Anda di halaman 1dari 12

Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita

A. Mengukur tb dan bb

Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya
berat badan anak di ukur tanpa baju. Mengukur panjang bayi dilakukan oleh dua orang pemeriksa pada
pada papan pengukur (infantometer),tinggi badan anak diatas dua tahun diukur dengan posisi anak
berdiri menggunakan stadiometer. Baku yang dianjurkan adalah bukuk NCHS secara Internasional untuk
anak usian 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.
Penilain berat badan (BB) berdasarumur menurut WHO dengan baku NCHS. Grafik pertumbuhan BB
dalam KMS dibuat berdasarkan baku WHO / NCHS yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia,
meliputi daerah merah menghubungkan angka-angka 70% median, daerah kuning di atas merah pada
batas 75-80% median. Daerah hijau muda adalah 85-90% median, daerah hijau tua 95-100% median.
Penilaian panjang badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS, meliputi lebih dari
atau sama dengan 90% adalah normal, kurang dari 90% adalah abnormal (malnutrisi kronis). Cara
canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak dengan kalkulasi skor Z (atau standard
devisia) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens.
Skoratau > +2 (misalnya 2SD di atas median) dipakai sebagai indicator obesitas.
B. Mengisi kms

1. Pengertian kms

Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan
oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.

KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-
Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis
tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,
meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.

KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif
dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga
berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.

2. Manfaat kms
Manfaat KMS-Balita adalah :

· Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi :
pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin
A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

· Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.

· Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

KMS - Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sbb :

· Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan

· Semua kolom isian diiisi dengan benar

· Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat

· Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-Balita

· Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan

· Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang sesuai.

· Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan hasil
penimbangannya dicatat dalam KMS

· KMS - Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan/dokter.

Setiap anak Balita yang datang ke Posyandu/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus ditimbang berat
badannya. Selanjutnya hasil penimbangan tersebut dicatat dalam KMS-Balita,dan membuat garis
pertumbuhannya (jika bulan lalu juga ditimbang). Dengan membandingkan berat badan bulan ini
dengan bulan lalu dapat diketahui hasil penimbangan saat ini garis pertumbuhan naik, tIdak naik atau di
bawah garis merah (BGM).

Setelah diketahui hasil penimbangan anak tersebut, dilakukan tindakan sebagai berikut:

Jika garis pertumbuhan naik, diberikan pujian serta nasehat agar meneruskan cara pemberian makanan
kepada anaknya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan
diupayakan berat badannya bulan depan naik lagi..

Jika garis pertumbuhan tidak naik :


a. Timbangan tidak naik 1 kali (1T), tanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian berikan
nasehat makanannya. Berikan motivasi agar bulan depan naik BB nya.

b. Timbangan tidak naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan penyakit kemudian berikan nasehat
makanannya. Apabila anak kelihatan sakit segera dikirim ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan
lain.

c. Timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dirujuk ke puskemas /fasilitas pelayanan kesehatan lain.

Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke puskesmas/fasilitas
pelayanan kesehatan lain

a. jika tanda klinis (-), berikan Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-Pemulihan).

b. Jika tanda klinis (+), lakukan 10 langkah Tata laksana Gizi Buruk dan obati jika ada penyakit penyerta.

3. Menggunakan Denver develompment screnninh test (dsst)

Denver Development Screening Test (DDST)


Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan penyimpangan
atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. Tenaga
kesehatan juga akan mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat.
Terutama ketika harus melibatkan ibu/ keluarga.
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang, yakni sebagai berikut.
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/
menemukan status gizi kurang/ buruk dan mikro/ makrosefali.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan, yaitu
untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan daya lihat, dan gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental
emosional, autism, dan gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktifitas.

Deteksi Dini Penyimpangan Petumbuhan


Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar, jumlah ukuran, atau
dimensi, baik pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Table 5.2 pelaksanaan dan alat yang digunakan pada deteksi dini penyimpangan

pertumbuhan

Tingkatan pelayanan Pelaksanaan Alat yang digunakan

Keluarga atau Orang tua KMS


masyarakat Kader kesehatan timbangan
Petugas TPA, guru TK

Puskesmas Dokter Tabel BB/TB


Bidan Grafik linkar kepala
Perawat Timbangan
Ahli Gizi Alat ukur tinggi badan
Petugas lainnya Pita pengukurlingkar
kepala

1. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan.


Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi ana, apakah anak termaksud normal,
kurus, kurus ekali, atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini
tumbuh kembang balita.
a. Pengukuran berat badan (BB)
 Menggunakan timbangan bayi
 Menggunakan timbangan injak pada anak
b. Pengukuran panjang badan (PB)/ tinggi badan (TB). Untuk pengukuran panjang badan atautinggi badan,
petugasharus memiliki keterampilan mengukur panjang badan dengan posisiberbaring sertamengukur
tinggibadan dengan posisi berdiri.
c. Penggunaan table BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
 Ukur TB dan BB
 Lihatkolompanjang/ tinggibadan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.
 Pilihkolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak.
Tentukan angkah berat badan yang terdekat dengan berat badan anak.
 Dari angkaBB tersebut, lihatbagian ataskolom untuk mengetahui angka standar deviasi (SD).

2. pengukuranLingkar kepala anak.


Tujuan pengukuran lingkarkepala adalah untuk mengetahui lingkarkepala anak apakah berada dalam
batas normal atau diluar batas normal. Jadwal pengukuran Lingkar kepala disesuaikan dengan usia anak.
Untuk anak berusia 0-11 bulan pengukuran dilakukan setiap 3 bulan, dan untuk anka berusia12-72 bulan
pengukuran dilakukan setiap 6 bulan.
a. Cara mengukurlingkar kepala
 Lingkarkan pengukuran kepala melewatidahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan begian
belakang kepala yang menonjol, lalu tarik agak kencang.
 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
 Tanyakan tanggal lahir bayi/ ana, hitungusiabayi/ anak
 Hasil pengukuran dihitung pada grafiklingkar kepalamenurut umur dan jenis kelamin anak
 Buat garis yang menghubungkan antara pengukuran lalu dengan sekarang
b. Interpretasi.
 Jika ukuran LK di dalam jalur hijau, maka LK anak anak dikatakan normal
 Jika ukuran LK di luar jalur hijau, maka LK anak dikatakan tidak normal ( makrosefal diatas jalur hijau dan
mikrosefal di bawah jalur hijau). Segera rujuk ke RS jika menemui anak dengan LK di luar jalur hijau.

C . Denver Development Screening Test II (DDST)


Denver development screening test II (DDST) di publikasikan pertama kali pada tahun 1967 untuk
membantu tenaga kesehatan mendeteksi masalah perkembangan potensial pada anak-anak di bawah
usia 6 tahun. DDST telah di gunakan secara luas sejak dipublikasikan. Selanjutnya DDST diadaptasi untuk
digunakan dan distandarisasi pada lebih dari 12 negara. DDST ini digunakan untuk keperluan skrining
lebih dari 50 juta anak di seluruh dunia. DDST selanjutnya direvisi menjadi DDST II oleh William K.
Frankenburg dan Josiah B. Dodds.
DDST II atau Denver II bukan tes intelegensia quotient (IQ) dan bukan peramal kemampuan adaptif
atau interlegtual perkembangan) anak di masa mendatang. Denver II tidak dibuat untuk menghasilkan
diagnosis seperti ketidakmampuan dan kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan
emosional.Denver II tidak untuk mensubtitusi evaluasi diagnostic atau pemeriksaan fisik, namun lebih
untuk membandingkan kemampuan pekembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang
seumur.
Denver II dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umur-umurnya,
anak-anak yang sehat berumur 0-6 tahun, anak-anak tanpa gejala kemungkinan ada kelainan
perkembangan. Denver II juga dapat digunakan untuk memastikan anak dengan persangkaan ada
kelainan perkembangan dan melakukan monitor anak-anak dalam resiko terhadap perkembangan.
Denver II terdiri dari 125 item yang disusun dalam formulir menjadi empat sektor untuk menjaring
fungsi-fungsi sector personal social, motorik halus-adaptif, bahasa dan motorik kasar.sektor personal
meliputi kemampuan penyusuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi. Sector motorik halus –
adaptif, terdiri atas kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sector motorik kasar,
terdiri dari duduk, jalan dan gerakan gerakan umum otot kasar.
Cara melakukan pemeriksaan Denver II, antara lain dilakukan secara kontinyu, anak didampingi ibu
atau pengasuh, anak dan ibu dalam keadaan santai, satu formulir digunakan beberapa kali pada satu
klien. Posisi anak pada saat pemeriksaan, adalah bayi baringkan di atas tempat tidur, sedangkan anak
duduk di kursi, lengan di atas meja.
Prinsip pemeriksaan Denver II, yakni dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari
tahap perkembangan yang telah dicapai anak. Penggunaan alat bantu stimulasi adalah yang sederhana,
suasana nyaman, bervariasi, memperhatikan gerakan spontan anak, dilakukan dengan wajar dan tanpa
paksaan, tidak menghukum, memberikan pujian/ reinforcement bila anak dapat melakukan
pemeriksaan. Sebelum uji coba semua alat saja sesuai tugas pada item tersebut, sehingga konsentrasi
anak tidak terpecah.

D. Kpsp (kuisionner pra screnning test)

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan.

Cara menggunakan KPSP :

Link KPSP usia :

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan

Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari usia anak.

Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian
sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.
Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.

Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan

Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan.

Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :

Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi makan kue sendiri?”

Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk”

Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih
lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.

Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.

Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

Interpretasi Hasil KPSP

Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)

Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan (S)

Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)

Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.

Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan
kesiapan anak.
Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen
khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah.

Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)

Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih sering .

Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak.

Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak. Tanyakan adakah penyakit
pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya.

Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama
dinilai.

Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan
lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.

Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi
selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena
anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.

lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.

Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan
dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.

E. SDIDTK ( Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang)

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan kegiatan untuk menemu-
kan secara dini penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan, dan penyimpangan mental
emosional pada anak sehingga dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental
emosional yang menetap (IDAI, 2016). Kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai
mempunyai masalah saja tetapi harus dilakukan pada semua balita (Kemenkes RI, 2016).

Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat anak,
pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah
tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, ke-
mampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan,
yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang
terdekat dengannya.

3. Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa
paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 aspek
kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Jenis deteksi tumbuh kembang yang harus dilakukan berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,
penyimpangan perkembangan, dan penyimpangan mental emosial.

(a) Penyimpangan pertumbuhan diukur melalui berat badan (BB)/ tinggi badan (TB) dan lingkar kepala
(LK). Hal ini berlaku untuk semua balita mulai 0-72 bulan.

(b) Penyimpangan perkembangan diukur melalui Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya
Lihat (TDL), dan Tes Daya Dengar (TDD). Hal ini berlaku untuk balita mulai 3-72 bulan.

(c) Penyimpangan mental emosional diukur melalui Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT),
Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) yang berlaku pada balita usia 18-72 bulan. Deteksi ini dilakukan dan dihitung oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih namun perlu distimulasi oleh orangtua balita. Pembahasan lebih lanjut
bisa anda baca dan download di internet buku SDIDTK terbitan Kementerian Kesehatan RI.

Stimulasi secara umum dilakukan pada anak usia 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan,
36 bulan, 48 bulan, 60 bulan, dan 72 bulan (prinsipnya usia < 2 tahun dilakukan stimulasi setiap 3 bulan,
dan > 2 tahun setiap 6 bulan) baik di Puskesmas, Poli Tumbuh Kembang maupun di Rumah.
Adapun perkembangan yang dipantau seperti:

Umur (9-12 bulan), balita seharusnya bisa:

a). Mengangkat benda ke posisi berdiri.

b). Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.

c). Dapat berjalan dengan dituntun.

d). Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.

e). Mengenggam erat pensil.

f). Memasukkan benda ke mulut.

g). Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan.

h). Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.

i). Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.

j). Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

k). Senang diajak bermain “CILUK BAA”.

Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali.

Umur (18-24 bulan), balita seharusnya bisa:

a). Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.

b). Berjalan tanpa terhyung-huyung.

c). Bertepuk tangan, melambai-lambai.

d). Menumpuk 4 buah kubus.

e). Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

f). Menggelindingkan bola kearah sasaran.

g). Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.

h). Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

i). Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.


F. Menjelaskan hasil pemantauan pada ibu/keluarga anak

Setelah pemeriksaan telah dilaksanakan kita wjaib memberi tahu orang tua tentang hasil dari
pemeriksaan pemantauan perkembangan anaknya lalu Memberitahu orang tua bahwa tes ini bukan tes
IQ, tetapi untuk melihat …perkembangan anak secara keseluruhan. Orang tua perlu diberitahu …bahwa
anak tidak selalu dapat melaksanakan semua tugas yang diberikan Dan menyajikan item yang akan
diujikan secara fleksibel.

G. Mempraktikkan stimulasi untuk tumbuh kembang anak sesuai usia


1. Usia 0-3 bulan
Stimulasi yang perlu dilakukan kepada bayi usia 0 sampai 3 bulan adalah dengan rutin memeluk secara
lembut, menggendongnya, menatapnya, mengajaknya tersenyum atau berbicara, membunyikan suara
dan musik secara bergantian, menggantung atau menggerakan benda berwarna terang, hingga melatih
tangan mereka memegang.
2. Usia 3-6 bulan
Stimulasi dapat dilakukan dengan mengajak bayi bermain cilukba, lalu berkaca bersama di depan cermin
yang memperlihatkan wajahnya dan sang Ibu, dan merangsangnya untuk telungkup dan terlentang
bolak-balik hingga duduk.
3. Usia 6-9 bulan
Stimulasi bisa berupa mulai sering memanggil nama bayi, mengajaknya bersalaman, bertepuk tangan
ketika ada hal yang membahagiakan, membacakannya dongeng, merangsangnya untuk duduk, dan
melatihnya berdiri sambil berpegangan.
4. Usia 9-12 bulan
Stimulasi bisa berupa memperkenalkan nama ibu, ayah dan kakak berulang-ulang kepada bayi,
melatihnya berdiri dan berjalan sambil berpegangan, hingga menuntunnya untuk memasukkan mainan
ke wadah, minum dari gelas, serta menggelindingkan bola.
5. Usia 12-18 bulan
Stimulasi selanjutnya ialah dengan melatih bayi mencoret-coret kertas memakai pensil warna,
menyusun kubus dan balok-balok puzzle, melepas celana, mengajarkan perintah-perintah sederhana,
melatih mereka menyebutkan namanya sendiri atau nama-nama benda, melatih mereka berjalan tanpa
berpegangan, menendang bola, hingga memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya.
6. Usia 18 - 24 bulan
Pada usia ini, stimulasi bisa dilakukan dengan memperkenalkan bayi pada fungsi bagian-bagian
tubuhnya secara sederhana, menuntunnya menghafal nama-nama binatang dan benda-benda di
sekitarnya, mengajak berbicara soal apa saja yang sudah ia lakukan seharian, mengajarkan sebelum atau
sehabis makan selalu mencuci tangan, belajar untuk memakai baju dan celana secara mandiri, serta
mengajaknya bermain bola dan melompat.
7. Usia 2-3 tahun
Stimulasi di fase usia ini dapat dilakukan dengan mengenalkan beragam warna-warna, melatih mereka
berbicara menggunakan kata sifat, menyebutkan dan menghafal nama teman-teman, menghitung,
menyikat gigi, bermain kartu, boneka maupun masak-masakan, menggambar, dan biasakan balita buang
air besar maupun kecil di toilet.
8. Usia 3 tahun ke atas
Stimulasi pada usia ini bisa dengan mengembangkan kemampuan di usia sebelumnya, mengarahkan
anak bersiap masuk ke sekolah seperti cara memegang pensil, menulis, mengenal huruf-huruf dan
angka, memahami perintah, mengajarkan konsep berbagi kepada sesama dan kemandirian.
Tips Stimulasi Dini yang Tepat
Para orang tua dianjurkan untuk melakukan stimulasi dini secara rutin serta terus-menerus di setiap
kesempatan berinteraksi dengan si kecil, dengan cara bervariasi dan menyenangkan. Stimulasi pun
seharusnya tidak dilakukan dengan terburu-buru maupun secara paksa kepada anak.
Perlu diingat, sikap marah, kesal, bosan dan sejenisnya yang ditunjukkan orang tua dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap emosi anak. Sebab, semua ucapan dan tindakan orang di sekelilingnya,
mudah terekam dalam ingatan bayi dan bisa mendorong mereka untuk menirunya.
Di sisi lain, kreativitas anak dapat berkembang dengan maksimal apabila orang tua terbiasa
menunjukkan sikap demokratis, seperti mendengarkan dan menghargai pendapat mereka. Mendorong
anak menyampaikan pendapat secara terbuka juga penting. Sikap keterbukaan bisa memancing anak
tertarik untuk mengamati dan menganalisis segala hal di sekelilingnya. Hal terakhir tentunya juga
memerlukan dorongan dari orang tua.

Anda mungkin juga menyukai