Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiliensi

1. Pengertian resiliensi

Menurut Bernard (dalam Sri Mulyani, 2011:3) mendefinisikan resiliesi

sebagai kemampuan untuk bangkit dengan sukses walaupun mengalami situasi

penuh resiko yang tergolong parah. Sedangkan menurut Grotberg (dalam

Desmita, 2017:227) resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia

untuk menhadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dalam hidup dan belajar dari

pengalaman dari kondisi yang tidak menyenangkan yang pernah dialaminya.

Resiliensi menurut Santrock (dalam Annastasia & Raisa, 2016:538),

menyatakan resiliensi adalah kemampuan individu dalam melakukan adaptasi

positif untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam hal perilaku, prestasi dan

hubungan sosial dan tingkat ketahanan individu pada saat menghadapi keadaan

yang merugikan. Lain halnya dengan Walsh (dalam Rohmatun & Nur Jannah,

2018:3-4), menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kemampuan yang dimiliki

oleh individu untuk dapat bangkit kembali dari penderitaan yang dialami, dengan

menjadi lebih kuat serta lebih memiliki sumber daya; resiliensi bukan

hanya sekedar kemampuan individu untuk bertahan, namun resiliensi lebih

memampukan individuuntuk bisa sembuh dari luka yang menyakitkan,

mengendalikan kehidupannya dan kemudian mampumelanjutkan hidupnya

dengan penuh semangat dan cinta kasih.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
Menurut Reivich dan Young (dalam Purnomo, 2014: 242) menambahkan

bahwa resiliensi merupakan proses merespon sesuatu dengan cara yang sehat dan

produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan ( adversity ) atau trauma terutama

untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi juga dapat diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk beradaptasi dalam kenghadapi kesulitan hidup

hal ini disampaikan oleh Wagnild dan Young ( dalam Ratih dan Dwiaprinda, 2014:

3 ).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai resiliensi, maka peneliti

menarik kesimpulan bahwa resiliensi merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh

individu dalam menghadapi setiap masalah yang hadir dalam kehidupan seseorang

dan hal ini membuat individu lebih kuat dalam menerima dan bertahan atau bahkan

bangkit kembali ketika dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan untuk

individu tersebut.

2. Aspek-aspek Resiliensi

Beberapa aspek resiliensi menurut para ahli mampu memberikan gambaran

mengenai tingkat resiliensi pada diri individu. Sebagai salah satu cara untuk

mengungkap tingkat ketahanan individu ketika berada pada kondisi yang sulit dan

menekan.

Aspek resiliensi tersebut diantaranya adalah menurut Werner & Smith,

1992 (dalam Desmita, 2017: 227) :

a. Kecakapan untuk membentuk hubungan-hubungan

PAGE \* MERGEFORMAT 12
Kecakapan dalam hal ini adalah terkait kemampuan intrapersonal dalam

diri individu, untuk agar lebih mudah untuk menyesuaikan diri ketika

berada dilingkungan yang baru.

b. Keterampilan memecahkan masalah

Individu memiliki kemampuan yang baik dan mampu menganalisa

masalah yang ada ketika proses memecahkan maslah, sehingga hal ini

tidak akan menimbulkan efek buruk ketika individu mengalami

permasalahan dalam kehidupannya.

c. Keterampilan mengembangkan sense of identitiy

Keterampilan ini merupakan keterampilan mengenai pengenalan terhadap

diri senidiri.Mengerti mengenai kemampuan yang dimiliki dan memiliki

kemauan untuk terus meningkatkan kemampuan yang dimiliki.

d. Perencanaan dan pengharapan

Setiap inidividu harusnya memiliki perencanaan dan pengharapan yang

baik mengenai apa yang telah direncanakan. Hal ini sangat diperlukan agar

setiap individu mampu untuk terus mengambangkan kemampuan yang

dimiliki.

Reivich & Shate 2002 (dalam Sri Mulyani, 2011: 15) juga mengemukakan

mengenai resiliensi, adalah sebagai berikut :

a. Learning youre ABCS / Pelajari ABC anda

Kita harus “mendengarkan” pikiran kita, mampu mengidentifikasi

mengenai apa yang akan dikatakana pada diri sendiri ketika berhadapan

PAGE \* MERGEFORMAT 12
dengan suatu permasalahan, dan kita juga harus memahami bagaimana

pemikiran kita mempengaruhi perasaan dan perilaku kita.

b. Avoiding thinking traps/Hindari hambatan dalam berfikir

Kita harus mengidentifikasi kebiasaan kita dalam merespon permasalahan

dan bagaimana megoreksinya.

c. Detecting icebreag / deteksi gunung ice

Kita mampu mengindentifikasi deep belief yang kita miliki dan

menentukan kapan hal tersebut mebantu kita dan kapan hal tersebut

menjerumuskan kita.

d. Challenging belief/Uji keyakinan

Kita harus mempelajari bagaimana menguji accuracy of beliefs yang

dimiliki mengenai permasalahan yang kita hadapi dan bagaimana

mendapatkan solusi yang tepat.

e. Putting in perspective/Tempatkan pada perspektif yang tepat

Kita mampu menghentikan cara berfikir “wahat-if” yangkita miliki dan

lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi permasalahan yang terjadi.

f. Calming and Focussing/tenang dan fokus

Kita mampu untuk tetap tenang dan fokus pada permasalahan yang

dihadapi.

g. Real-time resilience/resiliensi yang tepat waktu

Kemampuan diri kita untuk bisa dengan cepat mengubah couterproductive

thoughts menjadiresilience thoughts.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
Wolin & Wolin (Setyowati, Hartati, & Sawitri, 2010) menyebutkan bahwa resiliensi

terdiri dari tujuh aspek utama yaitu :

a. Insight, merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mampu

memahami diri sendiri dan juga orang lain. Kemampuan ini juga mampu

memberi arti dari sebuah situasi, sehingga individu dapat melakukan

penyesuaian diri dengan berbagai situasi.

b. Kemandirian, adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk

bisa mengambil jarak secara emosional ataupun fisik dari yang menjadi

sumber masalah sementara memenuhi tuntutan hati nurani.

c. Hubungan, merupakan suatu hubungan yang saling mendukung, saling jujur

dan terbuka, serta berkualitas bagi kehidupan. Individu yang resilien

memiliki hubungan yang intim dan memuaskan dengan orang lain.

d. Inisiatif, merupakan kemampuan untuk dapat mengambil alih kontrol atas

masalah yang dihadapinya. Dimana individu mampu bersikap secara

proaktif, bukan reaktif. Sehingga individu ersebut dapat bertanggung

jawab dalam memperbaiki diri sendiri, memecahkan masalah, dan mampu

menghadapi masalah hal-hal yang tidak dapat diubah.

e. Kreatifitas, merupakan proses mental untuk menciptakan gagasan baru

dalam menghadapitantangan hidup. Individu mampu memikirkan berbagai

pilihan yang ada, konsekuensi, dan juga alternatif dalam menghadapi suatu

permasalahan.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
f. Humor, merupakan kemampuan yang dimiliki individu guna mencari dan

kemudian menemukan kegembiraan atau kebahagiaan dalam situasi

apapun. Humor dapat membantu individu yang mengalami kesulitan, agar

merasa lebih ringan.

g. Moralitas, merupakan suatu pengenalan dan pemahaman pada nilai-nilai

yang ditandai dengan adanya keinginan untuk menjalani kehidupan

dengan cara yang lebih baik dan produktif. Individu yang memiliki

resiliensi baik mampu melakukan evaluasi pada berbagai hal dengan

membuat keputusan secara tepat tanpa ada rasa takut pada pendapat orang

lain. Individu tersebut juga bisa mengatasi kepentingan diri sendiri dalam

memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan.

Dari seluruh aspek yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa

aspek yang digunakan untuk mengetahui resiliensi pada diri individu

meliputi :insight, kemandirian, hubungan, inisiatif, kreativitas, humor dan moralitas.

Aspek–aspek tersebut nantinya akan digunakan sebagai alat ukur untuk

mengungkapkan resiliensi pada diri individu, khususnya driver Ojek Online yang

berada di kota Semarang.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
3. Faktor-faktor yang memengaruhi resiliensi

Grotberg 1994 (dalam Desmita, 2017: 229) menyebutkan bahwa resiliensi

dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :

a. I have (aku punya)

Sumber resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan seseorang terhadap

besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan social terhadap dirinya.

( hubungan yang dilandasi kepercayaan penuh, struktur dan peraturan

dirumah, model model peran, dorongan untuk mandiri, akses terhadap

layananan kesehatan, Pendidikan, keamanan dan kesejahteraan)

b. I am (aku ini)

Sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi yang dimiliki oleh

seseoarang, terdiri dari perasaan, sikap dan keyakinan pribadi. (disukai dan

disayang banyak orang, mencinta empati dan kepedulian, bangga dengan

dirinya sendiri, bertanggung jawab pada perilakunya, percaya diri, optimis

dan penuh harap)

c. I can (Aku dapat)

Sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat dilakukan oleh

seseorang, yang berhubungan dengan keterampilan social dan interpersonal

yang dimilikinya. Keterampilan ini meliputi, berkomunikasi, memecahkan

masalah, mengelola perasaan, mengukur temperamen sendiri dan orang

lain, menjalin hubungan yang saling mempercayai.

PAGE \* MERGEFORMAT 12
Faktor lain yang dinilai mempengaruhi resiliensi juga dikemukakan oleh

Reivich dan Shatte, 2002 (dalam Wiwin Hendriani, 2018: 51), yaitu:

a. Regulasi emosi

Yang merupakan sebuah kemampuan individu untuk tetap tenang

dibawah kondisi yang menekan.Individu juga mampu mengendalikan

diri untuk tidak memunculkan emosi negatif bahkan tindakan agresif

ketika menghadapi permasalahan yang ada.

b. Impluse Control

Kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan,

kesukaan serta tekanan yang muncul dari dalam diri.Sehingga individu

menjadi lebih terkondisikan saat menghapi situasi yang sulit.

c. Optimism

Optimism yang dimiliki oleh individu menandakan bahwa ia percaya

dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang

mungkin terjadi di masa depan.

d. Casual Analysis

Kemampuan untuk menganalisa/ mengidentifikasi penyebab dari

permasalaha yang dihadapi.

e. Empati

Orang yang memiliki kemampuan berempati yang baik cenderung

mempunyai hubungan social yang positif.

f. Efikasi Diri
PAGE \* MERGEFORMAT 12
Merupakan sebuah keyakinan bahwa individu mampu memecahkan

masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan.

g. Reaching out

Kemampuan seseorang untuk meraih aspek positif dari kehidupan

setelah kemalangan.

Menurut Isaacson 2002 ( dalam Purnomo, 2014: 242) menyebutkan bahwa

ada sembilan faktor yang memiliki hubungan dengan resiliensi, yaitu:

a. Usia

b. Dukugan sosial

c. Kontrol diri

d. Kompetensi

e. Penghargaan terhadap diri

f. Watak

g. Kedewasaan sosial

h. Kebutuhan untuk berprestasi

i. Kemampuan untuk mengatasi peristiwa masa lalu

Bedasarkan faktor yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah usia, dukungan sosial, kontrol diri,
kompetensi, penghargaan terhadap diri, watak, kedewasaan sosial, kebutuhan untuk
berprestasi, dan kemampuan untuk mengatasi peristiwa masa lalu. Faktor yang akan
digali lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor dukungan sosial.

PAGE \* MERGEFORMAT 12

Anda mungkin juga menyukai