Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Koping

2.1.1. Pengertian Mekanisme K

Menurut kamus ekanisme koping

atau coping b ingkah laku atau tindakan pe n) adalah

sembaran uatan dima aksi deng ngan

sekita engan an sesu tugas). m bu

nosa si 7 disebutkan b hwa k dalah

k dim mempunyai pengalaman, atau m a

b kemampuan untuk mengatasi streso

e (Ca penito, 20 ).

n perubaha progresif te hadap kema

per baik keb tuhan internal m

men permasa ahan dari individu. Kop

sebaga sifat d ri seseorang dan wa s

masalah n. (W n e 20 2)

5
6

Menurut Birkeland & Natgiv koping dilihat dari dua sisi, yang pertama sebagai sifat

atau karakteristik seseorang dan sebagai proses perubahan yang berhubungan dengan situasi

saat ini. Koping merupakan suatu keadaan yang multi-dimensional tergantung situasi yang

dihadapi, kemampuan beradaptasi dan sumber pendukung. Koping didefinisikan sebagai peru

sif pada kognitif dan perilaku

yang berfungsi untuk m eksternal (Winnie,

2012).

5
7

Rentang respon koping menurut Gail W. Stuart (2007) yaitu:

Predisposing Faktor

Precipitating Stressor

Appraisal of Stressor

A Ma

de n nipulatio

onom W hdrawal ity

Mutua Dependence

bar 2. Con inuum of social re onses)

1 1.2

adian, hal, atau peristiwa ya g

hidup m mening a kan resiko erjadin ada

manusia te si m nca s, dan

sosial budaya iko yang

berdampak pada jeni ang menangani

stres.

Faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat

dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Faktor risiko ini antara lain faktor
8

biologi, psikologi dan sosio cultural (Stuart, 2007)

1.1.3 Faktor Presipitasi

Stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan

yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Tantangan, ancaman, atau tuntutan ini

tergantung dari sifat, a waktu (timing) serta jumlah

stressor (number).

1.1.4 Penilaia Stresor

Su luasi tentang sejahteraan ng di mana

memp s dan valuasi ri at

aian k sikolog dan respo sosia

1 umb

me upakan suatu evaluasi terhadap

st ber ping meli ti kemampuan nom

ke an, socia support serta motivasi.

1.1 oping

adaptif

sme oping yang menduk si,

r, da me ca ai uju n. Ca ntuk

ka g lain,

mem seimbang,

dan beraktivitas

1) Solitude

a) Terpisah dari orang lain

b) Tidak terganggu dengan lingkungan sekitar


9

2) Autonomy

a) Mandiri

b) Conformity (mampu menyesuaikan diri)

c) Mampu mengatur diri sendiri

d) Mampu membuat

3) Mutuality (K

a) be sahabat

sa percaya b ng lain

Mem

d) imacy.

4) I nce (Sa ing ketergantun an) memutuskan

kapan membutuh an orang ahw dirinya

membutuhkan oran n da

maladapti

isme k pi g yang mengha

mbuhan, menurunkan oton

. Biasanya hal-hal yang lebih h

m an, be r a secara ber ebihan

1)

a)

b) Hub

c) Individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan

berorientasi pada orang lain.

2) Impulsivity
10

a) Tidak mampu merencanakan sesuatu

b) Tidak mampu belajar dari pengalaman

c) Penilaian yang buruk

d) Tidak dapat diandalkan

3) Narcicism

a) Harga di

b) S menerus berus a menda argaan dan

an

Sika

d) P

e) orang ain tidak mendu ng.

2 engaruhi Mekanisme Kopin

nan ni situasi ang mengandun eka

su yan m liputi kesehatan isik en

me ampila sosial dan dukungan s a

upakan hal yang penting, kare a

m du dit tut untuk me gerah kup

besa

b. Keyakin

Keyakin ngat penting,

seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan

individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan

kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused


11

coping

c. Keterampilan Memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa

situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif ti

empertimbangkan alternatif

tersebut sehubu dan pada akhirnya

melaksan a dengan m laku an suatu n epat.

d. Ket n social

Ketera komuni n

ingka ra-ca a yang suai d sosial

erlaku kat.

ini meliputi d kungan pemenu n k

ada d i nd idu yang diberik oleh

, tema , a lingkungan masya

eliputi sumber daya daya beru g

a anya pa dibeli

2.2. Lansia

2.2.1. Pengertian Lan

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia (Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seorang


12

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005). Lansia atau lanjut usia adalah periode penutup dalam

rentang kehidupan seseorang, yaitu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari

periode terda yenangkan. Bila seseorang telah beranjak jauh dari

sering melihat masa lalunya, biasany en h penyesalan, an cend u

up di masa sekarang, aikan masa d Hurluck,

199

olonga k yakni

ompo 5 – 6 tahun eru yang

emas

65 tahun ke atas).

resi tinggi, ya u lansia yang be a le

nsia d o on kan menjadi

ngaha ) us a 45 – 59 tahun. sia

60 – 74 tahun.

c. ahan) usia 75 – 90 tahun.

d. V ua) usi > 90 tahun

Drs. joro M. tipe

kepribadian la

a. Tipe Kepribad

Tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat

tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri


13

Ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada

masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada

dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung

Sangat dipengaruhi apabila kehidupan keluarga

selalu harmonis, gejolak, tetapi jika

pasangan nggal maka pasa gan ang i kan menjadi mer alagi jika

tida ukaannya.

d. epriba

La k puas akan kehi upan ginan

dak d n dengan seksama seh ngga kea mia

Krit Diri

lansia terli at sengsara, kar a p ri

u cend rung membuat susah d

2 2. Terjadi Pada Lansia

(2005 disebutkan berbaga g

berkaitan lain:

a. Perm

1) Mak

2) Makin mele keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan.

3) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia


14

4) Belum membudayakan dan melembagakannya kegiatan pembinaan lansia.

b. Permasalahan khusus

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,

mental, maupun so

2) Berkurangnya

3) Renda vitas kerja lansia

4) B ya lansia yan cat.

ubahny tatanan

masya Ada stis.

ak ne atif dan pros s pemb g

esehatan fisik lansia.

2 sia

ah su u keadaan dimana ses rang y

ber kebaik n dirinya, mampu me

inisia salah yan dihadapi, memiliki

menge dan mampu bertanggung ja g

dilakuka adalah uda 003) mandi i Aktifitas DS)

keb tida be tidak

terpengaruh p aktifitas

seseorang baik indivi kesehatan atau

penyakit.

Lansia hidup sendiri adalah lansia yang memilih untuk mandiri di rumah dengan

umur lebih dari 55 tahun dan tidak memerlukan dari orang lain untuk
15

memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka seperti berpakaian, mengurus rumah, mencuci,

mandi atau makan. Mereka tidak memiliki penyakit yang berat atau gangguan mobilisasi dan

mampu berpindah atau berjalan tanpa menggunakan alat bantu seperti kursi roda ataupun

tongkat. Hidup mandiri di rumah, biasa dikenal dengan retirement communities ( alah

untuk para lansia yang secara umum dalam k n bantuan

dalam pemenuhan Act Living (ADL) me ka. Ting a

sendiri dan bertanggun terhadap ke ka

sendiri, m lansia

bebas melak ereka b n,

be dan b ngan s apa saj

enur emand iannya, para nsia da n d

k gai berikut: usia lanjut man iri sepen

m n la sung keluarga, usia lanju and

tid t den an b ntuan badan sosi usi l

usi uma sa t, usia lanjut de

(Dep

dem grafi, dan kesehatan t

menunju g tin i pada dasar ADL y tua

kelompok u e akin ndapat

ADL yang bur kin tinggi

presentase mendap rogram untuk

para usia lanjut mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative dengan

memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan usia lanjut, membiasakan olahraga sesuai

dengan kemampuan, menjaga keseimbangan gizi


16

dengan diet yang tepat, menurunkan kondisi kegemukan, menghilangkan kebiasaan merokok,

menghindari cara hidup yang tidak teratur dan kurang sehat serta kebiasaan hidup lainnya

yang kurang baik bagi kesehatan di masa lanjut usia (Rustika, 1997).

2.2.4. Perawatan Lansia di Ruma

Perawatan di rumah untuk usia lanjut adalah suatu upaya pelayanan

kesehatan secara menyeluruh (baik segi promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi)

untuk pasien usia lanjut yang dilakukan oleh tenaga medik/paramedik di rumah

pasien, dengan keterlibatan anggota keluarga lain yang tinggal di rumah. Perawatan

di rumah secara prinsip dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari tenaga

kesehatan profesional (dokter, perawat, fisioterapis), ahli gizi, care-giver, hingga

pekerja sosial dan keluarga. Yang penting adalah bahwa untuk melakukan

perawatan usia lanjut di rumah siapapun harus dibekali prinsip-prinsip pelayanan

kesehatan bagi usia lanjut yang bersifat paripurna dan interdisiplin (Kuntjoro, 2010).

a mer p kan salah satu unsu

seca ntuk kes hatan perorangan ata

tempa tujuan promotif, rehabi itatif, n

mempert n ind idu untuk m ndiri ama

mungkin. S elom ok efektif

dan efisien d kondisi

terminal pada kega nsia. Tentunya

potensi-potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat, dokter

keluarga, perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya

masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin


17

kerjasama dalam berbagai beban seefektif mungkin (Walsh & Wieck, 1987).

Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan

kronik penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan

menghambat ti san-keterbatasan (disability) sehingga penderita dap a

mungkin. Secara khusus, tujuan y kan dari Pe dam

ngan da anjut usia di rumah (Sta Lancaster, 1

a. gkatny an diri p

ses pe secar fisik, m n al da

erpen utuhan dan hak lanjut sia aga eran

rakat secara wajar.

mam uan kelu rga dan masyar t da

jut usia i r mah.

n nya a dan tentram bagi a

sekitarny .

Ad e care agi lansia ini (Nugroho

a L atas

b. Lan d i an rsama

keluarg

c. Lanjut usia y ng sakit, lanjut

usia penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.

d. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.

Mempertimbangkan karakteristik pasien usia lanjut yang berbeda dengan usia


18

muda, terlebih lagi mereka yang pasca perawatan di rumah sakit masih

membutuhkan bantuan untuk pemulihannya, melakukan pengkajian dan

memberikan perawatan bagi usia lanjut di rumah ada hal-hal khusus yang harus

diperhatikan. (Kuntjoro, 2010).

Komponen-komponen yang harus dikaji pada saat melakukan perawatan usia

lanjut di rumah adalah:

a. Kondisi fisik-medik

b. Status mental dan kognitif

c. Status fungsional

d. Status nutrisi

e. Penggunaan obat-obatan

f. Dukungan sosial (social support)

g. Pengkajian keselamatan dan keamanan rumah/lingkungan

Seperti sudah disebutkan di atas, pelayanan kesehatan usia lanjut di rumah

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dibekali prinsip-prinsip

pelayanan yang komprehensif dan interdisiplin. Seorang dokter atau perawat yang

melakukan perawatan usia lanjut di rumah, yang karena keterbatasan seringkali

datang seorang diri, harus menempatkan dirinya sebagai anggota dan berlaku

sebagai wakil dari suatu tim interdisiplin (Kuntjoro, 2010).

Komponen 4) antara

lain :

a. Komponen pokok

1) Klien

Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan


19

salah satu anggota keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili

klien. Apabila diperlukan dapat menunjuk seorang sebagai pengasuh (caregiver)

yang akan melayani kebutuhan sehari-hari klien.

2) Pengasuh

Pengasuh adalah an, tetangga atau kerabat

anggota kelua at klien sehari-hari

di rum mereka adalah y g dapat n membantu

k hingga mere sesuai ke n dan

disinya

Penge

perawa an di rumah adalah n

wab terhadap seluruh pengelo aan pera

peny diaan ten ga kesehatan, itas

saran , me anisme pelaksan nk g

h ditetapka . Pengelola dapa smas, kl

n k, ataupun secara m

sus ad ah tenaga kesehatan ntu

o t r it d gelola

pela

5) Pramusila

Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk

melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah. Pramusila

adalah salah satu komponen penting bagi pencapaian


20

keberhasilan perawatan kesehatan di rumah.

b. Komponen penunjang

Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan masyarakat yang

berada di puskesmas, dokter keluarga yang berada di masyarakat, dan tim kese

ah yang berada di rumah

sakit, terutama ya

1) Tim pe sehatan masyarak (perkesma

perawatan k lah tim dari yanan

erawat smas ya

iri

ari be ga kesehatan y n bera

Dok

arga merupakan dokter yang mela uar

secara m ndiri ataupun be om

h (RR

enaga esehatan yang te d

erapis, dll yang bertugas untu

kepada klien di rumah set t

awat lan oleh dok er yan nan

k e si ho aspek

psik bekerja

sama den nan kesehatan

tingkat dasar yang dekat dengan masyarakat.

2.3. Activity Daily Living


21

Activity Daily Living (ADL) atau biasa disebut dengan Aktifitas Dasar Sehari-

hari (ADS) merupakan sebuah aktifitas rutin yang dilakukan oleh seseorang secara mandiri.

Secara umum ADL dibagi menjadi 6 kegiatan dasar yaitu: makan, mandi, berpakaian,

toileting, berpindah dan kontinensi. Kemampuan seseorang melakukan ADL sangat penting

u perawatan jangka panjang

(long-term care) seper serta mencakup

kebutuhan sese rti medicare, Med aid atau on insurance.

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan

aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet,

makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito

& Setiabudi, 2005).

Sugiarto (2005) dalam penelitiannya membagi ADL dalam beberapa

kelompok, antara lain:

g disebut ADL saja, yaitu ke mpi a

tuk mer wat dirinya meliputi

ndi, berhias. Ada juga yang m

buang air kecil dalam katego m

k iserta an kemampua mobil .

b. ADL ang berh n alat

atau be makanan,

menggunakan uang kertas

(Sugiarto,2005)

c. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau

kegiatan sekolah.
22

d. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi

waktu luang.

d.e)1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan ADL

Ada beberapa faktor yan ampuan untuk memenuhi

ADL lansia antara lain fa

a. Fakto

akin tua um makin besa ingkat ergant

e aktofit r

sehar seseor ng m n njukk auan

kem taupun baga mana se orang be pk

aksanakan aktifitas sehari-harinya (Pott

n fi logis ada ah dampak kese tan

a ke eluruhan, penyak t kr is, da

mba an dan penurunan fung

uhan akt fi as dasar sehari-hari.

adalah kemampuan berfikir al

men ingat, menil i, ori dan

m 95) Fun proses

men stimulus

untuk berfi al memberikan

kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi perhatian, memori, dan

kecerdasan.

Fungsi psikologis berhubungan dengan kehidupan emosi seseorang,


23

meskipun orang tersebut sudah terpenuhi kebutuhan materialnya. Tetapi bila

kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya

merasa tidak senang dengan kehidupannya, sehingga kebutuhan psikologis harus

terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamber, 2009).

Kondisi s terhadap berbagai

maca n. Faktor yang nyebabk but dengan

dapat timb pun lingkung dapat nggan

utuhkan m

pertu kemba gan. S re s da fek n

ata da kemampuan seseor ng dalam ebu

(Miller, 2004).

ang mempeng ruhi kesehatan erti

o , konsum i alcohol dan gay idup t

kan t m u nya bermacam-m

negatif p da tubuh. Dampak da

arengi dengan adan a fakto n

o par lansia untuk ersera ang

sny .

b. Fak

Lingk seorang untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya. Lingkungan fisik yang tidak nyaman seperti

kebisingan, kejahatan, penerangan yang kurang, fasilitas-fasilitas umum yang

tidak memadai ternyata membuat lansia merasa terasing


24

dan mengalami gangguan fungsional yang lebih besar dari pada lansia yang

hidup dalam lingkungan fisik yang pnyaman (Balfour, 2002).

Lingkungan sosial seperti dukungan sosial, kesempatan mendapatkan

pendidikan dan pembelajaran seumur hidup, damai dan perlindungan dari keke

n adalah faktor utama pada

lingkungan y merupakan tempat

paling ag para lansia. ukungan d merupakan

enting penti nsia yang engan salah,

n psikol r

lansia ejahter dan b r anfa kehila

ang ga dan teman-teman e ih renta pian

pada kesejahteraan baik fisik maup

b. as D sar hari-hari (ADL)

Boedhi – Darmojo dan Mar

k te

kuka sendiri atau m merlu ada

Terg dan atau

tidak dapa

b. Dressing

Mandiri: menaruh, mengambil, memakai dan melepaskan pakaian sendiri serta

menalikan sepatu sendiri.


25

Tergantung: tidak dapat mengenakan pakaian sendiri.

c. Toileting

Mandiri: pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset dan mampu

membersihkan kotoran.

Tergantung: memerluka satu kegiatan atau lebih.

d. Transferring

Mand h dari posisi tid ke dudu , berdiri, dari

dur ke temp at bantu ma k.

gantun

Conti

Ma u meng ntrol BAB dan B K

dak dapat mengontrol sebagian atau ual a

u menggunakan kateter.

bil ma a an, piring dan

dalam mu ut (tidak termasuk

apkan makanan sepe ti meng a

n u n un u tidak

dap

Anda mungkin juga menyukai