Anda di halaman 1dari 3

Rekonstruksi Budaya HMI Cabang Jayapura

Budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut kamus
Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar di ubah. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Dari definisi budaya kita bisa lihat bahwasannya sebuah organisasi harus mampu
mempertahankan budaya yang ada dalam organisasi tersebut karena budaya merupakan harga
atau jati diri setiap indivudu atau kelompok untuk menjadi pembeda bagi kelompok yang
lainya.

Hal tersebut sama halnya dengan organisasi himpunan mahasiswa Islam (HMI) yang
sejak awal didirikan dengan sprit perjuangan dengan mengemban amanah yang sangat
muliah, dan memiliki ciri khas budaya yang di kenal di luar organisasi maupun di
dalam/internal organisasi itu sendiri. Namun budaya HMI secara umum di kenal dengan
budaya intelektual dan semangat juang yang tinggi. Hal demikin merupakan identitas setiap
anggota atau kader HMI, namun dalam perkembangannya tidak bisa di nafikan bahwa HMI
bisa saja memiliki degradasi dari segi budaya karena akibat dari eksternal maupun internal.
Hal ini apabila tidak di sadari oleh setiap anggota HMI maka budaya intelektual HMI yang
sudah lama terbentuk bisa hilang tanpa ada yang menyadarinya. HMI juga pernah mengalami
kemunduran pesat hal tersebut bahkan di tuliskan dalam sebuah bentuk buku oleh seorang
sejarawan HMI terkemuka yaitu : prof. Agus salim sitompul. Dengan judul 44 Indikator
Kemunduran HMI. Hal ini terjadi menunjukkan bahwa HMI hampir gagal mempertahankan
identitasnya yang sudah lama tumbuh dan berkembang di dalam HMI itu sendiri. Sudah
merupakan tanggung jawab semua anggota HMI diseluruh tanah air untuk mempertahankan
budaya yang ada dalam HMI. Karena budaya HMI merupakan identitas pembeda bagi
organisasi mahasiswa selain HMI, sehingga eksistensi HMI tetap ada dan berbeda dari yang
lainya.

Dalam HMI Cabang Jayapura sendiri kita bisa lihat bahwasanya budaya dalam HMI
sudah mulai mengalami kemunduran, dimana anggota yang mulai meningkat tiap tahunnya
tapi tak mampu mempertahankan budaya HMI itu sendiri. Di mana budaya intelektual, adab
dan etika yang di harapkan mampu bertahan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya
nyatanya tak mampu di teruskan, dan ini akan menjadi masalah dalam organisasi apabila
budaya yang seharusnya ada dan di lestarikan hilang begitu saja tanpa ada yang
menyadarinya. Ini menjadi sebuah tantangan bagi anggota HMI yang menyadari kemunduran
HMI terkhususnya cabang jayapura sendiri. Dapat dilihat dari tiga pilar intelektual yakni
membaca, diskiusi, dan menulis yang sudah mulai pudar. Menurut ketua Formatur Cabang
Jayapura abang Nawal Syarif Kotarumolas mengatakan bahwa “kemajuan dan kemunduran
HMI harus ada indikator yang jelas, dimana mampu melihat tolak ukur kemunduran itu di
sebabkan apa dan tolak ukur kemajuan itu dari sisi apa, berdasarkan pengalaman. Ada sisi
lain dari kemunduran ada juga sisi lain dari kemajuan, pertama bicara tentang kualitas dan
kuantitas dimana kurang secara kuantitas tapi secara kualitas bagus itu tidak maksimal tapi
jika kita banyak secara kuantitas tapi kurang secara kualitas itu juga di sebut kemunduran ”.
Dari pernyataan abang ketua Formatur cabang jayapura kita bisa menyimpulkan
permasalahan HMI saat ini, dimana kuantitas kita meningkat tapi secaara kualitas kita
kurang. Mengapa berkurang ? padahal sudah ada tempat yang memadai untuk tempat diskusi
yakni Graha Insan Cita dan sekretariat komisariat, ternyata yang kurang adalah kesadaran
dari para anggota HMI itu sendiri.

Penyebab dari kemunduran kualitas seorang kader adalah kurangnya bekapan para
senior HMI terkhususnya pengurus komisariat. Dimana tugas dari para pengurus Komisariat
setelah melakukan Basic Treaning LK 1 (Latihan Kader Satu) yaitu melakuka kajian dan
diskusi terkait lima materi wajib dan lainnya tapi nyatanya tidak tersampaikan secara
maksimal, bukan hanya karna kurangnya bekapan senior tapi juga karena kurang kesadaran
anggota HMI itu sendiri. Hal ini dapat di buktikan dengan cara melafaskan tujuan HMI,
masih banyak yang belum mampu mengaplikasikan tujuan HMI itu sendiri dan juga
kurangnya minat bertanya dan diskusi mengenai lima materi wajib ke senior HMI.
Banyaknya senior HMI di Cabang Jayapura tapi kita tak mampu memamfaatkan dengan baik
dari segi keilmuannya.

Terlihat dari pemaparan tersebut diatas dapat di tarik sebua kesimpulan sederhana
bahwa budaya hmi cabang jayapura sudah mengalami sedikit pergeseran nilai dari segi
intelektualnya, hal tersebut diakibatkan karena kurangnya kesadaran anggota hmi cabang
jayapura dalam pemperhatikan nilai atau tatan yang sudah lama bertahan dalam organisasi.
Kemudian kurangnya pengawalan dari senior kepada juniornya yang baru selesai basic
training, dan ini boleh di katakan bahwa senior kurang dalam menawarkan nilai intelektual
kepada anggota sbaru. Dan di karenakan perkembangan zaman yang membuat Anggota Hmi
Cabng Jayapura pun terkadang larut dalam zaman tersebut. Kemudian kurang pengawalan
dari segi kualitas di tingkat komisariat oleh pengurus komisariat.
Agar buadaya ini tetap bertahan dan dapat di wariskan kepada generasi selanjutnya. A
dapun langkah langkah penanggulangan dan solusi agar mengembalikan budaya intelektual H
mi Cabang Jayapura pada identitas budaya sebagai wajah atau pengenal sekaligus pembeda
bagi organisasi lainya Sebagai berikut:

 Dalam tingkat komisariat untuk meningkatkan kualitas kader maka harus ada
kesadaran akan fungsi dan tugas dari pengurus komisariat dan anggota itu
sendiri. Hal ini guna menciptakan nuansa intelektual hmi cabang jayapura di
mulai dari tingkat komisariat.
 Pengurus komisariat harus membuat jadwal rutin untuk kajian terutama kajian
lima materi wajib, guna dari jadwal, agar kajian berjalan secara efektif dan
terkoordinir dengan baik.
 Mengadakan diskusi ketika para anggota datang ke sekretariat komisariat,
diskusi ini berfungsi untuk melatih dan membentuk karakter intelektual
anggota. Dalam hal ini di harapkan kesadaeran tiap anggota komisariat.
 Para semua senior harus selalu mengawal dan selalu mengajarkan nilai etika
dan budaya yang ada dalam lingkup hmi cabang jayapura dengan
menyesuaikan dengan perkembangan zaman./atau kebutuhan zaman.

Anda mungkin juga menyukai