Anda di halaman 1dari 18

PAPER SOSIOLOGI KULINER

OLAHAN ABUNG
(ABON REBUNG)
Paper ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Kuliner
yang diampu oleh Drs. Nazrina Zuryani, M.A, PHD

Oleh :
2012511023 Ida Ayu Kade Dina Capriana
2012511031 Canthas Wara Pakerti
2012511051 Putu Regita Dian Pramesti Dewi

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman makanan tradisional, dalam kehidupan sehari-hari


makanan menjadi kebutuhan primer bagi manusia. Makanan pun bisa menjadi media untuk
menyampaikan terimakasih, ritual upacara, untuk mencirikan suatu daerah. Indonesia memiliki
berbagai jenis masakan, minuman, kudapan dari berbagai daerah di Indonesia. Makanan khas
daerah merupakan aset wisata bagi suatu daerah dan mempunyai peranan penting sebagai daya
tarik wisatawan dan kekayaan bangsa di bidang kuliner.

Pengembangan makanan daerah kini semakin pesat dan semakin banyak ragam makanan
yang muncul dan bahkan menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Bali adalah salah satu Propinsi
di Indonesia dan yang memiliki potensi pulau yang sudah mendunia dan memiliki potensi yang
besar dalam mengembangkan pariwisatanya. Bali yang lebih dikenal dengan nama Pulau Dewata
ini mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Hindu. Bali terkenal sebagai tujuan
Pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan.
Selain kaya akan seni budaya Bali juga kaya akan makanan khasnya dan memiliki daya tarik
tersendiri pada keunikan bentuk dan cita rasanya. Masakan khas tersebut tetap eksis bahkan
mulai dikembangkan sebagai hidangan di restoran. Cita rasa masakan Bali cenderung gurih dan
pedas sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Beberapa makanan khas bali yaitu: sate lilit,
ayam betutu, sambal matah, lawar, pelecing khas bali, dan lain sebagainya.

Banyaknya keanekaragaman makanan yang ada di Bali memnunculkan ide kami untuk
membuat sesuatu yang berbeda. Yakni Abon yang terbuat dari rebung. Pada dasarnya kita semua
sudah tidak asing dengan abon, abon adalah makanan yang terbuat dari serat daging hewan.
Namun, dalam ksempatan ini kami membuat inovasi baru agar abon juga bisa dinikmati oleh
para kalangan vegetarian. Rebung meruapakan tunas muda dari tanaman bambu yang muncul di
permukaan dasar rumpun. Rebung sendiri saat ini tidak banyak orang tahu cara mengolahnya
menjadi makanan lezat padahal rebung sangat mudah ditemukan.
1.2. Visi Usaha

1. Menciptakan wirausaha baru di bidang pangan dengan pemanfaatan rebung menjadi


abon.
2. Memproduksi dan mempopulerkan produk makanan bergizi berbahan baku rebung

1.3. Tujuan Usaha

Adapun tujuan usaha yang ingin dicapai dalam membuat usaha abon rebung ialah :

1. Dapat memberikan suatu pelatihan jiwa wirausaha bagi mahasiswa.


2. Memanfaatkan rebung menjadi makanan yang kaya akan gizi bagi kesehatan tubuh.
3. Dapat menciptakan lapangan kerja baru jika nantinya usaha ini dapat berkembang
menjadi usaha skala menengah.

1.4 Manfaat Usaha

Membantu masyarakat dalam pemberian lapangan kerja serta memberikan inovasi baru pada
masyarakat umum sehingga dapat menyerap ilmu yang akan ditularkan mahasiswa untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi. Manfaat dari usaha ini bagi petani bambu tabah adalah
diharapkan usaha ini dapat membantu proses penjualan hasil panen bambu tabah.

1.5 Deskripsi Usaha

Usaha yang akan kami buat adalah usaha yang bergerak dibidang pengolahan makanan berupa
abon yang terbuat dari bahan baku rebung yang dapat meningkatkan nilai ekonomi.
Meningkatnya perkembangan memunculkan abon tidak hanya bisa terbuat dari bahan daging,
tetapi kini rebung dapat dimanfaatkan sebagai penggantinya. Tentunya akan memberi variasi
yang berbeda, baik rasa maupun nilai gizi dan layak untuk dikonsumsi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis SWOT

2.1.1 Strenght (Kekuatan)

a) Bahan baku yang mudah di dapat


b) Proses produksinya mudah sehingga tidak mebutuhkan banyak waktu dan
tenaga.
c) Harga jual relative stabil, sehingga resiko kerugian sangat kecil
2.1.2 Weakness (Kelemahan)

a) Mengandung minyak yang cukup banyak


b) Kurang berinovasi pada variasi menu

2.1.3 Opportunity (Peluang)

a) Adanya kreasi dan inovasi baru pada produk masakan dan kemasan sehingga
membuat produk ini menarik untuk dibeli
2.1.4 Threat (Ancaman)

a) Pesaing akan membuat inovasi produk masakan baru dengan harga yang lebih
murah.

2.2 Metode Pelaksanaan

2.2.1 Tahap Persiapan

Pada tahap pertama yaitu tahap persiapan meliputi persiapan alat dan bahan untuk
pembuatan abon rebung. Adapun alat dan bahan, serta cara kerja pembuatan abon dari rebung
adalah sebagai berikut :

1) Alat : Pisau, sendok, baskom, saringan, cobek dan ulekan, kompor, penggorengan,
spatula, nampan stainless, panci, bungkus plastic.
2) Bahan : Rebung ( Bambu Tabah), Bawang Putih, Bawang Merah, Ketumbar, Jinten,
Minyak Goreng, Cabe Rawit, Cabe Lombok, Garam.
3) Cara Kerja :
a) Kupas rebung dan cuci hingga bersih
b) Rebus rebung selama kurang lebih 15 menit
c) Iris bawang merah dan bawang putuh
d) Tumis bawang merah dan bawang putih untuk dijadikan bawang
goreng
e) Siapkan cabai merah, cabai lombok, bawang putih, bawang merah,
ketumbar, jinten, jahe dan garam kemudian ulek hingga halus
f) Campurkan rebung yang sudah direbus dengan bumbu yang sudah
dihaluskan
g) Setelah tercampur rata, goreng rebung di minyak panas
h) Aduk terus hingga berwarna kecoklatan
i) Kemudian tiriskan dan diamkan beberapa jam agar abon
mengering
j) Taburi dengan bawang goreng
k) Abon siap dinikmati

2.2.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap kedua, yaitu tahap pelaksanaan meliputi produksi dan pemasaran.

1. Lokasi Pembuatan
Lokasi pembuatan dilaksanakan di rumah ketua pelaksana yaitu di desa Pandak
Tabanan dengan memanfaatkan rebung yang didapat dari Pupuan Tabanan.
2. Strategi Pemasaran
A. Harga
Produk Abon berbahan baku rebung tentunya akan mudah dinikmati
masyarakat dengan harga yang terjangkau dibandingkan dengan produk
sejenisnya berbahan baku yang berbeda.
B. Promosi
Promosi diharapkan dapat membuat produk yang dihasilkan cepat dikenal
masyarakat sehingga meningkatkan hasil produksi, Promosi yang
dilakukan antara lain :
a) Promosi melalui media elektronik. Tujuannya yaitu mengenalkan
produk dengan menggunakan situs sosial media berupa facebook,
twitter, instagram, dan lain sebagainya.
b) Promosi melalui brosur yang berisi tentang produk abon dari
rebung dengan cara disebarkan dilingkungan kampus dan warung,
disertai produk yang dihasilkan.
C. Pemasaran
Pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses akhir
produksi. Pengenalan produk dimulai dari warung-warung makanan di
lingkungan kampus. Selain itu membagikan tester kepada konsumen
sehingga konsumen dapat merasakan cita rasa pada produk dan menarik
perhatian konsumen terhadap makanan berbahan baku rebung.

2.3 Aspek Produksi

2.3.1 Peralatan yang digunakan untuk produksi


2.3.2 Bahan baku yang digunakan untuk produksi

2.4 Aspek Keuangan

Dari 36 bonggol bambu tabah seharga Rp80.000, sebanyak 11 bonggol digunakan untuk
pembuatan abon rebung sehingga bonggol bambu tabah yang digunakan hanya seharga
Rp22.000. Jadi, total harga untuk pembuatan abon rebung ini sebesar Rp59.760. Dalam produksi
ini, abon rebung yang dihasilkan yaitu sebanyak 10 produk dengan harga jual Rp. 10.000

1. Keuntungan
Keuntungan = (harga jual x hasil produksi) –- total pembuatan
= (Rp 10.000 x 10) – Rp59.760
= Rp100.000 – Rp59.760
= Rp40.240 atau Rp4.024/bungkus
2. BEP
FC
BEP Unit VC
=
P−
Unit
368
= 100−59. 760
368
= 40 , 24

= 9,145
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam ksempatan ini kami membuat inovasi baru agar abon juga bisa dinikmati oleh para
kalangan vegetarian yakni abon rebung. adapun visi dari usaha kami, yaitu:
1. Menciptakan wirausaha baru di bidang pangan dengan pemanfaatan rebung menjadi
abon.
2. Memproduksi dan mempopulerkan produk makanan bergizi berbahan baku rebung
Manfaat usaha kami yakni Membantu masyarakat dalam pemberian lapangan kerja serta
memberikan inovasi baru pada masyarakat umum sehingga dapat menyerap ilmu yang
akan ditularkan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Manfaat dari usaha ini
bagi petani bambu tabah adalah diharapkan usaha ini dapat membantu proses penjualan
hasil panen bambu tabah.
DAFTAR PUSTAKA

Didin, S. (2018). Memaknai Kuliner Lokal sebagai Daya Tarik Wisata Kota Bandung. Jutnal
Abdimas BSI. Vol. 1(1), 55-64.
Ervina, A. (2017). Pengaruh Keanekaragaman Jenis Makanan. Jurnal Obatretika Scienta. Retrieved
from: https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/OBS/article/download/177/182 . Diakses pada
tanggal 21 Maret 2021.

Rahman, F. (2018). Kuliner sebagai Identitas Keindonesiaan . Jurnal Sejarah. Vol. 2(1), 43-63.
Widiarti, A. (2013). PENGUSAHAAN REBUNG BAMBU OLEH MASYARAKAT DEMAK
DAN WONOSOBO. Jurnal Penelitian Hutan dan Konversasi Alam.
Lampiran – Lampiran

A. Lampiran hasil uji rasa oleh panelis

Anda mungkin juga menyukai