Anda di halaman 1dari 27

LEADERSHIP DAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN
Leonardus Saiman Bab 6

NAMA KELOMPOK :
1. SITI NUR HAMIDAH (201180317)
2. WARDATUL KHOIRIYAH BADRIYAH
(201180314)
Definisi Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi


orang lain atau sekelompok orang kearah tercapainya suatu tujuan
organisasi yang telah disepakati bersama.

Kepemimpinan adalah salah satu unsur penting dalam


berwirausaha. Kepemimpinan yang buruk dapat membuat
perusahaan bangkrut.
Unsur – Unsur Kepemimpinan
Faktor – faktor yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin antara lain sebagai
berikut :

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain/bawahan.


Seorang pemimpin harus dapat merangkul dan menghargai seluruh bawahannya.

2. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan.


Pendelegasian kekuasaan atau distribusi kekuasaan dari pimpinan kepada anak
buah sesuai dengan tingkatannya sangat mutlak diperlukan jika seorang
pemimpin ingin menjalankan fungsinya dengan efektif dan efisien.

3. Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan


bawahan.
Penanaman pengaruh dari pinjaman kepada anak buah akan tercapai apabila
seorang pemimpin mampu memberikan contoh-contoh tindakan yang terpuji.
Keterampilan Memimpin

Kemampuan untuk melakukan dan atau memahami pekerjaan –


pekerjaan yang bersifat operasional atau teknis, sehingga mampu
1. Technical Skills menjadi guru bagi anak buahnya yang tidak memahami
operasional atau teknis pekerjaan, terutama pegawai baru.

Kemampuan bekerja sama dengan para bawahan dan


membangun tim kerja dengan pendekatan kemanusiaan. Seorang
2. Human Skills pemimpin harus belajar bagaimana melakukan pendekatan
kepada anak buah, sehingga pada saat memberikan perintah
kepada bawahan, bawahan tidak merasa diperintah.

Kemampuan untuk menyusun konsep atau berpikir dan


mengungkapkan pemikirannya. Seorang pemimpin adalah
pemegang perubahan sehingga harus memiliki konsep atau
3. Conceptual Skills minimal mampu merumuskan misi, visi, strategi, serta program
unggulan yang jelas dan dapat dipahami oleh seluruh
bawahannya.
Kunci Efektivitas Kepemimpinan

Faktor situasional utama (kunci) yang menentukan keefektifan suatu


kepemimpinan menurut Fiedler dalam bukunya (Stephen P. Robins,2001) adalah
sebagai berikut :

1. Hubungan pemimpin – anggota


Hubungan yang berkaitan dengan tingkat keyakinan, kepercayaan dan respek
bawahan terhadap pemimpin mereka.

2. Struktur tugas
Tingkat penugasan pekerjaan yang diprosedurkan (yakni terstruktur dan atau
tidak terstruktur).

3. Kekuasaan jabatan
Tingkat pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin yang berkaitan dengan
variabel kekuasaan, seperti mempekerjakan bawahan, memecat bawahan,
mendisiplinkan bawahan, mempromosikan bawahan dan menaikkan gaji
bawahannya.
Sifat – sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin

Sifat – sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin menurut andy undap
(1983) adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan umum yang luas, dengan pendidikan umum yang luas, maka
akan mudah memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
2. Kematangan mental, seorang pemimpin akan dapat mengendalikan
emosinya dalam setiap tindakannya.
3. Sifat ingin tahu, seorang pemimpin akan mudah menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi.
4. Kemampuan analitis, seorang pemimpin akan cepat dan cermat dalam
mengambil keputusan.
5. Daya ingat kuat, seorang pemimpin akan konsisten dalam mengatasi
segala macam permasalahan.
6. integratif/integritas (terpadu), seorang pemimpin akan mendekati suatu
pemecahan masalah dengan berbagai pendekatan secara terpadu.
7. Keterampilan komunikasi, seorang pemimpin akan disukai oleh anak
buah dan mudah membentuk jaringan dalam bisnis.
8. Keterampilan mendidik, seorang pemimpin akan meningkatkan
kematangan anak buah atau akan mendewasakan dan memberikan bekal
pengetahuan kepada anak buahnya.
9. Rasional objektif, seorang pemimpin akan objektif dalam mengatasi
berbagai masalah dan objektif dalam menilai anak buahnya.
10. Manajemen waktu, seorang pemimpin akan mengatur jadwal atau
waktunya secara efektif dan efisien.
11. Berani mengambil resiko, seorang pemimpin tidak akan ragu dalam
mengambil keputusan yang strategis, tentunya dengan penuh pertimbangan
dan tetap menekankan pada risiko kecil dengan keuntungan (benefit) besar.
12. Ada naluri prioritas, seorang pemimpin dapat melakukan
pekerjaannya atau menjadwalkan pekerjaan sesuai prioritas, tidak sekedar
memprioritaskan jadwal.
13. Efisien dalam bertindak, seorang pemimpin akan selalu penuh
perhitungan dalam melakukan aktifitas yang bertujuan agar efisien dalam
segala aktivitasnya.
14. Haus informasi, seorang pemimpin tidak akan ketinggalan informasi
atau selalu up-to-date dalam pengumpulan informasi dan atau data untuk
mendukung pengambilan keputusan.
Delapan Watak Pemimpin Jawa (astabrata)

Seorang pemimpin harus memiliki delapan watak pemimpin Jawa (astabrata), yakni
sebagai berikut :

1. Bumi (lemah)
2. Api (geni)
3. Air (banyu)
4. Angin (bayu)
5. Angkasa (langit)
6. Matahari (surya)
7. Bulan (candra)
8. Bintang (kartika)

Jika seorang pemimpin senantiasa berpedoman dan berprinsip untuk senantiasa


menjalankan kedelapan watak astabrata ini, niscaya organisasinya akan berjalan
dengan smooth karena keharmonisan antara alam dan semesta selalu
diupayakannya.
Kriteria seorang pemimpin

Burt Nanus (Leaders The Strategies for Taking Change, 2001) yang dikutip dalam
tulisan P. Ari Subagyo menyebutkan 12 kriteria pemimpin, yaitu :

1. Menginovasi
2. Melakukan yang orisinil
3. Mengembangkan
4. Mengilhami
5. Memancarkan karisma
6. Berperspektif luas
7. Berpikir jangka panjang
8. Bertanya apa dan mengapa
9. Menyukai tantangan dan perubahan
10. Menjadi diri sendiri
11. Menciptakan anak tangga dan meletakkan ditempat yang benar
12. Mengerjakan hal-hal yang tepat
Effective Leadership

Seorang pemimpin yang efektif sangat dibutuhkan dalam sebuah


organisasi atau usaha. Menurut Samuel H. Tirtamihardja (2003) dalam
bukunya “Pemimpin adalah Pemimpi” (Leaders are Dreamers), seorang
pemimpin yang efektif akan melakukan hal-hal berikut ini :

1. Menciptakan sebuah visi yang sesuai untuk organisasinya


2. Memperkuat dan mendorong semua lapisan organisasinya
3. Menciptakan suasana perasaan tim untuk merasakan mana yang
terpenting
4. Membentuk kerja sama tim yang baik
5. Mengomunikasikan visi kepada seluruh lapisan organisasi
6. Menciptakan suatu momen yang tepat (magic moment)
7. Menciptakan sikap yang baru dalam organisasi
Kegagalan seorang pemimpin

Menurut Samuel H. Tirtamihardja (2003), dalam bukunya “Pemimpin adalah


Pemimpi”, ada 11 penyebab utama pemimpin mengalami kegagalan dalam
memimpin, yaitu :

- Arogansi (Arrogance)
- Melograma (Melogram)
- Mudah berubah pendiriannya (Volatility)
- Hati-hati yang berlebihan (Excessive Caution)
- Kebiasaan berupa ketidakpercayaan (Habitual Distrust)
- Menjauhkan diri dari orang lain (Aloofness)
- Kejahatan-kenakalan (Mischievousness)
- Keanehan-kesintingan (Eccentricity)
- Berdaya tahan pasif (Passive Resistance)
- Perfeksionisme atau terlalu ingin segalanya sempurna (Perfectionism)
- Hasrat-keinginan untuk menyenangkan hatinya sendiri (Eagerness to please)
Definisi pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah pemilihan dua alternatif atau lebih.


Pengambilan keputusan perlu dilakukan karena adanya perbedaan
antara harapan/tujuan dengan hasil yang dicapai.

Salah satu model pengambilan keputusan adalah The Optimizing


Model. Model tersebut merupakan model pengambilan keputusan yang
menguraikan bagaimana individu seharusnya berperilaku untuk
mencapai hasil atau keluaran yang maksimal.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :


1. Menentukan perlunya pengambilan keputusan.
2. Mengidentifikasi kriteria keputusan.
3. Mengalokasi pembobotan terhadap kriteria.
4. Mengembangkan alternatif.
5. Mengevaluasi alternatif.
6. Memilih alternatif terbaik.

Langkah-langkah tersebut tentunya tidak mutlak berurutan, melainkan harus


disesuaikan dengan bobot keputusan yang akan diambilnya.
Hal lain yang tidak kalah penting dalam pengambilan suatu keputusan adalah adanya
perubahan yang begitu cepat, sehingga seringkali begitu keputusan dijalankan terasa
sudah ketinggalan, padahal keputusan baru saja dijalankan.
Paradigma baru dalam pengambilan keputusan akibat perubahan, menurut Samuel
H. Tirtamihardja (2003), dalam bukunya “Pemimpin adalah Pemimpi” digambarkan
sebagai berikut :
Pengaruh perilaku terhadap pengambilan keputusan

Ada empat faktor perilaku individu yang berpengaruh terhadap pengambilan


keputusan, yaitu sebagai berikut :

1. Nilai-nilai
Nilai-nilai dianggap sebagai pedoman jika seseorang menghadapi situasi dimana
harus dilakukan suatu pilihan.

2. Kepribadian
Aspek kepribadian meliputi sikap, kepercayaan dan kebutuhan individu.

3. Kecenderungan mengambil risiko


Ada yang berani mengambil risiko, ada yang di tengah-tengah dan ada yang penuh
perimbangan atau kurang berani ambil risiko.

4. Disonasi kognitif
Adanya rasa cemas pada pengambilan keputusan terhadap akibat dari keputusan
yang diambilnya.
TEORI KEPEMIMPINAN

Great Man Contigency Style and


Trait Theory
Theory Theory Behavior Theory

Process
Transactional Transformational
Leadership
Theory Theory
Theory
• GREAT MAN THEORY
sifat-sifat kepemimpinan merupakan bawaan, artinya teori ini
beranggapan bahwa pemimpin-pemimpin besar itu sudah ditakdirkan
sejak lahir

• Trait theory
manusia dilahirkan dengan karakteristik tertentu yang membuat
mereka mampu menjadi pemimpin yang ulung. Karakteristik khusus
tersebut antara lain intelejensi, sikap bertanggung jawab, kreatifitas
dan berbagai karakter berkualitas lainnya yang membuat seseorang
mampu menjadi pemimpin yang baik

• Contingency theory (situational)


tak ada cara tunggal untuk memimpin dan bahwa setiap gaya
kepemimpinan seharusnya didasarkan atas situasi tertentu, yang
menandakan bahwa ada orang-orang tertentu yang dapat
menunjukkan kualitas kepemimpinan yang maksimal di tempat
tertentu; tetapi justru menunjukkan kualitas kepemimpinan yang
minimal saat mereka keluar dari dari elemen mereka
• STYLE AND BEHAVIOUR THEORY
merupakan respon (tanggapan) dari Trait Theory.
Style and Behaviour Theory menawarkan perspektif baru yang
berfokus pada kebiasaan seorang pemimpin dibandingkan dengan
karakteristik mental, fisik atau sosial seseorang. Behaviour
Theory dibagi menjadi 2, yakni yang berfokus pada tugas seorang
pemimpin dan yang berfokus pada unsur manusia

• TRANSACTIONAL THEORY
manusia secara umum mencari cara untuk memaksimalkan
pengalaman yang menyenangkan dan mengurangi pengalaman yang
tidak menyenangkan. Karena itulah, kita akan lebih condong pada
orang-orang yang menambah kekuatan kita.
perilaku pemimpin yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi
interpersonal antara pemimpin dengan anggota yang melibatkan
hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada
kesepakatan mengenai klarifikasi sasaran, standar kerja, penugasan
kerja, dan penghargaan.
• TRANSFORMATIONAL THEORY
Teori kepemimpinan yang dianggap efektif/unggul adalah teori
kepemimpinan transformasional; suatu pendekatan
kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran,
membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau
anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam
mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.
Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila
dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan,
bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan,
keadilan dan kesamaan.
Pemimpin transformasional akan membuat bawahan melihat
bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekadar kepentingan
pribadinya. Oleh karena itu, dengan mengimplementasikan gaya
kepemimpinan transformasional dalam mengelola organisasi yang
dipimpinnya, diharapkan seorang pemimpin dapat meningkatkan
efektivitas lembaga, organisasi, atau instansinya.
GAYA KEPEMIMPINAN

OTORITER BIROKRAT KHARISMATIK

DEMOKRATIS Laissez-Faire TRANSAKSIONAL


• Otokratik / Otoriter
Kepemimpinan otokratik adalah bentuk ekstrim dari
kepemimpinan transaksional di mana pemimpin memiliki
kekuatan penuh (totalitarian) terhadap staf/bawahan.
Staff dan anggota tim memiliki kesempatan kecil untuk
menyalurkan pendapat, meskipun hal ini adalah hal yang
menarik bagi anggota tim atau organisasi.
Keuntungan dari sistem ini adalah paling efisien. Keputusan
dapat dibuat secara cepat serta usaha untuk menerapkan
keputusan tersebut dapat dilakukan sesegera mungkin. Kerugian
dari sistem ini, kebanyakan bawahan membenci sistem ini.
Kepemimpinan otokratik paling baik diterapkan di dalam kondisi
krisis, di mana keputusan harus dibuat secara cepat dan tanpa
ada perdebatan.
• BIROKRAT
Kepemimpinan birokratis mengikuti aturan secara ketat dan
meyakinkan bawahannya bahwa mereka juga mengikuti aturan
yang serupa.
Sistem ini merupakan sistem yang cocok untuk pekerjaan yang
memasukkan risiko kerja yang berbahaya (seperti bekerja
dengan mesin, dengan zat beracun, dan pada ketinggian) atau di
mana menyertakan sejumlah uang yang banyak.
Kepemimpinan birokratis juga sangat berguna pada organisasi di
mana karyawan bekerja di dalam rutinitas (Shaefer, 2005).
Kelemahan dari sistem ini adalah sangat tidak efektif di dalam
tim dan organisasi yang mengandalkan fleksibilitas, kreatifitas,
dan inovasi (Santrock, 2007)
• KHARISMATIK
Teori kepemimpinan karismatik menggambarkan apa yang diharapkan
baik dari pemimpin maupun pengikut.
Kepemimpinan karismatik adalah gaya kepemimpinan yang dapat
dijabarkan tetapi dapat dirasakan kurang nyata dibandingkan pola
kepemimpinan lainnya (Bell, 2013).
Sering disebut sebagai pola kepemimpinan transformasional, pemimpin
karismatik menginspirasi hasrat di dalam tim tersebut dan bersemangat
di dalam memotivasi karyawan untuk terus bergerak ke depan
(progresif). Jaminan rangsangan dan komitmen dari dalam tim
merupakan aset berharga di dalam produktivitas serta mencapai tujuan.
Kelemahan dari sistem ini adalah perlunya kepercayaan diri tinggi dari
pemimpin dibandingkan karyawan / bawahan. Sistem ini bisa menjurus
bahaya ke dalam proyek dan atau seluruh organisasi apabila sang
pemimpin meninggalkan.
Pemimpin karismatik mungkin percaya bahwa dia tidak dapat bertindak
salah, meskipun orang lain mengingatkannya mengenai jalur di mana ia
melangkah serta perasaan tidak terkalahkan dapat menghancurkan
seluruh tim dan atau organisasi.
• Demokratis / Partisipatif
Pemimpin demoratis membuat keputusan akhir tetapi juga
menyertakan anggota tim di dalam membuat keputusan akhir.
Sistem ini memberdayakan kreativitas dan anggota tim sering
disertakan di dalam proyek dan pengambilan keputusan.
keuntungan kepemimpinan demokratis. Anggota tim cenderung
memiliki kepuasan bekerja yang tinggi dan cenderung produktif
karena mereka merasa ikut serta. Sistem ini juga membantu
mengembangkan bakat karyawan. Anggota tim akan merasa
seperti bagian dari sistem yang lebih besar dan berarti dan akan
lebih termotivasi untuk mencapai lebih dari kepuasan finansial.
Kelemahan dari sistem ini adalah akan mudah goyah pada situasi
di mana kecepatan dan atau efisiensi merupakan hal penting.
Selama krisis, sebagai contoh, suatu tim dapat membuang-buang
waktu untuk mengumpulkan masukan. Bahaya potensial lainnya
adalah anggota tim yang tidak memiliki pengetahuan atau
pengalaman akan memberikan masukan yang berharga.
• Laissez-Faire
Pola kepemimpinan laissez-faire mungkin merupakan pola kepemimpinan yang
terbaik atau malah terburuk dari seluruh pola kepemimpinan yang ada
(Goodnight, 2011). Laissez-faire, bahasa Prancis untuk biarkan saja, apabila
diterapkan kepada sistem kepemimpinan menggambarkan pemimpin yang
membolehkan orang-orang bekerja dengan cara mereka sendiri. Pemimpin pola
Laissez-faire menanggalkan tanggung jawab dan menghindari membuat
keputusan, mungkin memberi seluruh anggota tim kemerdekaan penuh untuk
melakukan pekerjaan mereka dan menyusun target masing-masing.
Pemimpin Laissez-faire biasanya membolehkan bawahannya memiliki kuasa
untuk mengambil keputusan atas pekerjaannya (Chaudhry & Javed, 2012).
Pemimpin menyediakan tim dengan sumber daya dan bimbingan, jika
diperlukan, akan tetapi tidak terlalu sering. Gaya kepemimpinan ini dapat
berjalan efektif apabila pemimpin selalu memonitor performa dan memberikan
tanggapan (feedback) kepada anggota tim secara reguler. Keuntungan utama dari
kepemimpinan laissez-faire adalah mempersilahkan anggota tim suatu otonomi
yang dapat membimbing kepada kepuasan pekerjaan yang tinggi dan
meningkatkan produktivitas. Pola ini dapat merusak apabila anggota tim tidak
mampu mengatur waktunya dengan baik atau tidak memiliki pengetahuan,
bakat, atau motivasi untuk melakukan pekerjaannya secara efektif. Jenis
kepemimpinan ini dapat berjalan apabila manager tidak memiliki kendali yang
layak terhadap bawahannya (Ololube, 2013).
• TRANSAKSIONAL
Gaya kepemimpinan ini dimulai dari ide bahwa anggota tim
setuju untuk mematuhi pemimpinnya apabila mereka menerima
tugas. Transaksi tersebut biasanya menyertakan organisasi akan
menugaskan kepada anggota tim berdasarkan usaha dan
kepatutannya. Pemimpin memiliki hak untuk menghukum
anggota tim apabila pekerjaan mereka tidak memenuhi standar
yang layak. Hubungan pekerjaan minimalis yang dihasilkan di
antara atasan dan bawahan berdasarkan transaksi ini (usaha
untuk membayar).
Sekian
dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai