Pemantauan Tumbang
Pemantauan Tumbang
A. Mengukur tb dan bb
Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya
berat badan anak di ukur tanpa baju. Mengukur panjang bayi dilakukan oleh dua orang pemeriksa pada
pada papan pengukur (infantometer),tinggi badan anak diatas dua tahun diukur dengan posisi anak
berdiri menggunakan stadiometer. Baku yang dianjurkan adalah bukuk NCHS secara Internasional untuk
anak usian 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.
Penilain berat badan (BB) berdasarumur menurut WHO dengan baku NCHS. Grafik pertumbuhan BB
dalam KMS dibuat berdasarkan baku WHO / NCHS yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia,
meliputi daerah merah menghubungkan angka-angka 70% median, daerah kuning di atas merah pada
batas 75-80% median. Daerah hijau muda adalah 85-90% median, daerah hijau tua 95-100% median.
Penilaian panjang badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS, meliputi lebih dari
atau sama dengan 90% adalah normal, kurang dari 90% adalah abnormal (malnutrisi kronis). Cara
canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak dengan kalkulasi skor Z (atau standard
devisia) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens.
Skoratau > +2 (misalnya 2SD di atas median) dipakai sebagai indicator obesitas.
B. Mengisi kms
1. Pengertian kms
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan
oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-
Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis
tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,
meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif
dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga
berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.
2. Manfaat kms
Manfaat KMS-Balita adalah :
· Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi :
pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin
A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
· Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
· Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
· Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang sesuai.
· Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan hasil
penimbangannya dicatat dalam KMS
· KMS - Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan/dokter.
Setiap anak Balita yang datang ke Posyandu/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus ditimbang berat
badannya. Selanjutnya hasil penimbangan tersebut dicatat dalam KMS-Balita,dan membuat garis
pertumbuhannya (jika bulan lalu juga ditimbang). Dengan membandingkan berat badan bulan ini
dengan bulan lalu dapat diketahui hasil penimbangan saat ini garis pertumbuhan naik, tIdak naik atau di
bawah garis merah (BGM).
Setelah diketahui hasil penimbangan anak tersebut, dilakukan tindakan sebagai berikut:
Jika garis pertumbuhan naik, diberikan pujian serta nasehat agar meneruskan cara pemberian makanan
kepada anaknya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan
diupayakan berat badannya bulan depan naik lagi..
b. Timbangan tidak naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan penyakit kemudian berikan nasehat
makanannya. Apabila anak kelihatan sakit segera dikirim ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan
lain.
c. Timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dirujuk ke puskemas /fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke puskesmas/fasilitas
pelayanan kesehatan lain
b. Jika tanda klinis (+), lakukan 10 langkah Tata laksana Gizi Buruk dan obati jika ada penyakit penyerta.
pertumbuhan
Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan.
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari usia anak.
Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian
sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.
Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan.
Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi makan kue sendiri?”
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk”
Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih
lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan
kesiapan anak.
Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen
khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah.
Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih sering .
Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak. Tanyakan adakah penyakit
pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya.
Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama
dinilai.
Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan
lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi
selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena
anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan
dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan kegiatan untuk menemu-
kan secara dini penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan, dan penyimpangan mental
emosional pada anak sehingga dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental
emosional yang menetap (IDAI, 2016). Kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai
mempunyai masalah saja tetapi harus dilakukan pada semua balita (Kemenkes RI, 2016).
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat anak,
pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah
tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, ke-
mampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan,
yaitu:
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang
terdekat dengannya.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa
paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4 aspek
kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Jenis deteksi tumbuh kembang yang harus dilakukan berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,
penyimpangan perkembangan, dan penyimpangan mental emosial.
(a) Penyimpangan pertumbuhan diukur melalui berat badan (BB)/ tinggi badan (TB) dan lingkar kepala
(LK). Hal ini berlaku untuk semua balita mulai 0-72 bulan.
(b) Penyimpangan perkembangan diukur melalui Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya
Lihat (TDL), dan Tes Daya Dengar (TDD). Hal ini berlaku untuk balita mulai 3-72 bulan.
(c) Penyimpangan mental emosional diukur melalui Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT),
Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) yang berlaku pada balita usia 18-72 bulan. Deteksi ini dilakukan dan dihitung oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih namun perlu distimulasi oleh orangtua balita. Pembahasan lebih lanjut
bisa anda baca dan download di internet buku SDIDTK terbitan Kementerian Kesehatan RI.
Stimulasi secara umum dilakukan pada anak usia 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan,
36 bulan, 48 bulan, 60 bulan, dan 72 bulan (prinsipnya usia < 2 tahun dilakukan stimulasi setiap 3 bulan,
dan > 2 tahun setiap 6 bulan) baik di Puskesmas, Poli Tumbuh Kembang maupun di Rumah.
Adapun perkembangan yang dipantau seperti:
e). Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Setelah pemeriksaan telah dilaksanakan kita wjaib memberi tahu orang tua tentang hasil dari
pemeriksaan pemantauan perkembangan anaknya lalu Memberitahu orang tua bahwa tes ini bukan tes
IQ, tetapi untuk melihat …perkembangan anak secara keseluruhan. Orang tua perlu diberitahu …bahwa
anak tidak selalu dapat melaksanakan semua tugas yang diberikan Dan menyajikan item yang akan
diujikan secara fleksibel.