Dosen Pengampu:
Maulida Tifani Alfin N.H, M.Pd
Oleh :
2021/2022
1. Metode Ceramah
merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal
ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik
dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang
berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar.
Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center Sidoarjo
8. Model Jigsaw Learning (Belajar Model Gergaji)
Jigsaw Learning adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan Jigsaw adalah
mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar koopenatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua
materi sendirian.
Strategi ini menarik digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materti tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh mahasiswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan
kepada orang lain.
Kelebihan:
a. Meningkatkan hasil belajar;
b. Meningkatkan daya ingat;
c. Dapat digunakan mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;
d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu);
e. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;
f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
g. Meningkatkan sikap positif guru;
h. Meningkatkan harga diri anak;
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.
Kekurangan:
Perbedaan persepsi siswa dalam memahami suatu konsep
Siswa cenderung sulit meyakinkan siswa lain bila percaya diri yang dimiliki siswa tersebut
kurang
Guru cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk merekap hasil belajar siswa berupa
nilai dan kepribadian siswa
Membutuhkan waktu yang lama dalam menguasai model pembelajaran ini
Cenderung sulit dilakukan apabila jumlah siswa lebih banyak
Langkah-langkahnya:
1. Pilihlah materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian)
2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen materi yang ada.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-
beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa
yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-
persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi.
Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center Sidoarjo
Menurut Suyatno (2009: 53) tipe NHT (Numbered Head Together) adalah salah satu tipe
dari pembelajaran kooperatif dengan langkah sebagai berikut:
1. Mengarahkan
2. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa,memiliki nomer tertentu.
3. Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang
sama
4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-
masing sehingga terjadi diskusi kelas.
5. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa.
6. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.
13. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Macth
Menurut Suprijono (2011: 94) Merupakan tipe yang menggunakan kartu. Kartu-kartu tersebut
terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe make a macth ini yaitu
1. siswa mencari pasangan sambil belajar mengennai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan
2. teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik. (Lie, 2010: 55).
kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe make a macth ini yaitu:
tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang
kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu
pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi peserta didik
kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas
pasangan pertanyaan-jawaban. (Sandjana, 2011: 95)
Model pembelajaran Think Pairs Share (TPS) merupakan strategi pembelajaran yang
dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman di University of Maryland pada 1981 dan diadopsi
oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun- tahun selanjutnya. Menurut
Arends, Think Pairs Share (TPS) atau berfikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto,
2009:81).
Kelebihan:
1. Mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan
2. Menyediakan waktu berfikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa
3. Siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir mengenai konsep dalam mata pelajaran
4. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi
5. Siswa dapat belajar dari siswa lain
6. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan
idenya.
Kelemahan:
1. Banyak kelompok yang melapor perlu di monitor
2. Lebih sedikit ide yang muncul
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Kelemahan:
1. Pendidik harus mempunyai kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif
tentang konsep pembelajaran, potensi perbedaan individu di dalam kelas dan juga sarana dan
kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalam belajar
2. Siswa harus mempunyai inisiatif dan kreatif dalam belajar.
3. Siswa harus memiliki wawasan dalam pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran.
4. Siswa yang kurang aktif akan tertinggal karena setiap siswa diharuskan memiliki tanggung
jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.
5. Menimbulkan rasa kurang percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
6. Pengetahuan yang didapat oleh siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
7. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajar mengajar
(Mulyono, 2018:130).
Langkah-langkah:
Langkah-langkah Brainstorming Sebelum melaksanakan metode Brainstorming dengan media
gambar langkah-langkah penggunaan dalam pembelajaran, yaitu guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok.Setelah siswa terbagi kedalam kelompok, kemudian tiap kelompok
menentukan ketua kelompok. Guru menerangkan materi pembelajaran sebeleum penerapan
metode Brainstorming. Sebelum menerangkan meteri setiap masing-masing kelompok diberikan
media gambar yang sudah di sediakan oleh guru dengan tema yang berbeda yang telah
ditentukan oleh guru. Sebelum pembelajaran berlangsung guru telah mempersiapkan fasilitas
pendukung. Proses pelaksanaan Brainstorming sebagai berikut:
(1) Menentukan batasan waktu yang digunakan,
(2) Menentukan aturan main yang digunakan dalam Brainstorming,
(3) Memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan ide-idenya,
(4) Ketua kelompok menulis setiap ide yang dikemukakan oleh anggota kelompok,
(5) Setiap kelompok melakukan pengelompokan ide yang sejenis,
(6) Melakukan pembahasan ide-ide dan
(7) Menyimpulkan pembicaraan.
26. Meaningful Instructional Design (MID)
Model pembelajaran meaningful learning merupakan strategi dasar dari pembelajaran
konstruktivistik. Ausubel menjelaskan meaningful learning bahwa manusia ingin mengetahui
keadaan sekelilingnya, apakah lingkungan sosial, lingkungan alam, bahkan lingkungan
spiritual. Untuk menjawab itu semua pertama manusia harus menggunakan pancaindra. Ketika
manusia mengamati peristiwa sosial dengan pancaindranya, bagaimana ia bisa memastikan
bahwa apa yang diterima adalah sama seperti peristiwa yang sebenarnya?
Biasanya apa yang terlihat (sight) belum tentu sama dengan apa yang diterimanya
(perceived), pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi manusia atas peristiwa tersebut.
Sebelum peristiwa tersebut menjadi pengetahuannya, dia harus melewati lapisan yang disebut
"interpretasi". Inilah yang disebut meaningful-learning. Dalam proses belajarnya
mengutamakan kebermaknaan agar peserta didik mudah mengingat kembali materi-materi yang
telah baru disampaikan oleh guru.
Pembelajaran (instruction) di sini tidak hanya merujuk kepada konteks pembelajaran
formal di ruang kelas, di mana pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan
tujuan sentralnya. Akan tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah
"komunikasi", termasuk konteks pembelajaran informal, yang mana sikap dan emosi sangat
diperhatikan.
Rancangan (design) ialah proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu problem
komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional. Desain pembelajaran juga dapat
diartikan dari berbagai sudut pandang misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem,
dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan
teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan praktik penyusunan media teknologi komunikasi
dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya
transisi. Idealnya, proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara
pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
Jadi, model MID (Meaningful Instructional Design) adalah pembelajaran yang
mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja-
aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis.
Langkah-Langkah
a) Lead-in. Dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman,
dan konsep ide. Dalam pembelajaran ini berhubungan dengan pengalaman atau peristiwa
maupun fakta-fakta baru kemudian menganalisis pengalaman tersebut dan menghubungkan
ide-ide mereka dengan materi atau konsep baru.
b) Reconstruction. Melakukan fasilitasi pengalaman belajar. Konsep pembelajaran ini adalah
menekankan kepadapara siswa untuk menciptakan interpretasi mereka sendiri terhadap
dunia informasi. Siswa meletakkan pengalaman belajar dengan pengalamannya sendiri.
c) Production. Melalui ekspresi-apresiasi konsep. Konsep materi pembelajaran yang telah
disampaikan kemudian diapresiasi atau diaplikasikan ke dalam bentuk nyata. Selain itu juga
membawa alur pembelajaran yang produktif sehingga siswa tidak hanya memahami secara
konseptual, tetapi dapat menciptakan hal baru dari konsep yang dipahami.
Kelebihan:
1) Sebagai jembatan menghubungkan tentang apa yang sedangdipelajari siswa. Mampu
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
Membantu siswa membentuk, mengubah, diri, atau mentransformasikan informasi baru.
3) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. Informasi yang dipelajari
secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
4) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip
walaupun telah lupa.
Kekurangan:
Guru merasa kesulitan menemukan contoh-contoh konkret dan realistik. Karena ini
membentuk suatu kelompok, yang sering terjadi adalah mengandalkan siswa yang pintar.
Nurdiansyah & Eni Fariyatul F. (2016). Inovasi Model Pembelajaaran Sesuai Kurikulum 2013.
Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
27. Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
Model POE merupakan model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang
dimulai dengan penyajian masalah dimana siswa diajak untuk memberikan dugaan sementara
terhadap kemungkinan yang terjadi, dilanjutkan dengan observasi atau pengamatan langsung
terhadap masalah fisika dan kemudian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat
menemukan kebenaran dari prediksi awal dalam bentuk penjelasan.
Kelebihan model pembelajaran POE:
a. Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi.
b. Dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya dapat mengurangi verbalisme.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan
tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen.
d. Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian peserta didik
akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran
Kekurangan model pembelajaran POE:
a. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan
pembelajaran IPA dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan
prediksi yang diajukan peserta didik.
b. Untuk kegiatan eksperimen, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai.
c. Untuk melakukan kegiatan eksperimen, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang
khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
d. Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses
pembelajaran peserta didik.
Tiga langkah utama dari pembelajaran POE, yaitu:
1) Prediction, atau membuat prediksi, membuat dugaan terhadap suatu peristiwa.
2) Observation, melakukan penelitian dan pengamatan atas apa yang terjadi. Pertanyaan pokok
dalam observasi adalah apakah prediksinya memang terjadi atau tidak.
3) Explanation, yaitu memberi penjelasan, terutama tentang kesesuaian antara dugaan
(prediksi) dengan yang sesungguhnya terjadi.
H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
28. Model Pembelajaran berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)
Menurut piaget bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat
apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
Secara umum proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Orientasi, Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir
memecahkan masalah.
2) Merumuskan masalah, Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka teki.
3) Mengajukan hipotesis, Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang di kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.
4) Mengumpulkan data, Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi
percodaan atau eksperimen.
5) Menguji hipotesis, Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6) Merumuskan kesimpulan, Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Kelebihan:
a. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna.
b. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
meraka.
c. Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kekurangan:
a) Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
c) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka model inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.
H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
29. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis proyek
dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan pelajar dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya.
H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
30. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem Based
Learning yaitu suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dalam
kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan
masalah. PBL dapat juga diartikan sebagai model pembelajaran berdasarkan masalah. PBL
merupakan suatu pendekatan maupun model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada
permasalahan yang nyata.
Ciri utama dari PBL adalah disuguhkannya masalah yang real dan siswa diorganisasikan
ke dalam kelompok. Dari masalah yang disuguhkan di awal pembelajaran diharapkan siswa
dapat menemukan inti permasalahan dan berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah
tersebut dengan atau tanpa bimbingan dari guru.
H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan (2010). Model-Model Pembelajaran. Jakarta:
Depdiknas.
Djamarah, S. B. (2008). Strategi belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta.
H. Ade, & H. Said. (2017). Model & Pendekatan Pembelajaran Inovatif. D.I. Yogyakarta: CV.
Lintas Nalar
Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Isjoni. 2010. CooperativeLearning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabeta
Lie, A. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center Sidoarjo
Putra, Davi Sulaiman. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar Chest Pass Pada Permainan Bola Basket. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan
Kesehatan. Vol. 2 No.3
Roestiyah, N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Perss
Soimin, Aris. 2020. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 . Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media