceritakan kembali dengan kata-kata sendiri) Dengan melihat pertanyaan-pertanyaan
yang telah kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas
tanpa melihat buku atau wacana kembali.
6. Review (tinjauan kembali)
Periksalah kembali keseluruhan bagian. Jangan diulang baca, hanya lihatlah pada judul-judul,
gambar-gambar, diagram- diagram, tinjauan kembali pertanyaan, dan sarana-sarana studi lainnya
untuk meyakinkan bahwa kita telah mempunyai suatu gambaran yang lengkap.
21. Model Pembelajaran Cooperative Script
Pembelajaran kooperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam
belajar kelompok t diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap
anggota kelompok dituntut untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan kelompok karena
nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh hasil belajar (Abdurrahman 1999:122).
Kelebihan:
1. Melatih pendengaran, ketelitian, kecermatan.
2. Setiap siswa mendapat peran.
Kelemahan:
1. Membutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran cooperative script adalah


sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siap yang
berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya, sementara pendengar:
a. Menyimak, mengoreksi, melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b. Membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
22. Model Pembelajaran kolaboratif
Belajar dalam tim dengan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kolaboratif lebih cocok untuk peserta didik yang sudah menjelang dewasa. Kolaborasi bisa
dilakukan dengan bantuan teknologi misalnya melalui dialog elektronik, teknologi untuk
menengahi dan memonitor interaksi, dimana masing-masing pihak memegang kendali dirinya
dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Fasilitasi bisa diberikan oleh guru, ketua
kelompok pelatih online maupun mentor.
Kelebihan:
1. Siswa belajar bermusyawarah
2. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
3. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
4. Dapat memupuk rasa kerja sama
5. Adanya persaingan yang sehat
Kelemahan:
1. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.
2. Membutuhkan waktu cukup banyak.
3. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa
rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.
4. Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai.
Langkah-langkah:
1. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.
2. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis..
3. Kelompok bekerja dengan mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan
memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS / masalah yang ditemukan
4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa
menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.
5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua
kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok
kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati,
membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi.
6. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi
(bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.
7. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun
perkelompok kolaboratif.
8. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan
didiskusikan.
23. Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture adalah suatu belajar yang menggunakan gambar dan
Model model dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. pembelajaran ini mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Kelebihan: 1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena gur menunjukkan gambar-
gambar mengenai materi yang dipelajari.
3. Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa ditugaskan
guru untuk menganalisis gambar yang ada.
4. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan
alasan siswa ketika mengurutkan gambar yang ditugaskan.
5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru.
Kelemahan: 1. Memakan banyak waktu.
2. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
3. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
4. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai
dengan materi pembelajaran.
5. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang baik guru ataupun siswa kurang dalam menggunakan
gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
6. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-
gambar yang diinginkan (Istarani, 2011:8)
Langkah-langkah dari pelaksanaan picture and picture, yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru memperlihatkan gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjukkan/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengukur gambar-
gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran dari urutan gambar.
6. Dari urutan gambar yang di berikan, guru mulai menanamkan konsep materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Siswa di ajak untuk menyimpulkan atau merangkum materi yang baru saja diterimanya
24. Model Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman serta untuk
melatih komunikasi lompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yangihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.
Kelebihan:
1. Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran
mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan.
2. Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri,
toleransi, demokrasi, berpikirkritis dan sistematis.
3. Hasil diskusi dapat dipahami siswa karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang
berlangsung dalam diskusi.
4. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku
dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan
menghargai pendapat orang lain.
Kelemahan:
1. Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat
menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
2. Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang.
3. Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau
sistematis (Rochman (1993: 111)
Langkah-langkah pembelajaran diskusi kelompok kecil, sebagai berikut:
1. Guru menentukan materi pelajaran yang akan didiskusikan.
2. Siswa mempersiapkan diri dengan materi yang telah ditentukan guru.
3. Masing- masing dari perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya.
25. Metode Brainstorming
Brainstorming merupakan bentuk dari pengembangan metode diskusi. Model diskusi banyak
dikembangkan menjadi metode pembelajaran baru salah satunya yaitu metode Branstorming.
Diskusi adalah membahas suatu masalah oleh sejumlah anggota kelompok, setiap anggota
kelompok bebas untuk menyumbangkan ide, saran, pendapat, informasi yang dimiliki, dan
gagasan. Setiap anggota bebas untuk menanggapi, didukung, atau bahkan tidak sepihak.
Sedangkan dalam metode brainstorming semua ide tau gagasan ditampung oleh ketua kelompok
dan hasilnya kemudian dijadikan peta gagasan. Hasil dari peta gagasan menjadi kesepakatan
bersama dalam kelompok. Brainstorming yaitu sebuah metode untuk melahirkan ide-ide dengan
cara siswa diminta untuk memunculkan ide sebanyak-banyaknya. Ide yang disampaikan harus
berhubungan dengan topik. Topik yang menjadi sumber untuk menjadikan petunjuk.
Kelebihan:
1. Anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat.
2. Melatih siswa berfikir dengan cepat dan tersusun logis
3. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang
diberikan guru
4. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
5. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru
6. Terjadi persaingan yang sehat
7. Siswa merasa bebas dan gembira
8. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
Kelemahan:
1. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berfikir dengan baik.
2. Siswa yang kurang selalu ketinggalan.
3. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh siswa yang pandai saja.
4. Guru hanya menampung pendapat tidak merumuskan kesimpulannya.
5. Tidak menjamin pemecahan masalah.
6. Masalah dapat berkembang kearah yang tidak diharapkan.

Langkah-langkah:
Langkah-langkah Brainstorming Sebelum melaksanakan metode Brainstorming dengan media
gambar langkah-langkah penggunaan dalam pembelajaran, yaitu guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok.Setelah siswa terbagi kedalam kelompok, kemudian tiap kelompok
menentukan ketua kelompok. Guru menerangkan materi pembelajaran sebeleum penerapan
metode Brainstorming. Sebelum menerangkan meteri setiap masing-masing kelompok diberikan
media gambar yang sudah di sediakan oleh guru dengan tema yang berbeda yang telah
ditentukan oleh guru. Sebelum pembelajaran berlangsung guru telah mempersiapkan fasilitas
pendukung. Proses pelaksanaan Brainstorming sebagai berikut:
(1) Menentukan batasan waktu yang digunakan,
(2) Menentukan aturan main yang digunakan dalam Brainstorming,
(3) Memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan ide-idenya,
(4) Ketua kelompok menulis setiap ide yang dikemukakan oleh anggota kelompok,
(5) Setiap kelompok melakukan pengelompokan ide yang sejenis,
(6) Melakukan pembahasan ide-ide dan
(7) Menyimpulkan pembicaraan.
26. Meaningful Instructional Design (MID)
Model pembelajaran meaningful learning merupakan strategi dasar dari pembelajaran
konstruktivistik. Ausubel menjelaskan meaningful learning bahwa manusia ingin mengetahui
keadaan sekelilingnya, apakah lingkungan sosial, lingkungan alam, bahkan lingkungan
spiritual. Untuk menjawab itu semua pertama manusia harus menggunakan pancaindra. Ketika
manusia mengamati peristiwa sosial dengan pancaindranya, bagaimana ia bisa memastikan
bahwa apa yang diterima adalah sama seperti peristiwa yang sebenarnya?
Biasanya apa yang terlihat (sight) belum tentu sama dengan apa yang diterimanya
(perceived), pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi manusia atas peristiwa tersebut.
Sebelum peristiwa tersebut menjadi pengetahuannya, dia harus melewati lapisan yang disebut
"interpretasi". Inilah yang disebut meaningful-learning. Dalam proses belajarnya
mengutamakan kebermaknaan agar peserta didik mudah mengingat kembali materi-materi yang
telah baru disampaikan oleh guru.
Pembelajaran (instruction) di sini tidak hanya merujuk kepada konteks pembelajaran
formal di ruang kelas, di mana pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan
tujuan sentralnya. Akan tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah
"komunikasi", termasuk konteks pembelajaran informal, yang mana sikap dan emosi sangat
diperhatikan.
Rancangan (design) ialah proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu problem
komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional. Desain pembelajaran juga dapat
diartikan dari berbagai sudut pandang misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem,
dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan
teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan praktik penyusunan media teknologi komunikasi
dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya
transisi. Idealnya, proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara
pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
Jadi, model MID (Meaningful Instructional Design) adalah pembelajaran yang
mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja-
aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis.
Langkah-Langkah
a) Lead-in. Dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman,
dan konsep ide. Dalam pembelajaran ini berhubungan dengan pengalaman atau peristiwa
maupun fakta-fakta baru kemudian menganalisis pengalaman tersebut dan menghubungkan
ide-ide mereka dengan materi atau konsep baru.
b) Reconstruction. Melakukan fasilitasi pengalaman belajar. Konsep pembelajaran ini adalah
menekankan kepadapara siswa untuk menciptakan interpretasi mereka sendiri terhadap
dunia informasi. Siswa meletakkan pengalaman belajar dengan pengalamannya sendiri.
c) Production. Melalui ekspresi-apresiasi konsep. Konsep materi pembelajaran yang telah
disampaikan kemudian diapresiasi atau diaplikasikan ke dalam bentuk nyata. Selain itu juga
membawa alur pembelajaran yang produktif sehingga siswa tidak hanya memahami secara
konseptual, tetapi dapat menciptakan hal baru dari konsep yang dipahami.
Kelebihan:
1) Sebagai jembatan menghubungkan tentang apa yang sedangdipelajari siswa. Mampu
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
Membantu siswa membentuk, mengubah, diri, atau mentransformasikan informasi baru.
3) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. Informasi yang dipelajari
secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
4) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip
walaupun telah lupa.

Kekurangan:
Guru merasa kesulitan menemukan contoh-contoh konkret dan realistik. Karena ini
membentuk suatu kelompok, yang sering terjadi adalah mengandalkan siswa yang pintar.

Nurdiansyah & Eni Fariyatul F. (2016). Inovasi Model Pembelajaaran Sesuai Kurikulum 2013.
Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
27. Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
Model POE merupakan model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang
dimulai dengan penyajian masalah dimana siswa diajak untuk memberikan dugaan sementara
terhadap kemungkinan yang terjadi, dilanjutkan dengan observasi atau pengamatan langsung
terhadap masalah fisika dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat
menemukan kebenaran dari prediksi awal dalam bentuk penjelasan.
Kelebihan model pembelajaran POE:
a. Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi.
b. Dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya dapat mengurangi verbalisme.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan
tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen.
d. Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian peserta didik
akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran
Kekurangan model pembelajaran POE:
a. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan
pembelajaran IPA dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan
prediksi yang diajukan peserta didik.
b. Untuk kegiatan eksperimen, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai.
c. Untuk melakukan kegiatan eksperimen, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang
khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
d. Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses
pembelajaran peserta didik.
Tiga langkah utama dari pembelajaran POE, yaitu:
1) Prediction, atau membuat prediksi, membuat dugaan terhadap suatu peristiwa.
2) Observation, melakukan penelitian dan pengamatan atas apa yang terjadi. Pertanyaan pokok
dalam observasi adalah apakah prediksinya memang terjadi atau tidak.
3) Explanation, yaitu memberi penjelasan, terutama tentang kesesuaian antara dugaan
(prediksi) dengan yang sesungguhnya terjadi.

H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
28. Model Pembelajaran berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)
Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat
apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
Secara umum proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Orientasi, Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir
memecahkan masalah.
2) Merumuskan masalah, Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka teki.
3) Mengajukan hipotesis, Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang di kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.
4) Mengumpulkan data, Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi
percodaan atau eksperimen.
5) Menguji hipotesis, Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6) Merumuskan kesimpulan, Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Kelebihan:
a. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna.
b. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
meraka.
c. Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kekurangan:
a) Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
c) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka model inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.

H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
29. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis proyek
dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan pelajar dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Keunggulan Pembelajaran Berbasis Proyek :


a. Dapat menumbuhkan pola pikir siswa dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh
dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui pembelajaran ini, anak dibina dengan membiasakan, menerapkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dengan terpadu yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai.
d. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Siswa menjadi lebih aktif dan tertantang
untuk menyelesaikan/memecahkan masalah yang lebih komplek lagi.
e. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek adalah mendorong
siswa untuk mengembangkan dan mempraktekan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja
kooperatif evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari
sebuah proyek.
f. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
g. Model pembelajaran berbasis proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan
siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata,
h. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia
nyata.
i. Pembelajaran berbasis proyek membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Proyek:


a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini belum menunjang pelaksanaan pembelajaran
ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas dan
memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
e. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
f. Memerlukan biaya yang cukup banyak.
g. Banyak peralatan yang harus disediakan.
h. Bagi siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
Langkah-langkah Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
1) Menetapkan tema proyek.
2) Menetapkan konteks belajar.
3) Merencanakan aktivitas-aktivitas.
4) Memproses aktivitas-aktivitas.
5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.

H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
30. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem Based
Learning yaitu suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dalam
kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan
masalah. PBL dapat juga diartikan sebagai model pembelajaran berdasarkan masalah. PBL
merupakan suatu pendekatan maupun model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada
permasalahan yang nyata.
Ciri utama dari PBL adalah disuguhkannya masalah yang real dan siswa diorganisasikan
ke dalam kelompok. Dari masalah yang disuguhkan di awal pembelajaran diharapkan siswa
dapat menemukan inti permasalahan dan berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah
tersebut dengan atau tanpa bimbingan dari guru.

Kelebihan Pembelajaran Problem Based Learning, di antaranya sebagai berikut:


a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
(matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kelemahan Pembelajaran Problem Based Learning, di antaranya sebagai berikut:


a. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
dalam menyajikan materi
b. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya
dengan pemecahan masalah.
c. Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan
dalam pembagian tugas.
d. PBM kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja
dalam kelompok.
e. PBM sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah.
f. PBM biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat
menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada masalah bukan
konten materi
g. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok
secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik.
h. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.

Langkah-langkah dalam pembelajaran PBL:


1) memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah,
2) mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar,
3) siswa melakukan kegiatan penyelidikan guna mendapatkan konsep untuk menyelesaikan
masalah,
4) membuat karya atau laporan,
5) mempersentasikannya dan diakhiri dengan penyajian serta analisis evaluasi hasil dan proses.

H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan (2010). Model-Model Pembelajaran. Jakarta:
Depdiknas.
Djamarah, S. B. (2008). Strategi belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta.
H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Isjoni. 2010. CooperativeLearning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabeta
Lie, A. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center Sidoarjo

Putra, Davi Sulaiman. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar Chest Pass Pada Permainan Bola Basket. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan
Kesehatan. Vol. 2 No.3
Roestiyah, N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Perss
Soimin, Aris. 2020. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 . Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai