Anda di halaman 1dari 3

Judul: Ken Arok; Cinta dan Takhta

Penulis: Zhaenal Fanani

Penerbit: Metagraf (Grup Tiga Serangkai)

Tahun: 2013

Tebal: 536 Halaman

Sinopsis:

Ken Arok adalah anak hasil perselingkuhan ibunya dan murid dari suami ibunya, sejak kecil Ken Arok
dibuang ibunya. Ken Arok diasuh oleh seorang pencuri dan perampok sehingga ia tumbuh menjadi
seorang pencuri pula. Namun ia pun akhirnya sadar dalam bimbingan Dan Hyang Lohgawe. Kemudian
dari situlh Ken Arok memperjuangkan masyarakat dengan menumbangkan kekuasaan Tunggul Ametung.
Dalam BNovel ini pula terdapat romance cinta segitiga antara Ken Arok, Ken Dedes dan Ken Umang.

SRUKTUR:

 Orientasi

Ken Arok muncul pertama kali dalam karakter seorang penjahat karena ia tumbuh dalam lingkungan
yang buruk. la dididik menjadi seorang pencuri oleh ayah angkatnya, Ki Lembong dan menjadi seorang
penjudi oleh Bango Samparan.

 Komplikasi

Ken Arok menjalani hidup religius dalam "kempitan" Dan Hyang Lohgawe, yang mengubahnya menjadi
orang baik. Ken Arok ingin merebut kekuasaan Tunggul Ametung yang dinilainya sangat menyulitkan
rakyat. Berawal sebagai prajurit, Ken Arok pun ingin memuluskan rencananya dengan cara membunuh
Tunggul Ametung.

 Evaluasi

Karena niat membunuh Tunggul Ametung tidak direstui oleh Lohgawe, Ken Arok pun meminta restu dari
Bango Samparan. Maka Ken Arok pun memesan keris kepada Mpu Gandring. Karena kecewa
pesanannya tak kunjung selesai, Ken Arok pun membunuh Mpu Gandring menggunakan keris tersebut.
Sebelum meninggal, Gandring sempat mengutuk Ken Arok bahwa ia akan mati dengan keris tersebut
juga.

 Resolusi

Suatu malam, Ken Arok mencuri keris milik Kebo Idjo dan menggunakan keris tersebut untuk
membunuh Tunggul Ametung. Rakyat gempar, dan menuduh Kebo Idjo sebagai pelakunya. Dan Ken
Arok pun berhasil menggantikan posisi Tunggul Ametung sebagai penguasa Tumapel dan menikahi Ken
Dedes, istri Tunggul Ametung.
Unsur Intrinsik

 Tema : seorang perampok yang ingin berkuasa


Amanat : Amanat yang terkandung dalam cerita drama tersebut adalah bahwa sebagai
manusia tidak boleh berbohong dan berkhianat.
Alur : campuran
Tokoh : Ken Arok, Kertajaya, Lohgawe, Tunggul Ametung (Akuwu Tumapel), Ken Dedes,
Anusapati.
Latar : Kerajaan, hutan
Sudut pandang: pengarang sebagai orang ke 3
Gaya penulisan : Bahasa yang digunakan ialah bahasa percakapan sehari-hari dan
terdapat bahasa percakapan yang kasar. Tidak menggunakan bahasa melayu.

Unsur Ekstrinsik:
 Nilai Religius
a. Sejak kecil ia diajar untuk membuang muka, membenci, terhadap siapa saja yang tidak
mengindahkan Hyang Syiwa
b. Kalian penyembah Hyang Wisynu yang kurang baik. Kesetiaan telah kalian persembahkan
pada Tunggul Ametung, bukan pada Hyang Wisynu. Yang kalian sembah bukan dewa cinta-
ka-sih, bukan Sri Dewi, bukan Hyang Wisynu, tapi gandarwa ketakutan.
c. Mereka menyembah Hyang Wisynu yang pengasih dan pemurah
 Nilai Moral
a. Ki Bango melangkah mundur kemudian juga berlutut mencium tanah. "Biarlah aku
memuliakan kau, Bapak
b. Kalian sudah tolong ibu kalian mengangkuti harta benda keluar dari sini. Sekarang, muliakan
ibu kalian, jaga hatinya, jaga keselamatannya, dan jangan sekali-kali mencampuri urusan
pekuwuan
c. "Jangan tinggalkan sahaya terlalu lama," ia mengangkat sembah pada Arok
 Nilai Sosial
a. Arok berdiri dan membopong emaknya masuk ke rumah Dari sinar damar ia lihat wanita itu
bukan seorang ibu muda yang dulu, tetapi telah tua dengan muka telah dirusak oleh usia.
b. la berbalik dan menghampiri ayah pungutnya. Dengan sopan ia berdiri mengapurancang
c. "Tumapel adalah bagian dari Kediri. Tumapel harus menghormati wakil Kediri," pekik
Belakangka
d. Dunia menghormati satria, raja-raja, juga akuwu. Setidak tidaknya hari ini telah kudapatkan
anak perawan brahmani. seorang brahmani yang masyhur akan kesuciannya, untuk jadi
permata bagi hidupku dan bagi Tumapel."
 Nilai Budaya
a. Ken Dedes membawa suaminya naik ke pendopo yang telah digelari dengan hidangan,
daging babi dan kambing, karena kaum Wisynu menurut adat tidak makan daging hewan
yang membantu pertanian.

Anda mungkin juga menyukai