Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berhasilnya


menyelesaikan buku Penuntun Praktikum Sistem Urogenitalia ini bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin tepat pada waktunya.

Buku Penuntun ini merupakan pedoman bagi mahasiswa untuk melakukan beberapa
macam tes yang sering digunakan sebagai pemeriksaan penunjang di bidang Urogenitalia. Buku
ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar teknik pemeriksaan. Kami harapkan buku ini dapat
menjadi pegangan, bukan hanya pada saat praktikum di laboratorium saat perkuliahan, tetapi
juga ketika nanti bertugas di tempat masing-masing.

Semoga buku ini dapat memberi manfaat, baik pada saat ini, maupun saat yang akan
datang.

Makassar, Januari 2019


Ketua Departemen Ilmu Patologi Klinik

Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, Sp.PK

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Tes Urinalisis 1
I. Tes Makroskopis 2
II. Tes Mikroskopis 6
III. Tes Protein Urin 9
IV. Tes Glukosa Urin 12
V. Tes Bilirubin 14
Tes Veneral Disease Research Laboratory (Tes VDRL) 16
Daftar Pustaka 19

ii
TES URINALISIS

Tes urinalisis merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter, karena

persiapannya tidak membebani pasien seperti pada pengambilan darah atau punksi sumsum

tulang.

Tujuan tes ini adalah untuk evaluasi umum terhadap sistem uropoetik maupun status

kesehatan badan. Tes urin dapat secara makroskopis dan kimiawi serta mikroskopis untuk

mengevaluasi sedimen urin. Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton, darah,

bilirubin, urobilinogen, nitrit, dan lekosit esterase. Tes mikroskopis untuk melihat eritrosit,

lekosit, sel epitel, torak, bakteri, mukus, Kristal, jamur dan parasit.

Indikasi tes urin adalah untuk : 1). Tes saring pada tes kesehatan, keadaan patologik

maupun sebelum operasi, 2). Menentukan infeksi saluran kemih, 3). Menentukan kemungkinan

gangguan metabolisme, 4). Menentukan berbagai jenis penyakit ginjal.

1
I. TES MAKROSKOPIS

A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan

kering.

- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin.

- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi

penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin.

- Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni

pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat.

- Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, yaitu urin yang

dikeluarkan pada satu waktu yang tidak secara khusus. Urin pagi, yaitu urin pertama yang

dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin post prandial, urin yang pertama

kali dikemihkan 1,5-3 jam setelah makan. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas.

3. Prinsip

Tes makroskopis, memperhatikan makroskopis urin secara visual.

4. Alat dan Bahan

- Gelas takar

2
- Carik indikator pH

- Urinometer

- Termometer ruangan

B. ANALITIK

Cara Kerja:

1. Tuangkan sampel urin ke dalam gelas takar dan tentukan volumenya

2. Perhatikan warnanya, catat apakah warnanya normal atau abnormal

3. Perhatikan pula jernih keruhnya urin tersebut

4. Celupkan 1 carik indicator pH, baca pH urin

5. Menetapkan berat jenis:

- Tuang sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar, ke gelas urinometer,

hilangkan busa yang ada dengan memakai kertas saring

- Tempatkan hidrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak boleh

menyentuh dinding tabung/gelas (bila perlu putarlah hidrometer agar terapung di

tengah-tengah)

- Bacalah pada dasar meniscus (hindari paralax), laporkan BJ yang and abaca

- Perlu memperhatikan koreksi pembacaan dengan memperhatikan suhu kamar:

Suhu Tera (pada alat hidrometer) : 15⁰C

Suhu Ruangan : 32⁰C

BJ yang dibaca : 1,015 (misalnya)

Setiap kenaikan 3⁰C di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada bacaan BJ.

3
Jadi,

BJ = (32-15)/3 x 0,001 + 1,015

Urinometer

4
C. PASCA ANALITIK

Nilai rujukan:

- Warna/kejernihan : jernih atau sedikit keruh berwarna kuning

- Volume : 800-1300 ml

- pH : 5-8

- BJ : 1,003-1,029

5
II. TES MIKROSKOPIS

A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan

kering

- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin

- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi

penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin

- Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni

pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat

- Sampel urin yang dipakai untuk tes mikroskopis sebaiknya urin pagi karena kepekatannya

tinggi.

3. Alat dan bahan

- Tabung sentrifus

- Alat sentrifus

- Corong

- Kaca obyek + dekglas

- Pipet Pasteur

- Mikroskop

6
B. ANALITIK

Cara Kerja:

1. Siapkan 10-15 ml sampel urin dalam tabung sentrifus selama 5 menit pada kecepatan

2000 rpm

2. Buang lapisan supernatannya, sisakan kurang lebih 1 ml urin dalam tabung sentrifus

3. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan endapan

(sedimen)

4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca obyek

kemudian ditutup dengan kaca penutup

5. Periksalah di mikroskop:

- Menggunakan lensa obyektif 10x:

- Torak

- Kristal

- Epitel dan elemen lain

- Menggunakan lensa obyektif 40x:

- Eritrosit

- Lekosit

C. PASCA ANALITIK

Nilai rujukan:

- Eritrosit : <5 / LPB

7
- Lekosit : <5 / LPB

- Epitel : Normal: epitel gepeng

- Torak : Negatif/ hialin

- Kristal : Negatif

- Mikroorganisme : Bakteri : < 2 / LPB

8
III. TES PROTEIN URIN

A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan

kering

- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin

- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi

penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin

- Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni

pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat

3. Prinsip

Urin direaksikan dengan asam sulfosalisilat atau asam asetat, kadar protein urin

berdasarkan kekeruhan yang terjadi.

4. Alat dan bahan

- Tabung reaksi + rak

- Asam Sulfosalisilat 20%

- Asam Asetat 10%

- Pembakar (Bunsen/spiritus)

9
B. ANALITIK

1. Reaksi dengan Asam Sulfosalisilat 20%

- Siapkan 2 tabung reaksi, tandailah dengan nomor 1 dan 2. Tabung nomor 2

dipakai sebagai pembanding

- Tambahkan ke tabung nomor 1, 2 ml asam sulfosalisilat 20%, kocok isi tabung

- Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung nomor 1, bandingkan dengan

tabung nomor 2.

2. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan pemanasan

- Tuang urin yang jernih ke tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh

- Panaskan bagian atas tabung selama kurang lebih 2 menit dan timbul kekeruhan.

Bagian bawah tabung dipakai sebagai pembanding (kontrol). Kekeruhan yang

timbul dapat disebabkan oleh protein, fosfat atau karbonat

- Tambahkan 2-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat

- Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi

protein

- Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan asam sulfosalisil 20%

C. PASCA ANALITIK

Interpretasi:

NEG : Tidak ada kekeruhan

± : Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar belakang hitam

(protein < 0,01 gr%)

1+ : Ada kekeruhan tapi tidak tampak berbutir-butir (protein 0,01-0,05 gr%)

10
2+ : Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein 0,05-0,2 gr%)

3+ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping (protein 0,2-0,5 gr%)

4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein >0,5 gr%)

11
IV. TES GLUKOSA URIN

(Tes Reduksi Benedict)

A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan

kering

- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin

- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi

penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin

- Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu

- Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, urin pagi dan urin post

prandial.

3. Prinsip

Urin direaksikan dengan larutan Benedict, kadar glukosa urin berdasarkan perubahan

warna urin.

4. Alat dan Bahan

- Tabung reaksi + rak

- Larutan Benedict

- Pembakar Bunsen

12
B. ANALITIK

Cara Kerja:

1. Tuang 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi

2. Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes

3. Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit

4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok

C. PASCA ANALITIK

Interpretasi:

NEG : Cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh

1+ : Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)

2+ : Kuning kehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%)

3+ : Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%)

4+ : Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%)

13
V. TES BILIRUBIN

A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan

kering

- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin

- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi

penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin

- Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu.

3. Prinsip

Urin direaksikan dengan reagen Fouchet, timbulnya warna hijau atau biru-hijau

menunjukkan adanya bilirubin

4. Alat dan Bahan

- Tabung reaksi + rak

- Corong

- Kertas saring

- Reagen Fouchet

- Barium Chlorida (BaCl2 ) 10%

14
B. ANALITIK

Cara Kerja:

1. Campurkan 5 ml urin dan 5 ml BaCl2 dalam tabung reaksi, kocok isi tabung

2. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan presipitatnya

3. Bentangkan kertas saring yang mengandung presipitat ini di atas kertas saring yang lain

kemudian biarkan mengering

4. Tambahkan satu tetes reagen Fouchet ke atas presipitat, perhatikan perubahan warna

C. PASCA ANALITIK

- Positif : timbul warna hijau atau biru-hijau

- Negatif : tidak timbul warna hijau atau biru-hijau

15
TES VENERAL DISEASE RESEARCH LABORATORY
( TES VDRL)
I. PENDAHULUAN

Sifilis adalah suatu penyakit infeksi sistemik kronik yang disebabkan oleh Treponema

Pallidum, umumnya ditularkan secara seksual dan mempunyai ciri khas adanya periode

aktif di antara periode laten.

Infeksi Treponema Pallidum akan menimbulkan 2 jenis antibodi sebagai berikut:

1. Antibodi non treponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit

infeksi yang lain

2. Antibodi treponemal yang bereaksi dengan Treponema Pallidum

Tes VDRL adalah suatu tes non treponemal yang menggunakan teknik flokulasi,

dikenal sebagai tes standar untuk sifilis dan penggunaannya telah direkomendasikan oleh

WHO.

II. METODE

1. PRA ANALITIK

a. Persiapan pasien: tidak ada persiapan khusus

b. Persiapan sampel: plasma atau serum harus bebas dari kontaminasi bakteri dan

sampel tidak lisis

c. Alat dan bahan:

Alat:

- Slide/plate

- Pipet volumetric 20 µL, 50 µL, 1 mL

16
- Batang pengaduk

- Rotator mekanik

- Rak dan tabung reaksi (6-10 buah)

Bahan:

- VDRL carbon antigen 5 mL

- Larutan garam fisiologis NaCl 0,9%

- Serum control

2. ANALITIK

Cara Kerja:

Cara kualitatif:

1. Ambil 50 µL serum, letakkan di atas slide

2. Kocok antigen terlebih dahulu dan teteskan antigen sebanyak 20 µL ke atas sampel

dan aduk hingga tercampur baik

3. Tempatkan slide pada rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm

4. Secara visual pada cahaya terang, amati apakah terbentuk flokulasi. Bila kurang

jelas dapat menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x10

Cara kuantitatif (untuk hasil yang reaktif) :

1. Siapkan rak tabung, tabung reaksi dan plate

2. Ambil 2 mL serum, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi pertama

3. Isi tabung II-VI dengan 1 mL larutan garam fisiologis NaCl 0,9%

17
4. Untuk pengenceran pada tabung II, pindahkan 1 ml isi tabung I ke dalam tabung II

(pengenceran ½)

5. Lakukan hal yang sama untuk tabung III, IV, V dan VI

6. Ambil masing-masing dari tiap tabung sebanyak 100 µL, lalu teteskan ke atas plate,

sesuai dengan nomor tabung

7. Tambahkan 50 µL antigen VDRL ke dalam tiap sampel yang terdapat di atas plate

tadi

8. Aduk hingga merata, kemudian tempatkan pada rotator selama 8 menit

3. PASCA ANALITIK

Interpretasi:

a. Kualitatif:

- Gumpalan besar dan medium : reaktif

- Gumpalan kecil : reaktif lemah

- Tidak ada gumpalan : non reaktif

b. Kuantitatif:

Laporkan hasil pengamatan dengan pengenceran tertinggi yang masih memberikan

hasil reaktif dalam bentuk titer ½, ¼, 1/8, 1/16, 1/32 dan seterusnya.

Hasil reaktif: sedang terinfeksi atau pernah terinfeksi sifilis atau positif palsu.

18
Daftar Pustaka

Cooperberg MR, Presti JC, Sinohara K, Carroll PR. Neoplasma in Prostate Gland. In McAninch
JW, Lue TF (eds).

McNicholas TA, Kirby RS, Lepor H. Evaluation and Nonsurgical Management of Benign Prostatic
Hyperplasia : Wein AJ (eds). Campbell-Walsh Urology. 10 th edition. Philadelphia : Elsevier; 2012.
P.2610-54

Smith and Tanagho’s General Urology. 18th edition. New York : Lange Medical Book / McGraw-
Hill; 2013

Wein AJ (eds). Campbell-Walsh Urology. 10th edition. Philadelphia : Elsevier; 2012

19

Anda mungkin juga menyukai