Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017

G
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA DALAM MELAKUKAN
BULLYIN

OLEH:
ELA ZAIN ZAKIYAH 1 , SAHADI HUMAEDI 2 , MEILANNY BUDIARTI SANTOSO 3
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
2. Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
3. Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
l.com npad.ac.id gmail.com
nn@gmai maedi@u E-mail: udiarti13@
( elazainnn sahadi.hu meilannyb )

ABSTRAK
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik
secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa,
2008). Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik
secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi
korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah
tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut
dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar
dan prestasi akademis. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan
menunjukkan sifat kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega
membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target
bullying korban sejak kelas satu SMP.
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya bullying oleh remaja, peran-peran
dalam tindakan bullying, dan jenis-jenis bullying. Sumber data tulisan ini dilakukan dengan metode studi
d
dokumentasi. Dalam artikel ini didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying
er
bisa datang dari individu, keluarga, kelompok bermain, hingga lingkungan komunitas pelaku. Tindakan ini
ho is re As for
eith intende
sangat berhubungan dengan dunia pekerjaan sosial, yang dalam kasus ini dituntut untuk menjadi konselor
people w ens who a
bagi pelaku bullying. or some 2008). Te
mentally.
Kata kunci: bullying, korban, bully, intimidasi. a person ically and gies, such
s (Sejiwa, th
both phys patholo teenager

d helples sical heal roblems, o


harm into e ld
atized, an hood, phy f health s such as years
ring any p ten be th l
laimproblem
to of ed to a 15
ed, traum
ower to b into o
adult
ter risk o us menta
CT
etrators c As happen
ly victimiz
of using p re at grea sing ude
ABSTRA chological spiritbe vario
tim. Perp
cteristics.
nd decrea that may
s an act
bullying a ation, incl
f , and psy lent chara
Bullying i to the vic
le load, a of intimid
problems verbally,
. a revenge
physically victims of y to be su
and
muscy
and sleep he victims
more likel vement.
to be the riend for gh
school
problemsn. a minal llying fered by t mic achie
nxiety pain ma
depressio hes, abdo tims of bu his own f t grade o f junior hi and acade
ho killed
as cases, vic ce the firsar, Bali, w f
headac ullying sin
In learning
in
Denpas
target of b

324
groups, d be acti
,
eenagers ilies, play od. In hey shoul
llying by t tudy meth hich t
k. w
entation s uals, fam
uses of bu ocial wor
Jurnal Penelitian & out the ca by documm individ
ISSN: 2442-448X come froworld of s
PPM ed to findr is done Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017 tors
e is intend this papef bullying ted to the ults of fac
vior off.
This source t the urrence ction is bully osely ati e the
articl of occ o cl beha rela on. res
,
i
n
ti
m
id
The data tting the ors. This a this
that affec ms, bullyelor for cu
perpetrat ing, victi
as a consds: bully
Key wor

Pendahuluan gender maupun usia. Bahkan, bullying sudah a


Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh n
fase dan tingkatan. Pada saat lahir, manusia para remaja. t
sebagai individu tumbuh dan berkembang di Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini a
lingkungan keluarga. Setiap hari, ia melakukan pun sangat luas cakupannya. Remaja yang r
kontak dan interaksi dengan keluarga terutama menjadi a
orang tua. Pada fase ini, bayi ditanamkan nilai-nilai korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai
yang dianut oleh orang tuanya. l
masalah kesehatan, baik secara fisik
a
Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja, manusia maupun mental. Adapun masalah yang lebih
i
sebagai individu mulai mengenal lingkungan yang mungkin
n
lebih luas daripada keluarga. Sosialisasi yang diderita anak-anak yang menjadi korban bullying,
dialami individu mulai bertambah luas. Individu m
mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal
ini membuat keterampilan sosial individu makin 3u
n
meningkat. Jika nilai-nilai yang ditanamkan oleh 2
c
kedua orang tuanya diserap dengan baik, maka 5u
keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu l
tersebut bisa menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan n
karena manusia tumbuh dan berkembang dari fase y
ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah ia a
pelajari dari fase sebelumnya. Sebaliknya, apabila
sosialisasi nilai- nilai yang ditanamkan keluarga b
kurang terserap oleh anak, maka bisa jadi e
perkembangan perilaku dan psikososialnya r
terhambat. Akibatnya, remaja mulai menunjukkan b
gejala-gejala patologis seperti kenakalan dan a
perilaku-perilaku beresiko lainnya, salah satunya g
adalah bullying. a
Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah i
tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bullying
adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk m
menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik a
secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga s
korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya a
(Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering disebut l
dengan istilah bully. Seorang bully tidak mengenal a
h
mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur
yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan
kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan
ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di
lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar
dan prestasi akademis.
Contoh kasus terjadi pada seorang siswa sekolah dasar
di Ohio yang tewas gantung diri menggunakan dasi
karena dibully oleh teman sekolahnya. Bocah berumur 8
tahun ini menjadi korban bullying secara fisik. Ia kerap
dipukuli oleh teman-temannya di sekolah. Contoh lain
datang dari Texas. Seorang remaja perempuan nekat
menembakkan pistol ke dadanya sendiri hingga tewas
karena ia merasa dihujat habis-habisan di dunia maya.
Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak
korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat
kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun
di Denpasar, Bali, yang tega membunuh temannya sendiri
karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku
kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu
SMP. Akibat perbuatannya, pelaku yang masih di bawah
umur ini dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-undang
Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, serta
KUHP Pasal 340, 338, dan 351.
Kasus ini membawa kepada penjelasan bahwa
masyarakat khusunya harus lebih paham mengenai
bullying. Apa yang menyebabkan remaja melakukan
bullying, apa dampak bagi pelaku, korban, dan saksi,
bagaimana bentuk-bentuk tindakan bullying, dan
bagaimana cara mencegah dan memberhentikan tindakan
penindasan ini.
A. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris,
yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang
senang merunduk kesana kemari. Dalam
Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully
berarti penggertak, orang yang mengganggu orang
lemah. Sedangkan secara terminology menurut Definisi
bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3,
dalam Ariesto, 2009) adalah “sebuah hasrat untuk
menyakiti. Hasrat
Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan (1) tipe percaya diri, secara fisik kuat,
seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara menikmati agresifitas, merasa
langsung oleh seseorang atau sekelompok aman dan biasanya populer,
yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
(2) tipe pencemas, secara akademik
biasanya berulang, dan dilakukan dengan lemah, lemah dalam
perasaan senang”. berkonsentrasi, kurang populer dan
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kurang merasa aman, dan
kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara (3) pada situasi tertentu pelaku
psikologis ataupun fisik terhadap seseorang bullying bisa menjadi korban
atau sekelompok orang yang lebih “lemah” bullying.
oleh seseorang atau sekelompok orang. Pelaku
bullying yang biasa disebut bully bisa Selain itu, para pakar banyak menarik
seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan ia kesimpulan bahwa karakteristik pelaku
atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki bullying biasanya adalah agresif, memiliki
power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja konsep positif tentang kekerasan, impulsif,
terhadap korbannya. Korban juga dan memiliki kesulitan dalam berempati
mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang (Fonzi & Olweus dalam Sullivan, 2000).
lemah, tidak berdaya dan selalu merasa Menurut Astuti (2008) pelaku bullying
terancan oleh bully. (Jurnal Pengalaman biasanya agresif baik secara verbal
Intervensi Dari Beberapa Kasus Bullying, maupun fisikal, ingin popular, sering
Djuwita, 2005 ; 8, dalam Ariesto 2009).
B. Peran dalam Bullying membuat onar, mencari-cari kesalahan
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam orang lain, pendendam, iri hati, hidup
perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 berkelompok dan menguasai kehidupan
(empat) (dalam http://repository.usu.ac.id) sosial di sekolahnya. Selain itu pelaku
yaitu: bullying juga menempatkan diri di tempat
tertentu di sekolah atau di sekitarnya,
a. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang merupakan tokoh popular di sekolahnya,
secara fisik dan/atau emosional melukai gerak geriknya sering kali dapat ditandai
murid lain secara berulang-ulang (Olweus, dengan sering berjalan di depan, sengaja
dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang menabrak, berkata kasar, dan
diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering menyepelekan/ melecehkan.
memperlihatkan fungsi psikososial yang
lebih buruk daripada korban bullying dan b. Victim (korban bullying) yaitu murid
murid yang tidak terlibat dalam perilaku yang
bullying (Haynie, dkk., dalam Totura, sering menjadi target dari perilaku agresif,
2003). Pelaku bullying juga cenderung tindakan yang menyakitkan dan hanya
memperlihatkan simptom depresi yang memperlihatkan sedikit pertahanan
lebih tinggi daripada murid yang tidak melawan penyerangnya (Olweus, dalam
terlibat dalam perilaku bullying dan Moutappa dkk, 2004). Menurut Byrne
simptom depresi yang lebih rendah dibandingkan dengan teman sebayanya
daripada victim atau korban (Haynie, dkk., yang tidak menjadi korban, korban
dalam Totura, 2003). Olweus (dalam bullying cenderung menarik diri, depresi,
Moutappa, 2004) mengemukakan bahwa cemas dan takut akan situasi baru (dalam
pelaku bullying cenderung mendominasi Haynie dkk, 2001). Murid yang menjadi
orang lain dan memiliki kemampuan sosial korban bullying dilaporkan lebih
dan pemahaman akan emosi orang lain yang menyendiri dan kurang bahagia di sekolah
sama (Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam serta memiliki teman dekat yang lebih
Moutappa, 2004). sedikit daripada murid lain (Boulton &
Underwood dkk, dalam Haynie dkk, 2001).
Menurut Stephenson dan Smith (dalam
Korban bullying juga dikarakteristikkan
Sullivan, 2000), tipe pelaku bullying antara
dengan perilaku hati-hati, sensitif, dan
lain:
pendiam (Olweus, dalam Moutappa,
2004).
Coloroso (2007) menyatakan korban
bullying biasanya merupakan anak
326
Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
baru di suatu lingkungan, anak termuda di korban perilaku agresif (Andreou, dalam
sekolah, biasanya yang lebih kecil, im
tekadang ketakutan, mungkin tidak Moutappa dkk, 2004). Craig (dalam Haynie
terlindung, anak yang pernah mengalami dkk, 2001) mengemukakan bully vict
trauma atau pernah disakiti sebelumnya dan menunjukkan level agresivitas verbal dan
biasanya sangat peka, menghindari teman tim
sebaya untuk menghindari kesakitan yang fisik yang lebih tinggi dibandingkan
lebih parah, dan merasa sulit untuk meminta dengan anak lain. Bully vic
pertolongan. Selain itu juga anak penurut,
juga
anak yang merasa cemas, kurang percaya
dilaporkan mengalami peningkatan
diri, mudah dipimpin dan anak yang
simptom depresi, merasa sepi, dan
melakukan hal-hal untuk menyenangkan
cenderung merasa sedih dan moody
atau meredam kemarahan orang lain,
daripada murid lain (Austin & Joseph;
anak yang perilakunya dianggap
Nansel dkk, dalam Totura, 2003). Schwartz
mengganggu orang lain, anak yang tidak
(dalam Moutappa, 2004) menjelaskan
mau berkelahi, lebih suka menyelesaikan
bully-victim juga dikarakteristikkan dengan
konflik tanpa kekerasan, anak yang
reaktivitas, regulasi emosi yang buruk,
pemalu, menyembunyikan perasaannya,
kesulitan dalam akademis dan penolakan
pendiam atau tidak mau menarik perhatiaan
dari teman sebaya serta kesulitan belajar
orang lain, pengugup, dan peka.
(Kaukiainen, dkk., dalam Moutappa, 2004).
Disamping itu juga merupakan anak yang
d. Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat
miskin atau kaya, anak yang ras atau dalam perilaku agresif atau bullying.
etnisnya dipandang inferior sehingga layak
dihina, anak yang orientsinya gender atau
seksualnya dipandang inferior, anak yang C. Faktor Penyebab terjadinya Bullying
agamanya dipandang inferior, anak yang
cerdas, berbakat, atau memiliki kelebihan. Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor
ia dijadikan sasaran karena ia unggul, anak penyebab terjadinya bullying antara lain:
yang merdeka, tidak mempedulikan status a. Keluarga.
sosial, serta tidak berkompromi dengan Pelaku bullying seringkali berasal dari
norma-norma, anak yang siap keluarga yang bermasalah : orang tua
mengekspresikan emosinya setiap waktu, yang sering menghukum anaknya secara
anak yang gemuk atau kurus, pendek atau berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
jangkung, anak yang memakai kawat gigi stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan
atau kacamata, anak yang berjerawat atau mempelajari perilaku bullying ketika
memiliki masalah kondisi kulit lainnya. mengamati konflik-konflik yang terjadi
Selanjutnya korbannya merupakan anak pada orang tua mereka, dan kemudian
yang memiliki ciri fisik menirunya terhadap teman-temannya. Jika
ve tidak ada konsekuensi yang tegas dari
yang berbeda dengan mayoritas anak lingkungan terhadap perilaku coba-
hyperacti cobanya itu, ia akan belajar bahwa
lainnya, dan anak dengan ketidakcakapan “mereka yang memiliki kekuatan
deficit diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan
mental dan/atau fisik, anak yang memiliki perilaku agresif itu dapat meningkatkan
status dan kekuasaan seseorang”. Dari
ADHD ( attention
sini anak mengembangkan perilaku bullying;
disorder) mungkin bertindak sebelum
berpikir, tidak mempertimbangkan b. Sekolah
konsekuensi atas perilakunya sehingga Pihak sekolah sering mengabaikan
disengaja atau tidak menggangu bully, keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-
anak yang berada di tempat yang keliru anak sebagai pelaku bullying akan
pada saat yang salah. ia diserang karena mendapatkan penguatan terhadap perilaku
bully sedang ingin menyerang seseorang di mereka untuk melakukan
tempat itu pada saat itu juga.
c. Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam intimidasi terhadap anak lain. Bullying
perilaku agresif, tetapi juga menjadi berkembang dengan pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikan

327
Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
masukan negatif pada siswanya, misalnya menyikut, meninju, menendang, menggigit,
berupa hukuman yang tidak membangun memiting, mencakar, serta meludahi anak
sehingga tidak mengembangkan rasa yang ditindas hingga ke posisi yang
menghargai dan menghormati antar menyakitkan, serta merusak dan
sesama anggota sekolah; menghancurkan pakaian serta barang-
c. Faktor Kelompok Sebaya. barang milik anak yang kuat dan semakin dewasa sang
Anak-anak ketika tertindas. Semakin penindas, semakin berbahaya
berinteraksi dalam sekolah jenis serangan ini, bahkan
dan dengan teman di walaupun tidak dimaksudkan
sekitar rumah, kadang untuk mencederai secara
kala terdorong untuk serius.
melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha b. Bullying
untuk Verbal
membuktikan bahwa mereka bisa masuk Kekerasan verbal adalah bentuk
dalam kelompok tertentu, meskipun penindasan yang paling umum digunakan,
mereka sendiri merasa tidak nyaman baik oleh anak perempuan maupun anak
dengan perilaku tersebut. laki-laki. Kekerasan verbal mudah
d. Kondisi lingkungan sosial dilakukan dan dapat orang dewasa serta temang
Kondisi lingkungan sosial dibisikkan dihadapan sebaya, tanpa terdeteksi.o
dapat pula menjadi Penindasan verbal dapats
penyebab timbulnya diteriakkan di taman bermain i
perilaku bullying. Salah bercampur dengan hingar p
satu faktor lingkungan binger yang terdengar oleh.
social yang menyebabkan pengawas, diabaikan karena
tindakan bullying adalah hanya
kemiskinan. Mereka yang dianggap sebagai dialog yang
hidup dalam kemiskinan bodoh dan
akan berbuat apa saja demi tidak simpatik di antara teman
memenuhi kebutuhan sebaya.
hidupnya, sehingga tidak Penindasan verbal dapat
heran jika di lingkungan berupa julukan nama, celaan,
sekolah sering terjadi fitnah, kritik kejam,
pemalakan antar siswanya. penghinaan, dan pernyataan-
e. Tayangan televisi dan pernyataan bernuansa ajakan
media cetak seksual atau pelecehan seksual.
Selain itu, penindasan verbal
Televisi dan media cetak
dapat berupa perampasan uang
membentuk pola perilaku
jajan atau
bullying dari segi tayangan
barang-barang, telepon yang
yang mereka tampilkan.
Survey yang dilakukan kasar,
kompas (Saripah, 2006) yang mengintimidasi, surat-
memperlihatkan bahwa surat kaleng yang berisi
56,9% anak meniru ancaman kekerasan, tuduhan-
adegan-adegan film yang tuduhan yang tidak benar,
kasak-kusuk yang keji, serta
ditontonnya, umumnya mereka meniru c. Bullying Relasional
geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar.
Penindasan relasionaladalah pelemahan
D. harga diri si korban sistematis melalui pengabaian,
Jenis penindasan secara pengucilan,
Bullyin
g
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk pengecualian, atau penghindaran.
tindakan. Menurut Coloroso (2007), bullying Penghindaran, suatu tindakan
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: dapat diidentifikasi diantara peninda
a. Bullying Fisik bentuk-bentuk penindasan san
lainnya, namun kejadian yang
Penindasan fisik merupakan jenis penindasan fisik terhitung dilapork
bullying yang paling tampak dan paling kurang dari sepertiga insiden an oleh
siswa. penyingkiran, adalah alat penindasan yang
Jenis penindasan secara fisik di antaranya terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin
adalah memukul, mencekik, akan tidak mendengar gosip itu, namun
tetap akan mengalami efeknya.
Penindasan relasional dapat digunakan
328 untuk mengasingkan atau menolak
seorang teman atau secara sengaja
ditujukan untuk merusak persahabatan.
Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu
Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan d. Perilaku non verbal tidak
bahasa tubuh yang kasar. langsung
(mendiamkan
d. l seseoranpersahabatan sehingga retak, memanipul
Cyber bu g, sengaja asi
Ini adalah bentuk bullying yang mengucilkan atau mengabaikan,
terbaru karena semakin berkembangnya mengirimkan surat kaleng); p
teknologi, internet dan media sosial. Pada e. Pelecehan seksual (kadang-kadang
intinya adalah korban terus menerus dikategorikan perilaku agresi fisik atau
mendapatkan pesan negative dari pelaku verbal).
bullying baik dari sms, pesan di internet dan
media sosial lainnya. E. Pelaku Bullying dalam Remaja

Bentuknya berupa: Menurut Carroll et al. (2009), terdapat empat


faktor yang mempengaruhi remaja melakukan
1. Mengirim pesan yang menyakitkan
atau menggunakan gambar tindakan beresiko. Faktor tersebut adalah
faktor individu, keluarga, peer grou , dan
2. Meninggalkan pesan voicemail yang 3f
kejam 2a
3. Menelepon terus menerus tanpa henti 9k
s t
namun tidak mengatakan apa-apa o
( silent call r
)
k
4. Membuat website yang memalukan o
bagi si korban m
5. Si korban dihindarkan atau dijauhi u
dari chat room dan lainnya n
6. “Happy slapping” – yaitu video yang i
berisi dimana si korban dipermalukan t
atau di-bully lalu disebarluaskan a
s
Sedangkan Riauskina, dkk (2005, dalam
.
Ariesto, 2009) mengelompokkan
perilaku bullying ke dalam 5 kategori,
P
yaitu:
e
a. Kontak fisik langsung (memukul, l
mendorong, menggigit, menjambak, a
menendang, mengunci, seseorang k
dalam ruangan, mencubit, mencakar, u
juga termasuk memeras dan merusak
barang-barang yang dimiliki orang
b
lain);
u
b. Kontak verbal langsung (mengancam, l
mempermalukan, merendahkan ( put- l
down), mengganggu, member y
panggilan nama ( name-calling), i
sarkasme, mencela/mengejek, memaki, n
menyebarkan gosip); g
c. Perilaku non verbal langsung (melihat ,
dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang b
merendahkan, mengejek, atau i
mengancam, biasanya disertai oleh l
bullying fisik atau verbal) ; a

d
i
kaitkan dengan teori tersebut, bisa dipengaruhi oleh
lemahnya keterampilan sosial
bully karena rasa simpati dan empati yang
rendah dan memiliki tabiat yang menindas.
Keluarga juga dapat menjadi faktor seorang remaja
menjadi bully. Misalnya, buruknya hubungan anak
dengan orang tua. Remaja bisa jadi kehilangan
perhatian di rumah sehingga dia mencari perhatian
di sekolah dengan menunjukkan kekuasaannya
terhadap seseorang yang dianggap lebih lemah dari
pada dirinya. Selain itu, kekerasan yang dilakukan di
rumah terhadap anak bisa jadi salah satu alasan
mengapa seseorang menjadi bully. Pelaku bullying
melakukan penindasan sebagai pelarian di
lingkungan rumah yang selalu menindasnya dan
membuat dia tidak berdaya.
Faktor lain yang merupakan faktor dominan yang
merubah seseorang menjadi bully adalah kelompok
bermain remaja. Faktor ini merupakan faktor yang
muncul dan diadpsi ketika seorang individu tumbuh dan
menjadi seorang remaja. Ketika remaja tidak memiliki
pedoman dalam memilih kelompok bermain, remaja
bisa jadi masuk ke dalam kelompokbermain yang
mengarah pada kegiatan-kegiatan kenakalan remaja.
Remaja merupakan individu dengan fase
perkembangan psikologis di mana ia sangat
membutuhkan pengakuan eksistensi diri. Kelompok
bermain remaja yang menyimpang bisa jadi mencari
pengakuan eksistensi diri dari menindas orang yang
dirasa lebih lemah agar
dia memiliki pengakuan dari lingkungannya
bahwa ia memiliki keberanian dan kekuasaan.
Lingkungan komunitas juga bisa menjadi faktor pemicu
seseorang melakukan bullying.
Jurnal Penelitian & PPM ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
Misalnya keberadaan suatu kelompok minoritas Retrieved Juni 12, 2017, from 12.
di dalam komunitasnya. Hal ini umumnya bisa http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123656 2017,
memicu terjadinya bullying -SK%20006%2009%20Ari%20p%20- from
verbal berupa labelling pada suatu individu %20Pelaksanaan%20program- Tribun
atau kelompokminoritas tertentu. Literatur.pdf Jogja:
ions and http://jo
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan oleh
t Reputat gja.tribu
kita sebagai pekerja sosial dengan remaja yang
Carroll, A., Houghton, S., Durkin, K., & Hattie, J. news.co
berperan sebagai konselor bagi remaja pelaku m/2016/
bullying (Lee, 2010). A. (2009). Adolescen
12/04
 Bicaralah dengan bully dan cobalah cari ied, and /depresi-
tahu mengapa mereka merasa perlu Risk. New York: Springer. gara-
berperilaku seperti itu. Cari tahu apa yang , The Bull gara-
mengganggu mereka atau apa yang Bunuh nder. dibully-
memicu tingkah laku tersebut Coloroso, B. (2007). The Bully remaja-
 Pastikan remaja bully mengerti bahwa ja Ini Pilih ini-
The Bysta t Kids.
New York: HarperCollins.
ara
lly, Rema Depresi G
-gara Dibu
Diri. (2016, Desember 4). Retrieved Juni
perilaku merekalah yang tidak disukai, pilih-bunuh-diri
bukan mereka Lee, A. (2010). How to Grow Grea Oxford:
 Yakinkan bully bahwa Anda bersedia HowTo Content.
membantu mereka dan Anda akan bekerja Raharjo, ST. 2015. Assessment untuk Praktik
dengan mereka untuk menemukan cara Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan
untuk mengubah perilaku mereka yang Sosial. Bandung: Unpad Press
tidak dapat diterima _________, 2015. Dasar Pengetahuan Pekerjaan
 Bantu bully untuk menebus kesalahan Sosial. Bandung: Unpad Press.
pada korbannya. Jelaskan bagaimana cara a Sering
_________, 2015. Keterampilan Pekerjaan Sosial:
meminta maaf karena telah membuat Dasar-dasar. Bandung, Unpad Press.
nya karen
orang lain menderita dan bantu bully untuk uh Teman i Bali
menjelaskan alasan perbuatannya. Sukiswanti, P. (2015, November 2). Remaja Nekat
d Bun
 Berikan bully banyak pujian serta Dibully. Retrieved Juni 12, 2017, from Di-bully
dukungan dan pastikan Anda mengatakan sindonews.com: Tem
pada bully ketika mereka berperilaku baik https://daerah.sindonews.com/read/105 . Retriev
dan berhasil mengatur emosi dan 8287/174/remaja-di-bali-nekat-bunuh- 12.
perasaannya. si Gegara 2017,
 Bersiap untuk mengkonfrontasi bully temannya-karena-sering-dibully- from
ketika mereka mulai membuat alasan atas a8 Tribun
perbuatannya seperti ‘itu cuma bercanda’ 1446470519 i Pakai Da Medan:
atau ‘dia yang salah’. Jelaskan bahwa rid SD Usi http://m
lelucon tidak menyebabkan kesulitan dan dan.tribu
h
ancaman. nnews.co
ntung Dir m/2017/
Surono, A. (2017, Mei 12). Tragis Mu 05/
an Sekola
Tahun Ga
DAFTAR PUSTAKA 12/tragis-murid-sd-usia-8-tahun- rasan di
gantung-diri-pakai-dasi-gegara-di-bully-
agi Orang
(n.d.). Retrieved Juni 12, 2017, from teman-sekolah? atasi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha page=4 Keke
uru anduan
ndle/123456789/47777/Chapter%20II.p TimSejiwa. (2008). Bullying: P .
df;jsessionid=35D4422C5DB57C049D80 an LiTua dan
F2372527001B?sequence=4 m Sekolah dG ngkungan Jakarta:
r EmProgra
g Teachean nt. Grasindo.
Ariesto, A. (2009). Pelaksana
Antibullyin powerme

330

Anda mungkin juga menyukai