Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan, jika didalamnya telah dapat kepatuhan si anak. Tetapi tidak semua pergaulan merupakan pendidikan. Satu-satunya pengaruh yang dapat dikatakan pendidikan adalah pengaruh yang menuju kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya secara mandiri. Berdasarkan penjelasan diatas, tampak fungsi wibawa pendidikan adalah membawa si anak kearah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalaninya. Penggunaan Kewibawaan Oleh Guru dan Pendidik Lainya Kewibawaan pendidikan yang dimaksudkan disini adalah yang menolong dan memimpin anak kearah kedewasaan atau kemandirian. Oleh karena itu, penggunaan kewibawaan oleh guru dan tenaga kependidikan perlu didasari oleh faktor-faktor berikut: a. Dalam menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak sebagai pribadi. b. Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif sendiri c. Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaan atas dasar cinta kepada anak. Kewibawaan dalam pendidikan a. Kewibawaan dan pelaksanaan kewibawaan dalam keluarga, terutama dimaksudkan untuk melaksanakan berputernya roda masyarakat kecil. Dalam pendidikan pelaksanaan kewibawaan tujuannya untuk norma-norma itu, dengan wibawa itu pendidik hendak membawa anak agar mengetahui, memiliki, dan hidup sesuias dengan norma-norma. b. Pelaksanaan kewibawaan dalam kependidikan harus berdasarkan perwujudan norma dalam diri si pendidik. Oleh karena itu wibawa dan pelaksanaannya mempunyai tujuan membawa anak ketingkat kedewasaan.
Kewibawaan dan identifikasi
Dalam setiap macam kewibawaan terdapat suatu identifikasi sebagai dasar. Artinya, dalam melakukan kewibawaan si pendidik mempersatukan dirinya dengan yang dididik, juga sebaliknya. Dalam kaitan ini identifikasi mengandung arti si pendidik mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan dan kebahagian si anak. Jadi, si pendidik akan mewakili patah hati anak didiknya untuk sementara. Dan yang kedua si anak mengidentifikasi dirinya terhadap pendidiknya. Ada dua kemungkinan cara mengidentifikasi anak yaitu yang pertama ia dapat sama sekali melenyapkan dirinya menurut sempurna, tidak menentang perintah dan larangan di lakukan secara pasif saja. Yang kedua karena ikatan dengan sang pemegang wibawa (pendidik) terlalu kuat sehingga merentangi perkembangan “aku” anak itu. Kesimpulan, identifikasi pada diri seorang anak mulanya tertuju pada diri pribadi pendidiknya, kemudian tertuju pada nilai-nilia dan normanya, kelaknya lebih melepaskan lagi dari pendidiknya, dan lebih lagi menunjukkan dirinya kepada nilai-nilai dan norma itu. Jelas bahwa fungsi kewibawaan adalah pendidikan adalah membuat si anak nilai-nilai dan norma- norma hidup.