Anda di halaman 1dari 15

Elastisitas

BAB
V

5.1 Pengantar
5.2 Elastisitas, Tegangan (Stress), Regangan (Strain)
5.3 Perbandingan Poisson (poisson ratio)
5.4 Hubungan antara Perbandingan Poisson dengan Modulus Elastis

5.1 Pengantar
Pada bab ini kita akan mengkaji salah satu kasus dimana materi atau obyek dalam
keadaan alamiah, yaitu keadaan seimbang baik translasi maupun rotasi. Karena sifat
inersia (kelembaman), keadaan ini selalu berusaha dipertahankan oleh obyek. Namun
AL
jika jumlah gaya luar (eksternal) yang bekerja pada obyek makin besar. Maka suatu
saat obyek mengalami deformasi, atau bahkan bisa patah yakni pada saat gaya-gaya
N

luar lebih besar dari gaya ikat antara atom-atom yang menyusun obyek (gaya
FI

internal). Keadaan deformasi pada obyek juga dapat terjadi jika vektor gaya-gaya
yang bekerja tidak berada pada garis yang sama.

5.2 Elastisitas, Tegangan (Stress), Regangan (Strain)

Jika sebuah gaya dikenakan pada sebuah obyek, misalnya sebuah benda yang
digantungkan pada ujung logam pada Gambar (5.1), panjang obyek (logam) berubah.

Jika obyek elongasi L adalah kecil dibandingkan dengan


panjang obyek, eksperimen menunjukkan bahwa L sebanding
dengan berat atau gaya yang dikenakan pada obyek

L [dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke (1635-1707)].


m Kesebandingan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
Gambar 5.1

Fisika Dasar V-1


Elastisitas

F = -k L (5.1)
Dengan F menyatakan gaya atau berat tarik pada obyek, L adalah pertambahan
panjang dan k adalah konstanta kesebandingan.

Persamaan (5.1) yang sering disebut “Hukum Hooke”, berlaku untuk semua material
padat, tetapi hanya berlaku hingga titik tertentu. Jika gaya terlalu besar, obyek akan
terus bertambah panjang dan akhirnya putus. Gambar (5.2) menunjukkan suatu tipe
grafik elongasi terhadap gaya. Hingga titik yang disebut “batas kesebandingan”
persamaan (5.1) merupakan pendekatan terbaik untuk beberapa jenis material, dan
kurvanya adalah garis lurus. Meskipun demikian hingga titik paling ujung kurva yang
disebut “batas elastis”, obyek akan kembali ke panjang semula jika gaya yang bekerja
dihilangkan. Dari titik 0 hingga batas elastis disebut “daerah elastis:, jika obyek terus
bertambah panjang melampaui batas elastis, daerah diluar daerah elastis disebut
“daerah plastis”. Jika elongasi mencapai daerah ini maka obyek akan mengalami
deformasi secara permanen. Elongasi maksimum dicapai pada “titik putus disebut
“kekuatan ultimasi” (ultimate strength) dari material.
AL
N

Suatu benda tegar jika kerjakan gaya (tekan atau tarik), maka untuk satu satuan luas
permukaan benda dimana gaya bekerja mengalami tegangan (stress). Tegangan dapat
FI

dibedakan atas: tegangan lurus (tensile stress) dan tegangan puntir (shearing stress)

Tinjau suatu batang logam yang mula-mula panjangnya lo, setelah gaya F bekerja,
maka panjang batang menjadi l sehingga regangan lurus didefenisikan sebagai:
l  lo l

lo lo
F
dan tegangan lurus .
A
Besar perpanjangan dari suatu obyek, seperti batang yang ditunjukkan pada Gambar
5.1, tidak hanya bergantung dari gaya yang dikenakan padanya, tetapi juga
bergantung pada jenis material dan dimensi obyek. Jika kita bandingakan batang yang
terbuat dari material yang sama tetapi berbeda panjang dan luas penampangnya,
ditemukan bahwa bilamana gaya yang dikenakan sama, besar pertambahan panjang

Fisika Dasar V-2


Elastisitas

L sebanding dengan perkalian antara gaya dan panjang mula-mula serta berbanding
terbalik dengan luas penampangnya.
FLo
L  (5.2)
YA
dimana Lo, A dan 1/Y masing-masing menyatakan panjang mula-mula obyek, luas
penampang dan konstanta kesebandingan. Y dikenal sebagai modulus elastis,
(Modulus Young) yang harganya bergantung pada jenis material. Harga Modulus
Young untuk beberapa jenis material diberikan pada Tabel 5.1. Persamaan (5.2) lebih
sering digunakan untuk perhitungan praktis dari pada persamaan (5.1) karena tidak
bergantung pada ukuran dan bentuk obyek.

Gaya F
Daerah plastis
Titik putus

Batas elastisitas
Perpajangan L
AL
Gambar 5.2 Perpanjangan terhadap gaya
N
FI

Persamaan (5.2) dapat ditulis kembali seperti berikut:


F
Y A  stress (5.3)
L strain
Lo
Batang yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 dikatakan berada di bawah “tegangan
merenggang” (tensile stress). Bentuk tegangan lain adalah “tegangan menekan”
(compressive stress), yang merupakan lawan dari tensile stress, dan tegangan
memuntir (shear stress) yang terdiri dari dua gaya yang sama tetapi arahnya
berlawanan dan tidak segaris (lihat Gambar 5.3). Persamaan 5.2 dapat diterapkan baik
untuk tegangan menekan maupun tegangan memuntir, untuk tegangan memuntir kita
dapat tulis persamaan menjadi:
FL
L  o (5.4)
GA

Fisika Dasar V-3


Elastisitas

tetapi L,L, dan A harus di interpretasikan ulang sebagaimana ditunjukkan pada


Gambar 5.3c. Bahwa A adalah luas dari permukaan paralel terhadap gaya yang
dikenakan, L tegak lurus terhadap Lo, konstanta porposionalitas adalah 1/G, dengan
G dikenal sebagai “Modulus Puntir” (shear modulus) dan umumnya mempunyai
harga setengah hingga sepertiga harga modulus Young Y (lihat Tabel 5.2). Kalau
obyek ternyata dalam keadaan seimbang, berarti harus ada dua gaya yang bekerja
padanya yang membuat jumlah torsi sama dengan nol. Satu gaya bekerja ke arah
vertikal ke atas di sisi kanan, dan yang lain ke arah vertikal ke bawah pada sisi kiri
seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4. Pada Tabel 5.1 disajikan harga kekuatan
ultimasi untuk beberapa jenis material.

Jika pada sebuah obyek bekerja gaya-gaya dari semua sisi maka volume obyek akan
berkurang. Keadaan seperti ini umumnya terjadi jika obyek berada di dalam fluida
dimana obyek akan mendapat tekanan di semua arah. Tekanan didefinisikan sebagai
gaya persatuan luas (F/A) dan merupakan ekivalen dari tegangan (stress). Untuk
keadaan ini perubahan volume V, ditemukan sebanding dengan volume mula-mula
AL
Vo dan penambahan tekanan P.
N
FI

F L
L L

Lo Lo
Lo

F
F
F
c
a b

Gambar 5.3 Tipe-tipe Tegangan : (a) Merenggang (b) Menekan (c) Memuntir

Gambar 5.4 Keseimbangan Gaya-gaya dan Torsi untuk Tegangan Memuntir

Fisika Dasar V-4


Elastisitas

Kita peroleh hubungan yang sama seperti persamaan (5.2) tetapi dengan konstanta
proporsionalitas 1/B, dimana B adalah “Modulus koli” (bulk modulus).
Dalam hal ini :
V P
 (5.5)
Vo B

P
atau B
V
Vo

Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang dengan bertambahnya tekanan.


Harga-harga Modulus Bulk untuk beberapa jenis material diberikan pada Tabel 5.2.
Selanjutnya inversi Modulus Bulk (1/B), disebut kompresibilitas (conpressibility),
diberikan simbol K yaitu :
V
1 Vo
K  (5.6)
B P

Tabel 5.1 Kekuatan ultimasi dari beberapa material (gaya/luas)


Kekuatan Kekuatan Kekuatan
AL
Material Merenggang Menekan Memuntir
(N/m2)x106 (N/m2)x106 (N/m2)x106
Besi 170 550 170
N

Baja 500 500 250


FI

Kuningan 250 250 200


Aluminium 200 200 200
Beton 2 20 2
Batu bata 35
Marmer 80
Granit 170
Kayu cemara
(paralel urat) 40 35 5
(tegak lurus urat) 10
Nilon 500
Tulang 130 170

Contoh :
1. Balok dengan luas penampang A ditarik pada kedua ujungnya dengan gaya F
yang sama. Pandang sebuah bidang yang membentuk sudut  seperti terlihat pada
gambar.

F  F

Fisika Dasar V-5


Elastisitas

a. Hitunglah tegangan tarik pada bidang tersebut, dan tuliskan dala F, A, dan 
b. Hitunglah tegangan geser pada bidang tersebut, dan tuliskan dalam F, A, dan

c. Untuk harga  berapa, tegangan tarik maksimum ?
Jawab :

Fn=F cos  b
c
 


a
Ft=F sin 

A=a b A’=a’b

a a A
a  A b A
cos cos cos

a. Tegangan tarik pada A’ :


Fn F cos F cos2 
AL
A'   
A' A A
cos
N

b. Tegangan geser pada A’ :


Ft F sin  F sin  cos F sin 2
FI

A'    
A' A A 2A
cos
c. Tegangan tarik maksimum, bila cos2 = 1,
cos  =1 dengan 1=0 dan 2=180o (salah) karena   90o

2. Sebuah kawat piano dari baja panjangnya 1,60 m memiliki diameter 0,20 cm.
Berapa besar tegangan pada kawat jika kawat bertambah panjang 0,30 cm setelah
direnggangkan?
Jawab :

F Y
L  0,0030m 
A  2,0 x1011 N/m 2  
 3,14 x10 6 m 2 
Lo  1,60m 
F  1200N

Fisika Dasar V-6


Elastisitas

Tabel 5.2 Nilai Modulus Young, Modulus Puntir dan Modulus Bulk beberapa jenis
material
Modulus Young Y Modulus Puntir G Modulus Bulk B
Material
(N/m2)x106 (N/m2)x106 (N/m2)x106
Padat
Besi 100 40 90
Baja 200 80 140
Kuningan 100 35 80
Aluminium 70 25 70
Beton 20
Batu bata 14
Marmer 50 70
Granit 45 80 45
Kayu cemara
(paralel urat) 10
(tegak lurus urat) 1
Nilon 15
Cair
Air 2,0
Alkohol 1,0
Air raksa 2,5
Udara, H2,H8,CO2 1,01
AL
3. Suatu bahan logam mempunyai modulus Young Y. Dari bahan tersebut yang
N

berupa kawat yang panjangnya L dengan luas penampang A kemudian digulung


FI

menjadi pegas. Bila perubahan transversal kawat gulungan kawat itu diabaikan,
tunjukkan bahwa tetapan pegasnya diberikan oleh YA/Lo.
Jawab :
Sepanjang deformasi terjadi pada daerah hukum Hooke, maka akan berlaku F = k
x. Berdasarkan persamaan (5.5), F = Y A L/Lo. Dalam hal ini x =L, sehingga
dari kedua persamaan di atas diperoleh k L = Y A L/Lo atau k=
Y A/Lo.
4. Volume minyak di dalam sebuah alat tekan hidrolik adalah 5 m 3. Berapa
penyusutan volumenya bila minyak itu menderita tekanan sebesar 136 atm?
Kompresibilitas minyak tersebut 20 x 10-6
Jawab :

Fisika Dasar V-7


Elastisitas

V
K  , atau
VP
V  V K P
 20x106 atm 1 x 5m 3 x 2000 N/m 2
 20x106 atm 1 x5m 3 x 136 atm
 0,0136m 3 .
5. Sebuah balok uniform massanya 1500 kg dan panjangnya 20,0 m ditindih oleh
15.000 kg peti besi, lihat gambar

F2
F1
CG

(1500kg) g

10m 5m 5m

(15.000kg) g
AL
a. Hitung gaya pada setiap tiang penyangga vertikal.
b. Berapa luas penampang minimum dari kedua tiang untuk menyanggah balok,
N

anggap tiang terbuat dari beton dengan faktor keselamatan (safety factor) 6?
FI

c. Berapa strain yang dialami oleh tiang sebelah kanan.


Jawab:

a. Di titik gaya Fi, τ = 0

(r1 x W1) + (r2 x W2) + (r2 x F2) = 0


-(10m)(1500kg)g-(15m)(15.000kg)g+(20)F2 = 0
(20)F2 = (10m)(1500kg)g + (15m)(15.000kg)g
F2 = (12.000kg)g=118.000 N dengan g =9,8 kg/m2
Untuk menghitung F1, kita gunakan Fy=0
Fy=F1 - (1500kg)g - (15.000kg)g + F2 = 0
F1 = (1500kg)g + (15.000kg)g + (12.000)kg
F1 = (4500kg)g = 45.100N  0,4 x 105N

Fisika Dasar V-8


Elastisitas

b. Berdasarkan Tabel 5.1 kekuatan menekan ultimasi untuk material beton


adalah 2,0 x 107 N/m2. Karena faktor keselamatan 6, maka stress maksimum
yang diperbolehkan adalah (1/6)( 2,0 x 107 N/m2) = 3,3 x 106 N/m2 = F/A
Karena F = 1,2 x 105 N, maka
A = (1,2 x 105N) / (3,3 x 106 N/m2) atau 360 cm2
c. Strain = L/Lo=(1/E)(F/A) = (1/(2,0 x 1010 N/m2)) (3,3 x 106 N/m2)
= 1,7 x 10-4

5.3 Perbandingan Poisson (poisson ratio)


Kita tinjau kemungkinan perubahan bentuk obyek jika sebuah atau sejumlah gaya
bekerja padanya. Gambar 5.5 memperlihatkan sebuah batang yang mengalami
tegangan tarik F.

Tinjau elemen volume Vo=( Vo= ao bo co). Jika sepasang gaya F bekerja pada elemen
volume Vo akan terjadi pertambahan panjang pada arah longitudinal (rusuk a o) dan
pengurangan panjang pada arah transversal (rusuk bo dan co).
AL
N

co
F
F
FI

bo

ao

Gambar 5.5 Batang dengan sepasang gaya F

Perbandingan poisson () didefinisikan sebagai perbandingan strain transversal


terhadap strain longitudinalnya.
b
bo
b   (5.7a)
a
ao
c
co
c   (5.7b)
a
ao
dengan a, b, dan c masing-masing menyatakan perubahan sepanjang rusuk a o, bo,
dan co. Tanda negatif mempunyai arti : bila strain longitudinal positif (terjadi

Fisika Dasar V-9


Elastisitas

pertambahan longitudinal) maka strain transversal negatif (terjadi penyusutan


transversal). Untuk benda yang homogen, b, c=. Ditemukan dalam eksperimen 
selalu lebih kecil dari ½.

Contoh 6 :
Jika kedua ujung seutas kawat baja yang semula panjangnya 1m dan berpenampang
bujur sangkar dengan luas 10 cm2 di tarik dengan gaya 105N, tentukanlah volume
kawat tersebut setelah ditarik. Diketahui bahwa modulus young baja adalah 80 x 10 9
N/m2 dan perbandingan poisson adalah 0,25
Jawab:
F V a b c
  
Vo ao bo co
bo a F b F c F
ao  ,   ,  
co ao YA bo YA co YA
F

V
Maka diperoleh 1 2  F
AL
Vo YA

Vakhir  Vo
 1  2 
F
N

Vo YA
FI

  F 
Vakhir  1   1  2  Vo
  YA 
 

Vakhir  1  1  2 x0,25  10 5

10 x10  4 m 3 
  4

9 
10 x10 80 x10  
 1 
 1  10 x10  4 m
3


 3600 
5.4 Hubungan antara Perbandingan Poisson dengan Modulus Elastis
Pandang suatu balok homogen, sebelum gaya F dikenakan padanya, panjang rusuk-
rusuk adalah ao, bo, dan co (Gambar 5.6).
Jika sepasang gaya F dikenakan padanya, akan
F
timbul strain sebesar
a F
ao bo  (5.8a)
ao AY
co
F

Gambar 5.6 Sepasang gaya F


Fisika Dasar V-10
Elastisitas

Dan berdasarkan persamaan (5.7), dapat ditulis


(untuk obyek homogen) :
b a F
   (5.8b)
bo ao AY
c a F
   (5.8c)
co ao AY

Jika volume balok mula-mula adalah Vo = ao bo co maka setelah mengalami gaya F


volumenya menjadi
V = (ao + a) ( bo + b) (co + c)
= ao bo co + ao bo c + bo co a + ao co b + ao b c + bo a c
+ coa b + a b c
Jika a, b, dan c cukup kecil, maka empat suku terakhir ruas kanan persamaan
diatas dapat diabaikan, sehingga diperoleh :
V= ao bo co + ao bo c + bo co a + ao co b
V = Vo + ao bo c + bo co a + ao co b Atau
AL
V = V – Vo = ao bo c + bo co a + ao co b
N
FI

Selanjutnya pada sangkutan terakhir ruas kiri dibagi dengan V o dan ruas kanan dibagi
dengan ao bo co (=Vo), diperoleh
V a b c
  
VO ao bo co

Berdasarkan persamaan (5.8), sangkutan terakhir dapat ditulis kembali sebagai


berikut
V a a a a
    1  2 
VO ao ao ao ao

 1  2 
F
AY
Jika gaya-gaya F yang sama dikenakan pada ketiga pasang sisi (6sisi) Gambar 5.6
misalkan berupa tekanan hidrostatik P = F/A, maka perubahan volume akan menjadi
tiga kali lipat yakni :

Fisika Dasar V-11


Elastisitas

V P
 31  2 
VO Y
V P
Dari pernyataan modulus Bulk dimana perubahan volume diberikan oleh  ,
Vo B

maka
Y
B (5.9)
31  2 

Selanjutnya kita mencari hubungan antara modulus Young Y dengan modulus Puntir
G.
Tinjau bujur sangkar ABCD (Gambar 5.7), jika
y
F/A pada titik A dan C dikenakan tegangan F/A
B
F/A F/A yang arahnya ke dalam, sedang pada titik B
A C
dan D dikenakan tegangan yang sama besarnya
D
F/A
seperti titik A dan C tetapi arahnya keluar.

Gambar 5.7 Bujur sangkar ABCD


AL
Tegangan puntir yang dialami oleh obyek diberikan oleh:
p y  px p y   p y 
po    py
N

2 2
FI

dimana px = -py dan py = po =F/A. Tegangan puntir ini menyebabkan pengecilan


sudut apit antara AB dan BC, sebaliknya terjadi pembesaran sudut apit antara BC dan
DC. Andaikan perubahan sudut ini adalah , maka berdasarkan Gambar 5.7
diperoleh:

1   x 
OC
  xo   tan    
 
OB 1   y   4 2
 y 
 o

y  p y  p x  1    p y x 1    p y
Dalam hal ini   , dan  dimana xo = yo
yo Y Y xo Y
(panjang mula-mula dari rusuk-rusuk bujur sangkar). Untuk  cukup kecil, tan /2
/2, sehingga diperoleh

Fisika Dasar V-12


Elastisitas

  
tan  tan 1
   4 2  2
tan   
 4 2 
 1  tan tan  
1
4 2 2
x (1   ) po
1 1
xo Y
 
y (1   ) po
1 1
yo Y

21    po 21   F
dengan demikian   
Y YA
Selanjutnya menurut defenisi modulud puntir tan  = =F/(AG), maka siperoleh
hubungan berikut:
Y
G (5.10)
21   
yang menyatakan hubungan antara modulus puntir G dengan modulus young Y.

Contoh 7: Balok dengan panjang ao, lebar bo dan tebal co, ditarik pada kedua
AL
ujungnya dengan gaya yang sama. Tunjukkanlah (suku yang mengandung
2
 a 
 
N

diabaikan), bahwa fraksi pertambahan luas penampang ab atau


 ao 
FI

 A   a 
   (1   )  dimana  adalah perbandingan poisson.
 Ao  ab  ao 

Jawab:
b
 a  bo
b  bo 1       
 ao  a
a o

a a  ao a  a 
   1  a  ao 1  
ao a0 ao  ao 
 A  ab  ao bo ab
    1
 o  ab
A a b
o o a b
o o

Fisika Dasar V-13


Elastisitas

 a  a 
a o bo 1  1   
 A   a o  a o 
   1
 o  ab
A ao bo
2
a a  a 
 1       1
ao ao  ao 
 a 
 1    
 ao 

SOAL-SOAL LATIHAN
1. Seorang anak membuat ketapel dari karet yang panjangnya 40 cm dan diameternya
6 mm. Carilah modulus Young karet jika anak menarik ketapel sejauh 20 cm
sehingga dapat melontarkan batu seberat 0,2 N dengan kecepatan 20
m/det.(Abaikan perubahan luasan penampang ketika ketapel ditarik).
2. Seutas kawat akan bertambah panjang sejauh 2 mm dari keadaan mula-mula
(tanpa teregang) jika dikenakan gaya sebesar 250 N. Berapa gaya yang diperlukan
AL
jika ingin direntangkan sejauh 5 mm dari keadaan semula.
3. Sebuah batang tipis panjangnya 2 meter
N

digantung dari bidang horizontal melalui


FI

kawat vertical yang panjangnya sama. Satu


Besi Baja kawat dari baja dengan luas penampangnya
2 meter
A1 = 0,1 cm2 dan kawat lainnya dari besi
dengan luas penampangnya A2 = 0,2 cm2
(lihat gambar disamping). Carilah posisi
W sepanjang batang yang membuat dalam
keadaan setimbang untuk:
a. Tegangan kedua kawat sama
b. Regangan kedua kawat sama

Fisika Dasar V-14


Elastisitas

4. Seutas kawat baja panjangnya l berdiameter d


A l/2 l/2 B
direntangkan secara horizontal di antara dua θ θ
tempat. Seekor sapi bermassa M h
T T
digantungkan pada kawat persis ditengahnya
sehingga kawat bergerak turun ke bawah
sejauh h. Hitung jarak h jika modulus
Young Y dan percepatan gravitasi g. (lihat
gambar disamping)

AL
N
FI

Fisika Dasar V-15

Anda mungkin juga menyukai