BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Resiliensi
untuk diatasi.
11
12
tenaga, dan pikiran untuk bekerja dan pada saat sore hingga malam
2. Aspek-Aspek Resiliensi
c. Optimis (Optimism )
percaya semua hal dapat berubah lebih baik. Individu memiliki harapan
e. Empati (Empathy)
memastikan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Individu yang
individu mampu merasakan dan memahami apa yang dialami orang lain.
mengenal diri dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain serta
a. Berwawasan (Insight)
“mengapa ia salah”.
b. Independen (Independence)
c. Hubungan (Relationships)
d. Inisiatif (Initiative)
mengambil peran/bertindak.
17
e. Kreativitas (Creativity)
f. Humor (Humor)
g. Moralitas (Morality )
bahwa aspek-aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte (2003) yaitu; regulasi
diharapkan dapat mengungkap data lebih dalam tentang resiliensi. Dari studi
pustaka yang dilakukan peneliti, aspek-aspek resiliensi dari Reivich & Shatte
mengukur resiliensi seperti penelitian Amelia, dkk (2014), Taufik & Ifdill
resiliensi, yaitu:
a. Faktor individual
seseorang terhadap orang lain dan diri sendiri dalam berbagai situasi.
2) Konsep diri
yang terdiri dari diri secara fisik, sosial, moral, dan psikis. Konsep diri
dimiliki atau bakat yang dihargai oleh orang lain, keluarga, teman
hal ini mencerminkan bahwa memiliki konsep diri menjadi salah satu
3) Harga diri
Werner, dalam Everall, dkk, 2006). Harga diri juga merupakan sebuah
faktor yang dapat dianggap sebagai aset atau sumber daya dari pada
resiliensi. Semakin tinggi tingkat harga diri (self esteem) maka semakin
4) Kompetensi sosial
Howard & Johnson; Luthar; Smith & Carlson; Werner dalam Everall,
b. Faktor keluarga
penting bagi individu. Struktur keluarga yang lengkap terdiri dari ayah, ibu
2013).
c. Faktor eksternal/komunitas
resiliensi. Hal ini dapat menjadi sangat penting bagi individu yang berasal
eksternal sistem dan partisipasi dalam olahraga, hobi, atau kegiatan agama
memberikan bantuan akibat stres yang berasal dari kehidupan keluarga dan
a. Jenis Kelamin
2010).
b. Usia
dengan usia lebih muda menujukkan reaksi ekstrem serta memiliki potensi
trauma yang lebih besar ketika diterpa kesulitan atau masalah. Partisipan
c. Tingkat Pendidikan
d. Pendapatan
dikendalikan.
e. Dukungan Sosial
Bonanno & Galea 2007). Secara umum dukungan sosial dipandang dan
penelitian ini, hal ini tidak jelas terbukti bahwa dukungan sosial
g. Stres Kronis
kognitif, konsep diri, harga diri, kompetensi sosial yang dimiliki individu; b)
faktor keluarga meliputi dukungan orang tua dan struktur keluarga komunitas;
pendapatan, dukungan sosial, tidak adanya penyakit kronis, dan stres kronis.
25
Adapun faktor yang dipilih dalam penelitian ini ialah faktor individual
yang didalamnya ada konsep diri, sehingga pada penelitian ini peneliti
diri sebagai variabel prediktor karena individu yang memiliki konsep diri tinggi
akan membuat individu lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap
positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya serta
individu mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat
dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang (Rini dalam Nur &
Ekasari, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian Cholily (2014) yang
dengan resiliensi. Semakin tinggi konsep diri mahasiswa maka semakin tinggi
B. Konsep Diri
dimiliki individu tentang dirinya, yang terdiri dari diri secara fisik, sosial,
moral, dan psikis. Hurlock (2010) mendefinisikan konsep diri ialah gambaran
yang dimiliki individu tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan
dari keyakinan yang dimiliki individu tentang dirinya yang mencakup citra
Fitts (dalam Agustiani, 2009) juga berpendapat bahwa konsep diri adalah
2014) juga menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-
konsep diri ialah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya, yang terdiri
Berzonsky (1981) membagi aspek konsep diri menjadi 4, yaitu aspek diri
fisik (physical self), diri psikis (psychological self), diri sosial (social self), diri
moral (moral self). Penjabaran mengenai aspek dari diri fisik, diri psikis, diri
Aspek utama dalam diri fisik ini berkaitan dengan tubuh, citra tubuh tampak
menjadi dasar dari konsep diri (Epstein dalam Berzonsky, 1981). Aspek diri
Individu memiliki konsep diri yang positif bila memandang secara positif
ukuran tubuh ideal. Individu dipandang memililki konsep diri negatif bila
Apek diri psikis yaitu pikiran, perasaan, dan perilaku yang dimiliki individu
individu dengan konsep diri negatif memandang dirinya sebagai orang yang
tidak bahagia, pesimis, tidak mampu mengontrol diri dan memiliki berbagai
Konsep diri sosial ialah peran sosial yang dimainkan individu serta penilaian
memiliki konsep diri sosial positif bila memandang dirinya sebagai orang
terbuka pada orang lain, memahami orang lain, merasa mudah akrab dengan
individu yang memiliki konsep diri sosial negatif bila tidak memberi
perhatian terhadap orang lain dan tidak aktif dalam kegiatan sosial
Diri moral terdiri dari nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi
kehidupan seseorang (Epstein, dalam Berzonsky, 1981). Diri etik moral juga
yang meliputi batasan baik dan buruk (Fitss dalam Agustiani, 2009). Individu
yang memiliki konsep diri moral positif akan memandang dirinya sebagai
orang yang berpegang teguh pada nilai etik moral, namun sebaliknya individu
yang memiliki konsep diri moral negatif akan memandang dirinya sebagai
orang yang menyimpang dari standar nilai moral yang seharusnya diikutinya
berikut :
a. Aspek fisik
dengan perilaku individu, dan perasaan gengsi dihadapan orang lain yang
disebabkan oleh keadaan fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan citra
b. Aspek psikologis
lain. Dalam aspek ini terdapat citra psikologis yang didasarkan atas
pikiran, perasaan dan emosi. Aspek ini terdiri atas kualitas dan
positif juga mampu menilai hubungan dengan orang lain secara tepat
menurut Berzonsky (1981) meliputi aspek diri fisik, psikis, moral, dan sosial,
sedangkan konsep diri menurut Hurlock (2010) meliputi aspek fisik dan aspek
fisik, psikologis, sosial, dan moral karena aspek yang dijelaskan Berzonksy
lebih lengkap dengan menggunakan empat aspek dibandingkan dua aspek yang
dimiliki Hulock.
pikiran untuk bekerja dan pada saat sore hingga malam mahasiswa harus
mengikuti perkuliahan.
(dalam Everall, dkk, et al., 2006) menyatakan bahwa konsep diri yang positif
tentang dirinya, yang terdiri dari 4 aspek, yaitu: aspek diri fisik, diri psikis,
Aspek diri fisik, aspek utama dalam diri fisik ini berkaitan dengan
tubuh. Citra tubuh tampak menjadi dasar dari konsep diri (Epstein, dalam
salah satu bagian dari penilaian diri yang dipengaruhi oleh citra tubuh. Citra
tubuh yang buruk akan menurunkan efikasi diri yang merupakan aspek dari
yang memiliki efikasi diri tinggi akan lebih memiliki tubuh yang sehat,
efikasi diri yang rendah. Individu tersebut juga akan cepat menghadapi
masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang dialami (Reivich & Shatte,
31
2003).
Selain itu, Nugraha (2010) juga menyatakan bahwa jika seseorang tidak
individu yang optimis, individu tersebut percaya semua hal dapat berubah
lebih baik dan memiliki harapan terhadap masa depan serta dapat mengontrol
psikis meliputi pikiran, perasaan, dan perilaku yang dimiliki individu tentang
tersebut resilien karena individu yang resilien ialah individu yang mampu
pemikiran yang positif, yakin akan kelebihan yang dimiliki, serta bekerja
2015).
Individu juga mampu mengontrol diri, kontrol diri ini berkaitan dengan
dalam dirinya (Hurlock, 1990). Hal ini dapat dikatakan bahwa individu yang
32
& Shatte, 2003). Mahmudinata (2014) juga menyatakan bahwa individu yang
mempunyai kontol diri akan lebih cepat menyelesaikan masalah. Hal ini
Aspek diri sosial ialah peran sosial yang dimainkan individu serta
Individu yang memiliki konsep diri sosial positif akan memandang dirinya
sebagai orang terbuka pada orang lain, memahami orang lain, merasa mudah
akrab dengan orang lain, merasa diperhatikan, menjaga perasaan orang lain.
Selain itu, salah satu bentuk hubungan yang akrab pada seseorang
yang rendah cenderung mengulang pola yang dilakukan oleh individu yang
tidak resilien, yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain
Aspek diri moral terdiri dari nilai dan prinsip yang memberi arti serta
menyatakan bahwa individu yang memiliki memiliki konsep diri moral positif
memandang dirinya sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai etik
moral. Fitss (dalam Agustiani, 2009) menyatakan bahwa dimensi etik moral
yang meliputi batasan baik dan buruk. Keadaan yang menghayati nilai-nilai
hari dimaknai sebagai religiusitas (Saputri, dalam Setiawan & Pratitis, 2015).
karena individu mempunyai keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi
optimis, percaya diri yang baik untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan
saat peristiwa buruk menimpa (Suryaman, dalam Setiawan & Pratitis, 2015).
34
aspek positif, yaitu mampu mencapai aspek positif ketika musibah atau
konsep diri, maka akan semakin tinggi juga resiliensi individu. Hal ini sejalan
dengan penelitian Cholily (2014) dan Amalia (2015) bahwa semakin tinggi
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada hubungan positif antara konsep
karyawan. Semakin tinggi konsep diri maka akan diikuti semakin tingginya
resiliensi, demikian juga sebaliknya, semakin rendah konsep diri maka akan