Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Raihan Daffa Islamay

1906386332
Paralel B

Pasal dalam KUHD yang tidak bertentangan/selaras dengan KUHPerdata

1. Pasal 1 KUHD
Dalam Pasal 1 KUHD disebutkan bahwa Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
seberapa jauh daripadanya Kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam Kitab ini. Hal
tersebut memiliki makna bahwa hal-hal yang dibicarakan dalam KUHD maka berlaku
pula dalam KUHPerdata, sepanjang ketentuan di dalam KUHD tersebut tidak
mengesampingkan KUHPerdata.

Pasal dalam KUHD yang bertentangan/tidak selaras dengan KUHPerdata

1. Pasal 7 KUHD dengan Pasal 1881 KUHPerdata


Di dalam Pasal 7 KUHD dijelaskan bahwa hakim bebas untuk kepentingan masing-
masing akan memberi kekuatan bukti sedemikian rupa kepada pemegangan buku setiap
pengusaha, sebagaimana menurut pendapatnya dalam tiap-tiap kejadian khusus harus
diberikannya. Hal tersebut menerangkan bahwa menurut Pasal 7 KUHD, pembukuan
dapat menjadi suatu alat bukti yang menguntungkan. Namun, dalam Pasal 1881
KUHPerdata, pembukuan tidak dapat lagi dijadikan suatu alat bukti yang
menguntungkan. Oleh karena itu, berlaku asas lex specialis derogat legi generalis yang
memiliki makna hukum yang khusus mengesampingkan hukum yang umum. Hukum
yang khusus dalam kasus ini adalah Pasal 7 KUHD, sedangkan hukum yang
dikesampingkan karena merupakan hukum yang umum adalah Pasal 1881
KUHPerdata.

Studi Kasus Wahyu, Cakra, & Bimo

Kasus:

Wahyu, Cakra, dan Bimo bersahabat sejak SMA sampai mereka diterima kuliah di UI masing-
masing pada Fakultas Hukum, Fisip, dan Ekonomi. Setelah lulus, mereka berkarir sesuai
dengan latar belakang pendidikan mereka dan cukup sukses jika melihat jumlah dan klien-klien
mereka yang berasal tidak saja dari Indonesia tetapi juga mancanegara. Wahyu mendirikan
kantor pengacara “Wahyu & Associates”, Cakra membuka kantor konsultan pajak “Cakra &
Cakra”, dan Bimo mendirikan kantor akuntan publik “Bimo & Rekan”. Menurut saudara,
apakah mereka dapat dikategorikan menjalankan perusahaan?
Muhammad Raihan Daffa Islamay
1906386332
Paralel B

Jawaban:

Jika diperhatikan, tidak semua orang yang menjalankan sebuah pekerjaan bisa disebut sebagai
“menjalankan perusahaan” atau “bedrift”. Namun, setiap orang yang menjalankan perusahaan
pasti disebut sebagai “menjalankan perusahaan” atau “bedrift”. Istilah “menjalankan
perusahaan” atau “bedrift” berlaku ketika istilah “pedagang” dan “perdagangan” yang diatur
dalam Pasal 2-5 KUHD dihapuskan. Suatu kegiatn dapat disebut sebagai “menjalankan
perusahaan” atau “bedrift” apabila kegiatan tersebut memenuhi empat kriteria, yaitu:

1) Status atau Kedudukan Tertentu


Seseorang bisa mendapatkan kriteria ini apabila ia menjalankan suatu pekerjaan/usaha
dan dikenal oleh masyarakat sekitarnya menjalankan pekerjaan/usaha tersebut. Sebagai
contoh, seseorang dikenal sebagai pengusaha makanan karena masyarakat disekitarnya
mengenal dirinya sebagai pengusaha makanan. Dalam kasus diatas, Wahyu, Cakra, dan
Bimo memenuhi kriteria ini karena mereka adalah orang yang menjalankan usahanya
masing-masing dan dikenal sebagai pengusaha.
2) Terus-menerus (Berkesinambungan)
Seseorang bisa mendapatkan kriteria ini apabila ia menjalankan pekerjaan/usahanya
secara terus-menerus. Sebagai contoh, seseorang pengusaha makanan dikenal dari dulu
menjadi pengusaha makanan. Dalam kasus diatas, Wahyu, Cakra, dan Bimo memenuhi
kriteria ini karena mereka mendirikan sendiri perusahan mereka masing-masing dan
menjalankannya secara terus-menerus (berkesinambungan)
3) Sah atau Legal
Seseorang bisa mendapatkan kriteria ini apabila pekerjaan/usaha yang dijalankan tidak
melanggar hukum atau sah di mata hukum. Sebagai contoh, seorang pengusaha
makanan memiliki surat izin mendirikan usaha dan makanan yang dijualnya tidak
melanggar hukum. Dalam kasus diatas, Wahyu, Cakra, dan Bimo harus mendapatkan
izin berdasarkan aturan hukum untuk menjalankan perusahaan mereka masing-masing.
Apabila mereka belum mendapat izin tersebut, maka mereka tidak dapat memenuhi
kriteria Sah atau Legal ini. Selain itu, sesuatu yang mereka dagangkan yakni jasa harus
tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
4) Tujuan Mencari Laba (for profit)
Seseorang bisa mendapatkan kriteria ini apabila seseorang bermaksud untuk mencari
laba dari pekerjaan/usaha yang mereka jalankan. Sebagai contoh, seorang pengusaha
Muhammad Raihan Daffa Islamay
1906386332
Paralel B

makanan dapat memenuhi kriteria ini apabila ia mejalankan usaha makanannya untuk
mendapatkan laba. Dalam kasus diatas, Wahyu, Cakra, dan Bimo telah memenuhi
kriteria ini karena mereka mendirikan usaha bertujuan untuk mencari laba.

Berdasarkan analisis diatas, disimpulkan bahwa Wahyu, Cakra, dan Bimo telah memenuhi
empat kriteria diatas dan dapat dianggap sebagai “menjalankan perusahaan” atau “bedrift”.

Anda mungkin juga menyukai