Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN KECERDASAN

Dosen pengampu:

Dr. Lina Mahardiana, S.E, M.si.

Disusun Oleh :

1. Nurul Aulia C20121064


2. Nova Anggriani C20121079
3. Anang Rizky Nugraha C20121057
4. Riska Salsabila Ramadani C20121052
5. Elfira Daeng Husein C20121086
6. Revan C20121208

PRODI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMU DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2023
Kepemimpinan Dan Kecedasan
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin
yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan
kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin
yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu
sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut,
dan situasi.

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap dalam
menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan adalah
kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan
fikiran.

Keterkaitan antara kecerdasan, entrepreneurship, dan adversity dengan


kepemimpinan:
1. Kecerdasan Emosional (ESQ)
Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) atau disingkat ESQ adalah kemampuan
seseorang untuk mengenali, memahami, mengelola, dan menggunakan emosi dengan efektif,
baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain.

Berikut adalah penerapan kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin:
1. Motivasi
Mampu menggerakan dan menuntun diri menuju kepada apa yang sudah direncakanan,
sangat efektif jika bertindak dan memiliki inisiatif yang tinggi, mampu bertahan menghadapi
kegagalan dan menghilangkan sikap frustasi.
2. Pengaturan diri
Mampu menangani dan mengelola emosi sehingga akan berdampak positif kepada diri
sendiri dan orang lain.
3. Memiliki rasa empati atau peka
Ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh karyawan atau rekan kerja, mampu
memahami keinginan mereka, mampu berbaur kepada karyawan dan mencari solusi secara
bersama-sama. Pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu memperlakukan
karyawannya secara manusiawi , karena tidak adanya penghalang dari hati nurani walaupun
memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda, kita harus sadar bahwa tidak semua
masalah bisa selesaikan secara logis, teoritis ataupun linear. Karyawan dalam hal ini
dianggap sebagai representasi dari kemauan di masa yang akan datang. Ada beberapa ciri-ciri
yang menandakan bahwa seorang pemimpin memiliki kecerdasan spiritual yaitu tidak pernah
mengeluh karna ia percaya bahwa segala hal yang ada di dunia sudah diatur jalannya oleh
Tuhan YME, memiliki keyakinan teguh dan cinta kepada Tuhannya, memiliki pribadi yang
tanggung jawab, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, sabar jika terjadi
kesalahan, memiliki sikap toleransi kepada orang lain, tidak pernah membeda-bedakan. Jika
bersikap selalu adil, dapat dipercaya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional terhadap kepemimpinan
antara lain:
1. Kemampuan mengontrol diri sendiri.
2. Kemampuan berkomunikasi dengan baik.
3. Kemampuan memahami emosi orang lain.
4. Kemampuan mengatasi masalah.

Ada beberapa komponen yang membentuk kecerdasan emosional, yaitu :


a) Manajemen Diri
Manajemen diri yaitu kemampuan seseorang untuk mengontrol atau mengarahkan
dorongan hati dan suasana hati yang akan mengatur prilakunya.

b) Pemahaman Diri
Pemahaman diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami suasana hati dan
kepercayaan diri, dan penilaian diri yang realistis.

c) Pemahaman Sosial
Pemahaman sosial adalah kemampuan untuk memahami karakter, emosi orang lain dan
juga ketrampilan memperlakukan orang lain sesuai dengan reaksi emosional mereka.

d) Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial yaitu kemampuan untuk mengelola hubungan orang-orang yang ada
di lingkungannya dan membangun jaringan kerja.

2. Interpreneurship
Enterpreneur adalah orang yang berjiwa kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, ulet dan
tekun, rajin, disiplin, siap menghadapi resiko, jeli melihat & meraih peluang, piawai mengelola
sumber daya, dalam membangun, mengembangkan, memajukan dan menjadikan usaha atau
perusahaan yang unggul.

Kecerdasan entrepreneur (Entrepreneur Intelligence) merupakan pola pikir dan cara


berpikir yang khusus untuk entrepreneur yang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
peluang, mengembangkan strategi bisnis, dan menghargai risiko.

Berikut adalah beberapa keterkaitan antara interpreneurship dan kepemimpinan:


1. Inovasi
Interpreneurship melibatkan kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dan
mengembangkan bisnis yang inovatif. Kepemimpinan yang baik juga melibatkan
kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dan mengembangkan strategi yang inovatif
untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Kreativitas:
Interpreneurship melibatkan kemampuan untuk berpikir kreatif dan mencari solusi yang
unik untuk masalah yang dihadapi. Kepemimpinan yang baik juga melibatkan
kemampuan untuk berpikir kreatif dan mencari solusi yang inovatif untuk mengatasi
tantangan dan masalah yang dihadapi.
3. Pengambilan risiko
Interpreneurship melibatkan kemampuan untuk mengambil risiko dalam
mengembangkan bisnis baru. Kepemimpinan yang baik juga melibatkan kemampuan
untuk mengambil risiko dalam mengambil keputusan yang penting untuk mencapai
tujuan organisasi.
4. Kemampuan beradaptasi
Interpreneurship melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan
mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.
Kepemimpinan yang baik juga melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi tantangan dan masalah
yang dihadapi.
5. Kemampuan memotivasi
Interpreneurship melibatkan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain
untuk mencapai tujuan bisnis. Kepemimpinan yang baik juga melibatkan kemampuan
untuk memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Adversity Quotient (AQ) (Ketahanan dalam Menghadapi Kesulitan)


Stolz (2007:8) menyatakan bahwa adversity adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang
didalam mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup. Sedangkan Macan (2011:182)
mengungkapkan, kecerdasan adversitas, yaitu sebuah daya tahan dalam menerima dan
bersahabat dengan masa-masa kelam kehidupan.

 Aspek-aspek Adversity Quotient


Stoltz (2000) menyatakan bahwa aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup
beberapa komponen yang kemudian disingkat menjadi CO2RE, antara lain:

a. Control (kendali)
Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola
sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan di masa mendatang. Kendali diri ini akan
berdampak pada tindakan selanjutnya atau respon yang dilakukan individu bersangkutan,
tentang harapan dan idealitas individu untuk tetap berusaha keras mewujudkan
keinginannya walau sesulit apapun keadaannya sekarang.
b. Origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)
Sejauh mana seseorang mempermasalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan
tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempermasalahkan orang lain
atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Rasa bersalah
yang tepat akan menggugah seseorang untuk bertindak sedangkan rasa bersalah yang
terlampau besar akan menciptakan kelumpuhan. Poin ini merupakan pembukaan dari
poin ownership. Ownership mengungkap sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat
kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau
kegagalan tersebut.
c. Reach (jangkauan)
Sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana
suatu masalah mengganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan
masalah yang sedang dihadapi. Adversity quotient yang rendah pada individu akan
membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan seseorang.
d. Endurance (daya tahan)
Endurance adalah aspek ketahanan individu. Sejauh mana kecepatan dan ketepatan
seseorang dalam memecahkan masalah. Sehingga pada aspek ini dapat dilihat berapa
lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan
berlangsung. Hal ini berkaitan dengan pandangan individu terhadap kepermanenan dan
ketemporeran kesulitan yang berlangsung. Efek dari aspek ini adalah pada harapan
tentang baik atau buruknya keadaan masa depan. Makin tinggi daya tahan seseorang,
makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya.

Anda mungkin juga menyukai