Anda di halaman 1dari 17

Mengembangkan Resiliensi

Mahasiswa
UPT LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Materi ini bertujuan untuk
memberikan informasi kepada

TUJUAN mahasiswa tentang bagaimana


mengembangkan resiliensi yaitu
MATERI kemampuan untuk kembali pulih
dalam keadaan yang menekan
sehingga bisa beradaptasi
dengan baik.
Apa itu
Resiliensi ?
• Resiliensi adalah kemampuan individu untuk
kembali pulih dari suatu keadaan yang
menekan dan mampu beradaptasi serta
bertahan dari kondisi tersebut, bahkan
menjadi lebih kuat dari keadaan semula.
• Mahasiswa yang memiliki resiliensi tinggi
disebut mahasiswa yang resilien.
• Untuk lebih memahami apa itu resiliensi,
silahkan tonton video berikut
https://youtu.be/sKpBJjsZ7EE
Dalam hidup, selalu ada masalah, kesulitan dan
situasi yang tidak menyenangkan yang tidak bisa
dielakkan (obstacle).

Mengapa
kita harus
Obstacle dapat berupa: pengalaman gagal, diputus
pacar, tekanan-tekanan akademik, tekanan sosial,

resilien?
tekanan lingkungan, bencana dan lain-lain.

Untuk menghadapi berbagai situasi tersebut


dibutuhkan daya lentur (resiliensi).
Asumsi tentang Resiliensi

4
1 2 3

Setiap individu memiliki Mengubah kehidupan adalah Daya lentur (resiliensi) dapat Resiliensi merupakan
potensi untuk bertahan dan sesuatu yang mungkin dimiliki dan dikembangkan kemampuan yang dapat
berkembang meskipun berada dilakukan. oleh setiap individu melalui dipelajari bukan warisan
dalam kondisi kehidupan yang proses belajar yang genetik
tidak menyenangkan/penuh menstimulasi dan mengubah
penderitaan. faktor-faktor internal individu.
• Emotion Regulation (Pengaturan Emosi)
• Impuls Control (Pengendalian Dorongan)
• Optimist (Optimis)
Aspek • Causal Analysis (Analisis Penyebab)
Resiliensi • Empathy (Empati)
• Self-Efficacy (Efikasi Diri)
• Reaching out (Membuka Diri)
Reivich & Shatte, (Suwarjo, 2008)
Emotion Regulation (Pengaturan
Emosi)

• Pengendalian emosi (emotion regulation) adalah


kemampuan individu untuk tetap tenang menghadapi
tekanan.
• Individu yang lentur (resilient) mampu menggunakan
dengan baik seperangkat keterampilan yang dikembangkan
dengan baik untuk membantu mengendalikan emosi,
perhatian, dan tingkah lakunya.
• Individu yang memiliki kesulitan mengendalikan emosinya
sering kali melampiaskan emosinya secara emosional
kepada orang lain, dan karenanya orang lain sulit bekerja
sama dengannya.
• Pengendalian Dorongan (Impulse Control) adalah kemampuan individu untuk
mengatur dan mengendalikan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
Termasuk dalam kemampuan ini adalah kemampuan untuk menunda suatu
keinginan.
• Pengendalian dorongan sangat terkait dengan pengendalian emosi. Individu yang
Impuls memiliki kemampuan yang baik dalam pengendalian dorongan cenderung
memiliki kemampuan yang baik dalam pengendalian emosi.
Control (Pengendalian • Reivich & Shatte (2002 : 39) meyakini bahwa keterkaitan ini terletak pada
Dorongan) sistem belief dalam diri individu. Jika kemampuan pengendalian dorongan rendah,
individu akan menerima dorongan pertama yang ada pada keyakinannya tentang
suatu situasi sebagai sesuatu yang benar dan akan bertindak sesuai dorongan
tersebut. Akibatnya, individu sering bertindak gegabah, kurang perhitungan
secara matang.
• Individu dengan pengendalian diri yang lemah sering kali menggebu-gebu dalam
suatu keinginan (misalnya suatu pekerjaan, atau proyek tertentu) dan tanpa pikir
panjang berusaha mengejar keinginan tersebut meskipun tidak sesuai dengan
kemampuannya.
Optimisme adalah suatu keyakinan bahwa sesuatu dapat berubah menjadi lebih
baik, dan pandangan bahwa masa depan sebagai masa yang relatif cerah.

Individu yang resilient menaruh harapan terhadap hari esok dan yakin bahwa
dirinya dapat mengupayakan arah hidupnya menjadi lebih baik.

Optimist (Optimis) Optimisme mengimplikasikan bahwa individu meyakini dirinya memiliki kemampuan
untuk mengatasi adversitas yang tidak dapat dielakkan di masa yang akan datang.
Dengan demikian individu yang optimis memandang masa depannya relatif lebih
cerah.

Optimisme yang sehat adalah optimisme yang realistik karena optimisme yang
tidak realistik dapat menjerumuskan individu ke dalam tindakan meremehkan
ancaman-ancaman nyata yang semestinya harus diantisipasi dan diatasi.
Jika seseorang tidak
Analisis penyebab
mampu mengukur
merupakan kemampuan
sebab-sebab masalah
individu untuk
secara akurat maka dia
mengidentifikasi secara
akan berulang kali
akurat sebab-sebab dari
Causal masalah yang dihadapi.
mengulangi kesalahan
yang sama.

Analysis (Analisis
Penyebab) Kemampuan ini meliputi
kemampuan untuk Kemampuan ini terkait
mempertimbangkan dan dengan gaya berpikir
mengeksplorasi baik eksplanatori
buruknya sesuatu yang (explanatory thinking
terjadi pada diri style) individu.
individu.
Empathy (Empati)
Empati adalah kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda (isyarat, gesture, mimik) yang menggambarkan keadaan psikologis dan
emosi yang sedang dialami orang lain.

Sebagian individu terampil menginterpretasikan ekspresi nonverbal (ekspresi wajah, nada suara, bahasa tubuh), dan pikiran serta
perasaan orang lain.

Sementara, individu lain tidak mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut sehingga tidak mampu menempatkan dirinya dalam
“diri orang lain”, tidak dapat memperkirakan apa yang harus orang lain rasakan, dan tidak dapat memperkirakan apa yang orang lain
senang lakukan.

Hal demikian tentu sangat merugikan hubungan personal dengan orang lain. Individu dengan empati yang rendah, cenderung mengulangi
pola-pola tingkah laku yang sama yang tidak resilien, dan cenderung menyamaratakan perasaan dan keinginan orang lain.
Self-Efficacy (Efikasi Diri)
Efikasi diri adalah sense pada diri individu bahwa dia efektif di dunia. Sense tersebut
menggambarkan keyakinan individu bahwa dia mampu memecahkan masalah yang
mungkin dialami, dan yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk berhasil.

Efikasi diri merupakan keyakinan dan penilaian seseorang terhadap kemampuannya


untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai tingkat
performace tertentu yang diharapkan.

Individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung memfokuskan perhatian dan
usaha mereka pada tuntutan tugas dan berusaha meminimalkan kesulitan-kesulitan
yang mungkin muncul.
Membuka diri adalah kemampuan individu untuk untuk menjalin hubungan
dengan orang lain, mencari pengalaman baru, mencari kekayaan makna hidup,
mencari hubungan-hubungan yang mendalam, dan komited terhadap usaha belajar
dan pencarian pengalaman baru.

Reaching Ada tiga aspek penting dalam reaching out yaitu, a) dapat mengukur resiko
secara baik yaitu dapat membedakan resiko-resiko yang masuk akal dan resiko

out (Membuka
yang tidak masuk akal, b) memahami diri secara baik sehingga merasa nyaman
mengekspresikan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya, c) menemukan makna
dan tujuan hidup serta apresiatif terhadap apa yang telah dialaminya.
Diri) Membuka diri memiliki resiko. Berkenalan dengan orang baru, mencoba sesuatu
yang baru, mencari aktivitas yang memberikan makna hidup membutuhkan
sejumlah besar dorongan dan kekuatan diri. Resiko gagal, ditolak orang lain, malu,
kecewa, kesedihan, merupakan bagian yang perlu diukur dalam membuka diri
(reaching out).
Karakteristik Pribadi Resilien
• Dapat memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
• Tidak malu jika belum berhasil
• Mampu mengambil hikmah dibalik kegagalan dan menggunakan pengalaman
kegagalannya untuk membangun cita-cita yang lebih tinggi
• Bukan tipe orang pencari bahaya, tetapi mereka tidak mudah melarikan diri apabila
menghadapi resiko atau menghadapi situasi-situasi berbahaya
(Reivich & Shatte, 2002, 4)
Cara Meningkatkan Resiliensi
Berlatih mengendalikan emosi untuk tidak meledak-ledak baik untuk emosi negatif maupun emosi positif.

Berlatih mengendalikan dorongan melalui menunda keinginan-keinginan terutama keinginan yang spontan.

Membangun optimism dengan meyakini diri mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan situasi yang tidak menyenangkan.

Berlatih menemukan penyebab masalah beserta akibat yang ditimbulkan (analisis sebab-akibat), sehingga individu tidak melakukan kesalahan secara berulang.

Berlatih mengasah kepekaan sehingga mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain secara tepat.

Meningkatkan efikasi diri melalui pemfokusan perhatian dan usaha untuk meminimalkan kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi.

Belajar membedakan resiko yang masuk akal dan tidak masuk akal.

Belajar mengekspresikan pikiran-pikiran dan perasaaan.

Menemukan makna dan tujuan hidup serta apresiatif terhadap pengalaman atau kejadian yang telah dialami.

Bersikap fleksibel

Penghargaan yang positif

Opportunities for participation and contribution


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai